Anda di halaman 1dari 64

MANUAL

Teknik Budidaya
Jamur Merang dan
Tiram Putih

Penyusun
1. Ujang Susep Irawan
2. Edi Purwanto
© OWT
@ 2012
ii
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
Kata Pengantar

J
erami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media tumbuh
yang sangat bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram putih.
Potensi limbahnya sangat melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi jerami
padi yang limbahnya hampir merata di desa-desa. Namun minimnya pengetahuan
dan penguasaan teknik budidaya jamur pangan oleh masyarakat menyebabkan
masih jarangnya pemanfaatan kedua macam limbah tersebut sebagai media tumbuh
jamur pangan yang sesungguhnya dapat menjadi mata pencaharian alternatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini
masih terbatas sebagai bahan pembuatan kompos.

Manual ini dibuat untuk mengupas tuntas informasi tentang budidaya jamur merang
dan tiram putih dengan memanfaatkan potensi limbah yang mudah diperoleh di
sekitar masyarakat. Untuk memperjelas alur proses budidayanya, maka manual ini
juga dilengkapi dengan foto-foto dan gambar ilustrasi.

Manual “Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih” ini merupakan bagian dari
Seri Manual Perlindungan dan Rehabilitasi Daerah Tangkapan Air yang mengacu
pada prinsip ke 9 dari Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA Secara Vegetatif.

Semoga manual ini bermanfaat khususnya dalam pemberdayaan masyarakat dan


usaha-usaha penyadaran dan penyelamatan lingkungan.

Penyusun,

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) iii


Daftar Isi
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

hal
iii Kata Pengantar
iv Daftar Isi
v Daftar Tabel
vi Daftar Gambar
x Prinsip-prinsip

1 BAB I PENDAHULUAN
1 1.1 Latar belakang
2 1.2 Tujuan

5 BAB II MENGENAL JAMUR PANGAN


6 2.1 Jenis Jamur Pangan

9 BAB III BUDIDAYA JAMUR MERANG


9 3.1 Mengenal Jamur Merang
10 3.2 Cara Budidaya Jamur Merang
10 3.2.1 Penyiapan Sarana dan Prasarana
14 3.2.2 Penyiapan Alat dan Bahan
14 3.2.3 Tahap Pembuatan Jamur Merang
22 3.3 Analisis Usaha Jamur Merang

25 BAB IV BUDIDAYA JAMUR TIRAM


25 4.1 Mengenal Jamur Tiram Putih
26 4.2 Pembuatan Bibit Jamur
33 4.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram
39 4.4 Tahap Pembuatan Jamur Tiram Putih
49 4.5 Analisis Usaha Jamur Tiram

51 DAFTAR PUSTAKA

iv @ 2012
Daftar Tabel

hal
6 Tabel 1. Beberapa Jenis Jamur Pangan
22 Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) v


Daftar Gambar
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

hal
10 Gambar 1. Bentuk tubuh buah jamur merang
11
Gambar 2. Pembuatan rumah kumbung (A), seluruh ruang
pertumbuhan dilapisi plastik PE (B), model atap dari
bonet (C), dan model pintu dan jendela kumbung (D)
11
Gambar 3. Model dinding rumah jamur : dilapisi terpal (A),
dilapisi steroform (B), penaung samping dari bonet
(C), dan dilapisi geribik (D)
12
Gambar 4 Model rak pertumbuhan jamur (A), sudut bambu
dipaku dan diikat (B)
12 Gambar 5. Tata letak rumah jamur
13
Gambar 6. Alat sterilisasi drum (A) dan bambu untuk
mengalirkan uap panas (B)
13 Gambar 7. Potensi jerami (A) dan tempat pengumpulan jerami (B)
14 Gambar 8. Tempat perendaman jerami (A) dan limbah kapas (B)
14 Gambar 9. Bahan media tumbuh : kapas bekas (A) dan jerami (B)
15 Gambar 10. Pembuatan gundukan jerami
15
Gambar 11. Proses pengomposan Tahap I untuk jerami (A) dan
limbah kapas (B)
16 Gambar 12. Penaburan dedak pada jerami (A) dan kapur pada
limbah kapas (B)
16
Gambar 13. Memasukkan kompos jerami ke kumbung (A),
menata media jerami rak bawah (B) dan rak atas
(C), kompos limbah kapas di atas kompos jerami (D)
17
Gambar 14. Pengisian air pada drum (A), Pemanasan air dalam
drum (B), sterilisasi rumah kumbung (C), pengontrolan
suhu dari luar kumbung (D)

vi @ 2012
hal
19
Gambar 15. Bibit jamur merang dalam kemasan baglog (A) dan
tanggal pembuatan bibit (B)
19
Gambar 16. Pengumpulan bibit jamur merang dalam wadah
ember
20 Gambar 17. Penanaman bibit jamur
21
Gambar 18. Proses pengkabutan kumbung dan media tumbuh
jamur
22
Gambar 19. Kondisi tubuh buah jamur tepat waktu panen (A) dan
telat waktu panen (B)
22
Gambar 20. Jamur kualitas utama/belum mekar (A), jamur afkir/
BS, tubuh buah mekar (B)
25 Gambar 21. Jamur Tiram Putih
28 Gambar 22. Alur perbanyakan bibit jamur tiram putih
29 Gambar 23. Stok Media PDA
30 Gambar 24. Alur pembuatan bibit F0
31 Gambar 25. Alur pembuatan bibit F1
32 Gambar 26. Alur pembuatan bibit F2
33 Gambar 27. Contoh ruang isolasi (A) dan alat Laminar Air Flow (B)
34
Gambar 28. Ruang penyiapan media model semi permaanen (A)
dan permanen (B)
35 Gambar 29. Salah satu model Autoclave kapasitas 20 liter
37
Gambar 30. Kondisi ruang inokulasi (A) dan bagian atap ruang
inokulasi (B)
38
Gambar 31. Ruang pertumbuhan beratap asbes (A) dan
berdinding geribik (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) vii


Daftar Gambar
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

hal
38 Gambar 32. Rak tampak depan (A) dan posisi bag log dalam satu
tingkat (B)
39 Gambar 33. Model rak pertumbuhan jamur
40 Gambar 34. Model alat penyaring serbuk gergaji
40 Gambar 35. Bahan untuk pembuatan media F3/media baglog
41
Gambar 36. Proses penyaringan serbuk gergaji (A) dan media
hasil dikomposkan (B)
41
Gambar 37. Media dalam plastik PP (A), media diikat rafia (B),
media siap disterilkan (C)
42
Gambar 38. Bag log tertata rapi dalam drum (A) dan drum ditutup
plastik (B)
46
Gambar 39. Ruang inkubasi (A) dan bag log siap dipindah ke
ruang pertumbuhan (B)
46
Gambar 40. Pertumbuhan jamur tiram berwarna putih (A) dan
pertumbuhan jamur kontaminan berwarna hitam (B)
47
Gambar 41. Petumbuhan jamur sebelum plastik disobek (A) dan
setelah disobek (B)
48
Gambar 42. Kondisi ruangan selalu bersih (A), penyiraman media
untuk menjaga kelembaban (B)
50 Gambar 43. Sate jamur (A) dan keripik jamur (B)

viii @ 2012
OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) ix
Prinsip-prinsip
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA secara Vegetatif


1. Perlindungan hutan alam yang masih tersisa
2. Pengelolaan lahan pada kemiringan kurang dari 40 % dengan pola
agroforestry/wanatani
3. Pengelolaan lahan pada kemiringan di atas kelerengan 40 % dengan
vegetasi permanen (Keppres 32/1990)
4. Setiap jengkal pengelolaan lahan harus memberikan perlindungan
tanah secara maksimal dengan tanaman penutup tanah, baik berupa
tumbuhan bawah maupun tanaman penutup tanah : (a) rendah
(misalnya rerumputan, Centrocema sp, dsb.),  (b) sedang (misalnya
kaliandra, gamal), (c) tinggi (misalnya sengon)
5. Tidak melakukan pembukaan lahan (land-clearing) secara penuh
6. Perlindungan vegetatif sempadan sungai
7. Merehabilitasi lahan terbuka (lahan kritis/bare land) dengan tanaman
unggulan lokal atau  jenis pioner yang sesuai dengan kondisi  ekologi
dan aspirasi masyarakat setempat.
8. Apabila tidak memungkinkan dilakukannya rehabilitasi jenis pepohonan
karena alasan tertentu (misalnya biaya, ketersediaan bibit, kendala
musim), maka dapat dilakukan penanaman tanaman penutup tanah.
9. Melakukan upaya mempertahankan kesuburan tanah dan menjaga
pencemaran air permukaan dan tanah melalui penggunaan pupuk
organik dan pertanian semi-organik.
10. Perlu penciptaan aneka usaha ramah lingkungan untuk mengurangi
tekanan penduduk terhadap sumber daya lahan.
11. Penerapan teknologi budidaya tanaman untuk meningkatkan
keberhasilan rehabilitasi lahan
 

x @ 2012
Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi  DTA secara Sipil Teknik
1. Penterasan lahan pada lahan miring hingga kelerengan 40 %
2. Penerapan teknik penteresan perlu memperhatikan kondisi setempat,
khususnya kelerengan dan kedalaman tanah.
3. Teras yang dibangun perlu dipelihara dengan baik agar tidak
menimbulkan mega erosi
4. Melakukan penguatan tampingan teras (terrace riser) dengan batu dan
rumput yang tahan kekeringan.
5. Pembuatan rorak pada bidang olah teras
6. Penguatan batu dan rumput pada saluran pembuangan air
7. Pembuatan ‘rorak’ (silt-pit) saluran air yang memotong bukit
8. Pembuatan Sumur Resapan Air dan Embung pada lahan yang memiliki
aliran permukaan berlebihan
9. Meminimasi  jalan/jalan setapak yang memotong bukit.
10. Bangunan jalan  perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan air.
11. Saluran air yang dibuat pada kelerengan dilengkapi dengan bangunan
terjunan dan perangkap sedimen (rorak/silt-pit)
12. Setiap jengkal pembangunan fisik harus memperhatikan peresapan air
tanah (grass-block, sumur resapan, lubang biopori).

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) xi


@ 2012
xii
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Jamur telah dikenal sebagai mikroorganisme yang dapat merugikan atau
menguntungkan makhluk hidup lain. Jamur dapat bersifat parasit, dimana
cara hidupnya menumpang pada makhluk hidup lain, sehingga dapat
merugikan makhluk yang ditumpangi karena kehadirannya menjadi penyakit.
Selain itu, terdapat juga beberapa jamur yang bersifat saprofit, di mana cara
hidupnya menumpang pada sisa-sisa makhluk hidup lain sehingga tidak
merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya.

Di antara berbagai jenis jamur yang bersifat saprofit, terdapat jamur yang
dapat dimakan karena memiliki kelezatan rasa dan gizi yang tinggi. Kelompok
jamur tersebut disebut sebagai jamur pangan, seperti jamur kuping, jamur
kancing, jamur shitake, jamur merang, dan jamur tiram putih. Jamur merang
dan tiram putih merupakan contoh jamur pangan yang sudah cukup dikenal
luas oleh masyarakat. Kedua jamur ini hidup dari hasil dekomposisi limbah
tumbuhan, di mana jamur merang memerlukan media tumbuh jerami padi
sedangkan jamur tiram putih memerlukan serbuk gergaji kayu.

Jerami padi merupakan salah satu limbah yang banyak tersedia di desa-
desa. Limbah jerami hasil panen padi di banyak tempat umumnya belum
banyak dimanfaatkan. Setiap selesai panen padi, limbah tersebut lebih
banyak dibakar karena cara ini dianggap lebih praktis tanpa menyadari
bahwa cara tersebut dapat menyumbangkan polusi dan meningkatkan
kadar CO2 penyebab meningkatnya suhu bumi. Di samping jerami, beberapa
tempat di Indonesia khususnya di tempat-tempat penggergajian kayu juga
banyak tersedia limbah serbuk gergaji kayu yang selama ini belum banyak
dimanfaatkan pula.

Jerami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media


tumbuh yang sangat bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram
putih. Potensi limbah sangat melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi
jerami padi yang potensi limbahnya hampir merata di desa-desa. Namun
minimnya pengetahuan dan penguasaan teknik budidaya jamur pangan
oleh masyarakat menyebabkan masih jarangnya pemanfaatan kedua macam
limbah tersebut sebagai media tumbuh jamur pangan yang sesungguhnya

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 1


dapat menjadi mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan pendapatan
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

masyarakat. Pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini masih terbatas


sebagai bahan pembuatan kompos.

Budidaya jamur merang dan tiram putih sebenarnya sudah dikembangkan


di beberapa daerah, namun informasi teknik budidayanya masih jarang yang
sampai ke masyarakat sehingga budidaya kedua jenis jamur ini belum banyak
dilakukan masyarakat di daerah lain. Kalau pun ada yang sudah memulainya,
umumnya belum memberikan hasil optimal akibat belum dikuasainya teknik
budidaya jamur dengan baik. Ketika teknik budidaya sudah dikuasai dengan
baik pun, terkadang masih terbentur kendala kebutuhan bibit jamur, karena
selama ini hanya bergantung pada pusat pembibitan jamur yang letaknya
jauh dari pembudidaya jamur. Untuk itu perlu dibuatkan sebuah manual
yang menginformasikan secara lengkap tentang teknik budidaya jamur
merang dan tiram putih mulai dari cara pembuatan bibit hingga produksi
jamur.

1.2 Tujuan
Pembuatan manual ini bertujuan untuk memberikan informasi lengkap
tentang budidaya jamur merang dan tiram putih.

2 @ 2012
OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 3
@ 2012
4
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
BAB II

Bab II. Mengenal Jamur Pangan


Mengenal Jamur
Pangan

J
amur telah dikenal luas oleh masyarakat baik sebagai jenis-jenis yang
merugikan maupun yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain. Terkait
dengan sifatnya yang dapat merugikan atau bermanfaat bagi makhluk
hidup lain, maka secara sederhana dampak kehadiran jamur terhadap
tumbuhan dan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(1) Jamur merugikan tumbuhan sehingga merugikan manusia


Jamur ini bersifat sebagai penyakit (patogen) yang menyebabkan gangguan
fisiologi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu hingga
mematikan tanaman. Jika hal ini terjadi pada tanaman budidaya, maka
menyebabkan penurunan hingga kegagalan produksi sehingga merugikan
manusia.

(2) Jamur merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia


Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, tetapi menghasilkan
nilai ekonomi tinggi bagi manusia, hal ini misalnya terjadi pada pohon
gaharu. Infeksi jamur pada pohon gaharu merupakan salah satu faktor
penyebab terbentuknya gubal gaharu yang wangi jika dibakar. Gubal
gaharu dengan berbagai kualitas telah dikenal luas memiliki nilai jual yang
sangat tinggi sehingga menguntungkan manusia, namun di lain pihak
infeksi yang disebabkan oleh jamur tersebut telah menyebabkan gangguan
pertumbuhan hingga kematian pohon yang terinfeksi jamur sehingga
kehadirannya merugikan tumbuhan.

(3) Jamur menguntungkan tumbuhan sehingga menguntungkan


manusia
Jamur ini merupakan jamur yang hidup di tanah dan mengkolonisasi
perakaran tanaman. Infeksi jamur ke dalam sistem perakaran tidak
merugikan tanaman karena jamur kelompok ini hanya menggunakan
sisa-sisa karbohidrat sederhana di perakaran tanaman dan tidak merusak
jaringan tanaman. Di lain pihak kehadiran jamur ini justru memberikan
manfaat bagi tanaman, antara lain : (a) meningkatkan serapan hara penting
bagi tanaman khususnya fosfor sehingga tanaman tumbuh lebih subur,
(b) miselia jamur yang menyelimuti perakaran tanaman justru melindung
tanaman dari serangan patogen akar, (c) jamur menghasilkan hormon

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 5


perangsang akar sehingga merangsang pertumbuhan akar tanaman, (d)
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

membantu penyerapan air melalui hifa-hifa jamur. Beberapa manfaat


tersebut menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan kemampuan daya
adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga pada
gilirannya memberi manfaat bagi manusia.

Beberapa jamur lain bersifat saprofit dimana dalam memenuhi kebutuhan


makanannya diperoleh dari sisa-sisa pelapukan tanaman. Proses pelapukan
itu sendiri (dekomposisi) dapat dilakukan oleh jamur maupun bakteri.
Hasil pelapukan dari bahan organik yang telah mati pada gilirannya
akan menghasilkan pupuk organik. Ketersediaan pupuk organik sangat
bermanfaat bagi tumbuhan yang pada gilirannya juga memberi manfaat
bagi manusia.

(4) Jamur tidak merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia


Jamur yang bersifat saprofit kehadirannya tidak merugikan tumbuhan
karena hidup dari proses pelapukan sisa-sisa bahan organik. Beberapa
jamur saprofit bahkan dapat dimakan oleh manusia karena selain rasanya
yang lezat, kandungan gizinya cukup tinggi sehingga memberi berbagai
manfaat bagi kesehatan manusia. Jamur ini termasuk dalam kelompok
jamur pangan, antara lain : jamur merang, jamur tiram, jamur kancing, dan
jamur kuping.

2.1 Jenis Jamur Pangan


Di dunia ada sekitar 2000 jenis jamur dan lebih kurang 25%-nya adalah jenis
jamur pangan atau jamur konsumsi yang bisa dimakan.  Jamur pangan atau
jamur konsumsi merupakan sebutan untuk berbagai jenis jamur yang biasa
dijadikan bahan makanan, enak dimakan, bisa berupa produk hasil budidaya
atau panen dari alam bebas karena teknik budidaya belum diketahui.
Beberapa jenis jamur pangan yang sudah dikenal antara lain :

Tabel 1. Beberapa Jenis Jamur Pangan

No. Jenis jamur Keterangan


1 Jamur kancing atau Jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan
champignon (Agaricus di dunia, sekitar 38% dari total produksi
bisporus) jamur dunia. Jamur kancing sering juga disebut
dengan champignon. Bentuknya memang
menyerupai kancing sehingga disebut dengan
jamur kancing.Warnanya kecokelatan dengan
permukaan licin. Tekstur dagingnya kenyal,
lezat diolah menjadi isi sup, ditumis, dipepes
maupun dimasak dengan campuran sayuran,
daging, ayam maupun seafood.

6 @ 2012
Bab II. Mengenal Jamur Pangan
2. Jamur tiram atau hiratake Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia
(Pleurotus sp) berupa jamur tiram. Tiongkok merupakan
produsen jamur tiram yang utama. Bentuknya
mirip dengan cangkang tiram, teksturnya
lunak dengan warna putih bersih. Jamur jenis
ini sangat cocok diolah menjadi tumisan,
dimasak ala oriental maupun campuran
sapo dan sup bening. Dipasaran jamur tiram
dikenal juga dengan sebutan jamur hiratake.
3 Jamur merang (Volvariella Sekitar 16% dari total produksi jamur
volvaceae) dunia berupa jamur merang. Jamur merang
berwarna abu-abu dan ada semburat
kehitaman. Biasanya jamur merang dipanen
sebelum mekar sehingga bentuknya
menyerupai kuncup terbungkus oleh
selongsong berwarna  kecoklatan. Tekstur
jamur merang lunak dan kenyal. Lezat
dimasak menjadi masakan Cina, tumisan, isi
sup dan pepes jamur.
4 Jamur shiitake (Lentinus Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di
edodes) Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar
10% dari total produksi jamur dunia berupa
jamur shiitake. Biasanya diolah menjadi bahan
sapo jamur, diolah sebagai bahan tumisan
dengan saus tiram, isi sup maupun menjadi
hidangan panggang. Tekstur jamur shiitake
kenyal dan memiliki daging yang tebal. Jamur
shiitake memiliki aroma yang khas seperti
bau jengkol dan warna hitam pekat pada
bagian bawah jamur
5 Jamur kuping putih Jamur yang banyak dipakai untuk masakan
(Tremella fuciformis), Tionghoa. Bentuknya berkerut menyerupai
jamur kuping hitam telinga, karenanya orang menyebut dengan
(Auricularia polytricha) sebutan jamur kuping. Teksturnya kenyal dan
dan jamur kuping merah agak liat. Di pasaran dijual dalam keadaan
(Auricularia auricula-judae) kering maupun segar. Jamur kuping kering
harus direndam terlebih dahulu dengan air
hingga teksturnya lunak baru diolah menjadi
masakan. Warna jamur kuping kehitaman.
Lezat diolah menjadi campuran sup bening
seperti sup kimlo, tumisa. Masakan Cina
paling banyak menggunakan jenis jamur
kuping.
6 Jamur maitake (Grifola Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak,
frondosa) dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of
the woods.

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 7


@ 2012
8
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
Bab III. Budidaya Jamur Merang
BAB III
Budidaya
Jamur Merang
3.1 Mengenal Jamur Merang
Jamur merang atau dikenal dengan nama ilmiah Volvariella volvacea
merupakan salah satu jenis jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia
Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau sub-tropis, termasuk di
Indonesia. Saat masih muda tubuh buahnya berbentuk bulat telur berwarna
cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung. Pada tubuh buah
jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat
tua keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda. Untuk
keperluan konsumsi atau pasar maka dipilih tubuh buah yang masih muda
yang tudungnya belum berkembang.

Jamur merang termasuk jamur kompos artinya tumbuh pada media hasil
pengomposan. Sesuai namanya maka jamur ini tumbuh baik pada media
jerami padi yang telah dikomposkan. Jamur ini dikenal sebagai “Jamur
Hangat” karena mampu bertahan hidup pada suhu relatif tinggi, yaitu 30-
38oC, suhu terbaik bagi pertumbuhannya adalah 35oC.

Jamur merang memiliki beberapa kandungan nutrisi bermanfaat, yaitu


: (a) mandungan protein sangat tinggi, (b) mengandung mineral penting
bagi tubuh, seperti : fosfor, kalium, zat besi, kalsium, dan magnesium, (c)
mengandung zat antibiotik yang berguna bagi tubuh, (d) mengandung
serat, (e) mengandung vitamin B komplek dan C. Karena kandungan nutrisi
tersebut maka jamur merang memiliki beberapa manfaat, antara lain : (a)
Menurunkan tekanan darah tinggi dan penyakit stroke, (b) mengurangi
resiko penyakit jantung dan kanker, (c) kandungan protein yang tinggi
sangat baik untuk membantu metabolisme dalam tubuh, (d) kandungan
vitamin menyebabkan meningkatknya daya tahan tubuh terhadap penyakit,
(e) kandungan zat eritadenin mampu menawarkan racun dalam tubuh,
(f) kandungan zat antibiotik mampu mengurangi resiko terkena berbagai
penyakit, (g) kandungan seratnya baik untuk sistem pencernaan, (h) berguna
untuk diet, dan (i) kandungan enzim tripsin bermanfaat untuk proses
pencernaan.

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 9


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

3.2 Cara Budidaya Jamur Merang


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa media tumbuh
utama jamur merang adalah jerami padi. Pada kondisi lingkungan yang
mendukung, secara alami jamur merang sebenarnya dapat tumbuh pada
tumpukan jerami hasil limbah pemanenan padi, namun tubuh buah jamur
yang dihasilkan tidak melimpah, beberapa tumpukan limbah jerami malah
terkadang tidak menghasilkan tubuh buah jamur merang. Agar diperoleh
hasil jamur yang optimal maka perlu dilakukan budidayanya dengan tetap
memperhatikan pemenuhan kebutuhan persyaratan kondisi lingkungan
tumbuh jamur.

3.2.1 Penyiapan Sarana dan Prasarana


A. Rumah Jamur (Kumbung)
(a) Ruang pertumbuhan jamur : dapat dibuat dengan ukuran 4 m x 7
m dan tinggi 4 m, seluruh bagian baik dinding maupun atapnya dilapisi
plastik PE (polyethylene) ketebalan 0,12 mm, rangka dibuat dari jenis bambu
tali, sebaiknya bambu yang digunakan sudah kering agar kuat dan tahan
lama. Ruang pertumbuhan memiliki pintu dan jendela yang dapat dibuat
di bagian depan dan belakang, lantai ruang pertumbuhan jamur cukup dari
tanah, namun bisa juga lantai dapat dibuat dari semen (periksa Gambar 2).
(b) Penaung : dapat dibuat dari bahan yang teduh dan tidak tembus
Gambar 1.
air, misalnya bonet/karpet/rumbia. Digunakan untuk menaungi rumah
Bentuk tubuh pertumbuhan jamur baik dari bagian atas, namun beberapa kumbung juga
buah jamur ada yang menjadikannya sebagai penaung dari samping;
merang

10 @ 2012
(c) Dinding : digunakan untuk melapisi bagian luar dari ruang pertumbuhan

Bab III. Budidaya Jamur Merang


jamur, dapat dibuat dari steroform, geribik, ada juga yang menggunakan
terpal (periksa Gambar 3)

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 2.
Pembuatan rumah
kumbung (A), selu-
ruh ruang pertum-
buhan dilapisi plas-
(A) (B) tik PE (B), model
atap dari bonet (C),
dan model pintu dan
jendela kumbung
(D)

Gambar 3.
Model dinding
rumah jamur :
dilapisi terpal (A),
dilapisi steroform
(B), penaung samp-
ing dari bonet (C),
(C) (D) dan dilapisi geribik
(D)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 11


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

(A) (B)
B. Rak Pertumbuhan Jamur
Sebenarnya rak pertumbuhan jamur dibuat menyatu dengan ruang
pertumbuhan jamur, maksudnya ketika dalam pembuatan rumah
pertumbuhan juga sekaligus dengan pembuatan rak pertumbuhan jamur.
Rak dibuat dari jenis bambu tali yang sudah kering sehingga lebih kuat dan
awet. Diamater bambu sebaiknya berkisar 6-7 cm dengan ukuran lebar 1
m x panjang 6 m. Satu rumah kumbung terdiri dari dua rak yang dibuat
bertingkat sebanyak : (a) 5 tingkat, dimana tinggi dari atas tanah 70 cm,
tinggi tingkat I : 65 cm, tingkat II : 60 cm, tingkat III : 55 cm, tingkat IV : 50
cm, dan jarak tingkat V ke atap atas : 90 cm, atau (b) 6 tingkat, maka tinggi
dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 60 cm, tingkat II : 55 cm, tingkat III : 50
cm, tingkat IV : 45, tingkat V : 40 cm, dan jarak tingkat VI ke atap atas : 90 cm.
Tiang rak didirikan di atas tembok semen, selain dipaku setiap bagian sudut
bambu juga diikat dengan tali plastik agar lebih kokoh (Lihat Gambar 4).

Gambar 4.
Model rak
pertumbuhan jamur
(A), sudut bambu
dipaku dan diikat (B)

Gambar 5.
Tata letak rumah
jamur

12 @ 2012
C. Alat Sterilisasi/Penyetiman

Bab III. Budidaya Jamur Merang


Alat sterilisasi dibuat dari drum bekas, untuk satu kumbung diperlukan 3-4
drum bekas. Untuk sekali sterilisasi memerlukan 2 m3 kayu bakar atau dapat
menggunakan semawar dengan gas elpiji ukuran 3 kg. Dalam hal ini yang
disterilkan adalah bagian dalam kumbung/rumah pertumbuhan jamur dan
kompos media tumbuh jamur yang sudah diletakkan pada rak pertumbuhan.
Proses sterilisasi menggunakan uap panas dari air mendidih dalam drum
yang dialirkan ke kumbung dengan menggunakan bambu atau selang besi
(Gambar 6).

(A) (B)

D. Rumah Penyimpanan Jerami


Selama ini para pembudidaya jamur merang lebih menggantungkan jerami
padi sebagai bahan utama dalam pembuatan jamur merang. Oleh sebab itu
agar jerami padi tetap tersedia meskipun di luar musim panen, maka perlu
disediakan rumah penyimpanan jerami. Rumah penyimpanan jerami dibuat
secara sederhana, prinsipnya rumah diberi atap agar jerami tetap kering saat
musim hujan, untuk menghindari aliran air ke jerami yang disimpan, maka
perlu dibuat aliran air di sekitar rumah penyimpanan tersebut. Dengan
demikian keberlanjutan proses pembuatan jamur merang tidak terhambat
oleh musim panen padi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6.
Alat sterilisasi
drum (A) dan
bambu untuk
mengalirkan uap
panas (B)

(A) (B) Gambar 7.


Potensi jerami
(A) dan tempat
pengumpulan
jerami (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 13


E. Bak Perendam
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

Semua bahan media tumbuh jamur merang harus dikomposkan terlebih


dahulu sebelum digunakan untuk pertumbuhan jamur merang. Agar proses
pengomposan dapat berjalan, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi
adalah meningkatkan kondisi kadar air media (sekitar 30%), karena umumnya
jerami atau media tambahan lain (limbah kapas, ampas aren, kardus) dalam
kondisi kering. Untuk itu jerami maupun bahan media lain seperti limbah
kapas sebelum pengomposan perlu direndam air terlebih dahulu pada
tempat perendaman sebagaimana disajikan pada Gambar 8.

(A) (B)
3.2.2 Penyiapan Alat dan Bahan
Untuk membuat jamur merang menggunakan kumbung ukuran 4 m x 7 m,
maka bahan-bahan yang diperlukan adalah : (a) Jerami kering (300 ikat @
5 kg/ikat =1500 kg), (b) Limbah kapas (300 kg), (c) Dedak halus (150 kg), (d)
Kapur pertanian/bangunan (3 karung @ 25 kg = 75 kg), (e) Kayu bakar (2 m3),
dan (f) Bibit jamur merang (75 baglog). Adapun alat-alat yang dibutuhkan
antara lain : handsprayer, terpal, tali plastik, sekop, ember, cangkul, garpu/
garuk, dan termometer ruangan.

Gambar 8.
Tempat (A) (B)
perendaman jerami
(A) dan limbah
kapas (B) 3.2.3 Tahap Pembuatan Jamur Merang
A. Pengomposan Media Tumbuh
Gambar 9. Media tumbuh jamur merang harus dikomposkan dahulu dengan cara
Bahan media sebagai berikut :
tumbuh : kapas Pengomposan Tahap I : Jerami kering dikumpulkan dalam bak penampung
bekas (A) dan
jerami (B) air, proses perendaman dilakukan dengan cara menginjak-injak atau

14 @ 2012
membiarkan dalam air

Bab III. Budidaya Jamur Merang


rendaman hingga basah
merata. Hal yang sama
dilakukan terhadap limbah
kapas. Setelah seluruh bagian
jerami basah, maka ditumpuk
pada suatu tempat hingga
membentuk gundukan.
Untuk kumbung 4 m x 7
m, maka jerami basah akan
membentuk gundukan
dengan ukuran sekitar 3
m x 4 m dan tinggi 1,5 m. Jerami yang telah direndam tersebut sebelum
ditumpuk dibuat bulatan-bulatan bola agar memadat, baru ditumpuk.
Agar tetap padat, maka jerami ditata membentuk gundukan sambil diinjak-
injak. (Periksa Gambar 10). Untuk limbah kapas/kardus/ampas aren dibuat
gundukan secara terpisah dari jerami. Setelah seluruh jerami membentuk
gundukan, maka tutup seluruh gundukan secara rapat menggunakan
terpal dan diikat dengan tali plastik. Hal yang sama juga dilakukan pada
media tumbuh lain seperti limbah kapas. Biarkan gundukan tertutup terpal
selama 5 hari. Pada tahap ini gundukan jerami maupun limbah kapas tidak
perlu ditambahkan dedak maupun kapur, di samping itu sejak dimulainya
pengoposan Tahap I, pemesanan bibit jamur merang juga sudah bisa mulai
dilakukan.

(A) (B)

Pengomposan Tahap II : Setelah lima hari pengomposan tahap I berakhir,


maka buka terpal yang telah menutup jerami. Buatkan tempat gundukan
baru, bisa berdampingan dengan tempat gundukan pertama. Sebelum Gambar 10.
Pembuatan
jerami hasil pengomposan tahap I dibuatkan gundukan baru, maka lantai gundukan jerami
tanah ditaburi secara tipis kapur dan dedak terlebih dahulu. Selanjutnya
letakkan jerami setinggi 10 cm-an, kemudian taburi dedak dan kapur
Gambar 11.
kembali, lalu tumpuk jerami kembali di atasnya, dan taburi kapur dan dedak Proses
kembali, demikian seterusnya dengan cara yang sama hingga seluruh jerami pengomposan
tertumpuk. Hal yang sama dilakukan pada kompos limbah kapas atau Tahap I untuk
jerami (A) dan
media jamur lainnya. limbah kapas (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 15


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

(A) (B)
Total kebutuhan dedak dan kapur untuk pengomposan Tahap II pada jerami
masing-masing adalah 100 kg dedak dan 50 kg kapur, adapun untuk limbah
kapas masing-masing adalah 50 kg dedak dan 25 kg kapur. Setelah dedak
dan kapur tersebar merata pada setiap lapisan jerami maupun kapas, maka
tutup kembali masing-masing kompos jerami dan kapas dengan terpal,
kemudian diikat tali plastik. Biarkan proses pengomposan berjalan selama
5 hari. Seperti halnya pada pengomoposan Tahap I, maka pengomposan
jerami dan kapas Tahap II juga dilakukan secara terpisah. Dengan demikian
seluruh proses pengomposan memerlukan waktu selama 10 hari.

B. Meletakkan Media Tumbuh pada Rak


Setelah proses pengomposan Tahap II selesai (10 hari), maka kompos jerami
dan limbah kapas siap diletakkan dan ditata di rak pertumbuhan. Kegiatan
penataan media tumbuh dilakukan pada hari ke-11. Pada kondisi ini, media
tumbuh hasil pengomposan Tahap II masih menunjukkan suhu yang cukup
tinggi (± 50 oC). Proses penataan dilakukan sebagai berikut :
- Buka terpal pengomposan jerami dan kapas, kemudian angkut ke
dalam rumah jamur, gunakan garpu/garuk untuk membantu proses
pemindahannya.
- Letakkan terlebih dahulu kompos jerami pada rak pertumbuhan hingga
Gambar 12. setebal 30 cm/satu jengkal.
Penaburan dedak
pada jerami (A) - Letakkan kompos limbah kapas atau media lainnya di atas kompos jerami
dan kapur pada
limbah kapas (B) hingga setebal 5 cm

Gambar 13.
Memasukkan
kompos jerami
ke kumbung (A),
menata media
jerami rak bawah
(B) dan rak atas
(C), kompos
limbah kapas
di atas kompos
jerami (D)
(A) (B)

16 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
(C) (D)
C. Sterilisasi/Penyetiman
Penyetiman dilakukan pada hari ke-12 setelah seluruh media diletakkan di
rak dan dapat dilakukan mulai pukul 07.00-14.00. Penyetiman dimaksudkan
untuk mematikan semua jenis mikroba yang tidak diinginkan agar tidak
menjadi pesaing bagi pertumbuhan jamur merang. Tumbuhnya mikroba
pesaing tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur merang sehingga
berakibat pada penurunan produksi tubuh buah.

Pada tahap awal proses penyetiman, maka drum diisi air hingga penuh lalu
rebus drum menggunakan kayu bakar (sebanyak 2 m3) hingga menghasilkan
uap panas. Penyetiman cara ini menggunakan uap panas dari air mendidih
yang direbus dalam drum. Uap panas tersebut dialirkan melalui pipa besi
atau bambu sehingga memanasi seluruh ruangan kumbung termasuk media
kompos jerami dan kapas yang telah ditata pada rak. Pada saat penyetiman
maka jendela dan pintu ditutup rapat. Pasang termometer dengan cara
memasukkan dari luar kumbung agar mudah dalam mengecek suhu ruang
yang disterilkan.

Proses penyetiman memerlukan total waktu sekitar 7 jam yang dimulai


sejak pembakaran kayu. Suhu dalam kumbung akan terus meningkat
sejalan dengan berjalannya proses perebusan air dalam drum. Ketika suhu
kumbung sudah mencapai 70o C, maka pertahankan suhu tersebut selama
3 jam, kemudian api baru dimatikan. Jika suhu mencapai 75oC atau lebih
tinggi, maka perlu diturunkan kembali hingga mendekati suhu 70o C dengan
cara mengurangi api.

Gambar 14.
Pengisian air
pada drum (A),
Pemanasan air
dalam drum (B),
sterilisasi rumah
kumbung (C),
pengontrolan
(A) (B) suhu dari luar
kumbung (D)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 17


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

(C) (D)
Penyetiman dengan uap panas secara terus-menerus akan menyebabkan
plastik kumbung mengembang dan jika dibiarkan dapat pecah, oleh sebab
itu kurangi api pemanas drum jika suhu mencapai 75o C atau lebih. Pada
suhu yang sangat tinggi (> 80o C), panas hasil proses penyetiman dapat
menyebabkan keringnya media tumbuh jamur yang pada gilirannya bisa
menyebabkan terbakarnya media jamur.

Uap yang dialirkan ke kumbung


pada proses penyetiman ini
sangat panas, oleh sebab itu
jangan sekali-kali membuka
pintu kumbung saat proses
sterilisasi karena uap panas akan
menyembur keluar dan dapat
melukai tubuh. Setelah sterilisasi
selesai, maka biarkan kumbung
selama 24 jam. Pada pukul
14.00 keesokan harinya, buka
jendela hingga membuka ½
bagian selama 1 jam, lalu lakukan
penaburan bibit pada pukul 15.00.

D. Pengadaan Bibit Jamur


Pengadaan bibit jamur merang sudah dapat mulai dilakukan saat proses
pengomposan jerami Tahap I dimulai. Bibit yang dipesan jangan sampai
termasuk bibit kadaluarsa, artinya umur miselia yang terlalu tua atau
sebaliknya masih terlalu muda karena hal ini menyebabkan pertumbuhan
miselia jamur pada media dalam rak tidak berjalan optimal, bahkan bisa
tidak tumbuh sama sekali. Oleh sebab itu pemesanan bibit harus hati-hati,
berdasarkan pengalaman bibit yang dibeli sebaiknya berumur antara 10
– 17 hari ketika akan dilakukan penaburan bibit. Jika pada hari pertama
pengomposan Tahap I kita sudah memesan bibit jamur, maka bibit jamur
saat ditabur akan berumur sekitar 13 hari sehingga umur bibit tersebut
masih masuk pada interval umur bibit jamur yang disarankan.

18 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
(A) (B)
Gambar 15B memperlihatkan bahwa bibit jamur merang pada baglog
tertulis 27 artinya bibit tersebut dibuat pada tanggal 27 (misalkan 27 Januari
2012), hal ini berarti bibit tersebut masih baik untuk dilakukan penaburan
pada media tumbuh jamur di dalam rak pertumbuhan pada tanggal 6 – 13
Februari 2012 (yaitu 10-17 hari setelah pembuatan bibit). Sebaliknya, bibit
sebaiknya tidak ditabur sebelum tanggal 6 Februari atau setelah tanggal
13 Februari. Demikian seterusnya bahwa penandaan tanggal akan selalu
dituliskan pada baglog oleh pembuat bibit jamur sebagai dasar informasi
penggunaan bibit jamur.

E. Penanaman Bibit Jamur


Penanaman bibit dilakukan di hari ke-13 yaitu sekitar 24 jam setelah proses
penyetiman selesai, tepatnya kira-kira pada pukul 15.00-an pada keesokan
harinya. Bibit yang diperlukan adalah 1 baglog/m2 media. Untuk kumbung
ukuran 4 m x 7 m diperlukan bibit jamur merang sekitar 70-75 baglog.
Sebelum penanaman bibit, baglog-baglog bibit jamur merang dapat
dikumpulkan dan dibuka/disobek lalu dikumpulkan dalam satu wadah
ember bersih. Hal ini untuk memudahkan saat proses penaburan bibit di
rak (Gambar 16).

Gambar 15.
Bibit jamur
merang dalam
kemasan baglog
(A) dan tanggal
pembuatan bibit
(B)

Gambar 16.
Pengumpulan bibit
jamur merang
dalam wadah
ember

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 19


Penanaman bibit dilakukan dengan cara menabur bibit jamur secara merata
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

di atas media tumbuh. Diperkirakan setiap 1m2 media memerlukan 1


baglog bibit jamur. Bibit jamur juga dapat ditanam pada media tumbuh di
bagian bawah rak, yaitu dengan cara menyelip-nyelipkan bibit jamur pada
media tersebut. Penanaman bibit jamur pada model rak bambu seperti ini
memungkinkan tubuh buah tidak hanya tumbuh pada bagian atas media
tetapi dapat juga tumbuh pada bagian bawah maupun samping media pada
rak.

Lakukan penaburan bibit secara cepat. Diperlukan 3-4 orang/kumbung


agar penaburan dapat selesai dalam waktu 1 jam. Lakukan penaburan bibit
jamur secara merata. Bibit jamur yang bagus jika masih putih dan sebaiknya
sudah dipesan pada saat dimulai pengomposan Tahap I. Segera tutup
kembali seluruh ventilasi ( jendela dan pintu) setelah penaburan bibit selesai.
Selanjutnya biarkan proses pertumbuhan miselia jamur berlangsung.

F. Pemeliharaan
Empat hari setelah penaburan bibit (hari ke-17), perlu lakukan pengkabutan,
hal ini disebabkan biasanya media kompos jerami dan limbah kapas
Gambar 17. menunjukkan tanda-tanda kekeringan. Penyiraman dilakukan secara
Penanaman
bibit jamur pengkabutan, yaitu penyiraman air secara halus, hal ini dapat dilakukan

20 @ 2012
menggunakan alat pengkabutan atau handsprayer halus dengan cara

Bab III. Budidaya Jamur Merang


menyemprotkan kabutnya saja. Prinsipnya pengkabutan adalah untuk
menjaga media agar tetap lembab. Setelah pengkabutan selesai tutup
kembali kumbung dan biarkan selama 2 hari. Dua hari kemudian (hari ke-
19) jendela kumbung dibuka ½ bagian. Pada periode ini miselia jamur akan
terus tumbuh dan menghasilkan tubuh buah jamur yang belum siap dipanen.
Pertumbuhan misalia jamur merang ditandai oleh munculnya warna putih
seperti kapas secara menyeluruh pada media tumbuh. Beberapa waktu
kemudian miselia putih akan terlihat menggumpal dan membentuk tubuh
buah jamur merang dengan ukuran yang makin membesar.

G. Pemanenan
Jamur mulai dipanen kira-kira pada 10 hari setelah penaburan (sekitar hari
ke-23). Panen dapat dilakukan setiap hari hingga persediaan makanan
dalam media habis, hal ini ditunjukkan oleh makin menurunnya produksi
jamur. Setiap hari dalam satu kumbung dapat dipanen 20-40 kg jamur dan
untuk satu periode dapat diproduksi sekitar 200-250 kg jamur. Pemanenan
Gambar 18.
harus dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan cara cukup memotong bagian Proses
kepala tubuh buah jamur saja, bagian batang apalagi miselia di bawahnya pengkabutan
jangan sampai tercabut, karena akan mengganggu proses pertumbuhan kumbung dan
media tumbuh
miselia tersebut yang seharusnya akan menjadi bakal tubuh buah. jamur

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 21


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

(A) (B)
Jika kegiatan pemanenan terlambat, maka tubuh buah yang terus tumbuh
tersebut akan mekar membentuk seperti payung, namun kondisi tubuh buah
semacam ini telah dinilai sebagai tubuh buah berkualitas afkir/BS. Jamur
merang yang telah dipanen, sebaiknya dapat segera dipasarkan karena
jamur yang dibiarkan terlalu lama maka tubuh buahnya akan terbelah dan
membentuk payung. Pada kondisi seperti ini, jamur merang akan masuk
kriteria afkir atau dikenal dengan istilah BS. Umumnya jamur-jamur BS
memiliki harga lebih rendah bahkan kadang turun hingga 50% dari harga
jamur kualitas utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.

(A) (B)
Namun terkadang beberapa usaha budidaya jamur ini juga mengalami
kegagalan, kegagalan produksi dapat disebabkan oleh : (a) Proses sterilisasi
yang kurang optimal, (b) Kualitas bibit yang tidak bagus/bibit kadaluarsa,
(c) Penempatan jerami di rak kurang padat, (e) Penggunaan kembali media
tumbuh jamur.
Gambar 19.
Kondisi tubuh buah 3.3 Analisis Usaha Jamur Merang
jamur tepat waktu Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang
panen (A) dan telat
waktu panen (B) Harga Jumlah
No Uraian Vol. Satuan Satuan (Rp) (Rp)
Gambar 20. A Modal Tetap        
Jamur kualitas 1 Bambu 300 batang 5.000 1.500.000
utama/belum
mekar (A), jamur 2 Plastik PE 0,12 mm 1 gulung 400.000 400.000
afkir/BS, tubuh Tambang plastik ukuran
3 3 gulung 50.000 150.000
buah mekar (B) 3 mm

22 @ 2012
Bab III. Budidaya Jamur Merang
4 Paku (ukuran 12, 10, 7, 5) 12 kg 20.000 240.000
5 Drum 3 buah 150.000 450.000
6 Pipa besi 3 inch 5 m 40.000 200.000
7 Semen 3 sak 75.000 225.000
8 Batu bata 500 buah 500 250.000
9 Pasir 1 colt 150000 150.000
10 Garpu besi 2 buah 50.000 100.000
11 Termometer ruang 1 buah 30.000 30.000
12 Handsprayer 1 buah 400.000 400.000
13 Ember plastik (5 liter) 2 buah 30.000 60.000
14 Timbangan duduk (15 kg) 1 buah 100.000 100.000
15 Pompa air kecil 1 buah 500.000 500.000
16 Selang plastik 50 m 3.000 150.000
17 Bonet/karpet 100 m 10.000 1.000.000
Tukang pembuatan
18 14 HOK 50.000 700.000
kumbung
   Sub-total A (Modal Tetap) 6.605.000
B Biaya Variabel        
B.1 Bahan        
1 Jerami kering 1,5 ton 300.000 450.000
2 Dedak halus 150 kg 1.500 225.000
3 Limbah kapas 300 kg 1.000 300.000
4 Kapur kaptan 75 kg 1.000 75.000
Bibit jamur merang dan
5 75 log 3.000 225.000
paket
6 Kayu bakar 2 m3 125.000 250.000
   Sub-total B1 1.525.000
B.2 Tenaga Kerja        
1 Proses pengomposan 7 HOK 50.000 350.000
Penataan media dalam
2 3 HOK 50.000 150.000
rak
Proses sterilisasi
3 2 HOK 50.000 100.000
kumbung
4 Penaburan bibit jamur 2 HOK 50.000 100.000
5 Pemeliharaan 2 HOK 50.000 100.000
6 Pembongkaran media 2 HOK 50.000 100.000
7 Pembersihan kumbung 1 HOK 50.000 50.000
   Sub-total B2 950.000
   Sub-Total B (Biaya Variabel) 2.475.000
C Hasil Produksi        
1 Hasil produksi Super 175 kg 18.000 3.150.000
2 Hasil produksi BS 35 kg 12.000 420.000
   Sub-Total C (Penerimaan) 3.570.000
           
    Pendapatan (C-B) 1.095.000
Keterangan : Satu periode produksi memerlukan waktu 40 hari, sehingga dalam 1 tahun
dapat melakukan 9 kali produksi.

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 23


@ 2012
24
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
BAB IV
Budidaya Jamur Tiram

4.1 Mengenal Jamur Tiram Putih


Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang sering dikenal dengan sebutan
King Oyster Mushroom adalah jamur pangan dari kelas Homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan
tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung. Jamur ini memiliki miselia berwarna putih yang
bisa tumbuh dengan cepat. Miselia dan tubuh buah tersebut berkembang
baik pada suhu 26 – 30o C, namun pada suhu lebih dingin sekitar 22o C,
miselia dan tubuh buah masih dapat tumbuh.

Jamur tiram termasuk salah satu jamur kayu sehingga di alam bebas jamur
jenis ini banyak kita jumpai pada batang-batang kayu yang telah lapuk baik
di pekarangan maupun hutan. Berdasarkan cara pertumbuhan alami inilah,
maka untuk membudidayakan jamur tiram memerlukan media tumbuh
yang mirip dengan media tumbuh alaminya yaitu kayu lapuk.

Beberapa media utama untuk pertumbuhan jamur tiram pada dasarnya


banyak dijumpai di sekitar kita, antara lain : serbuk gergaji kayu, sekam
padi, jerami, hingga ampas tebu. Berbagai media utama tersebut tentu akan
menghasilkan produksi jamur yang bervariasi. Dewasa ini penggunaan
serbuk gergaji sebagai media utama pertumbuhan lebih banyak digunakan
oleh para pembudidaya jamur tiram.

Gambar 21.
Jamu Tiram Putih

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 25


Di samping media utama, untuk merangsang dan menghasilkan
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

pertumbuhan optimal, maka masih ditambahkan bahan-bahan lain seperti


: dedak, kapur, dan gips. Penambahan bahan-bahan ini memiliki manfaat
sebagai berikut :
• Dedak/bekatul : kaya karbohidrat, karbon, nitrogen dan vitamin
B kompleks yang bisa mempercepat pertumbuhan miselium dan
mendorong perkembangan tubuh buah jamur.
• Kapur : selain sebagai sumber kalsium, kapur berfungsi meningkatkan
pH media tanam jamur agar sesuai untuk pertumbuhan jamur.
• Gips (CaSO4) : untuk memperkokoh campuran media jamur sehingga
tidak mudah pecah

Saat ini jamur tiram telah dikenal luas sebagai makanan, namun di samping
itu jamur tiram memiliki beberapa manfaat lain, seperti : anti tumor, anti
bakterial, antioksidan, anti kanker, anti virus, membunuh nematoda,
menurunkan kolesterol, mengurangi lemah jantung, obat penyakit liver,
diabetes, dan anemia.

Budidaya jenis jamur tiram memiliki beberapa keunggulan, antara lain :


budidayanya cukup mudah, dapat dilaksanakan mulai dari skala rumah
tangga hingga industri, bersifat mandiri, maksudnya bahan baku yang
disediakan tidak tergantung pada pelaku produsen lain tetapi cukup
dengan memanfaatkan limbah di sekitar kita (serbuk gergaji, sekam padi,
ampas tebu, dll.), cepat memberikan hasil (dalam 6 minggu jamur sudah bisa
dijual), menciptakan lapangan kerja, sedikit limbah (limbah bag log dapat
dimanfaatkan untuk kompos), dan budidayanya tidak mengenal musim.
Oleh sebab itu, budidaya jamur tiram merupakan salah satu usaha ramah
lingkungan dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.

4.2 Pembuatan Bibit Jamur


Untuk memproduksi jamur tiram putih tentu harus tersedia bibit jamur.
Bibit jamur tersebut diharapkan dapat menghasilkan tubuh buah, karena
kesalahan menggunakan sumber bibit dapat menyebabkan jamur yang
berkembang hanyalah miselia saja (kumpulan benang-benang hifa jamur)
tanpa menghasilkan tubuh buah. Hal ini tentu tidak kita inginkan, karena
budidaya jamur tentu bertujuan untuk menghasilkan tubuh buah jamur.

Untuk itu perlu diketahui tingkatan pembibitan jamur mulai dengan


sumber dari tubuh buah langsung yang kemudian dilanjutkan melakukan
perbanyakan menggunakan miselia-miselia jamur yang telah tumbuh dari
hasil pembiakan dari tubuh buah (isolasi) tersebut. Tingkatan pembibitan
jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Tubuh buah jamur tiram dipilih, kemudian diiris bagian tudungnya yang

26 @ 2012
banyak mengandung spora, selanjutnya irisan diletakkan pada media PDA

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


(Potato Dextros Agar) dalam cawan petri dan dibiarkan dalam beberapa
hari. Dari irisan tubuh buah tersebut akan berkembang membentuk
miselia jamur warna putih mirip kapas yang semakin banyak memenuhi
seluruh media dalam cawan petri. Semua proses ini dilakukan secara
steril. Miselia yang telah tumbuh tersebut selanjutnya kita sebut sebagai
bibit F0 (Tingkat I atau keturunan I)
• Dari bibit F0, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak
atau ditumbuhkan kembali dengan cara mengambil miselia F0 untuk
ditumbuhkan pada media shorgum atau jagung pipilan. Setelah beberapa
hari, miselia akan tumbuh dan berkembang pada media baru tersebut
hingga memenuhi seluruh media. Miselia yang tumbuh selanjutnya kita
sebut sebagai bibit F1 (Tingkat II atau keturunan II).
• Dari bibit F1, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak
atau ditumbuhkan kembali dengan cara mengambil miselia F1 untuk
ditumbuhkan pada media campuran serbuk gergaji 79%, dedak 15%,
jagung 5%, dan kapur 1%. Setelah beberapa hari, miselia akan tumbuh
dan berkembang pada media baru tersebut hingga memenuhi seluruh
media. Miselia yang tumbuh selanjutnya kita sebut sebagai bibit F2
(Tingkat III atau keturunan III).
• Jika miselia pada F2 kita perbanyakan atau tumbuhkan kembali pada
media baru menjadi F3, maka jika F3 ditumbuhkan pada media produksi
tidak bisa menghasilkan tubuh buah jamur atau yang tumbuh hanyalah
sebatas miselia saja. Tubuh buah masih dapat diproduksi jika bibit
jamur diambil dari F0, F1, dan F2. Meskipun F0 dan F1 juga dapat
menghasilkan tubuh buah, namun sayang jika penggunaan bibit tersebut
untuk langsung ditumbuhkan pada media produksi, karena bibit tersebut
masih dapat diperbanyak menjadi tingkatan bibit berikutnya.

Dengan demikian secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :


• F0 adalah bibit jamur yang dibuat langsung dari tubuh buah jamur
• F1 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F0
• F2 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F1
• F3 adalah miselia jamur yang dalam pertumbuhannya dapat menghasilkan
tubuh buah jamur baru yang ditularkan dari F2 atau langsung dari F0 dan
F1.

Secara sederhana tingkat pembibitan jamur tiram putih disajikan pada


gambar berikut :

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 27


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

F2

Tubuh Buah

F0
F1

Pembuatan Bibit F0
Untuk membuat media tumbuh F0 diperlukan peralatan sterilisasi yang
cukup lengkap (misalnya : autoclave, laminar air flow, ruang isolasi, perlatan
isolasi, dll.) dan keterampilan tersendiri. Proses pembuatan F0 biasanya
dilakukan oleh laboratorium-laboratorium mikrobiologi yang melakukan
perbanyakan bibit jamur tiram putih, antara lain yang dikembangkan oleh
Laboratorium Jamur SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Sedangkan pada tingkat
masyarakat, perbanyakan jamur minimal dapat dilakukan untuk membuat
bibit F1 dan F2, serta jamur pada media produksi (F3). Cara pembuatan
bibit jamur F0 adalah sebagai berikut :
• Siapkan air aquadestilata 1 liter
• Kupas 200 gram kentang, diiris-iris kecil, kemudian direbus dalam satu
Gambar 22. liter air hingga mendidih menjadi ½ liter.
Alur
perbanyakan • Biarkan hasil rebusan dingin, kemudian saring agar sisa air rebusan
bibit jamur terpisah dari kentang
tiram putih

28 @ 2012
• Sisa air rebusan tersebut merupakan ekstrak kentang yang akan

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


digunakan sebagai campuran media
• Campurkan air ekstrak kentang dengan 1 bungkus agar swallow,
ditambah gula pasir sedikit (1 sendok teh) lalu tambahkan air aqua
hingga volumenya menjadi 1 liter, kemudian aduk secara merata. Larutan
ini disebut larutan PDA.
• Masukkan campuran tersebut ke dalam botol gelas lalu ditutup
alumunium foil dan dilapisi plastik wrap.
• Botol yang berisi larutan PDA selanjutnya disterilkan untuk membunuh
semua mikroorganisme dengan alat autoclave. Proses sterilisasi dengan
autoclave dilakukan selama 20 menit pada suhu 121oC tekanan 1 atm.
Jika menggunakan drum selama 6 jam.
• Setelah proses sterilisasi selesai, keluarkan media PDA dalam botol
dan bisa disimpan jika tidak langsung digunakan, tetapi jika langsung
digunakan, maka saat botol sudah tidak terlalu panas, namun larutan
belum mengental, segera tuangkan larutan PDA yang telah steril tersebut
ke cawan petri dengan volume setebal ½ dari ketebalan cawan petri.
Proses ini dilakukan dalam Laminar Air Flow.
• Biarkan media PDA yang telah diisikan ke dalam cawan-cawan petri tetap
berada pada Laminar Air Flow hingga media telah memadat (media PDA
yang telah di sterilkan setelah dingin akan memadat)
• Siapkan peralatan dan bahan seperti lampu bunsen, pisau scalpel, kapas,
alkahol 70%, dan media PDA yang telah steril dalam cawan petri
• Setelah alat Laminar Air Flow
dinyalakan pekerjaan membuat
bibit F0 dapat dimulai
• Siapkan tubuh buah jamur tiram
putih, oles bagian bawah tubuh
buah (bagian dalam payung)
dengan kapas yang telah disemprot
dengan alkohol 70%, lalu siapkan
pisau scalpel yang juga telah
disemprot alkohol dan telah
dibakar api dengan lampu bunsen
(Gambar A)
• Potong bagian tubuh buah jamur
yang akan dibibitkan lalu secara
hati-hati masukkan ke media cawan
petri. Dalam cawan petri selanjutnya
tubuh buah dipotong-potong lebih
kecil lagi, sekitar ½ cm (Gambar B) Gambar 23.
Stok Media PDA

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 29


• Siapkan media PDA yang telah memadat dalam cawan petri, lalu sebelum
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

dibuka lalukan pemanasan bagian bibir cawan dengan cara membakar


pada api lampu bunsen (Gambar C).
• Dengan tetap mendekatkan di sekitar api lampu bunsen, lalu pindahkan
potongan-potongan tubuh buah sebelumnya telah dipotong di cawan
petri steril (Gambar D)
• Setelah potongan tubuh buah dimasukkan ke media PDA, cawan petri
dibungkus dengan plastik wrap (Gambar E)
• Dalam beberapa hari dari potongan tubuh buah akan muncul miselia
putih yang terus berkembang memenuhi seluruh media PDA. Miselia
jamur yang tumbuh tersebut selanjutnya disebut sebagai bibit F0
(Gambar F)

Alur pembuatan bibit F0 disajikan pada gambar berikut :

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 24.
Alur pembuatan (E) (F)
bibit F0

30 @ 2012
Pembuatan Bibit F1

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


Bibit F1 diperbanyak/dibuat dari miselia yang tumbuh di F0. Secara sederhana
tahap pembuatan bibit F1 adalah sebagai berikut :
• Siapkan botol gelas
• Siapkan biji shorgum atau jagung pipilan dan tambahkan kapur sekitar 1
% ( jika 1 kg biji, maka tambahkan kapur 10 gram)
• Bilas shorgum 3 kali lalu rebus selama 25 menit (benih jangan sampai pecah)
• Masukkan biji yang telah dicampur kapur ke dalam botol gelas atau
baglog
• Botol yang telah diisi biji selanjutnya disterilkan menggunakan autoclave
atau alat sterilisasi drum. Jika menggunakan alat sterilisasi drum, maka
proses sterilisasi dilakukan selama 6 jam dengan sumber bahan bakar
gas elpiji.
• Setelah proses sterilisasi selesai, dinginkan media dalam botol, biasanya
biarkan selama 24 jam
• Siapkan bibit F0 dan borer untuk mengambil miselia dalam bibit F0
(Gambar A)
• Siapkan media F1 yang telah disterilkan (Gambar B)
• Semprot borer dengan alkohol 70% lalu dipanaskan dengan api pada
lampu bunsen. Setelah agak dingin borer dapat digunakan untuk
memotong dan mengambil miselia dalam media F0 (Gambar C)

(A) (B)

Gambar 25.
(C) (D) Alur pembuatan
bibit F1

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 31


• Pindahkan potongan miselia dari F0 ke dalam media F1 (Gambar D)
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

• Tutup kembali botol dengan menggunakan kapas, jangan lupa sebelum


menutup bagian ujung kapas dipanaskan terlebih dahulu dengan api
pada lampu bunsen untuk tetap menjaga kapas steril
• Biarkan bibit F0 tumbuh dalam media F1, miselia jamur yang tumbuh
selanjutnya disebut sebagai bibit F1

Pembuatan Bibit F2
Bibit jamur F2 inilah yang banyak digunakan untuk produksi jamur tiram
putih. Bibit F2 diperbanyak dari bibit jamur F1. Secara sederhana tahap
pembuatan bibit jamur F2 adalah sebagai berikut :
• Siapkan botol gelas, botol sale, atau plastik PP (polipropelin)
• Siapkan dedak 15%, jagung 5%, kapur 1%, dan serbuk gergaji 79% (dalam
1 kg, maka terdiri : dari 150 gram dedak, 50 gram jagung, 10 gram kapur,
dan 790 gram serbuk gergaji)
• Masukkan campuran media tersebut ke dalam botol gelas atau plastik
polipropelin (PP) ukuran 12 cm x 25 cm tebal 0,8 mm, kemudian sterilkan.
Sterilisasi bisa menggunakan autoclave atau drum.
• Dinginkan media yang telah disterilkan tersebut, atau kira-kira dibiarkan
selama 1 hari
• Secara steril selanjutnya pindahkan F1 sebanyak 3 sendok spatula ke
dalam botol yang telah berisi media steril tersebut/media F2 (Gambar A).
• Tutup kembali botol atau plastik PP yang telah ditulari bibit F1 dengan
kapas yang ujungnya telah dipanaskan dulu dengan api pada lampu
bunsen (Gambar B).
• Dalam beberapa hari miselia pada media F2 akan tumbuh (Gambar C).
• Miselia akan terus tumbuh dan memenuhi media F2, jamur yang tumbuh
selanjutnya disebut bibit jamur F2 (Gambar D).

(A) (B)
Gambar 26.
Alur pembuatan
bibit F2

32 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
(C) (D)

4.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram


1. Ruang Isolasi
Ruang isolasi digunakan untuk melakukan pembuatan bibit jamur secara
steril. Ruang ini dibuat jika kapasitas sumberdaya manusia dan peralatan
maupun bahan yang dibutuhkan untuk membuat bibit jamur mulai dari F0
hingga F2 dapat disediakan. Sehingga pada dasarnya pengadaan ruangan
isolasi dilakukan jika bibit jamur F0, F1, dan F2 akan dibuat sendiri. Namun
jika bibit tersebut tidak dibuat sendiri, maka ruangan isolasi tidak diperlukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ruangan isolasi
antara lain :
• Ruangan sebaiknya dibangun dari tembok, berlantai keramik, tidak
banyak ventilasi, dan harus selalu steril. Akan lebih baik jika ruangan
menggunakan AC sehingga tidak memerlukan banyak ventilasi untuk
menghindari banyaknya kontaminan.
• Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menggunakan desinfektan atau jika
memungkinkan menggunakan formalin.
• Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan dalam ruangan ini antara lain
: Laminar Air Flow, autoclave, cawan petri, sendok spatula, pisau scalpel,
lampu bunsen, alkohol 70%, kapas, plastik wrap, alumunium foil, agar
swalow atau agar batang, ekstrak kentang, aquadestilata.

(A) (B) Gambar 27.


Contoh ruang
isolasi (A) dan
alat Laminar
Air Flow (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 33


2. Ruang Penyiapan Media F3
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

Ruang penyiapan media F3 dugunakan untuk menyiapkan media yang


akan dugunakan sebagai tempat pertumbuhan jamur hingga menghasilkan
tubuh buah, oleh sebab itu dalam ruangan ini disiapkan bahan-bahan media
F3 yang terdiri dari : serbuk gergaji, dedak, jagung, kapur, dan jika perlu
gipsum. Kegiatan yang dapat dilakukan pada ruang penyiapan media adalah
: penyaringan serbuk gergaji, pencampuran komponen-komponen media F3,
dan pengomposan. Ruang ini dapat dibuat secara sederhana menggunakan
tiang bambu beratap terpal, atau jika permanen tiang dapat dibuat dari
balok kayu dan beratap seng. Ruang penyiapan media F3 disajikan pada
Gambar berikut :

(A) (B)

3. Ruang Pengantongan Media F3


Ruang pengantongan media F3 modelnya dapat dibuat seperti ruang
penyiapan media yaitu berupa semi permanen atau permanen. Di samping
itu ruang pengantongan dapat dilakukan di dalam gedung. Ruang ini
digunakan untuk memasukkan adonan media F3 yang telah dikomposkan
sebelumnya (3-5 hari) ke dalam plastik Polipropilena (plastik PP) ukuran
18 x 35 cm. Jika ruang penyiapan media dibuat ukuran lebih besar, maka
kegiatan penyiapan media dan pengantongan dapat dilakukan pada satu
ruangan.

4. Alat Sterilisasi Media


Alat sterilisasi media yang dimaksud merupakan alat yang digunakan
untuk membunuh mikroorganisme ( jamur, bakteri, dan mikroba lainnya)
yang terdapat di dalam media sehingga media tersebut benar-benar
steril dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dengan demikian hanya
mikroorganisme yang nanti diinginkan saja yang diharapkan tumbuh dalam
media tersebut. Dalam hal ini mikroorganisme yang diinginkan tumbuh
adalah jamur tiram putih, sehingga mikroorganisme selain jamur tiram putih
diharapkan tidak tumbuh dalam media yang telah disterilkan tersebut. Jika
Gambar 28. masih tumbuh mikroorganisme lain, maka itu disebut kontaminan. Kehadiran
Ruang penyiapan kontaminan tentu akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih mulai
media model semi
permanen (A) dan dari menghambat pertumbuhan hingga menghentikan pertumbuhannya.
permanen (B)

34 @ 2012
Alat sterilisasi yang akan digunakan

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


harus memeperhatikan tingkat
sterilisasi yang akan diterapkan,
khusus untuk media F0, maka proses
sterilisasi harus menggunakan
autoclave.

Berbeda dengan alat sterilisasi


untuk pembuatan media F0, untuk
pembuatan media F1, F2, dan F3
dapat menggunakan alat sterilisasi
rakitan menggunakan drum. Cara
membuat alat sterilisasi drum adalah
sebagai berikut :

• Siapkan drum bekas


• Pastikan drum tidak bocor
• Buka bagian tutupnya, sedangkan
bagian bawah drum dibiarkan
tertutup rapat
• Satu drum memiliki kapasitas 80
buah bag log untuk disterilisasikan

• Pada bagian dalam drum, buat


balok penyangga setinggi 20 cm.
• Air akan diisikan setinggi 10 cm
dari dasar drum untuk setiap
proses steriliasi sehingga dengan
tinggi balok 20 cm, air tidak
merendam seluruh balok.
• Proses sterilisasi yang diterapkan
menggunakan uap panas seperti
pengukusan, sehingga tinggi air 10
cm tidak merendam bagian bag
log yang akan disterilkan
• Balok penyangga berguna sebagai
tempat kedudukan alas bambu
yang nantinya digunakan untuk Gambar 29.
meletakkan bag log-bag log. Salah satu
model Autoclave
kapasitas 20 liter

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 35


• Buat
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

tutup bagian atas


menggunakan plastik tempat
sampah warna hitam ukuran besar
sedemikian rupa sehingga bisa
membungkus bagian atas drum

• Jika drum sudah diisi bag log yang


akan disterilkan, maka plastik
hitam penutup drum diikat dengan
tali plastik

• Uap panas yang dihasilkan dari


porses pengukusan dalam drum
akan terus menekan tutup plastik
sehingga akan menggelembung,
agar plastik tidak pecah maka
perlu dibuat saluran pembuang
uap panas dengan menggunakan
paralon ukuran ½ inc atau bambu
kecil diameter 1 cm.

• Untuk mendidihkan air dalam drum


maka perlu pemanas. Pemanas dapat
menggunakan kompor semawar
(kompor yang biasa dipakai oleh
pedagang nasi goreng) dengan
bahan bakar gas elpiji ukuran 3 kg.

• Ruang pembakaran dibuat dengan


cara meletakkan batu bata di bagian
bawah drum dengan tinggi sekitar 3
buah batu bata
• Media F1 dan F2 dapat disterilkan
dengan alat sterilisasi drum selama
6 jam

• Media F3 disterilisasi dengan alat


sterilisasi drum selama 6-7 jam
(sekitar 1 tabung gas elpiji ukuran
3 kg)

36 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Model alat semawar yang digunakan
sebagai alat pembakaran untuk
sterlisasi model drum

5. Ruang Inokulasi
Ruang inokulasi adalah ruangan yang digunakan untuk proses memindahkan
miselia jamur dari bibit jamur (dalam hal ini bibit F2) ke dalam media
produksi (F3). Seperti halnya ruang isolasi, maka ruang inokulasi juga harus
steril, tidak banyak lalu-lalang orang, tidak banyak ventilasi. Ruangan dapat
dibuat dengan ukuran 4 m x 6 m, menggunakan lantai keramik agar mudah
dibersihkan dan dipel, bagian atap dilapisi terpal agar tidak banyak debu
atau kotoran berjatuhan ke lantai, bisa dipasang kipas angin agar suhu tidak
panas. Ruang inokulasi disajikan pada gambar berikut :

(A) (B)
6. Ruang Inkubasi/Ruang Pertumbuhan
Setelah proses inokulasi selesai, maka jamur dalam F3 dipindahkan ke ruang
inkubasi. Ruang ini digunakan untuk berjalannya proses pertumbuhan
miselia jamur tiram putih pada media produksi (F3). Adakalanya ruang
inkubasi dibuat terpisah dari ruang pertumbuhan, hal ini dilakukan jika ruang
inkubasi digunakan untuk menyeleksi jamur dalam bag log yang benar-
benar tumbuh bagus atau tanda tanda pertumbuhan bagus nampak dalam
bag log. Selanjutnya jamur yang tumbuh bagus dipindahkan kedalam ruang
pertumbuhan, sedangkan jamur yang terkontaminasi dibuang. Sehingga
dalam ruang pertumbuhan hanya akan terdapat bag log yang ditumbuhi Gambar 30.
miselia jamur yang bagus. Proses pemindahan bag log dari ruang inkubasi Kondisi ruang
ke ruang pertumbuhan dilakukan sebelum jamur mengisi seluruh bag log inokulasi (A) dan
bagian atap ruang
atau sebelum tubuh buah muncul. Namun pada umumnya ruang inkubasi inokulasi (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 37


sekaligus dijadikan sebagai ruang pertumbuhan sehingga setelah jamur
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

diinokulasi akan diletakkan dalam ruangan inkubasi hingga menghasilkan


produksi tubuh buah.

Ruang inkubasi atau pertumbuhan dapat dibuat menggunakan ukuran


tertentu sesuai target jumlah bag log yang akan dibuat. Sebagai gambaran
dalam ruang ukuran 7 m x 8 m akan menampung sekitar 5000 bag log
sehingga untuk target 10.000 bag log diperlukan ruangan seluas 14 m x 16
m. Ruang inkubasi /pertumbuhan dibuat dengan atap menggunakan asbes
dengan tinggi runagan sekitar 5 m dan dinding bangunan dari anyaman
bambu (geribik), cahaya yang masuk ke ruangan diatur tidak terlalu banyak
dan suhu ruangan tidak terlalu panas (< 30oC). Untuk lebih jelasnya gambar
ruangan disajikan sebagai berikut :

(A) (B)
7. Rak Pertumbuhan
Rak dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 3 m x lebar 0,5 m. Rak
dibuat empat tingkat dengan tinggi rak 2 m, jarak antar tingkat dalam rak
40 cm, dan tinggi rak dari tanah sekitar 40 cm. Setiap tingkat akan diisi bag
log sebanyak 68 buah, sehingga dalam 4 tingkat terdapat 272 bag log, ini
adalah jumlah dalam satu sisi rak saja. Dalam satu rak bag log tersusun dua
sisi yang saling sebelah menyebelah, sehingga total jumlah dalam satu rak
sekitar 544 bag log. Jika dalam ruang ukuran 13 m x 16 m dapat dibuat 20
rak, maka total bag log yang tertampung adalah 20 x 544 = 10.880 buah.
Namun demikian penataan rak sedemikian rupa dengan jarak antar rak yang
lebih sempit akan memerlukan luasan ruangan yang lebih sempit untuk
menampung 10.000 bag log. Model rak dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 31.
Ruang
pertumbuhan
beratap asbes (A)
dan berdinding
geribik (B)

Gambar 32.
Rak tampak depan
(A) dan posisi bag
log dalam satu
tingkat (B)
(A) (B)

38 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
4.4 Tahap Pembuatan Jamur Tiram Putih
1. Penyiapan Media Tumbuh Jamur
Sebagaimana telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa media yang
akan digunakan merupakan media produksi atau media F3, secara ringkas
langkah-langkah penyiapan media produksi disajikan sebagai berikut :

• Pemilihan bahan serbuk gergaji


Salah satu media utama dalam budidaya jamur tiram putih adalah
serbuk gergaji. Serbuk gergaji yang digunakan sebaiknya dari bukan
jenis pohon bergetah seperti pinus, serbuk yang bagus adalah dari kayu
lunak seperti sengon. Sebaiknya dari serbuk gergaji dari jenis kayu yang
homogen. Serbuk gergaji dari kayu keras, seperti jati, pada dasarnya
dapat digunakan untuk media jamur tiram namun perlu dilakukan
pengurangan kadar tektokinonnya dengan cara direndam dalam air
mengalir selama 1-3 hari.

• Penyaringan serbuk gergaji


Pada umumnya serbuk gergaji masih bercampur dengan serpihan kayu
atau bagian kayu lainnya, oleh sebab itu perlu dilakukan penyaringan. Gambar 33.
Model rak
Alat penyaringan dapat dibuat sendiri dengan menggunakan saringan pertumbuhan
kawat ukuran 5 mm. jamur

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 39


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

• Pencampuran adonan media F3


Seluruh komponen media yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur
(media F3) dicampur secara merata dengan komposisi : serbuk gergaji
(79%), dedak (15%), jagung (2%), kapur (2%), dan gips (2%) sehingga
dalam 100 kg media dibutuhkan serbuk gergaji 79 kg, dedak 15 kg,
jagung 2 kg, kapur 2 kg, dan gips 2 kg. Untuk mencampur diperlukan
alat : cangkul, sekop, ember wadah air, dan terpal

• Pengomposan media F3
Gambar 34.
Model alat
Seluruh campuran media F3 selanjutnya diberi air hingga kadar air
penyaring serbuk cukup, hal ini ditunjukkan jika media dikepal tidak meneteskan air
gergaji tetapi jika kepalan dibuka media tetap menggumpal/tidak pecah.
Jika kondisi ini sudah terpenuhi, maka campuran tersebut siap untuk
Gambar 35. dikomposkan dengan cara ditutup terpal selama 2 hari. Dua hari setelah
Bahan untuk pengomposan media siap untuk dikemas/dimasukkan ke plastik PP
pembuatan media
F3/media baglog
ukuran 18 cm x 35 cm, tebal 0,5 mm.

40 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
(A) (B)
2. Pengemasan Media Tumbuh Jamur
Media yang telah dikomposkan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik PP.
Tahap pengemasan media tumbuh jamur tiram disajikan sebagai berikut :
• Siapkan campuran media tumbuh jamur yang telah dikomposkan
• Siapkan kantong plastik (PP ukuran 18 cm x 35 cm dan tebal 0,5 mm),
botol gelas, dan tali rafia (±10 cm).
• Media dimasukkan ke dalam plastik sambil dipadatkan, hal ini bertujuan
agar kandungan media yang dikemas cukup banyak. Cara memadatkan
media dapat dilakukan dengan cara media dalam plastik dibentur-
benturkan ke lantai atau ditekan-tekan dengan botol.
• Setelah media cukup padat, bungkus media dalam plastik tersebut lalu
diikat dengan tali rafia

(A) (B) (C)


Gambar 36.
3. Sterilisasi Media Proses
Media sebelum digunakan untuk inokulasi atau menularkan bibit jamur, penyaringan
harus disterilkan terlebih dahulu. Proses sterilisasi dimaksudkan agar seluruh serbuk gergaji
(A) dan
mikroorganisme yang ada di dalam media dapat dimatikan sebelum media media hasil
digunakan. Pada prinsipnya sterilisasi dilakukan menggunakan uap panas. dikomposkan
Cara sterilisasi dilakukan sebagai berikut : (B

• Siapkan alat sterilisasi drum atau autoclave, tergantung peralatan yang


Gambar 37.
tersedia. Media dalam
plastik PP (A),
• Sterilisasi dengan drum untuk media F1 dan F2 maupun media F3 media diikat
memerlukan waktu 6 jam atau sekitar 1 tabung gas ukuran 3 kg. rafia (B),
media siap
disterilkan (C)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 41


• Isi air ke dalam drum hingga tingginya ½ dari balok penyangga atau
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

sekitar 10 cm dari tinggi total balok penyangga (20 cm).


• Media F3 yang telah dikemas dalam plastik PP dan telah diikat tali rafia
(bag log), dimasukkan dan ditata di dalam drum dengan posisi berdiri.
• Penataan bag log tidak terlalu padat tetapi masih menyisakan rongga
agar uap panas untuk sterilisasi media dapat menyebar secara rata
keseluruh bag log sehingga proses sterilisasi dapat berjalan sempurna,
sebagai gambaran dalam satu drum idealnya diisi sekitar 80 bag log.
• Setelah bag log tertata rapi, tutup drum dengan plastik hitam, lalu
diikat dengan tali ke drum secara rapat. Pada bagian ujung plastik telah
disiapkan cerobong kecil dari bambu kecil (diameter 1 cm) atau paralon.
Lubang bambu/paralon sebelumnya disumbat dengan kain, pada saat
proses pemanasan berjalan plastik akan menggelembung, agar plastik
tidak pecah maka sumbat dapat dibuka sehingga uap panas akan keluar
dan gelembung plastik tidak menyebabkan plastik pecah.
• Biarkan proses sterilisasi media F3 ini selama 6 jam atau hingga gas
dalam tabung ukuran 3 kg habis
• Sebagai tambahan beberapa peralatan/bahan lain seperti : kapas bekas,
sendok spatula, pisau, dapat ikut disterilkan bersama media F3 dalam
alat drum tersebut.
• Sterilisasi dengan menggunakan alat steamer, waktu untuk sterilisasi
dihitung setelah suhu ruangan mencapai 100oC selama 3 jam, namun jika
suhu di bawah 80oC ke atas, memerlukan waktu sterilisasi selama 5 jam.
• Setelah proses sterilisasi selesai, biarkan bag log dalam alat sterilisasi
drum hingga dingin (sekitar 12-24 jam). Jangan membuka plastik
penutup segera setelah sterilisasi mencapai waktu yang ditentukan,
karena uap panas akan berhembus keluar

(A) (B)
4. Proses Inokulasi
Inokulasi adalah menanam inokulan (bahan yang mengandung mikroba,
Gambar 38.
Bag log tertata rapi dalam hal ini jamur tiram) secara aseptik (bebas dari mikroba lain) kedalam
dalam drum (A) media steril. Cara kerja secara aseptik dilakukan dengan bekerja di antara
dan drum ditutup nyala dua api lampu bunsen dengan jarak ± 20 cm, hal ini dilakukan untuk
plastik (B)

42 @ 2012
meminimalkan kontaminasi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


inokulasi yang dimaksud di sini adalah proses menumbuhkan bibit jamur F2
dengan cara memindahkan sebagian kecil bibit F2 ke dalam media produksi
jamur tiram (F3) dalam ruangan inokulasi yang dilakukan secara steril
sehingga diharapakan miselia jamur akan tumbuh dan berkembang hingga
menghasilkan tubuh buah. Langkah proses inokulasi dilakukan sebagai
berikut :

• Ruang inokulasi sudah dalam


keadaan steril.
• Masukkan bag log-bag log yang
telah disetrilkan dengan alat drum
ke dalam ruangan inokulasi, tata
posisinya sedemikian rupa secara
rapi dengan posisi terbaring,
ditumpuk tiga tumpuk, dan diberi
celah antar tumpukan agar cepat
dingin.

• Siapkan bahan dan alat yang


telah steril : sendok spatula,
kapas bekas, pisau, pinset cincin
paralon. Siapkan pula 2 buah
lampu bunsen, alkohol 70%, korek
api, karet gelang, dan bibit jamur
tiram F2.

• Ambil bag log yang telah dingin,


lalu bag log padatkan kembali
sebelum dibuka dengan cara
dibentur-benturkan ke lantai
• Nyalakan dua buah api dalam
lampu bunsen. Letakkan lampu
bunsen di antara ruang kerja bag
log yang akan diinokulasi dengan
jarak ± 20 cm dari bag log
• Jangan lupa alat dan tubuh kita,
terutama tangan juga harus
selalu steril. Oleh sebab itu
setiap sebelum proses inokulasi,
semprot tangan dengan alkohol
70%. Demikian juga peralatan
yang akan digunakan perlu disem-

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 43


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

prot alkohol, lalu dibakarkan ke


api pada lampu bunsen. Hati-
hati saat membakar alat pastikan
alkohol yang disemprotkan ke
tangan telah kering sebelum
mendekat ke api, karena dapat
membakar tangan.

• Buka tali bag log, kemudian buka


juga bibit F2.
• Masukkan bibit F2 ke dalam media
produksi (F3). Bibit F2 yang
dipindahkan cukup permukaannya
saja sekitar 4-5 sendok spatula.

• Bibit F2 yang telah dipindahkan


ke media produksi siap ditutup
kembali

• Ambil kapas bekas yang telah


disterilkan,
• Sebelum digunakan untuk
menyumbat/menutup media F3,
bagian ujung kapas sebaiknya
dibakarkan ke api lampu bunsen,
namun tidak sampai membakar
kapas

44 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Setelah bagian ujung media F3
disumbat kapas steril, lalu ikat
dengan karet gelang.

• Namun tutup media produksi


(F3) juga dapat diberikan cincin
paralon sehingga tidak perlu diikat
karet. Cincin paralon berkuran
diameter ¾ inch dan tinggi 2-3
cm.

• Pemberian sumbat kapas bekas


pada media F3 bertujuan : (1)
sebagai filter sirkulasi udara ke
media produksi, (2) memberi
kebutuhan oksigen bagi
pertumbuhan jamur

• Media yang telah diinokulasi


selanjutnya siap dipindahkan ke
ruang inkubasi

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 45


5. Proses Inkubasi
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

Media produksi yang telah ditulari bibit jamur F2 selanjutnya diletakkan


ke ruang inkubasi selama 40 hari, suhu ruang inkubasi 25 – 30 oC. Pada
prinsipnya ruang inkubasi adalah ruang pertumbuhan jamur tiram, jika
bagus, maka miselia akan tumbuh dan merambat ke bawah dan media
bag log akan menjadi putih karena berisi miselia jamur tiram. Pada ruang
inkubasi kapas belum dilepas dari bag log.

(A) (B)
Bag log yang gagal diinokulasi akan menunjukkan tanda-tanda kegagalan
antara lain : (1) tumbuh jamur kontaminan berwarna hitam, (2) tumbuh
jamur kontaminan berwarna hijau, (3) tidak ada perubahan warna (warna
media tidak berubah). Bag log-bag log jamur yang gagal tumbuh harus
dikeluarkan dari ruang inkubasi lalu diganti oleh bag log lain yang baru
diinokulasi. Kegagalan atau kontaminasi disebabkan oleh proses sterilisasi
tidak sempurna atau saat inokulasi peralatan kurang steril atau ruangan
tidak steril.

Gambar 39. (A) (B)


Ruang inkubasi (A)
dan bag log siap
dipindah ke ruang Oleh sebab itu akan lebih baik jika ruang inkubasi dan ruang pertumbuhan
pertumbuhan (B) merupakan ruang yang terpisah, namun jika tidak terpisah maka ruang
inkubasi sekaligus akan berfungsi sebagai ruang pertumbuhan. Jika ruangan
Gambar 40. terpisah, maka bag log yang telah memutih dan tidak terdapat kontaminan
Pertumbuhan jamur dapat dipindah ke ruang pertumbuhan. Jika miselia dalam bag log telah
tiram berwarna
putih (A) dan memutih, tunggu hingga miselia menerobos kapas. Enam minggu setelah
pertumbuhan inokulasi biasanya akan muncul tubuh buah jamur. Setelah jamur muncul
jamur kontaminan menembus kapas, jamur akan tumbuh terus hingga dapat dipanen. Jamur
berwarna hitam (B)

46 @ 2012
dipanen ketika tudung telah tumbuh sempurna. Setelah panen pertama,

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


maka sebaiknya plastik bagian ujung disobek agar jamur menjadi lebih
leluasa dan cepat tumbuh.

(A) (B)

6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan jamur bertujuan untuk menghasilkan produksi tubuh
buah jamur yang optimal dan mengurangi/mencegah tingkat kegagalan
produksi. Beberapa kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan antara
lain :
• Ruang inkubasi/pertumbuhan harus selalau bersih, jangan ada air
tergenang karena akan banyak nyamuk
• Kondisi media harus selalu lembab, hal ini dapat dilakukan dengan cara
menyiram air memggunakan sprayer pada pagi hari. Media kering
menyebabkan jamur sulit membentuk tubuh buah
• Kurangi banyaknya penyiraman pada bag log yang telah tumbuh tubuh
buah, penyiraman pada kondisi tubuh buah telah muncul diusahakan
mengenai media, bukan tubuh buahnya karena genangan air pada tubuh
buah bisa menyebabkan busuk.
• Bag log diletakkan berbaring, sehingga penyiraman air tidak menyebabkan
genangan karena air akan menetes sehingga tidak menyebabkan media
busuk atau tubuh buah busuk
• Jika terdapat serangan lalat buah atau ulat, lakukan penyemprotan
dengan menggunakan pestisida organik, antara lain : larutan bawang
putih atau nikorak (campuran biji mahoni, tembakau, dan daun jarak)
• Media jamur akan menyusut dan bobotnya berkurang seiring dengan
berkurangnya nutrisi dalam media jamur
Gambar 41.
Petumbuhan jamur
sebelum plastik
disobek (A) dan
setelah disobek (B)

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 47


Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

(A) (B)
1. Panen
Panen dilakukan ketika tubuh buah telah muncul. Tubuh buah rata-rata
muncul setelah 40 hari. Selanjutnya panen dilakukan sebanyak 4 – 6 kali,
dengan masa panen 2-3 bulan. Tubuh buah tidak akan muncul ketika nutrisi
dalam bag log berkurang yang ditandai oleh menyusutnya bag log dan
berkurangnya berat bag log. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan
terkait dengan pemanenan tubuh buah jamur adalah sebagai berikut :

• Jika bakal tubuh buah telah


muncul, maka setelah 3 hari jamur
sudah dapat dipanen
• Setiap bag log dalam plastik PP
ukuran 18 x 35 cm rata-rata akan
menghasilkan 3 – 4 ons jamur.
• Lalukan penyiraman setiap setelah
panen agar media tumbuh tetap
lembab, karena media yang kering
tidak akan menumbuhkan jamur.

• Jika dalam satu bag log terdapat


beberapa rumpun jamur, pada
saat panen rumpun-rumpun yang
ada harus dihilangkan/dipanen
semua.
• Jika rumpun-rumpun lain tetap
dipertahankan, maka rumpun
tersebut tidak akan besar, sehingga
akan menghabiskan waktu
Gambar 42. • Pemanenan semua rumpun
Kondisi ruangan yang ada akan memberikan
selalu bersih (A),
penyiraman media kesempatan tumbuh rumpun
untuk menjaga tubuh buah berikutnya
kelembaban (B)

48 @ 2012
Bab IV. Budidaya Jamur Tiram
• Setiap kali panen, media bekas
tempat tumbuh dan seluruh bagian
permukaan yang lain sebaiknya
dikerik dengan sendok atau pisau
karena biasanya media tersebut
telah kering dan keras. Dengan
dikerik maka akan memudahkan
kesempatan miselia di bagian
dalam untuk membentuk tubuh
buah berikutnya

• Tubuh buah yang telah dipanen


dibersihkan dari media bekas
tumbuhnya dengan cara dipotong
menggunakan pisau. Umumnya
media tumbuh terbawa akar
tubuh buah saat panen jamur.

• Lakukan pengepakan jamur


dengan cara menata dalam
kantong plastik bening secara
menarik
• Jamur harus segera dipasarkan
karena daya tahannya tidak lama
(24 jam) akan cepat membusuk,
kecuali diletakkan dalam lemari
es.
• Jamur siap dipasarkan

4.5 Analisis Usaha Jamur Tiram


Secara sederhana analisis usaha jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Sarana dan prasarana termasuk kumbung (ruang pertumbuhan)
dianggap merupakan investasi
• Biaya produksi per bag log : Rp 1.100
• Kegagalan sekitar 10%, jadi biaya produksi : Rp 1.100 + 110 =
Rp 1.210 atau 1.250
• Produksi tubuh buah/bag log : 0,3 kg

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 49


• Harga jamur segar/kg : Rp 8.000
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

• Hasil penjualan jamur/bag log : 0,3 kg x Rp 8.000 =


Rp 2.400
• Keuntungan per bag log : Rp 2.400 – Rp 1.250 =
Rp 1.150
• Kapasitas rumah pertumbuhan 13 m x 16 m : 10.000 bag log
• Keuntungan 1 rumah pertumbuhan : 10.000 x Rp 1.150 =
Rp 11.500.000

(A) (B)

Gambar 43.
Sate jamur (A) dan
keripik jamur (B)

50 @ 2012
Daftar Pustaka

Bab IV. Budidaya Jamur Tiram


Sunandar, Bambang. 2010. Budidaya Jamur Merang. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat, Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian.

OPERATION WALLACEA TRUST (OWT) 51


@ 2012
52
Manual : Teknik Budidaya Jamur Merang dan Tiram Putih

Anda mungkin juga menyukai