Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rizqi Noor Layla

NIM : 19108241065

Kelas : 5D-PGSD

Presensi: 10

UAS Inovasi Pendidikan

Deskripsikan secara singkat perkembangan pendidikan pada setiap periode dibawah ini.

No Periode pendidikan Deskripsi

1. Hindu- Budha Sistem pendidikan yang dijalankan disesuaikan


dengan cara di India yaitu sistem guru-kula. Pengelola
pendidikan adalah kaum Brahmana untuk agama Hindu 3
Karena pada masa tersebut hanya mereka saja yang dapat
membaca kitab-kitab suci seperti kitab Weda. Sehingga
dapat dikatakan, pendidikan hanya ditujukan pada
golongan yang berkasta tinggi saja, berhubung dengan
kewajibannya sebagai penyuluh rakyat dan penghubung
antara dewata dan rakyat. 
Bagi kaum Brahmana, pendidikan bertujuan untuk
menguasai kitab suci sebagai sumber kebenaran dan
pengetahuan yang universal. Bagi golongan Ksatria
sebagai raja yang berkuasa, pendidikan bertujuan untuk
memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang
pengaturan pemerintahan. Bagi rakyat biasa, pendidikan
bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan
yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan
yang secara turun temurun. Pendidikan pada masa itu yang
paling menonjol adalah ketatanegaraan, agama dan budaya.
2. Islam Pendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak
datangnya para saudagar asal Gujarat India ke Nusantara
pada abad ke-13. Kehadiran mereka mula-mula terjalin
melalui kontak teratur dengan para pedagang asal
Sumatra dan Jawa. Ajaran Islam mula-mula berkembang di
kawasan pesisir, sementara di pedalaman agama Hindu
masih kuat. Didapati pendidikan agama Islam di
masa prakolonial dalam bentuk pengajian Al Qur’an dan
pengajian kitab yang di selenggarakan di rumah-rumah,
surau, masjid, pesantren dan lain-lain. Kitab-kitab ini
adalah menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya ilmu agama
seseorang.
Pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, dan kiyai yang
telah mengenyam pendidikan di pesantren/pondok. Tujuan
pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak mulia,
keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat, menyatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah penanaman akidah
islamiyah
Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah
mulai ketika anak- anak untuk beberapa waktu setelah
lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar.
3. Penjajahan Belanda Tahun 1899, era Ratu Juliana di Kerajaan Belanda,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Deventer
menerapkan Politik Etis di Indonesia.  Salah satu kebijakan
yang ada dalam Politik Etis adalah edukasi dan pendidikan.
Untuk memenuhi kebijakan tersebut, Belanda kemudian
mendirikan beberapa sekolah untuk kalangan pribumi, baik
kelas bawah, menengah, maupun tingkat tinggi.
Perkembangan pendidikan di Indonesia mulai lebih
progresif setelah memasuki tahun 1900. Secara umum,
sistem pendidikan di Indonesia pada masa Belanda
diterapkan dengan cara:
- Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan
pengantar bahasa Belanda, bahasa daerah, dan
sekolah peralihan.
- Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan
umum dan kejuruan
- Pendidikan tinggi
Akan tetapi, meskipun kalangan pribumi
diperbolehkan untuk bersekolah, perbedaan perilaku
terhadap rakyat bumiputra masih ketara. Hal ini dapat
dilihat dengan dibedakannya kesempatan untuk memasuki
sekolah bagi golongan atas dengan golongan bawah. 
Untuk memasuki sekolah tertentu, rakyat dari golongan
bawah masih dipersulit dengan berbagai aturan-aturan
yang memberatkan. Hal ini memang sengaja dilakukan
agar rakyat pribumi hanya menduduki sekolah pada tingkat
rendah saja. 
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Belanda
mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal pada
rakyat Indonesia yakni ELS, HCS, MULO, AMS, HBS,
Schakel School dan STOVIA.
4. Penjajahan Jepang Dasar pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan
Jepang berfokus pada kepentingan bangsa Jepang dalam
memenangkan perang, dengan cara mendidik dan
membentuk barisan pemuda dan pelajar Indonesia menjadi
prajurit-prajurit di bawah penguasaan Jepang.
Cita-cita pemerintahan Jepang merupakan landasan
pendidikan, sehingga pembelajaran di dalam sekolah
rakyat bertujuan untuk membentuk siswa memiliki jiwa
dan semangat Jepang (Nippon Seisin) serta bushido
(berbakti kepada pemerintahan Jepang dan orang tuanya).
Nama lembaga-lembaga sekolah banyak diubah,
diantaranya adalah Sekolah Rakyat (Kokumin Gukko),
pada masa Jepang sekolah ini semacam sekolah dasar
(SD), dan sekolah ini terbuka untuk umum, jadi seluruh
bangsa Indonesia pada saat itu mendapatkan hak yang
sama dapat mengenyam pendidikan, jadi bukan hanya
golongan bangsawan saja yang dapat mengenyam
pendidikan.
Ketiga Sekolah Menengah Tinggi, awalnya sekolah
ini jumlahnya sangat terbatas sekitar 4 sekolah untuk
seluruh Indonesia, namun pada tahun 1943 dibangun
sebuah sekolah SMT yang lokasinya berada di Bandung
dan Surakarta.
Keempat Sekolah Kejuruan, sekolah ini semacam
sekolah pertukangan dan sekolah teknik menengah, dan
pemerintah jaman Jepang membuka Sekolah Pelayaran dan
Sekolah Pelayaran Tinggi di Cirebon, dan ST dan STM di
Bandung, dan Sekolah Pertanian di Tasikmalaya.
Kelima Sekolah Keguruan, karena pada masa
pendudukan Jepang ingin menjadikan Indonesia bangsa
yang mandiri, maka didirikan sekolah keguruan untuk
membentuk calon guru dari bangsa Indonesia dan supaya
tidak bergantung pada orang Belanda.
5. Orde Lama Perjuangan kemerdekaanmenghasilkan kemerdekaan
RI tahun 1945. Soekarno, Presiden pertama
Indonesiamembawa semangat “nation and
character building” dalam pendidikan Indonesia.Di
seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak-anak
dicari untuk disekolahkan.
Tujuan pendidikan berorientasi untuk usaha dalam
menanamkan jiwa patriotisme dan lebih jauh yang
dimaksudkan untuk menghasilkan patriot-patriot bangsa
yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. 139
Undang- undang No. 4 tahun 1950 pasal 3, tujuan
pendidikan nasional berubah yaitu dengan adanya
perumusan tujuan pendidikan dan pengajaran.
(Syaharuddin & Susanto, 2019).
Di tanggal 25 November 1945, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) mempunyai asas-asas
perjuangan sebagai berikut : 1.mempertahankan dan
menyempurnakan Republik Indonesia, 2. mempertinggi
tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
dasardasar kerakyatan, 3. membela hak serta nasib para
buruh pada umumnya dan juga guru pada khususnya.
Susunan persekolahan dan kurikulum yang berlaku
sejak tahun 1945-1950 yaitu : Pendidiakn Rendah,
Pendidikan Guru, Pendidikan Umum, Pendidikan
Kejuruan, Pendidikan Teknik, Pendidikan Tinggi dan
Pendidikan Tinggi Republik, serta Pendidikan Berbasis
Agama.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian
negara yang terpusat dengan sistem Kolonial yang serba
ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas.
Kebijakan yang diambil orde lama dalam bidang
pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas setiap
provinsi.
Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Pada waktu itu
pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di Pulau Jawa
seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan
di provinsi-provinsi karena kurangnya persiapan dosen dan
keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan
kemerosotan mutu pendidikan tinggi mulai terjadi.
Perkembangan pendidikan Indonesia masa orde lama
kebijkan pendidikan nasional muncul sebuah kebijakan
yang dikenal dengan Sapta Usaha Tama dan
Pancawardhana tertuang dalam intruksi PP & K No. 1
tahun 1959.
Melalui Penetapan Presiden Indonesia No. 19 tahun
1965 mengenai Pokok-Pokok Sistem Pendidikan Nasional
Pancasila. Diantaranya dirumuskan kembali tentang dasar
asas pendidikan nasional, tujuan, isi moral, dan politik
pendidikan nasional. Di bawah menteri pendidikan Ki
Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan
system among berdasarkan asas kemerdekaan, kodrat alam,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal
sebagai Panca Dharma Taman Siswa dan semboyan ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani.
Pada 1950 dicetuskan pertama kali peraturan
pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950 yang
disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961
dirumuskan lagi UU No. 22/1961 tentang Pendidikan
Tinggi, dilanjutkan UU No.14/1965 tentang Majelis
Pendidikan Nasional,dan UU No. 19/1965 tentang pokok
sistem pendidikan nasional pancasila. Masa akhir
pendidikan Presiden Soekarno, 90 % bangsa Indonesia
berpendidikan SD.
6. Orde Baru Di dalam mengatualisasi pembangunannya, Orde Baru
setiap lima tahun memiliki program pembangunan, yang
dikenal dengan istilah Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
MPR hasil Pemilu 1973 mengeluarkan ketetapan
nomor IV/MPR/1973 yang juga dikenal dengan nama
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang juga
merumuskan tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut,
“Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pembangunan dibidang pendidikan didasarkan atas
falsafah negara, Pancasila, dan diarahkan untuk
membentuk manusia-manusia pembangunan yang
berpancasila dan untuk membentuk Indonesia yang sehat
jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan
penuh tenggang rasa,
Pada tahun 1969-1970 diadakan Proyek Penilaian
Nasional Pendidikan (PPNP) dan menemukan empat
masalah pokok dalam pendidikan di Indonesia:
pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Dan hasilnya digunakan untuk membentuk Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(BP3K).
Dengan mencanangkan “wajib belajar 9 tahun”,
termasuk juga yang tak kalah populer adalah dibukanya
program SD Inpres untuk daerah-daerah terpencil dan
terisolir di berbagai belahan daerah di Indonesia.
Efektivitas pendidikan guru dengan merombak
kurikulum IKIP yang semula mirip kurikulum Universitas
menjadi khas IKIP dimana kurikulum baru ini terlalu
berlebih-lebihan menekankan pembelajaran dan
mengurangi secara besar-besaran materi bidang studi.
Kebijakan kedua dalam peningkatan mutu pendidikan
adalah dengan meningkatkan kualitas guru lewat projek
peningkatan mutu guru yang dilakukan dengan model
pelatihan guru yang sangat terencana mulai dari teori,
praktik sampai on the job training di sekolah-sekolah
masing-masing.
7. Orde Reformasi Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU
No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
menggantikan UU No 2 tahun 1989. dan sejak saat itu
pendidikan dipahami sebagai: “usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didiks ecara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan Negara.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah pada masa reformasi juga melakukan tiga
kali perubahan kurikulum, yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP), dan Kurikulum 2013.
8. Abad 21 Pendidikan abad 21 bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsa yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang
sejahtera dan bahagia dengan kedudukan yang terhormat
dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya
manusia yang berkualitas yaitu pribadi yang mandiri,
berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-
cita bangsanya. 
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan
pada pembelajaran abad 21 yaitu :
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik
mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar
menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran
terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban
tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi;
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan
aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan
fisikal (hardskills) dan keterampilan mental
(softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso),
dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di
sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta
didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik (Kemdikbud,2016).

Anda mungkin juga menyukai