Anda di halaman 1dari 8

STANDARD OPERATING PROCEDURE

PROSEDUR OPERASI STANDAR

PELAYANAN KESEHATAN
KERJA UP CIRATA

01 September 2022 Draft dr. Adnan Bakri,MKK

DATE DESCRIPTION PREPARED BY CHECKED BY APPROVED BY

PT. CILANGKAP PUTRA SEJATI


PENDAHULUAN

Kesehatan kerja adalah salah bagian dari ilmu kedokteran komunitas, yang
mempelajari ilmu kedokteran dalam ruang lingkup semua komunitas, yang dalam hal
ini komunitas tersebut adalah perusahaan.

Workforce adalah asset dalam sebuah perusahaan, bila Workforce sehat maka
otomatis produktivitas perusahaan juga akan meningkat. Secara aturan, pemerintah
sebagai pembuat aturan untuk melayani masyarakat tentunya menginginkan tenaga
kerja dalam perusahaan tersebut harus sehat, selama dia bekerja dan setelah selesai
masa kerja. Karena tidak dipungkiri bahwa potensi gangguan Kesehatan dari
lingkungan perusahaan sangatlah banyak, sehingga perlu dibuatkan aturan untuk
melindungi Kesehatan Workforce dan hal ini dilaksanakan oleh departemen tenaga
kerja dan transmigrasi sebagai regulator pemerintah.

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan kerja oleh perusahaan, diharuskan oleh


disnakertrans sebagai salah satu parameter penilaian sistem manajeman K3 di
sebuah perusahaan

Pelayanan Kesehatan kerja meliputi promotive, preventive, kuratif, dan rehabilitative.


Sehingga bentuk pelayanan Kesehatan kerja selain mengobati Workforce secara
rawat jalan ataupun rujukan klinis rawat inap ( Kuratif ) juga harus berisikan program
kerja yang mengakomodir langkah-langkah promosi untuk kondisi Kesehatan
Workforce yang optimal dan pencegahan supaya tidak sakit ( Preventive )

PT.Pembangkintan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata, adalah salah satu


perusahaan yang profesional dan comply atas segala aturan, dan peduli terhadap
Kesehatan Workforce baik selama bekerja maupun setelah memasuki masa
purnabakti. Saat ini sudah melakukan penyelenggaraan Kesehatan Kerja, tersedia
ruang pelayanan Kesehatan kerja dan 1 tenaga dokter dengan kualifikasi kedokteran
/ Kesehatan kerja dan 1 tenaga paramedis.

RUANG LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN KERJA

1. Pelayanan Rawat jalan Workforce


2. Stand by medis untuk kondisi medical emergency
3. Verfikasi kuitansi Workforce ( Karyawan organik ) yang berobat di luar
4. Inspeksi P2K3
5. Promosi Kesehatan ( Penyuluhan Kesehatan ) Monthly
6. Review Medical Check Up
7. Inspeksi Hygiene dan sanitasi
8. Simulasi MEDIVAC
9. Inspeksi kondisi peralatan medis
10. Medical Report
1

TINDAKAN & PENANGANAN MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Ada beberapa Tindakan medis dan penanganan-penanganan medis yang


kemungkinan akan perlu dilakukan dalam pelaksanaan pelayanan Kesehatan kerja,
khusus pada pelayanan yang bersifat kuratif, karena kondisi medical emergency bisa
saja terjadi, begitupun pada pelayanan rawat jalan bila workforce yang sakit
memerlukan follow up atau observasi lanjutan.

Beberapa tindakan medis yang dilakukan :


1. Pemasangan Infus
2. Penyuntikan obat injeksi
3. Penanganan Henti napas / Henti jantung ( Tindakan Bantuan Hidup Dasar )
4. Penanganan Workforce Pingsan
5. Penangann kondisi luka perdarahan
6. Penanganan Syok.
7. Penanganan Luka Bakar
8. Penanganan luka terpotong ( Amputasi )
9. Penanganan terkilir / keseleo
10. Penanganan patah tulang ( Fraktur )
11. Tindakan medis pemasangan spalak ( bidai )
12. Penanganan medis gigitan ular
13. Penanganan medis gigitan lebah

Untuk menjamin segala aktivitas dalam penyelenggaraan Kesehatan kerja terkhusus


pada tindakan-tindakan atau penanganan-penanganan tersebut di atas berjalan aman
dan sesuai dengan semangat K3, maka disusunlah Standar Operasional Procedure (
SOP ) atau Instruksi Kerja dalam setiap Tindakan medis / penanganan medis yang
dilakukan tersebut di atas.

1. Pemasangan Infus

• Melakukan informed consent kepada pasien


• Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan ( infuse cet, cairan infuse, kateter
vena, plester, kapas alcohol, kasa sterill, gunting torniket, tiang infus, handscoen )
• Memasang infus cet pada cairan infuse dan meletakkan pada tiang infus.
• Mengalirkan cairan ke dalam infus dan memastikan tidak ada udara dalam selang
infus.
• Memakai sarung tangan ( Handgloves ).
• Menentukan lokasi vena yang akan dipasangi infus.
• Memasang torniket pada bagian proximal vena yang akan dipasang.
• Meraba vena yang akan dipasang
• Memilih ukuran kanula yang sesuai
• Melakukan desinfeksi dan menunggu hingga kering.
• Meregangkan dan menusuk kulit dengan jarak 0,5 cm dari vena yang dituju, dengan
sudut 30 derajat.
• Pastikan bahwa ujung jarum sudah masuk ke dalam vena dan mendorong masuk
kanula.
• Memfikasikan ulang dengan hypafix.
• Melepas tornikuet

by Adnan Bakri,dr
2

• Membendung ujung kanula, melepas jarum dan menyambung dengan infus cet.
• Mengalirkan cairan infuse dan mengevaluasi hasil pemasangan
• Melakukan fixasi terakhir.
• Mengatur kecepatan tetesan
• Mencatat tanggal, jam dan identitas pemasang.

2. Teknik Penyuntikan obat injeksi

• Mempersiapkan alat
• Membersihkan vial dengan alcohol, bila sediaan obat adalah ampul, cukup
mematahkan bagian atas ampul dengan menggunakan tangan yang dilapisi kain, kasa
atau tissue.
• Menginjeksikan udara yang cukup ke dalam vial
• Menarik Larutan dalam jumlah yang tepat dalam vial.
• Memakai sarung tangan ( Handgloves ).
• Membersihkan daerah injeksi dengan alkohol
• Memegang otot yang diinjeksi dengan tangan yang bebas
• Melakukana Injeksi dengan sudut 90 derajat.
• Menginjeksikan larutan ke dalam otot daerah injeksi
• Menarik jarum injeksi dari otot dengan sudut 90 derajat.
• Masase daerah injeksi dengan kapas alcohol.
• Menempatkan alat injeksi pada tempat disposable

3. Penanganan henti nafas dan henti jantung ( Tekhnik Bantuan Hidup Dasar )

• Workforce dengan kondisi tidak sadar


• Setelah memastikan kondisi tempat Workforce dan sekitarnya aman, segera lakukan
prosedure Basic Life Support.
• Segera Periksa respon/kesadaran Workforce untuk memastikan kesadarannya
• Bila tidak sadar, segera memanggil / Menelepon bantuan segera untuk
mempersiapkan peralatan pertolongan lanjutan
• Memeriksa Pulse di arteri carotis leher, sekaligus memeriksa pernafasan secara
singkat dan memastikannya tidak boleh lebih dari 10 detik.
• Bila Memastikan tidak ada pulse jantung ataupun merasa ragu apakah ada atau tidak
ada, tetap segera melakukan CPR ( Kompresi jantung Luar )
• CPR di lakukan dengan 1 orang atau 2 orang penolong tetap dengan kombinasi 30
kali penekanan dada, dan 2 kali hembusan napas
• Dilakukan sampai minimal 5 siklus atau selama 2 menit.
• CPR dilakukan sampai berhasil menimbulkan nafas spontan dan denyut jantung yang
adekuat, atau bila penolong sudah sangat-sangat kelelahan, dan atau tindakan
resusitasi tersebut sudah berlangsung lebih dari 30 menit dan belum berhasil. Tapi
CPR bisa diteruskan lebih dari normal waktu biasanya untuk Workforce-Workforce
tertentu seperti usia mudi, karena tenggelam, kedinginan,dan lain-lain
• Bila berhasil melakukan resusitasi, tempatkan Workforce dalam posisi recovery, dan
tetap dipersiapkan untuk dikirim ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.
• Selama melakukan proses resusitasi tersebut, persiapan untuk dikirim ke RS untuk
mendapat ACLS ( Advance Cardiac Life Support ) tetap harus dilaksanakan.

by Adnan Bakri,dr
3

4. Penanganan Pingsan / Tidak sadar

• Pasien tidak sadar ( pingsan )


• Pastikan kondisi Workforce berada di lokasi yang aman, bila di daerah lapangan
terbuka yang panas, sebaiknya dibawa ke tempat yang teduh. Jangan ada yang
mengerumuni Workforce, karena akan mengurangi udara segar di sekitarnya.
• Prosedur BHD ( Bantuan Hidup dasar ) dilaksanakan, untuk memastikan Workforce
yang pingsan, dan tidak juga mengalami henti nafas dan henti jantung ( Proses
memastikannya < 10 Detik ) Bila terjadi hal tersebut di atas, maka prosedur BHD harus
dilakukan sampai ACLS ( Advanced Cardiac Life Support ) sampai pasien pernafasan
dan kerja jantung normal dan adekuat. Untuk memastikan
• Juga dilakukan prosedure ATLS, trauma ataupun luka di tubuh yang menyebabkan
pingsan
• Bila semua hal di atas sudah dipastikan, Workforce dinyatakan mengalami pingsan
yang biasa.
• Segera longgarkan pakaian, ikat pinggang, dan segala yang mengganggu sirkulasi
tubuh
• Letakkan kepala lebih sama rata atau sedikit lebih rendah dari badan ( baring tanpa
bantal / Alas kepala )
• Beri bau-bauan yang merangsang supaya sadar, atau stimulasi, memanggil-manggil
supaya Workforceya segera sadar.
• Follow up dan kontrol status vitalisdariWorkforce
• Dipertimbangkan untuk dikirim ke fasilitas pemeriksaan yang lebih lengkap untuk
mendapatkan kepastian penyebab dari pingsannya.

5. Penanganan luka perdarahan

• Tenangkan workforce ,supaya jangan panik


• Luka yang mengeluarkan darah, diusahakan dalam posisi tinggi, lebih tinggi atau
minimal sejajar dengan jantung
• Kalau perdarahan dan luka tidak terlalu berat, bersihakan area luka dengan antiseptik
( betadine )
• Tekan daerah luka yang mengeluarkan darah dengan cukup kuat, menggunakan
pembalut cepat.
• Balut memutar luka tersebut apabila luka di anggota gerak, kasa sirkuler atau elastic
bandage.
• Jangan melakukan pengikatan bagian pangkal dari luka dengan tujuan menghentikan
perdarahan.
• Segera kirim ke Klinik untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

by Adnan Bakri,dr
4

• Bila perdarahannya kecil, akibat luka gores atau robek kecil, cukup dengan
membersihkan luka dengan antiseptik dan terus ditutup dengan Band Aid (Hansaplas).

6. Penanganan syok

• Segera baringkan Workforce pada tempat yang aman


• Bila tidak sadar pastikan Workforce bernafas spontan dan jantung berdenyut. Bila tidak
lakukakan proses BHD ( Bantuan Hidup Dasar ).
• Longgarkan seluruh pakaian yang bila bersifat membebat Workforce.
• Posisikan kaki lebih tinggi dari badan
• Tangani perdarahan luar secepat dan sepraktis mungkin
• Segera rujuk ke klinik atau Rumah Sakit, dengan petugas medis menemani
• Memantau terus tanda-tanda vital Workforce.

7. Penanganan Luka Bakar

• Segera identifikasi luas luka bakar, bila tidak luas makan akan lebih mudah dalam
memberika P3K
• Dinginkan daerah yang kenal luka bakar tersebut dengan air mengalir atau cold / Ice
pack selama 20 menit
• Oleskan salep luka bakar
• Bila luka bakar agak parah, segera kirim ke klinik atau Rumah mendapatkan terapi
lebih lanjut.

8. Penanganan Luka terpotong ( Amputasi )

• Segera tenangkan Workforce, bila terlihat syok segera posisikan dan posisi syok
• Tangani perdarahan nya seperti penjelasan di atas
• Pada jenis cedera ini, diperbolehkan untuk melakukan pengikatan di ujung luka atau
organ yang terpotong tersebut untuk menghentikan perdarahan.
• Bagian anggota tubuh yang terlepas, atau terpotong diamankan, dibersihkan dan
disimpan dalam wadah yang dingin, sebaikanya diberi es. Untuk keawetan dari organ
sehingga bisa dilakukan penyambungan dengan baik.
• Segera kirim ke RS yang memiliki fasiltas bedah mikro, untuk penyambungan organ
tubuh yang terlepas.

9. Penanganan Keseleo ( Terkilir / Dislokasi )

• Bila keseleo / dislokasinya adalah bisa kembali spontan ke posisi awal dan
menyisakan bengkak dan nyeri hebat, maka penanganannya agak lebih simpel dan
ini lebih sering disebut sebagai terkilir.
• Prinsip pada keseleo simpel diatas ( Terkilir ) adalah istilah RICE ( Rest , Ice,
Compression dan elevation )
• Rice, dengan memberi es, atau mendingikan daerah yang keseleo/terkilir tersebut.
• Compression, setelahnya kita lakukan penekanan pada sendi tersebut dengan elastic
Bandage
• Elevation, artinya mengangkat daerah yang terkilir lebih sedikit di atas jantung, untuk
mengurangi aliran darah ke daerah terkilir itu, sehingga tidak nyeri.
• Sebelumnya bisa dioleskan antinyeri gel/cream pada tempat yang terkilir.
• Bila terjadi dislokasi, dengan sendi tulang bergeser dan tidak kembali lagi ke posis
semula, maka sendi tersebut harus di imobilisasi supaya tidak bergerak. Bisa dengan
dibalut elastic perban beserta spalak satu sisi.

by Adnan Bakri,dr
5

• Dan segera rujuk ke Rumah sakit, untuk mengembalikan posisi sendi tersebut .

10. Penanganan patah tulang ( Fraktur )

• Tenangkan Workforce,jangan panik, pastikan lokasi tempat memberi pertolongan


aman
• Kenali jenis patah tulangnya, terbuka,tertutup atau ada segmen tulang yang mencuat
keluar dari luka
• Prinsipnya adalah fixasi dan imobilisasi
• Segera tutup celah tulang atau luka yang pasti perdarahan pada patah tulang terbuka
dengan kasa sterill, dengan penekanana cukup.
• Pasang spalak secara berpasangan pada anggota tubuh yang patah
• Bila ada segmen tulang yang mencuat, jangan mencoba untuk memasukkan ke
dalam. Karena selain sangat nyeri bisa menyebabkan infeksi, cukup memberikan
spalak dengan tidak mengganggu tulang yang mencuat tersebut.
• Spalak difixasi dengan membalut dengan kasa gulung atau kain segitiga 3 buah.
• Segera kirim ke RS untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

11. Tindakan medis pemasangan spalak / kain segitiga.

Bila terjadi patah tulang di daerah anggota badan,penanganannya dengan difixasi


dengan spalak, patah tulang di lengan, makan dipasanga spalak di tangan, begitupun di
kaki. Prinsip pemasangannya adalah sebaiknya melewati 2 sendi daerah anggota tubuh
yang patah tersebut dan menggunakan spalak dua sisi. Pada patah tulang di daerah
lengan bawah, pergelangan dan telapak tangan, selain dipasang spalak bisa juga disertai
dengan pemasangan bidai, kain segitiga , yang melingkari leher, supaya tidak bergerak
berayun. Kain segitiga multi fungsi bisa di pasang dibeberapa daerah tubuh, tergantung
daerah lukanya.

12. Penanganan medis snake bite ( gigitan ular )

• Bila terjadi gigitan ular di Lapangan di lokasi kerja, jangan paniK, Pastikan Workforce
dan penolong berada di tempat yang aman
• Jangan lupa mengenali jenis ularnya apakah tergolong beracun atau tidak.
• Tenangkan Workforce, jangan melakukan banyak aktivitas atau kegiatan yang dapat
menguras tenaga dan mempercepat detak jantung yang memperlancar peredaran
bisa ular
• Lakukan penekanan pada daerah luka dengan menggunakan elastic verban ukuran
4-6 inchi ( 10-15 cm )
• Balut cukup erat untuk menahan dan memperlambat lajut “bisa” ke jantung.
• Pasang spalak atau splint pada anggota badan yang kena gigitan ular,untuk
mengurangi pergerakan daerah tersebut
• Bila bisa mengenali dan memastikan Jenis ular akan lebih baik, karena bila tidak
berbisa, maka penanganannya hanya first Aid atau medical treatment.
• Tapi bila ularnya berbisa atau ragu dalam menentukan jenis ularnya, maka setelah
penanganan tersebut di atas, segera rujuk ke fasilitas medis ( Klinik rawat inap atau
Rumah Sakit ) yang lengkap dan memiliki fasilitas anti bisa ular ( SABU ) secepat
mungkin, untuk mendapatkan Terapi lanjutan.

by Adnan Bakri,dr
6

• Selama dalam tindakan tersebut di atas, komunikasi dengan pihak yang ditunjuk
dalam kasus emergency berlangsung terus.

13. Penanganan medis sengatan lebah

• Bila terjadi serangan lebah / Tawon, Jangan panik,segera menjauh dari area serangan
sekawanan lebah / Tawon secepatnya
• Saat menjauh,lindungi daerah daerah wajah dan leher dari serangan, baju dan Celana
tetap terpakai,jangan melepaskan.
• Pastikan Workforce dan penlong berada di lokasi yang aman dan jauh dari serangan
Lebah/tawon
• Apabila sengat tertinggal, maka cabut sengatnya dengan menggunakan dua ujung
kuku atau jari, hindari melakukan penekanan/pemencetan pada daerah luka
• Oleskan cairan antiseptic ( povidone Iodine / betadine ) di daerah luka.
• Berikan obat anti nyeri dan anti allergic, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan
dokter KRS via Phone dan Pastikan mengetahui riwayat allergi terhadap obat dari si
Workforce.
• Observasi untuk Sejenak untuk mengetahui reaksi lambat dari gigitan tersebut yang
bisa saja terjadi
• Mengirim segera ke Fasilitas Klinik yang lebih lengkap / Klinik KRS bila ada tanda
keadaan reaksi yang tidak baik.( efek dari Reaksi lambat )
• Selama dalam tindakan tersebut di atas, komunikasi dengan pihak yang ditunjuk
dalam kasus emergency berlangsung terus.

by Adnan Bakri,dr

Anda mungkin juga menyukai