Manual Teknik Budidaya Jamur Merang Dan Tiram Putih-14-05-2013c
Manual Teknik Budidaya Jamur Merang Dan Tiram Putih-14-05-2013c
Teknik Budidaya
Jamur Merang dan
Tiram Putih
Penyusun
1. Ujang Susep Irawan
2. Edi Purwanto
© OWT
@ 2012
ii
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
Kata Pengantar
J
erami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media tumbuh
yang sangat bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram putih.
Potensi limbahnya sangat melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi jerami
padi yang limbahnya hampir merata di desa-desa. Namun minimnya pengetahuan
dan penguasaan teknik budidaya jamur pangan oleh masyarakat menyebabkan
masih jarangnya pemanfaatan kedua macam limbah tersebut sebagai media tumbuh
jamur pangan yang sesungguhnya dapat menjadi mata pencaharian alternatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini
masih terbatas sebagai bahan pembuatan kompos.
Manual ini dibuat untuk mengupas tuntas informasi tentang budidaya jamur merang
dan tiram putih dengan memanfaatkan potensi limbah yang mudah diperoleh di
sekitar masyarakat. Untuk memperjelas alur proses budidayanya, maka manual ini
juga dilengkapi dengan foto-foto dan gambar ilustrasi.
Manual “Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih” ini merupakan bagian dari
Seri Manual Perlindungan dan Rehabilitasi Daerah Tangkapan Air yang mengacu
pada prinsip ke 9 dari Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA Secara Vegetatif.
Penyusun,
hal
iii Kata Pengantar
iv Daftar Isi
v Daftar Tabel
vi Daftar Gambar
x Prinsip-prinsip
1 BAB I PENDAHULUAN
1 1.1 Latar belakang
2 1.2 Tujuan
51 DAFTAR PUSTAKA
iv @ 2012
Daftar Tabel
hal
6 Tabel 1. Beberapa Jenis Jamur Pangan
22 Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang
hal
10 Gambar 1. Bentuk tubuh buah jamur merang
11
Gambar 2. Pembuatan rumah kumbung (A), seluruh ruang
pertumbuhan dilapisi plastik PE (B), model atap dari
bonet (C), dan model pintu dan jendela kumbung (D)
11
Gambar 3. Model dinding rumah jamur : dilapisi terpal (A),
dilapisi steroform (B), penaung samping dari bonet
(C), dan dilapisi geribik (D)
12
Gambar 4 Model rak pertumbuhan jamur (A), sudut bambu
dipaku dan diikat (B)
12 Gambar 5. Tata letak rumah jamur
13
Gambar 6. Alat sterilisasi drum (A) dan bambu untuk
mengalirkan uap panas (B)
13 Gambar 7. Potensi jerami (A) dan tempat pengumpulan jerami (B)
14 Gambar 8. Tempat perendaman jerami (A) dan limbah kapas (B)
14 Gambar 9. Bahan media tumbuh : kapas bekas (A) dan jerami (B)
15 Gambar 10. Pembuatan gundukan jerami
15
Gambar 11. Proses pengomposan Tahap I untuk jerami (A) dan
limbah kapas (B)
16 Gambar 12. Penaburan dedak pada jerami (A) dan kapur pada
limbah kapas (B)
16
Gambar 13. Memasukkan kompos jerami ke kumbung (A),
menata media jerami rak bawah (B) dan rak atas
(C), kompos limbah kapas di atas kompos jerami (D)
17
Gambar 14. Pengisian air pada drum (A), Pemanasan air dalam
drum (B), sterilisasi rumah kumbung (C), pengontrolan
suhu dari luar kumbung (D)
vi @ 2012
hal
19
Gambar 15. Bibit jamur merang dalam kemasan baglog (A) dan
tanggal pembuatan bibit (B)
19
Gambar 16. Pengumpulan bibit jamur merang dalam wadah
ember
20 Gambar 17. Penanaman bibit jamur
21
Gambar 18. Proses pengkabutan kumbung dan media tumbuh
jamur
22
Gambar 19. Kondisi tubuh buah jamur tepat waktu panen (A) dan
telat waktu panen (B)
22
Gambar 20. Jamur kualitas utama/belum mekar (A), jamur afkir/
BS, tubuh buah mekar (B)
25 Gambar 21. Jamur Tiram Putih
28 Gambar 22. Alur perbanyakan bibit jamur tiram putih
29 Gambar 23. Stok Media PDA
30 Gambar 24. Alur pembuatan bibit F0
31 Gambar 25. Alur pembuatan bibit F1
32 Gambar 26. Alur pembuatan bibit F2
33 Gambar 27. Contoh ruang isolasi (A) dan alat Laminar Air Flow (B)
34
Gambar 28. Ruang penyiapan media model semi permaanen (A)
dan permanen (B)
35 Gambar 29. Salah satu model Autoclave kapasitas 20 liter
37
Gambar 30. Kondisi ruang inokulasi (A) dan bagian atap ruang
inokulasi (B)
38
Gambar 31. Ruang pertumbuhan beratap asbes (A) dan
berdinding geribik (B)
hal
38 Gambar 32. Rak tampak depan (A) dan posisi bag log dalam satu
tingkat (B)
39 Gambar 33. Model rak pertumbuhan jamur
40 Gambar 34. Model alat penyaring serbuk gergaji
40 Gambar 35. Bahan untuk pembuatan media F3/media baglog
41
Gambar 36. Proses penyaringan serbuk gergaji (A) dan media
hasil dikomposkan (B)
41
Gambar 37. Media dalam plastik PP (A), media diikat rafia (B),
media siap disterilkan (C)
42
Gambar 38. Bag log tertata rapi dalam drum (A) dan drum ditutup
plastik (B)
46
Gambar 39. Ruang inkubasi (A) dan bag log siap dipindah ke
ruang pertumbuhan (B)
46
Gambar 40. Pertumbuhan jamur tiram berwarna putih (A) dan
pertumbuhan jamur kontaminan berwarna hitam (B)
47
Gambar 41. Petumbuhan jamur sebelum plastik disobek (A) dan
setelah disobek (B)
48
Gambar 42. Kondisi ruangan selalu bersih (A), penyiraman media
untuk menjaga kelembaban (B)
50 Gambar 43. Sate jamur (A) dan keripik jamur (B)
viii @ 2012
OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) ix
Prinsip-prinsip
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
x @ 2012
Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA secara Sipil Teknik
1. Penterasan lahan pada lahan miring hingga kelerengan 40 %
2. Penerapan teknik penteresan perlu memperhatikan kondisi setempat,
khususnya kelerengan dan kedalaman tanah.
3. Teras yang dibangun perlu dipelihara dengan baik agar tidak
menimbulkan mega erosi
4. Melakukan penguatan tampingan teras (terrace riser) dengan batu dan
rumput yang tahan kekeringan.
5. Pembuatan rorak pada bidang olah teras
6. Penguatan batu dan rumput pada saluran pembuangan air
7. Pembuatan ‘rorak’ (silt-pit) saluran air yang memotong bukit
8. Pembuatan Sumur Resapan Air dan Embung pada lahan yang memiliki
aliran permukaan berlebihan
9. Meminimasi jalan/jalan setapak yang memotong bukit.
10. Bangunan jalan perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan air.
11. Saluran air yang dibuat pada kelerengan dilengkapi dengan bangunan
terjunan dan perangkap sedimen (rorak/silt-pit)
12. Setiap jengkal pembangunan fisik harus memperhatikan peresapan air
tanah (grass-block, sumur resapan, lubang biopori).
Di antara berbagai jenis jamur yang bersifat saprofit, terdapat jamur yang
dapat dimakan karena memiliki kelezatan rasa dan gizi yang tinggi. Kelompok
jamur tersebut disebut sebagai jamur pangan, seperti jamur kuping, jamur
kancing, jamur shitake, jamur merang, dan jamur tiram putih. Jamur merang
dan tiram putih merupakan contoh jamur pangan yang sudah cukup dikenal
luas oleh masyarakat. Kedua jamur ini hidup dari hasil dekomposisi limbah
tumbuhan, di mana jamur merang memerlukan media tumbuh jerami padi
sedangkan jamur tiram putih memerlukan serbuk gergaji kayu.
Jerami padi merupakan salah satu limbah yang banyak tersedia di desa-
desa. Limbah jerami hasil panen padi di banyak tempat umumnya belum
banyak dimanfaatkan. Setiap selesai panen padi, limbah tersebut lebih
banyak dibakar karena cara ini dianggap lebih praktis tanpa menyadari
bahwa cara tersebut dapat menyumbangkan polusi dan meningkatkan
kadar CO2 penyebab meningkatnya suhu bumi. Di samping jerami, beberapa
tempat di Indonesia khususnya di tempat-tempat penggergajian kayu juga
banyak tersedia limbah serbuk gergaji kayu yang selama ini belum banyak
dimanfaatkan pula.
1.2 Tujuan
Pembuatan manual ini bertujuan untuk memberikan informasi lengkap
tentang budidaya jamur merang dan tiram putih.
2 @ 2012
OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 3
@ 2012
4
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
BAB II
J
amur telah dikenal luas oleh masyarakat baik sebagai jenis-jenis yang
merugikan maupun yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain. Terkait
dengan sifatnya yang dapat merugikan atau bermanfaat bagi makhluk
hidup lain, maka secara sederhana dampak kehadiran jamur terhadap
tumbuhan dan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
6 @ 2012
Bab II. Mengenal Jamur Pangan
2. Jamur tiram atau hiratake Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia
(Pleurotus sp) berupa jamur tiram. Tiongkok merupakan
produsen jamur tiram yang utama. Bentuknya
mirip dengan cangkang tiram, teksturnya
lunak dengan warna putih bersih. Jamur jenis
ini sangat cocok diolah menjadi tumisan,
dimasak ala oriental maupun campuran
sapo dan sup bening. Dipasaran jamur tiram
dikenal juga dengan sebutan jamur hiratake.
3 Jamur merang (Volvariella Sekitar 16% dari total produksi jamur
volvaceae) dunia berupa jamur merang. Jamur merang
berwarna abu-abu dan ada semburat
kehitaman. Biasanya jamur merang dipanen
sebelum mekar sehingga bentuknya
menyerupai kuncup terbungkus oleh
selongsong berwarna kecoklatan. Tekstur
jamur merang lunak dan kenyal. Lezat
dimasak menjadi masakan Cina, tumisan, isi
sup dan pepes jamur.
4 Jamur shiitake (Lentinus Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di
edodes) Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar
10% dari total produksi jamur dunia berupa
jamur shiitake. Biasanya diolah menjadi bahan
sapo jamur, diolah sebagai bahan tumisan
dengan saus tiram, isi sup maupun menjadi
hidangan panggang. Tekstur jamur shiitake
kenyal dan memiliki daging yang tebal. Jamur
shiitake memiliki aroma yang khas seperti
bau jengkol dan warna hitam pekat pada
bagian bawah jamur
5 Jamur kuping putih Jamur yang banyak dipakai untuk masakan
(Tremella fuciformis), Tionghoa. Bentuknya berkerut menyerupai
jamur kuping hitam telinga, karenanya orang menyebut dengan
(Auricularia polytricha) sebutan jamur kuping. Teksturnya kenyal dan
dan jamur kuping merah agak liat. Di pasaran dijual dalam keadaan
(Auricularia auricula-judae) kering maupun segar. Jamur kuping kering
harus direndam terlebih dahulu dengan air
hingga teksturnya lunak baru diolah menjadi
masakan. Warna jamur kuping kehitaman.
Lezat diolah menjadi campuran sup bening
seperti sup kimlo, tumisa. Masakan Cina
paling banyak menggunakan jenis jamur
kuping.
6 Jamur maitake (Grifola Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak,
frondosa) dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of
the woods.
Jamur merang termasuk jamur kompos artinya tumbuh pada media hasil
pengomposan. Sesuai namanya maka jamur ini tumbuh baik pada media
jerami padi yang telah dikomposkan. Jamur ini dikenal sebagai “Jamur
Hangat” karena mampu bertahan hidup pada suhu relatif tinggi, yaitu 30-
38oC, suhu terbaik bagi pertumbuhannya adalah 35oC.
10 @ 2012
(c) Dinding : digunakan untuk melapisi bagian luar dari ruang pertumbuhan
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 2.
Pembuatan rumah
kumbung (A), selu-
ruh ruang pertum-
buhan dilapisi plas-
(A) (B) tik PE (B), model
atap dari bonet (C),
dan model pintu dan
jendela kumbung
(D)
Gambar 3.
Model dinding
rumah jamur :
dilapisi terpal (A),
dilapisi steroform
(B), penaung samp-
ing dari bonet (C),
(C) (D) dan dilapisi geribik
(D)
(A) (B)
B. Rak Pertumbuhan Jamur
Sebenarnya rak pertumbuhan jamur dibuat menyatu dengan ruang
pertumbuhan jamur, maksudnya ketika dalam pembuatan rumah
pertumbuhan juga sekaligus dengan pembuatan rak pertumbuhan jamur.
Rak dibuat dari jenis bambu tali yang sudah kering sehingga lebih kuat dan
awet. Diamater bambu sebaiknya berkisar 6-7 cm dengan ukuran lebar 1
m x panjang 6 m. Satu rumah kumbung terdiri dari dua rak yang dibuat
bertingkat sebanyak : (a) 5 tingkat, dimana tinggi dari atas tanah 70 cm,
tinggi tingkat I : 65 cm, tingkat II : 60 cm, tingkat III : 55 cm, tingkat IV : 50
cm, dan jarak tingkat V ke atap atas : 90 cm, atau (b) 6 tingkat, maka tinggi
dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 60 cm, tingkat II : 55 cm, tingkat III : 50
cm, tingkat IV : 45, tingkat V : 40 cm, dan jarak tingkat VI ke atap atas : 90 cm.
Tiang rak didirikan di atas tembok semen, selain dipaku setiap bagian sudut
bambu juga diikat dengan tali plastik agar lebih kokoh (Lihat Gambar 4).
Gambar 4.
Model rak
pertumbuhan jamur
(A), sudut bambu
dipaku dan diikat (B)
Gambar 5.
Tata letak rumah
jamur
12 @ 2012
C. Alat Sterilisasi/Penyetiman
(A) (B)
Gambar 6.
Alat sterilisasi
drum (A) dan
bambu untuk
mengalirkan uap
panas (B)
(A) (B)
3.2.2 Penyiapan Alat dan Bahan
Untuk membuat jamur merang menggunakan kumbung ukuran 4 m x 7 m,
maka bahan-bahan yang diperlukan adalah : (a) Jerami kering (300 ikat @
5 kg/ikat =1500 kg), (b) Limbah kapas (300 kg), (c) Dedak halus (150 kg), (d)
Kapur pertanian/bangunan (3 karung @ 25 kg = 75 kg), (e) Kayu bakar (2 m3),
dan (f) Bibit jamur merang (75 baglog). Adapun alat-alat yang dibutuhkan
antara lain : handsprayer, terpal, tali plastik, sekop, ember, cangkul, garpu/
garuk, dan termometer ruangan.
Gambar 8.
Tempat (A) (B)
perendaman jerami
(A) dan limbah
kapas (B) 3.2.3 Tahap Pembuatan Jamur Merang
A. Pengomposan Media Tumbuh
Gambar 9. Media tumbuh jamur merang harus dikomposkan dahulu dengan cara
Bahan media sebagai berikut :
tumbuh : kapas Pengomposan Tahap I : Jerami kering dikumpulkan dalam bak penampung
bekas (A) dan
jerami (B) air, proses perendaman dilakukan dengan cara menginjak-injak atau
14 @ 2012
membiarkan dalam air
(A) (B)
(A) (B)
Total kebutuhan dedak dan kapur untuk pengomposan Tahap II pada jerami
masing-masing adalah 100 kg dedak dan 50 kg kapur, adapun untuk limbah
kapas masing-masing adalah 50 kg dedak dan 25 kg kapur. Setelah dedak
dan kapur tersebar merata pada setiap lapisan jerami maupun kapas, maka
tutup kembali masing-masing kompos jerami dan kapas dengan terpal,
kemudian diikat tali plastik. Biarkan proses pengomposan berjalan selama
5 hari. Seperti halnya pada pengomoposan Tahap I, maka pengomposan
jerami dan kapas Tahap II juga dilakukan secara terpisah. Dengan demikian
seluruh proses pengomposan memerlukan waktu selama 10 hari.
Gambar 13.
Memasukkan
kompos jerami
ke kumbung (A),
menata media
jerami rak bawah
(B) dan rak atas
(C), kompos
limbah kapas
di atas kompos
jerami (D)
(A) (B)
16 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
(C) (D)
C. Sterilisasi/Penyetiman
Penyetiman dilakukan pada hari ke-12 setelah seluruh media diletakkan di
rak dan dapat dilakukan mulai pukul 07.00-14.00. Penyetiman dimaksudkan
untuk mematikan semua jenis mikroba yang tidak diinginkan agar tidak
menjadi pesaing bagi pertumbuhan jamur merang. Tumbuhnya mikroba
pesaing tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur merang sehingga
berakibat pada penurunan produksi tubuh buah.
Pada tahap awal proses penyetiman, maka drum diisi air hingga penuh lalu
rebus drum menggunakan kayu bakar (sebanyak 2 m3) hingga menghasilkan
uap panas. Penyetiman cara ini menggunakan uap panas dari air mendidih
yang direbus dalam drum. Uap panas tersebut dialirkan melalui pipa besi
atau bambu sehingga memanasi seluruh ruangan kumbung termasuk media
kompos jerami dan kapas yang telah ditata pada rak. Pada saat penyetiman
maka jendela dan pintu ditutup rapat. Pasang termometer dengan cara
memasukkan dari luar kumbung agar mudah dalam mengecek suhu ruang
yang disterilkan.
Gambar 14.
Pengisian air
pada drum (A),
Pemanasan air
dalam drum (B),
sterilisasi rumah
kumbung (C),
pengontrolan
(A) (B) suhu dari luar
kumbung (D)
(C) (D)
Penyetiman dengan uap panas secara terus-menerus akan menyebabkan
plastik kumbung mengembang dan jika dibiarkan dapat pecah, oleh sebab
itu kurangi api pemanas drum jika suhu mencapai 75o C atau lebih. Pada
suhu yang sangat tinggi (> 80o C), panas hasil proses penyetiman dapat
menyebabkan keringnya media tumbuh jamur yang pada gilirannya bisa
menyebabkan terbakarnya media jamur.
18 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
(A) (B)
Gambar 15B memperlihatkan bahwa bibit jamur merang pada baglog
tertulis 27 artinya bibit tersebut dibuat pada tanggal 27 (misalkan 27 Januari
2012), hal ini berarti bibit tersebut masih baik untuk dilakukan penaburan
pada media tumbuh jamur di dalam rak pertumbuhan pada tanggal 6 – 13
Februari 2012 (yaitu 10-17 hari setelah pembuatan bibit). Sebaliknya, bibit
sebaiknya tidak ditabur sebelum tanggal 6 Februari atau setelah tanggal
13 Februari. Demikian seterusnya bahwa penandaan tanggal akan selalu
dituliskan pada baglog oleh pembuat bibit jamur sebagai dasar informasi
penggunaan bibit jamur.
Gambar 15.
Bibit jamur
merang dalam
kemasan baglog
(A) dan tanggal
pembuatan bibit
(B)
Gambar 16.
Pengumpulan bibit
jamur merang
dalam wadah
ember
F. Pemeliharaan
Empat hari setelah penaburan bibit (hari ke-17), perlu lakukan pengkabutan,
hal ini disebabkan biasanya media kompos jerami dan limbah kapas
Gambar 17. menunjukkan tanda-tanda kekeringan. Penyiraman dilakukan secara
Penanaman
bibit jamur pengkabutan, yaitu penyiraman air secara halus, hal ini dapat dilakukan
20 @ 2012
menggunakan alat pengkabutan atau handsprayer halus dengan cara
G. Pemanenan
Jamur mulai dipanen kira-kira pada 10 hari setelah penaburan (sekitar hari
ke-23). Panen dapat dilakukan setiap hari hingga persediaan makanan
dalam media habis, hal ini ditunjukkan oleh makin menurunnya produksi
jamur. Setiap hari dalam satu kumbung dapat dipanen 20-40 kg jamur dan
untuk satu periode dapat diproduksi sekitar 200-250 kg jamur. Pemanenan
Gambar 18.
harus dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan cara cukup memotong bagian Proses
kepala tubuh buah jamur saja, bagian batang apalagi miselia di bawahnya pengkabutan
jangan sampai tercabut, karena akan mengganggu proses pertumbuhan kumbung dan
media tumbuh
miselia tersebut yang seharusnya akan menjadi bakal tubuh buah. jamur
(A) (B)
Jika kegiatan pemanenan terlambat, maka tubuh buah yang terus tumbuh
tersebut akan mekar membentuk seperti payung, namun kondisi tubuh buah
semacam ini telah dinilai sebagai tubuh buah berkualitas afkir/BS. Jamur
merang yang telah dipanen, sebaiknya dapat segera dipasarkan karena
jamur yang dibiarkan terlalu lama maka tubuh buahnya akan terbelah dan
membentuk payung. Pada kondisi seperti ini, jamur merang akan masuk
kriteria afkir atau dikenal dengan istilah BS. Umumnya jamur-jamur BS
memiliki harga lebih rendah bahkan kadang turun hingga 50% dari harga
jamur kualitas utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.
(A) (B)
Namun terkadang beberapa usaha budidaya jamur ini juga mengalami
kegagalan, kegagalan produksi dapat disebabkan oleh : (a) Proses sterilisasi
yang kurang optimal, (b) Kualitas bibit yang tidak bagus/bibit kadaluarsa,
(c) Penempatan jerami di rak kurang padat, (e) Penggunaan kembali media
tumbuh jamur.
Gambar 19.
Kondisi tubuh buah 3.3 Analisis Usaha Jamur Merang
jamur tepat waktu Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang
panen (A) dan telat
waktu panen (B) Harga Jumlah
No Uraian Vol. Satuan Satuan (Rp) (Rp)
Gambar 20. A Modal Tetap
Jamur kualitas 1 Bambu 300 batang 5.000 1.500.000
utama/belum
mekar (A), jamur 2 Plastik PE 0,12 mm 1 gulung 400.000 400.000
afkir/BS, tubuh Tambang plastik ukuran
3 3 gulung 50.000 150.000
buah mekar (B) 3 mm
22 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
4 Paku (ukuran 12, 10, 7, 5) 12 kg 20.000 240.000
5 Drum 3 buah 150.000 450.000
6 Pipa besi 3 inch 5 m 40.000 200.000
7 Semen 3 sak 75.000 225.000
8 Batu bata 500 buah 500 250.000
9 Pasir 1 colt 150000 150.000
10 Garpu besi 2 buah 50.000 100.000
11 Termometer ruang 1 buah 30.000 30.000
12 Handsprayer 1 buah 400.000 400.000
13 Ember plastik (5 liter) 2 buah 30.000 60.000
14 Timbangan duduk (15 kg) 1 buah 100.000 100.000
15 Pompa air kecil 1 buah 500.000 500.000
16 Selang plastik 50 m 3.000 150.000
17 Bonet/karpet 100 m 10.000 1.000.000
Tukang pembuatan
18 14 HOK 50.000 700.000
kumbung
Sub-total A (Modal Tetap) 6.605.000
B Biaya Variabel
B.1 Bahan
1 Jerami kering 1,5 ton 300.000 450.000
2 Dedak halus 150 kg 1.500 225.000
3 Limbah kapas 300 kg 1.000 300.000
4 Kapur kaptan 75 kg 1.000 75.000
Bibit jamur merang dan
5 75 log 3.000 225.000
paket
6 Kayu bakar 2 m3 125.000 250.000
Sub-total B1 1.525.000
B.2 Tenaga Kerja
1 Proses pengomposan 7 HOK 50.000 350.000
Penataan media dalam
2 3 HOK 50.000 150.000
rak
Proses sterilisasi
3 2 HOK 50.000 100.000
kumbung
4 Penaburan bibit jamur 2 HOK 50.000 100.000
5 Pemeliharaan 2 HOK 50.000 100.000
6 Pembongkaran media 2 HOK 50.000 100.000
7 Pembersihan kumbung 1 HOK 50.000 50.000
Sub-total B2 950.000
Sub-Total B (Biaya Variabel) 2.475.000
C Hasil Produksi
1 Hasil produksi Super 175 kg 18.000 3.150.000
2 Hasil produksi BS 35 kg 12.000 420.000
Sub-Total C (Penerimaan) 3.570.000
Pendapatan (C-B) 1.095.000
Keterangan : Satu periode produksi memerlukan waktu 40 hari, sehingga dalam 1 tahun
dapat melakukan 9 kali produksi.
Jamur tiram termasuk salah satu jamur kayu sehingga di alam bebas jamur
jenis ini banyak kita jumpai pada batang-batang kayu yang telah lapuk baik
di pekarangan maupun hutan. Berdasarkan cara pertumbuhan alami inilah,
maka untuk membudidayakan jamur tiram memerlukan media tumbuh
yang mirip dengan media tumbuh alaminya yaitu kayu lapuk.
Gambar 21.
Jamu Tiram Putih
Saat ini jamur tiram telah dikenal luas sebagai makanan, namun di samping
itu jamur tiram memiliki beberapa manfaat lain, seperti : anti tumor, anti
bakterial, antioksidan, anti kanker, anti virus, membunuh nematoda,
menurunkan kolesterol, mengurangi lemah jantung, obat penyakit liver,
diabetes, dan anemia.
26 @ 2012
banyak mengandung spora, selanjutnya irisan diletakkan pada media PDA
F2
Tubuh Buah
F0
F1
Pembuatan Bibit F0
Untuk membuat media tumbuh F0 diperlukan peralatan sterilisasi yang
cukup lengkap (misalnya : autoclave, laminar air flow, ruang isolasi, perlatan
isolasi, dll.) dan keterampilan tersendiri. Proses pembuatan F0 biasanya
dilakukan oleh laboratorium-laboratorium mikrobiologi yang melakukan
perbanyakan bibit jamur tiram putih, antara lain yang dikembangkan oleh
Laboratorium Jamur SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Sedangkan pada tingkat
masyarakat, perbanyakan jamur minimal dapat dilakukan untuk membuat
bibit F1 dan F2, serta jamur pada media produksi (F3). Cara pembuatan
bibit jamur F0 adalah sebagai berikut :
• Siapkan air aquadestilata 1 liter
• Kupas 200 gram kentang, diiris-iris kecil, kemudian direbus dalam satu
Gambar 22. liter air hingga mendidih menjadi ½ liter.
Alur
perbanyakan • Biarkan hasil rebusan dingin, kemudian saring agar sisa air rebusan
bibit jamur terpisah dari kentang
tiram putih
28 @ 2012
• Sisa air rebusan tersebut merupakan ekstrak kentang yang akan
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 24.
Alur pembuatan (E) (F)
bibit F0
30 @ 2012
Pembuatan Bibit F1
(A) (B)
Gambar 25.
(C) (D) Alur pembuatan
bibit F1
Pembuatan Bibit F2
Bibit jamur F2 inilah yang banyak digunakan untuk produksi jamur tiram
putih. Bibit F2 diperbanyak dari bibit jamur F1. Secara sederhana tahap
pembuatan bibit jamur F2 adalah sebagai berikut :
• Siapkan botol gelas, botol sale, atau plastik PP (polipropelin)
• Siapkan dedak 15%, jagung 5%, kapur 1%, dan serbuk gergaji 79% (dalam
1 kg, maka terdiri : dari 150 gram dedak, 50 gram jagung, 10 gram kapur,
dan 790 gram serbuk gergaji)
• Masukkan campuran media tersebut ke dalam botol gelas atau plastik
polipropelin (PP) ukuran 12 cm x 25 cm tebal 0,8 mm, kemudian sterilkan.
Sterilisasi bisa menggunakan autoclave atau drum.
• Dinginkan media yang telah disterilkan tersebut, atau kira-kira dibiarkan
selama 1 hari
• Secara steril selanjutnya pindahkan F1 sebanyak 3 sendok spatula ke
dalam botol yang telah berisi media steril tersebut/media F2 (Gambar A).
• Tutup kembali botol atau plastik PP yang telah ditulari bibit F1 dengan
kapas yang ujungnya telah dipanaskan dulu dengan api pada lampu
bunsen (Gambar B).
• Dalam beberapa hari miselia pada media F2 akan tumbuh (Gambar C).
• Miselia akan terus tumbuh dan memenuhi media F2, jamur yang tumbuh
selanjutnya disebut bibit jamur F2 (Gambar D).
(A) (B)
Gambar 26.
Alur pembuatan
bibit F2
32 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
(C) (D)
(A) (B)
34 @ 2012
Alat sterilisasi yang akan digunakan
36 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Model alat semawar yang digunakan
sebagai alat pembakaran untuk
sterlisasi model drum
5. Ruang Inokulasi
Ruang inokulasi adalah ruangan yang digunakan untuk proses memindahkan
miselia jamur dari bibit jamur (dalam hal ini bibit F2) ke dalam media
produksi (F3). Seperti halnya ruang isolasi, maka ruang inokulasi juga harus
steril, tidak banyak lalu-lalang orang, tidak banyak ventilasi. Ruangan dapat
dibuat dengan ukuran 4 m x 6 m, menggunakan lantai keramik agar mudah
dibersihkan dan dipel, bagian atap dilapisi terpal agar tidak banyak debu
atau kotoran berjatuhan ke lantai, bisa dipasang kipas angin agar suhu tidak
panas. Ruang inokulasi disajikan pada gambar berikut :
(A) (B)
6. Ruang Inkubasi/Ruang Pertumbuhan
Setelah proses inokulasi selesai, maka jamur dalam F3 dipindahkan ke ruang
inkubasi. Ruang ini digunakan untuk berjalannya proses pertumbuhan
miselia jamur tiram putih pada media produksi (F3). Adakalanya ruang
inkubasi dibuat terpisah dari ruang pertumbuhan, hal ini dilakukan jika ruang
inkubasi digunakan untuk menyeleksi jamur dalam bag log yang benar-
benar tumbuh bagus atau tanda tanda pertumbuhan bagus nampak dalam
bag log. Selanjutnya jamur yang tumbuh bagus dipindahkan kedalam ruang
pertumbuhan, sedangkan jamur yang terkontaminasi dibuang. Sehingga
dalam ruang pertumbuhan hanya akan terdapat bag log yang ditumbuhi Gambar 30.
miselia jamur yang bagus. Proses pemindahan bag log dari ruang inkubasi Kondisi ruang
ke ruang pertumbuhan dilakukan sebelum jamur mengisi seluruh bag log inokulasi (A) dan
bagian atap ruang
atau sebelum tubuh buah muncul. Namun pada umumnya ruang inkubasi inokulasi (B)
(A) (B)
7. Rak Pertumbuhan
Rak dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 3 m x lebar 0,5 m. Rak
dibuat empat tingkat dengan tinggi rak 2 m, jarak antar tingkat dalam rak
40 cm, dan tinggi rak dari tanah sekitar 40 cm. Setiap tingkat akan diisi bag
log sebanyak 68 buah, sehingga dalam 4 tingkat terdapat 272 bag log, ini
adalah jumlah dalam satu sisi rak saja. Dalam satu rak bag log tersusun dua
sisi yang saling sebelah menyebelah, sehingga total jumlah dalam satu rak
sekitar 544 bag log. Jika dalam ruang ukuran 13 m x 16 m dapat dibuat 20
rak, maka total bag log yang tertampung adalah 20 x 544 = 10.880 buah.
Namun demikian penataan rak sedemikian rupa dengan jarak antar rak yang
lebih sempit akan memerlukan luasan ruangan yang lebih sempit untuk
menampung 10.000 bag log. Model rak dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 31.
Ruang
pertumbuhan
beratap asbes (A)
dan berdinding
geribik (B)
Gambar 32.
Rak tampak depan
(A) dan posisi bag
log dalam satu
tingkat (B)
(A) (B)
38 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
4.4 Tahap Pembuatan Jamur Tiram Putih
1. Penyiapan Media Tumbuh Jamur
Sebagaimana telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa media yang
akan digunakan merupakan media produksi atau media F3, secara ringkas
langkah-langkah penyiapan media produksi disajikan sebagai berikut :
• Pengomposan media F3
Gambar 34.
Model alat
Seluruh campuran media F3 selanjutnya diberi air hingga kadar air
penyaring serbuk cukup, hal ini ditunjukkan jika media dikepal tidak meneteskan air
gergaji tetapi jika kepalan dibuka media tetap menggumpal/tidak pecah.
Jika kondisi ini sudah terpenuhi, maka campuran tersebut siap untuk
Gambar 35. dikomposkan dengan cara ditutup terpal selama 2 hari. Dua hari setelah
Bahan untuk pengomposan media siap untuk dikemas/dimasukkan ke plastik PP
pembuatan media
F3/media baglog
ukuran 18 cm x 35 cm, tebal 0,5 mm.
40 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
(A) (B)
2. Pengemasan Media Tumbuh Jamur
Media yang telah dikomposkan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik PP.
Tahap pengemasan media tumbuh jamur tiram disajikan sebagai berikut :
• Siapkan campuran media tumbuh jamur yang telah dikomposkan
• Siapkan kantong plastik (PP ukuran 18 cm x 35 cm dan tebal 0,5 mm),
botol gelas, dan tali rafia (±10 cm).
• Media dimasukkan ke dalam plastik sambil dipadatkan, hal ini bertujuan
agar kandungan media yang dikemas cukup banyak. Cara memadatkan
media dapat dilakukan dengan cara media dalam plastik dibentur-
benturkan ke lantai atau ditekan-tekan dengan botol.
• Setelah media cukup padat, bungkus media dalam plastik tersebut lalu
diikat dengan tali rafia
(A) (B)
4. Proses Inokulasi
Inokulasi adalah menanam inokulan (bahan yang mengandung mikroba,
Gambar 38.
Bag log tertata rapi dalam hal ini jamur tiram) secara aseptik (bebas dari mikroba lain) kedalam
dalam drum (A) media steril. Cara kerja secara aseptik dilakukan dengan bekerja di antara
dan drum ditutup nyala dua api lampu bunsen dengan jarak ± 20 cm, hal ini dilakukan untuk
plastik (B)
42 @ 2012
meminimalkan kontaminasi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses
44 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Setelah bagian ujung media F3
disumbat kapas steril, lalu ikat
dengan karet gelang.
(A) (B)
Bag log yang gagal diinokulasi akan menunjukkan tanda-tanda kegagalan
antara lain : (1) tumbuh jamur kontaminan berwarna hitam, (2) tumbuh
jamur kontaminan berwarna hijau, (3) tidak ada perubahan warna (warna
media tidak berubah). Bag log-bag log jamur yang gagal tumbuh harus
dikeluarkan dari ruang inkubasi lalu diganti oleh bag log lain yang baru
diinokulasi. Kegagalan atau kontaminasi disebabkan oleh proses sterilisasi
tidak sempurna atau saat inokulasi peralatan kurang steril atau ruangan
tidak steril.
46 @ 2012
dipanen ketika tudung telah tumbuh sempurna. Setelah panen pertama,
(A) (B)
6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan jamur bertujuan untuk menghasilkan produksi tubuh
buah jamur yang optimal dan mengurangi/mencegah tingkat kegagalan
produksi. Beberapa kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan antara
lain :
• Ruang inkubasi/pertumbuhan harus selalau bersih, jangan ada air
tergenang karena akan banyak nyamuk
• Kondisi media harus selalu lembab, hal ini dapat dilakukan dengan cara
menyiram air memggunakan sprayer pada pagi hari. Media kering
menyebabkan jamur sulit membentuk tubuh buah
• Kurangi banyaknya penyiraman pada bag log yang telah tumbuh tubuh
buah, penyiraman pada kondisi tubuh buah telah muncul diusahakan
mengenai media, bukan tubuh buahnya karena genangan air pada tubuh
buah bisa menyebabkan busuk.
• Bag log diletakkan berbaring, sehingga penyiraman air tidak menyebabkan
genangan karena air akan menetes sehingga tidak menyebabkan media
busuk atau tubuh buah busuk
• Jika terdapat serangan lalat buah atau ulat, lakukan penyemprotan
dengan menggunakan pestisida organik, antara lain : larutan bawang
putih atau nikorak (campuran biji mahoni, tembakau, dan daun jarak)
• Media jamur akan menyusut dan bobotnya berkurang seiring dengan
berkurangnya nutrisi dalam media jamur
Gambar 41.
Petumbuhan jamur
sebelum plastik
disobek (A) dan
setelah disobek (B)
(A) (B)
1. Panen
Panen dilakukan ketika tubuh buah telah muncul. Tubuh buah rata-rata
muncul setelah 40 hari. Selanjutnya panen dilakukan sebanyak 4 – 6 kali,
dengan masa panen 2-3 bulan. Tubuh buah tidak akan muncul ketika nutrisi
dalam bag log berkurang yang ditandai oleh menyusutnya bag log dan
berkurangnya berat bag log. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan
terkait dengan pemanenan tubuh buah jamur adalah sebagai berikut :
48 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Setiap kali panen, media bekas
tempat tumbuh dan seluruh bagian
permukaan yang lain sebaiknya
dikerik dengan sendok atau pisau
karena biasanya media tersebut
telah kering dan keras. Dengan
dikerik maka akan memudahkan
kesempatan miselia di bagian
dalam untuk membentuk tubuh
buah berikutnya
(A) (B)
Gambar 43.
Sate jamur (A) dan
keripik jamur (B)
50 @ 2012
Daftar Pustaka