Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN

MASALAH POST OP HEMOROID DI RUANG

IGD RS MEGA BUANA PALOPO

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :

Dorcia T.N. Yabiy

N.21.04.004

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO PROGRAM

STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PALOPO

TAHUN 2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN

MASALAH POST OP HEMOROID DI RUANG

IGD RS MEGA BUANA PALOPO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Universitas Mega Buana Palopo

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO PROGRAM

STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PALOPO

TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan
Masalah Post Op Hemorid Di Ruang IGD RS Mega Buana Palopo” ini telah
disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 26
juli 2022.

Pembimbing

Hertiana S.Kep.,Ns.,M.Kep

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Masalah
Post Op Hemoroid Di Ruang IGD RS Mega Buana Palopo” ini telah diujikan dan
dinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 26
juli 2022.

Pembimbing Penguji

Hertiana S.Kep.,Ns.,M.Kep Wahyuddin S.Kep.,Ns

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Hera heriyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dorcia T.N. Yabiy

NIM : N. 21 04. 004

Program Studi : Profesi Ners

Tahun Akademik : 2022

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya saya sendiri dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KTI saya yang berjudul : “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN MASALAH POST OP HEMOROID
DI RUANG IGD RS MEGA BUANA PALOPO” .

Apabila suatu saat nati terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Palopo,23 juli 2022

Dorcia T.N. Yabiy


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul penelitian “Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Masalah
Post Op Hemorid Di Ruang IGD RS Mega Buana Palopo”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan KTI ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan disebabkan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
olehnya itu dengan sangat rendah hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing ibu
Hertiana S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan KTI ini.

Ucapan terimakasih dan apresiasi yang tak terhingga penulis sampaikan


terkhusus kepada kedua orang tua Bapak Toni dan Ibu Dorcina yang senantiasa
mendidik, mendoakan dan selalu sabar dalam memberikan nasehat, serta pihak-
pihak yang telah membantu proses penelitian maupun penyusunan laporan hasil
penelitian ini, diantaranya kepada yang terhormat:

1. Bapak Rahim Munir, SP., MM selaku Pembina Yayasan Pendidikan Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.
2. Ibu Dr. Nilawaty Uly, S.Si.,Apt., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mega Buana Palopo.
3. Ibu Evawati Uly, S.Farm.,Apt selaku Wakil Ketua Bidang Keuangan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.
4. Ibu Hera Heriyanti S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Profesi Ners
Universitas Mega Buana Palopo.
5. Bapak Wahyuddin S.Kep.,Ns selaku penguji.
6. Ibu Ratnasari Iskandar S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Penasehat Akademik.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Mega Buana Palopo.
8. Teman-teman seperjuangan program Profesi Ners tahun 2022.
v

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat,
berkat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal
atas semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis serta senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan
menjadikan kita sebagai perawat yang professional dan hamba-Nya yang selalu
bersyukur.

Palopo, Juli 2022

Dorcia T.N. Yabiy


vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
C. Ruang Lingkup .................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 4
E. Metode Penulisan .............................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ......................................................................................... 7
B. Etiologi ............................................................................................. 7
C. Patofisiologi ..................................................................................... 8
D. Manefestasi Klinik ............................................................................ 9
E. Komplikasi ........................................................................................ 10
F. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 10
G. Penatalaksanaan Medis ...................................................................... 11
H. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 14
I. Diangnosa Keperawatan ....................................................................
J. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 21
K. Implementasi ..................................................................................... 23
vii

L. Evaluasi ........................................................................................... 23
M. Discharge Planning ........................................................................... 23

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 25


B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 31
C. Perencanaa Keperawatan ................................................................... 33
D. Implementasi dan Evaluasi ................................................................ 34

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 37


B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 37
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 38
D. Impelementasi Keperawatan .............................................................. 39
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 40
BAB V
A. Kesimpulan ....................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoroid, wasir atau masyarakat lebih mengenal dengan sebutan


ambeien merupakan pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemoroidalis (Damayanti, 2017).
Hasil penelitian epidemiologi melaporkan prevalensi kejadian
hemoroid di Amerika serikat berkisar 4,4% yang terjadi pada orang dewasa,
puncaknya terlihat pada usia 45-65 tahun. Diperkirakan 50-85% populasi
manusia diseluruh dunia memiliki hemoroid. Dan hampir 1 juta kasus baru
dilaporkan setiap tahunnya di AS. Di India 75% dari populasi menderita
hemoroid. Penelitian Agbo menunjukkan bahwa hemoroid terjadi pada usia
berapapun, baik pria atau wanita di Negara berkembang (Garda Nassa et al.,
2016). Di Nigeria bagian Kaduna, kejadian hemoroid banyak ditemukan
pada pengendara sepeda motor (33,6%), pengemudi kendaraan (13,9%),
operator komputer (11,1%), pelajar (8,8%), penjahit (7,8%), dan penjaga
toko (7,8%). Jika diamati pekerjaan di atas adalah pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas fisik duduk dengan waktu yang lama, lama durasi
duduk 8 sampai dengan 16 jam per hari. Hasil dari penelitian pada 283
sampel pengendara motor menunjukkan hasil 276 (97,5%) menderita
hemoroid (Garda Nassa et al., 2016).
Hemoroid merupakan lesi pada anorektal yang paling sering
ditemukan. Menurut data WHO tahun 2008, jumlah penderita hemoroid di
seluruh dunia adalah sekitar 230 juta orang. Secara umum, penderita
hemoroid yang disertai dengan gejala diperkirakan sekitar 4,4% dari
populasi dunia, bahkan pada pemeriksaan rektal didapatkan bahwa 2/3
penduduk sehat menderita hemoroid yang tidak bergejala. Kejadian
hemoroid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia
seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun. Dalam hal

1
2

prevalensi menurut jenis kelamin, sebuah studi epidemiologi di AS tidak


menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kejadian antara pria dan
wanita. Survei rumah sakit London menyetujui, melaporkan tidak ada
perbedaan yang mencolok dalam prevalensi kejadian antara jenis kelamin
(Slavin, 2008; Thornton, 2019; Yamana, 2017).
Di Indonesia sendiri penderita hemoroid terus bertambah. Menurut
data Depkes tahun 2008, prevalensi hemoroid di indonesia adalah sekitar
5,7%, namun hanya 1,5% saja yang terdiagnosa. Data Riskesdas tahun 2007
menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk indonesia mengalami hemoroid,
maka secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi
hemoroid di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Hemoroid eksternal disebabkan oleh beberapa penyakit sedangkan
hemoroid internal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah usia,
kehamilan, dan lama duduk (Damayanti, 2017). Tanda gejala hemoroid internal
dibagi menjadi 4 derajat. Derajat 1 ditandai dengan adanya perdarahan yang
keluar saat BAB, derajat 2 diikuti dengan adanya penonjolan yang dapat
kembali secara spontan, derajat 3 penonjolan dapat kembali menggunakan
bantuan atau dapat didorong masuk kembali, derajat 4 penonjolan tidak
dapat dikembalikan kedalam lagi (Winangun, Adiputra, Maliawan, &
Kawiyan, 2012). Salah satu faktor penyebab hemoroid internal adalah
kebiasaan duduk terlalu lama tanpa mengubah posisi yang akan
mengakibatkan tekanan intravena di anus meningkat. Sehingga dapat terjadi
pelebaran pada vena hemoroidalis bahkan dapat menyebabkan penonjolan
dan pelebaran (Kumala et al., 2016).
Untuk melakukan penegakan diagnosis hemoroid diperlukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan konfirmasi seperti
anoscopy. Anoscopy jauh lebih cocok untuk mendiagnosis hemoroid
dengan tingkat penemuan yang lebih tinggi dan kemampuan yang lebih
besar untuk mengenali perdarahan, serta perlu dievaluasi dengan seksama
agar dapat dicapai pendekatan terapeutik yang sesuai (Yamana, 2017).
Perawatan medis konservatif ditunjukkan sebagai terapi awal bagi penderita
hemoroid. Ketika tidak ada perbaikan klinis, metode pengobatan yang lebih
invasif dapat dilakukan, seperti rubber band ligation, koagulasi inframerah
3

dan skleroterapi. Perawatan bedah umumnya disediakan untuk pasien yang


gagal merespons tindakan konservatif, sekitar 5-10% pasien. Berdasarkan
penelitian di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2012,
jenis tatalaksana operasi yang sering digunakan adalah hemoroidektomi
stapler yaitu sekitar 61,5%. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hetzer et
al juga menyimpulkan bahwa operasi hemoroid dengan penggunaan stapler
mendominasi tatalaksana operatif yang dikerjakan atas pertimbangan
stapled hemoroidektomi memiliki nyeri postoperatif yang lebih ringan, dan
waktu pemulihan yang lebih pendek (Cerato, 2014; Safyudin & Damayanti,
2017).
Dari data yang diperoleh yang ada Rumah Sakit Mega Buana Palopo
dari bulan Januari sampai April 2022 di dapatkan data sebanyak 18 kasus
yang mengalami hemoroid. Berdasarkan data yang ada di Ruang IGD
Rumah Sakit Mega Buana Palopo, ada pasien yaitu yang menderita
Hemoroid.
Melihat ringkasan kasus di atas, penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan keperawatan Tn.T dengan Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit
Mega Buana Palopo
Penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah pelaksanaan Asuhan
keperawatan pada Tn.T dengan Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit
Mega Buana Palopo?”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada Tn. T dengan Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit
Mega Buana Palopo.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan keperawatan Tn.T dengan Hemoroid di
Ruang IGD Rumah Sakit Mega Buana Palopo dengan menerapkan
4

proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,


perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
b. Melaksanakan proses pendokumentasian asuhan keperawatan pada
Tn.T dengan Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit Mega Buana
Palopo.
c. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.T dengan Hemoroid di
Ruang IGD Rumah Sakit Mega Buana Palopo.

C. Ruang Lingkup

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Hemoroid di ruang


IGD Rumah Sakit Mega Buana Palopo pada tanggal 25 Mei 2022.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa Universitas Mega Buana Palopo maupun Mahasiswa
Universitas lainnya untuk mengembangkan pengetahuan, wawasannya
dan menambah pengalaman nyata dalam asuhan keperawatan pada
pasien yang menderita Hemoroid.

2. Lahan Praktek
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat bermanfaat bagi
Rumah Sakit Mega Buana Palopo dan menjadi masukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu program kesehatan yang
ada khususnya tentang Hemoroid.

3. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan, khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien
Tn. T dengan kasus Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit Mega Buana
Palopo.
5

4. Profesi Keperawatan
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menambah pengetahuan, dan keterampilan perawat, klien,
keluarga klien dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien
dengan kasus Hemoroid.

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan


metode deskripsi yaitu pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan
masalah dimulai dengan tahap pengkajian sampai pendokumentasian
berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang selanjutnya dianalisa dan
berakhir pada penarikan kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari:
1. Bagian awal memuat halaman judul lembar persetujuan, lembar
pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
2. Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari
sub bab berikut ini :
a. Bab I Pendahuluan
Pada BAB ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan
sistematika penulisan.
b. Bab II Tinjauan Pustaka

Pada BAB ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terdiri dari
asuhan keperawatan meliputi: pengertian, pengkajian,diagnosa
keperawatan,perencanaan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan
untuk konsep penyakit meliputi: definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi, dan konsep asuhan keperawatan teoritis.
6

c. Bab III Tinjauan Kasus

Pada BAB ini berisi laporan kasus asuhan keperawatan Tn.T


dengan Hemoroid di Ruang IGD Rumah Sakit Mega Buana
Palopo yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan,
membandingkan antara teori dengan kasus yang kemudian akan
dianalisa dan diidentifikasi faktor pendukung dan penghambat.

d. Bab IV Pembahasan

Bab ini berisi pembahasan yaitu membandingkan antara tinjauan


teori dengan tinjauan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.

e. Bab V Penutup

Pada BAB ini disampaikan mengenai kesimpulan dan saran dari


penulis terhadap masalah yang ditemukan yang berhubungan
dengan pokok karya tulis ilmiah ini.

3. Bagian akhir terdiri dari Daftar Pustaka dan Lampiran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Hemoroid


1. Definisi

Penyakit hemoroid adalah salah satu gangguan jinak yang paling


umum pada saluran pencernaan bagian bawah (Aigner, 2017).
Hemoroid terdiri dari pembuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah kecil
otot (Pusparani & Purnomo, 2019). Struktur vaskular dalam bantal ini
membantu mempertahankan kontinensia anus dengan mencegah
kerusakan pada otot sfingter (Dehdari. et al, 2018).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan


bahwa hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah vena dari
pleksus Hemoroidalis yang berada pada daerah sekitar anus.

2. Etiologi
Penyebab hemoroid juga belum diketahui secara pasti. Namun,
kehamilan, konstipasi, usia dan pekerjaan telah terlibat dalam etiologi
hemoroid (Ezberci & Ünal, 2018).

Pada wanita hamil, hemoroid dapat disebabkan oleh karena


peningkatan tekanan intraabdomen (Safyudin & Damayanti, 2017).
Selain itu, meningkatnya kadar hormon progesteron selama kehamilan
juga menjadi salah satu penyebab terjadinya hemoroid (Kestřánek,
2019).

Konstipasi adalah kelainan pada saluran pencernaan yang dapat


menyebabkan sulit BAB yang disertai rasa sakit dan kaku. Hal ini
disebabkan oleh tinja yang kering dan keras yang menumpuk pada kolon
karena absorpsi cairan yang berlebihan (Forootan, Bagheri, & Darvishi,
2018).

7
8

Pada populasi barat, konstipasi diyakini sebagai penyebab utama


perkembangan hemoroid atau faktor yang memperburuk gejala akut
hemoroid karena peningkatan tekanan intraabdomen mengganggu
drainase vena pelvis yang menyebabkan kongesti pleksus hemoroidalis
(Lohsiriwat, 2019).

Kelompok usia muda lebih rentan terkena hemoroid (Badal &


Sharma, 2019). Seiring perkembangan zaman, pola konsumsi serat
masyarakat semakin berkurang terutama di usia produktif atau antara
21-30 tahun (Raena, Pradananta, & Surialaga, 2018).

Jenis pekerjaan, seperti kurangnya aktivitas fisik merupakan


salah satu faktor risiko terjadinya hemoroid. Kurangnya aktivitas fisik,
seperti duduk terlalu lama dapat meningkatkan risiko pembekuan
terhadap pembuluh vena dalam hingga dua kali lipat. Biasanya
pembekuan darah terjadi pada bagian betis bahkan bisa terjadi dibagian
saluran pencernaan bawah. Jika pembekuan ini tidak dicairkan dengan
obat pengencer darah, maka akan terjadi hematoma yang dapat
mengganggu aliran darah. Jika hal ini terjadi pada anus, maka terjadilah
hemoroid (Wibowo. et al, 2018).

3. Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi hemoroid telah dideskripsikan sebagai
disintegrasi atau kerusakan jaringan pendukung perianal yang mana
kerusakan jaringan pendukung ini akan menyebabkan pergeseran bantal
anal (Jakubauskas & Poskus, 2020). Struktur dasar dari jaringan
pendukung perianal adalah serat elastis, kolagen, dan ligamentum treitz.
Serat elastis memberikan elastisitas pada bantal anal, sementara kolagen
dan otot polos sebagai kekuatan tariknya. Pergeseran bantal anal dapat
membahayakan drainase vena yang mengarah ke venodilatasi pleksus
hemoroidalis (Lohsiriwat, 2018).
Prolaps rektum dapat mengganggu fiksasi jaringan pendukung
bantal anal ke dinding rektum. Prolaps rektum internal dengan derajat
tinggi biasanya menyebabkan beberapa gejala, seperti tegang dan terlalu
9

sering BAB. Hal tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya prolaps


hemoroid (Lohsiriwat, 2018).
Kelainan vaskular dan disregulasi vaskular di daerah bantal anal
mungkin berhubungan dengan pembentukan hemoroid. Beberapa
mekanisme bertanggungjawab atas aliran darah anorektal.
Ketidakseimbangan antara zat vasokonstriktor dan vasodilator
menyebabkan disregulasi vaskular. Pada orang dengan hemoroid, aliran
darah arteri rektum superior yang memasok bantal anal secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan orang normal. Hipertensi vena
pleksus hemoroidalis yang mungkin disebabkan oleh drainase vena
yang tidak mencukupi bisa menjadi penyebab lain pembentukan
hemoroid. Peningkatan tekanan yang lama pada pleksus hemoroidalis
dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempengaruhi
pembentukan hemoroid (Lohsiriwat, 2018).
Peningkatan tekanan intraabdomen dapat mempengaruhi
drainase pleksus hemoroidalis sehingga mengakibatkan pembengkakan
vena bantal anal dan mempengaruhi pembentukan hemoroid. Beberapa
kondisi terkait peningkatan tekanan intraabdomen adalah kehamilan,
konstipasi, batuk kronis, obesitas, olahraga berat, dan angkat berat
(Lohsiriwat, 2018).

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hemoroid dinilai menggunakan frekuensi yang
dilaporkan dari 5 gejala, yaitu perdarahan, rasa nyeri, prolaps, gatal, dan
keluarnya lendir (Rørvik. et al, 2019).
Perdarahan adalah gejala paling umum dari penyakit hemoroid
dan biasanya paling awal dalam perkembangannya. Namun, perdarahan
tidak selalu menjadi ketetapan awal kejadian hemoroid (Ratto. et al,
2018).
Nyeri jarang terjadi pada hemoroid meskipun derajatnya sangat
parah dalam hal perdarahan dan prolaps. Namun, ketika ada keluhan
sakit atau nyeri anal yang signifikan, etiologi lain seperti fisura ani.
10

Adanya tumpukan trombosis, eksternal atau internal, menunjukkan


bahwa nyeri rektum terkait erat dengan hemoroid (Lohsiriwat, 2019).
Prolaps hemoroid berada di bawah kulit di sekitar anus.
Hemoroid yang membesar secara perlahan dapat menonjol keluar dan
menimbulkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada
derajat hemoroid internal yang lebih lanjut, penonjolan perlu didorong
kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada
derajat akhir, penonjolan berlanjut menjadi prolaps yang menetap dan
tidak dapat didorong masuk kembali (Brzezinski & Martini, 2019).
Keluarnya lendir dari anus dapat disebabkan oleh karena
hemoroid internal yang ditutupi oleh mukosa. Hal tersebut dapat
menyebabkan ketidaknyamanan karena mengotori pakaian dalam. Skin
tag juga sering menjadi sumber ketidaknyamanan. Ketika skin tag
menjadi besar dan fibrotik, kemungkinan hal ini adalah hasil dari
prolaps hemoroid yang mana penderita dapat merasakan adanya
masalah kebersihan anal, ketidaknyamanan anal, atau pruritus yang
mungkin berkorelasi (Ratto. et al, 2018).

5. Komplikasi
A. Perdarahan
B. Thrombosis
C. Strangulasi

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Colok Dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
11

c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan Medis

Dalam buku “Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan


Pendekatan Nanda, NIC, NOC” karangan Sugeng Jitowiyono dan Weni
Kristiyanasari (2015) dijelaskan bahwa penatalaksanaan Hemoroid
terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.

a. Penatalaksanaan Medis

Ditujukan untuk Hemoroid interna derajat I sampai III atau


semua derajat Hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien
yang menolak operasi.

1) Non-farmakologis

Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan


cara memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola
hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara
defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management
Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serta tambahan,
pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam
posisi jongkok / squatting). Selain itu, lakukan tindakan
kebersihan local dengan cara merendam anus dalam air selama
10 – 15 menit, 2 – 4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat
/ sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat /sisa tinja
yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila
dibiarkan.

2) Farmakologis

Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau


menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis
Hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
12

a) Obat yang memperbaiki defekasi

Terdapat dua macam obat yaitu suplemen serat (fiber


suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau
isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk)
yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan
dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik
usus. Efek samping antara lain kentut dan kembung. Obat
kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: Laxadine, Dulcolax,
dll).
b) Obat simpatomatik

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi


keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus.
Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol dan Faktu. Sediaan
yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah Hemoroid atau anus.

c) Obat penghenti perdarahan


Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding
anus atau pecahnya vena Hemoroid yang dindingnya tipis.
Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon
dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah.
d) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan placebo 3x2 tablet
selama 4 hari, lalu 2x2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini
dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi,
kongesti, edema, dan prolaps.
13

3) Minimal invasif

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat


perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan
yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi Hemoroid
atau ligasi Hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika
pengobatan farmakologis dan non farmakologis tidak berhasil.

a) Penatalaksanaan Tindakan Operatif


Ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna
atau semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap
pengobatan medis.
b) Prosedur ligasi pita karet
c) Hemoroidektomi kriosirurgi (pembekuan jaringan
Hemoroid)
d) Laser Nd: YAG (Neodymium-doped: Yttrium Aluminum
Garnet)
e) Hemoroidektomi
b. Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif
1) Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah
tekhnik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke
otot yang mendasarinya.
2) Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk Hemoroid berukuran
kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.
c. Nursing Assesment:
1) Personal Hygiene yang baik terutama di daerah anal.
2) Menghindari mengejan selama defekasi.
3) Diet tinggi serat.
4) Bedrest / tirah baring untuk mengurangi pembesaran Hemoroid.
5)
8. Pencegahan

Pencegahan Hemoroid dapat dilakukan antara lain dengan :


14

a. Konsumsi makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran, buah-buahan


dan kacang-kacangan karena dapat membuat feses menjadi lunak
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
b. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari agar tubuh kita tidak
kekurangan cairan tubuh.
c. Melakukan kegiatan seperti olahraga rutin (seperti jogging, senam,
berenang).
d. Mengubah kebiasaan buang air besar. Bila ingin buang air besar
segeralah ke kamar mandi karena akan menyebabkan feses menjadi
keras dan jangan duduk terlalu lama.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Identitas Pasien

Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain adalah


nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaaan,alamat, status pernikahan, suku/bangsa, nomor
rekam medis dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan klien di uraikan dalam:

a. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan mengurangi


b. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya dan berapa
banyak.
c. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
d. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas
e. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama dan bersifat
(tiba-tiba, sering dan bertahap).
Pada pasien post Hemoroidektomi biasanya mengalami
keluhan utama berupa rasa nyeri hebat pada bagian anusnya akibat
tindakan pembedahan.
15

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila mengedan
terasa nyeri
2) Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah segar yang
disertai pengeluaran lendir
3) Terasa gatal pada anus
4) Pasien mengeluh adanya varises atau Hemoroid yang keluar dari
anus saat defekasi
5) Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan sendiri secara
spontan tetapi harus didorong kembali sedangkan varises sedang
bisa masuk sendiri, untuk yang tidak dapat masuk maka akan
terjadi pembengkakan dan kemerahan pada anus.
b. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya, atau


kemungkinan pasien pernah menderita penyakit seperti ini dan
kemudian kambuh.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Hemoroid bukanlah suatu penyakit menular tetapi juga dapat


dipengaruhi oleh faktor keturunan.

5. Pengkajian Primer
a. Airway : Mengkaji ada tidaknya sumbatan jalan nafas, sumbatan total
atau sebagian, distress pernafasan, ada tidaknya aliran udara dan
adanya gangguan pada jalan nafas.
b. Breathing : Mengkaji adanya henti nafas dan adekuatnya pernafasan,
frekuensi nafas dan adanya pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, merasakan udara yang
dikeluarkan dari jalan nafas.
c. Cirulation : Mengkaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok
dan adanya perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan
16

keteraturan, warna kulit dan kelembapan, tanda-tanda perdarahan


eksternal, tanda-tanda jejas atau trauma
d. Disability : Mengkaji kondisi neuromuskular pasien, keadaan status,
kesadaran (GCS), keadaan ekstremitas, kemampuan motoric dan
sensorik.

6. Pola Aktivitas Sehari-hari

Pola aktivitas sehari-hari meliputi perbedaan pola nutrisi,


eleminasi, istirahat tidur, personal hygiene dan aktivitas atau rutinitas.
Pada pasien dengan Hemoroid pada umumnya memiliki kebiasaan pola
nutrisi yang jarang mengonsumsi makanan tinggi serat, pola eliminasi
tidak teratur, serta aktivitas terlalu berat, ataupun terlalu sering duduk.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien
Penampilan klien, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan
kebersihan umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan.
b. Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi,
pernapasan dan tekanan darah.

Pemeriksaan fisik yang anda lakukan dengan menggunakan


metode atau teknik P.E. (Physical Examination) yang terdiri dari:

a. Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat anda lakukan dengan proses


observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
b. Palpasi, yaitu: suatu teknik yang dapat anda lakukan dengan
menggunakan indera peraba. Langkah-langkah yang anda perlu
perhatikan adalah:
1) Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman dan santai.
2) Tangan anda harus dalam keadaan kering, hangat, kuku pendek.
3) Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir.
4) Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada
17

setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.


Perkusi bertujuan untuk: mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan. Contoh suara-suara yang dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak, Hipersonor/timpani.
5) Auskultasi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.

Data yang dapat ditemukan dalam proses pemeriksaan fisik pada


pasien post Hemoroidektomi.

a) Sistem Pernafasan

Pada pasien post Hemoroidektomi dapat ditemukan


peningkatan frekuensi nafas berkaitan dengan adanya gangguan
nyeri akut post operasi.

b) Sistem Kardiovaskuler

Pada pasien post Hemoroidektomi dapat ditemukan


peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung akibat
adanya gangguan nyeri akut post operasi.

c) Sistem Pencernaan

Pada pasien post Hemoroidektomi perlu dikaji rasa gatal,


terbakar, dan nyeri selama pasien melakukan defekasi. Kaji adanya
nyeri abdomen, perdarahan pada rectum, adanya mucus atau pus
pada luka post operasi, serta pola eliminasi pasien.

d) Sistem Genitourinaria
Kemungkinan pada pasien post Hemoroidektomi ditemukan
perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri
post operasi.
18

e) Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening. Pada umumnya, pada pasien post Hemoroidektomi
tidak terdapat kelainan pada sistem endokrin.

f) Sistem Persyarafan

Kaji fungsi cerebral berupa kesadaran dan orientasi pasien


terhadap waktu, tempat, dan orang, serta kaji fungsi 12 nervus
cranial. Pada umumnya pasien post Hemoroidektomi tidak terdapat
kelainan pada sistem persyarafannya.

g) Sistem Integumen
Kaji warna kulit, kebersihan, adanya lesi, edema, dan turgor
pasien. Pada umumnya pasien post Hemoroidektomi tidak terdapat
kelainan pada sistem integumennya.

h) Sistem Muskuloskeletal

Kaji fungsi pergerakan dan kekuatan baik ekstremitas atas


maupun ekstremitas bawah pasien. Pada umumnya pasien post
Hemoroidektomi memiliki kesulitan dalam menggerakkan
ekstremitas bawah dikarenakan nyeri akut post operasi.

i) Sistem Penglihatan

Kaji keadaan mata dan fungsi penglihatan klien. Biasanya


tidak terdapat gangguan sistem penglihatan pada pasien post
Hemoroidektomi.

j) Wicara dan THT

Kaji kemampuan pasien dalam berinteraksi untuk


menentukan fungsi pendengaran pasien, serta kaji keadaan telinga
dan hidung pasien. Biasanya tidak terdapat gangguan wicara dan
THT pada pasien post Hemoroidektomi.
19

8. Data Biologis

Di kaji kegiatan/aktivitas sehari-hari pasien seperti : saat sehat porsi


makan selalu habis minumnya pun 7-8 L/hari atau saat sakit porsi makannya
tidak habis atau ½ porsi, dalam pengkajian eliminasi saat sehat BAB rutin
dalam sehari 2-3 kali dan tidak ada kesulitan dan BAK juga rutin dalam
sehari 9-10 kali dan tidak ada kesulitan, dan saat sakit BAB dan BAK pasien
mengalami kesulitan seperti halnya BAB sulit mengedan atau konsistensi
cair dan BAK terganggu sehingga dipasang kateter, istirahat dan tidur tidak
ada kesulitan saat sehat dan saat sakit bisa saja terganggu tidur karena
penyakit yang diderita pasien, dan juga personal hygiene pasien saat sehat
bisa melakukan sendiri dan saat sakit dibantu oleh keluarga dan kerabat
pasien.

9. Riwayat Alergi

Di kaji melalui pasien atau keluarga pasien riwayat alergi pasien


baik makanan, minuman, maupun obat-obatannya.

10. Data Psikologis

Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana pasien memberikan


jawaban kepada perawat dan non verbal pasien yaitu bagaimana perawat
melihat keadaan dan tingkat kesadaran pasien, di kaji emosi pasien dalam
menghadapi penyakitnya apakah pasien sudah tenang atau stabil, di kaji
persepsi penyakit bagaimana pasien memandang penyakit yang dia derita,
di kaji konsep diri bagaimana sikap pasien apakah dia optimis atau pesimis
dalam menghadapi penyakit yang dia derita, di kaji bagaimana pasien
beradaptasi dengan lingkungan pasien disekitarnya, dan juga di kaji
mekanisme pertahanan diri pasien terhadap penyakitnya yang di deritanya
apakah dengan cara bercerita dengan keluarga atau kerabatnya atau dengan
cara dipendam sendiri oleh pasien.
20

11. Data Sosial Ekonomi

Di kaji bagaimana pola komunikasi pasien saat sakit, orang yang


dapat memberi rasa nyaman, orang yang paling berharga bagi pasien, dan
hubungan keluarga dengan lingkungan sekitarnya.

12. Data Spiritual

Di kaji data spiritual pasien seperti keyakinan terhadap agama yang


dianut, ketaatan beribadah, dan keyakinan terhadap penyembuhan
penyakitnya.

13. Data Penunjang

Biasanya yang diperlukan dalam pengkajian data penunjang yaitu


data laboratorium dan hasil pemeriksaan colonoscopy yang sangat
menunjang dalam pengkajian penyakit hemoroid, pemeriksaan EKG (jika
ada), pemeriksaan thoraks (jika ada), dan pemeriksaan lainnya.

14. Data Pengobatan

Di kaji data pengobatan seperti obat non parenteral, obat parenteral,


dan obat intra vena (jika ada) berapa dosis yang diberikan oleh perawat dan
kapan waktu pemberian obat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Hemoroidektomi.
2. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan mengabaikan dorongan
untuk defekasi akibat eliminasi.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan hemoroidektomi, personal hygiene in
adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan post Op Hemoroidektomi.
5. Ansietas berhubungan dengan koping in adekuat terhadap proses penyakit.
21

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akutNOC NIC
berhubungan Pain Level Pain Management
dengan Pain Control 1. Kaji nyeri secara komprehensif
Hemoroidektomi Comfort Level 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan ketidaknyamanan
tindakan keperawatan 3. Beri posisi yang nyaman
1x24 jam diharapkan 4. Anjurkan teknik relaksasi nafas
nyeri dapat berkurang, dalam
dengan kriteria hasil : 5. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Keluhan nyeri mempengaruhi nyeri seperti
menurun suhu ruangan, pencahayaan dan
2. Klien tidak meringis kebisingan
3. Menyatakan rasa 6. Kolaborasi dalam pemberian
nyaman setelah nyeri analgetik
berkurang.
2 Konstipasi NOC NIC
berhubungan Soft Stool Constipation Management
dengan No Constipation 1. Monitor tanda dan gejala
mengabaikan No Rectal Bleeding konstipasi
dorongan untuk Setelah dilakukan 2. Monitor bising usus
defekasi tindakan keperawatan 3. Monitor tanda dan gejala
1x24 jam diharapkan rupture usus / peritonitis
tidak terjadi konstipasi, 4. Identifikasi feses: frekuensi,
dengan kriteria hasil : konsistensi, dan volume
1. Mempertahankan 5. Identifikasi faktor penyebab dan
bentuk feses lunak kontribusi konstipasi
setiap 1 – 3 hari 6. Jelaskan etiologi dan
2. Bebas dari rasionalisasi tindakan terhadap
ketidaknyamanan pasien
dan konstipasi 7. Dukung intake cairan
3. Feses lunak dan 8. Kolaborasikan pemberian
berbentuk laksatif

3 Risiko infeksi NOC NIC


berhubungan No Infection Infection prevention
dengan Good Personal Hygiene
22

Hemoroidektomi, Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi


Personal hygiene tindakan keperawatan sistemik dan lokal
in adekuat 1x24 jam diharapkan 2. Monitor hitung granulosit, WBC
tidak terjadi infeksi, 3. Monitor kerentanan terhadap
dengan kriteria hasil : infeksi
1. Klien bebas dari 4. Cuci tangan stiap sebelum dan
tanda dan gejala sesudah tindakan keperawatan
infeksi 5. Anjurkan pasien untuk menjaga
2. umlah leukosit personal hygiene
dalam batas normal 6. Kolaborasi dalam pemberian
3. Menunjukkan terapi antibiotik
perilaku hidup sehat

4 Intoleransi NOC NIC


aktivitas Good aktivity Energy Management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi
dengan post Op
tindakan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
Hemoroidektomi.
1x24 jam pasien dapat kelelahan.
melakukan aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik dan
secara mandiri dengan emosional.
kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidu
1. Klien mampu 4. Monitor lokasi dan
menopang beban ketidaknyamanan selama
ringan ke sedang melakukan aktivitas
meningkat 5. Anjurkan tirah baring
2. ADL tidak di bantu 6. Anjurkan melakukan aktivitas
3. Klien mampu secara bertahap
melakukan aktifitas 7. Anjurkan menghubungi perawat
dirumah secara jika tanda dan gejala kelelahan
mandiri tidak berkurang
8. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
5 Ansietas NOC NIC
berhubungan No Anxiety Management Anxiety
dengan koping in Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
adekuat terhadap
tindakan keperawatan berubah (mis. Kondisi, waktu,
proses penyakit.
selama 1x24 jam pasien stressor)
dapat mengurangi 2. Monitor tanda-tanda ansietas
kecemasa dengan (verbal dan nonverbal)
kriteria Hasil :
23

1. Verbalisasi khawatir 3. Terapeutik : Ciptakan suasana


akibat kondisi yang terapeutik untuk menumbuhkan
dihadapi menurun kepercayaan
2. Periku gelisah 4. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan, jika
3. Tidak pucat memungkinkan
4. Pasien rileks 5. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
6. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
7. Latih kegiatan pengalihan
ubntuk mengurangi ketegangan
8. Memberikan dukungan spiritual

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi)
dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan
daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis
serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi


dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan
planning). Dalam evaluasi ini dapat ditemukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.

G. Discharge Planning
Discharge palnning adalah suatu proses dimulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawat baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap kembali ke lingkungannya.
24

Penatalaksanaan discharge palnning secara garis besar dibagi menjadi dua


bagian, yakni discharge planning sebelum hari pemulangan pasien dan pada
hari pemulangan pasien. Pelaksanaan pada saat sebelum hari pemulangan
pasien, perawat menginformasikan mengenai sumber-sumber pelayanan
kesehatan, serta pendidikan kesehatan terkait dengan penyakit yang dialami
pasien meliputi tanda gejala, komplikasi, perawatan, pencegahan dan
kepatuahan pengobatan. Sedangkan pada saat hari pemulangan pasien, maka
pasien diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum atau
kurang dipahami dan hal-hal yang ingin diketahui lenih lanjut. Evaluasi
kegiatan discharge planning dilakukan sesuai dengan pendidikan kesehatan
yang sudah didiskusikan bersama pasien dan keluarganya, baik kognitif
maupun psikomotornya.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Klien Tn. T umur 49 tahun datang ke IGD RS Mega Buana pada pukul
10.00 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah dan pada area
rectal, klien mengatakan saat BAB mengeluarkan darah, klien mengatakan
susah BAB dan fesesnya keras, klien mengatakan takut untuk BAB, klien
mengatakan telah melakukan operasi 2 bulan yang lalu, wajah klien nampak
meringis.

A. Pengkajian Keperawatan
2. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. T

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Status Perkawinan : Kawin

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Alamat : Belopa

Diagnosa Medis : Post Op. Hemoroid

No.RM : xx.xx.xx

Tanggal Masuk RS : Minggu, 27 Maret 2022

Tanggal Pengkajian : Minggu, 27 Maret 2022

25
26

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan Utama : Nyeri
b. Alasan masuk RS : Klien datang ke IGD Rumah Sakit Mega Buana
Palopo dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah dan pada area
rectal, klien mengatakan saat BAB mengeluarkan darah, klien
mengatakan susah BAB dan fesesnya keras, klien mengatakan takut
untuk BAB, wajah klien nampak meringis, klien tampak kooperatif,
terdapat bekas operasi pada area rectal, bising usus tidak normal, klien
tampak lemas dan pucat disertai dengan tanda-tanda vital : TD : 130/80
mmHg, N : 74x/i, P : 20x/i, S : 36 OC.
Pengkajian nyeri Flacc Pain Scale (FPS)
P : Hemoroid Post Op.
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut kanan bawah dan area rectal
S : Skala nyeri 5 (1-10)
T : Hilang timbul
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan melakukan operasi Hemoroid di Makkasar pada 2
bulan yang lalu.Klien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit
maag/gastritis.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakit seperti pasien.

Genogram 3 Generasi :

x
27

Keterangan

: Laki-laki

: Peremuan

: Garis Keturunan

: Garis pernikahan

: Klien

X : Meninggal

4. Primary Suvay
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Breathing
Klien tidak mengeluh sesak nafas, frekuensi pernafasan 20x/i
c. Circulation
Nadi 74x/I, irama teratur, TD : 130/80 mmHg
d. Disability
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15

5. Pola Aktivitas/Istirahat
Klien adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di kantor pertanian. Klien
mengatakan sulit melakukan aktivitas saat nyerinya timbul. Klien
mengatakan tidur siang jarang dilakukan dan tidur malam biasanya pukul
22.00 dan bangun pukul 05.00.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut
Keadaan kepala simetris, tidak ada lesi, warna hitam, kulit kepala
bersih dan rambut tidak berminyak, tidak ada pembengkakan, tekstur
rambut lembut.
28

2) Mata
Mata simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri dan kanan,
warna kongjungtiva merah muda, sklera normal tidak ada perubahan
warna, tidak ada pembengkakan disekitar mata, saat dilakukan
pemeriksaan dengan cara lapang pandang pasien bisa menyebutkan
apa yang diperagakan dengan dilihat sama.
3) Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna
sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan bersih
tidak ada serumen, pendengaran tidak terganggu, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
4) Hidung
Hidung simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain,
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan dan pendarahan, tidak ada secret,
tidak ada polip, penciuman tidak terganggu, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan.
5) Mulut dan Gigi
Warna mukosa mulut dan bibir agak pucat, kering, tidak ada lesi,
tidak memakai gigi palsu, tidak ada perdarahan/radang gusi, lidah
simetris, langit-langit utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Leher

Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk


simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, arteri karotis terdengar,
tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.

c. Thorak

Paru-paru I : Simetris kiri kanan, dinding dada tidak ada benjolan


P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan kanan P : Bunyi
sonor A : Bunyi vesikuler .

Jantung I : Simetris kiri kanan, pergerakan jantung normal P :


Tidak nyeri tekan P : Redup dibatas kiri tidak lebih dari 4,7,10 cm ke
29

arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostal ke 4,5 dan 8. A :
Terdengar S1 Lup, S2 Dup.

d. Abdomen

I : Simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada tonjolan A : Bising usus 32x/detik P : Tidak ada pembengkakan, ada
nyeri tekan pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, skala
nyeri 4, tidak ada massa dan penumpukan cairan. P : Bunyi tympani.

e. Ekstremitas
Ekstremitas atas simetris kiri kanan, terpasang infus di bagian
tangan kiri yaitu RL 21 tetes/menit,tidak ada pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan.
Ekstremitas bawah simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, tidak ada varises, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada kekakuan sendi.
f. Genitalia
Keadaan bersih, pada anus terdapat bekas luka post operasi.
g. Integumen
Keadaan bersih, turgor kulit kering.
Kekuatan Otot :
5 5
5 5

7. Data Biologis
Pola kebiasaan makan klien 3 kali/hari tidak ada pantangan makan sebelum
sakit dan setelah sakit klien di anjurkan makan makanan yang lembek,
dalam pengkajian eliminasi saat sehat BAB rutin dalam sehari 2-3 kali dan
tidak ada kesulitan dan BAK juga rutin dalam sehari 9-10 kali dan tidak ada
kesulitan, dan saat sakit BAB dan BAK pasien mengalami kesulitan seperti
halnya BAB sulit mengedan atau konsistensi keras dan BAK terganggu.
Pola personal hygiene pasien mandi 2 kali sehari.
30

8. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan pasien tidak ada memilki alergi terhadap obat-obatan
maupun makanan dan minuman.
9. Data Psikologis
a. Perilaku Verbal
1) Cara Menjawab : Pasien tampak kooperatif
2) Cara Informasi : Perawat memberikan informasi lewat pasien dan
keluarga
b. Perilaku Non Verbal
1) Tingkat Kesadaran : Cukup
2) Kesadaran Umum : Composmentis
c. Emosi
Emosi pasien tampak stabil
d. Persepsi Penyakit
1) Pasien tampak sabar dan tabah dengan penyakitnya
2) Pasien selalu semangat menjalankan hidupnya dan selalu optimis
dalam hidupnya
e. Konsep Diri
Sikap terhadap diri sendiri pasien optimis akan sembuh
f. Adaptasi
Pasien beradaptasi dengan lingkungan sekitar
g. Mekanisme Pertahanan Diri
Simpatisme : Dengan cara bercerita tentang kesulitan yang ia alami
10. Data Sosial Ekonomi
a. Pola Komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi baik dengan istri dan juga anaknya
b. Orang yang dapat memberi rasa nyaman Istri dan anak pasien
c. Orang yang paling berharga bagi pasien Istri dan anak pasien
d. Hubungan keluarga dengan lingkungan sekitarnya sangat baik
11. Data Spiritual
a. Keyakinan pasien mengatakan beragama Islam.
31

b. Ketaatan beribadah pasien dan keluarga mengatakan menjalankan shalat


5 waktu.
c. Keyakinan terhadap penyembuhan pasien mengatakan ia pasti sembuh.

12. Pemeriksaan Penunjang


Darah Lengkap Hasil Nilai Normal
HGB 15,0 g/dL 13,0-16,0
WBC 12,8 103 /mm3 5,0-10,0
MCV 85,4 Fl 80-97
MCH 23,8 Pg 26,5 – 33,5
RBC 6,29 106 /mm3 4,5 – 5,5

13. Terapi Medikasi


a. IUFD RL 20 tpm
b. Omeprazole 1 Vial/12 jam/IV : Obat yang digunakan untuk memperbaiki
system pencernaan
c. Dexketoprofen 1 Amp./12 jam/IV : Obat yang digunakan untuk
mengatasi nyeri
d. Cefoperazone 1Vial/12 jam/IV : Obat yang digunakan untuk
antibiotic/infeksi bakteri

B. Diagnosa Keperawatan
No Data Etiologi Masalah

1 DS: Hemoroid Nyeri akut


 Klien mengatakan nyeri berhubungan
perut bagian kanan bawah Post Op dengan
dan pada area rectal Hemoroidektomi
DO: Hemoroidektomi
 Wajah klien nampak
meringis Merangsang Saraf
 Klien nampak kooperatif Diameter Kecil
 Pengkajian nyeri
P : Hemoroid Post. Op. Gate Kontrol
Q : Seperti tertusuk-tusuk Terbuka
R : Nyeri pada perut kanan
bawah dan area rectal Saraf Aferen
S : Skala Nyeri 5 (1-10)
T : Hilang timbul 5-10 menit Cortex Cerebri
 Tanda-tanda Vital
32

TD : 130/80 mmHg Saraf eferen


N : 74x/i
S : 36oC Nyeri Akut
P : 20x/I
 Pemberian obat analgetik :
Dexketoprofen 1 Amp./12
jam/IV

2 DS: Hemoroid Gangguan


 Klien mengatakan susah Eliminasi Fekal
BAB dan fesesnya keras Post Op berhubungan
 Klien mengatakan takut dengan
untuk BAB Hemoroidektomi mengabaikan
 Klien mengatakan memiliki dorongan untuk
riwayat penyakit gastritis Merangsang Saraf defekasi
DO: Diameter Kecil
 Bising usus tidak normal
(31x/i) Gate Kontrol
 Klien tampak lemas dan Terbuka
pucat
 Pemberian obat laksatif: Saraf Aferen
Omeprazole 1 Vial/12
jam/IV Cortex Cerebri

Takut untuk BAB

Feses Keras
(Konstipasi)

Gangguan Eliminasi
Fekal

3 DS: Hemoroid Risiko infeksi


 Klien mengatakan saat BAB berhubungan
mengeluarkan darah Post Op dengan
 Klien mengatakan Hemoroidektomi,
melakukan operasi Hemoroidektomi Personal hygiene in
hemoroid di Makkasar 2 adekuat
bulan yang lalu Merangsang Saraf
DO: Diameter Kecil
 Terdapat bekas operasi pada
area rectal Gate Kontrol
 WBC : 12,8 103 /mm3 Terbuka
 Pemberian terapi antibiotic :
Cefoperazone 1 Vial/12 Saraf Aferen
jam/IV
Cortex Cerebri
33

Takut untuk BAB

Feses Keras
(Konstipasi)

Perdarahan saat
mengejan

Personal Hygiene in
adekuat

Risiko Infeksi

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Pain Level Pain Management
dengan Pain Control 7. Kaji nyeri secara komprehensif
Hemoroidektomi Comfort Level 8. Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan ketidaknyamanan
tindakan keperawatan 9. Beri posisi yang nyaman
1x24 jam diharapkan 10. Anjurkan teknik relaksasi nafas
nyeri dapat berkurang, dalam
dengan kriteria hasil : 11. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Keluhan nyeri mempengaruhi nyeri seperti
menurun suhu ruangan, pencahayaan dan
2. Klien tidak meringis kebisingan
3. Menyatakan rasa 12. Kolaborasi dalam pemberian
nyaman setelah nyeri analgetik
berkurang.
2 Gangguan NOC NIC
eliminasi fekal Soft Stool Constipation Management
berhubungan No Constipation 9. Monitor tanda dan gejala
dengan No Rectal Bleeding konstipasi
mengabaikan Setelah dilakukan 10. Monitor bising usus
dorongan untuk tindakan keperawatan 11. Monitor tanda dan gejala
defekasi 1x24 jam diharapkan rupture usus / peritonitis
tidak terjadi konstipasi, 12. Identifikasi feses: frekuensi,
dengan kriteria hasil : konsistensi, dan volume
34

4. Mempertahankan 13. Identifikasi faktor penyebab dan


bentuk feses lunak kontribusi konstipasi
setiap 1 – 3 hari 14. Jelaskan etiologi dan
5. Bebas dari rasionalisasi tindakan terhadap
ketidaknyamanan pasien
dan konstipasi 15. Dukung intake cairan
6. Feses lunak dan 16. Kolaborasikan pemberian
berbentuk laksatif

3 Risiko infeksi NOC NIC


berhubungan No Infection Infection prevention
dengan Good Personal Hygiene 7. Monitor tanda dan gejala infeksi
Hemoroidektomi, Setelah dilakukan sistemik dan lokal
Personal hygiene tindakan keperawatan 8. Monitor hitung granulosit, WBC
in adekuat 1x24 jam diharapkan 9. Monitor kerentanan terhadap
tidak terjadi infeksi, infeksi
dengan kriteria hasil : 10. Cuci tangan stiap sebelum dan
4. Klien bebas dari sesudah tindakan keperawatan
tanda dan gejala 11. Anjurkan pasien untuk menjaga
infeksi personal hygiene
5. umlah leukosit 12. Kolaborasi dalam pemberian
dalam batas normal terapi antibiotik
6. Menunjukkan
perilaku hidup sehat

D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Tgl/Jam
Nyeri akut 1. Kaji nyeri secara 10.30 a.m
berhubungan komprehensif
dengan Hasil : P:Hemoroid Post. Op. S:
Hemoroidektomi QSeperti tertusuk-tusuk  Klien mengatakan nyeri perut
R:Nyeri pada perut bagian kanan bawah dan
27 Maret 2022 kanan bawah dan area pada area rectal dengan
10.00 a.m rectal PQRST
S:Skala Nyeri 5 (1-10) P : Hemoroid Post. Op.
Q : Seperti tertusuk-tusuk
35

T:Hilang timbul, 5-10 R : Nyeri pada perut kanan


menit bawah dan area rectal
2. Observasi reaksi nonverbal S : Skala Nyeri 5 (1-10)
dari ketidaknyamanan T : Hilang timbul 5-10 menit
Hasil : Klien kooperatif O:
3. Beri posisi yang nyaman  Wajah klien nampak
meringis
Hasil : Klien dalam posisi semi
 Klien nampak kooperatif
fowler
4. Anjurkan teknik relaksasi  Tanda-tanda Vital
nafas dalam TD : 130/80 mmHg
Hasil : Klien kooperatif N : 74x/i
5. Kontrol lingkungan yang S : 36oC
dapat mempengaruhi nyeri P : 20x/i
seperti suhu ruangan,  Pemberian analgetik
Hasil : Dexketoprofen 1
pencahayaan dan kebisingan
Amp./12 jam/IV
Hasil : Klien merasa nyaman
dengan lingkungan A:
6. Kolaborasi dalam Masalah belum teratasi
pemberian analgetik
Hasil : Dexketoprofen 1 P:
Lanjutkan intervensi 1-6
Amp./12 jam/IV
(Rawat Inap)

Konstipasi 1. Monitor tanda dan gejala 10.35 a.m


berhubungan konstipasi S:
dengan Hasil : Klien mengatakan tidak  Klien mengatakan belum ada
mengabaikan tanda-tanda BAB
ada tanda-tanda BAB
dorongan untuk  Klien mengatakan takut
defekasi 2. Monitor bising usus
untuk BAB
Hasil : Bising usus 31x/i O:
27 Maret 2022 3. Monitor tanda dan gejala  Bising usus tidak normal
10.05 a.m rupture usus / peritonitis (31x/i)
Hasil : Adanya bekas operasi  Klien tampak lemas dan
pada area rectal pucat
4. Identifikasi feses: frekuensi,  Klien terlihat minum air yang
konsistensi, dan volume banyak
Hasil : Klien mengatakan tidak  Pemberian laksatif
ada tanda-tanda BAB, feses Hasil : Omeprazole 1 Vial/12
jam/IV
keras
A:
5. Identifikasi faktor penyebab Masalah belum teratasi
dan kontribusi konstipasi
Hasil : P:
Lanjutkan intervensi 1-8
36

6. Jelaskan etiologi dan (Rawat Inap)


rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
Hasil : Klien terlihat
memperhatikan dan memahami
7. Dukung intake cairan
Hasil : Klien terpasang IUFD
20 tpm
8. Kolaborasikan pemberian
laksatif
Hasil : Omeprazole 1 Vial/12
jam/IV
Risiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala 10.40 a.m
berhubungan infeksi sistemik dan local S:
dengan Hasil : WBC : 12,8 103 /mm3  Klien mengatakan menjaga
Hemoroidektomi, kebersihan diri
Adanya peningkatan pada Sel
Personal hygiene O:
darah putih
in adekuat  Terdapat bekas operasi pada
2. Monitor hitung granulosit, area rectal
27 Maret 2022 WBC  Perawat melakukan tindakan
10.10 a.m Hasil : WBC : 12,8 103 /mm3 sesuai SOP
3. Monitor kerentanan  WBC : 12,8 103 /mm3
terhadap infeksi  Pemberian terapi antibiotik
Hasil : Klien mengatakan Hasil : Cefoperazone 1
adanya perdarahan Vial/12 jam/IV
4. Cuci tangan setiap sebelum
A:
dan sesudah tindakan
Masalah belum teratasi
keperawatan
Hasil : Perawat melakukan P:
tindakan sesuai SOP Lanjutkan intervensi 1-6
5. Anjurkan pasien untuk (Rawat Inap)
menjaga personal hygiene
Klien mengatakan menjaga
kebersihan diri
6. Kolaborasi dalam
pemberian terapi antibiotic
Hasil : Cefoperazone 1 Vial/12
jam/IV
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus Hemoroid Post
Op. kemudian dianalisa. Pada tahap ini, penulis dengan berbagai cara untuk
memperoleh data. Data yang diperoleh dari wawancara yang bersumber dari
pasien dan keluarga. Penulis tidak mengalami kesulitaan karena penulis telah
mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan keluarga
terbuka dan mengerti serta kooperatif.
Ditinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus
tidak jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan pustaka. Setelah penulis
melakukan pengkajian pada Tn. T dengan kasus Hemoroid Post Op.
didapatkan hasil pengkajian pada tinjauan kasus pasien mengalami nyeri pada
perut kanan bawah dan area rectal, adanya perdarahan saat BAB, konstipasi
dan wajah pasien nampak meringis. Pada tinjauan pustaka juga di jumpai hal
demikian, pada tinjauan kasus hal-hal tersebut di temukan dan dialami oleh
pasien.
Untuk menegakkan diagnose keperawatan Hemoroid Post Op. dalam
hal ini diperlukan pemeriksaan diagnostik. Dimana pada tinjauan pustaka
ditemukan pemeriksaan colok dubur, Anoskop dan Proktosigmoidoskopi.
Pada tinjauan kasus juga dilakukan pemeriksaan diagnostik, tetapi
pemeriksaan yang dilakukan itu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik, sedangkan pemeriksaan colok dubur, Anoskop dan
Proktosigmoidoskopi, tidak dilakukan karena pasien post Op, tidak ada
anjuran dokter dan juga keterbatasan fasilitas di rumah sakit.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan teori yaitu
Nyeri akut berhubungan dengan Hemoroidektomi, Gangguan eliminasi fekal

37
38

berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi, Risiko Infeksi


berhubungan dengan Hemoroidektomi,personal hygiene in adekuat, ansietas
berhubungan dengan koping in adekuat dan intoleransi aktifitas berhubungan
dengan Hemoroidektomi.
Adapun diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori tetapi tidak
terdapat pada tinjauan kasus yaitu ansietas berhubungan dengan koping in
adekuat dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan Hemoroidektomi.

C. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis tidak banyak menemui permasalahan


dalam merencanakan intervensi. Sesuai permasalahan yang dialami pasien,
maka rencana keperawatan juga sesuai prioritas agar pemenuhan kebutuhan
pasien dapat terpenuhi dan perencanaan yang ada pada tinjauan kasus tidak
jauh berbeda dengan perencanaan pada tinjauan teori.

Seperti pada nyeri akut berhubungan dengan Hemoroidektomi. Pada


tinjauan teori terdapat perencanaan kaji tingkat nyeri secara komprehensif,
observasi reaksi non-verbal dari ketidaknyaman, beri posisi yang
nyaman,anjurkan teknik relaksasi, Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri dan kolaborasi dalam pemberian analgetik. Berdasarkan
intervensi tersebut, penulis juga melakukan perencanaan yang tidak jauh
berbeda dengan tinjauan teori.

Diagnosa keperawatan gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan


mengabaikan dorongan untuk defekasi. Pada tinjauan teori terdapat
perencanaan Monitor tanda dan gejala konstipasi, monitor bising usus,
monitor tanda dan gejala rupture, identifikasi feses, identifikasi faktor
penyebab dan kontribusi konstipasi, jelaskan etiologi dan rasionalisasi
tindakan, dukung intake cairan dan kolaborasi dalam pemberian laktasif.
Berdasarkan intervensi tersebut, penulis melakukan perencanaan yang sama
dan sesuai untuk memaksimalkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
39

Diagnosa keperawatan risiko infeksi berhubungan dengan


Hemoroidektomi, personal hygiene in adekuat. Pada tinjauan teori terdapat
perencanaan monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal, monitor
hitung granulosit, WBC, monitor kerentanan terhadap infeksi cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, Anjurkan
pasien untuk menjaga personal hygiene, kolaborasi dalam pemberian terapi
antibiotik. Berdasarkan perencanaan diatas, penulis melakukan perencanaan
yang sama dan sesuai untuk memaksimalkan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.

D. Implementasi Keperawatan
Pada rencana keperawatan ini mengacu pada rencana yang telah di
tetapkan dalam teori. Penulis dapat melaksanakan semua rencana yang ada
pada teori tetapi penulis melaksanakan semua rencana sesuai diagnosa
keperawatan pada Tn. T dengan kasus Hemoroid Post Op. di ruang IGD RS
Mega Buana Palopo. Dalam rencana tindakan semua dilaksanakan oleh
penulis untuk membantu melengkapi tindakan keperawatan maka penulis
melihat tindakan yang dilakukan perawat ruangan, penulis melihat dan
membaca di buku laporan tindakan yang ditulis oleh perawat serta melakukan
wawancara singkat pada pasien selama praktik. Tindakan keperawatan ini
dilakukan sesuai waktu yang telah di tetapkan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengelola kasus pada pasien
Hemoroid Post Op. dengan implementasi yang sesuai dengan masing-masing
diagnose.
Diagnosa pertama yaitu nyeri berhubungan dengan Hemoroidektomi.
Pada diagnosa ini penulis melakukan pengkajian nyeri selama 1x24 jam
dengan metode PQRST dan respon subyektif klien mengatakan nyeri pada
perut kanan bawah dan area rectal, P : Hemoroid Post Op, Q : Seperti di tusuk-
tusuk, R : Perut bagian kanan bawah dan area rectal, S : Skala nyeri 5 (1-10),
T : Hilang timbul 5-10 menit, respon obyektif klien wajah klien nampak
meringis, klien juga nampak kooperatif. Untuk mengurangi nyeri penulis
melakukan tindakan keperawatan seperti mengkaji tingkat nyeri, memberi
posisi yang nyaman, menganjurkan teknik relaksasi, kolaborasi dalam
40

pemberian analgetik dan memonitor tanda-tanda vital dengan hasil : TD :


130/80 mmHg, N : 74x/i, P : 20x/i, S : 36 0C. Tujuan dari implementasi ini
adalah untuk mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya.
Diagnosa yang kedua yaitu gangguan eliminasi fekal berhubungan
dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi. Pada pengkajian subyektif
klien mengatakan BAB tidak lancar, saat BAB fesesnya keras,adanya riwayat
gastritis, pada data obyektif bising usus tidak normal (31x/i), klien tampak
lemas dan pucat. Penulis melakukan pelaksanaan keperawatan selama 1x24
jam. Implementasi yang dilakukan yaitu monitor tanda dan gejala konstipasi,
monitor bising usus, monitor tanda dan gejala ruptur,meng identifikasi feses,
mengidentifikasi faktor penyebab, kolaborasi pemberian laksatif. Tujuan dari
implementasi ini yaitu untuk mengetahui tindakan selanjutnya dan tidak
terjadi konstipasi pada pasien.
Diagnosa yang ketiga yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
Hemoroidektomi, personal hygiene in adekuat. Pada pengkajian subyektif
klien mengatakan BAB mengeluarkan darah, klien post operasi 2 bulan yang
lalu. Pada data obyektif terdapat bekas operasi pada rectal dan pemeriksaan
Leukosit tinggi yaitu WBC : 12,8 103 /mm3. . Penulis melakukan
implementasi keperawatan 1x24 jam. Implementasi yang dilakukan yaitu
monitor tanda dan gejala infeksi, monitor hitung WBC, monitor kerentanan
terhadap infeksi, menganjurkan personal hygiene pada pasien dan kolaborasi
pemberian antibiotic. Tujuan dari implementasi ini yaitu untuk mencegah
infeksi berlanjut dan menentukan intervensi selanjutnya.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi
saat melakukan implementasi pada pasien dan penulis menggunakan teori
SOAP yaitu S (subyektif) berisi data pasien melalui proses anamnesis,
menungkapkan perasaan secara langsung. O (obyektif) berisi data yang
ditemukan setelah dilakukan tindakan keperawatan, dapat dilihat secara nyata
dan dapat di ukur. A (assasment) merupakan kesimpulan kondisi pasien
41

setelah dilakukan tindakan keperawatan. P (planning) adalah rencana tindak


lanjut terhadap masalah yang dialami klien.
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan Hemoroidektomi,
evaluasi dilakukan oleh penulis sekitar 30 menit klien mengatakan nyeri pada
perut kanan bawah dan area rectal, dengan skala nyeri 5, wajah klien masih
nampak meringis, TD : 130/80 mmHg, N : 74x/I, S : 36oC, P : 20x/I,
Pemberian analgetik, hasil : Dexketoprofen 1 Amp./12 jam/IV. Melihat
evaluasi yang telah dilakukan penulis, masalah pada diagnosa nyeri belum
teratasi dan dilanjutkan oleh perawat jaga untuk pasien kemudian rawat inap.
Pada diagnosa gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan
mengabaikan dorongan defekasi, evaluasi dilakukan oleh penulis sekitar 30
menit klien menyatakan belum ada tanda-tanda BAB, klien masih takut untuk
BAB, bising usus tidak normal, klien tampak pucat dan lemah, klien minum
air yang banyak, pemberian laksatif, hasil : Omeprazole 1 Vial/12 jam/IV.
Melihat evaluasi yang telah dilakukan penulis, masalah pada diagnosa
gangguan eliminasi fekal belum teratasi dan dilanjutkan oleh perawat jaga
untuk pasien kemudian rawat inap.
Pada diagnosa ketiga yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
hemoroidektomi, personal hygiene in adekuat, evaluasi dilakukan sekitar 30
menit, klien mengatakan akan menjaga kebersihan diri, perawat telah
melakukan tindakan sesuai SOP, pemberian terapi antibiotic, hasil :
Cefoperazone 1 Vial/12 jam/IV. Melihat evaluasi yang telah dilakukan
penulis, masalah pada diagnosa risiko infeksi belum teratasi dan dilanjutkan
oleh perawat jaga untuk pasien kemudian rawat inap.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian diatas yang telah di uraikan tentang asuhan


keperawatan pada pasien dengan masalah Hemoroid Post Op., maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa : Hasil pengkajian pada Tn. T di dapatkan
keluhan utama pasien yaitu pasien mengatakan mengalami gangguan eliminasi
fekal, karena adanya konstipasi, hemoroidektomi, sehingga menyebabkan
nyeri dan adanya perdarahan saat BAB, adanya risiko infeksi karena
perdarahan dan personal hygiene in adekuat. Data obyektifnya berupa keadaan
umum pasien adanya nyeri post op, terdapat bekas operasi pada rectal, bising
usus tidak normal (31x/i), klien nampak lemas dan pucat, WBC : 12,8 103 mm3,
pemeriksan tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg, N : 74x/i, P : 20x/i, S :
360C.
Diagnosa keperawatan yang utama di tegakkan adalah nyeri akut
berhubungan dengan Hemoroidektomi, gangguan eliminasi fekal berhubungan
dengan mengabaikan dorongan defekasi dan risiko infeksi berhubungan
dengan hemoroidektomi, personal hygiene in adekuat.
Pada tahap intervensi yang di laksanakan disesuaikan dengan intervensi
yang terdapat dalam teori. Tahap implementasi asuhan keperawatan pada Tn.
T didasarkan pada perencanaan yang telah di susun penulis.
Hasil evaluasi yang dilakukan belum dapat teratasi karena pasien masih
mengeluhkan nyeri, konstipasi belum teratasi dan adanya risiko infeksi yang
harus di pantau perawat agar tidak terjadi infeksi berlanjut.

B. Saran

Untuk pencapaian hasil keperawatan yang di harapkan, maka


diperlukan hubungan yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2013, 2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Medi Action Publishing

Aigner F, 2017, Hemorrhoids, 37-46, [online], (diunduh 19 April 2020), tersedia


dari: http://dx.doi.org/ 10.1007/978-3-662-53210-2.

Badal R, Sharma M, 2019, Assessment of Cases of Hemorrhoids in Adults- A


Clinical Study, 7(11), 179-182, [online], (diunduh 19 April 2020), tersedia
dari: https://search.proquest.com/openview/be62cf4da2a1668bbec8d1e7
ac1d5b28/1?pq-origsite=gscholar&cbl=2040251.

Brzezinski P, Martini L, 2019, Prolapsed And Inflamed Hemorrhoids In Women:


How To Solve The Problem In 8 Days By The Topical Administration Of
Quebracho Blanco And Rubia Tinctorium, 10(2), 131-137 , [online],
(diunduh 19 April 2020), tersedia dari: https://www.researchgate.net/
publication/331290852_Prolapsed_and_infl_amed_hemorrhoids_in_wome
n_how_to_solve_the_problem_in_8_days_by_the_topical_administration_
of _Quebracho_blanco_and_Rubia_tinctorium

Dehdari S, Hajimehdipoor H, Esmaeili S, et al, 2017, Traditional and modern


aspects of hemorrhoid treatment in Iran: A review, 16(2), 90-98, [online],
(diunduh 19 April 2020), tersedia dari: https://www.sciencedirect.com/
science/article/abs/pii/S209549641830013X.

Ezberci F, Ünal E, 2018, Aesculus Hippocastanum (Aescin, Horse Chestnut) in the


Management of Hemorrhoidal Disease: Review, 28(2), 54–57, [online],
(diunduh 02 Juni 2019), tersedia dari: https://www.researchgate.net/
publication/325765766Aesculus_Hippocastanum_Aescin_Horse_Chestnut
_ in_the_Management_of_Hemorrhoidal_Disease_Review.
Forootan M, Bagheri N, Darvishi M, 2018, Chronic Constipation, 97:20, 1–9,
[online], (diunduh 20 April 2020), tersedia dari: https://pubmed.
ncbi.nlm.nih.gov/29768326/.

Lohsiriwat V, 2018, Anatomy, Physiology, and Pathophysiology of Hemorrhoids,


9–17, [online], (diunduh 28 Agustus 2019), tersedia dari: https://doi.org/
10.1007/ 978-3-319-53357-5_2.

Lohsiriwat V, 2019, Hemorrhoidal Disease, [online], (diunduh 30 September


2019), tersedia dari: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-815346-8.00005-9.

Pusparani C, Purnomo S, 2019, Hemorrhoid Artery Ligation and Recto-Anal Repair


Treatment for Hemorrhoid : A Case Series, 8 (3), 550-552, [online],
(diunduh 07 Oktober 2019), tersedia dari: https://www.researchgate.net/
publication/340833933_Hemorrhoid_artery_ligation_and_recto-anal_
repair_treatment_for_hemorrhoid_a_case_series.

Ratto C, Parello A, Litta F, et al, 2018, Clinical Assessment of Hemorrhoids,


35– 45, [online], (diunduh 07 Oktober 2019), tersedia dari: https://doi.org/
10.1007/978-3-319-53357-5_5.

Ravindranath GG, Rahul BG, 2018, Prevalence and Risk Factors of


Hemorrhoids: A Study in A Semi-Urban Centre, 5(2), 496, [online], (diunduh 17
Oktober 2019), tersedia dari: https://ijsurgery.com/ index.php/isj/article/view/2532.

Rørvik H, Styr K, Ilum L, et al, 2019, Hemorrhoidal Disease Symptom


Score and Short Health Scalehd: New Tools to Evaluate Symptoms and Health-
Related Quality of Life in Hemorrhoidal Disease, 62(3), 333–342, [online],
(diunduh 31 Oktober 2019), tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/30451751.

Sunarto, (2016). Analisis Faktor Aktifitas Fisik Resiko Terjadi Hemoroid


Di Klinik Etika. Jurnal Keperawatan Global, Volume I, No 2, hlm 55-103

Safyudin, Damayanti L, 2017, Gambaran Pasien Hemoroid di Instalasi


Rawat Inap Departemen Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari sampai Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai