Anda di halaman 1dari 222

GETARAN DAN

GELOMBANG

Xe’=Xe +mg/k

Posisi Seimbang

-kx x

mg

ARIF HIDAYAT

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 GETARAN HARMONIS SEDERHANA 1


SIMPANGAN DALAM GETARAN HARMONIK SEDERHANA 4
KECEPATAN DAN PERCEPATAN DALAM GETARAN HARMONIK
SEDERHANA 6
ENERGI OSILATOR HARMONIK SEDERHANA 8
OSILASI HARMONIK SEDERHANA DALAM KELISTRIKAN 10
SUPERPOSISI DUA GETARAN HARMONIK SEDERHANA DALAM
SATU DIMENSI 11
SUPERPOSISI DUA GETARAN HARMONIK SEDERHANA TEGAK
LURUS 15
POLARISASI 17
SUPERPOSISI N GETARAN HARMONIK SEDERHANA
AMPLITUDO SAMA DAN BEDA FASE BERURUTAN SAMA  20
SUPERPOSISI VEKTOR-VEKTOR GETARAN HARMONIK
SEDERHANA YANG SAMA PANJANG a DENGAN FASE ACAK 22
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 24

BAB 2 GETARAN HARMONIK TEREDAM 47


METODE MENDESKRIPSIKAN REDAMAN SEBUAH OSILATOR 53
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 63

BAB 3 GETARAN HARMONIK TERPAKSA 73


OPERASI I PADA SEBUAH VEKTOR 73
BENTUK VEKTOR DARI HUKUM OHM 74
IMPEDANSI SEBUAH RANGKAIAN MEKANIK 76
TINGKAH LAKU SEBUAH OSILATOR TERPAKSA 77
TINGKAH LAKU KECEPATAN v DALAM BESAR DAN FASE
VERSUSFREKUENSI GAYA PENGGERAK  80
TINGKAH LAKU SIMPANGAN VERSUS
FREKUENSI GAYA PENGGERAK  82
MASALAH PADA REDAMAN GETARAN 84
MAKNA DUA KOMPONEN KURVA SIMPANGAN 86
DAYA YANG DISUPLAI PADA OSILATOR
OLEH GAYA PENGGERAK 88
VARIASI Pav DENGAN  . KURVA RESONANSI ABSORPSI 89
NILAI-Q DALAM SUKU BANDWIDTH ABSORPSI RESONANSI 90
NILAI-Q SEBAGAI FAKTOR PENGUAT 91
EFEK TRASNSIEN 94
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 96

BAB 4 GETARAN GANDA 109


KEKAKUAN (ATAU KAPASITANSI) OSILATOR GANDA 109
KOORDINAT NORMAL, DERAJAT KEBEBASAN DAN RAGAM
NORMAL GETARAN 111

2
METODE UMUM UNTUK MENEMUKAN FREKUENSI RAGAM
NORMAL
MATRIK, VEKTOR EIGEN DAN NILAI EIGEN 116
KOPLING MASSA ATAU INDUKTANSI 117
OSILASI GANDA SEBUAH TALI BERBEBAN 120
PERSAMAAN GELOMBANG 125
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 127

BAB 5 GELOMBANG TRANSVERSAL 138


DIFERENSIAL PARSIAL 138
GELOMBANG 138
KECEPATAN DALAM GERAK GELOMBANG 139
PERSAMAAN GELOMBANG 140
PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG 142
IMPEDANSI KARAKTERISTIK SEBUAH TALI (SEBUAH TALI
SEBAGAI OSILATOR TERPAKSA) 145
REFLEKSI DAN TRANSMISI GELOMBANG PADA SEUTAS TALI 147
REFLEKSI DAN TRANSMISI ENERGI 147
KOEFISIEN INTENSITAS REFLEKSI DAN TRANSMISI 150
KECOCOKAN IMPEDANSI 151
GELOMBANG BERDIRI PADA SEUTAS TALI PANJANG TETAP 154
ENERGI SEBUAH TALI YANG BERGETAR 156
ENERGI DALAM SETIAP RAGAM NORMAL SEBUAH TALI
BERGETAR 157
RASIO GELOMBANG BERDIRI 158
KELOMPOK GELOMBANG DAN KECEPATAN KELOMPOK 158
KELOMPOK GELOMBANG BANYAK KOMPONEN. TEOREMA
BANDWIDTH 162
GELOMBANG TRANSVERSAL DALAM SEBUAH STRUKTUR
PERIODIK 165
DERETAN LINIER DUA JENIS ATOM DALAM KRISTAL IONIK 168
ABSORPSI RADIASI INFRAMERAH OLEH KRISTAL IONIK 170
EFEK DOPPLER 171
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 172

BAB 6 GELOMBANG LONGITUDINAL 181


GELOMBANG BUNYI DI DALAM GAS 181
DISTRIBUSI ENERGI DALAM GELOMBANG BUNYI 185
INTENSITAS GELOMBANG BUNYI 187
GELOMBANG LONGITUDINAL DI DALAM ZAT PADAT 189
APLIKASI GEMPA BUMI 191
GELOMBANG LONGITUDINAL DI DALAM STRUKTUR PERIODIK 192
REFLEKSI DAN TRANSMISI GELOMBANG BUNYI 193
REFLEKSI DAN TRANSMISI INTENSITAS BUNYI 194
SOAL-SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN 195
DAFTAR PUSTAKA 200

3
BAB I
GERAK HARMONIS SEDERHANA

Deskripsi Gerak Periodik


Suatu gerak berulang disekitar titik setimbang dimana gaya yang bekerja
pada benda adalah sebanding dengan simpangan benda dari posisi setimbangnya
disebut gerak periodik, gerak harmonis, osilasi atau getaran. Kamu tentunya telah
akrab dengan beberapa contoh gerak periodik, seperti osilasi sebuah balok yang
dikaitkan dengan pegas, ayunan anak di taman, gerak pendulum, dan getaran senar
alat musik. Selain tersebut di atas, beberapa sistem lain menunjukkan gerak periodik.
Sebagai contoh sistem tersebut adalah molekul-molekul di dalam zat padat yang
bergetar pada posisi setimbangnya, gelombang elektromagnetik, seperti gelombang
cahaya, radar dan radio, adalah disebabkan oleh vektor medan listrik dan magent yang
berosilasi, dan dalam rangkaian listrik arus bolak-balik, tegangan, arus, dan muatan
listrik bervariasi secara periodik terhadap waktu. Sebuah partikel melakukan gerak
periodik atau berosilasi bila ia bergerak secara periodik terhadap suatu posisi
setimbang. Gerak periodik dideskripsikan oleh parameter-parameter fisis berikut:
 Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus penuh, T .
Satuan periode adalah second atau detik.
 Frekuensi adalah jumlah siklus per second (detik) , f . Satuan frekuensi adalah
1/second atau hertz (Hz).
 Amplitudo , A , adalah simpangan maksimum dari posisi setimbang.

Gambar 1.1. Benda pada pegas melakukan Gerak berulang atau gerak periodik

4
Dan jika gerak periodik merupakan gelombang berjalan, maka juga diperlukan
parameter kecepatan perambatan ( v ) dan panjang gelombang(  ) yang merupakan
jarak yang diperlukan untuk melakukan satu siklus. Gambar 1.1 menunjukkan secara
grafis gerak periodik, periode, frekuensi. Konsep gelombang akan kita pelajari dalam
bab berikutnya.

Gerak Harmonik Sederhana: Kasus Getaran Pegas


Gerak harmonis paling sederhana adalah gaya dibawah pengaruh gaya
pemulih linier. Sebagai contoh dari gaya pemulih adalah gaya yang dikerjakan oleh
pegas yang mematuhi hukum Hooke
F  k  X  X e  (1.1)

Disini X adalah panjang pegas total, dan X e adalah panjang pegas tak teregang

(pada posisi setimbang). Konstanta k disebut konstanta elastisitas pegas. Kuantitas


X  X e adalah pergeseran dari pergeseran (dimana F  0 ). Jika pergeseran
dinotasikan x , maka hukum Hooke dapat dinyatakan sebagai:
F   kx (1.2)

Gambar 1.2. Model osilator harmonik linier

Jika gaya pemulih bekerja pada partikel bermassa m , partikel berada pada
permukaan horizontal tanpa gesekan, seperti diperlihatkan oleh Gambar 1.2, hukum
kedua Newton dalam kasus ini menghasilkan persamaan diferensial gerak partikel m ,

5
mx  kx  0 (1.3)
x   2 x  0
dimana  2 adalah kuadrat frekuensi angular. Persamaan (1.3) adalah salah satu
contoh persamaan diferensial linier orde dua dengan koefisien konstan. Untuk
menyelesaikannya, kita menggunakan metode coba-coba dimana dicoba fungsi e qt
sebagai penyelesaian, dimana q adalah konstanta yang dicari. Jika x  e qt adalah
penyelesaian maka untuk setiap harga t harus memenuhi
d 2 qt
m 2 e  ke qt  0
dt
dengan mendeferensial dan menghapus faktor umum, maka persamaan di atas dapat
direduksi menjadi
mq 2  k  0

k
dimana q 2   k m , maka q adalah imajiner: q  i   i o , dimana
m

i   1 , sehingga dapat disimpulkan:

k
o  (1.4)
m
Maka dengan metode ini didapatkan dua penyelesaian yang mempunyai bentuk
matematis e iot dan e  iot . Apa arti penyelesaian tersebut? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita coba diskusikan secara singkat fungsi eksponensial komplek eiu.
Sesuai dengan teorema Euler eksponensial kompleks dapat dinyatakan dalam
bentuk fungsi trigonometri biasa melalui hubungan
e iu  cos u  i sin u
(1.5a)
e  iy  cos u  i sin u
atau
e iu  e  iu
cos u 
2
(1.5b)
e  e iu
iu
sin u 
2i
Diketahui bahwa sifat persamaan diferensial linier adalah bila x1(t) dan x2(t) adalah
penyelesaian dalam fungsi t, maka sebarang kombinasi linier C+ x1(t) + C x2(t)
adalah juga penyelesaian persamaan diferensial tersebut. Konstanta C+ dan C adalah

6
sebarang. Maka kita dapat menyatakan penyelesaian umum persamaan diferensial
gerak di atas sebagai sebuah kombinasi linier
xt   C  e iot  C  e  iot (1.6)
atau dengan cara yang sama
xt   A cos  o t  B sin  o t (1.7)

1
dimana C    A  iB  dan C   1  A  iB  . Kita ingin x1(t), x2(t), A, dan B adalah
2 2
real, maka C+ dan C- adalah kuantitas komplek konjugate. Akhirnya, dengan
menggunakan identitas trigonometri cos ( - ) = cos  cos  + sin  sin , dapat
dihasilkan
xt   A cos o t    (1.8)
Persamaan (1.8) menyatakan simpangan benda bermassa yang berosilasi sebagai
fungsi waktu. Dimana A = A cos  dan B = A sin , sehingga
A2 + B2 = A2 cos2  + A2 sin2  = A2, dan B/A = A sin / A cos  = tan .

Gambar 1.3. Simpangan sinusoida dari osilator harmonik sederhana sebagai fungsi
waktu. Variasi titik awal dalam astu siklus ditunjukkan untuk beberapa sudut fase.

Dari persamaan simpangan (1.8), kecepatan benda yang berosilasi dapat ditentukan,
dx
 v  A sin t    (1.9)
dt
dan percepatan benda yang bergetar
d 2 x dv
2
  a   2 A cost      2 x t  (1.10)
dt dt

7
Gambar 1.4. (a) Simpangan. (b) Kecepatan. (c) Percepatan

Secara fisis gerak yang dinyatakan oleh persamaan (1.8) adalah suatu osilasi
sinusoida dari simpangan x (Gambar 1.4) yang dikenal juga sebagai gerak harmonik.
Pergeseran maksimum disebut amplitudo osilasi; adalah konstanta A dalam persamaan
(1.8), atau (A2 + B2)1/2 dalam persamaan (1.7). Koefisien o disebut frekuensi angular.
Periode To osilasi adalah waktu yang diperlukan untuk satu siklus, maka To o = 2,
atau
2 m
To   2 (1.11)
o k

Frekuensi linier didefinisikan sebagai jumlah siklus per satuan waktu yang
dinotasikan oleh simbul fo, maka
2f o  o

1 1 k
fo   (1.12)
To 2 m

Satuan dari frekuensi linier (siklus per sekon atau s-1) adalah hertz (Hz)

8
Gambar 1.5. Diagram gaya pada benda yang bergerak harmonik

Jika kita menggantung sebuah massa pada sebuah pegas vertikal, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1-5, kita juga mempunyai gaya gravitasi yang bekerja
pada massa. Ketika massa mula-mula dikaitkan pada pegas, panjang pegas bertambah
sebesar l . Dengan mengambil simpangan dalam arah ke bawah positif, gaya
resultan pada massa sama dengan gaya gravitasi dikurangi gaya yang bekerja ke atas
oleh pegas, yaitu, gaya resultan yang diberikan oleh mg  kl . Gaya resultan adalah
nol ketika massa adalah pada posisi setimbangnya. Maka
kl  mg (1.13)
Ketika massa digeser ke bawah sejuah x , gaya resultan adalah dinyatakan oleh
d 2x
F m  mg  k l  x   mg  kl  kx (1.14)
dt 2
yaitu
d 2x
m   kx (1.15)
dt 2
Hal ini tidak mengejutkan, hasil ini sama dengan persamaan untuk pegas horisontal:
kita secara sederhana perlu untuk mengukur simpangan dari posisi setimbang massa.
Dan penyelesaian persamaan (1.15) dalam hal ini sama dengan yang diperoleh dalam
kasus horizontal.
x  A sin t     B
Disubstitusikan :
 
mg  k  A sin t     B   m   2 A sin t   
B=mg/k, frekuensi getaran:

9
k k
2   (1.16)
m m

k
Simpangan benda yang bergetar: x  A sin t  A sin t
m
Contoh 1.1.
Sebuah benda berosilasi dengan gerak harmonic sederhana sepanjang sumbu-x.
Posisinya bervariasi sebagai fungsi waktu menurut persamaan
 
x  4,00 m  cos t   dimana t dalam sekon dan sudut dalam radian.
 4
(a)Tentukan amplitudo, frekuensi, dan periode gerak.
(b)Hitunglah kecepatan dan akselerasi benda pada saat t.
(c)Gunakan hasil (b), tentukan posisi, kecepatan, dan percepatan benda, pada saat t =
1,00 s.
(d)Kelajuan dan percepatan maksimum gerak benda.
(e)Tentukan simpangan benda antara t = 0 s dan t = 1,00 s.
Penyelesaian
(a)Dengan menggunakan persamaan x  cost    , kita melihat bahwa A = 4,00 m
dan  =  rad/s. Oleh karena itu, f = /2 = /2 = 0,500 Hz dan T = 1/f = 2,00 s.
(b)Dengan mendeferensialkan x untuk mendapatkan v, dan v untuk mendapat a, kita
mendapatkan
dx  d  
v  4,00 m/s sin t   t   4,00 m/s sin t  
dt  4  dt  4

dv  d  
a  4,00 m/s cos t   t   4,00 m/s cos t  
dt  4  dt  4
(c)Perhatikan bahwa sudut-sudut dalam fungsi trigonometri dalam radian, kita
memperoleh di t = 1,00 s,
   5 
x  4,00 m  cos     4,00 m  cos   4,00 m  0,707  2,83 m
 4  4 
 5 
v  4,00 m/s sin   4,00 m/s 0,707  8,89 m/s
 4 
 5
x  4,00 2 m/s2 cos   4,00 m/s  0,707  27,9 m/s
 2 2

 4 

10
(d) Dalam ekspresi untuk v dan a yang didapat dalam bagian (b), kita menggunakan
fakta bahwa nilai maksimum dari fungsi din dan cos adalah satu. Oleh karena itu, v
bervariasi antara  4,00 m/s, dan a bervariasi antara  4,002 m/s2. Maka,
v max  4.00 m/s  12,6 m/s

a max  4.00 2 m/s2  39,5 m/s2

Kita memperoleh hasil yang sama dengan menggunakan relasi vmax = A dan
amax = 2A, dimana A = 4,00 m dan  =  rad/s.
(e) Posisi pada saat t = 0 adalah
 
x  4,00 m  cos 0    4,00 m 0,707  2,83 m
 4

Dalam bagian (c), kita mendapati bahwa posisi pad saat t = 1,00 s adalah 2,83 m;
oleh karena itu simpangan antara t = 0 dan t = 1,00 s adalah
x  x f  x i  2,83 m  2,83 m  -5,66 m

Karena kecepatan benda berubah tanda selama detik pertama, besar dari xf tidak
sama dengan jarak yang ditempuh dalam detik pertama. (pada saat detik pertama
selasai, benda telah menempuh titik x =  2,83 m, bergerak ke x =  4,00 m, dan
kembali ke x =  2,83 m.)

Contoh 1.2. Sistem Balok-Pegas


Sebuah balok 200 g dikaitkan ke sebuah pegas ringan dengan konstanta pegas 5,00
N/m bebas berosilasi pada permukaan horisontal licin (tanpa gesekan). Balok digeser
5,00 cm dari kesetimbangan dan dilepaskan dari keadaan diam, sperti dalam gambar
di bawah.
(a) Tentukan periode gerak balok.
(b) Tentukan kelajuan maksimum balok.
(c) Berapakah percepatan maksimum balok?
(d) Nyatakan posisi, kelajuan dan percepatan sebagai fungsi waktu.
Penyelesaian

11
(a) Kita telah mengetahui bahwa frekuensi angular sistem balok-pegas adalah
k 5,00 N/m
   5,00 rad/s
m 200  10 -3 kg

2 2
Dan periode adalah T    1,26 rad/s
 5,00 rad/s
(b) v(t) =  x(t) maka kelajuan maksimum
vmax=  xmax = A = (5,00 rad/s) (5,00  103 m) = 0,250 m/s
(c) a(t) = 2 x(t) maka percepatan maksimum
amax= 2 xmax = (5,00 rad/s)2 (5,00  103 m) = 1,25 m/s2
(d) Kita mendapatkan konstanta fase dari syarat awas bahwa x = A pada saat t = 0:
x(0) = A cos  = A
yang berarti bahwa  = 0. Karenanya x(t) = A cos t. Dengan menggunakan
ekspresi untuk x(t) dan menggunakan hasil dalam bagian (a), (b), dan (c) kita
dapatkan
x(t) = A cos t = (0,0500 m) cos 5,00t
v(t) = A sin t = (0,250 m/s) sin 5,00t
a(t) = A2 cos t = (1,250 m/s2) cos 5,00t

Contoh 1.3. Gerak melingkar dengan kelajuan sudut konstan.


Sebuah partikel berotasi berlawanan jarum jam dalam sebuah lingkaran 3,00 m
dengan kelajuan sudut konstan 8,00 rad/s. Pada saat t = 0, partikel mempunyai
koordinat x sama dengan 2,00 m dan sedang bergerak ke kanan.
(a)Tentukan koordinat x sebagai fungsi waktu.
(b)Dapatkan komponen x dari kecepatan dan percepatan pada saat t.
Penyelesaian
(a)Karena am[litudo gerak partikel sama dengan jejari lingkaran dan  = 8,00 rad/s,
kita mendapatkan
x  A cost     3,00 m  cos8,00t   
Kita dapat mengevaluasi  dengan menggunakan syarat awal bahwa x = 2,00 m
pada saat t = 0 :
 2,00 m 
2,00 m  3,00 m  cos0       cos 1  
 3,00 m 

12
Jika kita mengambil jawaban sebagai  = 48,2o = 0,841 rad, maka koordinat x =
(3,00 m) cos (8,00t + 0,841) akan berkurang pada saat t = 0 (yaitu bergerak ke kiri).
Karena partikel pertama bergerak ke kanan, kita harus memilih  = 0,841 rad.
Koordinat x sebagai fungsi waktu maka adalah
x = (3,00 m) cos (8,00t  0,841)
Perhatikan bahwa sudut  dalam fungsi cosinus harus dalam radian.
dx
(b) v    3,00 m 8,00 rad/s  sin 8,00t  0,841  24,0 m/s  sin 8,00t  0,841
dt
d 2x
a   24,0 m/s 8,00 rad/s  cos8,00t  0,841
dt 2 Dari hasil ini, kita
 
  192,0 m/s 2 cos8,00t  0,841
menyimpulkan bahwa vmax = 24,0 m/s dan
bahwa amax = 192 m/s2.

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.1.1
sampai no. 1.8 dalam kumpulan soal di bawah ini.

Soal 1.1.
Tunjukkan pilihan nilai yang sesuai untuk A dan B di dalam persamaan (1-7) bahwa
penyelesaian yang juga valid untuk x adalah
x  a cost    ; x  a sin t    ; x  a cost   

dan periksa bahwa penyelesaian ini memenuhi persamaan x   2 x  0

Soal 1.2
Pendulum dalam Gambar di bawah ini, berayun dengan amplitudo a.
Jika titik awalnya dari keadaan diam adalah
(a) x = a
(b) x = a

tentukan nilai konstanta fase  untuk penyelesaian-penyelessain berikut:


x  a sin t    ; x  a cost    ; x  a sin t    ; x  a cost   

13
Untuk masing-masing nilai , tentukan nilai t pada saat pendulum melewati posisi

x  a 2; x   a 2 ; dan x = 0 untuk pertama kali setelah dilepas dari x   a .

Soal 1.3.
Ketika elektron di dalam sebuah atom hidrogen yang terikat pada inti bergeser sejauh
jarak yang kecil dari posisi setimbangnya, sebuah gaya pemulih per satuan jarak
dinyatakan oleh
e2
s
4 0 r 2
dimana r = 0,05 nm bisa diambil sebagai jejari atom. Tunjukkan bahwa elektron
dapat berosilasi dalam gerak harmonik sederhana dengan  0  4,5  10 16 rad s 1 .

Jika elektron dipaksa bergetar pada frekuensi ini, dalam daerah spektrum gelombang
elektromagnet yang mana radiasinya ditemukan?

Soal 1.4.
Tunjukkan bahwa nilai dari 2 untuk tiga osilasi harmonik sederhana (a), (b), dan (c)
dalam diagram di bawah ini adalah dalam rasio 1 : 2 : 4.

Soal 1.5.
Simpangan sebuah osilator harmonik sederhana dinyatakan oleh
x  a sin t   

Jika osilasi dimulai pada saat t = 0 dari posisi x0 dengan kecepatan x  v0 tunjukkan

bahwa tan   x 0 v0 dan a  x02  v 02  2 


12

14
Soal 1.6.
Sebuah partikel berosilasi dengan gerak harmonik sederhana sepanjang sumbu x
dengan amplitudo simpangan a dan membutuhkan waktu dt untuk bergerak dari x ke
x + dx. Tunjukkan bahwa probabilitas mendapatkan partikel antara x dan x + dx
adalah
dx
 a 2  x 2 
12

(dalam mekanika gelombang probabilitas seperti nitu tidak nol untuk x > a).

Soal 1.7.
Beberapa osilator harmonik sederhana identik secara sama terpisah sepanjang
sumbu x dari sebuah medium dan sebuah foto menunjukkan bahwa lokasi
simpangannya dalam arah y adalah sebuah kurva sinus. Jika jarak  memisahkan
osilator-osilator yang berbeda fase 2 radian, berapakah beda fase antara dua
osilator berjarak x satu sama lain?

Soal 1.8.
Sebuah massa berada di atas sebuah pltaform yang bergetar secara harmonik
sederhana dalam arah vertikal pada frekuensi 5 Hz. Tunjukkan bahwa massa
kehilangan kontak dengan platform ketika simpangan melebihi 102 m.

Contoh-contoh lain Sistem Gerak Harmonik


1. Ayunan sederhana
Sebuah massa yang bergantung pada suatu pegas tak bermassa adalah sebuah contoh
ideal dari sebuah ayunan sederhana. Ketika disimpangkan dari titik setimbangnya,
gaya pemulih yang membawa ia balik ke titik setimbang dinyatakan oleh
Fnet = mg sin .
Untuk sudut kecil , kita dapat menggunakan pendekatan, sin   , dalam kasus
hukum kedua Newton:
d 2 x d 2L d 2
ma  mg  [ a    L ]
dt 2 dt 2 dt 2
d 2 g
Hukum kedua Newton menghasilkan persamaan gerak harmonik:   0
dt 2 L

15
g
Untuk sudut kecil, penyelesaiannya adalah    max sint
L
Gerak dari ayunan sederhana menyerupai gerak harmonic sederhana, maka persamaan
untuk simpangan sudut adalah

g
   max sin t
L
yang berbentuk sama seperti gerak sebuah massa pada sebuah pegas
k
y  A sin t.
m

g k
Frekuensi sudut dari gerak maka dinyatakan oleh   seperti   untuk
L m
sebuah massa pada pegas. Frekuensi ayunan dalam Hz dinyatakan oleh

1 g
f 
2 L
dan periode gerak adalah
L
T  2 .
g

Energi potensial ayunan sederhana adalah: V = mgh, dimana h = L  L cos , sehingga


V    mgL1  cos  . Ekspansi deret cosines adalah

2 4
cos   1     .
2! 4!
2 1
Untuk  kecil, maka cos   1  . Ini menghasilkan V    mgL  2 .
2 2
1 mg 2
Karena x = L, maka V s   x . Energi total ayunan adalah
2 L

16
1 1 mg 2
E mx 2  x
2 2 L

2. Ayunan Fisis
Benda pejal yang tergantung bisa dibuat berosilasi dengan cara yang sama dengan
ayunan sederhana.

Gerak osilasi benda pejal dideskripsikan oleh hukum kedua Newton untuk rotasi:
  I benda
dimana torka   mgLCM sin  dan momen inersia yang terkait adalah diukur dari

titik gantung. Persamaan gerak adalah:  mgLCM   I benda , dimana

d 2 
   (untuk sudut kecil dimana sin   ), maka
dt 2
mgLCM mgLCNM
    0 dimana  2 
I benda I benda
Ini sama dengan persamaan untuk ayunan sederhana dan menghasilkan periode
I benda
T  2
mgLCM

3. Ayunan Torsional
Sebuah benda pejal digantung pada sebuah kawat yang dikaitkan pada suatu pengait
tetap. Ketika benda dipuntir sejauh sudut kecil tertentu, kawat yang terpuntir
mengerjakan pada benda pejal suatu torka pemulih yang proporsional dengan sudut
puntiran
  
dimana  (kappa) adalah konstanta torsi dari kawat penggantung. Nilai  dapat
diperoleh dengan menerapkan torka tertentu untuk memuntir kawat sejauh sudut 
yang dapat diukur.

17
Dengan menerapkan hukum kedua Newton untuk gerak rotasional, kita mendapatkan
d 2  d 2 
    I    2  2 
dt 2 I dt I
Sekali lagi, ini merupakan persamaan gerak untuk sebuah osilator harmonik sederhana,
dengan periode

1 I
T
2 

4. Massa Pada Seutas Tali


Gambar di bawah menunjukkan sebuah massa m berada di tengah seutas tali yang
panjangnya 2l yang kedua ujungnya diikat dengan tegangan T tetap. Massa bergetar
dalam satu bidang getar yang sama. Bila elastisitas tali adalah 2T/l, maka gaya
pemulih yang bekerja pada massa m adalah : F = 2Tx/l, maka dengan menerapkan
hukum kedua Newton, kita mendapatkan persamaan gerak harmonic untuk sistem ini
sebagai berikut:
d 2x x
F  mx  2Tx l  m 2
 2T  0
dt l

2T 1 2T
Maka dapat dismpulkan  2  f 
lm 2 lm

18
5. Cairan Di dalam Pipa U
Gambar di atas menunjukkan sebuah tabungU tanpa gesekan di dalamnya dengan
tampang lintang tetap yang mengandung cairan sepanjang l, kerapatan , sedang
berosilasi di sekitar posisi setimbang dari permukaan cairan di masing-masing cabang.
Pergeseran zat cair dengan ketinggian x mempunyai pergeseran x/2 dan massa Al,
maka elastisitasnya dinyatakan oleh :
F 2 Axg
k   2 Ag
x2 x
Dengan menerapkan hukum kedua Newton,
 F  mx   2 Axg  Alx
kita mendapatkan persamaan gerak harmonik untuk sistem ini sebagai berikut:
2g
x  x0
l

g 1 g
Maka dapat disimpulkan frekuensi sistem adalah:  2  2 f 
l  2l

6. Resonator Helmhotz Akustik


Resonator Helmhotz akustik adalah sebuah labu terbuka bervolume V dan dengan
leher sepanjang l dan luas tampang lintang tetap A berisi udara dengan kerapatan 
bergetar ketika bunyi melewati leher. Hanya gas di dalam leher labu yang bergetar,
yang bertingkah laku sebagai sebuah piston bermassa Al. Jika perubahan tekanan
dihitung dari persamaan keadaan menggunakan relasi adiabtik pV   konstan dan
mengambil logaritma untuk menunjukkan bahwa perubahan tekanan di dalam labu
adalah

19
dV Ax
dp  p  p
V V
dimana x adalah perpindahan gas di dalam labu.

Menggunakan relasi adiabtik pV   konstan , kita mendapatkan:


ln p   ln V  konstan
dp dV
maka:  0
p V
Dengan menerapkan hukum kedua Newton, kita mendapatkan persamaan gerak
harmonik untuk sistem ini sebagai berikut: F  mx , dimana F adalah gaya pemulih.

 Ax  pA 2 x
F  Adp  A  p 
 V  V

d 2x d 2x pA 2 x
sedang mx  Al , maka  Al   .
dt 2 dt 2 V
Persamaan gerak harmonic resonator Helmhotz adalah:
d 2 x pA 2 x
Al  0
dt 2 V
pA
dengan  2  .
lpV

7. Hidrometer
Gambar di bawah menunjukkan sebuah hodrometer, sebuah benda bermassa m
melayang di dalam suatu cairan kerapatan  dengan leher mempunyai penampang
lintang tetap di atas permukaan cairan. Ketika ditekan sedikit ke bawah dari posisi
setimbangnya, ia menunjukkan osilasi kecil vertikal. Volume zat cair yang
dipindahkan adalah Ax, maka gaya pemulih adalah gAx. Dengan menerapkan
hukum kedua Newton,
F   gAx  mx
kita mendapatkan persamaan gerak harmonic untuk system ini sebagai berikut:

20
d 2x d 2 x A g
m  A gx  0   x0
dt 2 dt 2 m
yang menunjukkan frekuensi gerak harmonik:
Ag
2 
m

7. Rangkaian Listrik

Sistem kelistrikan dalam gambar di atas adalah sebuah rangkaian listrik yang terdiri
dari sebuah induktor L yang dihubungkan dengan kapasitor C yang membawa muatan
q. Jumlah tegangan di dalam rangkaian dinyatakan oleh hukum Kirchoff sebagai :
L dI/dt + q/C = 0 dengan I = dq/dt. Maka dengan mensubstitusi I ke dalam persamaan
hukum Kirchoff, maka di dapatkan persamaan getaran harmonik untuk sistem
rangkaian listrik seperti gambar di atas sebagai berikut:
d 2q q 1
L 2
  0  2 
dt c LC

21
Tinjauan Energi Gerak Harmonik
Ditinjau sebuah partikel dibawah pengaruh aksi gaya pemulih linier Fx = -kx.
Selanjutnya dihitung usaha yang dilakukan oleh gaya eksternal Fext pada partikel dari
posisi setimbang ke posisi tertentu x:
x x
k 2
W   Fext dx   kxdx  x (1.17)
0 0
2

Dalam kasus sebuah pegas yang mematuhi hukum Hooke usaha disimpan dalam
pegas sebagai energi potensial: W = V(x) dimana
1 2
V x  kx (1.18)
2
Maka Fx   dV dx   kx seperti dikehendaki oleh definisi V. Energi total, ketika

partikel bergerak harmonik, dinyatakan oleh jumlah energi kinetik dan energi
potensial,
1 1
E mx 2  kx 2 (1.19)
2 2
Energi total di setiap titik dalam lintasan gerak benda yang berosilasi secara harmonis
diperlihatkan oleh Gambar 1.6 di bawah. Dalam hal ini berlaku hukum kekekalan
energi. Energi total adalah konstan jika gaya yang bekerja pada partikel yang
berosilasi hanya gaya pemulih pegas.
Gerak partikel dapat diperoleh dari persamaan energi (1.19). Dengan
menyelesaikan untuk mendapatkan kecepatan persamaan (1.19) berubah menjadi
1
dx  2E k 2  2
   x  (1.20)
dt  m m 
yang dapat diintegralkan untuk menghasilkan t sebagai fungsi x sebagai berikut:
dx 1
t    m / k  2 cos 1  x / A  C (1.21)
 
1
 2 E / m  k / m  x 2 2

Berdasarkan Gambar 1.5 disimpulkan bahwa kecepatan benda pada posisi x tertentu
dapat diperoleh dengan menerapkan Hukum Kekekalan Tenaga pada posisi x tersebut
relative terhadap posisi maksimum yaitu ketika x = A,
1
 2E k 2  2
v    x  untuk x  A, maka E  12 kA2 .
 m m 
Dengan mensubstitusi E ke dalam v maka diperoleh kecepatan di posisi x tertentu
adalah

22
v
k 2
m

A  x2 

Gambar 1.6. Distribusi energi pada gerak harmonik

Contoh 1.4. Osilasi pada Permukaan Horisontal


Sebuah kereta mainan 0,500 kg dihubungkan dengan sebuah pegas ringan yang
mempunyai konstanta pegas 20,0 N/m berosilasi pada sebuah lintasan udara
horizontal tak ada gesekan.
(a)Hitunglah energy total sistem dan kelajuan maksimum dari kereta jika amplitude
gerak adalah 3,00 cm.
(b)Berapa kecepatan kereta ketika posisinya 2,00 cm?
(c)Hitunglah energy kinetik dan potensial sistem ketika posisinya 2,00 cm.

23
(d)Gerak kereta dalam contoh ini bisa diawali dengan melepaskan kereta dari keadaan
diam di x = 3,00 cm. Apa yang terjadi jika kereta dilepas dari posisi yang sama,
tetapi dengan kecepatan awal v = 0,100 m/s? Berapakah aplitudo baru dan
kelajuan maksimum dari kereta?
Penyelesaian
(a)Dengan menggunakan persamaan 1
2
kx 2 , kita mendapatkan

E  12 kA 2  1
2 20,0 N/m 3,00  10 2 m 2  9,00  10 3 J

Ketika kereta diletakkan di x = 0, kita mengetahui bahwa U = 0 dan E  12 mv max


2
;

oleh karena itu

E  mv
1 2 3
 9,00  10 J  v max 

2 9,00  10 3 J 
 0,190 m/s
2 max
0,500 kg

(b) v  
k 2
m

A  x2   
20,0 N/m
0,500 kg

0,0300 m 2  0,0200 m 2  0,141 m/s 
Tanda positif dan negative menunjukkan bahwa kereta mungkin bergerak ke kanan
atau ke kiri pada saat ini.
(c)Hitunglah energy kinetic dan potensial dari sistem ketika posisinya 2,00 cm.
Menggunakan hasil (b), kita mendapatkan bahwa

K  12 mv 2  1
2
0,500 kg 0,141 m/s2  5,00  10 3 J
 12 20,0 N/m 0,0200 m   5,00  10 3 J
2
U  12 kx 2

Perhatikan bahwa K + U = E.
(d) Disini kita menerapkan pendekatan energy. Pertama mari kita hitung energy total
sistem saat t = 0, yang terdiri dari energy kinetik dan potensial:
E  12 mv 2  12 kx 2  1
2
0,500 kg  0,100 m/s2  12 20,0 N/m 0,0300 m 2
 1,15  10  2 J
Untuk mendapatkan amplitudo baru, kita menyamakan energy total ini dengan
energy potensial ketika kereta di titik ujung gerakan:

E  12 kA 2  A 
2E


2 1,15  10  2 J 
 0,0339 m
k 20,0 N/m
Perhatikan bahwa ini lebih besar dari amplitudo sebelumnya 0,030 m. Untuk
mendapatkan kelajuan maksimum, kita menyamakan energy total ini dengan
energy kinetik ketika kereta pada posisi seimbang:

24
E  12 kvmax
2
 v max 
2E

 
2 1,15  10 2 J
 0,214 m/s
m 0,500 kg
Ini lebih besar dari pada nilai yang diperoleh dalam bagian (a) seperti yang
diharapkan karena kereta mempuntai kecepatan awal di t = 0.

Contoh. 1.5
Untuk Gerak harmonik sederhana, tunjukkan bahwa energi total selalu konstan
meskipun K dan U selalu berubah.
Penyelesaian
Ingat bahwa untuk gerak harmonik sederhana kita mempunyai simpangan
x  A cost dan v  A sin t . Karenanya
U  12 kx 2  12 kA 2 cos 2 t

dan
K  12 mv 2  12 m 2 A 2 sin 2 t

Karenanya U dan K selalu berubah. Mari kita jumlahkan


E  K  U  12 m 2 A 2 sin 2 t  12 kA 2 cos 2 t

k
Tetapi kita sebelumnya mendapatkan bahwa   yang menghasilkan

E  12 m
k 2
m
 
A sin 2 t  12 kA 2 cos 2 t  12 kA 2 sin 2 t  cos 2 t  12 kA 2

Contoh 1.6
Dua pegas, dengan konstanta pegas k1 dan k2, dihubungkan secara pararel pada sebuah
massa yang menggelincir pada permukaan licin seperti ditunjukkan dalam Gambar
1-7.a.Tentukan konstanta pegas efektif k! Asumsikan kedua pegas mempunyai massa
nol

25
Gambar 1.7

Penyelesaian:
Jika m bergerak sejauh x kemudian ia mengalami dua gaya –k1x dan –k2x, yang
menghasilkan

 F  ma
 k1 x  k 2 x  mx
 k1  k 2 x  mx
maka
K = k1 + k2

Contoh 1.7.
Dua pegas dalam contoh di atas dihubungkan secara seri, seperti ditunjukkan oleh
Gambar 1.7.b. Tentukan konstanta pegas efektif k!
Penyelesaian
Jika pegas 1 bergeser sejauh x1 dan pegas 2 bergeser 2 sejauh x2 maka massa bergeser
sejauh x1 + x2. Gaya yang di alami massa
F = -K(x1 + x2)
Sekarang tinjau gerakkan massa ditambah sistem pegas 2. Gaya yang dialami pegas 2
f = -k1x1
Tetapi F = f karena ma adalah sama untuk m dan massa ditambah sistem pegas 2
karena pegas 2 mempunyai massa nol.
k1 x1
K
x1  x2
tetapi

26
k1x1 = k2x2
x1 k 2
(rasio regangan  adalah berbanding terbalik dengan regangan pegas). Maka
x2 k1
k1 x1
K
k
x1  1 x1
k2

k1k2
Yang menghasilkan K
k1  k2

1 1 1
atau  
K k1 k 2

Contoh 1.8.
Kedua pegas di susun seperti dalam gambar 1.7c. Tentukan konstanta pegas
efektifnya k!
Penyelesaian
Jika pegas 1 ditekan sejauh x maka pegas 2 teregang sejauh –x. Maka

 F  ma
 k1 x  k2  x   mx
 k1  k 2 x  mx
Yang dapat disimpulkan K = k1 + k2

Contoh 1.9
Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 4,00 m bertumbukan secara elastik sempurna
dengan tanah. Dengan mengasumsikan tidak adak energi mekanik yang hilang
disebabkan hambatan udara, (a) menunjukkan bahwa gerakan berikutnya adalah
periodik dan (b) tentukan periode gerakan, (c) Apakah gerakan adalah harmonik
sederhana? Jelaskan!
Penyelesaian:
(a)Karena tumbukan adalah elastis sempurna, bola akan memantul setinggi 4,00 m
dan kemudian mengulangi gerakan berkal1.kali. Maka, gerak adalah periodik.
(b)Untuk menentukan periode, kita menggunakan: x  12 gt 2 .

2x 24,00 m 
Waktu untuk bola menumbuk tanah adalah t    0,909 s
g 9,80 m/s 2

27
Ini sama dengan setengah periode, maka T = 2(0,909 s) = 1,82 s
(c)Tidak. Gaya total yang bekerja pada bola adalah konstan dinyatakan oleh F = -mg
(kecuali ketika ia bersentuahan dengan tanah), yang tidak berbentuk hukum Hooke.

Contoh 1.10
Posisi sebuah partikel dinyatakan oleh x = (4.00 m)cos(3.00t + ), dimana x dalam
meter dan t dalam sekon. Tentukan (a) Frekuensi dan periode gerakan, (b) amplitudo
gerakan, (c) konstanta fase, dan (d) posisi partikel pada saat t = 0,250 s.
Penyelesaian:
x = (4.00 m)cos(3.00t + ), bandingkan ini dengan x = A cos(t + ) untuk
mendapatkan
(a) = 2 f = 3,00 atau f = 1,50 Hz maka T = 1/f = 0,667 s
(b)A = 4,00 m
(c) =  rad
(d)x(t = 0,250 s) = (4,00 m) cos (1,75) = 2,83 m

Contoh 1.11
Sebuah benda 50,0 g dikaitkan pada sebuah pegas dengan konstanta gaya 35,0 N/m
berosilasi pada suatu bidang horisontal tanpa gesekan dengan amplitudo 4,00 cm.
Tentukan (a) energi total sistem dan (b) kelajuan benda ketika posisi adalah 1,00 cm.
Tentukan (c) energi kinetik dan (d) energi potensial ketika posisi adalah 3,00 cm.
Penyelesaian:
(a) E  12 kA 2  1
2 35,0 N/m 4,00  10 2 m 2  28,0 mJ
k
(b) v   A2  x 2  A2  x 2
m

v 
35,0
50,0  10 3
4,00  10   1,00  10 
2 2 2 2
 1,02 m/s

(c) 12 mv 2  12 kA 2  12 kx 2  1
2 35,0 4,00  10 2 2  3,00  10 2 2   12,2 mJ
(d) 12 kx 2  E  12 mv 2  15,8 mJ

Contoh 1.12
Sebuah benda 2,00 kg dikaitkan pada sebuah pegas dan diletakkan pada sebuah
permukaan licin, horisontal. Sebuah gaya horisontal 20,0 N diperlukan untuk

28
menahan benda diam ketika ia ditarik 0,200 m dari posisi setimbangnya (origin dari
sumbu x). Benda sekarang dilepaskan dari keadaan diam dengan posisi awal xi =
0,200 m, dan ia selanjutnya mengalami getaran harmonik sederhana. Tentukan (a)
konstanta gaya pegas, (b) frekuens getaran, dan (c) kelajuan maksimum benda.
Dimanakah kelajuan maksimum ini terjadi? (d) percepatan maksimum benda. Dimana
ia terjadi? (e) energi total sistem yang berosilasi. (f) kelajuan dan (g) percepatan
benda ketika posisinya sama dengan sepertiga harga maksimumnya.
Penyelesaian:
F 20,0 N
(a) k    100 N/m
x 0,200 m

k 
(b)    50,0 rad/s maka f   1,13 Hz
m 2

(c) vmax  A  50,0 0,200  1,41 m/s di x = 0

(d) a max   2 A  50,00,200  10,0 m/s2 di x = A

(e) E  12 kA2  1
2 1000,2002  2,00 J
8
(f) v   A2  x 2  50,0 0,2002  1,33 m/s
9

 0,200 
(g) a   2 A  50,0   3,33 m/s
2

 3 

Contoh 1.13
Sebuah benda kecil diikatkan diujung sebuah benang untuk membentuk sebuah
pendulum. Periode gerak hamoniknya diukur untuk pergeseran sudut kecil dan tiga
panjang, masing-masing waktunya diukur untuk 50 getaran menggunakan stopwatch.
Untuk panjang 1,000 m, 0,750 , dan 0,500 m, waktu totalnya adalah 99,8 s, 86,6 s
dan 71,1 s diukur untuk 50 getaran. (a) tentukan periode gerakan untuk setiap panjang,
(b) Tentukan harga rerata dari g yang diperoleh dari tiga pengukuran ini, dan
bandingkan dengan harga g yang sudah disepakati. (c) Gambar plot T terhadap L, dan
dapatkan harga untuk g dari kemiringan grafik yang kamu buat. Bandingkan harga ini
dengan yang diperoleh dalam bagian (b)
Penyelesaian:
waktu total yang diukur
(a) T 
50

29
Periode terukur adalah:
Panjang, L (m) 1.000 0.750 0.500
Periode, T (s) 1.996 1.732 1.422

L 4 2 L
(b) T  2 maka g 
g T2
Nilai terhitung untuk g adalah
Periode, T (s) 1.996 1.732 1.422
g (m/s2) 9.91 9.87 9.76

Maka, grerata = 9.85 m/s2 ini sesuai dengan harga yang diterima g = 9.80 m/s2
dengan ralat 0.5%.
 4 2 
(c)Dari T 2    L , slope dari grafik T2 versus L = 42/g = 4.01 s2/m.
 g 

4 2
Maka, g   9.85 m/s 2 . Ini sama dengan harga dalam (b)
slope

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.1.9
sampai no. 1.11 dalam kumpulan soal di bawah ini.

Soal 1.9.
Sebuah massa M digantung pada ujung sebuah pegas yang panjangnya l dan
elastisitas k. Jika massa pegas adalah m dan kecepatan elemen dy dari panjangnya
adalah proporsional dengan jaraknya y dari ujung tetap pegas, tunjukkan bahwa
energi kinetik dari elemen ini adalah
2
1  m  y 
 dy  v 
2 l  l 

30
dimana v adalah kecepatan massa yang digantung M. Maka, dengan mengintegralkan
meliputi panjang pegas, tunjukkan bahwa energi kinetik totalnya adalah 16 mv 2 dan,

dari energi total sistem yang berosilasi, tunjukkan bahwa frekuensi osilasi dinyatakan
oleh
s
2 
M m 3

Soal 1.10.
Bentuk umum untuk energi osilator harmonik sederhana adalah
1 1
massa kecepa tan   elastisitas simpangan 
2 2
E
2 2
Nyatakan persamaan energi untuk osilator-osilator dalam Gambar di bawah ini dan
gunakan ekspresi
dE
0
dt
untuk menurunkan persamaan gerak dalam setiap kasus.

31
Soal 1.11.
Simpangan osilator harmonik sederhana dinyatakan oleh x = a sin t. Jika nilai
simpangan x dan kecepatan x diplot pada sumbu-sumbu tegak lurus, mengeliminasi t
untuk menunjukkan bahwa posisi titik-titik  x, x  adalah sebuah elips. Tunjukkan
bahwa elips ini menyatakan sebuah lintasan berenergi konstan.

Gerak Hamonik Sederhana Di dalam Rangkaian Listrik


Sejauh ini kita mendiskusikan gerak harmonic sederhanan dari sistem mekanik dan
fluida, terutama dinyatakan dalam massa yang meregangkan pegas tak bermassa
dengan elastisitas (stiffness). Elastisitas k dari sebuah pegas mendefinisikan tingkat

32
kesulitan meregang; kebalikan dari elastisitas, compliance C (dimana k = 1/C)
mendefinisikan mudahnya sebuah pegas diregangkan dan energy potensial disimpan.
Notasi compliance C ini berguna ketika mendiskusikan osilasi harmonic sederhana
dalam rangkaian listrik, gambar di atas, dimana sebuah inductor L dihubungkan
dengan plat-plat sebuah kapasitor C. Persamaan gaya dalam sistem mekanik sekarang
menjadi persamaan tergangan (kesimbangan tegangan) dari rangkaian listrik, tetapi
bentuk dari penyelesaian persamaan dan tingkah laku osilator dari sistem adalah sama.
Tanpa adanya resistor energi sistem kelistrikan tetap konstan dan bergantian
antara energi medan magnet yang tersimpan di dalam induktor dan energi medan
listrik yang tersimpan antara plat-plat kapasitor. Pada suatu saat tertentu, tegangan
ujung-ujung induktansi adalah
dI d 2q
V  L  L 2
dt dt
dimana I adalah arus yang mengalir dan q adalah muatan pada kapasitor, tanda
negative yang menunjukkan bahwa tegangan berlawanan dengan peningkatan arus.
Ini sama dengan tegangan di ujung-ujung kapasitor sehingga
q
Lq  0 (Hukum Kirchhoff)
c
1
atau q   2 q  0 , dimana  2  .
LC
Energi yang tersimpan di dalam medan magnet atau bagian induktif dari
rangkaian menempuh satu siklus, ketika aru meningkat dari 0 ke I, ditentukan oleh
integral daya pada suatu saat terhadap waktu; yaitu
E L   VI dt

(dimana V adalah besar tegangan ujung-ujung inductor). Maka


I
dI
E L   VI dt   L Idt   LIdI  12 LI 2  12 Lq 2
dt 0

Energi potensial yang tersimpan secara mekanik oleh pegas sekarang tersimpan secara
kelistrikan oleh kapasitor dan sama dengan
q2
1
2 CV 2 
2C
Perbandingan antara persamaan untuk osilator mekanik dan listrik

33
Mekanik (gaya)  mx  kx  0
q
Listrik (tegangan)  Lq   0
C
Mekanik (energi)  2 mx 2  12 kx 2  E
1

q2
Listrik (energi)  12 Lq 2  12 E
C
Menunjukkan bahwa inersia medan magnet (didefinisikan oleh induktor L)
mengontrol laju perubahan arus untuk suatu tegangan tertentu di dalam sebuah
rangkaian secara eksak sama seperti massa inersial mengontrol perubahan kecepatan
untuk sebuah gaya tertentu. Inersia magnetik atau sifat induktif berasal dari
kecenderungan fluks magnetik untuk mempertahankan fluks tetap dalam rangkaian
dan bereaksi terhadap setiap perubahan fluks membangkitkan suatu tegangan yang
menghasilkan suatu arus yang mengalir melawan perubahan fluks. Ini merupakan
prinsip aturan tangan kanan Fleming.

Superposisi Dua Getaran Harmonik Sederhana Dalam Satu Dimensi


(1) Dua Getaran yang mempunyai frekuensi sama
Dalam bab berikut ini kita akan menemui situasi fisis yang melibatkan superposisi
dua atau lebih getaran harmonic sederhana pada sistem yang sama.

Gambar 1.8. Jumlahan vector, masing-masing menyatakan gerak harmonic sederhana


sepanjang sumbu x dengan frekuensi  untuk menghasilkan simpangan gerak
harmonik sederhana resultan x  R cost    . Grafik ini menunjukkan untuk t = 0.

Kita telah melihat bagaimana simpangan dalam gerak harmonic sederhana bisa
disajikan dalam besar dan fase oleh sebuah vector panjang konstan yang berotasi

34
dalam arah positif (berlawanan jarum jam) dengan kecepatan angular tetap . Untuk
mendapatkan gerak resultan dari suatu sistem yang bergerak dalam arah x di bawah
efek simultan dua osilasi harmonic sederhana berfrekuensi angular sama tetapi
berbeda amplitudo dan fase, kita dapat menyatakan masing-masing gerak harmonik
sederhana dengan vektornya yang sesuai dan melakukan penjumlahan.
Jika simpangan dari gerak pertama dinyatakan oleh x1  A1 cost  1  dan
yang kedua oleh x 2  A2 cost   2  , kemudian Gambar 1.8 menunjukkan bahwa
amplitude simpangan resultan R dinyatakan oleh
R 2   A1  A2 cos     A2 sin    A12  A22  2 A1 A2 cos 
2 2

dimana    2  1 adalah tetap.


Konstanta fase  dari R dinyatakan oleh
A1 sin 1  A2 sin  2
tan  
A1 cos 1  A2 cos  2
maka gerak harmonic sederhana resultan mempunyai simpangan
x  R cost   
Suatu osilasi frekuensi sama  tetapi mempunyai amplitudo R dan konstanta fase .

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.12
dalam kumpulan soal di bawah ini.
Soal 1.12.
Intensitas dari interferensi dua berkas cahaya (eksperimen Young) tergantung pada
superposisi dari dua osilasi harmonik sederhana beramplitudo sama a dan beda fase
. Tunjukkan bahwa intensitas
I  R 2  4a 2 cos 2  2
Antara nilai berapa intensitas tersebut bervariasi?

(2). Dua getaran yang mempunyai frekuensi berbeda


Anggap kita sekarang meninjau apa yang terjadi ketika dua getaran mempunyai
amplitudo sama tetapi frekuensi berbeda disuperposisikan. Jika kita menyatakannya
sebagai
x1  A1 sin 1t dan x 2  A2 cos  2 t ,
dimana  2  1 maka simpangan resultan dinyatakan oleh

35
1   2 t  2  1 t
x  x1  x 2  Asin 1t  sin  2 t   2a sin cos
2 2

Gambar 1.9. Superposisi dua perpindahan harmonic sederhana


x1  a sin 1t dan x 2  a sin  2 t ketika  2  1  . Envelope cos 2  1  2t yang
lambat memodulasi kurva sin 2  1  2t antara nila1.nilai x  2a .

Ekspresi ini diilustrasikan dalam Gambar 1.9. Ia menyatakan sebuah osilasi sinusoida
pada frekuensi rerata (  2  1  2 ) yang mempunyai suatu amplitude simpangan 2a
yang termodulasi, yaitu, bervariasi antara 2a dan nol di bawah pengaruh suku cosines
dari frekuensi yang jauh lebih kecil sama dengan separuh beda  2  1  2 antara
frekuens1.frekuensi dasar.
Ketika 1 dan 2 adalah hampir sama suku sinus mempunyai suatu frekuensi
yang sangat mendekati baik 1 maupun 2 sedangkan envolepe cosines memodulasi
amplitude 2a pada frekuensi  2  1  2 yang sangat lambat.
Secara akustik peningkatan dan peluruhan amplitude dikenal sebagai layangan
ketika dua bunyi yang hampir sama frekuensinya didengar. Frekuensi layangan adalah
 2  1  yang merupakan perbedaan antara frekuens1.frekuensi yang terpisah
(bukan berbeda setengah) karena amplitude maksimum 2a terjadi dua kali setiap
periode yang terkait dengan frekuensi  2  1  2 . Kita akan menemui situasi ini lagi
ketika kita meninjau kopling dua osilator dalam Bab 4 dan kelompok gelombang dua
komponen dalam Bab 5.

36
Superposisi Dua Getaran Harmonik Sederhana Tegak Lurus
(1)Dua getaran yang mempunyai frekuensi sama
Misalkan bahwa sebuah partikel bergerak dibawah pengaruh simultan dua getaran
harmonic sederhana berfrekuensi sama, satu sepanjang sumbu x, dan lainnya
sepanjang sumbu y. Bagaimana gerak harmonik selanjutnya?
Perpindahan ini bias dituliskan:
x  a1 sin t  1  dan y  a 2 sin t   2 
dan lintasan yang diikuti oleh partikel dibentuk dengan mengeliminasi waktu t dari
persamaan untuk meninggalkan ekspresi yang melibatkan hanya x dan y dan konstanta
1 dan  2 .
Dengan mengekspansi argument dari sinus kita mendapatkan
x
 sin t cos 1  cos t sin 1
a1
dan
y
 sin t cos  2  cos t sin  2
a2
Jika menyelesaiakn proses ini
2 2
 x y   y x 
 sin  2  sin 1    cos 1  cos  2 
 a1 a2   a2 a1 
ini akan menghasilkan
x2 y2 y
2
 2  cos 2  1   sin 2  2  1  (1.22)
a1 a 2 a1a 2
yang merupakan persamaan umum untuk sebuah elips.
Dalam kasu paling umum sumbu-sumbu elips adalah membentuk sudut
dengan sumbu-sumbu x dan y, tetapi ini menjadi sumbu-sumbu principal ketika beda

fase :  2  1  . Persamaan (1.22) maka menjadi berbentuk
2
x2 y 2
 1
a12 a 22
yang merupakan sebuah elips dengan sumbu a1 dan a2. Jika sumbu a1 = a2 = a, maka
persamaan (1.22) ini menjadi persamaan lingkaran
x2  y2  a2
Jika  2  1  0,2 ,4 ,... persamaan tereduksi menjadi

37
a2
y x
a1
yang merupakan garis lurus melewati origin dan memiliki slope a2/a1.
Jika  2  1   ,3 ,5 ,... , kita mendapatkan

a2
y x
a1

yang juga merupakan garis lurus melewati origin dan memiliki slope a2/a1.
Lintasan yang dilewati oleh partikel untuk nilai    2  1 yang bervariasi
ditunjukkan dalam Gambar 1.10 dan dan dengan sangat mudah didemontrasikan
dengan osiloskop.
Ketika  2  1  0,2 ,4 ,...
Dan elips berubah menjadi sebuah garis lurus, resultan getaran berada secara
keseluruhan dalam satu bidang dan osilasi dikatakan terpolarisasi bidang.

Gambar 1.10. Lintasan yang dilewati oleh sebuah system yang berosilasi simultan
dalam dua arah tegak lurus dengan gerak harmonic sederhana berfrekuensi sama.
Sudut fase  adalah sudut dimana gerak y mendahului gerak x.

Konvensi mendefinisikan bidang polarisasi sebagai bidang tegak lurus pada bidang
getar. Hal yang sama untuk nila1.nilai lain dari    2  1 menghasilkan polarisasi
elips atau lingkaran dimana ujung resultan vector melintasi bagian conic yang sesuai.

38
Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.1.13
sampai no. 1.15 dalam kumpulan soal di bawah ini.
Soal 1.13.
Lakukan proses yang ditunjukkan untuk menurunkan persamaan
x 2 y 2 2 xy
2
 2  cos 2  1   sin 2  2  1 
a1 a 2 a1a 2

Soal 1.14.
Koordinat simpangan sebuah partikel bermassa m dinyatakan oleh
x  a sin t dan y  a cost
Eliminasi t untuk menunjukkan bahwa partikel mengikuti sebuah lintasan elips dan
menunjukkan dengan menjumlahkan energi kinetik dan energi potensial di posisi
(x, y ) bahwa elips merupakan sebuah lintasan berenergi tetap sama dengan jumlah
dari masing-masing energi dari getaran harmonik sederhana.
Buktikan bahwa kuantitas m xy  yx  adalah juga konstan. Menyatakan apa kuantitas
itu?

Soal 1.5.
Dua gerak harmonik sederhana berfrekuensi sama bergetar dalam arah tegak lurus
satu sama lain sepanjang sumbu-sumbu x dan y. Suatu beda fase    2  1 ada
diantara kedua getaran sedemikian hingga sumbu-sumbu utama dari lintasan elips
yang dihasilkan miring membentuk sudut dengan sumbu-sumbu x dan y. Tunjukkan
bahwa pengukuran kedua nilai terpisah dari x (atau y) cukup untuk menentukan beda
fase tersebut.
x 2 y 2 2 xy
[Petunjuk: gunakan persamaan (1): 2
 2  cos 2  1   sin 2  2  1  dan
a1 a 2 a1a 2
mengukur y(max), dan y untuk (x = 0).]

Polarisasi
Polarisasi merupakan sebuah topik mendasar di dalam optika dan timbul karena
superposisi dua getaran optik harmonik sederhana tegak lurus. Kita akan melihat
dalam bab optik bahwa ketika suatu gelombang cahaya terpolarisasi bidang osilasi

39
medan listriknya berada di dalam suatu medan tunggal dan mengikuti suatu kurva
sinusoida sepanjang arah gerak gelombang. Zat-zat seperti kuarsa dan calcite mampu
memecah cahaya ke dalam dua gelombang yang bidang polarisasinya saling tegak
lurus. Selain dalam sebuah arah tertentu, dikenal sebagai sumbu optik, gelombang-
gelombang ini mempunyai kecepatan berbeda. Satu gelombang, gelombang ordiner
atau gelombang O, bergerak dengan kecepatan sama dalam semuah arah dan getaran
medan listriknya selalu tegak lurus terhadap sumber optik. Gelombang ekstraordiner
atau gelombang E mempunyai suatu kecepatan yang gayut arah. Baik cahaya ordiner
dan ekstraordiner mempunyai indeks bias sendiri, dan karenanya kuarsa dan calcite
dikenal senagai material birefringence atau material pembias ganda. Ketika cahaya
ordiner lebih cepat, seperti dalam kuarsa, suatu Kristal dari material tersebut
didefinisikan positif, tetapi di dalam calcite cahaya ekstraordiner lebih cepat dan
kristalnya disebut negative. Permukaan, bola dan elipsoida, yang mana merupakan
lokasi nila1.nilai dari kecepatan gelombang dalam sebarang arah ditunjukkan dalam
Gambar 1.11(a), dan untuk arah tertentu getaran medan listrik dari gelombang-
gelombang terpisah adalah menyinggung pada permukaan bola atau elipsoida seperti
ditunjukkan.

Gambar 1.11(a). Permukaan gelombang ordiner (bola) dan gelombang ekstraordiner


(elips) di dalam calcite dan kuarsa pembias ganda. Di dalam calcite gelombang E
lebih cepat dari pada gelombang O, kecuali sepanjang sumbu optik. Di dalam kuarsa
gelombang O lebih cepat. Getaran O selalu tegak lurus sumbu optic sumbu optic, dan
getaran O dan E selalu menyinggung permukaan gelombangnya.

Gambar 1.11(b) menunjukkan cahaya terpolarisasi bidang dating tegak lurus


pada sebuah Kristal calcite memotong sejajar sumbu optiknya. Di dalam Kristal

40
tersebut gelombang E yang lebih cepat mempunyai getaran sejajar sumbu optic,
sedang kan getaran gelombang O adalah tegak lurus bidang kertas. Perbedaan
kecepatan ini mengakibatkan suatu peningkatan fase dari getaran E terhadap
gelombang getaran O yang meningkat sebagai fungsi ketebalan kristal.

Gambar 1-11(b). Cahaya terpolarisasi bidang dating tegak lurus pada sebuah Kristal
calcite yang dipotong sejajar sumbu optik.

Gambar 1.11(c). Kristal dalam Gambar 1.9(c) adalah cukup tebal untuk menghasilkan
gain fase /2 rad dalam gelombang E terhadap gelombang O. Rekombinasi
gelombang saat meninggalkan kristal menghasilkkan cahaya terpolarisasi sirkular.

Gambar 1.11(c) menunjukkan cahaya terpolarisasi bidang datang tegak lurus pada
kristal Gambar 1.11(b) dengan getaran meembentuk sudut 45o dari sumbu optic.
Kristal membagi getaran menjadi komponen E dan O yang sama, dan untuk suatu

41
ketebalan tertentu gelombang E muncul dengan suatu fase 90o lebih besar dari
komponen O. Rekombinasi dari kedua getaran memghasilkan cahaya terpolarisasi
sirkular, yang vektor medan medan listriknya mengikuti suatu heliks dalam arah
berlawanan jarum jam seperti ditunjukkan dalam gambar.

(2)Getaran yang mempunyai frekuensi berbeda (Gambar Lissajous)


Ketika frekuensi kedua getaran harmonic sederhanan tegak lurus adalah tidak sama,
gerak resultan menjadi lebih rumit. Pola getaran resultan berbentuk pola yang dikenal
sebagai gambar Lissajous seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.12 dimana
frekuens1.frekuensi sumbu membentuk rasio sederhana seperti ditunjukkan dalam
gambar dan
 0 (di kiri)
   2  1  
 2 (di kanan)

Gambar 1.12. Gambar Lissajous sederhana yang dihasilkan oleh gerak harmonic
sederhana tegak lurus dengan frekuensi sudut berbeda.

Jika amplitude getaran berturut-turut adalah a dan b gambar lissajous yang dihasilkan
akan selalu berada di dalam persegi dengan sis1.sisi 2a dan 2b. Sis1.sisi persegi akan
menyinggung kurva pada sejumlah titik dan rasio dari jumlah titik-titik singgung ini

42
sepanjang sumbu x terhadap jumlah titik di sumbu y adalah kebalikan dari rasio
frekuens1.frekuensi yang terkait (seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.10)

G. Superposisi n Buah Getaran Harmonik Sederhana Beramplitudo Sama a dan


Beda Fase Berurutan Sama 

Gambar 1.13 menunjukkan penjumlahan n vector dengan panjang sama a, masing-


masing menyatakan sebuah getaran harmonik sederhana dengan beda fase konstan 
dari getaran tetangganya. Dua situasi fisis umum dijelaskan oleh superposisi seperti
ini. Situasi pertama ditemui dalam kasus gelombang mekanik sebagai sebuah masalah
kelompok gelombang dimana beda fase  muncul dari perbedaan frekuensi kecil, ,
antara komponen-komponen berurutan. Situasi kedua muncul dalam kasus intensitas
interferensi dan difraksi gelombang optik. Dalam hal ini, getaran harmonik yang
bersuperposisi akan mempunyai frekuensi sama tetapi masing-masing komponen akan
mempunyai beda fase konstan dengan tetangganya karena lintasan yang ditempuh
berbeda.
Gambar 1.13 menampilkan ekspresi matematis:
R cost     a cos t  a cost     a cost  2   ...
 a cost  n  1 
dimana R adalah besar resultan dan  beda fase terhadap komponen pertama a cos t.

43
Gambar 1.13. Superposisi vector n buah getaran harmonik sederhana dengan
amplitude sama dan beda fase berurutan .

Secara geometri kita melihat bahwa panjang masing-masing



a  2r sin
2
dimana r adalah jejari lingkaran yang melingkupi polygon. Dari segitiga sama kaki
OAC besar resultan
n sin n 2
R  2r sin a
2 sin  2
dan sudut fasenya adalah
  OAˆ B  OAˆ C
Dalam segitiga sama kaki OAC
n
OAˆ C  90 o 
2
dan di dalam segitiga sama kaki OAB

OAˆ B  90 o 
2
maka
   n  
   90 o     90 o    n  1
 2  2  2
Adalah separuh beda fase antara kontribusi pertama dan terakhir. Karenanya resultan
sin n 2  
R cost     a cost  n  1 
sin  2  2
Kita akan memperoleh hasil yang sebagai contoh penggunaan notasi eksponensial.
Untuk saat ini kita menguji tingkah laku besar resultan
sin n 2
Ra
sin  2

yang tidak konstan tetapi tergantung pada nilai . Ketika n sangat besar  adalah
sangat kecil dan poligon menjadi sebuah busur dengan pusat kelengkungan O, dan
panjang na = A, dengan R sebagai diameter. Maka
 n
  n  1 
2 2
  
dan sin  
2 2 n

44
Maka, dalam batasan ini,
sin n 2 sin  sin  A sin 
Ra a  na 
sin  2  n  
Tingkah laku A sin   versus  ditunjukkan dalam Gambar 1.14. Polanya

simetri di sekitar nilai  = 0 dan adalah nol ketika sin  = 0 kecuali di   0 yaitu,
ketika sin    1 . Ketika  = 0,  = 0 dan resultan dari n vector adalah garis lurus

sepanjang A, Gambar 1.14(b). Ketika  meningkat A menjadi busur lingkaran hingga


di  = /2 kontribusi pertama dan terakhir adalah berbeda fase (2 = ) dan busur A
menjadi setengah lingkaran dengan diameter adalah resultan R Gambar 1.14(c).
Peningkatan  yang berlanjut meningkatkan  dan memutar panjang A menjadi
keliling lingkaran ( = ) dengan resultan nol, Ga,bar 1.14(d). Di  = 3/2, Gambar
1.14(e) panjang A sekarang 3/2 kali keliling lingkaran yang mempunyai diameter
berupa amplitudo minimum pertama.

Gambar 1.14. (a) Grafik A sin   versus , yang menunjukkan besar dari resultan
untuk (b)  = 0; (c)  = /2; (d)  = ; dan (e)  = 3/2

Superposisi n buah vector getaran harmonic sederhana yang sama dengan


panjang a dengan fase acak.

Ketika beda fase antara vector-vektor berurutan  bersifat acak antara 0 dan 2
(diukur dari sumbu x) superposisi vector dan resultan R bias disajikan dalam Gambar
1.15.

45
Komponen R pada sumbu-sumbu x dan y adalah dinyatakan oleh
n
R x  a cos 1  a cos  2  a cos  3 ...a cos  n  a  cos i
i 1

dan
n
R y  a  sin 1
i 1

dimana
R 2  Rx2  R y2

Gambar 1.15. Resultan R  na dari n vektor, masing-masing panjangnya a, yang


mempunyai fase acak. Hasil ini adalah penting dalam inkoherensi optik dan dalam
rugi energy dari gelombang dalam proses disipasi acak.
Sekarang
2 n 
 n  n n
R  a   cos i   a  cos i   cos i  cos  j 
2 2 2 2
x
 i 1   i 1 i 1 j 1

 i j 
Dalam suku 2cos i cos j dari penjumlahan ganda, cos i dan cos j mempunyai nilai
acaka antara 1 dan rerata jumlah himpunan dari perkalian ini adalah nol.
Penjumlahan

i  ncos 2  rerata
n

 cos
i 1
2

yaitu, banyaknya suku n dikali nilai rerata dari cos2 yang merupakan nilai integrasi
dari cos2 meliputi nol sampai 2, atau
2
cos   2
rerata 
1
2  cos
2
d   sin 2  rerata
1
2
0

Maka

46
  na 2
n
R x2  a 2  cos 2 i  na 2 cos 2  rerata 
i 1 2
dan

i  na sin  rerata
n
na 2
R a
2
y
2
 sin
i 1
2 2 2

2
Yang menghasilkan
R 2  Rx2  R y2  na 2

atau
R  na
Karenanya, amplitudo R dari sebuah system yang terdiri dari n gerak harmonic
sederhana beramplitudo a dengan fase acak adalah R  na , sedangkan jika gerak
semuanya sefase maka R sama dengan na.

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.1.16
dalam kumpulan soal di bawah ini
Soal 1.16.
Ambil suatu kelompok acak dari nilai n > 7 dari  dalam rentang 0     dan
n n
membentuk perkalian  cos   cos 
i 1
i
j 1
j .
i j

Tunjukkan bahwa nilai rerata yang diperoleh untuk beberapa kelompok seperti itu
dapat diabaikan terhadap n/2.

Penerapan
Sumber Optik Tak Koheren. Hasil di atas secara langung dapat diterapkan pada
masalah koherensi di dalam optika. Sumber-sumber cahaya yang sefase dikatan
koheren dan syarat ini adalah penting untuk menghasilkan efek interferensi optik
secara ekeperimen. Jika amplitudo suatu sumber cahaya ditentukan oleh kuantitas a
intensitasnya adalah proporsional dengan a2, n sumber-sumber koheren mempunyai
amplitudo resulta na dan intentisitas total n2a2. Sumber-sumber tak koheren
mempunyai fase acak, n buah sumber seperti itu masing-masing amplitudonya a
mempunyai amplitudo resultan na dan intensitas total na2.

47
Proses Acak dan Absorpsi Energi. Dari titik pandang kita sekarang pentingnya
karakteristik acak adalah kontribusinya untuk membuat rugi energy atau absorpsi dari
gelombnag yang bergerak menembus medium. Kita akan menemui ini dalam semua
bab gelombang. Proses acak, sebagai contoh tumbukan antar partikel, di dalam gerak
Brown, sangat berarti dalam fisika. Difusi, viskositas atau resistansi gesekan dan
konduktivitas termal semua adalah akibat dari proses tumbukan acak. Gejala disipasi
energy ini menyatakan perpindahan massa, momentum dan energy, dan berubah
hanya dalam peningkatan ketidak teraturan. Hal ini dikenal sebagai proses
“irreversible secara termodinamika” dan berkaitan dengan peningkatan entropi.
Sebagai contoh, kalor dapat mengalir hanya dari suatu benda bersuhu lebih tinggi ke
benda bersuhu lebih rendah. Dengan menggunakan analisis terdahulu dimana panjang
a tidak lagi amplitudo harmonik sederhana tetapi sekarang adalah jarak rerata sebuah
partikel bergerak antar tumbukan-tumbukan acak (lintasan bebas reratanya), kita
melihat bahwa setelah n tumbukan seperti ini (dengan, rerata interval waktu sama
antar tumbukan) partikel akan secara rerata menempuh suatu jarak na dari posisinya
pada saat t = 0, sehingga secara langsung proporsional dengannya. Ini merupakan
keistimewaan semua proses acak. Tidak semua partikel dari suatu system akan
menempuh jarak na tetapi jarak ini adalah yang paling mungkin dan menyatakan
rerata statistic.
Karakteriskik acak dideskripsikan oleh persamaan difusi dan sebuah koefisien
konstan yang disebut difusivitas proses akan selalu muncul. Dimensi difusivitas
adalah panjang2/waktu dan harus ditafsirkan sebagai jarak karakteristik proses yang
bervariasi hanya dengan akar kuadrat waktu.

Beberapa Rumus Matematika yang Berguna


Berikut beberapa rumus matematik yang berguna dalam mempelajari getaran dan
gelombang.
Deret eksponensial didefinisikan sebagai
x2 x3 xn
ex  1 x    ...  ...
2! 3! n!

e x  1  x 
x 2  x 3  ... 
x n ...
2! 3! n!

48
2 2 3 3 2
d x
dx
 
e  
2!
x
3!
x  ...


  1  x 
x 2 x 3


 ...  e x
 2! 3! 
d 2 x
dx 2
 
e   2 e x

Dengan mengambil logarimanya dengan mudah ditunjukkan bahwa


 
e x e y  e x  y karena log e e x e y  log e e x  log e e y  x  y .

e ix  cos x  i sin x (rumus Euler), dimana notasi i   1 .

e ix
 1  ix 
ix 
2

ix 
3

ix 
4
...
2! 3! 4!
x 2
ix 3
x 4
x2 x4  x3 x5 
 1  ix    ...  1    i x    ...
2! 3! 4! 2! 4!  3! 5! 
 cos x  i sin x
Maka dapat disimpulkan
x3 x5 75
sin x  x    ...
3! 5! 7!
x2 x4 x6
cos x  1    ...
2! 4! 6!

Contoh 1.14
 
(a) Di dalam gerak harmonik sederhana x   2 x  0 mengarahkan kita mencoba

penyelesaian x  ae it e i , dimana a adalah suatu konstanta panjang, dan  (dan


oleh karena itu ei adalah sebuah konstanta.
dx
 x  iae it e i  ix
dt
d 2x
2
 x  i 2 2 ae it e i   2 x
dt
Oleh karena itu: x  ae it e i  ae i t    a cost     ia sin t   

Adalah sebuah penyelesaian lengkap dari x   2 x  0  


Pada halaman 4 di dalam Bab ini kita menggunakan bentuk sin dari penyelesaian;
bentuk cosin secara sama valid dan bedanya melibatkan fase mendahului /2 dalam
.

49
 x2 x4 
(b) e ix  e ix  21    ...  2 cos x
 2! 4! 

 x3 x5 
e ix  e ix  2 x    ...  2 sin x
 3! 5! 
(c) Pada halaman 36 di dalam Bab ini, kita menggunakan suatu metode geometri
untukmenunjukkan bahwa resultan dari getaran harmonik yang bersuperposisi
a cos t  a cost     a cost  2   ...  a cost  n  1 
sin n 2   n 1 
a cos t    
sin  2   2  
Kita dapat menurunkan hasil yang sama dengan menggunakan notasi eksponensial
kompleks dan memngambil bagian real dari deret yang dinyatakan sebagai deret
geometri

ae it  ae i t    ae i t  2   ...  ae i t n 1   ae it 1  z  z 2  ...  z n 1 
dimana z  e i .
Dengan menulis S  z   1  z  z 2  ...  z n 1 dan zS  z   1  z  z 2  ...  z n
Kita memperoleh
1  z n 1  e in
S z   
1 z 1  e i
Maka,

ae it S  z   ae it
1  e in
 ae i t e
in 2

e  in 2  e in 2 
1  e i 
e i 2 e i 2  e i 2 
  n 1  
i  t     sin n 2
 ae   2  

sin  2

  n  1   sin n 2
Dengan bagian real : a cos t    
  2   sin  2
yang mencakup suku cosin awal dari notasi eksponensial kompleks.
(d)Misalkan kita menyatakan suatu osilasi harmonic dengan bentuk eksponensial
kompleks
z  ae it
dimana a adalah amplitude. Dengan mengganti i dengan i mendefinisikan
konjugat komplek
z*  ae  it

50
Penggunaan konjugat ini didikusikan secara lebih utuh dalam Bab 3 tetapi disini
kita dapat mencatat bahwa perkalian dari sebuah kuantitas kompleks dengan
konjugatnya selalu sama dengan kuadrat dari amplitudonya,
zz*  a 2 e it e  it  a 2 e 0  a 2

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.1.17
dan 1-18 dalam kumpulan soal di bawah ini
Soal 1.17.
Mengunakan metode dalam Contoh 1.13 (c) di halaman 41 untuk menunjukkan
bahwa:
a sin t  a sin t     a sin t  2   ...  a sin t  (n  1) 

 a sin t 
n  1   sin n 2
2  sin  2
 

Soal 1.18.
Jika kita menyajikan jumlah dari deret
a cos t  a cost     a cost  2   ...  a cost  (n  1) 
Dengan bentuk eksponensial kompleks

z  ae it 1  e i  e i 2  ...  e i ( n 1) 
sin 2 n 2
Tunjukkan bahwa: zz*  a 2

sin 2  2

51
BAB II

GERAK HARMONIK TEREDAM

Dalam BAB 1 kita telah mendiskusikan kasus gerak harmonik sederhana ideal dimana
energi total adalah konstan dan simpangan mengikuti sebuah kurva sinus untuk suatu
waktu tak terhingga. Dalam prakteknya sebagian energi selalu terdisipasi oleh proses
resistif atau viskos; sebagai contoh sebuah ayunan yang berayunan secara bebas akan
selalu meluruh sebagai fungsi waktu ketika energi berkurang. Hadirnya resistansi
pada gerak berarti bahwa ada gaya lain bekerja, yang proporsional dengan kecepatan.
Gaya gesek bekerja dalam arah berlawanan dengan arah kecepatan (lihat Gambar 2.1)
dan maka hukum kedua Newton menjadi
mx   rx  sx
dimana r adalah konstanta kesbandingan dan mempunyai domensi gaya per satuan
kecepatan. Hadirnya suku tersebut akan selalu mengakibatkan rugi energi.
Sekarang masalahnya adalah mendapatkan tingkah laku simpangan x dari
persamaan
mx  rx  sx  0 (2.1)
dimana koefisien m, r dan s adalah konstan.

Gambar 2.1. Sistem gerak harmonik sederhana dengan suatu gaya redaman atau gaya
gesek yang bekerja berlawanan arah gerak.

Ketika koefisien ini konstan sebuah penyelesaian berbentuk x  Cet dapat


selalu diperoleh. Secara jelas, karena sebuah suku eksponen selalu tak berdimensi, C
mempunyai dimensi x (panjang) dan  mempunyai dimensi kebalikan waktu, T-1. Kita
akan melihat bahwa terdapat tiga bentuk yang mungkin dari penyelesaian ini, masing-
masing yang mendeskripsikan tingkah laku simpangan yang berbeda x sebagai fungsi

52
waktu. Dalam dua dari penyelesaian ini C muncul secara eksplisit sebagai konstanta
panjang, tetapi dalam kasus ketiga ia berbentuk
C = A + Bt* dimana A adalah panjang, B adalah kecepatan dan t adalah waktu,
yang memberi C dimensi panjang, seperti yang kita harapkan. Dari titik pandang kita
kasus ini bukan yang paling penting. Jumlah konstanta yang diijinkan dalam
penyelesaian umum sebuah persamaan diferensial selalu sama dengan orde (yaitu,
koefisiendiferensial tertinggi) dari persamaan. Kedua nilai A dan B didijinkan karena
persamaan (2.1) adalah orde dua. Nilai konstanta diatur untuk memenuhi syarat awal.
Dengan mengambil C sebagai sebuah konstanta panjang yang memberi
x  Cet dan x   2Cet , sehingga persamaan (2.1) bisa ditulis kembali

Cet m 2  r  s  0 
Maka dua kemungkinan penyelesaian diperoleh
x  Cet  0 ( secara trivial)
dan
m 2  r  s  0
Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat dalam , dihasilkan

r r2 s
  2

2m 4m m

Perhatikan bahwa r 2m dan s m  , dan oleh karena itu, , semua mempunyai


12

dimensi inversi waktu, T1, yang kita harapkan dari bentuk et.
Simpangan sekarang dapat diekspresikan sebagai

x1  C1e  rt 2 m r  t; x2  C 2 e  rt 2 mr 
2 12 12
4 m2  s m 2
4 m2  s m t

atau jumlah kedua suku ini

x  x1  x2  C1e rt 2 m r  t  C e rt 2 mr 


2 12 12
4 m2 s m 2
4 m2  s m t
2

Suku dalam kurung bisa positif, nol atau negatif tergantung pada besar relatif
kedua suku di dalam kurung. Masing-masing syarat ini menghasilkan satu dari tiga
penyelesaian yang mungkin yang dirujuk sebelumnya dan masing-masing
mendeskripsikan suatu jenis tingkah laku tertentu. Kita akan mendiskusikan
penyelesaian ini dalam rangka meningkatkan signifikansi dari titik pandang kita;
penyelesaian ketiga adalah satu yang akan kita fokuskan sampai akhir buku ini.
Syarat-syarat tersebut adalah:

53

(1) Suku dalam kurung adalah positif r 2 4m 2  s m . Disini suku resistansi redaman 
r 2 4m 2 mendominasi suku elastisitas s m , dan redaman yang kuat mengakibatkan
sistem tidak bergetar (dead beat)

(2) Suku dalam kurung adalah nol r 2 4m 2  s m . Keseimbangan antara kedua suku 
mengakibatkan suatu sistem teredam kritis (critically damped).
Baik (1) maupun (2) tidak menghasilkan tingkah laku osilator.

(3) Suku dalam kurung adalah negatif r 2 4m 2  s m . Sistem teredam ringan dan 
menghasilkan gerak harmonik sederhana teredam osilatoris.

Kasus 1. Redaman Kuat



Dengan menulis r 2m  p dan r 2 4m 2  s m  q , kita dapat mengganti 
x  C1e  rt 2 m r  t  C e rt 2 mr 
2 12 12
4 m2 s m 2
4 m2  s m t
2

dengan
 
x  e  pt C1e qt  C 2 e  qt , dimana C1 dan C2 adalah nilainya sebarang tetapi
mempunyai dimensi sama seperti C (perhatikan bahwa dua nilai terpisah dari C
diijinkan karena persamaan difernsial (2.1) adalah orde dua).
Sekarang jika F = C1 + C2 dan G = C1  C2, simpangan dinyatakan oleh
F
 G
 
x  e  pt  e qt  e  qt  e qt  e  qt   
2 2 
atau
x  e  pt F cosh qt  G sinh qt 
Ini menyatakan tingkah laku non osilatoris, tetapi simpangan sebenarnya tergantung
pada syarat awal (atau batas); yaitu, nilai x pada saat t = 0. Jika x = 0 pada saat t = 0
maka F = 0, dan
12
 r2 s
x  Ge  rt 2 m
sinh  2
  t
 4m m

Gambar 2.2 mengilustrasikan tingkah laku seperti itu ketika sebuah sistem teredam
kuat diganggu dari kesetimbangan oleh suatu impuls mendadak (yaitu, ditentukan
kecepatan saat t = 0). Ia akan kembali ke simpangan nol dengan sangat lambat tanpa
berosilasi sekitar posisi setimbangnya. Analisis matematis lebih jauh menunjukkan

54
bahwa nilai kecepatan dx/dt lenyap hanya sekali sehingga terdapat hanya satu nilai
simpangan maksimum.

Gambar 2.2. Tingkah laku non osilatoris dari sistem harmonik sederhana teredam
 
dengan redaman kuat r 2 4m 2  s m setelah sistem diberi suatu impuls dari posisi
diam x = 0.

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.2.1
dalam kumpulan soal di bawah ini.
Soal 2.1.
Sistem harmonik sederhana teradam berat dalam Gambar di bawah

disimpangkan sejauh F dari posisi setimbangnya dan melepaskan dari diam.


Tunjukkan bahwa salam ekspresi untuk simpangan
12
r  r2 
xe  pt
F cosh qt  G sinh qt  dimana p  dan q   2  s 
2m  4m m

bahwa rasio

55
G r

F 
r 2  4ms
12


Kasus 2. Teredam Kritis r 2 4m 2  s m 
Menggunakan notasi dalam kasus 1, kita melihat bahwa q = 0 dan bahwa
x  e  pt C1  C 2  . Ini adalah kasus terbatas mengenai karakteristik kasus I ketika q
berubah dari positif ke negatif. Dalam kasus ini persamaan kuadrat dalam 
mempunyai akar sama, yang mana dalam suatu penyelesaian persamaan diferensial,
menuntut bahwa C harus ditulis C = A + Bt, dimana A adalah suatu konstanta panjang
dan B suatu kecepatan tertentu yang tergantung pada syarat batas. Adalah mudah
dibuktikan bahwa nilai
x   A  Bt e  rt 2 m   A  Bt e  pt

memenuhi mx  rx  sx  0 ketika r 2 4m 2  s m .

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.2.2
dalam kumpulan soal di bawah ini.
Soal 2.2.
Buktikan bahwa penyelesaian x   A  Bt e  rt 2 m memenuhi persamaan

mx  rx  sx  0 ketika r 2 4m 2  s m

Aplikasi Osilator Mekanik Teredam


Redaman kritis adalah banyak sekali dalam osilator mekanik yang mengalami impuls
mendadak dan dikehendaki kembali ke simpangan nol dalam waktu minimum.
Anggap sistem seperti itu mempunyai simpangan nol saat t = 0 dan menerima suatu
impuls yang memberinya suatu kecepatan awal V.
Maka x = 0 (sehingga A = 0) dan x  V pada saat t = 0. Namun demikian,
 
x  B  pt e  pt  e  pt  B pada saat t = 0
sehingga B = V dan penyelesaian lengkap adalah
x  Vte  pt
Simpangan maksimum x terjadi ketika sistem menjadi diam sebelum kembali
ke simpangan nol. Pada simpangan maksimum
x  Ve  pt 1  pt   0

56
Karenanya yang memberi 1  pt   0 berarti t  1 p .
Pada waktu t  1 p ini simpangan adalah
V 1 V 2mV
x  Vte  pt  e  0,368  0,368
p p r
Kurva simpangan versus waktu ditunjukkan dalam Gambar 2.3; balikan ke nol dalam
suatu sistem teredam kritis dicapai dalam waktu minimum.

Kasus 3. Gerak Harmonik Sederhana Teredam


 
Ketika r 2 4m 2  s m redaman adalah ringan, dan ini menghasilkan gerak harmonik
sederhana teredam .


Ekspresi r 2 4m 2  s m 
12
adalah suatu kuantitas imajiner, akar dari sebuah bilangan
negatif, yang dapat ditulis
12 12
 r2 s s r2 
  2
     1   dimana i   1
2 
 4m m  m 4m 
maka simpangan

x  C1e  rt 2 m e i s m r  t  C e rt 2 m e i s mr 


2 12 12
4 m2 2
4 m2 t
2

Gambar 2.3. Kasus terbatas dari tingkah laku non osilatoris dari sistem harmonik
sederhana teredam dimana r 2 4m 2  s m (redaman kritis)

Suku dalam kurung mempunyai dimensi kebalikan waktu, T1; yaitu frekuensi, dan


dapat ditulis s m  r 2 4m 2 
12
  ' , sehingga eksponensial kedua menjadi

e i 't  cos  ' t  i sin  ' t . Ini menunjukkan bahwa tingkah laku simpangan x adalah

57
osilatoris dengan frekeusni baru  '    s m  , frekuensi gerak harmonic sederhana
12

ideal. Untuk membandingkantingkah laku osilator teredam dengan kasus ideal kita
akan menyatakan penyelesaian dalam suatu bentuk yang menyerupai dengan
x  A sin  ' t    seperti dalam kasus ideal, dimana  diganti dengan ’.
Kita dapat melakukan ini dengan menulis

x  e  rt 2 m C1e i 't  C 2 e i 't 
A i A
Jika sekarang kita memilih C1  e dan C 2   e i dimana A dan  (dan
2i 2i
karenanya e i ) adalah kontanta yang tergantung pada gerak saat t = 0, kita
mendapatkan setelah substitusi

x  Ae  rt 2 m e 
i  't  
 e  i  't  
 Ae  rt 2 m sin  ' t   
2i
Prosedur ini ekuivalen dengan menerapkan syarat batas x  A sin  saat t = 0,
pada penyelesaian untuk x. Oleh karena itu simpangan bervariasi secara sinusoida
dengan waktu seperti dalam kasus gerak harmonik sederhana, tetapi sekarang
mempunyai sebuah frekuensi baru
12
s r2 
 '    2 

 m 4m 
dan amplitudonya A dimodifikasi oleh suku eksponensial e  rt 2 m , sebuah suku yang
meluruh dengan waktu.
Jika x = 0 saat t = 0 maka  = 0; Gambar 2.4 menunjukkan tingkah laku dari x dengan
waktu, osilasinya secara bertahap meluruh dengan envelope amplitudo maksimum
yang mengikuti kurva putus-putus e  rt 2 m . Konstanta A secara jelas adalah nilai
dimana amplitudo akan muncul pada maksimum pertama jika tidak ada redaman.
Kehadiran suku gaya rx dalam persamaan gerak oleh karena itu mengenalkan
suatu rugi energi yang menyebabkan amplitudo osilasi meluruh dengan waktu sebagai
e  rt 2 m .

58
Gambar 2.4. Gerak osilasi teredam dimana s m  r 2 4m 2 . Amplitudo meluruh
dengan e  rt 2 m , dan frekuensi angular tereduksi dinyatakan oleh  ' 2  s m  r 2 4m 2

Untuk lebih memahami bagian ini, pembaca disarankan menyelesaikan soal


no.2.3 dalam kumpulan soal di bawah ini.
Soal 2.3.
Penyelesaian untuk gerak harmonik sederhana dinyatakan oleh

x  e  rt 2 m C1e i 't  C 2 e i 't 
Jika x = A cos  saat t = 0, dapatkan nilai-nilai C1 dan C2 untuk menunjukkan bahwa
x   ' A sin  saat t = 0 hanya jika r/m adalah sangat kecil atau   /2.

Metode-metode Deskripsi Redaman Sebuah Osilator.


Dibagian awal bab ini kita melihat bahwa energi sebuah osilator dinyatakan oleh
1 1
E ma 2 2  sa 2
2 2
yaitu, proporsional dengan kuadrat amplitudonya.
Kita baru saja melihat bahwa dengan adanya gaya redaman rx amplitudo
meluruh dengan waktu sebagai
e  rt 2 m
Sehingga peluruhan energi akan proporsional dengan

e 
 rt 2m 2

59
yaitu, e  rt 2 m . Semakin besar nilai gaya redam r semakin cepat peluruhan amplitudo
dan energi. Karenanya kita dapat menggunakan faktor eksponensial untuk
menyatakan laju peluruhan emplitudo dan energi.

Penurunan Logaritmik
Ini mengukur laju amplitudo meluruh. Misalkan dalam ekspresi
x  Ae  rt 2 m sin  ' t   
kita memilih    2 dan kita menuliskan

x  Ao e  rt 2 m cos ' t  dengan x = Ao saat t = 0. Tingkah lakunya akan

mengikuti kurva dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Rasio logaritmik dari dua amplitudo, satu bagian periode adalah
penurunan logaritmik, didefinisikan sebagai   log e  An An1   r ' 2m

Jika periode osilasi adalah  ' dimana  '  2  ' , maka satu periode beikutnya
amplitudo dinyatakan oleh
A1  Ao e  r 2 m  '

A1
sehingga  e  r ' 2 m  e  .
Ao
dimana
r A
  '  log e o
2m A1

60
disebut logarithmic decrement. Logarithmic decrement  adalah logaritma dari rasio
dua amplitudo osilasi yang terpisah satu periode, amplitudo yang lebih besar menjadi
pembilang karena e  1 .
Hal yang sama,
A0
 e r 2 '  2 m  e 2
A2
dan
A0
 e n
A2

Secara eksperimental, nilai  terbaik diperoleh dengan membandingkan


Ao
amplitudo osilasi yang dipisahkan oleh n periode. Grafik dari log e versus n untuk
An

nilai-nilai n berbeda mempunyai slope .

Waktu Relaksasi atau Modulus Peluruhan.


Cara lain untuk menyatakan efek redaman adalah menggunakan waktu pada saat
amplitudo meluruh menuju e 1  0,368 dari nilai amplitudo originalnya

At  A0 e rt 2 m  A0 e 1

pada saat t = 2m/r.


Pengukuran peluruhan natural dalam fraksi e 1 dari nilai originalnya
merupakan suatu prosedur sangat umum di dalam fisika. Waktu bagi proses peluruhan
natural untuk mencapai nol sudah tentu, secara teoritis tak terhingga.

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.2.4
di bawah ini.
Soal 2.4.
Sebuah kapasitansi C dengan sebuah muatan q0 saat t = 0 dikosongkan melalui
sebuah resistansi R. Menggunakan persamaan tegangan q C  IR  0 untuk
menunjukkan bahwa waktu relaksasi dari proses ini adalah RC s; yaitu,
q  q 0 e  t RC

(Perhatikan bahwa t/RC adalah tak berdimensi).

61
Faktor Kualitas atau nilai Q dari Osilator Harmonik Sederhana Teredam
Ini mengukur laju peluruhan energi. Karena peluruhan amlitudo dinyatakan oleh
At  A0 e  rt 2 m

peluruhan energi adalah proporsional dengan

A 2  Ao2 e  rt 2 m 
2

dan bisa ditulis:


E  E0 e  r m t

dimana E0 adalah nilai energi di t = 0.


Waktu untuk energi meluruh menuju Eo e 1 dinyatakan oleh t  m r s selama

waktu osilator telah bergetar sejauh  ' m r rad.


Kita mendefinisikan faktor kualitas
'm
Q
r
Sebagai jumlah radian yang ditempuh sistem teredam berosilasi ketika energinya
meluruh menjadi
E  E0 e 1

Jika r kecil, maka Q adalah sangat besar dan


s r2

m 4m 2
sehingga
12
s
 '  0   
m
Karenanya, kita menuliskan , untuk suatu pendekatan yang sangat mendekati,
0 m
Q
r
yang merupakan suatu konstanta dari sistem teredam.
Karena r m sekarang sama dengan 0 Q kita dapat menuliskan

E  E0 e  r m t  E0 e 0t Q

Fakta bahwa Q adalah konstanta berarti bahwa rasio


Energi yang tersimpan di dalam sistem
Energi yang hilang per siklus.

62
Adalah sebuah konstanta juga, untuk
Q 0 m  0 m
 
2 2r r
Adalah jumlah siklus (atau osilasi lengkap) yang ditempuh sistem ketika meluruh
menjadi
E  E0 e 1

dan jika
E  E0 e  r m t

Kehilangan energi per siklus adalah


dE r 1
 E  t  E
dt m '
dimana t  1  '   ' adalah periode osilasi.
Karenanya, rasio
Energi yang tersimpan di dalam sistem E  ' m  0m Q
   
Energi yang hilang per siklus.  E r r 2
Dalam Bab berikutnya kita akan menemui faktor kualitas yang sama Q dalam dua
peran yang berbeda, pertama sebagai sebuah ukuran bandwidth absorpsi daya dari
sebuah osilator teredam yang digerakkan di dekat frekuensi resonansinya dan sebagai
faktor yang mana simpangan osilator diperkuat pada resonansi.

Contoh Nilai Q Dari Sebuah Osilator Harmonik Sederhana Teredam


Sebuah elektron di dalam sebuah atom yang secara bebas meradiasikan daya
bertingkah laku sebagai osilator harmonik sederhana teredam.
Jika daya teradiasi dinyatakan oleh P  q 2 4 x02 12 0 c 3 watt pada panjang

gelombang 0,6 m (6000 angstrom), tunjukkan bahwa nilai Q dari atom tersebut
adalah sekitar 108 dan bahwa waktu hidup radiasi bebasnya adalah sekitar 108 s
(waktu untuk energinya meluruh menjadi e1 dari nilai awalnya).
Diketahui: q = 1,6  1019 C; 1/40 = 9  109 mF1; me = 9  1031 kg dan
c = 3  108 ms1; x0 = amplitudo maksimum osilasi
Daya yang diradiasikan P adalah  E , dimana  E adalah rugi energi per siklus,
dan energi osilator dinyatakan oleh E  12 me 2 x02 .

63
Karenanya, Q  2E  E  me 2 x02 P , dan dengan menyisipkan harga

tersebut di atas dengan   2  2c  , dimana panjang gelombang  ditentukan,

menghasilkan sebuah harga Q mendekati  5  107 .


Relasi Q  t menghasilkan t, waktu hidup radiasi, sekitar 108 s.

Disipasi Energi
Kita telah melihat bahwa kehadiran gaya hambat mereduksi amplitudo osilasi sebagai
fungsi waktu ketika energi mengalami disipasi.
Energi total tetap merupakan jumlahan energi kinetik dan energi potensial
E  12 mx 2  12 sx 2

Sekarang, namun demikian, dE/dt adalah tidak nol tetapi negatif karena energi
menghilang sehingga
dE d

dt dt
 1
2 
mx 2  12 sx 2  x mx  sx   x  rx  untuk mx  rx  sx  0

yaitu, dE dt  rx 2 , yang merupakan laju melakukan usaha melawan gaya gesek
(berdimensi gaya  kecepatan = gaya  jarak/waktu).

Untuk lebih memahami bagian ini, anda disarankan menyelesaikan soal no.2.5
dan no. 2.6 di bawah ini.
Soal 2.5.
Frekuensi sebuah osilator harmonik sederhana teredam dinyatakan oleh
s r2 r2
'  
2
 0 
2

m 4m 2 4m 2
(a)Jika  02   ' 2  10 6  02 tunjukkan bahwa Q = 500 dan bahwa decrement logaritmic

 = /500.
(b)Jika 0 = 106 dan m = 1010 kg tunjukkan bahwa elastisitas dari sistem adalah 100
Nm1, dan bahwa konstanta redaman r adalah 2  107 N s m1
(c)Jika simpangan maksimum pada saat t = 0 adalah 102 m, tunjukkan bahwa energi
sistem adalah 2  103 J dan peluruhan menuju e1 dari nilai ini membutuhkan 0,5
ms.
(d)Tunjukkan bahwa rugi energi pada siklus pertama adalah 2  105 J.

64
Soal 2.6.
Tunjukkan bahwa perubahan fraksional frekuensi resonansi  0  02  s m  dari

sebuah osilator mekanis harmonik sederhana teredam adalah  8Q 2  1


dimana Q
adalah faktor kualitas.

Gerak Harmonik Sederhana Teredam Di Dalam Rangkaian Listrik


Persamaan gaya di dalam osilator mekanis diganti dengan persamaan tegangan di
dalam rangkaian listrik yang terdiri dari induktor, resistor, dan kapasitor. (Gambar 2.6)

Gambar 2.6. Rangkaian listrik yang terdiri dari induktor, resistor, dan kapasitor
membentuk sistem gerak harmonik sederhana teredam. Jumlah tegangan-tegangan di
dI q
dalam rangkaian dijelaskan oleh hukum Kirchhoff sebagai L  RI   0
dt C

Oleh karena itu, kita mempunyai


dI q
L  RI   0
dt C
atau
q
Lq  Rq   0
C
dan dengan membandingkan dengan penyelesaian untuk x di dalam kasus mekanika
kita mengetahui secara cepat bahwa muatan

q  q0 e  Rt 2 L R 
2 12
4 L2 1 LC t

yang mana, untuk 1 LC  R 2 4 L2 , menghasilkan tingkah laku osilatoris pada


frekuensi
1 R2
2   2
LC 4 L

65
Dari suku peluruhan eksponensial kita melihat bahwa R/L mempunyai dimensi
kebalikan waktu T1 atau , sehingga L mempunyai dimensi R; yaitu L di ukur
dalam ohm.
Hal yang sama, karena  2  1 LC , L  1 C , sehingga 1 C juga diukur
dalam ohm. Kita akan menggunakan hasil ini dalam Bab selanjutnya.

Agar lebih memahami konsep osilator harmonis di dalam rangkaian listrik,


pembaca disarankan mempelajari soal no.2.7, 2.8, dan 2.9 di bawah ini.
Soal 2.7.
Tunjukkan bahwa faktor kualitas dari rangkaian listrik seri LCR adalah
Q   0 L R dimana  02  1 LC

Soal 2.8.
Suatu plasma terdiri dari suatu gas terionisasi dan elektron-elektron dengan rapat
jumlah sama (ni = ne = n) yang memiliki berturutan muatan berlawanan tanda e,
dan massa mi dan me, dimana mi > me. Simpangan relatif antara kedua spesies
membentuk suatu medan listrik pemulih yang mengembalikan elektron ke
keseimbangan, ion-ion ditinjau stasioner.

Dalam diagram, sebuah slab plasma setebal l mempunyai semua elektronnya digeser
sejauh x untuk menghasilkan medan listrik pemulih E  nex  0 , dimana 0 adalah

konstanta. Tunjukkan bahwa gaya pemulih per satuan luas pada elektron tersebut
adalah xn 2 e 2 l  0 dan bahwa mereka berosilasi secara harmonik sederhana dengan

frekuensi angular  e2  ne 2 me  0 . Frekuensi ini disebut frekuensi plasma elektron,

66
dan hanya gelombang radio berfrekuensi  > e akan merambat dalam medium
terionisasi seperti itu. Karenanya refleksi dari gelombang seperti itu dari ionosfer.

Soal 2.9.
Sebuah pendulum sederhana terdiri dari sebuah massa m di ujung seutas tali
panjangnya l dan melakukan osilasi kecil. Panjang tali pendulum secara perlahan
dipendekkan ketika pendulum berosilasi beberapa kali dengan amplitudo konstan l
dimana  adalah sangat kecil. Tunjukkan bahwa jika panjang diubah sebesar l ,
usaha yang dikerjakan adalah mgl (disebabkan elevasi posisi setimbang) bersama
dengan suatu peningkatan energi pendulum
 2 
E   mg ml 2 l
 2 
dimana  2 adalah nilai rerata dari  2 selama proses memendek. Jika    0 cos t ,
tunjukkan bahwa energi pendulum pada sebarang waktu bisa ditulis

ml 2 2 02 mgl 02
E 
2 2
dan karenanya menunjukkan bahwa
E 1 l 
 
E 2 l 
yaitu, E/, rasio energi dari pendulum terhadap frekuensi osilasinya tetap konstan
selama proses perubahan secara lambat. (Rasio konstanta di bawah syarat yang
bervariasi secara lambat adalah penting di dalam teori kuantum dimana konstan
ditulis sebagai kelipatan konstanta Planck, h)

67
BAB III
GETARAN HARMONIK DIPAKSA

Operasi i Pada Sebuah Vektor


Kita telah mengetahui bahwa sebuah osilasi harmonik dapat secara memadai disajikan
dengan bentuk e it . Selain itu kesesuaian secara matematis i dapat juga digunakan
sebagai suatu operator vektor dari besaran fisis. Kita mengatakan bahwa ketika i
mendahului atau beroperasi pada sebuah vektor, arah dari vektor tersebut diputar
sejauh suatu sudut positif (berlawanan arah jarum jam) sebesar /2, yaitu i beraksi
sebagai sebuah operator yang memajukan fase sebuah vektor sejauh 90o. Operator i
memutar vektor searah jarum jam sejauh /2 dan menunda fasenya sejauh 90o.
Matematika dari i sebagai sebuah operator berbeda dengan kegunaannya sebagai 1 .
Vektor r = a +ib ditunukkan dalam Gambar 3.1, dimana arah dari b tegak lurus
dengan arah a karena ia didahului oleh i. Besar atau modulus r ditulis sebagai


r  r  a2  b2 
12

dan
 
r 2  a 2  b 2  a  ib a  ib   rr *
dimana a  ib   r * didefinisikan sebagai konjugat kompleks dari a  ib   r ; yaitu,
tanda dari I diubah menjadi . Gambar 3.1 juga menunjukkan vektor r *  a  ib  .
Vektor r dapat ditulis sebagai suatu perkalian besarnya r (kuantitas scalar) dan
fasenya atau arahnya dalam bentuk (Gambar 3.1):
r  re i  r cos   i sin    a  ib
yang menunjukkan bahwa a = r cos  dan b = r sin .
Dapat disimpulkan bahwa
a a
cos   dan
r 
a  b2
2
 12

b b
sin   

r a2  b2 
12

b
yang menghasilkan : tan   .
a

68
Gambar 3.1. Representasi vektor menggunakan operator I dan indeks eksponensial.
Superscrip bintang menunjukkan konjugat kompleks dimana I dan i.

Begitu pula,
a b b
r *  re  i  r cos   i sin   , cos  , sin   , dan tan  
r r a
Pembaca sebaiknya mengkonfirmasi bahwa operator I memutar sebuah vektor sejauh
/2 dalam arah positif denga mengambil  = /2 dalam ekspresi
r  re i  r cos  2  i sin  2 

Perhatikan bahwa  = /2 dalam r  re  i 2 memutar vektor dalam arah negatif.

Bentuk Vektor Dari Hukum Ohm


Hukum Ohm pertama kali ditemui sebagai sebuah relasi skalar V = IR, dimana V
adalah tegangan ujung-ujung resistansi R dan I adalah arus yang mengalir melewati R.
Bentuk skalarnya menyatakan bahwa tegangan dan arus selalu sefase. Keduanya akan
mengikuti kurva sin t    atau cost    , dan nilai dari  akan sama untuk
tegangan dan arus.
Namun demikian, kehadiran satu atau dua komponen listrik, induktansi L dan
kapasitansi C, akan mengarah pada suatu beda fase antara tegangan dan arus, dan
hukum Ohm menjadi berbentuk
V  IZ e

dimana Ze, disebut impedansi, menggantikan resistansi, dan merupakan jumlahan


vektor dari resitansi efektif dari R, L, dan C dalam rangkaian.

69
Gambar 3.2.a. Osilator Listrik dipaksa. Tegangan Va dikenakan pada rangkaian seri
LCR yang menghasilkan: Va  L dI dt  IR  q C

Ketika suatu tegangan bolak-balik berfrekuensi  dikenakan pada ujung-ujung


resistansi, induktansi dan kapasitansi secara seri seperti dalam Gambar 3.2ª,
keseimbanganm tegangan dinyatakan oleh
dI q
Va  IR  L 
dt C
dan arus yang menembus rangkaian dinyatakan oleh I  I 0 e it . Tegangan ujung-ujung

induktansi
dI d
VL  L  L I 0 e it  iLI 0 e it  iLI
dt dt
Tetapi L mempunyai dimensi ohm, merupakan nilai resistansi efektif yang
dinyatakan oleh sebuah induktansi yang dialiri arus berfrekuensi . Perkalian LI
dengan dimensi ohm kali arus, yaitu volt, didahului oleh i; ini memberi kita informasi
bahwa fase dari tegangan induktansi adalah mendahului 90o dari fase arus yang
menembus rangkain.
Begitu pula, tegangan ujung-ujung kapasitor
q 1 1 1 iI
  Idt  I 0  e it dt  I 0 e it   (karena 1/i = 1)
C C C iC C
Sekali lagi 1/C, diukur dalam ohm, adalah nilai resistansi efektif yang
dinyatakan oleh kapasitansi yang dialiri arus berfrekuensi . Namun demikian,
tegangan 1/C ujung-ujung kapasitor didahului oleh I dan oleh karena itu tertinggal
90o. Tegangan dan arus pada resistansi adalah sefase dan Gambar 3.2b menunjukkan
bahwa bentuk vektor dari hukum Ohm bisa ditulis
  1 
V  IZ e  I  R  i L   ,
  C 

70
 1 
dimana impedansi Z e  R  i L   . Kuantitas L dan 1/C disebut reaktansi
 C 
karena mereka menunjukkan suatu hubungan fase seperti halnya resistansi efektif,
 1 
dan  L   sering ditulis sebagai Xe, menyatakan komponen reaktif dari Ze.
 C 

Gambar 3.2b. Penjumlahan vektor dari resistansi dan reaktansi untuk menghasilkan
 1 
impedansi listrik Z e  R  i L  
 C 

Besar Ze, dalam ohm, yaitu nilai impedansi adalah


12
 2  1  
2

Z e   R   L   
  C  

dan vektor Ze bisa dinyatakan oleh besar dan fasenya sebagai


Z e  Z e e i  Z e cos   i sin  

R X X
sehingga, cos  , sin   e dan tan   e ,
Ze Ze R

dimana  adalah beda fase antara tegangan total ujung-ujung rangkaian dan arus yang
mengalir dalam rangkaian.
Nilai dari  bisa positif atau negatif tergantung pada nilai relatif dari L dan
1/C: ketika L > 1/C,  adalah positif, tetapi kegayutan frekuensi dari komponen-
komponen tersebut menunjukkan bahwa  dapat mengaubah baik tanda maupun
ukuran.
Besar dari Ze adalah juga tergantung frekuensi dan mempunyai nilai
minimumnya Ze = R ketika L = 1/C.
Dalam bentuk vektor hukum Ohm, V = IZe. Jika V = V0eit dan Ze = Zeei,
maka kita mendapatkan

71
V0 e it V0 i t  
I  e
Z e e i Z e

Yang menghasilkan arus beramlitudo V0/Ze yang meninggalkan tegangan sejauh fase.

Impedansi Dari Sistem Rangkaian Mekanik


Argumen yang tepat sama berlaku ketika kita meninjau bukan sebuah osilator listrik
tetapi sebuah rangakian mekanik yang mempunyai massa, elastisitas, dan redaman.
Impedansi mekanik didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menghasilkan satuan kecepatan dalam osilator, yaitu Zm = F/v atau F = vZm.
Kita dapat menuliskan impedansi mekanik sebagai
 s
Z m  r  i m    r  iX m
 
dimana Z m  Z m e i dan tan   X m r .  adalah beda fase antara gaya dan kecepatan.


Besar dari Zm adalah Z m  r 2  m  s  
2 12
 .

Massa, seperti induktansi, menghasilkan suatu reaktansi positif, dan elastisitas


bertingkah laku seperti kapasitansi.

Tingkah Laku Sebuah Osilator Dipaksa


Sekarang kita sedang mendiskusikan tingkah laku fisis dari sebuah osilator mekanik
yang terdiri dari massa m, elastisitas s dan redaman r digerakkan oleh gaya bolak-
balik F0 cos t , dimana F0 adalah amplitudo gaya (Gambar 3.3). Osilator listrik

ekivalen digerakkan oleh tegangan bolak-balik V0 cos t yang terdiri dari induktansi L,
kapasitansi C, dan resistansi R dalam Gambar 3.2a.
Persamaan mekanik gerak, yaitu keseimbangan dinamik dari gaya-gaya, dinyatakan
oleh
mx  rx  sx  F0 cos t
dan persamaan tegangan dalam kasus kelistrikan adalah
q
Lq  Rq   V0 cos t
C
Kita akan menganalisa tingkah laku sistem mekanik tetapi analisis tersebut sesuai
dengan osilator listrik juga.

72
Gambar 3.3. Osilator dipaksa mekanik dengan gaya F0 cos t dikenakan pada
rangkaian mekanik teredam dalam Gambar 2.1.

Penyelesaian lengkap untuk x dalam persamaan gerak terdiri dua suku:


(1) Sebuah suku transien yang meluruh sebagai fungsi waktu dan merupakan
penyelesaian persamaan mx  rx  sx  0 yang didiskusikan dalam Bab 2. Ini
menyumbang suku

x  Ce rt 2 m e i s mr 
2 12
4 m2 t

Yang meluruh dengan e  rt 2 m .


(2) Suku kedua disebut suku keadaan steady, dan mendeskripsikan tingkah laku
osilator setelah suku transien mati.
Pada awalnya kedua suku menyumbang pada penyelesaian, tetapi untuk sesaat
kita akan berkonsentrasi pada suku keadaan steady yang mendeskripsikan tingkah
laku lengkap osilator.
Untuk melakukan ini kita akan menulis kembali persamaan gaya dalam bentuk
vektor dan menyatakan cos t dengan eit sebagai berikut:
mx  rx  sx  F0 e it (3.1)

Dengan menyelesaikan untuk vektor x akan menghasilkan baik besar dan fasenya
terhadap gaya penggerak F0 eit. Mula-mula, mari kita coba penyelesaian x = A eit,
dimana A mungikin kompleks, sehingga ia bisa mempunyai komponen sefase dan
berbeda fase dengan gaya penggerak.
Kecepatan adalah
x  iAe it  ix
sehingga
x  i 2 2 x   2 x
dan persamaan (3.1) menjadi
 A m  iAr  As e
2 i t
 F0 e it

73
yang benar untuk semua t ketika
F0
A

i r  s   2 m 
atau, setelah mengalikan pembilang dan penyebut dengan i
 iF0  iF0
A 
 r  i m  s   Z m
Karenanya
 iF0 e it  iF0 e it  iF0 e i t  
x  Ae it   
Z m Z m e i Z m
dimana


Z m  r 2  m  s   
2 12

Bentuk vektor dari tingkah laku keadaan steady dari x ini menghasilkan tiga
informasi dan secara lengkap mendefinisikan besar simpangan x dan fasenya terhadap
gaya penggerak setelah suku transien mati. Ia memberi informasi
1. Bahwa beda fase  ada antara x dan gaya karena bagian rekatif m  s   dari
impedansi mekanik.
2. Bahwa suatu perbedaan tambahan diintroduksikan oleh faktor i dan meskipun 
adalah nol simpangan x akan tertinggal oleh gaya F0 cos t sejauh 90o.

3. Bahwa amplitudo maksimum dari simpangan x adalah F0/Zm. Kita melihat bahwa
ini secara dimensi benar karena kecepatan x/t mempunyai dimensi F0/Zm.
Setelah menggunakan F0 eit untuk menyatakan bagian real F0 cos t , kita sekarang

mengambil bagian real dari penyelesaian


 iF0 e i t  
x
Z m
untuk memperoleh nilai sebenarnya dari x. (Jika gaya adalah F0 sin t , sekarang kita

akan mengambil bagian dari x yang didahului i.)


Sekarang
iF0 i t  
x e
Z m
iF0
 cost     i sint   
Z m
iF0 F
 cost     0 sin t   
Z m Z m

74
Nilai dari x yang disebabkan oleh F0 cos t oleh karena itu adalah

F0
x sin t   
Z m
[Nilai dari x yang disebabkan oleh F0 sin t adalah  F0 cost    Z m ].

Perhatikan bahwa kedua penyelesaian ini memenuhi persyaratan bahwa beda


fase total antara simpangan dan gaya adalah  ditambah suku /2 yang ditunjukkan
oleh fajtor i. Ketika  = 0 simpangan x  F0 sin t Z m tertinggal oleh gaya

F0 cos t sejauh 90o.

Untuk mendapatkan kecapatan dari osilasi gaya dalam keadaan steady kita
menuliskan
 iF0  F0 i t  
v  x  i  e i t    e
Z m Zm
Maka kita dapat menyimpulkan bahwa
1. Tidak terdapat faktor i sehingga kecepatan v dan gaya hanya dibedakan
oleh fase , dan ketika  = 0 kecepatan dan gaya adalah sefase.
2. Amplitudo kecepatan adalah F0 Z m , yang kita harapkan dari definisi

impedansi mekanik Z m  F v .

Sekali lagi kita mengambil bagian real dari ekspresi vektor untuk kecepatan, yang
mana akan berhubungan dengan bagian real dari gaya F0 e it . Yaitu

F0
v cost   
Zm
Karenanya, kecepatan selalu mendahului secara tepat 90o mendahului simpangan dan
berbeda dengan gaya oleh sudut fase , dimana
m  s  Xm
tan   
r r
sehingga suatu gaya F0 cos t menghasilkan simpangan

F0
x sin t   
Z m
dan kecepatan
F0
v cost   
Zm

75
Untuk lebih memahami bagian ini, pembaca disarankan menyelesaikan soal no.
3.1 sampai no. 3.4 di bawah ini.
Soal 3.1
Tunjukkan, jika F0e it menyatakan F0 sin t dalam bentuk vektor persamaan gerak

F0 F
untuk osilator dipaksa bahwa x   cost    dan v  0 sin t   
Z m Zm
Soal 3.2
Simpangan dari sebuah osilator dipaksa adalah nol saat t = 0 dan laju
pertumbuhannya diatur oleh laju peluruhan suku transien. Jika suku ini meluruh
menjadi e  k dari nilai awalnya sebagai fungsi waktu t menunjukkan bahwa, untuk
redaman kecil, laju pertumbuhan rerata dari osilasi diberikan oleh
x0 t  F0 2km0 dimana x0 adalah simpangan keadaan steady maksimum, F0

adalah amplitudo gaya dan 02  s m .

Soal 3.3
Persamaan mx  sx  F0 sin t mendeskripsikan gerak sebuah osilator harmonik

sederhana tak teredam yang digerakkan oleh suatu gaya berfrekuensi  . Tunjukkan ,
dengan menyelesaikan persamaan tersebut dalam bentuk vektor, bahwa penyelesaian
keadaan steady diberikan oleh
F0 sin t s
x dimana 02 

m 0  
2 2
 m
Buat sketsa tingkah laku amplitudo dari x versus  dan perhatikan bahwa
perubahan tanda saat  melewati 0 mendefinisikan sebuah perubahan fase  rad

da;lam simpangan. Sekarang tunjukkan bahwa penyelesaian umum untuk simpangan


diberikan oleh
F0 sin t
x  A cos 0t  B sin 0t

m 02   2
dimana A dan B adalah konstanta.

Soal 3.4
Dalam soal 3.4, jika x  x  0 saat t  0 tunjukkan bahwa

76
F0 1   
x  sin t  sin 0t 
2

m 0   2   0 
dan dengan menuliskan   0   dimana  0  1 dan t  1 , tunjukkan

bahwa dekat resonansi,


F0
x sin 0t  0t cos 0t 
2m02
Buat sketsa tingkah laku ini, perhatikan bahwa suku kedua meningkat dengan waktu,
yang memungkinkan osilasi bertumbuh (resonansi antara osilasi bebas dan dipaksa).
Perhatikan bahwa syarat t  1 berfokus pada transien.

Tingkah Laku Besar dan Fase Kecepatan v Versus Frekuensi Gaya Penggerak .
Amplitudo kecepatan adalah
F0 F0


Z m r 2  m  s  2 
12

sehingga besar kecepatan akan bervariasi sebagai fungsi frekuensi  karena Zm adalah
gayut frekuensi.

Gambar 3.4. Kecepatan osilator dipaksa versus frekuensi penggerak . Kecepatan


maksimum v max  F0 r pada saat  02  s m .

Pada frekuensi rendah, suku  s  adalah suku terbesar dalam Zm dan


impedansi dikatakan kelentingannya terkontrol. Pada frekuensi tinggi m adalah suku
dominan dan impedansi berupa massa yang terkontrol. Pada frekuensi 0 dimana
 0 m  s  0 , impedansi mempunyai nilai minimumnya Z m  r dan adalah kuantitas
real dengan reaktansi nol.

77
Kecepatan F0 Z m maka mempunyai nilai maksimumnya v  F0 r , dan 0

dikatakan sebagai frekuensi kecepatan resonansi. Perhatikan bahwa tan   0 pada 0,
kecepatan dan gaya menjadi sefase.
Variasi besar kecepatan dengan frekuensi penggerak, , ditunjukkan dalam
Gambar 3.4, ketinggian dan ketajaman puncak pada resonansi yang tergantung pada r,
yang merupakan satu-satunya suku efektif dari Zm pada 0.
Ekspresi
F0
v cost   
Zm
dimana
m  s 
tan  
r
menunjukkan bahwa untuk  positif, yaitu, m  s  , kecepatan v akan tertinggal

oleh gaya karena  muncul dalam argument dari cosinus. Ketika frekuensi gaya
penggerak  sangat tinggi dan  → , maka  → 90o dan kecepatan tertinggal oleh
gaya sejauh 90o.
Ketika m  s  adalah negative, kecepatan mendahului gaya, dan pada frekuensi

penggerak rendah  → 0 suku s/ →  dan  → 90o. Karenanya pada frekuensi


rendah kecepatan mendahului gaya ( negatif) dan pada frekuensi tinggi kecepatan
tertinggal oleh gaya ( positif).

Gambar 3.5. Variasi sudut fase  versus frekuensi penggerak, dimana  adalah sudut
fase antara kecepatan dari osilator dipaksa dan gaya penggerak,  = 0 pada kecepatan
resonansi. Masing-masing kurva menyatakan nilai resistanti tertentu.

78
Pada frekuensi tinggi 0, namun demikian,  0 m  s  0 dan  = 0, sehingga

kecepatan dan gaya adalah sefase. Gambar 3.5 menunjukkan variasi dari  dengan 
untuk kecepatan, bentuk sebenarnya dari kurva tergantung pada nilai dari r.

Untuk lebih memahami bagian ini, pembaca disarankan menyelesaikan soal no.
3.5 di bawah ini.
Soal 3.5
Bagaimanakah ekspresi umum untuk percepatan v dari sebuah osilator mekanik
teredam sederhana yang digerakkan oleh suatu gaya F0 cos t ? Turunkan suatu

ekspresi untuk memberi frekuensi percepatan maksimum dan tunjukkan bahwa jika
r  sm , maka amplitudo percepatan pada frekuensi resonansi kecepatan sama
dengan batas amplitudo percepatan pada frekuensi tinggi.

Tingkah Laku Simpangan versus Frekuensi Gaya Penggerak 


Fase dari simpangan
F0
x sin t   
Z m
adalah pada sembarang waktu tepat 90o di belakang fase dari kecepatan. Sementara
grafik  versus  tetap sama, beda fase total antara simpangan dan gaya melibatkan
penundaan tambahan 90o yang dinyatakan oleh operator i. Karenanya, pada
frekuensi sangat rendah, dimana  = /2 rad dan kecepatan mendahului gaya,
simpangan dan gaya sefase seperti yang diharapkan. Pada frekuensi tinggi simpangan
tertinggal oleh gaya sebesar  rad dan secara pasti berlawanan fase, sehingga kurva
yang menunjukkan sudut fase antara simpangan dan gaya adalah ekivalen dengan
kurva  versus , menyimpang sejauh /2 rad. Ini ditunjukkan dalam Gambar 3.6.
Amplitudo dari simpangan x  F0 Z m , dan frekuensi rendah


Z m  r 2  m  s   
2 12
 s  , sehingga x  F0 s    F0 s .

79
Gambar 3.6. Variasi sudut fase total antara simpangan dan gaya penggerak versus
frekuensi penggerak . Sudut fase total adalah   /2 rad.

Pada frekuensi tinggi Zm → m, sehingga x  F0  2 m  , yang cenderung

menuju saat  menjadi sangat besar. Pada frekuensi sangat tinggi, oleh karena itu,
amplitudo simpangan adalah hampir nol dikarenakan massa yang dikontrol atau efek
inersia.
Resonansi kecepatan terjadi pada  02  s m , dimana penyebut Zm dari

amplitudo kecepatan adalah minimum, tetapi resonansi simpangan akan terjadi,


karena x  F0 Z m  sin t    , ketika penyebut Zm adalah minimum. Ini

berlangsung ketika
d
d d

Z m   d  r 2  m  s  2 
12
0

yaitu, ketika

2r 2  4m  2 m  s  0 
atau
 
2 r 2  2m  2 m  s  0
s r2 r2
sehingga baik =0 maupun   
2
 0 
2

m 2m 2 2m 2
Karenanya resonansi simpangan terjadi pada frekuensi sedikit lebih kecil dari
0, frekuensi dari resonansi kecepatan. Untuk konstanta redaman kecil r atau massa m
yang besar kedua resonansi ini, untuk semua tujuan praktis, terjadi pada frekuensi 0.
Dengan menyatakan frekuensi resonansi simpangan dengan
12
s r2 
 r    
2 
 m 2m 
kita dapat menulis simpangan maksimum sebagai

80
F0
x max 
r Z m
Nilai dari rZm pada r dengan mudah ditunjukkan sama dengan ’r dimana
s r2 r2
'  
2
 0 
2

m 4m 2 4m 2
Nilai x pada resonansi simpangan oleh karena itu dinyatakan oleh
F0
x max 
' r
dimana
12
 2 r2 
 '  0 
 
 4m 2 

Gambar 3.7. Variasi simpangan dari suatu osilator dipaksa versus frekuensi gaya
penggerak  untuk variasi nilai dari r.

Karena x max  F0  ' r pada resonansi, amplitudo resonansi dipertahankan

rendah dengan meningkatkan r dan variasi x dengan  untuk nilai r berbeda


ditunjukkan dalam Gambar 3.7. Suatu nilai r yang dapat dibaikan menyebabkan suatu
penguatan yang besar pada resonansi: ini merupakan dasar pengaturan frekuensi
rangkaian radio (lihat bagian dalam bab ini mengenai Q sebagai suatu faktor
penguatan.). Mempertahankan amplitudo resonansi renda adalah prinsip dari redaman
getaran.

81
Untuk lebih memahami konsep-konsep yang didukusikan dalam sub bagian ini,
pembaca disarankan mempelajari soal no. 3.6 dan 3.7 di bawah ini.
Soal 3.6
Buktikan bahwa amplitudo eksak saat resonansi simpangan dari sebuah osilator
mekanik dipaksa bisa ditulis x  F0  ' r dimana F0 adalah amplitudo gaya

s r2
penggerak dan '   2
2

m 4m

Soal 3.7
Dalam sebuah osilator mekanik dipaksa tunjukkan bahwa berikut adalah tak
tergantung frekuensi (a) amplitudo simpangan pada frekeunsi rendah (b) amplitudo
kecepatan pada resonansi kecepatan dan (c) amplitudo percepatan pada frekuensi
tinggi, (    ).

Masalah Redaman Getaran


Salah satu tipe peredam getaran ditunjukkan dalam Gambar 3.8 di bawah ini. Sebuah
landasan yang berat dipasang di atas lantai yang bergetar dengan sebuah sistem pegas
dengan kelenturan s dan peredam dengan viskositas r. Peredam secara umum akan
beroperasi pada ujung yang dikontrol massa dengan spektrum frekuensi dan frekuensi
resonan dirancang lebih rendah dari pada rentang frekuensi seharusnya dari sistem.
Misalkan getaran vertikal dari lantai dinyatakan oleh x  A cos t di sekitar posisi
setimbangnya dan merupakan simpangan vertikal yang terkait dengan landasan dari
posisi diamnya. Fungsi dari peredam adalah mempertahankan rasio y/A adalah
minimum.
Persamaan gerak sistem dinyatakan oleh
my   r  y  x   s y  x 

82
Gambar 3.8. Peredam Getaran. Sebuah landasan yang berat ditunjang oleh sebuah
sistem pegas dan peredam di atas sebuah lantai yang bergerta.

yang maka, jika y – x = X, menjadi


mX  rX  sX   mx  mA 2 cos t  F0 cos t ,

dimana
F0  mA 2

Gunakan penyelesaian keadaan steady dari X untuk menunjukkan bahwa


F0
y sin t     A cos t
Z m
dan (perhatikan bahwa y adalah superposisi dari dua komponen harmonik dengan
beda fase konstan) tunjukkan bahwa

ymax


r 2  s2  2 
12

A Zm
dimana
Z m2  r 2  m  s  
2

Perhatikan bahwa
ymax 2s
 1 jika  2 
A m
sehingga s m seharusnya serendah mungkin untuk memproteksi terhadap suatu
frekuensi tertentu .
ymax 2s
(a) Tunjukkan bahwa  1 jika  2 
A m

83
ymax 2s
(b) Tunjukkan bahwa  1 jika  2 
A m
(c) Tunjukkan bahwa jika  2  s m , maka ymax A  1 tetapi bahwa suku redaman r

berguna dalam mempertahankan gerak dasar tingkat rendah.


(d) Tunjukkan bahwa jika  2  s m , maka ymax A  1 tetapi redaman adalah

merugikan.

Signifikansi Kedua Komponen Dari Kurva Simpangan


Kurva tunggal dalam Gambar 3.7 adalah superposisi dari kedua komponen kurva (a)
dan (b) dalam Gambar 3.9, untuk simpangan x bisa di tulis kembali
F0 F
x sin t     0 sin t cos   cos t sin  
Z m Z m

Gambar 3.9. Sebuah kurva Gambar 3.7 diuraikan ke dalam komponennya yang anti-
fase (kurva (a)) dan komponennya yang berbeda fase 90o (kurva (b)). Kurva (b)
menyatakan fraksi resistif dari impedansi dan kurva (a) fraksi reaktif. Kurva (b)
berkaitan dengan absorpsi dan kurva © berkaitan dengan dispersi anomalous
gelombang elektromagnetik di dalam suatu medium yang mempunyai frekuensi
resonansi atomik atau molekular sama dengan frekuensi gelombang.

atau, karena
r Xm
cos   dan sin  
Zm Zm
maka

84
F0 r F Xm
x sin t  0 cos t
Z m Z m Z m Z m
Komponen cos t (dengan tanda negatif) secara eksak berlawanan fase dengan gaya
penggerak F0 cos t . Amplitudonya, diplot yang seperti kurva (a) bisa diekspresikan

sebagai


F0 X m

F0 m 02   2  

 Z m2 m 2 02   2 2   2 r 2 
dimana 02  s m dan 0 adalah frekuensi dari resonansi kecepatan.

Komponen sin t tertinggal oleh gaya penggerak sejauh 90o. Ampolitudonya


yang diplot seperti kurva (b) menjadi
F0 r F0r


 r  X m m 2 02   2 2   2 r 2
2 2

Kita segera melihat bahwa di 0 kurva (a) adalah nol dan kurva (b) dekat
maksimumnya tetapi mereka berkombinasi menghasilkan maksimum di  dimana
r2
 2  02 
2m 2
frekuensi resonan untuk pergeseran (simpangan) maksimum (amplitudo)
Kurva-kurva ini secara khusus familiar dalam kajian dispersi optik dimana
osilator dipaksa berupa sebuah elektron di dalam sebuah atom dan gaya penggerak
berupa vektor medan gelombang elektromagnetik yang berosilasi dengan frekuensi
 . Ketika  adalah frekuensi resonan dari elektron di dalam atom, atom menyerap
sejumlah besar energi dari gelombang elektromagnetik dan kurva (b) merupakan
bentuk dari kurva absorpsi karakteristik. Perhatikan bahwa kurva (b) menyatakan
fraksi disipasi atau absorpsi dari impedansi
r
r 2
 X m2 
12

dan fraksi bagian pergeseran (simpangan) yang tertinggal oleh gaya penggerak sejauh
90o. Oleh karena itu, kecepatan yang berkaitan dengan komponen ini akan sefase
dengan gaya penggerak dan adalah bagian kecepatan yang muncul di dalam suku rugi
energi rx 2 disebabkan oleh resistansi osilator dan yang menyebabkan absorpsi.
Di lain pihak, komponen reatif di dalam suatu medium menentukan kecepatan
gelombang di dalam medium tersebut yang selanjutnya mengatur indeks bias n .

85
Faktanya, kurva (a) menyatakan suatu grafik dari n 2 dalam suatu daerah dispersi
anomalus dimana sumbu  menyatakan nilai n  1 . Daerah ini terjadi di setiap
frekuensi resonansi dari atom-atom penyusun medium.

Untuk lebih memahami sub bab ini, pembaca disarankan mempelajari soal no.
3.8 sampai no.3.10 di bawah ini
Soal 3.8
Dalam Gambar 3.9 tunjukkan bahwa untuk r kecil, nilai maksimum dari kurva (a)
adalah  F0 20 r di 1  0  r 2m dan nilai minimumnya adalah   F0 20 r di

1  0  r 2m .

Soal 3.9
Persamaan x  02 x   eE0 m  cos t mendeskripsikan gerak tak teredam dari

sebuah muatan listrik terikat  e bermassa m dibawah pengaruh suatu medan listrik
bolak-balik E  E0 cos t . Untuk suatu rapat jumlah elektron n tunjukkan bahwa

polarisasi induksi per satuan volume (susceptibilitas dinamik) dari suatu medium
nex ne 2
e   

 0 E  0 m 02   2 
(Permitivitas dari suatu medium didefinisikan sebagai    0 1    dimana  0

adalah permitivitas ruang bebas. Permitivitas relatif  r    0 disebut konstanta

dielektrik dan merupakan kuadrat indeks bias ketika E adalah medan listrik dari
gelombang elektromagnetik.)

Soal 3.10
Ulangi soal 3.9 untuk kasusu elektron berosialsi teredam, dengan mengambil
simpangan x sebagai komponen yang direpresentasikan oleh kurva (a) dalam
Gambar 3.9 untuk menunjukkan bahwa

ne 2 m 02   2 
r  1   1

 0 m 2 02   
2 2
  2r 2 
Sebenarnya, Gambar 3.9 (a) menggambarkan  r    0 . Perhatikan bahwa untuk

ne 2
  0 , r  1
 0 m02

86
dan untuk
ne 2
  0 , r  1
 0 m02

Daya yang Disuplai ke Osilator oleh Gaya Pemaksa


Untuk mempertahankan keadaan osilasi steady dari sistem gaya pemaksas harus
mengganti rugi energi dalam setiap siklus karena adanya resistansi. Kita akan
menurunkan hasil paling penting:
“Dalam keadaan steady amplitudo dan fase dari osilator pemaksa mengatur
diri sehingga daya rerata yang disuplai oleh gaya pemaksa tepat sama dengan yang
didesipasi oleh gaya gesek”
Daya sesaat P yang disuplai sama dengan perkalian gaya pemaksa seaat dan
kecepatan sesaat; yaitu.
F0 F2
P  F0 cos t cost     0 cos t cost   
Zm Zm
Daya rerata
usaha total per osilasi
Prerata 
periode osilasi
T
Pdt
 Prerata   dimana T  periode osilasi
0
T
T
F2
 0  cos t cost   dt
Z mT 0

 cos t cos   cos t sin t sin  dt


T
F02
 2

Z mT 0
2
F
 0
cos 
Z mT
T T
1 1
karena  cos t  sin t dt  0 dan  cos 2 t dt 
0
T 0 2

Daya yang disuplai oleh gaya pemaksa tidak disimpan dalam sistem tersebut,
tetapi didesipasi sebagai usaha yang dikeluarkan dalam gerakan sistem melawan gaya
gesek rx .
Laju usaha (daya sesaat) oleh gaya gesek adalah
F02
rx x  rx 2  r 2
cos 2 t   
Zm

87
dan nilai rerata satu periode osilasi
1 rF02 1 F02 r
2
 2
cos  untuk  cos 
2 Zm 2 Zm Zm
Ini membuktikan pernyataan awal bahwa daya yang disuplai sama dengan daya yang
didesipasi.
Di dalam suatu rangkaian listrik daya yang diberikan oleh VI cos  , dimana V
dan I adalah nilai rms dari tegangan dan arus dan cos  dikenal sevagai faktor daya.

V2 V02
VI cos   cos   cos 
Ze 2Z e
V0
karena V  .
2

Untuk lebih memahami bagian in, pembaca disarankan mengerjakan soal


no.3.11 di bawah ini
Soal 3.11
Tunjukkan bahwa energi yang didisipasi per siklus oleh gaya gesek rx pada suatu
frekuensi  adalah rxmax
2
.

Variasi Prerata sebagai fungsi  . Kurva Resonansi Absorpsi

Kembali ke kasus mekanika, kita melihat bahwa daya rerata yang disuplai
 F02 
Prerata    cos 
2
 mZ

Adalah maksimum ketika cos   1 ; yaitu, ketika   0 dan

m  s   0 atau 02  s m . Gaya dan kecepatan maka sefase dan Z m mempunyai


nilai r minimum. Karenanya
 F2 
Prerata maksimum   0 
 2r 
Suatu grafik Prerata sebagai fungsi  , frekuensi gaya pemaksa, ditunjukkan dalam

Gambar 3.10. Seperti kurva simpangan sebagai fungsi  , grafik ini mengukur respon
dari osilator; ketajaman dari puncaknya saat resonansi juga ditentukan oleh nilai
konstanta redaman r , yang mana hanya merupakan satu-satunya suku tersisa dalam
Z m pada frekuensi resonansi 0 . Puncak terjadi pada frekuensi resonansi kecepatan

88
ketika daya yang diserap oleh sistem dari gaya pemaksa adalah maksimum; kurva ini
dikenal sebagai kurva absorpsi dari osilator (ini sama dengan kurva (b) dalam Gambar
3.9).

Nilai Q dinyatakan dalam Bandwidth Absorpsi Resonansi


Dalam bab terakhir kita telah mendiskusikan faktor kualitas dari sebuah sistem
osilator dinyatakan dalam peluruhan energi. Kita bisa menurunkan parameter yang
sama dinyatakan dalam parameter dari Gambar 3.10, di,mana ketajaman resonansi
secara presisi didefinisikan oleh rasio
0
Q
2  1
dimana 1 dan 2 adalah frekuensi-frekuensi dimana daya disuplai
1
Prerata  Prerata maksimum
2
Beda frekuensi 2  1 sering disebut bandwidth.

Sekarang Prerata  rF02 2 Z m2  12 Prerata maksimum  12 F02 2r ketika Z m2  2r 2 yaitu

ketika Z m2  2r 2 , yaitu ketika r 2  X m2  2r 2 atau X m  m  s    r

Jika 2  1 , maka

2 m  s 2   r dan 1m  s 1  r .
Dengan mengeliminasi s dalam persamaan-persamaan ini diperoleh
2  1  r m
sehingga Q  0 m r

89
Gambar 3.10. Grafik daya rerata versus  yang disuplai oleh gaya pemaksa.
Bandwidth 2  1 dari kurva resonansi mendefinisikan kurva respon dinyatakan
dalam faktor kualitas, Q  0 2  1  , dimana 02  s m

Perhatikan bahwa 1  0  r 2m dan 2  0  r 2m adalah dua frekuensi penting di

dalam Gambar 3.9. Faktor kualitas dari rangkaian listrik diberikan oleh
0 L
dimana 02  LC 
1
Q
R
Oerhatikan bahwa untuk nilai Q yang tinggi, dimana konstanta redaman r adalah
kecil, frekuensi  ' yang digunakan dalam bab sebelusmya untuk mendefinisikan
Q   ' m r bergeser sangat dekat ke frekuensi 0 , dan kedua definisi Q menjadi
sama satu sama lain dan dengan definisi ketiga yangh akan kita temui di dalam bagian
berikutnya.

Nilai Q sebagai Faktor Amplifikasi


Kita telah melihat bahwa nilai simpangan pada resonansi dinyatakan oleh
F0 s r2
Amax  dimana  '2  
' r m 4m 2
Pada frekuensi rendah   0  simpangan mempunyai sebuah nilai A0  F0 s ,
sehingga

90
2
 Amax  F02 s 2 m 204
   2 2 2  2 2 2
 A0   ' r F0 
r  0  r 4m 2 
m 202 Q2
 
 
r 2 1  1 4Q 2
12
 
1  1 4Q 2

Amax Q  1 
Maka:   Q 1  2   Q untuk Q besar.
A0 
1  1 4Q 2
1

2
 8Q 

Gambar 3.11. Kurva Gambar 3.7 sekarang dinyatakan dalam faktor kualitas Q dari
sistem, dimana Q adalah amplifikasi saat resonansi dari respon frekuensi rendah
x  F0 s . Maka, simpangan pada frekuensi rendah diperkuat oleh faktor Q saat
resonansi simpangan.

Gambar 3.7 sekarang dinyatakan dalam Gambar 3,11 dimana nilai Q


dituliskan untuk setiap kurva. Dalam rangkaian radio penala, nilai Q digunakan
sebagai suatu ukuran selektifitas, dimana ketajaman dari respon mengijinkan sebuah
sinyal diperoleh bebas dari interferensi sinyal-sinyal di ferekuensi terdekat. Dalam
rangkaian radio konvensional pada frekuensi satu megasiklus, nilai Q berorde
beberapa ratus; pada frekuensi radio lebih tinggi cavity tembaga resonansi mempunyai
nilai Q berkisar 30 000 dan kristal piezo-elektrik dapat menghasilkan nilai Q sebesar
500.000. Absorpsi optik di dalam kristal dan resonansi magnetik nuklir (nuclear
magnetic resonance) sering dideskripsikan dalam nilai Q . Efek Mossbauer di dalam

fisika nuklir melibatkan nilai Q sebesar 1010 .

91
Gambar 3.12 (a) Osilasi keadaan steady (kurva tebal) dimodulasi oleh transien yang
meluruh secara kesponensial sebagai fungsi waktu. (b) Dalam diagram vektor gambar
(b) OB adalah vektor keadaan steady panjang konstan dan BA1 adalah vektor transien.
Masing-masing vektor berotasi melawan arah jarum jam dengan kecepatan sudutnya.
Pada t  0 vektor OB dan BA0 adalah sama dan berlawanan pada sumbu horisontal
dan jumlahan vektornya adalah nol. Pada waktu berurutanamplitudo total adalah
panjang dari OA1 yang berubah saat A mengikuti spiral mengitari B. Titik-titik A1, A2,
A3 dan A4 menyatakan bagaimana amplitudo dimodifikasi di dalam gambar (a).

Efek Suku Transien


Sejauh ini kita hanya meninjau tingkah laku keadaan steady tanpa memperhitungkan
suku transien. Suku transien ini memberi kontribusi awal pada simpangan total tetapi
meluruh sebagai fungsi waktu sebagai e  rt 2 m . Efek ini ditampil secara baik dengan
memperhitungkan jumlahan vektor komponen ketransien dan steady.
Suku keadaan steady bisa dinyatakan oleh sebuah vektor panjang konstan
yang berotasi berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan sudut  dari gaya
pemaksa. Batang vektor ini mengikuti lintasan lingkaran. Pada lingkaran ini
disuperposisikan vektor suku transien dengan panjang berkurang yang berputar


berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan sudut  '  s m  r 2 4m 2 
12
. Batang
vektor transien mengikuti spiral yang mengecil.
Lokasi dari besar jumlahan vektor dari suku-suku ini merupakan envelope dari
amplitudo osilator yang bervariasi. Envelope ini memodulasi osilasi keadaan steady
yang berfrekuensi  pada suatu frekuensi tergantung pada  ' dan fase relatif antara
t dan  ' t .

92
Maka, dalam Gambar 3.12 (a) dimana simpangan osilator total adalah nol saat
t  0 kita telah mempunyai vektor keadaan steady dan transien sama dan berlawanan
dalam Gambar 3.12(b) tetapi karena    ' fase relatif antara vektor-vektor tersebut
akan berubah saat suku transien meluruh. Batang vektor dari suku transien
ditunjukkan sebagai spiral putus-putus dan amplitudo total mengasumsikan variasi
panjang OA1, OA2, OA3, OA4, dan seterusnya.

Untuk lebih memahami sub bagian ini, pembaca disarankan mempelajari soal
3.12 sampai dari 3.18 di bawah ini.
Soal 3.12
Tunjukkan bahwa bandwidth dari kurva absorpsi resonansi mendefinisikan rentang
sudut fase tan   1 .
Soal 3.13
Suatu tegangan bolak-balik, amplitudo V0 dikenakan pada ujung-ujung rangkaian

seri LCR. Tunjukkan bahwa tegangan pada arus resonansi yang melewati baik
induktansi matupun kondensor adalah QV0

Soal 3.14
Tunjukkan bahwa di dalam sebuah rangkaian seri LCR potensial maksimum diujung-

ujung kondensor terjadi pada frekuensi   0 1  1 2Q02  dimana 02  LC  dan
12 1

Q0  0 L R .
Soal 3.15
Dalam soal 3.14 tunjukkan bahwa potensial maksimum diujung-ujung induktansi

terjadi pada frekuensi   0 1  1 2Q02 


1 2
.

Soal 3.6
Cahaya dengan panjang gelombang 0,6 μm (6000 angstrom) diemisikan dalam
sebuah atom yang bertingkah laku sebagai sebuah osilator harmonik sederhana
teredam lemah dengan nilai Q sebesar 5 107 . Tunjukkan dari bandwidth resonansi

bahwa lebar garis spektral ataom tersebut adalah 1,2  1014 m.

Soal 3.17

93
Jika nilai Q dalam soal 3.6 adalah tingggi tunjukkan bahwa lebar kurva resonansi

simpangan adalah mendekati 3r m dimana lebar tersebut diukur antara frekuensi-


frekuensi itu dimana x  xmax 2 .

Soal 3.18
Tunjukkan bahwa, dalam soal 3.10, laju rerata energi absorpsi per satuan volume;
yaitu, daya yang disuplai adalah
ne 2 E02  2r
P
 
2 m 2 02   2 2   2 r 2

94
BAB IV
OSILASI BERPASANGAN

Dalam bab terdahulu telah ditunjukkan secara mendetail bagaimana sebuah sistem
getaran tunggal bertingkah laku. Namun demikian, osilator jarang ada dalam keadaan
terisolasi sempurna, gerak gelombang menawarkan keberadaanya pada sistem getaran
berdekatan yang dapat mentransfer energinya satu sama lain.
Transfer energi seperti itu berlangsung, secara umum, karena dua osilasi
berbagi suatu komponen umum, kapasitansi atau kekakuan, induktansi atau massa,
atau resistansi. Resistansi yang bergandengan mau tidak mau membawa loss energi
dan suatu peluruhan yang cepat dalam getaran, tetapi gandengan dengan salah satu
dari dua parameter lainnya tidak mengkonsumsi daya, dan transfer energi berlanjut
selama beberapa osilasi adalah mungkin. Ini merupakakan dasar dari gerak
gelombang.
Kita akan menyelidiki pertama sebuah contoh mekanik gandengan pegas
antara dua pendulum. Dua atom dalam kisi kristal mengalami suatu gaya gandengan
timbal balik dan akan menerima suatu perlakuan yang sama. Maka kita menyelidiki
sebuah contoh massa, atau induksi, gandengan, dan akhirnya kita meninjau gerak
gandengan dari suatu deretan osilator teregang yang mengarahkan kita pada suatu
diskusi mengenai gerak gelombang.

Osilator Berpasangan Pegas (atau Kapasitansi)


Gambar 4.1 menunjukkan dua pendulum identik, masing-masing mempunyai sebuah
massa yang tergantung pada batang pejal ringan yang panjangnya l . Kedua massa
pendulum dihubungkan oleh sebuah pegas dengan kekakuan s yang panjang
naturalnya sama dengan jarak antara kedua massa ketika tidak disimpangkan dari
keadaan setimbang. Osilasi kecil yang terjadi terbatas pada bidang kertas.
Jika x dan y adalah simpangan dari masing-masing massa, maka persamaan
gerak adalah
x
mx   mg  s x  y 
l
dan
y
my   mg  sx  y 
l

95
Gambar 4.1. Dua pendulum identik, masing-masing massa pendulum m digantung
pada sebuah batang pejal ringan yang panjangnya l dan digandeng dengan sebuah
pegas ringan tak berbobot dengan kekakuan s dan panjang natural sama dengan
pemasih kedua massa saat simpangan nol.

Ini merepresentasikan suku gerak harmonik sederhana normal dari masing-masing


pendulum ditambah suku gandengan s x  y  dari pegas. Kita melihat bahwa jika
x y pegas meregang di luar panjang normalnya dan akan beraksi melawan
percepatan dari x tetapi mendukung atau searah percepatan dari y .

Dengan mendefinisikan 02  g l , dimana 0 adalah frekuensi getaran natural

dari masing-masing pendulum, menghasilkan


s
x  02 x   x  y  (4.1)
m
s
y  02 y   y  x (4.2)
m
Sebagai ganti menyelesaikan persamaan ini secara langsung untuk x dan y kita kan
memilih dua koordinat baru
X  x y
Y  x y
Pentingnya pendekatan ini akan muncul dalam pembahasan bab ini. Dengan
menjumlahkan persamaan (4.1) dan (4.2) diperoleh
x  y  02  x  y   0

atau    2 X  0
X 0

dan dengan mengurangkan persamaan (4.2) dengan (4.1) diperoleh


 
   2  2 s m Y  0 .
Y 0

96
Gerak dari sistem gandengan maka dideskripsikan dalam suku-suku dari kedua
koordinat X dan Y , masing-masing mempunyai sebuah persamaan gerak yang
merupakan harmonik sederhana.
Jika Y  0 , x  y pada semua waktu, sehingga gerak secara lengkap
dideskripsikan oleh persamaan
   2 X  0
X 0

maka frekuensi osilasi adalah sama seperti frekuensi pendulum lain yang diisolasi dan
kekakuan dari gandengan tidak berdampak. Ini karena kedua pendulum selalu
berayun sefase (Gambar 4.2a) dan pegas ringan selalu pada panjang naturalnya.

   2 X  0 , dimana X
Gambar 4.2 (a) Mode getaran sefase yang diberikan oleh X 0

adalah koordinat normal X  x  y dan 02  g l . (b) Mode getaran tak sefase yang
   2  2 s m Y  0 dimana Y adalah koordinat normal Y  x  y .
diberikan oleh Y 0

Jika X  0 , x   y pada semua waktu, sehingga gerak secara lengkap dideskripsikan


oleh
 
   2  2 s m Y  0
Y 0

Frekuensi osilasi adalah lebih besar karena pendulum selalu berbeda fase (Gambar
4.2b) sehingga pegas dalam keadaan teregang atau mampat dan gandengan adalah
efektif.

Koordinat Normal, Derajat Kebebasan dan Mode Normal Getaran


Signifikansi pemilihan X dan Y untuk mendeskripsikan gerak adalah bahwa
parameter-parameter ini memberi suatu ilustrasiu sederhana dari koordinat normal.
 Koordinat normal adalah koordinat dalam mana persamaan gerak berbentuk
himpunan persamaan diferensial linier dengan koefisien konstan dalam masing-
masing persamaan mengandung hanya satu variabel tak bebas (dalam persamaan
harmonik sederhana adalah X dan Y .
 Suatu getaran yang melibatkan hanya satu variabel tak bebas X atau Y disebut
suatu mode normal dari getaran dan mempunyai frekuensi normalnya sendiri.

97
Dalam mode normal seperti ini semua komponen dari sistem berosilasi dengan
frekuensi normal sama.
 Energi total dari suatu sistem tak teredam bisa diekspresikan sebagai suatu
jumlahan dari kuadrat dari koordinat normal dikalikan oleh koefisien konstan dan
suatu jumlahan dari turunan waktu pertama dari koordinat dikalikan dengan
koefisien konstan. Energi dari suatu sistem gandengan ketika mode X dan Y
keduanya adalah bergetar maka akan dinyatakan dalam suku kuadrat kecepatan
dan simpangan X dan Y .
 Pentingnya mode normal dari getaran adalah bahwa mereka secara keseluruhan
saling bebas. Energi yang berkaitan dengan suatu mode normal adalah tidak
pernah bertukar dengan mode yang lain; inilah mengapa kita dapat menambahkan
energi dari mode-mode terpisah untuk menghasilkan energi total. Jika hanya satu
mode bergetar mode kedua dari sistem kita akan selalu diam, yang tidak
mendapatkan energi dari mode yang bergetar.
 Masing-masing cara yang tak saling tergantung dengan mana suatu sistem
mungkin mendapatkan energi disebut derajat kebebasan yang ditentukan oleh
koorninat normalnya sendiri. Jumlah cara yang berbeda dalam mana sistem
tersebut dapat mengambil energi mendefinisikan jumlah derajat kebebasannya
dan jumlah koordinat normalnya. Masing-masing osilator harmonik mempunyai
dua derajat kebebasan, ia bisa mengambil baik energi potensial (koordinat normal
 ). Dalam dua mode normal kita
X ). dan energi kinetik (koordinat normal X
energi bisa ditulis
  bX 2
E x  aX (4.3a)
  dY 2
E y  cY (4.3b)

dimana a , b , c , dan d adalah konstanta.


Sistem dua pendulum gandeng kita maka mempunyai empat derajat kebebasan
dan empat koordinat normal.
Sebarang konfigurasi dari sistem gandengan kita bisa direpresentasikan oleh
superposisi dari dua mode normal
X  x  y  X 0 cos1t  1 

dan
Y  x  y  Y0 cos2t  2 

98
dimana X 0 dan Y0 adalah amplitudo mode normal, sedangkan 12  g l dan

22   g l  2s m  adalah frekuensi modce normal. Untuk menyederhanakan


pembahasan kita pilih
X 0  Y0  2a

dan diambil 1  2  0
Simpangan pendulum maka adalah
x 1
2  X  Y   a cos 1t  a cos 2t
dan
x 1
2  X  Y   a sin 1t  a sin 2t
dengan kecepatan
x   a1 sin 1t  a2 sin 2t
dan
y   a1 sin 1t  a2 sin 2t

Gambar 4.3. Simpangan dari satu pendulum sejauh 2a ditunjukkan sebagai


kombinasi dua koordinat normal X  Y

Sekarang kita susun sistem dalam keadaan bergerak dengan menyimpangkan massa
sebelah kanan sejauh x  2a dan melepaskan kedua massa dari keadaan diam
sehingga x  y  0 pada saat t  0 .
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa simpangan awal x  2a , y  0 pada saat
t  0 bisa dilihat sebagai suatu kombinasi dari mode sefase ( x  y  a sehingga

x  y  X 0  2a ) dan mode berbeda fase ( x   y  a sehingga Y0  2a ). Setelah


lepas, gerak pendulum sebelah kanan adalah
x  a cos 1t  a cos 2t
  1 t cos 2  1 t
 2a cos 2
2 2
dan pendulum di sebelah kiri adalah

99
y  a cos 1t  a cos 2t
 2a sin 2
  1 t sin 2  1 t
2 2
 2a sin
2  1 t
sin
2  1 t
2 2
Jika kita plot tingkah laku individual massa-mssa tersebut dengan menunjukkan
bagaimana x dan y ertukas sebagai fungsi waktu (Gambar 4.4), kita melihat bahwa
setelah menarik massa pertama sejauh 2a dan melepaskanya x mengikuti sebuah
karakter cosinusoidal pada suatu frekuensi yang merupakan rerata dua frekuensi mode
normal, tetapi amplitudonya bervariasi secara cosinusoidal dengan frekuensi rendah
yang merupakan setengah beda antara frekuensi-frekuensi normal. Di lain pihak, y ,
yang mulai dari nol, bergetar secara sinusoidal dengan frekuensi rerata tetapi
amplitudonya membesar 2a dan kemudian meluruh secara sinusoidal pada frekuensi
rendah separuh dari beda antara frekuensi-frekuensi mode normal. Singkatnya, massa
dengan simpangan y memperoleh semua energi dari massa dengan simpangan x yang
stasioner ketika y sedang bergetar dengan amplitudo 2a , tetapi energi tersebut
kemudian balik kembali massa yang semula disimpangkan. Pertukaran energi secarah
lengkap ini hanya mungkin ketika massa-massa tersebut adalah identik dan rasio
1  2  1  2  adalah bilangan bulat, jika tidak, tidak akan pernah cukup
stasioner. Variasi yang lambat amplitudo pada setengah beda frekuensi mode normal
merupakan gejala layangan (beats) yang terjadi antara dua osilasi yang frekuensinya
hampir sama. Kita akan mendiskusikan ini lebih dalam bab gelombang tentang gugus
gelombang.
Namun demikian, hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa walaupun
pendulum-pendulum individual mungkin bertukar energi, tidak terdapat pertukaran
energi antara mode-mode normal. Gambar 4.3 menunjukkan konfigurasi inisial
x  2a, y  0 , terurai menjadi mode-mode X dan Y . Frekuensi yang lebih tinggi
mode Y menjamin bahwa setelah sejumlah osilasi mode Y akan mendahului
setengah getaran (fase  rad) pada mode X ; ini ditunjukkan dalam Gambar 4.5.
Kombinasi dari mode-mode X dan Y maka menghasilkan nilai 2a dan x  0 , dan
proses ini berulang. Ketika Y mendahului setengah getaran lainnya maka x sama
dengan 2a lagi. Pendulum mungkin bertukar energi; mode-mode normal tidak.

100
Gambar 4.4. Tingkah laku pendulum individual sebagai fungsi waktu, menunjukkan
pertukaran energi secara keseluruhan antara kedua pendulum ketika x berkurang dari
2a menuju nol sedangkan y meningkat dari nol menuju 2a

Untuk meyakinkan pentingnya mode-mode normal dan koordinatnya kita


kembali ke persamaan (4.3a) dan (4.3b). Jika kita memodifikasi koordinat normal
12 12
m
Xq    x  y  dan Yq   m  x  y 
2 2
maka kita mendapatkan bahwa energi kinetik dalam persamaan-persamaan itu
menjadi

2 1X
 2  cY
E k  T  aX 2 1Y 2
q q
2 2
dan energi potensial
1 g 1  g 2s 
V  bX 2  dY 2    X q2    Yq2
2 l  2 l m 
1 2 2 1 2 2
 0 X q  s Yq
2 2
dimana o2  g l dan  s2  g l  2 s m

Gambar 4.5. Getaran yang lebih cepat dari mode-mode Y mengakibatkan suatu
kelebihan fase  rad dari mode X geteran, untuk menghasilkan y  2a , yang
ditunjukkan disini sebagai suatu kombinasi mode-mode normal X  Y .

101
Perhatikan bahwa koefisien dari X q2 dan Yq2 tergantung hanya pada frekuensi-

frekuensi mode dan bahwa sifat-sifat bagian individual sistem tidak lagi eksplisit.
Energi total sistem adalah jumlah energi dari masing-masing mode tereksitasi
secara terpisah tanpa perkalian silang X qYq dalam ekspresi energi dalam contoh ini

yaitu
1  2 1 2 2 1  2 1 2 2
E  T V   X q  0 X q    Yq   s Yq 
2 2  2 2 
Atom-atom di dalam molekul poliatomik seperti massa-massa pendulum
dalam contoh ini; mode-mode normal dari dua molekul-molekul triatomik CO2 dan
H2O ditunjukkan dengan frekuensinnya dalam Gambar 4.6. Mode-mode normal dan
getarannya akan sering ditemui dalam buku ini.

Gambar 4.6. Mode-mode normal getaran untuk molekul-molekul triatomik CO2 dan
H2O.

Metode Umum untuk Menemukan Frekuensi Mode Normal, Matriks, Vektor


eigen dan Nilai eigen
Kita barus saja melihat bahwa ketika sebuah sistem gandengan berosilasi dalam
sebuah mode tunggal masing-masing komponen sistem akan bergetar dengan
frekuensi mode itu. Ini mengijinkan kita untuk mengadopsi sebuah metode yang akan
selalu menghasilkan nilai-nilai frekuensi mode normal dan amplitudo-amplitudo
osilator-osilator individual pada setiap frekuensi.

102
Anggap bahwa sistem pendulum gandengan kita dalam bagian terakhir
berosilasi hanya dalam satu mode normalnya berfrekuensi  .
Maka, dalam persamaan gerak
  mg  x l   s x  y   0
mx
dan
  mg  y l   s x  y   0
my
Jika pendulum mulai dari keadaan diam, kita bisa mengasumsikan bahwa
penyelesaian
x  Aeit
y  Beit
dimana A dan B adalah amplitudo simpangan dari x dan y pada frekuensi  .
Dengan menggunakan penyelesaian ini, persamaan gerak menjadi
 m A  mg l A  s A  B e
2 it
0
(4.5)
 m B  mg l B  s A  B e
2 it
0
Penjumlahan ekspresi-ekspresi ini menghasilkan
 A  B  m 2  mg 
l 0

yang dipenuhi ketika  2  g l , frekuensi mode normal pertama. Beda antara


ekspresi-ekspresi tersebut menghasilkan
 A  B  m 2  mg 
l  2s  0

yang dipenuhi ketika  2  g l  2s m , frekuensi mode normal kedua.

Dengan menyisipkan nilai  2  g l kedalam pasangan persamaan tersebut

menghasilkan A  B (syarat sefase), sedangkan  2  g l  2s m menghasilkan


A   B (syarat fase berlawanan). Ini adalah hasil yang kita peroleh di bagian
sebelumnya.
Namun demikian, kita dengan membagi dengan meit , menuliskan lagi (4.5)
dalam bentuk matrik

02   s2   s2   A  A
 2  
 2   (4.6)
  s 0   s   B 
2 2
B
dimana
g s
02  dan  s2 
l m

103
Ini disebut persamaan nilai eigen. Nilai  2 untuk mana penyelesaian tidak nol ada
disebut nilai eigen dari matrik. Vektor kolom dengan komponen A dan B adalah
sebuah vektor eigen dari matrik.
Persamaan (4.6) bisa ditulis dalam bentuk alternatif
02   s2   2   s2   A
 2  
0 (4.7)
  s 2
0   s     B 
2 2

dan persamaan ini mempunyai sebuah penyelesaian tak nol jika hanya jika determinan
dari matrik lenyap; yaitu, jika

 2
0 
2
 
 s2   2   s4  0 atau 02   s2   2   s2

berarti 12  02 atau 22  02  2s2 seperti yang kita harapkan.

Penyelesaian 12  02 dalam persamaan (4.6) menghasilkan A  B seperti

sebelumnya dan 22  02  2s2 menghasilkan A   B .

Karena sistem mulai dari keadaan diam kita dapat mengasumsikan


penyelesaian bentuk sederhana
x  Aeit
x  Beit
Ketika pendulum mempunyai kecepatan awal saat t  0 , syarat batas memperoleh
penyelesian berbentuk
x  Aei t  x 
i t  y 
x  Be
dimana masing-masing frekuensi mode normal  mempunyai nilai konstanta fase
khusu sendiri  . Jumlah konstanta yang dapat diatur memungkinkan memenuhi nilai
sembarang simpangan dan kecepatan awal kedua pendulum.

Untuk lebih memahami sub bagian ini, pembaca disarankan mempelajari soal
no 4.1 sampai dari no 4.11 di bawah ini.
Soal 4.1
Tunjukkan bahwa pilihan koordinat normal baru X p dan Yp menyatakan persamaan

(4.3a) dan (4.3b) seperti persamaan (4.4a) dan (4.4b)

Soal 4.2
Nyatakan energi total dari soal 4.1 dalam simpangan pendulum x dan y sebagai

104
E  Ekin  E pot x  Ekin  E pot y  E pot xy

dimana kurung menyatakan energi dari setiap pendulum dinyatakan dalam


koordinatnya dan E pot xy adalah gandengan atau pertukaran energi yang melibatkan

perkalian dari koordinat-koordinat.

Soal 4.3
Gambar 4.3 dan 4.5 menunjukkan bagaimana konfigurasi pendulum x  2a, y  0
dan x  0, y  2a disebabkan superposisi mode normal X dan Y . Dengan
menggunakan syarat awal sama  x  2a, y  0, x  y  0  gambarkan sketsa untuk
menunjukkan X dan Y superposisi untuk menghasilkan x  2a, y  0 dan
x  0, y  2a .

Soal 4.4
Dalam ganbar di bawah dua mass m1 dan m2 digandeng dengan sebuah pegas
dengan elastisitas s dan panjang natural l . Jika x adalah pertambahan panjang
pegas tunjukkan bahwa persamaan gerak sepanjang sumbu x adalah
m1x1  sx dan m2x 2  sx
dan kombinasikan keduanya untuk menunjukkan bahwa sistem berosilasi dengan
frekuensi
s m1m2
2  dimana   adalah massa tereduksi.\
 m1  m2

Gambar tersebut sekarang merepresentasikan sebuah molekul diatomik


sebagai sebuah osilator harmonik dengan massa efektif sama dengan massa
tereduksinya. Jika sebuah molekul natirum klorida mempunyai frekuensi getaran
natural  1,14  1013 Hz (dalam daerah inframerah dari spektrum gelombang

elektromagnetik) tunjukkan bahwa kosntanta gaya interatomik s  120 Nm 1 (model

105
sederhana ini memberi suatu nilai lebih tinggi untuk s dari pada metode yang
memperhitungkan interaksi lain di dalam kisi kristal garam)

Soal 4.5
Massa-massa dalam gambar di bawah berosilasi secara vertikal. Tunjukkan frekuensi
dari mode-mode normal osilasi yang diberikan oleh


2  3 5  2sm
dan bahwa dalam mode lebih lambat rasio dari amplituod massa atas terhadap
amplitudo massa di bawah adalah 1
2
 
5  1 sedangkan dalam mode yang lebih cepat

rasio ini adalah  12  


5 1 .

Dalam perhitungan ini tidak perlu meninjau gaya gravitasi karena mereka
tidak berperan pada gaya-gaya yang bertanggung jawab pada osilasi.

Soal 4.6
Dalam pendulum gandengan Gambar 4.3, misalkan kita menuliskan frekuensi
modulasi m   2  1  2 dan frekuensi rerata r  2  1  2 dan asumsikan

bahwa pegas adalah sangat lemah bahwa ia menyimpan sejumlah energi yang dapat
diabaikan. Misalkan amplitudo modulasi
2a cos mt atau 2a sin mt

adalah konstan daklam satu siklus pada frekuensi rerata a untuk menunjukkan

bahwa energi-energi dari massa tersebut bisa ditulis

106
E x  2ma 2a2 cos 2 mt dan E y  2ma 2a2 sin 2 mt

Tunjukkan bahwa energi total E tetap konstan dan bahwa beda energi pada
sembarang waktu adalah
E x  E y  E cos2  1 t

E E
Buktikan bahwa E x  1  cos2  1 t  dan E y  1  cos2  1 t  untuk
2 2
menunjukkan bahwa energi total konstan bertukar secara lengkap antara kedua
pendulum pada frekuensi layangan 2  1  .

Soal 4.7
Ketika massa-massa dari pendulum gandengan Gambar 4.1 tidak lagi sama
persamaan gerak menjadi
m1x   m1  g l x  s x  y  dan m2y  m2  g l  y   s  x  y 
Tunjukkan bahwa kita bisa memilih koordinat-koordinat normal
m1 x  m2 y
X
m1  m2

dengan sebuah frekuensi mode normal 12  g l dan Y  x  y dengan sebuah

frekuensi mode normal 22  g l  s 1 m1  1 m2  .


Perhatikan bahwa X adalah koordinat dari pusat massa sistem sedangkan
massa efektif dalam mode Y adalah massa tereduksi  dari sistem dimana

1   1 m1  1 m2 .

Soal 4.8
Misalkan sistem dalam soal 4.7 dibuat bergerak dengan syarat awal x  A , y  0 ,
x  y  0 di t  0 . Tunjukkan bahwa amplitudo mode normal adalah X 0  m1 M A

dan Y  A untuk menghasilkan


A
x m1 cos 1t  m2 cos 2t  dan y  A m1 cos 1t  cos 2t 
M M
dimana M  m1  m2 .
Nyatakan simpangan ini sebagai
2A
x  2 A cos mt cos a t  m1  m2 sin mt sin at
M

107
m1
dan y  2 A sin mt sin a t dimana m   2  1  2 dan a  2  1  2 .
M

Soal 4.9
Gunakan syarat gendengan lemah dalam soal 4.6 pada sistem dalam soal 4.8 untuk
menunjukkan bahwa energi

Ex 
E
M 2

m12  m22  2m1m2 cos2  1 t 
dan
 2m m 
E y  E  1 2 2 1  cos2  1 t 
 M 
Perhatikan bahwa E x bervariasi antara maksimum E (saat t  0 ) dan minimum

m1  m2  M  E , sedangkan E x berosilasi antara minimum nol saat t  0 dan


2

 
maksimum m1m2 M 2 E pada frekuensi layangan ( 2  1 ).

Soal 4.10
Dalam gambar di bawah pendulum sebelah kanan dari sistem gandengan digerakkan
oleh gaya horisontal F0 cos t . Jika suatu konstanta redaman kecil r dimasukkan,

persamaan gerak bisa ditulis


mg
mx   x  rx  s  x  y   F0 cos t
l
dan
mg
my   y  ry  s  x  y 
l
Tunjukkan bahwa persamaan gerak untuk koordinat-koordinat normal X  x  y dan
Y  x  y adalah persamaan untuk osilator teredam yang digerakkan oleh gaya
F0 cos t . Menyelesaikan persamaan-persamaan ini untuk X dan Y dan, dengan

mengabaikan efek r , tunjukkan bahwa


F0  1 1 
x cos t  2  2 2
 1  2  2  2 
2
2m

dan

F0  1 1 
y cos t  2  2 2
 1  2 2  2 
2
2m

108
g g 2s
dimana 12  dan 22  
l l m

Tunjukkan bahwa
y 2 2
 2 2 2 1 2
x 2  1  2
dan buat sketsa tingkah laku osilator sebagai fungsi frekuensi untuk menunjukkan
bahwa diluar rentang frekuensi 1  2 gerak dari y diperlemah.

Soal 4.11
Diagram berikut menunjukkan suatu gaya osilatoris F0 cos t yang bekerja pada

sebuah massa M yang merupakan bagian dari sebuah sistem harmonik sederhana
dengan kelenturan k dan dikaitkan dengan sebuah massa m oleh sebuah pegas
dengan kelenturan s . Jika semua osilasi adalah sepanjang sumbu x tunnjukkan
bahwa syarat untuk M mempertahankan keadaan stasioner adalah  2  s m . (Ini
adalah sebuah versi sederhana dari pembebanan massa kecil dalam keteknikan
menghilangakan osilasi yang tidak dinginkan)

Pasangan Massa atau Induktansi


Dalam bab berikutnya kiat akan mendiskusikan perambatan gelombang tegangan dan
arus sapanjang jalur transmisi yang bis ditinjau sebagai sederetan osilator listrik
gandeng yang mempunyai nilai induktansi dan kapasitansi identik, Untuk saat ini kita

109
akan meninjau tarnsfer energi antara dua rangkaian listrik yang secara induktif
gandeng.
Sebuah induktansi timbal balik (massa bersama) ada antara dua rangkaian
listrik ketika fluks magnetik dari arus yang mengalir pada salah satu rangkaian
menyusupi rangkaian kedua. Apapun perubahan fluks menginduksi suatu tegangan
dalam kedua rangkaian.
Sebuah transformator tergantung pada induktansi timbal balik agar beroperasi.
Sumber daya dihubungkan ke kumparan primer transformator n p lilitan, yang

diatasnya dililiti dalam arah yang sama kumparan sekunder ns lilitan. Jika arus satuan

yang mengalir di dalam satu lilitan tunggal kumparan primer menghasilkan suatu
fluks magnetik  , maka fluks yang menyusupi setiap lilitan primer (dengan
mengasumsikan tidak ada kebocoran fluks keluar kumparan) adalah n p dan fluks

total yang menyusuoi semua lilitan n p primer adalah

L p  n 2p

dimana L p adalah induktansi diri kumparan primer. Jika arus satuan di dalam satu

lilitan tunggal kumparan sekunder menghasilkan suatu fluks  , maka fluks yang
menyusupi setiap lilitan sekunder adalah ns dan fluks total yang menyusup koil

sekunder adalah
Ls  ns2

dimana Ls adalah induktansi diri kumparan sekunder.

Jika semua garis-garis fluks dari arus satuan di dalam primer menyusupi
semua lilitan sekunder maka garis-garis fluks total yang menyusupi sekunder
mendefinisikan induktansi timbal balik
M  ns n p   L p Ls

Dalam prakteknya, karena kebocoran fluks keluar kumparan, M  L p Ls dan rasio

M
 k , koefisien kopling.
L p Ls

110
Jika arus primer I p bervariasi dengan eit , suatu perubahan I p menghasilkan

suatu tegangan induksi  L p dI p dt  iLI p dalam primer dan tegangan induksi

 M dI p dt  iMI p dalam sekunder.

Jika kita meninjau kedua rangkaian bebas resistansi Gambar 4.7, dimana L1
dan L2 adalah digandeng oleh hubungan fluks dan memungkinkan untuk berosilasi
pada suatu frekuensi  (tegangan dan frekuensi arus dari kedua rangkaian), maka
persamaan tegangan adalah
1
iL1 I1  i I1  iMI 2  0 (4.8)
C1
dan

1
iL2 I 2  i I 2  iMI1  0 (4.9)
C2

Gambar 4.7. Rangkaian gandengan LC secara induktif dengan induktansi timbal balik
M

Dengan mengalikan (4.8) dengan  iL1 menghasilkan


I1 M
 2 I1    2I2  0
L1C1 L1

dan dengan menmgalikan (4.9) dengan  iL2 menghasilkan


I2 M
 2I2    2 I1  0 ,
L2C2 L2

dimana frekuensi naturak dari rangkaian 12  1 L1C1 dan 22  1 L2C2 menghasilkan

 2
1 
  2 I1 
M 2
L1
 I2 (4.10)

 2
2 
  2 I2 
M 2
L2
 I1 (4.11)

Perkalian persamaan (4.10) dan (4.11) menghasilkan

111
2
1 
  2 22   2   M2 4
L1 L2
  k 2 4 (4.12)

Dimana k adalah koefisien gandengan.


Dengan menyelesaikan untuk  menghasilkan frekuensi pada mana
pertukaran energi antara rangkaian-rangkaian memungkinkan rangkaian beresonansi.
Jika rangkaian tersebut mempunyai frekuensi natural sama 1  2  0 , maka

persamaan (4.12) menjadi

 2
0 2 2
 
 k 2 4 atau 02   2   k 2

yaitu
0
 
1 k
Tanda positif menghasilkan dua frekuensi
0 0
'  dan  ' ' 
1 k 1 k
dimana, jika kita menggambar amplitudo arus versus frekuensi, dua maksima muncul
(Gambar 4.8).

Gambar 4.8. Variasi amplitudo arus dalam masing-masing rangkaian dekat frekuensi
resonansi. Suatu resistansi kecil mencegah amplitudo pada resonansi dari mencapai
nilai tak terhingga tetapi efek resistansi ini telah diabaikan dalam analisis sederhana.
Pendataran puncak kurva respon menghasilkan kopling frekuensi band pass.

Dalam gandengan longgar k dan M adalah kecil, dan  '   ' '  0 , sehingga
kedua sistem bertingkah laku hampir independen. Dalam kopling ketat beda frekuensi
 ' ' ' meningkat, nilai puncak arus bergeser dan penukikan antara puncak-puncak
adalah lebih dalam. Dalam analisis sederhana ini efek resistansi telah diabaikan.
Dalam praktek suatu resistansi selalu ada untuk membatasi maksimum amplitudo.

112
Untuk lebih memahami sub bab ini, pembaca disarankan untuk mempelajari
soal no. 3.12 sampai 3.16 di bawah ini
Soal 4.12
Gambar di bawah menunjukkan dua rangkaian LC identik digandeng oleh sebuah
kapasitansi C dengan arah aliran arus ditunjukkan oleh panah. Persamaan
tegangannya adalah
dI a
V1  V2  L
dt
dI b
V2  V3  L
dt
sedangkan arus dinyatakan oleh
dq1 dq2 dq3
 I a  I a  Ib  Ib
dt dt dt

Selesaikan persamaan tegangan untuk koordinat-koordinat normal I a  I b  dan

I a  I b  untuk menunjukkan bahwa mode-mode normal dari osilasi adalah


1 3
I a  Ib di 12  dan I a  Ib di 22 
LC LC
Perhatikan bahwa ketika I a  I b kapasitansi gandengan bisa digeser dan q1   q2 .

Ketika I a   I b , q1  2q2  2q3 .

3
I a  Ib di 22 
LC

113
Soal 4.13
Sebuah generator GGL, E digandeng dengan sebuah beban Z menggunakan sebuah
transformator ideal. Dari diagram dibawah, hukum Kirchhoff mempunyai bentuk
E  e1  iL p I1  iMI 2

dan
I 2 Z 2  e2  iMI1  iLs I 2

Tunjukkan bahwa E I1 , impedansi dari sistem keseluruhan dari generator, adalah


jumlah dari impedansi primer dan sebuah impedansi refleksi dari rangkain kedua
dari  2 M 2 Z s dimana Z s  Z 2  iLs .

Soal 4.14
Tunjukkan, untuk trafo dalam soal 4.13, bahwa impedansi generator terdiri dari
impedansi primer secara pararel dengan suatu impedansi n p ns  Z 2 , dimana n p
2

dan ns adalah jumlah lilitan kumparan primer dan sekunder.

Soal 4.15
Jika sebuah generator mengeluarkan daya minimum ketika bebannya menyamai
impedansi internalnya menunjukkan bagaimana sebuah trafo ideal bisa digunakan
sebagai piranti untuk mencocokkan suatu beban dengan suatu generator, misalnya,
sebuah pengeras suara dengan impedansi beberapa ohm dengan output amplifier
dengan impedansi 103  .

114
Soal 4.16
Dua rangkaian dalam diagram di bawah digandeng dengan induktansi timbal balik
variabel M dan hukum Kirchhoff memberikan
Z1 I 1  Z M I 2  E

Z M I1  Z 2 I 2  0
dimana
Z M   iM
M divariasi pada suatu frekuensi resonansi dimana reaktansi X 1  X 2  0 untuk

menghasilkan nilai maksimum I 2 . Tunjukkan bahwa syarat untuk maksimum ini

adalah M  R1 R2 dan bahwa ini mendefinsikan suatu koefisien kritis gandengan

k  Q1Q2 
1 2
, dimana Q adalah faktor kualitas rangkaian.

Osilasi Berpasangan dari Sebuah Tali berbeban.


Sebagai contoh terakhir yang melibatkan sejumlah besar osilator gandengan kita akan
meninjau seutas tali ringan yang mengikat n massa yang sama terpisah oleh jarak
yang sama a sepanjang tali. Tali diikat kedua ujungnya; ia mempunyai panjang
n  1a dan suatu tegangan konstan T ada di semua titik dan semua waktu dalam tali
tersebut.
Osilasi harmonik sederhana kecil dari massa-massa tersebut dimungkinkan
hanya dalam satu bidang dan masalahnya adalah menemukan frekuensi-frekuensi
mode normal dan simpangan dari masing-masing massa dalam suatu mode normal
tertentu.
Masalah ini pertama diteliti oleh Lagrange. Ia menggunakan mode-mode
normal dan cahaya yang dipancarkan pada gerak gelombang dan getaran dari sebuah

115
tali kontinyu untuk mana ia mendekati sebagai separasi linier dan besar dari massa
adalah tereduksi secara progresif.
Gambar 4.9 menunjukkan simpangan yr dari massa ke r bersama-sama
dengan simpangan dua massa tetangganya. Persamaan gerak dari massa ini bisa
ditulis dengan mempertimbangkan komponen-komponen tegangan diarahkan menuju
posisi setimbang. Massa ke r ditarik ke bawah menuju posisi setimbang oleh suatu
gaya T sin 1 , disebabkan oleh tegangan disebelah kirinya dan suatu gaya T sin  2
disebabkan oleh tegangan disebelah kanannya dimana
yr  yr 1
sin 1 
a
dan
yr  yr 1
sin  2 
a

Gambar 4.9. Simpangan tiga massa pada seutas tali terbebani di bawah pengaruh
tegangan T yang menghasilkan persamaan gerak my r  T  yr 1  2 yr  yr 1  a .

Karenanya persamaan gerak adalah


d 2 yr  y  yr 1 yr  yr 1 
m 2  T sin 1  sin  2   T  r  
dt  a a 
maka
d 2 yr T
2
 y r   yr 1  2 yr  yr 1  (4.13)
dt ma
Jika, dalam sebuah mode normal osilasi frekuensi  , variasi waktu dari yr adalah
harmonik sederhana sekitar sumbu setimbang, kita bisa menuliskan simpangan dari
massa ke r dalam mode ini sebagai
yr  Ar eit

116
dimana Ar adalah simpangan maksimum. Hal yang sama yr 1  Ar 1eit dan

yr 1  Ar 1eit . Penggunaan nilai-nilai dari y ini dalam persamaan gerak


menghasilkan
T
  2 Ar e it   Ar 1  2 Ar  Ar 1 eit
ma
atau
 ma 2 
 Ar 1   2   Ar  Ar 1  0 (4.14)
 T 

Ini adalah persamaan fundamental.


Sekarang prosedurnya adalah mulai dengan massa pertama r  1 dan bergerak
sepanjang tali, menuliskan himpunan persamaan-persamaan yang sama dengan
mengasumsikan nilai r  1,2,3,..., n dengan mengingat kembali bahwa, karena ujun-
ujung tali terikat
y0  A0  0 dan yn 1  An1  0
Maka, ketika r  1 persamaan-persamaan tersebut menjadi
 ma 2 
 2   A1  A2  0  A0  0
 T 

Jika r  2 kita mendapatkan


 ma 2 
 A1   2   A2  A3  0
 T 

dan jika r  n kita mendapatkan


 ma 2 
 An 1   2   An  0  An1  0
 T 

Karenanya, kita mempunyai hinpunan n persamaan yang, ketika diselesaikan, akan


menghasilkan n nilai  2 yang berbeda, masing-masing nilai  adalah frekuensi dari
suatu moda normal, jumlah mode-mode normal adalah sama dengan jumlah massa.
Penyelesaian formal dari himpunan n persamaan ini melibatkan teori matrik.
Namun demikian, kita bisa dengan mudah menyelesaikan kasus-kasus sederhana
untuk satu atau dua massa pada tali ( n  1 atau 2 ) dan, selain itu, adalah mungkin
menunjukkan penyelesaian lengkap untuk n massa tanpa harus menggunakan
matematikan yang rumit.

117
Pertama, jika n  1 , satu massa pada seutas tali panjangnya 2a , kita hanya
memerlukan persamaan untuk r  1 dimana ujung-ujung tetap dari tali memberi
A0  A2  0 . Maka kita mendapatkan

 ma 2 
 2   A1  0
 T 

yang memberi
2T
2 
ma
sebuah frekuensi tunggal yang diijinkan dari getaran (Gambar 4.10a).
Jika n  2 , tali sepanjang 3a (Gambar 4.10b) kita memerlukan persamaan
untuk n  1 dan n  2 , yaitu
 ma 2 
 2   A1  A2  0
 T 

dan
 ma 2 
 A1   2   A2  0  A0  A3  0
 T 

Dengan mengeliminasi A1 atau A2 menunjukkan bahwa kedua persamaan ini bisa


diselesaikan (konsisten) ketika
2
 ma 2 
 2    1  0
 T 
atau
 ma 2  ma 2 
 2   1 2   1  0
 T  T 
Maka terdapat dua frekuensi mode normal
T 3T
ω12  dan ω22 
ma ma
Menggunakan nilai-nilai dari 1 dalam persamaan untuk r  1 dan r  2
memberi A1  A2 osilasi sefase pelan dari Gambar 4.10b, sedangkan 2 memberi

A1   A2 osilasi berlawanan fase lebih cepat disebabkan gandengan yang ditambah.


Untuk mendapatkan penyelesaian untuk sebarang nilai n kita menuliskan
kembali persamaan

118
 ma 2 
 Ar 1   2   Ar  Ar 1  0
 T 

dalam bentuk
Ar 1  Ar 1 202   2 T
 dimana 02 
Ar 02
ma

Gambar 4.10 (a) Getaran normal dari sebuah massa tunggal pada seutas tali sepanjang
2a pada frekuensi  2  2T ma . (b) Getaran normal dari dua massa pada seutas tali
sepanjang 3a yang menunjukkan mode sefase gandengan longgar berfrekuensi
1  T ma dan mode tak sefase gandengan kuat berfrekuensi 22  3T ma . Jumlah
2

mode normal getaran sama dengan jumlah massa.

Kita melihat bahwa sebarang nilai frekuensi mode normal yang telahg
ditetapkan  (sebut  j ) ruas kanan dari persamaan ini adalah konstanta, tak

tergantung r , maka persamaan berlaku untuk semual nilai r . Nilai-nilai apa saja yang
dapat kita berikan pada Ar yang akan memenuhi persamaan ini, menggunakan syarat

batas A0  An1  0 , di ujung-ujung tali?


Kita asumsikan bahwa kita bisa menyatakan amplitudo dari massa ke r pada
frekuensi  j . Ruas kiri persamaan ini maka menjadi

119

  
Ar 1  Ar 1 C ei r 1  ei r 1

 e i  e i  2 cos 
ir
Ar Ce
yang mana adalah konstan dan tak tergantung r .
Nilai dari  j (konstan pada  j ) secara mudah ditemukan dari syarat batas

A0  An1  0

yang mana, menggunakan sin r dari eir memberikan


A0  C sin r  0 (secara otomatis di r  0 )
dan
An1  C sin n  1  0

ketika
n  1 j  j untuk j  1,2,..., n

Maka
j
j 
n 1
dan
rj
Ar  C sin r j  C sin
n 1
Yang merupakan amplitudo massa ke r pada frekuensi mode normal yang ditetapkan
j .

Untuk menemukan nilai-nilai  j yang diijinkan kita menulis

Ar 1  Ar 1 20   j
2 2
j
  2 cos  j  2 cos
Ar 02
n 1
Yang menghasilka
 j 
 2j  202 1  cos (4.15)
 n  1

dimana j bisa mengambil nilai-nilai j  1,2,..., n dan 02  T ma .

Perhatikan bahwa terdapat suatu frekuensi maksimum osilasi  j  20 . Ini

disebut frekuensi cut off dan merupakan batas frekuensi teratas dari semua osilasi
sistem yang disusun dari elemen-elemen yang sama (massa) diulang secara periodik
sepanjang struktur sistem. Kita akan menemui ini dalam bab berikut sebagai sifat
perambatan gelombang di dalanm kristal.

120
Untuk meringkas, kita telah mendapatkan mode-mode normal dari n massa
gandengan pada tali yang frekuensinya dinyatakan oleh
2T  j 
 2j  1  cos  j  1,2,3,....n 
ma  n  1
Pada masing-masing frekuensi  j massa ke r mempunyai amplitudo

rj
Ar  C sin
n 1
dimana C adalah suatu konstanta.

Untuk lebih memahami sub bab ini, pembaca disarankan mempelajari soal no.
4.17 sampai 4.22 di bawah ini.
Soal 4.17
Tinjau kasus ketika jumlah massa-massa pada tali berbeban dari bab ini adalah
n  3 . Menggunakan persamaan (4.15) untuk menunjukkan bahwa frekuensi mode
normal adalah

12  2  2 02 ; 22  202 dan  
32  2  2 02

Ulangi soal ini menggunakan persamaan (4.14) (dengan 02  T ma ) dalam metode

matrik persamaan (4.7), dimana komponen vektor eigen adalah Ar 1 , Ar dan Ar 1 .

Soal 4.18
Tunjukkan bahawa simpangan relatif dari massa-massa dalam mode-mode dari soal
4.17 adalah 1 : 2 : 1 , 1 : 0 : 1 , dan 1 :  2 : 1 . Tunjukkan dengan membuat sketsa
simpangan relatif ini bahwa gandenganyang lebih ketat meningkatkan frekuensi mode.

Soal 4.19

Gambar di atas merepresentasikan sebuah molekul triatomik dengan sebuah atom


berat M terikat pada dua atom sama lebih kecil dengan massa m pada kedua
sisinya. Ikatan direpressntasikan oleh pegas dengan kelenturan s dan dalam

121
kesetimbangan pusat atom terpisah oleh jarak yang sama sepanjang garis lurus.
Getaran harmonik sederhana ditinjau hanya sepanjang sumbu linier ini dan
dinyatakan oleh
 j   0j eit

dimana  j adalah simpangan dari kesetimbangan dari atom ke j.

Susun persamaan gerak untuk setiap atom dan gunakan metode matrik
persamaan (4.7) untuk menunjukkan bahwa mode-mode normal mempunyai frekuensi
s s M  2 m 
12  0, 22  dan 32 
m mM
Deskripsikan gerak atom-atom tersebut dalam mode normal masing-masing.

Soal 4.20
2T  j 
Ambil nilai maksimum dari  2j  1  cos  di j  n sperti yang dihasilkan
ma  n 1
oleh gandengan terkuat, simpulkan simpangan relatif dari massa-massa di dekatnya
dan konfirmasi kesimpulan anda dengan menyisipkan nilai-nilai frekuensi mode
normal tersebut dalam persamaan berurutan terkait dengan simpangan yr 1 , yr , dan
yr 1 . Mengapa penyelesaian anda sepertinya tidak memenuhi simpangan dari massa-
massa yang berada di dekat ujung-ujung tali?

Soal 4.21
2T  j 
Ekspansikan nilaim dari  2j  1  cos  ketika j  n dalam deret  j n  1
ma  n 1
untuk menunjukkan bahwa dalam batas nilai n sangat besar, suatu frekuensi rendah

j T
adalah  j  dimana   m a dan l  n  1a .
l 

Soal 4.22
Sebuah jalur transmisi listrik terdiri dari induktansi dan kapasitansi identik disusun
seperti dalam gambar. Menggunakan persamaan
LdI r 1 q q dq
 Vr 1  Vr  r 1 r dan I r 1  I r  r ,
dt C dt

122
Tunjukkan bahwa suatu ekspresi untuk I r dapat diturunkan yang ekivalen dengan
persamaan untuk yr dalam kasus tali berbeban. (ini beraksi sebagai sebuah filter
lolos rendah dan mempunyai frekuensi cut off seperti dalam kasus tali. Frekuensi cut
off ini merupakan suatu karakteristik perambatan gelombang di dalam struktur
periodik dan pandu gelombang elektromagnetik)

Persamaan Gelombang
Akhirnya, dalam bab ini, kita menunjukkan bagaimana getaran gandengan dalam
struktur periodik tali yang dibebani menjdai gelombang dalam suatu medium
kontinyu.
Kita mendapatkan bahwa persamaan gerak massa ke r menjadi
d 2 yr T
2
  yr 1  2 yr  yr 1  (4.13)
dt ma
Kita mengetahui juga bahwa dalam suatu mode normal tertentu semua massa
berosilasi dengan frekuensi mode sama  , maka semua yr mempunyai
ketergantungan waktu yang sama. Namun demikian, seperti kita lihat dalam Gambar
4.10(b) dimana A1 dan A2 adalah berlawanan fase, simpangan transversal yr juga
tergantung pada nilai r ; yaitu, posisi dari massa ke r pada tali. Dengan kata lain, yr
adalah fungsi dua variabel bebas, waktu t dan posisi r pada tali.
Jika kita menggunakan separasi a  x dan x  0 , massa-massa menjadi
lebih dekat dan kita dapat meninjau posisi sepanjang tali dalam suku-suku suatu
variabel kontinyu x dan sebarang simpangan transversal sebagai y x, t  , fungsi x
dan t .
Notasi turunan parsial y  x, t  t menyatakan variasi dengan waktu dari

y x, t  sedangkan x dijaga konstan. Notasi turunan parsial y  x, t  x menyatakan


variasi dengan posisi dari y x, t  sedangkan t dijaga konstan.

123
Dengan cara yang sama, turunan kedua  2 y  x, t  t 2 kontinyu untuk menjaga

x konstan dan  2 y  x, t  x 2 menjaga t konstan.


Sebagai contoh, jika,
y  x, t   e i t  kx 
maka
y x, t   2 y  x, t 
 iei t  kx   iy dan   2 y
t t 2

sedangkan
y x, t   2 y  x, t 
 ikei t  kx   iky dan  k 2 y
x x 2
Jika sekarang kita menempatkan simpangan transversal yr di x  xr

 2 yr 2 y
sepanjang tali, maka ruas kanan persamaan (4.13) menjadi  ,
t 2 t 2
dimana y dihitung di x  xr dan sekarang, saat a  x  0 , kita bisa menulis xr  x ,
xr 1  x  x dan xr 1  x  x dengan yr t   y  x, t  , yr 1 t   y  x  x, t  dan
yr 1 t   y  x  x, t  .
Dengan menggunakan ekspansi deret Taylor y  x  x, t  dalam suku-suku
turunan parsial y terhadap x

y 1 2  y
2
y  x  x, t   y x   x   x 
x 2 x 2
Dan persamaan (4.13) setelah substitusi menjadi
 y 1 2  y
2
y 1 2  y 
2
 x  x  x  x  
 2 y T  y r 1  y r y r  y r 1  T  x 2 x 2
x 2 x 2

     
t 2
m a a  m  x x 
 
 
maka
 2 y T x   2 y T  2 y
2
  x
t 2 m x x 2 m x 2
Jika kita sekarang menulis m  x dimana  kerapatan linier (massa
persatuan panjang) dari tali, massa haruslah → 0 saat x  0 untuk menghindari
rapat massa tak terhingga. Maka, kita mendapatkan
2 y T 2 y

t 2  x 2

124
Ini merupakan persamaan gelombang.
T  mempunyai dimensi kuadrat dari kecepatan, kecepatan dengan mana
gelombang; yaitu, fase osilasi, dirambatkan. Penyelesaian untuk y di sebarang titik
sepanjang tali adalah selalu berupa gelombang dari osilasi harmonik.

Untuk lebih memahami sub bagian ini, pembaca disarankan mengerjakan soal
no. 4.23 di bawah ini.
Soal 4.23
Tunjukkan bahwa y  e it e ikx memenuhi persamaan gelombang

2 y 2  y
2
 c jika   ck
t 2 x 2

125
BAB V
GELOMBANG TRANSVERSAL

Gelombang adalah gejala alam yang akrab dengan kehidupan kita. Kita dapat
melihat gelombang air laut menggunakan gelombang cahaya. Musik yang dihasilkan
oleh piano, dipindahkan sebagai gelombang arus listrik oleh sistem stereo,
membentuk gelombang pada kerucut sebuah loudspeaker, dan mencapai telinga kita
sebagai gelombang bunyi di udara, yang selanjutnya membentuk gelombang di dalam
struktur mekanik telinga kita dan dibawa sebagai gelombang impuls listrik ke otak
kita. Gelombang dapat muncul sebagai gelombang berjalan, yang bergerak dalam
suatu arah, seperti gelombang air laut menuju ke pantai. Mereka juga dapat berupa
gelombang berdiri, seperti getaran dari senar gitar. Gelombang dapat berwujud sistem
satu dimensi seperti gelombang pada tali dan pegas, dapat juga berupa gelombang
permukaan dua dimensi seperti gelombang permukaan kolam, atau tiga dimensi
seperti gelombang di udara di sekitar kita.
Salah satu cara paling sederhana untuk mendemonstrasikan gerak gelombang
adalah seutas tali yang diikat salah satu ujungnya dan ujung lainnya digerakan naik
turun. Puncak dan lembah gelombang bergerak sepanjang tali, dan jika tali panjang
tak terhingga gelombang pada tali disebut gelombang progresif, ini merupakan
gelombang-gelombang yang berjalan dalam suatu medium tak terbatas yang bebas
dari kemungkinan pemantulan. (Gambar 5.1).

Gambar 5.1. Gelombang berjalan dalam suatu medium tak terbatas yang bebas dari
kemungkinan pemantulan.

126
Jika medium terbatas, sebagai contoh, jika tali direduksi seperti tali biola,
terikat di kedua ujungnya, gelombang progresif yang berjalan pada tali tersebut akan
dipantulkan di kedua ujung tali; getaran tali maka akan berupa kombinasi gelombang-
gelombang yang bergerak maju mundur sepanjang tali dan gerlombang-gelombang
berdiri akan terbentuk.
Gelombang pada tali berupa gelombang transversal dimana simpangan atau
osilasi dalam medium adalah transversal atau tegak lurus terhadap arah perambatan
gelombang. Ketika osilasi sejajar terhadap arah perambatan gelombang, gelombang
adalah longitudinal. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal; suatu gas
dapat mempertahankan hanya gelombang longitudinal karena gelombang transversal
memperoleh suatu gaya shear. Baik gelombang transversal maupun longitudinal dapat
merambat di dalam zat padat.
Dalam buku ini kita akan mendiskusikan gelombang bidang saja. Ketika kita
melihat gerak gelombang sebagai suatu deretan puncak dan lembah, sebenarnya kita
sedang mengamati gerak getaran dari osilator individual di dalam medium, dan secara
khusus semua osilator itu berada dalam suatu bidang medium yang pada saat
pengamatan mempunyai fase sama dalam getarannya.
Jika kita mengambil suatu bidang tegak lurus arah perambatan gelombang
dan semua osilator yang berada dalam bidang itu mempunyai suatu fase umum, kita
akan mengamati sebagai fungsi waktu bagaimana bidang fase umum itu bergerak
maju menembus medium. Pada suatu bidang seperti itu, semua parameter yang
mendeskripsikan gerak gelombang tetap konstan. Puncak dan lembah adalah bidang-
bidang amplitudo maksimum dari osilasi yang berbeda fase  rad; suatu puncak
berupa suatu bidang amplitudo maksimum positif, sedangkan lembah berupa suatu
bidang amplitudo maksimum negatif. Dalam merumuskan gerak gelombang seperti
itu secara matematis kita akan diharuskan menghubungkan beda fase antara dua
bidang dengan separasi fisisnya di dalam ruang. Secara prinsip, kita telah
mengerjakan ini dalam diskusi mengenai osilator.
Gelombang sferis adalah gelombang-gelombang dimana permukaan-
permukaan dari fase umum berupa bola dan sumber gelombang berada di titik pusat,
seperti sebuah ledakan; masing-masing permukaan bola mendefinisikan himpunan
osilator dimana gangguan radiasi menentukan fase umum dalam getaran. Dalam
prakteknya, gelombang sferis menjadi gelombang-gelombang bidang setelah

127
menempuh suatu jarak sangat jauh. Suatu bagian kecil dari suatu permukaan sferis
dapat didekati sebagai suatu bidang.

Kecepatan di dalam Gerak Gelombang


Sebelumnya kita harus jelas mengenai satu hal. Osilator-osilator individual yang
menyusun medium tidak bergerak maju memalui medium sebagai gelombang.
Geraknya merupakan harmonik sederhana, terbatas pada osilasi, transversal atau
longitudinal, di sekitar posisi setimbangnya. Adalah relasi fasenya kita amati sebagai
gelombang, bukan geraknya yang maju melaui medium.
Terdapat tiga kecepatan di dalam gerak gelombang yang sangat berbeda
walaupun mereka berhubungan secara matematis. Kecepatan tersebut adalah
1. Kecepatan partikel, yang merupakan kecepatan harmonik sederhana osilator di
sekitar posisi setimbangnya. Kecepatan ini juga disebut kecepatan transversal
gelombang (yang akan kita singgung dibagian selnjutnya).
2. Kecepatan gelombang atau fase, kecepatan dengan mana gelombang-gelombang
berfase sama, puncak atau lembah, bergerak maju melalui medium.
3. Kecepatan kelompok. Sejumlah gelombang berbeda frekuensi, panjang gelombang
dan kecepatan bisa bersuperposisi membentuk suatu grup atau gugus. Gelombang
secara jarang terjadi sebagai komponen monokromatik tunggal: suatu pulsa cahaya
putih terdiri dari spektrum frekuensi halus tak terhingga dan gerak dari pulsa seperti
itu akan dideskripsikan oleh kecepatan gugusnya. Gugus seperti itu tentunya akan
terurai sebagai fungsi waktu karena kecepatan gelombang setiap komponenya
berbeda di dalam semua medium kecuali ruang bebas atau vakum. Hanya di dalam
ruang bebas gugus cahaya akan tetap sebagai cahaya putih. Untuk gelombang
monokromatik kecepatan gugus dan kecepatan gelombang adalah identik. Dalam
sub bagian ini, kita fokus pada kecepatan partikel dan kecepatan gelombang. Kita
akan mendiskusikan kecepatan gugus sebagai sub topik sendiri dalam bab ini.
Pentingnya konsep kecepatan gugus ini adalah ia merupakan kecepatan dimana
energi dalam gugus gelombang ditransmisikan.

Persamaan Gelombang
Bentuk paling umum dari gelombang bergerak, dan persamaan diferensial
yang memenuhinya, dapat ditentukan menggunakan cara berikut. Tinjau pulsa

128
sebarang bentuk satu dimensi, yang dinyatakan oleh y '  f  x' ), diam pada sistem
koordinat O'  x' , y ' , seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.2.a.

Gambar 5.2. Pulsa Gelombang yang bergerak

Selanjutnya ditinjau bahwa system O' , bersama dengan pulsa, bergerak ke


kanan sepanjang sumbu x dengan kecepatan konstan v relative terhadap sistem
koordinat diam O x, y  , Gambar 5.2.b. Selama pulsa bergerak, ia diasumsikan tidak
berubah bentuk. Sebarang titik pada pulsa dapat dideskripsikan dengan kedua
koordinat, x dan x' , dimana x'  x  vt . Koordinat y adalah sama dalam sistem lain.
Dari titik pandang system koordinat stasioner, maka secara matematis pulsa bergerak
mempunyai bentuk
y  y '  f  x'  f  x  vt 
Jika pulsa bergerak ke kiri, tanda v haruslah sebaliknya, sehingga secara umum kita
dapat menuliskan
y  f  x  vt 
sebagai bentuk umum sebuah gelombang bergerak. Perhatikan bahwa kita telah
mengasumsikan x  x' di t  0 . Bentuk awal pulsa, y '  f  x' , tidak berubah tapi
bergeser sepanjang arah x sejauh vt pada saat t . Fungsi f adalah fungsi apapun,
sebagai contoh,
y  A sin  x  vt 

129
y  Ax  vt 
2

y  e x vt 
semua menyatakan gelombang bergerak. Namun demikian hanya yang pertama
menyatakan gelombang periodik.
Langkah berikutnya, kita akan mendapatkan persamaan diferensial yang
dipatuhi oleh semua gelombang periodik, tanpa memperhatikan fungsi f . Karena y
adalah fungsi dari dua variable, x an t, kita menggunakan aturan berantai diferensial
parsial dan menuliskan
y  f  x'
dimana x'  x  vt sehingga x' x  1 dan x' t   v
Dengan menggunakan aturan berantai, turunan posisi adalah
y f x' f
 
x x' x x'
Dengan mengulang prosedur ini untuk mendapatkan turunan kedua,
 2 y   y   y / x  x'   f   2 f
     
x 2 x  x  x' x x'  x'  x ' 2
Hal yang sama, turunan waktu diperoleh:
y f x' f
  v
t x' t x'
 2 y   y   y / t  x'   f  2  f
2
       v  (  v )  v
t 2 t  t  x' t x'  x'  x ' 2
Dengan mengkombinasikan hasil untuk turunan kedua, kita mendapatkan persamaan
gelombang diferensial satu dimensi sebagai berikut,
2y 1 2 y
 (5.1)
x 2 v 2 t 2
Apapun bentuk persamaan y  f  x  vt  haruslah memenuhi persamaan gelombang di
atas, tanpa memandang sifat fisis dari gelombang itu sendiri. Maka, untuk
menentukan apakah suatu fungsi dari x dan t yang menyatakan suatu gelombang
berjalan.
Terlihat bahwa jika dua fungsi gelombang berbeda  1 dan  2 adalah solusi
persamaan gelombang maka  1   2  adalah juga sebuah solusi. Karena  1 dan
 2 adalah solusi

130
 2 1 1  2 1  2 2 1  2 2
 dan 
x 2 v t 2 x 2 v t 2
Dengan menjumlahkan keduanya, kita dapatkan
 2 1  2 2 2 1   2 1  2 2  1  2
  
 1   2       1   2 
x 2 x 2 x 2 v 2  t 2 t 2  v 2 t 2

2y 1 2 y
Sehingga  1   2  adalah juga solusi persamaan  .
x 2 v 2 t 2
Maka, persamaan gelombang yang paling umum dipenuhi oleh suatu fungsi
gelombang yang mempunyai bentuk
  C1 f  x  vt   C2 g  x  vt 
dimana C1 dan C2 adalah konstan dan fungsi tersebut dapat diturunkan dua kali.
Persamaan gelombang untuk gelombang yang merambat dalam arah sumbu x
adalah
2 y 1 2y

x 2 v 2 t 2
dimana v adalah kecepatan fase gelombang dan y menyatakan variable yang berubah
selama gelombang bergerak. Ini adalah bentuk persamaan gelombang yang berlaku
pada tali atau gelombang elektromagnet bidang. Dalam dua dimensi, persamaan
gelombang berbentuk
 2u  2u 1  2u
 
x 2 y 2 v 2 t 2
yang juga menggambarkan persamaan gelombang pada sebuah membran. Analog
dengan penurunan persamaan untuk satu dan dua dimensi kita dapat menurunkan
persamaan gelombang tiga dimensi:
 2
  2 k 2
x 2

 2
   2 k 2
y 2

 2
  2 k 2
z 2

 2
dan   2
t 2

131
Dengam menjumlahkan ketiga turunan di atas dan dengan mengunakan relasi
 2   2   2  1 , kita dapatkan
 2  2  2
 2  2   k 2
x 2 y z
Dengan menggabungkan persamaan turunan posisi dengan turun waktu dan
mengingat bahwa v   k , kita dapatkan

 2  2  2 1  2
  
x 2 y 2 z 2 v 2 t 2
persamaan terakhir merupakan persamaan gelombang tiga dimensi.
Persamaan gelombang tiga dimensi biasanya ditulis dalam bentuk lebih
2 2 2
sederhana dengan menggunakan operator Laplacian,  2    , sebagai
x 2 y 2 z 2
berikut
1  2
 2 
v 2 t 2
Selanjutnya kan ditinjau detail persamaan gelombang satu dimensi pada tali.

Parameter Gelombang Harmonik Berjalan


Ditinjau bentuk gelombang paling sederhana, yaitu yang mempunyai profil
berbentuk sinus atau cosinus. Dalam hal ini telah diketahui bahwa gelombang
sinusoidal, gelombang harmonik sederhana, dikenal sebagai gelombang harmonik.
Dipilih sebagai profil fungsi sederhana
  x, t  t  0    x   A sin kx  f  x  (5.2)

dimana k adalah suatu konstanta positif dikenal sebagai angka perambatan. Maka kx
adalah dalam radian, yang bukan satuan fisika yang real. Sinus bervariasi dari -1 ke
+1 sehingga harga maksimum dari (x) adalah A. Gangguan maksimum ini
dimasukan ke dalam suatu gelombang progresif yang bergerak dengan kelajuan v
dalam arah x positif, maka kita perlu mengganti x dengan (x-vt),
  x, t   A sin k  x  vt   f  x  vt  (5.3)
Persamaan (5.3) merupakan penyelesaian persamaan gelombang satu dimensi (5.1).
Dengan mempertahankan baik x dan t tetap mengakibatkan sebuah gangguan
sinusoidal, gelombang adalah periodik baik dalam ruang dan waktu. Periode spasial

132
dikenal sebagai panjang gelombang dan disimbolkan dengan . Panjang gelombang
adalah bilangan bersatuan panjang untuk setiap gelombang. Biasanya  diukur
dalam nanometer, dimana 1 nm = 10-9 m, walaupun mikro (1m = 10-6 m) adalah
sering digunakan namun angstrom (1 Ao = 10-10 m) juga masih sering digunakan.
Suatu peningkatan atau penurunan dalam x sebesar  tidak akan mengubah , yaitu
  x, t     x   , t  (5.4)
Dalam kasus sebuah gelombang harmonik,hal ini ekivalen dengan mengubah
argumen fungsi sinus dengan  2. Oleh karena itu,
sin k(x –vt) = sin k[(x  ) – vt] = sin [k(x – vt)  2]
dan maka k  2 atau karena baik k dan  adalah bilangan positif ,

k = 2/ (5.5)

Gambar 5.3. Sebuah fungsi harmonik sebagai profile gelombang harmonik. Satu
panjang gelombang berkaitan dengan suatu perubahan fase  sebesar 2 rad.

Gambar 5.3 menunjukkan bagaimana memplot profil dari persamaan (5.2)


dalam . Disini  adalah argumen dari fungsi sinus, disebut juga fase. Perhatikan
bahwa   x   0 kapanpun sin   0 , yang terjadi ketika   0,  , 2 , 3 ,... dan
selanjutnya. Hal ini nterjadi berturut-turut di x  0,  2,  , dan 3 2 .

Analog dengan  yang dibahas di atas adalah periode temporal  yang


merupakan jumlah waktu yang diperlukan untuk satu gelombang penuh melewati
pengamat diam. Dalam hal ini, periode merupakan sifat pengulangan dari gelombang
dalam waktu, sehingga
  x , t     x, t    (5.6)
dan sin k  x  vt   sin k x  vt   
sin k  x  vt   sink  x  vt   2 

Oleh karena itu kv  2

133
Gambar 5.4. Sebuah gelombang harmonik bergerak sepanjang sumbu x selama waktu
satu periode. Amplitudo Gelombang adalah 3 cm, Panjang Gelombang adalah 2 m,
dan Periode adalah 4 s

Karena semua parameter adalah positif; maka


kv  2 (5.7)
2
atau v  2

dimana dapat disimpulkan

134

 (5.8)
v
Periode adalah angka bersatuan waktu untuk setiap gelombang (Gambar 5.4),
kebalikan dari periode temporal adalah frekuensi temporal, , atau jumlah
gelombang per satuan waktu (per sekon). Maka, dalam satuan siklus per sekon atau
Hertz. Persamaan (5.8) maka menjadi
v   (5.9)
Dua kuantitas yang sering digunakan dalam literature mengenai gerak
gelombang adalah: pertama frekuensi temporal angular
  2 /   2 (5.10)
yang dinyatakan dalam satuan radian per sekon. Yang kedua, yang penting dalam
spekstroskopi, yaitu bilangan gelombang atau frekuensi spasial
  1/  (5.11)
yang merupakan bilangan gelombang per satuan panjang (1/meter). Menggunakan
sejumlah definisi di atas maka persamaan gelombang harmonik berjalan dapat ditulis
dalam beberapa bentuk ekivalen berikut:
 x t 
y  x , t   A sin kx   t  y  x , t   A sin 2    
 T 
2
y  x , t   A sin 2   x   t  y  x , t   A sin x  vt  (5.12)

x 
y  x , t   A sin 2   x   t  y  x , t   A sin 2    t 
v 

Gelombang Bidang
Gelombang bidang merupakan contoh paling sederhana dari
gelombang tiga dimensi. Pada suatu waktu tertentu, ketika semua permukaan dimana
suatu gangguan mempunyai fase konstan membentuk himpunan bidang-bidang,
masing-masing umumnya tegak lurus arah perambatan.
Ekspresi matematis untuk sebuah bidang yang tegak lurus pada suatu vektor
k dan melewati suatu titik (xo,yo,zo) adalah mudah diturunkan (Gambar 5.5.a).
Pertama, ditentukan vektor posisi dalam koordinat Cartesian yang dinyatakan dalam
vektor-vektor basis r  xi  yj  zk . Vektor posisi ini beawal dari origin O dan
berakhir di titik  x, y, z  dalam ruang.
r  r0   x  x0 i   y  y0 j  z  z 0 k
Dengan membuat

135
r  r0   k  0 (5.13)

r  r0  adalah vektor pada bidang yang tegak lurus dengan k , bila

r  k xi  k y j  k zk (5.14)

Persamaan (5.13) dapat dinyatakan dalam bentuk


k x x  x0   k y  y  y 0   k z z  z 0   0 (5.15)

atau kx x  k y y  kz z  a (5.16)

dimana k x x0  k y y 0  k z z 0  konstanta (5.17)

Gambar 5.5 (a) Sebuah gelombang bidang yang bergerak dalam arah k . (b) dan (c)
Muka gelombang dari sebuah gelombang bidang harmonik.

Bentuk paling mendekati persamaan sebuah bidang yang tegak lurus pada k adalah
k  r  konstanta  a (5.18)

136
Bidang adalah tempat titik-titik yang mempunyai vektor posisi masing-masing dengan
proyeksi yang sama terhadap arah k .
Maka kita dapat menyatakan himpunan bidang-bidang dimana  (r) bervariasi
dalam ruang secara sinusoidal,
 r   A sin k  r  (5.19)

 r   A cosk  r  (5.20)

atau  r   Ae i k.r  (5.21)


Masing-masing ekspresi dari  r  adalah konstan pada setiap bidang yang
didefinisikan oleh k  r  konstanta . Karena gelombang yanga ditinjau adalah
harmonik, maka ia dengan sendirinya akan berulang dalam ruang setelah bergeser
sejauh  searah k . Gambar 5.5.b menyatakan gelombang bidang harmonik. Dalam
hal ini dilukiskan hanya beberapa bidang, masing-masing mempunyai  r  .
Sifat pengulangan secara spasial dari fungsi harmonik ini dapat dinyatakan
sebagai berikut
 k 
 r    r  r   (5.22)
 k 
dimana k adalah besar dari k dan k/k adalah vektor satuan sejajar dengannya (Gambar
5.5.a) Dalam bentuk eksponensial, hal ini ekivalen dengan
Ae ik .r  Ae ik r  k / k   Ae ik .r e ik (5.23)
Agar supaya persamaan tersebut di atas benar, maka e ik  1  e i 2 , oleh karena:
k  2 dan k  2  . Vektor k , yang besarnya merupakan angka gelombang k ,
disebut vektor gelombang.
Disebarang titik tetap dalam ruang dimana r adalah konstan, fase adalah
konstan dan begitu juga  r  adalah konstan. Dalam kasus bergerak,  r  haruslah
dibuat bervariasi terhadap waktu dengan memasukkan variabel waktu.
 r , t   Ae i k r t  (5.24)
Sepanjang gangguan ini bergerak searah k kita dapat menandai fase yang yang
berkaitan dengan gangguan di settiap titik dalam ruang dan waktu. Pada suatu titik
tertentu, permukaan yang menghubungkan semua titik berfase sama dikenal sebagai
muka gelombang atau permukaan gelombang. Perhatikan bahwa fungsi gelombang
akan mempunyai harga konstan pada muka gelombang hanya jika amplitudo A
mempunyai harga tetap di setiap titik pada muka gelombang. Secara umum A adalah

137
fungsi r dan mungkin tidak konstan pada seluruh ruang atau bahkan pada suatu muka
gelombang. Dalam kasus ini, gelombang dikatakan tak homogen.
Kecepatan fase sebuah gelombang bidang (5.24) adalah sama dengan
kecepatan perambatan muka gelombang. Dalam Gambar 5.5.a, komponen skalar r
dalam arah k adalah rk . Gangguan pada suatu muka gelombang adalah konstan,

sehingga setelah waktu dt, jika muka gelombang bergerak searah k sejauh drk . kita
dapatkan relasi
 r, t    rk  drk , t  dt    rk , t  (5.25)
Dalam bentuk eksponensial,
 r , t   Ae i k r t   Ae i  kr  kdr t dt   Ae i kr t 
k k k

dan sehingga seharusnya kdrk  dt .

Besarnya kecepatan gelombang, drk dt , adalah

drk 
   v (5.26)
dt k
Bila system koordinat dalam Gambar 5.5.a diputar sehingga k sejajar sumbu- x ,
maka
 1 r, t   Ae i  kxt 
karena k  r  krk  kx . Maka gelombang tereduksi menjadi gelombang satu dimensi.

Sekarang kita tinjau dua gelombang yang mempunyai panjang gelombang


sama sedemikian hingga k  k1  k 2  2  . Gelombang-1 yang merambat
sepanjang sumbu- z dinyatakan sebagai berikut:
 2 
 1  A1 cos z  t 
  
dimana, karena k 1 dan r adalah sejajar, k 1  r  kz  2  z . Hal yang sama untuk
gelombang-2, k 2  r  k z z  k y y  k cos  z  k sin   y dan

 2
 2  A2 cos   z cos   y sin    t 
 
Kita akan kembali ke ekspresi di atas dan apa yang terjadi di dalam daerah
superposisi ketika kita meninjau peristiwa interferensi lebih detail.
Gelombang bidang harmonik sering ditulis dalam koordinat Cartesian sebagai
berikut

138
 
  x, y, z , t   Ae
i k x x  k y y  k z z t
(5.27)

  x, y, z , t   Ae i  k x y z t  (5.28)


dimana  ,  , dan  adalah cosinus arah dari k . Besar vektor perambatan adalah


k  k  k x2  k y2  k z2  1
2
(5.29)

dan tentunya
2  2  2 1 (5.30)

Gambar 5.6. Superposisi dua gelombang. Panjang gelombang keduanya sama namun
arahnya berbeda.

Gelombang Sferis
Contoh gelombang sferis misalnya pada peristiwa batu dijatuhkan pada
permukaan kolam. Kerutan-kerutan air permukaan kolam menyebar sebagai
gelombang melingkar dua dimensi dari titik jatuhnya batu. Jika fenomena ini
diperluas dalam ruang tiga dimensi, dimana sumber gelombang yang dikelilingi fluida
berdenyut secara sferis. Selama sumber mengembang dan berkontraksi, ia
membangkitkan variasi tekanan yang merambat keluar sebagai gelombang sferis.
Sekarang ditinjau sebuah sumber titik cahaya ideal. Radiasi yang memancar
dari aliran keluar secara radial, secara uniform ke semuah arah. Sumber tersebut
dikatakan isotropic dan muka gelombang yang dihasilkan merupakan bola konsentris
yang bertambah diameternya selama mengembang keluar. Sehingga secara matematis

139
gelombang sferis lebih cocok bila dinyatakan dalam koordinat sferis (Gambar 5.7).
Dalam sistem koordinat ini operator Laplacian adalah sebagai berikut
1   2   1     1 2
2   r    sin    (5.31)
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2
dimana r ,  , dan  didefinisikan oleh
x  r sin  cos  , y  r sin  sin  , z  r cos 

Gambar 5.7 Geometri sistem koordinat sferis

Dalam hal ini kita mencari deskripsi gelombang sferis yaitu gelombang yang simetri
secara sferis (yaitu tidak tergantung pada  dan  ) sehingga
 r    r , ,     r 
Laplacian dari  r  adalah

1   2  
2  r  (5.32)
r 2 r  r 
Kita dapat memperoleh hasil ini tanpa menggunakan persamaan (5.31). Mulai dengan
bentuk Cartesian dari Laplacian,
2 2 2
2    (5.33)
x 2 y 2 z 2

yang dioperasikan pada fungsi gelombang sferis  r  , dan mengkonversi setiap suku
ke koordinat polar. Dengan mengkaji hanya kegayutan pada-x, kita dapatkan
  r

x r x

140
2
 2  2  r    2 r
dan     karena  r    r 
x 2 r 2  x   r x 2
r x
Dengan menggunakan x 2  y 2  z 2  r 2 , kita dapatkan 
x r
 2r 1    1 1 x2 
 x  x     1  
x 2 r x x  r  r  r 2 

 2 r x 2  2 1  x 2  
dan maka   1  2 
 .
x 2 r 2 x 2 r  r  r

 2  2
Menngunakan cara yang sama diperoleh 2 dan , dengan menjumlahkan
y z 2

 2 2 
ketiganya diperoleh  2 r    (5.34)
r 2 r r
yang serupa dengan persamaan (5.34). Hasil ini dapat dinyatakan dalam bentuk lain
sebagai berikut
1 2
  r  
2
 r  (5.35)
r r 2
Maka persamaan gelombang dapat dituliskan sebagai berikut
1 2 1  2
 r    (5.36)
r r 2 v 2 t 2
Dengan mengalikan kedua ruas dengan r, dihasilkan
2 1 2
 r     r  (5.37)
r 2 v 2 t 2
Perhatikan bahwa ekspresi ini sekarang merupakan persamaan gelombang satu
dimensi, dimana variabel ruang r dan fungsi gelombang adalah perkalian r  .
Penyelesaian persamaan (5.37) adalah
r r , t   f r  vt 
f r  vt 
atau  r , t   (5.38)
r
Ini menyatakan sebuah gelombang sferis yang merambat secara radial kelura dari
pusat, pada kelajuan konstan v , dan yang mempunyai suatu bentuk fungsi sebarang
f . Bentuk lain dari penyelsaian ini dinyatakan oleh
g r  vt 
 r , t  
r

141
dan dalam kasus ini gelombang konvergen ke pusat.
Kasus khusus dari penyelesaian umum
f r  vt  g r  vt 
 r , t   C1  C2 (5.39)
r r
adalah gelombang sferis harmonik
 A
 r , t     cos k r  vt  (5.40)
r
 A  ik  r  vt 
atau  r , t    e (5.41)
r
dimana A adalah kekuatan sumber. Pada suatu harga t tertentu, persamaan ini
menyatakan sekelompok bola konsentris yang mengisi semua ruang. Setiap muka
gelombang, atau permukaan fase konstan, dinyatakan oleh
kr  konstanta

(a)

(b)

(c )

Gambar 5.8 (a) Muka gelombang sferis. (b) Ekspansi quadropole dari sebuah pulsa
sferis. (c) Perataan gelombang sferis sebagai fungsi jarak

Perhatikan bahwa amplitudo gelombang sferis adalah fungsi r , dimana suku r 1


berfungsi sebagai factor atenuasi. Tidak seperti gelombang bidang, gelombang sferis
berkurang amplitudonya, sambil berubah profilnya, selama ia merambat keluar dari
pusat. Gambar 5.8.a mengilustrasikan hal ini secara grafis dengan menunjukkan
beberapa puncak pulsa sferis pada empat waktu berbeda. Gambar 5.8.b merupakan
upaya untuk merepresentasikan  r  secara diagram dari Gambar 5.8.a ke bentuk

142
sesungguhnya sebagai gelombang sferis. Selama muka gelombang sferis merambat
menjauhi sumber, jarijarinya bertambah. Untuk jarak yang cukup jauh dari sumber,
segmen luasan muka gelombang dapat dianggap sebagai muka gelombang dari
gelombang bidang (Gambar 5.8.c).

Gelombang Silindris
Dalam bagian ini kita akan mengenal bentuk gelombang lain, yaitu gelombang
silindris. Namun demikian, prosedur matematis untuk menurunkan persamaan
gelombang ini terlalu panjang untuk dijelaskan dalam bab ini. Sebagai gantinya kita
hanya menjelaskan garis besar dari prosedur tersebut. Laplacian untuk  dalam
koordinat silindris (Gambar5.9.a) adalah
1     1  2  2
 2  r   (5.42)
r r  r  r 2  2 z 2
dimana
x  r cos  y  r sin  zz
Kasus sederhana dari simetri silindris menghendaki bahwa
 r    r , , z    r 
Ketidak tergantungan  , berarti bahwa sebuah bidang yang tegak lurus pada sumbu
z akan memotong muka gelombang dalam sebuah lingkaran, yang mungkin
bervariasi dalam r , pada harga z berbeda. Selain itu, Ketidak tergantungan  berarti
bahwa sebuah bidang tegak lurus pada sumbu z akan memotong muka gelombang
dalam sebuah lingkaran.

(a) (b)

Gambar 5.9. (a). Geometri Koordinat silindris. (b). Gelombang silindrir memancar
dari celah panjang yang sempit.

143
Penurunan Persamaan Gelombang Pada Tali
Persamaan gelombang untuk sebuah gelombang di dalam tali ideal dapat
diperoleh menggunakan hukum kedua Newton pada segmen kecil tali (Gambar 5.10).

Gambar 5.10. (a) Gaya tegang pada tali yang bergelombang. (b) Analisis gaya pada
segmen tali tegang menghasilkan dua relasi

Ketika suatu tegangan horizontal konstan T dipertahankan di dalam tali maka


T1 cos   T2 cos   T
Hukum kedua Newton menjadi
2 y
T2 sin   T1 sin   x
t 2
Kombinasi keduannya menghasilkan
T2 sin  T1 sin  x  2 y
 
T2 cos  T1 cos  T t 2

x  2 y
tan   tan  
T t 2
Dan dengan mengkaitkan ini dengan slopes (lihat Gambar 5.10.b) di ujung segmen
menghasilkan
y y
tan   tan  
x x  x x x

1  y y    2 y
  
x  x x  x x x  T t 2

Dalam limit ini menjadi

144
2 y  2 y
 (5.43)
x 2 T t 2

Constraints Tali ideal


Agar supaya persamaan gelombang berlaku pada gelombang di dalam sebuah
tali, ia harus memenuhi constraints. Untuk sebuah tali ideal, diasumsikan bahwa
1. Tali diasumsikan uniform sempurna dengan massa persatuan panjang konstan, dan
elastic sempurna dengan tanpa resistensi terhadap lengkungan.
2. Tegangan tali diasumsikan cukup besar sehingga gravitasi dapat diabaikan.
3. Segmen kecil tali diasumsikan bergerak transversal dalam bidang tegak lurus pada
tali, dan bahwa pergeseran dan slope dari segmen tali adalah kecil.
Walaupun dipaksakan, idealisasi ini memungkinkan penurunan persamaan gelombang
yang dengan baik menjelaskan getaran dari tali real tipis.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.1 dan 5.2 di bawah ini
Soal 5.1
Tunjukkan bahwa y  f 2 ct  x  adalah penyelesaian dari persamaan gelombang

2 y 1 2 y

x 2 v 2 t 2

Soal 5.2
Tunjukkan bahwa profil gelombang berikut y  f1 vt  x  tetap tidak berubah sebagai
fungsi waktu ketika v adalah kecepatan gelombang. Untuk mengerjakan ini tinjau
ekspresi untuk y pada saat t  t dimana t  x v . Ulangi soal tersbut untuk
y  f 2 vt  x  .

Jika y adalah simpangan harmonik sederhana dari sebuah osilator pada


posisi x dan t kita berharap untuk dapat menyatakannya dalam bentuk
y  a sin t    , dan faktanya semua gelombang yang kita mendiskusikan dalam
buku ini akan dideskripsikan oleh fungsi sinus dan cosinus
Kurung vt  x  dalam ekspresi y  f vt  x  mempunyai dimensi panjang
dan, untuk fungsi sinus atau cosinus, argumenya harus mempunyai dimensi radian
145
sehingga vt  x  harus dikalikan oleh faktor 2  , dimana  adalah suatu panjang
yang didefinisikan.

Gambar 5.4 Lokasi dari simpangan osilator dalam suatu medium kontinyu sebagai
sebuah gelombang melewati lokasi-lokasi yang nerjalan dalam arah x positif. Panjang
gelombang  didefinisikan sebagai jarak antara dua osilator yang mempunyai beda fase
2 rad.

Kita sekarang dapat menulis


2
y  a sin t     a sin vt  x 

sebagai solusi persamaan gelombang jika 2v     2 , dimana  adalah
frekuensi osilasi dan   2x  .
Ini berarti bahwa jika sebuah gelombang, sedang bergerak ke kanan,
melewati osilator-osilator di dalam medium dan suatu foto diambil saat t  0 , lokasi
simpangan osilator (Gambar 5.4) akan diberikan oleh ekspresi
y  a sin t     a sin 2 vt  x   . Jika kita sekarang mengamati gerak osilator
pada posisi x  0 ia akan dinyatakan oleh y  a sin t .
Setiap osilator di sebelah kananya pada suatu posisi x akan diset pada saat
kemudian oleh gelombang yang bergerak ke kanan; gerak ini dinyatakan oleh
2
y  a sin t     a sin vt  x 

yang mempunyai ketertinggalan fase  terhadap osilator di x  0 . Ketertinggalan

fase ini   2x  , sehingga jika x   ketertinggalan fase adalah 2 rad, ekivalen
dengan getaran sebuah osilator satu siklus lengkap.
Ini mendefinisikan  sebagai panjang gelombang, separasi dalam ruang antara
dua osilator dengan beda fase 2 rad. Ekspresi 2v     2 menghasilkan

146
v   , dimana v , kecepatan gelombang atau fase, adalah perkalian frekuensi dan
panjang gelombang. Maka,  c  1    , periode osilasi, yang menunjukkan bahwa
gelombang bergerak satu panjang gelombang dalam waktu itu. Seorang pengamat di
suatu titik akan dilewati oleh  panjang gelombang per detik, suatu jarak per satuan
waktu sama dengan kecepatan dari g vt  x  elombang.
Jika gelombang sedang bergerak ke kiri tanda dari  diubah karena osilasi di
x mulai sebelum bahwa di x  0 . Karenanya, kurung menyatakan sebuah gelombang
sedang bergerak ke kanan dan vt  x  menyatakan sebuah gelombang dalam x
negatif.
Terdapat beberapa ekspresi ekivalen untuk y  f vt  x  yang dapat
dinyatakan sebagai fungsi sinus, walaupun juga dapat dinyatakan sebagai fungsi
cosinus. v
Ekspresi tersebut adalah:
2  x
y  a sin vt  x  y  a sin 2 t  
  

 x
y  a sin   t   y  a sin t  kx 
 v
dimana k  2    v disebut angka gelombang; fungsi sinus atau cosinus dapat

dinyatakan dalam eksponensial berikut y  aei t  kx  .


Dalam sistem satu dimensi gelombang dapat digrafikkan sebagai fungsi
periodik dari waktu dan jarak (Gambar 5.11). Sebuah gelombang berfrekuensi tunggal
akan terlihat sebagai fungsi sinus. Dari grafik jarak kita dapat menentukan panjang
gelombang (), sedangkan dari grafik waktu diperoleh periode (T) dan frekeunsi (f).
Dari keduanya kita dapat menentukan kecepatan gelombang.

Gambar 5.11. Grafik Gelombang sebagai fungsi waktu dan jarak

147
Masing-masing ekspresi di atas adalah penyelesaian persamaan gelombang
yang menyatakan simpangan osilator dan fasenya terhadap suatu osilator acuan.
Perubahan simpangan osilator dan perambatan fasenya adalah apa yang kita amati
sebagai gerak gelombang.
Kecepatan gelombang atau fase adalah x t , laju dimana gangguan
bergerak melewati osilator; kecepatan osilator atau partikel adalah kecepatan gerak
harmonik sederhana y t atau dikenal sebagai kecepatan transversal gelombang

Kecepatan dan Percepatan Transversal Gelombang berjalan


Setiap elemen tali, misalkan titik P, berosilasi dengan gerak harmonik
sederhana di dalam vertikal. Dengan memisalkan bahwa gelombang adalah sinusoida.
Kelajuan transversal vy (jangan dibingungkan dengan kelajuan gelombang v) dan
percepatan transversal ay dari elemen tali adalah

dy y
vy     A cos  kx  t 
dt x  konstan t
dv y v y
ay     2 A sin  kx  t 
dt x  konstan
t

Dengan memilih salah satu ekspresi di atas untuk gelombang bergerak ke


kanan,
y  a sin t  kx 
Kita mendapatkan
y y
 a cost  kx  dan   ka cost  kx 
t x

148
y  y y  x y 
sehingga   v    
t k x x  t x 
Kecepatan partikel y t oleh karena itu merupakan perkalian kecepatan gelombang

v  x t dan gradien profil gelombang dengan tanda negatif untuk gelombang yang
merambat ke kanan y  f vt  x  .

Gambar 5.12. Besar dan arah kecepatan partikel atau kecepatan transversal
y t  v y x di sebarang titik x ditunjukkan oleh panah dalam gelombang sinus
bergerak ke kanan di atas.

Dalam Gambar 5.12 panah-panah menunjukkan arah kecepatan partikel


atau kecepatan transversal pada berbagai titik dari gelombang yang bergerak ke kanan.
Jelas bahwa kecepatan partikel meningkat searah dengan gaya transversal dalam
gelombang dan kita akan melihat dalam bagian berikut bahwa gaya ini adalah
y
T
x
dimana T adalah tegangan tali.

Kuis 5.1. Sebuah gelombang sinusoida berfrekuensi f bergerak sepanjang tali yang
teregang. Tali kemudian dihentikan bergetar, dan sebuah gelombang berjalan kedua
berfrekuensi 2f dibangkitkan pada tali. Kelajuan gelombang dari gelombang kedua

149
adalah (a) dua kali dari gelombang pertama, (b) separuh dari gelombang pertama, (c)
sama (d)tidak dapat ditentukan.
Jawab:
(c) Kelajuan gelombang ditentukan oleh medium, maka ia tidak dipengaruhi oleh
perubahan frekuensi.

Kuis 5.2.Tinjau gelombang dalam kuis 1 di atas. Panjang gelombang gelombang


kedua adalah (a) dua kali dari gelombang pertama, (b) separuh gelombang pertama, (c)
sama, (d) tidak dapat ditentukan.
Jawab:
(b) karena kelajuan gelombang tetap sama, akibat pelipat gandaan frekuesi adalah
panjang gelombang menjadi separuh besarnya

Contoh 5.1
Sebuah gelombang sinusoida yang bergerak dalam arah x positif mempunyai
amplitudo
15,0 cm, panjang gelombang 40,0 cm, dan frekuensi 8,00 Hz. Posisi vertikal dari
elemen medium pada saat t = 0 dan x = 0 adalah juga 15,0 cm, seperti ditunjukkan
dalam gambar di bawah

(a)Tentukan angka gelombang k, periode T, frekuensi angular  dan kelajuan


gelombang v
Penyelesaian:
(a) Menggunakan persamaan gelombang berjalan, didapatkan kesimpulan
2 2 rad
k   0,157 rad/cm
 40,0 cm
1 1
k   0,125 s
f 8,00 s -1

150
  2f  2 8,00 s -1   50,3 rad/s
 
v  f  40,0 m  8,00 s -1  320,0 cm/s
(b)Tentukan konstanta fase , dan tuliskan persamaan umum untuk fungsi gelombang
tersebut.
Penyelesaian
Karena A = 15,0 cm dan karena y = 15,0 cm di x = 0 dan t = 0, substitusi dalam
persamaan gelombang diperoleh
15,0 = (15,0) sin , atau sin  = 1
Kita bisa mengambill harga prinsipal    / 2 rad (atau 90o). Maka, fungsi
gelombang adalah berbentuk
 
y  A sin  kx  t    A coskx  t 
 2
Fungsi gelombang haruslah mempunyai bentuk seperti ini, catat bahwa fungsi
cosinus mempunyai bentuk sama dengan fungsi sinus namun bergeser 90o. Dengan
mensubstitusi harga A, k, dan  dalam ekspresi di atas diperoleh persamaan
gelombang
y  15 cm  cos0,157 x  50,3t 

Kuis 5.3. Anggap anda membangkitkan sebuah pulsa dengan menggerakkan ujung
bebas sebuah tali terikat naik turun sekali dengan tangan anda yang dimulai dengan t
= 0. Tali dikaitkan pada tembok diujung yang lain. Pulsa mencapai tembok pada saat t.
Yang mana dari aksi-aksi berikut menurunkan interval waktu yang diperlukan pulsa
mencapai dinding? Lebih dari satu jawaban mungkin benar. (a) menggerakkan tangan
anda lebih cepat, tetapi tetap hanya naik turun sekali dengan jumlah yang sama (b)
menggerakkan tangan anda lebih lambat, tetapi tetap hanya naik turun sekali dengan
jumlah yang sama (c) menggerakkan tangan anda dengan simpangan lebih jauh naik
turun dalam selang waktu yang sama (d) menggerakkan tangan anda dengan
simpangan lebih kecil naik turun dalam selang waktu yang sama (e) menggunakan tali
lebih berat dengan panjang sama dan tegangan sama (f) menggunakan tali lebih
ringan dengan panjang sama dan tegangan sama (g) menggunakan sebuah tali dengan
kerapatan tetapi tegangan berkurang (h) menggunakan tali dengan kerapatan sama
tetapi tegangan ditingkatkan.
Jawab:

151
Hanya jawaban (f) dan (h) adalah benar. (a) dan (b) mempengaruhi kelajuan
transversal partikel dari tali, tetapi bukan laju gelombang sepanjang tali. (c) dan (d)
mengubah amplitudo. (e) dan (g) meningkatkan interval waktu dengan menurunkan
kelajuan gelombang.

Contoh 5.2.
Sebuah tali uniform bermassa 0,300 kg dan panjang 6,00 m (lihat gambar di bawah).
Tali

Melewati sebuah katrol dan menahan sebuah benda 2,00 kg. Tentukan kelajuan
sebuah pulsa yang merambat sepanjanh tali ini.
Penyelesaian
Tegangan tali T sama dengan berat benda 2,00 kg yang digantungkan:
 
T  mg  2,00 kg  9,80 m/s 2  19,6 N
(Perhitungan tegangan ini mengabaikan massa tali yang kecil. Artinya, tali tidak
pernah dapat secara tepat horisontal, dan oleh karena itu tegangan tidak uniform.)
Massa per satuan panjang µ dari tali adalah
m 0,300 kg
   0,050 kg/m
l 6,00 m
Oleh karena itu, kelajuan gelombang adalah
T 19,6 N
v   19,8 m/s
 0,0500 kg/m
Bagaimana jika balok sedang berayun maju mundur antara sudut maksimum ±20o
terhadap vertikal? Berapa rentang kelajuan gelombangakan terjadi pada kawat
horisontal?
Penyelesaian
Gambar di bawah ini menunjukkan balok yang sedang berayun pada tiga posisi-posisi
tertinggi, posisi terendah, dan posisi sembarang. Dengan menjumlahkan gaya-gaya

152
pada balok dalam arah radial ketika balok pada posisi sembarang, hukum kedua
Newton menyatakan
2
vbalok
 F  T  mg cos   m L
dimana percepatan balok adalah sentripetal, L adalah panjang potongan vertikal tali,
dan vbalok adalah kelajuan sesaat dari balok pada posisi sembarang. Sekarang tinjau
kekekalan energi mekanik untuk sistem bumi-balok. Kita mendefinisikan energi
potensial gravitasi untuk sistem ketika balok berada pada posisi terendah, titik C
dalam gambar. Dengan menyamakan energi mekanik sistem ketika balok di A dan
ketika di B, kita dapatkan

E A  EB
mgh maks  mgh  12 mv balok
2
 mv balok
2
 2mg hmaks  h 

Dengan mensubstitusi ini ke dalam persamaan ini, kita mendapatkan ekspresi untuk T
sebagai fungsi sudut  dan ketinggian h:
2mg hmaks  h   2 
T  mg cos    T  mg cos   hmaks  h 
L  L 

Harga maksimum dari T terjadi ketika  = 0 dan h = 0:

 2   2h 
Tmaks  mg cos   hmaks  0  mg 1  maks 
 L   L 

Harga minimum dari T terjadi ketika  = max dan h = hmax:

153
 2 
Tmin  mg cos  maks  hmaks  hmaks   mg cos 
 L 

Sekarang kita mendapatkan harga maksimum dan minimum dari kelajuan gelombang
v dengan menggunakan fakta bahwa, seperti kita lihat dalam gambar di atas, sudut 
dan ketinggian h terhubung dengan h = L – L cos :

T max mg 1  2hmax L 
vmax  
 

mg 1  2L  L cos  max  L 



mg 3  2 cos  max 


2,00 kg 9,80 m/s 2 3  2 cos 20o   21,0 m/s
0,050 kg/m
Tmin mg cos  max
vmin  
 


2,00 kg 9,80 m/s  cos 200  19,2 m/s
0,0500 kg/m

Contoh 5.3
Seorang pendaki gunung terjebak pada tebing gunung karena badai. Sebuah helikopter
menolong pendaki dengan melayang di atas pendaki dan menurunkan seutas kabel ke
pendaki. Massa kabel adalah 8,00 kg, dan panjangnya adalah 15,0 m. Sebuah kursi
bermassa 70.0 kg diikatkan pada ujung kabel. Pendaki mengikatkan dirinya pada kursi,
dan helikopter kemudiam dipercepat ke atas. Takut bergantungan pada kabel di udara,
pendaki mencoba mengirim sinyal ke pilot dengan mengirim pulsa transversal ke atas
tali. Sebuah pulsa membutuhkan waktu 0,250 s berjalan sepanjang kabel. Berapa
percepatan helikopter?
Penyelesaian
Untuk merumuskan masalah ini, bayangkan efek dari percepatan helikopter pada
kabel. Semakin tinggi percepatan ke atas, semakin besar tegangan kabel. Sebaliknya,
semakin besar tegangan, semakin tinggi kelajuan pulsa pada kabel. Maka, kita
mengelompokkan masalah ini sebagai suatu kombinasi dari hukum Newton dan
154
kelajuan pulsa pada tali. Untuk menganalisa masalah ini, kita menggunakan interval
waktu untuk pulsa bergerak dari pendaki ke helikopter untuk menemukan keljauan
pulsa pada kabel
x 15 m
v   60,0 m/s
t 0,250 s
Kelajuan pulsa pada kabel dinyatakan oleh
T  8 kg 
 T  v 2   60,0 m/s   1,92  10 N
2
v 3

  15 m 
Hukum kedua Newton menghubungkan tegangan dalam kabel dengan percepatan
pendaki dan kursi, yang sama dengan percepatan helikopter:

T 1,92  103 N
 F  ma  T  mg  ma  a  m
g 
150,0 kg
 9,80 m/s 2  3,00 m/s 2

Untuk melengkapi masalah ini, perhatikan bahwa sebuah kabel real mempunyai
kelenturan selain tegangan. Kelenturan cenderung mengembalikan suatu kawat ke
bentuk garis lurus awalnya bahkan ketika ia tidak dalam keadaan dibawah tegangan.
Sebagai contoh, sebuah kawat piano menjadi lurus jika dilepaskan dari suatu bentuk
lengkungan.
Kelenturan menyatakan suatu gaya pemulih selain tegangan, dan
meningkatkan kelajuan gelombang. Akibatnya, untuk sebuah kabel real, kelajuan 60,0
m/s yang telah kita tentukan sangat berkaitan dengan suatu tegangan lebih rendah dari
1,92 × 103 N dan dengan percepatan helikopter yang lebih kecil.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.3 di bawah ini
Soal 5.3
y y
Tunjukkan bahwa  v untuk gelombang bergerak ke kiri, gambar diagram
t x
untuk menunjukkan kecepatan partikel seperti dalam Gambar 5.5 (perhatikan bahwa
v adalah suatu besaran dan tidak berubah tanda)

Impedansi Karakteristik Seutas Tali (Tali Sebagai Osilator Dipaksa)


Sebarang medium dimana gelombang merambat akan menghadirkan suatu impedansi
pada gelombang tersebut. Jika medium adalah tanpa loss, dan tidak mempunyai

155
resistivitas atau mekanisme disipasi, inersia dan elastisitas, dan ia adalah real.
Kehadiran suatu mekanisme loss akan mengintroduksikan suatu suku kompleks di
dalam impedansi.
Seutas tali menghadirkan impedansi seperti itu pada gelombang yang
merambat dan ini didefinisikan, karena sifat gelombang, sebagai impedansi
transversal
Gaya transversal F
Z 
Kecepatan transversal v

Gambar 5.13. Tali sebagai osilator dipaksa dengan gaya vertikal F0e it yang
menggerakkannya di salah satu ujungnya.

Analisi berikut akan menekankan dua peran tali sebagai medium dan sebagai osilator
dipaksa.
Dalam Gambar 5.13 kita meninjau gelombang merambat pada tali yang
dibangkitan di salah satu ujung oleh suatu gaya osilasi, F0e it , yang arahnya

transversal pada tali dan beroperasi hanya dalam bidang kertas. Tegangan pada tali
mempunyai nilai konstan T , dan di ujung tali keseimbangan gaya-gaya menunjukkan
bahwa gaya yang diterapkan sama dan berlawanan dengan T sin  untuk semua
waktu, sehingga
 y 
F0e it  T sin   T tan   T  
 x 
dimana  adalah kecil.
Simpangan gelombang berjalan bisa direpresentasika secara eksponensial
oleh

156
y  Ae i t  kx 
dimana amplitudo A bisa kompleks karena relasi fasenya dengan F . Di ujung tali,
dimana x  0 ,
 y 
F0e it  T    ikTAe i t k .0 
 x  x 0
yang menghasilkan
F0 F v F v
A  0   dan y  0  ei t  kx 
ikT i  T  i  T 
(karena v   k ).
Kecepatan transversal atau kecepatan partikel
v
v  y  F0  ei t  kx 
T 
Dimana amplitudo kecepatan v  F0 Z , menghasilkan impedenasi transversal

T
Z  v (karena v 2 )
v
atau impedansi karakteristik dari tali.
Karena kecepatan v ditentukan oleh inersia (atau kerapatan) dan elastistas,
impedansi juga diatur oleh sifat-sifat ini.
(Kita dapat melihat bahwa amplitudo simpangan y  F0 Z , dengan relasi

fase  i terhadap gaya, adalah sesuai dengan yang diskusikan dalam getaran dipaksa.

Refleksi dan Transmisi Gelombang pada Seutas Tali di Perbatasan


Kita telah melihat bahwa seutas tali merepresentasikan impedansi karakteristik v
pada gelombang yang berjalan sepanjang tali tersebut, dan kita bertanya bagaimana
gelombang akan merespon suatu perubahan impedansi v yang mendadak. Kita akan
mengajukan pertanyaan mengenai gelombang ini, gelombang akustik, gelombang
tegangan dan arus dan gelombang elektromagnetik, dan kita akan mendapatkan suatu
pola yang konsiten tingkah lakunya.
Kita anggap bahwa seutas tali terdiri dari dua bagian yang disambung secara
halus di titik x  0 dengan tegangan konstan sepanjang keseluruhan tali. Kedua
bagian mempunyai kerapatan linier berbeda 1 dan  2 , dan oleh karena itu kecepatan

157
gelombang berbeda T 1  v12 dan T  2  v22 . Impedansi spesifiknya adalah 1v1
dan  2 v2 .
Dalam kedua gambar di bawah ini diilustrasikan perubahan fase gelombang ketika
merambat melewati ujung tali (Gambar 5.14) atau merambat di dalam medium yang
berbeda (Gambar 5.15 dan Gambar 5.16). Aturan umum berikut berlaku pada
gelombang pantul: ketika sebuah gelombang atau pulsa bergerak dari medium 1 ke
medium 2 dan v1  v2 (yaitu, ketika 2 adalah lebih rapat dari pada 1), gelombang
pantul terbalik atau berubah fase. Ketika sebuah gelombang atau pulsa bergerak dari
medium 1 ke medium 2 dan v1  v2 (yaitu ketika 1 lebih rapat dari pada 2),
gelombang pantul tidak terbalik atau fasenya tetap.

Gambar 5.14. Pemantulan sebuah pulsa berjalan di ujung tetap sebuah tali
teregang. Pulsa pantul terbalik, tetapi bentuknya tidak berubah. Pemantulan sebuah
pulsa berjalan di ujung bebas sebuah tali teregang. Pulsa pantul tidak terbalik.

Aturan umum berikut berlaku pada gelombang pantul: ketika sebuah gelombang
atau pulsa bergerak dari medium 1 ke medium 2 dan v1  v2 (yaitu, ketika 2 adalah
lebih rapat dari pada 1), gelombang pantul terbalik atau berubah fase. Ketika sebuah
gelombang atau pulsa bergerak dari medium 1 ke medium 2 dan v1  v2 (yaitu ketika
1 lebih rapat dari pada 2), gelombang pantul tidak terbalik atau fasenya tetap.

158
Gambar 5.15. (a) Sebuah pulsa yang bergerak ke kanan pada seutas tali ringan
dikaitkan pada sebuah tali lebih berat. (b) Bagian dari pulsa datang dipantulkan
(dan terbalik), dan sebagaian ditransmisikan ke tali yang lebih berat.

Gambar 5.16. (a) Sebuah pulsa bergerak ke kanan pada seutas tali yang berat
dikaitkan pada tali yang lebi ringan. (b) Sebuah pulsa datang sebagaian
dipantulkan dan sebagaian diteruskan dan pulsa yang dipantulkan tidak terbalik.

Sebuah gelombang berjalan sepanjang tali tersebut menemui


ketakkontinyuan impedansi di posisi x  0 dalam Gambar 5.17. Di posisi x  0 ini,
sebagian dari gelobang datang akan dipantulkan dan sebagaian lainya diteruskan ke
dalam medium dengan impedansi  2 v2 .
Kita akan menyatakan impedansi 1v1 sebagai Z1 dan impedansi  2 v2
sebagai Z 2 . Kita menuliskan simpangan gelombanmg datang sebagai yi  A1ei t  kx  ,

sebuah gelombang beramplitudo real A1 (bukan kompleks) yang berjalan dalam arah

x positif dengan kecepatan v1 . Simpangan gelombang pantul adalah yr  B1e i t  k1 x  ,


beramplitudo B1 dan berjalan balik dalam arah sumbu x negatif dengan kecepatan v1 .

Simpangan gelombang transmisi adalah yt  A2 ei t  kx  , beramplitudo A2 dan

merambat dalam arah sumbu x positif dengan kecapatan v2 .


Kita ingin mendapatkan koefisien amplitudo refleksi dan transmisi; yaitu,
nilai relatif dari B1 dan A2 terhadap A1 .Kita mendapatkan ini melalui dua syarat
batas yang harus dipenuhi saat dikonstinyuitas impedansi di x  0 .

159
Gambar 5. 17. Gelombang pada seutas tali berimpedansi 1v1 dipantulkan dan
ditransmisikan di perbatasan x  0 dimana tali berubah impedansi menjadi  2 v2

Syarat batas yang berlaku di x  0 adalah


1. Sebuah syarat geometri bahwa simpangan adalah sama di sebelah kiri dan kanan
dari x  0 untuk semua waktu, sehingga tidak terdapat diskontinyuitas simpangan.
2. Sebuah syarat dinamis bahwa terdapat suatu kekontinyuan gaya transversal
T y x  di x  0 , dan oleh karena itu berwujud slope kontinyu. Ini harus berlaku,
jika tidak suatu selisih gaya beraksi pada massa tali sangat kecil menghasilkan
percepatan tak terhingga; ini tidak diijinkan.
Syarat (1) di x  0 menghasilkan
yi  yr  yt
atau
A1i t  k1 x   B1ei t  k1x   A2e i t  k 2 x 
Di x  0 kita bisa menghapus suku eksponensial untuk menghasilkan
A1  B1  A2 (5.44)
Syarat (2) menghasilkan

T  yi  y r   T  yt
x x
di x  0 untuk semua t , sehingga
 k1TA1  k1TB1   k 2TA1
atau
T T T
 A1   B1   A2
v1 v1 v2

160
setelah menghapus eksponensial di x  0 . Tetapi T v1  1v1  Z1 dan
T v2   2v2  Z 2 sehingga
Z1  A1  B1   Z 2 A2 (5.45)
Persamaan (5.44) dan (5.45) menghasilkan
B1 Z1  Z 2
Koefisien pantul amplitudo, 
A 1 Z1  Z 2
dan
A2 2 Z1
Koefisien transmisi amplitudo, 
A1 Z1  Z 2

Gambar 5.18. Sebuah pulsa berbentuk seberang dipantulkan di impedansi tak terhingga
dengan suatu perubahan fase  rad, sehingga pulsa pantul terbalik bentuknya dari
bentuk gelombang awal. Pulsa di bidang pantul terbagi dalam tiga bagian A, B, dan C.
Pada saat pengamatan, bagian C telah dipantulkan dan mengalami pembalikan menjadi
C’. Bentuk sebenarnya dari pulsa yang diamati pada saat ini adalah A menjadi A+B-C’
dimana B = C’. Simpangan ini dititik pemantulan haruslah nol.

Kita segera melihat bahwa koefisien-koefisien ini adalah tak tergantung 


dan berlaku untuk gelombang semua frekuensi; mereka adalah real dan oleh karena
itu bebas dari perubahan fase selain  rad yang akan mengubah tanda dari suku
tersebut. Selain itu, rasio ini tergantung pada rasio dari impedansi. Jika Z 2   , ini
ekivalen dengan x  0 yang merupakan ujung terikat tali karena tidak ada gelombang
transmisi. Ini menghasilkan B1 A1  1 , sehingga gelombang datang dipantulkan
semua (seperti yang diharapkan) dengan perubahan fase sebesar  (pembalikan
fase)- syarat yang diperlukan untuk gelombang berdiri ada. Sekelompok gelombang
yang mempunyai banyak komponen frekuensi akan mempertahankan bentuknya pada

161
pemantulan di Z 2   Z 2   , tetapi akan mengalami pembalikan (Gambar 5.18).
Jika Z 2  0 , sehingga x  0 adalah ujung bebas tali, maka B1 A1  1 dan A2 A1  2 .
Ini menjelaskan pembalikan di ujung dari seutas tali ujung bebas ketika sebuah
gelombang mencapainya.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.4, 5.5 dan 5.6 di bawah ini
Soal 5.4
Sebuah pulsa berbentuk segitiga panjangnya l dipantulkan di ujung tetap seutas tali
dimana ia bergerak ( Z 2   ). Buat sketsa bentuk dari pulsa (lihat Gambar 5.8)
setelah (a) l 4 , (b) l 2 , (c) 3l 4 dan (d) l dari panjang pulsa dipantulkan. Bentuk
pulsa sebelum pemantulan diberikan oleh grafik dibawah ini:

Soal 5.5
Sebuah titik massa M dikonsentrasikan di sebuah titik pada seutas tali dengan
impedansi karakteristik v . Sebuah gelombang transversal berfrekuensi  bergerak
dalam arah x positif dan secara parsial dipantulkan dan ditransmisikan pada massa.
Syarat batas adalah bahwa simpangan tali tepat di kiri dan kanan dari massa adalah
sama  yi  yr  yt  dan bahwa beda antara gaya-gaya transversal tepat di kiri dan

kanan massa sama dengan massa kali percepatannya. Jika A1 , B1 dan A2 berturut-
turut adalah amplitudo gelombang datang, pantul dan transmisi tunjukkan bahwa
B1 iq A 1
 dan 2 
A1 1  iq A1 1  iq

dimana q  M 2 v dan i 2  1 .
Soal 5.6
162
Dalam soal 5.5, dengan menulis q  tan  , tunjukkan bahwa A2 tertinggal A1 sejauh
 dan bahwa B1 tertinggal A1 sejauh  2    untuk 0     2 .
Tunjukkan juga bahwa koefisien energi pantul dan transmisi direpresentasikan
berturut-turut oleh sin 2  dan cos 2  .

Pemantulan dan Transmisi Energi


Minat kita pada gelombang terutama adalah pada fungsi transfer energinya melalui
medium, dan kita akan meninjau apa yang terjadi energi dalam gelombang ketika ia
menemui sutau batas antara dua medium berbeda nilai impedansinya.
Jika kita meninjau setiap satuan panjang, massa  , dari tali sebagai sebuah
osilator harmonik sederhana beramplitudo A , kita mengetahui bahwa energi totalnya
adalah E  12  2 A2 , dimana  adalah frekuensi gelombang.

Gelombang tersebut sedang merambat dengan kecepatan v sehingga setiap


satuan panjang dari tali melakukan osilasi dengan berlalunya gelombang dengan
kelajuan energi yang dibawa sepanjang tali adalah
energi  kecepatan   12  2 A2v
Maka, laju energi yang sampai di perbatasan x  0 adalah energi yang
sampai bersama gelombang datang; yaitu
1
2 1v1 2 A12  12 Z1 2 A12
Laju energi meninggalkan perbatasan, melalui gelombang pantul dan transmisi,
adalah
1
2 1v1 2 B12  12  2v2 2 A22  12 Z1 2 B12  12 Z 2 2 A22
yang mana, dari rasio B1 A1 dan A2 A1 ,

Z Z  Z 2   4Z12 Z 2 1
2
1
 A 1 1
2 2
 2 Z1 2 A12
2
Z1  Z 2 2
1

Maka,energi adalah kekal, dan semua energi yang datang di perbatasan dalam bentuk
gelombang datang meninggalkan perbatasan dalam bentuk gelombang pantul dan
transmisi.

Koefisien Intensitas Pantuk dan Transmisi


Koefisien ini direpresentasikan oleh

163
2 2
Energi pantul Z1 B12  B1   Z1  Z 2 
    
Energi datang Z1 A12  A1   Z1  Z 2 
2
Energi transmisi Z 2 A22  A2  4 Z1 Z 2
    
Energi datang 2
Z1 A1  A1  Z1  Z 2 2
Kita melihat bahwa jika Z1  Z 2 tidak ada energi pantul dan impedansi dikatakan
cocok (matched).

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.7 dan 5.8 di bawah ini
Soal 5.7
Jika gelombang pada tali dalam Gambar 5.6 merambat dengan simpangan
y  a sin t  kx 
Tunjukkan bahwa laju rerata kerja oleh gaya (nilai rerata dari gaya transversal kali
kecepatan tarnsversal) sama denganlaju trnasfer energi sepanjang tali.

Soal 5.8
Suatu gaya harmonik transversal dengan nilai puncak 0,3 N dan frekuensi 5 Hz
membangkitkan gelombang beramplitudo 0,1 m di salah satu ujung seutas tali
panjnag dengan kerapatan linier 0,01 kg/m. Tunjukkan bahwa laju transfer energi
sepanjang tali adalah 3/20 W dan bahwa kecepatan gelombang adalah 30/ ms1.

Pencocokan Impedansi
Pencocokan impedansi merupakan suatu masalah praktis yang sangat penting dalam
transfer energi. Kabel jarak jauh yang membawa energi haruslah secara akurat cocok
di semua sambungan untuk menghindari pemborosan dari pemantulan energi.
Transfer daya dari suatu generator adalah maksimum ketika beban cocok dengan
impedansi generator. Sebuah pengeras suara dicocokkan dengan impedansi daya
keluaran amplifier dengan memilih rasio lilitan yang benar pada tranformator yang
digandeng. Contoh ini, penyisipan suatu elemen kopling (gandengan) antara dua
impedansi yang tidak cocok, adalah sangat penting aplikasi dalam cabang-cabang
fisika teknik dan optika. Kita akan mengilustrasikannya dengan menggunakan
gelombang pada seutas tali, tetapi hasilnya akan valid untuk semua sistem gelombang.

164
Kita telah melihat bahwa ketika sebuah sambungan halus ada antara dua tali
berbeda impedansi, energi akan dipantulkan diperbatasan. Kita sekarang akan melihat
bahwa penyisipan elemen panjang tali lain antara kedua tali yang tidak sama ini akan
memungkinkan kita mengeliminasi pemantulan energi dan mencocokkan impedansi.
Dalam Gambar 5.19 kita perlu mencocokkan impedansi Z1  1v1 dan
Z 3   3v3 dengan penyisipan halus seutas tali sepanjang l dan impedansi Z 2   2v2 .

Masalah kita adalah mendapatkan nilai l dan Z 2 .


Simpangan datang, pantul, dan transmisi di sambungan x  0 dan x  l
ditunjukkan dalam Gambar 5.13 dan kita membuat rasio
Energi transmisi Z 3 A32

Energi datang Z1 A12
sama dengan satu.
Syarat batas adalah bahwa y dan T y x  adalah kontinyu melintasi
sambungan x  0 dan x  l .
Antara Z1 dan Z 2 kontinyuitas dari y menghasilkan

A1e i t  k1 x   B1ei t  k1 x   A2 ei t  k 2 x   B2 ei t  k 2 x 


atau
A1  B1  A2  B2 di x  0 (5.46)

Hal yang sama kontinyuitas dari T y x  menghasilkan


T  ik1 A1  ik1B1   T  ik 2 A2  ik 2 B2 
Dengan membagi persamaan ini dengan  dan ingat bahwa T k    T v  v  Z
kita mendapatkan
Z1  A1  B1   Z 2  A2  B2  (5.47)
Hal yang sama di x  l , kontinyuitas y menghasilkan

A2e  ik 2l  B2e ik 2l  A3 (5.48)

dan kontinyuitas dari T y x  menghasilkan

 
Z 2 A2e  ik 2l  B2e  ik 2l  Z 3 A3 (5.49)

165
Gambar 5.19. Impedansi Z1  1v1 dan Z 3   3v3 dari dua tali dicocokkan
dengan penyisipan halus seutas tali sepanjang l dan impedansi Z 2   2v2 .
Gelombang datang dan pantul ditunjukkan untuk sambungan x  0 dan x  l .
Impedansi cocok ketika Z 22  Z1Z 3 dan l   4 dalam Z 2   2v2 , hasil ini benar
untuk gelombang di dalam semua medium.

Dari keempat persamaan batas (5.46), (5.47), (5.48) dan (5.49) kita memperoleh rasio
A3 A1 . Kita menggunakan persamaan (5.46) dan (5.47) untuk mengeliminasi B1 dan

memperoleh A1 dinyatakan dalam A2 dan B2 . Kemudian kita menggunakan


persamaan (5.48) dan (5.49) untuk mendapatkan A2 dan B2 dalam A3 . Persamaan

(5.46) dan (5.47) menghasilkan


Z1  A1  A2  B2  A1   Z 2  A2  B2 
atau
A2 r12  1  B2 r12  1
A1  (5.50)
2r12
dimana
Z1
r12 
Z2
Persamaan (5.48) dan (5.49) menghasilkan

166
r23  1
A2  A3e ik 2l (5.51)
2r23
dan
r23  1
A2  A3e ik 2l
2r23
dimana
Z2
r23 
Z3
Persamaan (5.7) dan (5.8) menghasilkan

A1 
A3
4r12 r23

r12  1r23  1eik2l  r12  1r23  1e ik 2l 


A3
4r13
   
r13  1 eik2l  e ik2l  r12  r23  eik2l  e ik 2l 
A3
 r13  1cos k2l  ir12  r23 sin k2l 
2r13
dimana
Z1 Z 2 Z1
r12 r23    r13
Z 2 Z3 Z3
Karenanya
2
 A3  4r132
  
 A1  r13  12 cos 2 k2l  r12  r23 2 sin 2 k2l
atau
Energi transmisi Z 3 A32 1 A32
 
Energi datang Z1 A12 r13 A12
4r13

r13  1 cos k2l  r12  r23 2 sin 2 k2l
2 2

Jika kita memilih l  2 4 , cos k 2l  0 dan sin k 2l  1 kita mendapatkan

Z 3 A32 4r13
 1
Z1 A1 r12  r23 2
2

Z1 Z 2
ketika r12  r23 yaitu ketika  atau Z 2  Z1Z 3
Z 2 Z3

167
Oleh karena itu, kita melihat bahwa jika impedansi dari medium gandengan
adalah rerata harmonik dari kedua impedansi dipenuhi dan ketebalan medium
gandengan adalah
2 2
dimana 2 
4 k2
Semua energi di frekuensi  akan ditransmisikan dengan pantulan nol.
Ketebalan dari lapisan dielektrik lensa optiks yang mengeliminasi pantulan
saat cahaya lewat dari udara ke dalam gelas adalah seperempat panjang gelombang.
Penampakan yang cerah meuncul karena kecocokan eksak terjadi pada hanjya satu
ferkuensi. Garis-garis transmisi dicocokkan dengan beban dengan menyisipkan
potongan garis dengan impedansi sesuai.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.9 dan 5.10 di bawah ini
Soal 5.9
Dalam gambar di bawah, medium berimpedansi Z1 dan Z 3 dipisah oleh suatu

medium antara berimpedansi Z 2 dan ketebalan  4 diukur dalam medium ini.


Sebuah gelombang datang tegak lurus medium pertama mempunyai amplitudo satuan
dan koefisien pantul dan transmisi ditunjukkan dalam gambar. Tunjuukan bahwa
amplitudo pantul total di dalam medium 1 yang sama dengan
 
R  tTR ' 1  rR ' r 2 R'2 ...
adalah nol di R  R ' dan tunjukkan bahwa ini mendefinisikan syarat
z 22  Z1Z 3

(Perhatikan bahwa untuk pantulan total nol di dalam medium 1, pantulan pertama R
dihapus oleh jumlahan semua pantulan berurutan.)

168
Soal 5.10
Relasi antara impedansi Z dan indeks bias dielektrik n diberikan oleh Z  1 n .
Cahaya merambat di dalam ruang bebas memasuki lensa kaca yang mempunyai
indeks bias 1,5 untuk panjang gelombang ruang bebas 5,5  10 7 m. Tunjukkan bahwa
pemantulan pada panjang gelombang ini dihilangkan menggunakan lapisan
berindeks bias 1,22 dan ketebalan 1,12 10 7 m.

Gelombang Berdiri Pada Seutas Tali Ujung-ujung Tetap


Kita telah melihat bahwa suatu gelombang progresif dipantulkan secara sempurna
oleh suatu impedansi tak terhingga dengan suatu perubahan fase amplitudo sebesar  .
Seutas tali panjang l yang ujung-ujungnya tetap atau terikat merepresentasi suatu
impedansi tak terhingga di setiap ujung; kita sekarang menyelidiki tingkah laku
gelombang pada tali seperti ini. Kita tinjau kasus paling sederhana sebuah gelombang
monokromatik berfrekuensi tunggal  dengan amplitudo a sedang bergerak dalam
arah sumbu x positif dan gelombang satunya beramplitudo b sedang bergerak dalam
arah sumbu x negatif. Simpangan pada tali di setiap titik maka akan diberikan oleh
y  aei t  kx   bei t  kx 
dengan syarat batas bahwa y  0 di x  0 dan x  l sebagai fungsi waktu atau untuk
semua nilai t .

169
Syarat y  0 di x  0 mengahsilkan 0  a  b eit untuk semua t , sehingga
a  b . Ini menyatakan secara fisis fakta bahwa suatu gelombang dari suatu arah
yang menemui impedansi tak terhingga di ujung lainnya secara sempurna dipantulkan
dengan perubahan fase amplitudo  . Ini berlaku untuk semua bentuk dan frekuensi
gelombang.
Maka
 
y  aeit e  ikx  e ikx   2i aeit sin kx (5.52)
Sebuah ekspresi untuk y yang memenuhi bentuk bebas waktu gelombang berdiri dari
persamaan gelombang
2 y
 k2y  0
x 2

    
karena 1 c 2  2 y t 2    2 c 2 y   k 2 y . Syarat bahwa y  0 di x  l untuk
semua t menghasilkan
l l
sin kl  sin  0 atau  n
c c
dengan membatasi nilai-nilai frekuensi yang diijinkan
nv nv v
n  atau  n  
l 2l n

n n  x nx
yaitu l yang mengahsilkan sin n  sin
2 v l
Frekuensi ini disebut frekuensi normal atau mode getaran yang telah temui
dalam bab getaran gandeng. Mereka biasa disebut frekuensi eigen, khusunya dalam
mekanika gelombang.
Frekuensi yang dimungkinkan tersebut mendefinisikan panjang tali sebagai
suatu kelipatan bulat setengah panjang gelombang, dan Gambar 5.20 menunjukkan
simpangan tali untuk empat panjang gelombang harmonik pertama ( n  1,2,3,4 ).
Nilau untuk n  1 disebut fundamental atau dasar.
Seperti dengan tali berbeban dalam bab getaran gandeng, semua mode
normal bisa disajikan pada saat yang sama dan simpangan umum berupa superposisi
simpangan di setiap frekeunsi. Ini merupakan masalah lebih rumit yang dibahas dalam
bab Metode Fourir.
Kita melihat bahwa untuk masing-masing harmonik tunggal n  1 akan
terdapat sejumlah titik posisi sepanjang tali yang selalu diam. Titik ini terjadi dimana

170
n x nx
sin  sin 0
v l
atau
nx
 r r  0,1,2,3,..., n 
l

Gambar 5.20. Empat harmonik pertama gelombang berdiri yang diijinkan antara dua
ujung tetap dari seutas tali (gambar (a) - (e)). Gambar (f) menunjukkan foto getaran
tali yang ujung-ujungnya terikat untuk empat harmonik pertama.

Nilai dari r  0 dan r  n menghasilkan x  0 dan x  l yang merupakan


ujung-ujung tali, tetapi di antara ujung-ujung terdapat n  1 posisi berspasi sama
sepanjang tali dalam harmonik ke n dimana simpangan selalu nol. Posisi-posisi ini
disebut simpul atau titik simpul, yang merupakan posisi dari gerak nol dalam suatu
sistem gelombang berdiri. Gelombang berdiri muncul ketika sebuah mode tunggal

171
dieksitasi dan gelombang datang dan pantul disuperposisi. Jika amplitudo dari
gelombang progresif ini sama dan berlawanan (disebabkan pemantulan sempurna),
titik-titik simpul akan ada. Namun demikian, sering pantulan tidak sempurna dan
gelombang dalam arah berlawanan tidak saling menghapus untuk menghasilkan titik-
titik simpul yang lengkap. Dalam kasus ini kita berbicara mengenai rasio gelombang
berdiri yang akan kita diskusikan dalam bagian berikut.
Namun demikian, kapanpun titik-titik simpul ada, kita mengetahui bahwa
gelombang berjalan dalam arah berlawanan adalah tepat sama sehingga fluks energi
total; yaitu, energi yang dibawa melintas satuan luasan per detik dalam suatu sistem
gelombang berdiri adalah nol.
Kembali ke persamaan (5.52), kita melihat bahwa ekspresi lengkap untuk
simpangan harmonik ke n diberikan oleh
n x
yn  2a  i cos nt  i sin nt sin
v
Kita dapat menyatakan ini dalam bentuk
n x
yn   An cos nt  Bn sin nt sin (5.53)
v

Dimana amplitudo mode ke n adalah An2  Bn2   2a .


12

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.11 di bawah ini
Soal 5.11
Buktikan bahwa simpangan yn gelombang berdiri di dalam persamaan (5.10)
memenuhi bentuk tak gayut waktu dari persamaan gelombang
2 y
 k2y  0
x 2

Energi Dari Seutas Tali Yang Bergetar


Seutas tali yang bergetar mempunyai baik energi kinetik maupun potensial. Energi
kinetik dari sebuah elemen panjang dx dan kerapatan linier  adalah 1
2  dx y 2 ;
energi kinetik total adalah integral dari elemen panjang ini sepanjang tali
1
1
Ekin   y 2 dx
20

172
Energi potensial adalah usaha yang dilakukkan oleh tegangan pada elemen dx ke
elemen panjang baru ds ketika tali sedang bergetar.
Maka
 2 12 
  y   
Epot   T ds  dx    T 1      1dx
  x   
2
1  y 
 T    dx
2  x 
Jika kita mengabaikan suku orde tinggi dari y x .

Sekarang perubahan panjang elemen dx adalah 1


2
y x  dx , dan jika tali
2

adalah elastis perubahan tegangan adalahn proporsional dengan perubahan panjang


sehingga, asalkan y x  dalam gelombang adalah orde pertama dari kuantitas kecil,
perubahan tegangan adalah orde kedua dan T bisa dianggap konstan.

Energi Dalam Setiap Mode Normal Dari Seutas Tali Yang Bergetar
Simpangan total y dalam talim adalah superposisi simpangan-simpangan yn dari

harmonik-hermonik individual dan kita dapat memperoleh energi dalam setiap


harmonik dengan mengganti yn untuk y di atas. Maka Energi kinetik dalam harmonik

ke n adalah
l
1
En kinetik     y n2 dx
20

dan energi potensial adalah


l 2
1  y 
En potensial   T   n  dx
2 0  x 

Karena kita telah menunjukkan bahwa untuk gelombang berdiri


n x
yn   An cos nt  Bn sin nt sin
v
maka
n x
y n   Ann sin nt  Bnn cos nt sin
v
dan

173
yn n
  An cos nt  Bn sin nt  cos n x
x v v
sehinga
1  x l
En kinetik   n2  An sin nt  Bn cos nt   sin 2 n dx
2

2 0
v

Dan

1 2  x l
En potensial  T 2n An cos nt  Bn sin nt   cos 2 n dx
2

2 v 0
v

Dengan mengingat bahwa T  v 2 kita mempunyai

En kinetik  potensial  
1
4

ln2 An2  Bn2 
1

 mn2 An2  Bn2
4

dimana m adalah massa dari tali dan An2  Bn2  adalah kuadrat simpangan maksimum

(amplitudo) dari mode. Untuk mendapatkan nilai eksak dari energi total En mode, kita

perlu mengetahui nilai presisi dari An dan Bn dan kita akan mengevaluasi ini dalam

bab mengenai Metode Fourier. Energi total dari tali yang bergetar adalah jumlahan
dari sewmua En dari mode-mode normal.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.12 di bawah ini
Soal 5.12
Energi total En dari suatu mode normal bisa didapatkan dengan metode alternatif.

Masing-masing bagian dx dari tali merupakan osilator harmonik sederhana dengan


energi total sama dengan energi kinetik maksimum osilasi

Ekin maks 
1
2
dx y n2  maks

1
2
 
dx n2 yn2 maks

Sekarang nilai dari  yn2 maks di titik x pada tali diberikan oleh

n x
y 
2
n maks 
 An2  Bn2 sin 2  c
Tunjukkan bahwa jumlahan energi-energi osilasi sepanjang tali; yaitu, integral
l
1
2
 
 n2  yn2 maks
dx
0

174
Merupakan hasil yang kita diharapkan.

Rasio Gelombang Berdiri


Ketika sebuah gelombang terpantung sempurna superposisi dari amplitudo datang dan
pantul akan menghasilkan titik-titik simpul (amplitudo nol) dimana amplitudo datang
dan pantul saling meniadakan, dan titik-titik simpangan maksimum sama dengan dua
kali amplitudo gelombang datang dimana mereka menguat.
Jika sebuah sistem gelombang progresif sebagaian dipantulkan dari suatu
perbatasan medium, misalkan koefisien pantul amplitudo B1 A1 dari sub bab terdahulu
ditulism sebagai r , dimana r  1 .
Amplitudo maksimum saat penguatan maka adalah A1  B1 ; amplitudo
minimum dinyatakan oleh A1  B1 . Dalam kasus ini rasioo amplitudo maksimum
terhadap amplitudo minimum dalam sistem gelombang berdiri disebut rasio
gelombang berdiri,
A1  B1 1  r
Rasio Gelombang Berdiri  
A1  B1 1  r

dimana r  B1 A1 .
Pengukuran nilai-nilai amplitudo maksimum dan minimum menghasilkan
nilai koefiesien refleksi untuk
B1 SWR - 1
r 
A1 SWR  1
Dimana SWR merujuk pada Standing Wave Ratio atau rasio gelombang berdiri.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.13 di bawah ini
Soal 5.13
Simpangan sebuah gelombang pada seutas tali yang diikat kedua ujungnya diberikan
oleh y  x, t   A cost  kx   rA cost  kx 
dimana r adalah koefisien refleksi. Tunjukkan bahwa ini bisa diekspresikan sebagai
superposisi gelombang berdiri y  x, t   A1  r  cos t cos kx  A1  r sin t sin kx .

175
Gugus Gelombang (wave group) dan Kecepatan Gugus (group velocity)
Diskusi kita sejauh ini dibatasi pada gelombang monokromatik yaitu gelombang
dengan frekuensi dan panjang gelombang tunggal. Dalam faktanya kebanyakan
gelombang berwujud gabungan sejumlah gelombang dengan frekuensi berbeda;
cahaya putih sebagai contoh, tersusun dari spektrum panjang gelombang cahaya
o o
tampak kontinyu terentang dari 3000 A dalam daerah biru sampai 7000 A dalam
daerah merah. Dengan menguji tingkah lagu gugus gelombang seperti itu membawa
ke jenis kecepatan ketiga yang disebutkan dalam bagian awal bab ini, yaitu kecepatan
gugus.

Superposisi Dua Gelombang Dengan Frekuensi Hampir Sama


Kita mulai dengan meninjau gugus gelombang yang terdiri dari dua komponen
beramplitudo sama a tetapi berfrekuensi hampir sama 1 dan 2 . Simpangan dari
masing-masing gelombang diberikan oleh
y1  a cos1t  k1 x  dan y2  a cos2t  k 2 x 
Superposisi amplitudo dan fase menghasilkan
   2 t k1  k 2 x     2 t k1  k 2 x 
y  y1  y2  2a cos  1   cos  1  
 2 2   2 2 
Sebuah sistem gelombang dengan frekuensi 1  2  2 yang sangat dekat dengan
frekuensi dari komponen gelombang lainnya tetapi dengan amplitudo maksimum 2a ,
dimodulasi sebagai fungsi ruang dan waktu oleh gugus yang berubah sangat lambat
berfrekuensi 1  2  2 dan angka gelombang k1  k 2  2 .
Sistem ini ditunjukkan dalam Gambar 5.15 dan menunjukkan, sudah tentu
hal ini sama dengan kasus osilator gandengan dalam bab sebelumnya. Kecepatan dari
gelombang baru adalah 1  2  k1  k2  yang mana, jika kecepatan fase

1 k1  2 k 2  v , menghasilkan
1  2
v
k1  k2   v
k1  k 2 k1  k 2
sehingga komponen gelombang dan superposisinya atau gugus akan bergerak dengan
kecepatan sama, profil dari kombinasinya dalam Gambar 5.21 tetap konstan.

176
Jika gelombang tersebut berupa gelombang bunyi intensitasnya adalah
maksimum kapanpun amplitudo adalah sama dengan 2a ; ini terjadi dua kali untuk
setiap periode frekuensi modulasi; yaitu pada frekuensi 1  2 .

Gambar 5.21. Superposisi dua gelombang dengan perbedaan frekuensi kecil 1 dan
2 membentuk suatu gugus. Osilasi lebih cepat terjadi pada frekuensi rerata
1  2  2 dan gugus gelombang yang bervariasi secara lambat mempunyai
frekuensi 1  2  2 , separuh beda frekuensi antara komponen-komponen
gelombang tersebut.

Layangan dari fluktuasi intensitas maksimum maka mempunyai frekuensi


sama dengan beda frekuensi 1  2 dari komponen-komponen gelombang. Dalam
contoh disini dimana komponen-komponen mempunyai amplitudo sama a ,
superposisi akan menghasilkan suatu amplitudo yang bervariasi antara 2a dan 0 ; ini
disebut modulasi lengkap atau 100%.
Secara lebih umum suatu gelombang termodulasi amplitudo bisa dinyatakan
oleh
y  A cost  kx 
dimana amplitudo modulasinya
A  a  b cos  ' t
Ini menghasilkan
b
y  a cost  kx   cos   't  kx  cos   't  kx
2

177
sehingga disini modulasi amplitudo mengintroduksikan dua frekuensi baru    ' ,
yang dikenal sebagai tone kombinasi atau sidebands. Modulasi amplitudo dari sebuah
frekuensi pembawa merupakan bentuk umum dari transmisi radio, tetapi
pembangkitan sideband-nya menyebabkan penumpukan frekuensi radio dan
interferensi antar gelombang dari stasion-stasion radio pemancar.

Gugus Gelombang dan Kecepatan Gugus


Anggap bahwa kedua komponen frekuensi di atas mempunyai kecepatan fase berbeda
sehingga 1 k1  2 k 2 . Kecepatan amplitudo maksimum dari gugus atau kecepatan
gugus
1  2 

k1  k 2 k
Sekarnag berbeda dengan kecepatan fase masing-masing komponen gelombang;
Superposisi dari kedua gelombang tidak lagi tetap konstan dan profil gugus akan
berubahn sebagai fungsi waktu.
Suatu medium dalam mana kecepatan fase tergantung frekuensi (  k tidak
konstan) dikenal sebagai medium dispersif. Suatum medium dispersif
mengekspresikan variasi  sebagai fungsi k . Jika suatu gugus berisi sejumlah
komponen frekuensi yang hampir sama ekspresi untuk kecepatan gugus dapat ditulis
 d

k dk
Kecepatan gugus adalah kecepatan amplitudo maksimum dari gugus sehingga ia
merupakan kecepatan dengan mana energi dalam gugus ditransmisikan. Karena
  kv , dimana v adalah kecepatan fase, maka kecepatan gugus adalah
d d
vg   kv   v  k dv  v   dv
dt dk dk d
dimana k  2  . Biasanya dv d adalah positif, sehingga vg  v . Ini disebut

dispersi normal, tetapi dipersi anomalus dapat terjadi ketika dv d adalah negatif,
sehingga vg  v .

Kita akan melihat ketika mendiskusikan gelombang elektromagnetik bahwa


konduktor listrik adalah medium dispersif anomalus terhadap gelombang-gelombang
ini sedangkan dielektrik adalah medium dispersif kecuali pada frekuensi resonansi
natural dari atom-atomnya. Dalam bab osilasi dipaksa kita melihat bahwa gelombang

178
yang kemudian beraksi sebagai gaya penggerak pada osilator-osiltor atom dan absopsi
yang kuat pada energi gelombang direpresentasikan oleh fraksi disipasi dari
impedansi osilator.

Gambar 5.22. Kurva yang mengilustrasikan relasi diuspersi: (a) garis lurus
merepresentasikan suatu medium non dispersif, v  vg ; (b) relasi dispersi normal
dimana v   k  v g  d dk ; (c) relasi dispersi anomalus dimana
v   k  v g  d dk

Ketiga kurva dalam Gambar 5.22 merepresentasikan


 Suatu medium non dispersif dimana  k adalah konstan, sehingga v  vg ,

sebagai contoh ruang bebas bagi gelombang cahaya.


 Relasi disprsi normal v   k  v g  d dk

 Relasi dispersi anomalus v   k  v g  d dk

Contoh. Vektor listrik dari suatu gelombang elektromagnetik merambat di dalam


dielektrik dengan kecepatan v   
1 / 2
dimana  adalah permeabilitas dan 
adalah permitivitas. Di dalam ruang bebas kecepatan berupa kecepatan cahaya,
c   0 0 
1 / 2
. Indeks bias n  c v    0 0   r  r dimana  r    0 dan

 r    0 . Untuk beberapa zat  r adalah konstan dan  1 , tetapi  r tergantung


frekuensi, sehingga v tergantung pada  .

dv    r 
vg  v    v1  
d  2 r  

179
sehingga vg  v (dispersi anomalus) ketika  r  adalah positif. Gambar 5.17

menunjukkan tingkah laku indeks bias n   r versus  , frekuensi, dan  panjang

gelombang dalam daerah dispersi anomalus berkaitan dengan frekuensi resonansi.


Kurva putus-putus menunjukkan absorpsi energi (bandingkan dengan kurva dalam
Gambar 3.24 dalam bab getaran dipaksa.

Gambar 5.23. Dispersi anomalus yang menunjukkan tingkah laku indeks bias n   r
versus  dan  , dimana 0 adalah frekuensi resonansi dari atom-atom medium.
Abasorpsi dalam daerah ini juga ditunjukkan oleh garis putus-putus.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.14, 5.15, 5.16, 5.17, 5.18, dan 5.19 di bawah ini.
Soal 5.14
Sebuah gugus gelombang terdiri dari dua gelombang  dan    dimana  
adalah sangat kecil. Tunjukkan bahwa jumlah gelombang  yang terkandung antara

dua nol berurutan dari envelop modulasi adalah  .

Soal 5.15
Kecepatan fase v gelombang transversal di dalam kristal dengan separasi atomik a
diberikan oleh
 sin ka 2 
v  c 
 ka 2  
dimana k adalah anka gelombang dan c kosntanta. Tunjukkan bahwa nilai
kecepatan gugus adalah

180
ka
c cos
2
Berapakah nilai batas kecepatan gugus untuk panjang gelombang yang panjang?

Soal 5.16
Konstanta dielektrik dari gas pada panjang gelombang  diberikan oleh
c2 B
r   A  2  D2
v 2

dimana A , B dan D adalah konstanta, c adalah kecepatan cahaya dalam ruang
bebas dan v adalah kecepatan fasenya. Jika kecepatan gugus adalah Vg tunjukkan


Vg  r  v A  2 D2 
Soal 5.17
Soal 3.10 menunjukkan bahwa permitivitas relatif dari gas terionisasi diberikan oleh
2
c2  
r   1  e 

2
v
Dimana v adalah kecepatan fase, c adalah kecepatan cahaya dan e adalah

konstanta dari frekuensi plasma elektron. Tunjukkan bahwa ini menghasilkan relasi
dispersi  2  e2  c 2 k 2 , dan bahwa saat   e kecepatan fase melebihi kecepatan

cahaya, c , tetapi bahwa kecepatan gugus (kecepatan transmisi energi) adalah selalu
kurang dari c .

Soal 5.18
Frekuensi plasma elektron dalam soal 5.17 adalah
ne e 2
 
2

me 0
e

Tunjukkan bahwa untuk suatu kerapatan jumlah elektron ne  10 20 , pada 105

atmosfer, gelombang elektromagnetik harus mempunyai panjang gelombang


  3 10 3 m (dalam daerah gelombang mikro) agar merambat. Ini merupakan
panjang gelombang karakteristik untuk mendeteksi plasma termonuklir pada
temperatur tinggi.

Soal 5.19

181
Di dalam mekanika gelombang relativistik relasi dispersi untuk sebuah elektron
berkecepatan v  k m diberikan oleh  2 c 2  k 2  m 2 c 2  2 , dimana c adalah
kecepatan cahaya, m adalah massa elektron (ditinjau konstanta pada kecepatan
tertentu)   h 2 dan h adalah konstanta Planck. Tunjukkan bahwa perkalian

kecepatan gugus dan kecepatan partikel adalah c 2 .

Gugus Gelombang. Teorema Bandwidth


Sejauh ini kita telah meninjau gugus gelombang yang mempunyai hanya dua
komponen frekuensi. Kita bisa dengan mudah mengembangkan untuk kasusu gugus
dengan banyak komponen frekuensi, masing-masing beramplitudo a , yang berada di
dalam rentang frekuensi sempit  .
Kita telah membahas prinsip dasar dari masalah ini dalam bab getaran
harmonik di bab 1, dimana kita mendapatkan jumlah dari deret
n 1
R   a cost  n 
0

dimana  adalah beda fase konstan antara komponen-komponen berurutan. Disini


kita dikaitkan dengan beda fase konstan  t yang disebabkan beda frekuensi
konstan  antara komponen-komponen berurutan. Spektrum atau rentang dari
frekuensi gugus ini ditunjukkan dalam Gambar 5.24a.
Kita mencari amplitudo yang disebabkan superposisi dari komponen-
komponen frekuensi dan menuliskannya
R  a cos 1t  a cos1   t  a cos1  2 t  ...
 a cos1  n  1 t

Hasil tersebut telah diberikan dalam pembahasan superposisi beberapa getaran


harmonik bab getaran harmonik di bab 1,
sin n t 2
Ra cos  t
sin t 2
dimana frekuensi rerata dalam gugus atau pita adalah
  1  12 n  1 

182
Gambar 5.24 Pita gelombang persegi selebar  yang mempunyai n komponen
frekuensi beramplitudo a dengan beda frekuensi umum  . (b) Menyatakan pita
frekuensi pada sumbu waktu berupa suatu kurva cosinus dengan frekuensi rerata  ,
amplitudo dimodulasi oleh kurva sin   dimana     t 2 . Setelah waktu
t  2  superposisi dari komponen-komponen tersebut menghasilkan amplitudo
nol

Sekarang n    , bandwidth, maka tingkah laku R resultan sebagai fungsi


waktu bisa ditulis
sin   t 2  sin   t 2 
R t   a cos  t  na cos  t
sin   t n 2    t 2
ketika n besar, atau
sin 
R t   A cos  t

dimana A  na dan     t 2 adalah setengah beda fase antara komponen pertama
dan terakhir saat t .

Ekspresi ini memberi kita tingkah laku dari pita sebagai fungsi waktu dan
ditampilkan pada sumbu waktu Gambar 5.24b. Kita telah melihat bahwa amplitudo

183
Rt  diberikan oleh kurva cosinus dengan frekuensi rerata  yang dimodifikasi oleh
suku A sin   .
Saat t  0 , sin    1 dan semua komponen bersuperposisi dengan beda

fase nol untuk menghasilkan amplitudo maksimum Rt   A  na . Setelah interval


waktu t ketika   t 2   fase-fase antara komponen-komponen frekuensi
adalah sedemikian hingga amplitudo resultan Rt  adalah nol.
Selang waktu aktu t yang merupakan ukuran lebar dari pulsa sentral
Gambar 5.24b oleh karena itu diberikan oleh
t 2  
atau
 t  1
dimana   2 .
Lebar sebenarnya dari basis pulsa sentral adalah 2t tetapi interval t
diambil sebagai suatu ukuran waktu, terpusat di sekitar t  0 , selama amplitudo Rt 
tetap secara signifikan besar (  A 2 ). Dengan definisi ini ekspresi eksak
 t  1
Menjadi pendekatan
 t  1 atau  t  2
Pendekatan ini dikenal sebagai Teorema Bandwidth.
Ia menyatakan bahwa komponen-komponen dari suatu pita selebar 
dalam rentang frekuensi akan bersuperposisi untuk menghasilkan suatu amplitudo
signifikan Rt  hanya untuk selang waktu t sebelum pita meluruh dari beda fase
acak. Semakin besar rentang  semakin pendek periode t .
Dengan cara lain, teorema ini menyatakan bahwa sebuah pulsa tunggal
berdurasi waktu t adalah hasil dari superposisi komponen-komponen frekuensi
dalam rentang  , semakin pendek periode t pulsa semakin lebar rentang  dari
frekuensi yang diperlukan untuk menyatakannya.
Ketika  adalah nol kita mempunyai sebuah frekuensi tunggal, gelombang
monokromatik yang diperlukan (dalam teori) mempunyai suatu rentang waktu
(periode) tak terhingga panjangnya.
Kita telah memilih untuk menyatakan gugus gelombang kita dalam dua
parameter frekuensi dan waktu (yang mempunyai perkalian berdimensi nol), tetapi

184
kita bisa dengan mudah bekerja dalam pasangan parameter lain yaitu angka
gelombang k dan jarak x .
Dengan mengganti  dengan k dan t dengan x akan mendefinisikan
panjang gugus gelombang sebagai x dalam rentang komponen-komponen panjang
gelombang 1   .
Teroma bandwidth maka menjadi
x k  2
atau
x 1    1 yaitu x  2 
Perhatikan sekali lagi bahwa sebuah gelombang monokromatik dengan k  0
memerlukan x   ; yaitu, sebuah barisan gelombang panjang tak terhingga.
Dalam gugus gelombang kita baru saja meninjau masalah yang telah
disederhanakan dengan mengasumsikan semua komponen frekuensi mempunyai
amplitudo sama a . Dalam kasusu nilai a  tidak sama diperlukan metode Fourier
untuk menyelesaikannya. Di dalam fisika modern teorema bandwidth menjadi Prinsip
Ketidakpastian Heisenberg.

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.20 di bawah ini
Soal 5.20
Gambar berikut menunjukkan sebuah pulsa panjangnya t yang diberikan oleh
y  A cos 0t . Tunjukkan bahwa representasi frekuensi

y    a cos 1t  a cos1   t  ...  a cos1  n  1 t


Adalah terpusat pada frekuensi rerata 0 dan rentang frekuensi yang membaut

kontribusi penting pada pulsa memenuhi kriteria


 t  2
Ulangi proses ini untuk sebuah pulsa yang panjangnya x dengan y  a cos k0 x

untuk menunjukkan bahwa dalam ruang k , pulsa terpusat di k0 dengan rentang

signifikan angka gelombang k yang memenuhi kriteria xk  2 .

185
Gelombang Transversal Di dalam Sebuah Struktur Periodik
Di akhir bab mengenai osilasi gandengan kita mendiskusikan getaran transversal
normal dari n massa sama terpisah a sepanjang seutas tali ringan panjangnya n  1a
dibawah pengaruh tegangan tali T dengan kedua ujungnya tetap. Persamaan gerak
partikel ke r ditemukan sebagai
T
myr   yr 1  yr 1  2 yr 
a
dan untuk n massa frekuensi mode-mode normal getaran diberikan oleh
2T  j 
 2j  1  cos  (5.54)
ma  n 1
dimana j  1,2,3,..., n . Ketika separasi a menjadi sangat kecil sekali (misalkan x )
suku dalam persamaan gerak
1
 yr 1  yr 1  2 yr   1  yr 1  yr 1  2 yr 
a x
 y  y   y  yr 1    y 
 r 1 r  r
 y 
 
 2 y 
  2  dx
 
x x  x  r 1 2  x  r 1 2  x  r

sehingga persamaan gerak menjadi


2 y T 2 y
 ,
t 2  x 2

Persamaan gelombang, dimana   m x , rapat linier dan y  ei t  kx  .


Sekarang kita akan meninjau perambatan gelombang transversal sepanjang deretan
atom, bermassa m , di dalam sebuah kisi kristal dimana tegangan T sekarang
merepresentasikan gaya elastik antara atom-atom (sehingga T a adalah elastisitas)m
o
dan a , separasi antar atom besarnya berkisar 1 A atau 10 10 m . Ketika ujung-ujung
yang diikat dari tali diganti dengan ujung-ujung kristal kita dapat menyatakan
simpangan dari partikel ke r disebabkan oleh gelombang transversal sebagai

186
yr  Ar e i t  kx   Ar ei t  kra  ,
karena x  ra . Persamaan gerak maka menjadi

  2m 
a

T ika ika T

e  e  2  eika 2  e ika 2
a
 2

4T 2 ka
 sin
a 2
yang menghasilkan nilai frekuensi yang diijinkan
4T ka
2  sin 2 (5.55)
ma 2
Tetapi n 1a  l , panjang tali atau kristal, dan kita telah melihat bahwa panjang
gelombang  diijinkan dimana p 2  l  n  1a .
Maka
ka 2 a a ja j a
     
2  2  2n  1a p 
jika j  p . Ketika j  p , perubahan satuan dalam j menunjukkan perubahan dari
satu jumlah yang diizinkan dari setengah panjang gelombang ke yang berikutnya
sehingga panjang gelombang minimum adalah   2a , yang menghasilkan frekuensi
maksimum  2  4T m . Maka, kedua ekspresi bisa dipandang ekivalen.

Ekspresi untuk  2 adalah ekivalen dengan nilai sebelumnya dalam bab


osilasi gandengan:
2T  j  4T j
 2j  1  cos  sin 2 (5.56)
ma  n  1  ma 2n  1
jika
ka j
 dimana j  1,2,3,..., n .
2 2n  1
Ketika   2a , sin ka 2  1 karena ka   , dan atom-atom didekatnya
secara eksak berlawanan fase  rad karena
yr
 eika  ei  1
yr 1
Frekuensi tertinggi maka berkaitan dengan gandengan maksimum, seperti yang kita
harapkan.
Jika persamaan (5.55) kita plot sin ka 2 versus k (Gambar 5.25) kita

mendapatkan bahwa ka meningkat melebihi  , relasi fase adalah sama seperti untuk

187
nilai negatif dari ka di luar   . Oleh karena itu, ini mencukupi untuk membatasi
nilai-nilai dari k ke daerah
 
k
a a
Yang dikenal sebagai zone Brillouin pertama. Kita akan menggunakan konsep ini
dalam sub bab gelombang elektron di dalam zat padat.

Gambar 5.25 sin ka 2 versus k dari persamaan (5.55) menunjukkan pengulangan


 
nilai-nilai di luar daerah  k  ; daerah ini mendefinisikan zone Brillouin.
a a

Untuk panjang gelombang yang besar atau angka gelombang yang kecil k ,
sin ka 2  ka 2 sehingga

4T k 2 a 2
  2

ma 4
dan kecepatan gelombang diberikan oleh
2 Ta T
v 
2
 
k 2
m 
seperti sebelumnya, dimana   m a .
Secara umum keceptan fase diberikan oleh

  sin ka 2 
v  c  (5.57)
k  ka 2 
Suatu relasi dispersi yang ditunjukkan dalam Gambar 5.26. Hanya pada panjang
gelombang sangat pendek spasi atomik dari struktur kristal mempengaruhi
perambatan gelombang, dan disini batas atau nilai maksimum angka gelombang
k m   a  1010 m -1 .

Konstanta gaya elastik T a untuk sebuah kristal berkisar 15 Nm -1 ; massa

atomik tereduksi berkisar 60  10 27 kg . Nilai-nilai ini memberi frekuensi maksimum

188
4T 60
2    27
 10 27 rad s 1
ma 60  10
yaitu, setara frekuensi   5  1012 Hz

Gambar 5.26 Relasi dispersi  k  versus k untuk gelombang yang bergerak


sepanjang deretan linier atom-atom dalam suatu struktur priodik.

(Perhatikan bahwa nilai dari T a yang digunakan disini untuk kristal adalah
suatu faktor delapan kali lebih rendah dari pada yang ditemukan dalam soal 4.4 untuk
molekul tunggal. Ini disebabkan interaksi antar ion-ion berdeketan dan perubahan
separasi kesetimbangan)
Frekuensi ini berada dalam daerah inframerah dari spektrum gelombang
elektromagnetik. Kita akan melihat dalam bab berikut bahwa gelombang
elektromagnetik berfrekuensi  mempunyai vektor medan listrik transversal
E  E0 eit , dimana E0 adalah amplitudo maksimum, sehingga atom-atom bermuatan

atau ion-ion dalam kisi kristal dapat merespon sebagai osilator-osilator dipaksa
terhadap radiasi yang jatuh pada kristal, yang dapat menyerap sembarang radiasi pada
frekuensi resonan dari atom-atomnya yang berosilasi.

Deretan Linier Dua Jenis Atom Di Dalam Sebuah Kristal Ionik


Kita melanjutkan diskusi masalah ini dengan menggunakan garis satu dimensi yang
mengandung dua jenis atom dengan separasi a seperti sebelumnya, atom-atom
bermassa M itu menempati posisi bernomer ganjil, 2r  1 , 2r  1 , dan seterusnya,

189
dan atom-atom bermassa m yang menempati posisi bernomer genap 2r , 2r  2 dan
seterusnya. Persamaan gerak untuk setiap jenis adalah
T
my2 r   y2r 1  y2 r 1  2 y2r 
a
dan
T
My2 r 1   y2r  2  y2r  2 y2r 1 
a
dengan penyelesaian
y2 r  Am ei t  2 rka 

y2 r 1  AM e i t 2 r 1ka 

dimana Am dan AM adalah amplitudo kedua massa.

Persamaan gerak maka menjadi

  2 mAm 
a
e e  
TAM ika ika 2TAm
a

dan

  2 MAM 
a
e e 
TAm ika ika 2TAM
a

persamaan yang konsisten dengan
12
2T  1 1  T  1 1  4 sin 2 ka 
2

 2
         (5.58)
a  m M  a  m M  mM 

Kurva relasi dispersi  versus k untuk tanda positif dan m  M memberikan kurva
bagian atas dalam Gambar 5.27 dengan
2T 1 1 
2     untuk k  0
a m M 
dan
2T 
2  untuk k  (minimum   4a )
aM 2a
Tanda negatif dalam persamaan (5.58) menghasilkan kurva bagian bawah dari
Gambar 5.27 dengan
2Tk 2 a 2
2  untuk k sangat kecil
a M  m 
dan

190
2T 
2  untuk k 
am 2a

Gambar 5.27 Relasi dispersi untuk kedua mode osilasi transversal di dalam sebuah
struktur krisyal.

Gambar 5.28 Simpangan dari spesie atom berbeda di dalam kedua mode osilasi
transversal di dalam sebuah kristal (a) mode optik, dan (b) mode akustik.

Kurva bgian atas disebut cabang optik dan kurva bagian bawah disebut
cabang akustik. Gerak dari kedua jenis atom untuk masing-masing cabang
ditunjukkan dalam Gambar 5.28.
Di dalam cabang optik untuk panjang gelombang yang besar dan k kecil,
Am AM   M m dan atom-atom bergetar berlawanan satu sama lain, sehingga pusat

massa dari sel satuan di dalam kristal tetap diam. Gerak ini dapar dibangkitkan oleh

191
aksi sebuah gelombang elekltromagnetik ketika atom-atom yang bergetar adalah ion-
ion berlawanan muatan; maka dinamai cabang optik. Di dalam cabang akustik,
panjang gelombang yang besar dan k kecil menghasikan Am  AM , dan atom-atom

dan pusat massanya bergerak bersama (seperti dalam gelombang bunyi longitudinal).
Kita akan melihat dalam bab berikutnya bahwa atom-atom juga bergetar dalam suatu
gelombang longitudinal.
Gelombang transversal yang kita diskusikan disini terpolarisasi dalam satu
bidang; mereka juga bisa bergetar dalam suatu bidang tegak lurus dengan bidnag yang
ditinjau disini. Energi getaran dari dua gelombang transversal ini, bersama dengan
gelombang longitudinal yang didiskusikan dalam bab gelombang longitudinal,
membentuk basis teori panas jenis zat padat.

Absorpsi Radiasi Infremerah Oleh Kristal Ionik.


Radiasi frekuensi 3  1012 Hz menghasilkan panjang gelombang inframerah

100 μm 10 4 m  dan angka gelombang k  2   6  10 4 m 1 . Kita mendapatkan
frekuensi cut-off dalam kisi kristal untuk menghasilkan angka gelombang
k m  1010 m 1 , sehingga nilai k radiasi inframerah merupakan kuantitas yang dapat

diabaikan relatif terhadap k m dan bisa dianggap nol. Ketika ion-ion muatan

berlawanan  e bergerak diubawah pengaruh vektor medan listrik E  E0 eit dari

radiasi elektromagnetik, persamaan gerak (dengan k  0 ) menjadi


2T
  2 mAm   AM  Am   eE0
a
dan
 2T
  2 MAM   AM  Am   eE0
a
yang bisa diselesaikan untuk menghasilkan
eE0 e E0
AM  dan Am 

M 0  
2 2
 m 0   2
2
 
dimana
2T 1 1 
02    
a m M 
batas k rendah cabang optik.

192
Maka, ketika   0 radiasi inframerah diserap secara kuat oleh kristal ionik

dan amplitudo ion AM dan Am meningkat. Secara eksperimental, Natrium klorida

mempunyai maksimum absorpsi di   71 μm .

Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
5.21 di bawah ini
Soal 5.21
Konstanta gaya pegas untuk sebuah kristal adalah ~15 Nm1. Tunjukkan bahwa nilai
eksperimental untuk frekuensi absorpsi inframerah untuk NaCl dan KCl adalah
sesuai dengan hasil perhitungan. (1 a.m.u. = 1,66 1027 kg; massa Na = 23
a.m.u.; massa K = 39 a.m.u.; massa Cl = 35 a.m.u.)

Efek Doppler
Tanpa adanya dispersi kecepatan gelombang yang dikirmkan oleh suatu sumber
bergerak adalah konstan tetapi panjang gelombang dan frekuensi yang dicatat oleh
pengamat diam adalah berubah.
Dalam Gambar 5.29 sebuah sumber diam memancarkan sebuah sinyal
berfrekuensi  dan panjang gelombang  untuk satu periode t maka jarak ke
pengamat diam adalah t . Jika sumber S ' bergerak menuju O pada kecepatan u
selama periode t maka O mencatat sebuah frekuensi baru  ' .
Kita melihat bahwa
t  ut   ' t

Gambar 5.29 Jika gelombang frekuensi  dan panjang gelombang  dari sebuah
sumber diam S diterima oleh pengamat diam O frekuensi  dan panjang gelombang
 . Frekuensi diamati sebagai  ' dan panjang gelombang sebagai  ' di O jika
sumber S ' bergerak selama memancarkan. Ini disebut efek Doppler.

193
yang mana untuk
c     '  '
menghasilkan
cu c
 '
 '
Maka
c
 '
c u
Perubahan frekuensi yang teramati ini disebut Efek Doppler.
Anggap bahwa sumberb S ini sekarang diam tetapi seorang pengamat O '
bergerak dengan kecepatan v menjauhi sumber S . Jika kita menempatkan kecepatan
 v pada pengamat, sumber dan gelombang, kita membawa pengamat diam; sumber
sekarang mempunyai kecepatan  v dan gelombang berkecepatan c  v . Dengan
menggunakan nilai-nilai ini dalam ekspresi untuk  ' menghasilkan frekuensi teramati
baru
 c  v 
 "
c
Untuk lebih memahami, pembaca disarankan mengerjakan soal no. 5.22 sampai
no. 5.28 di bawah ini.
Soal 5.22
Tunjukkan bahwa, dalam efek Doppler, perubahan frekuensi yang dicatat oleh
pengamat diam O saat sebuah sumber bergerak S’ melewatinya adalah
2cu
 
c2  u2 
Dimana c   , kecepatan sinyal dan u adalah kecepatan S’.

Soal 5.23
Anggap, dalam efek Doppler, bahwa sebuah sumber S’ dan seorang pengamat O’
bergerak dalam arah sama dengan kecepatan berturut-turut u dan v . Bawa
pengamat untuk diam dengan menempatkan kecepatan  v pada sistem untuk
menunjukkan bahwa O’ sekarang mencatat frekuensi
 c  u 
 '''
c  u 

194
Soal 5.24
Cahaya dari sebuah bintang dengan panjang gelombang 6  107 m didapati bergeser
1011 m menuju merah ketika dibandingkan dengan panjang gelombang yang sama
dari sebuah sumber laboratorium. Jika kecepatan cahaya adalah 3  108 ms1
menunjukkan bahwa bumi dan bintang terpisah pada kecepatan 5 Kms1.

Soal 5.25
Sebuah pesawat ruang angkasa terbang pada suatu ketinggian mentransmisikan
sinyal 3  109 Hz yang dipantulkan dari sebuah titik jauh di depan jalur penerbangan
dan diterima oleh pesawat ruang angkasa dengan beda frekuensi 15 kHz. Berapakah
kelajuan pesawat tersebut?

Soal 5.26
Cahaya dari atom-atom natirum yang panas terpusat disekitar suatu panjang
gelombang 6  10 7 m tetapi menyebar 2 10 12 m di kedua sisi dari panjang
gelombang ini disebabkan efek Doppler saat atom yang meradiasi bergerak menuju
dan menjauh dari pengamat. Hitunglah kecepatan termal dari atom-atom tersebut
untuk menunjukkan bahwa temperatur gas adalah ~ 900 K.

Soal 5.27
Tunjukkan bahwa dalam efek Doppler ketika sumber dan pengamat tidak sedang
bergerak dalam arah yang sama bahwa frekuensi
c  c  v   cv 
 ' ;  " dan  ' ' '    
c  ' c  c u 
adalah valid jika u dan v bukan kecepatan sebenarnya tetapi komponen-komponen
dari kecepatan ini sepanjang arah dimana gelombang mencapai pengamat.

Soal 5.28
Dengan mengembangkan prinsip Doppler tinjau gambar berikut dimana O adalah
sebuah pengamat diam di pusat sistem koordinat O(x,t) dan O’ adalah pengamat
yang diletakkan di pusat sistem O’(x’,t’) yang mana bergerak dengan kecepatan
konstan v dalam arah x relatif terhadap O. Ketika O(x,t) dan O’ adalah berimpit

195
saat t  t '  0 , sebuah sumber cahaya mengirim gelombang ke dalam arah x dengan
kecepatan konstan c . Gelombang-gelombang mematuhi relasi
0  x 2  c 2t 2 (dilihat oleh O)  x'2 c 2t '2 (dilihat oleh O' ) .
(1)
Karena terdapat hanya satu kecepatan relatif v , transformasi tersebut
x'  k  x  vt 
(2)
dan
x  k '  x' vt '
(3)
harus berlaku. Menggunakan (2) dan (3) untuk mengeliminasi x' dan t ' dari (1) dan

menunjukkan bahwa identitas ini dipenuhi hanya oleh k  k '  1 1   2  


12
, dimana

  v c . (Petunjuk-dalam identitas persamaan (1) samakan koefisien-koefisien


variabel sama dengan nol).
Ini adalah transformsi Lorentz dalam teori relativitas yang memberikan

x' 
x  vt  , x
x  vt 
1    2 12
1    2 12

t' 
t  v c x  , t  t  v c x'
2 2

1    2 12
1    2 12

196
BAB VI
GELOMBANG LONGITUDINAL

Dalam menurunkan persamaan gelombang


2 y 1 2 y

x 2 c 2  2t
dalam Bab 5, kita menggunakan contoh gelombang transversal dan meneruskan
diskusi gelombang jenis ini pada seutas tali yang bergetar. Dalam bab ini kita
meninjau gelombang longitudinal yaitu gelombang dimana gerak partikel atau osilator
adalah searah dengan arah perambatan gelombang. Gelombang longitudinal merambat
sebagai gelombang bunyi dalam semua fase zat seperti plasma, gas, cair dan padat.
Tetapi kita akan berkposentrasi pada gas dan padat. Dalam kasus gas, batasan
termodinamika diberlakukan; di dalam padat perambatan akan tergantung pada
dimensi dari medium. Baik gas maupun zat cair tidak dapat mempertahankan
pergeseran transversal yang diperlukan untuk gelombang transversal, tetapi zat padat
dapat mempertahankan baik osilasi longitudinal maupun transversal.

Gelombang Bunyi Di Dalam Gas


Di dalam gelombang longitudinal pergeseran medium adalah sejajar dengan
perambatan gelombang. Contoh-contoh gelombang longitudinal adalah gelombang
yang merambat pada pegas secara horizontal, gelombang bunyi di dalam udara.

Gambar 6.1 Gelombang yang merambat pada pegas secara horizontal.

Gelombang bunyi frekuensi tunggal yang berjalan melewati udara akan


menyebabkan suatu variasi tekanan sinusoida di dalam udara. Gerak udara yang
menemani jalanya gelombang bunyi akan maju mundur dalam arah perambatan suara,
ini merupakan karakter gelombang longitudinal.

197
Gambar 6.2 Gelombang bunyi frekuensi tunggal yang berjalan melewati udara akan
menyebabkan suatu variasi tekanan sinusoida di dalam udara

Mari kita tinjau massa gas diam, yang pada tekanan P0 menempati suatu volume V0

dengan kerapatan  0 . Nilai-nilai ini mendefinisikan keadaan setimbang dari gas

tersebut yang diganggu atau dideformasi oleh rapatan dan renggangan gelombang
bunyi. Di bawah pengaruh gelombang bunyi ini
Tekanan P0 menjadi P  P0  p

Volume V0 menjadi V  V0  v

Kerapatan  0 menjadi    0   d

Tekanan lebih pm adalah amplitudo tekanan maksimum dari gelombang bunyi dan p

adalah komponen berubah-ubah saat bersuperposisi pada tekanan gas keadaan


setimbang P0 .

Perubahan fraksional volume disebut dilatasi, ditulis v V0   , dan

perubahan fraksional kerapatan disebut kondensasi, ditulis  d  0  s . Nilai dari 

dan s adalah  10 3 untuk gelombang bunyi biasa, dan nilai pm  2  10 5 Nm 2

(berkisar 10 10 atmosfer) menghasilkan suatu gelombang bunyi yang masih bisa
didengar pada 1000 Hz. Maka, perubahan medium disebabkan gelombang bunyi
adalah berorde sangat kecil dan mendefinisikan batasan dalam mana persamaan
gelombang masih sesuai.
Massa diam gas sama dengan
 0V0  V   0V0 1   1  s 

198
sehingga 1   1  s   1 , yang menghasilkan s   . Sifat elastik gas, ukuran dari
kompresibilitasnya, didefinisikan dalam modulus bulknya.
dP dP
B  V
dV / V dV
beda tekanan karena suatu perubahan fraksional volume, volume meningkat dengan
turunnya tekanan yang memberikan tanda negatif. Nilai B tergantung pada apakah
perubahan di dalam gas yang timbul dari gerak gelombang adalah adiabatik atau
isotermal. Mereka harus secara termodinamik reversibel untukj menghindari
mekanisme loss energi berupa difusi, viskositas dan konduktivitas termal. Tidak
adanya keacakan ini, prose-proses yang menghasilkan entropi mendefinisikan suatu
proses adiabatik, suatu siklus termodinamik dengan 100% efisiensi dalam arti bahwa
tidak ada energi dalam gelombangh, potensial atau kinetik, yang hilang. Di dalam
suatu gelombang bunyi konsep termodinamik seperti ini membatasi perubahan
amplitudo tekanan; semakin besar amplitudo tekanan, meningkatkan temperatur lokal
di dalam gas pada puncak amplitudo dan konduktivitas termal menggeser energi dari
sistem gelombang. Gradien kecepatan partikel lokal akan juga mengembang,
menyebabkan difusi dan viskositas.
Menggunakan nilai konstan modulus bulk adiabatik membatasi gelombang
bunyi pada osilasi kecil karena tekanan total P  P0  p diambil sebagai konstanta;

semakin besar amplitudo membawa ke efek non linier dan gelombang shock.
Semua perubahan adiabatik dalam gas mematuhi relasi PV   konstan ,
dimana  adalah rasio panas jenis pada tekanan dan volume konstan.
Turunan relasi tersebut menghasilkan
V  dP  PV  1dV  0
atau
dP
V  P  Ba (dimana subskrip a menyatakan adiabatik)
dV
Sehingga sifat elastik dari gas adalah P , dianggap konstan. Karena P  P0  p , maka

dP  p , perubahan tekanan, yang menghasilkan


p
Ba   atau p   Ba  Ba s
v V0

199
Di dalam suatu gelombang bunyi simpangan partikel dan kecepatan partikel adalah
sepanjang sumbu x dan kita memilih koordinat  untuk mendefinisikan simpangan

  x, t  .
Dalam mendapatkan persamaan gelombang kita meninjau gerak dari suatu
elemen gas setebal x dan tampang lintang satuan. Dibawah pengaruh gelombang
bunyi tingkah laku dari elemen ini ditunjukkan dalam Gambar 6.3. Partikel-partikel di
dalam lapisan x digeser sejauh  dan partikel-partikel di x  x digeser sejauh
   , sehingga peningkatan ketebalan x dari elemen tampang lintang satuan
(yang mana juga mengukur peningkatan volume) adalah

  x
x
dan
v    
   x x   s
V0  x  x

dimana  x disebut strain.

(a)

200
(b)
Gambar 6. 3. (a) Sebuah gelombang bunyi yang merambat di dalam tabung berisi gas.
Sumber gelombang adalah sebuah piston yang berosilasi di sebelah kiri. (b) Elemen
tipis dari gas dengan tampang lintang satuan dan tebal x digeser sejauh  dan
diperlebar oleh kuantitas  x x dibawah pengaruh perubahan tekanan
 Px x x

Medium terdeformasi karena tekanan sepanjang sumbu x pada sisi lain dari
elemen tipis tidak setimbang (Gambar 6.3). Gaya total yang beraksi pada elemen
tersebut diberikan oleh
  P 
Px  Px  x   Px   Px  x x 
  x 
Px  p
 x   P0  p x   x
x x x
Massa dari elemen adalah  0 x dan percepatannya diberikan oleh  2 t 2 .

Dari hukum Newton kita mempunyai


p  2
 x   0 x 2
x x
 p  2
dimana p   Ba   Ba sehingga   Ba 2 yang menghasilkan
x x x
 2  2
Ba 2   0 2 .
x t
Tetapi Ba  0   P  0 adalah rasio elastisitas terhadap inersia atau kerapatan dari gas,

dan rasio ini mempunyai dimensi


gaya volume P
 kecepatan  , maka
2
  c2
luas massa 0

201
dimana c adalah kecepatan gelombang bunyi.
Maka
 2 1  2

x 2 c 2 t 2
adalah persamaan gelombang. Dengan menulis  m sebagai amplitudo dari simpangan

kita mempunyai ekspresi berikut untuk suatu gelombang dalam arah x positif:
   m e i t  kx 

   i
t

  ik   s maka s  ik 
x
p  Ba s  iBa k
Relasi fase antara parameter-parameter (Gambar 6.4a) menunjukkan bahwa ketika
gelombang dalam arah x positif, perubahan tekanan p , peningkatan rapat fraksional
s dan kecepatan partikel  semua mendahului fase simpangan  sebesar  2 rad,
sedangkan perubahan volume (berbeda fase  rad dengan perubahan kerapatan)
adalah  2 rad dibelakang simpangan. Relasi ini tidak lagi berlaku ketika arah
gelombang berbalik (Gambar 6.2b); untuk sebuah gelombang dalam arah x negatif
   m e i t  kx 

   i
t

  ik   s maka s  ik 
x
p  Ba s  iBa k
Dalam kedua gelombang simpangan partikel  diukur dalam arah x positif dan
elemen tipis x dari gas berosilasi sekitar   0 , yang mendefinisikan posisi
sentralnya. Untuk sebuah gelombang dalam arah x positif nilai   0 , dengan 
maksimum dalam arah x positif, menghasilkan perubahan tekanan positif maksimum
(kompresi) dengan kondensasi maksimum sm (kerapatan maksimum) dan volume

minimum. Untuk sebuah gelombang dalam arah x negatif. Nilai yang sama   0 ,
dengan  maksimum dalam arah x positif, menghasilkan perubahan tekanan negatif
maksimum (regangan/rarefaction), volume maksimum dan kerapatan minimum.

202
Untuk menghasilkan kompresi di dalam sebuah gelombang yang bergerak dalam arah
x negatif kecepatan partikel  harus maksimum dalam arah x negatif di   0 .
Perbedaan ini signifikan ketika kita mendefinisikan impedansi medium pada
gelombang. Suatu perubahan tanda dilibatkan dengan suatu perubahan arah.

Gambar 6.4 Relasi fase antara simpangan partikel  , kecepatan partikel  , perubahan
tekanan p dan kondensasi s   (dilatasi) untuk gelombang bergerak dalam arah x
positif dan negatif. Simpangan  diambil dalam arah x positif untuk kedua
gelombang. Gambar kanan (atas) simpangan dan (bawah) perubahan tekanan versus
posisi untuk sebuah gelombang sinusoida.

Distribusi Energi Di Dalam Gelombang Bunyi


Energi kinetik di dalam gelombang bunyi didapatkan dengan meninjau gerak elemen-
elemen gas individual setebal x . Masing-masing elemen akan mempunyai energi
kinetik per satuan tampang lintang
1
Ekin   0 x 2
2
dimana  akan tergantung pada posisi x dari elemen. Nilai rerata rapat energi kinetik

didapatkan dengan mengambil nilai rerat  2 pada suatu daerah n panjang gelombang.
Sekarang
2
  m sin ct  x 

sehingga

203
n
2
 2
 sin
2
ct  x x
m
 1
 2
 0
 m2
n
rerata
2
Maka rapat energi kinetik rerata di dalam medium adalah
1 1
Ekin   0m2   0 2 m2
4 4
(sebuah osilator harmonik sederhana beramplitudo maksimum a mempunyai energi
kinetik rerata dalam satu siklus sebesar 1
4  0 2 a 2 ).
Rapat energi potensial didapatkan dengan meninjau usaha PdV yang
dikerjakan pada massa diam gas bervolume V0 selama perubahan adiabatik di dalam

gelombang bunyi. Usaha ini dinyatakan untuk satu siklus lengkap sebagai
2
1 p m vm  p v 
E pot    PdV  
2  pvd t  
0
2
 
 p m vm
 sin t  kx 

Tanda negatif menunjukkan bahwa perubahan energi potensial adalah positif
baik dalam kompresi ( p positif, dV negatif) dan renggangan (rarefaction) ( p
negatif, dV positif). Ini ditunjukkan dalam Gambar 6.5.
Kondensasi

  dv v
s   
V0 V0
Kita menuliskan
s 
  sin t  kx  dan  v  V0 s
sm  m

yang mana dengan p  Ba s menghasilkan


2 2
1 BV
Epot   pvd t   2a 0  s d t 
2

2 0 0

dimana s   dan ketebalan x dari elemen tampang lintang satuan


merepresentasikan volumenya V0 .
Sekarang
   m ei t  kx 
sehingga
 1  
  dimana c 
x c t k

204
Gambar 6.5 Segitiga berarsir menunjukkan energi potensial pv2  pm4vm yang diperoleh
gas dalam kompresi sama dengan yang diperoleh dalam rarefraction ketika baik p
maupun v berubah tanda.

Gambar 6.6 Distribusi energi dalam ruang untuk gelombang bunyi di dalam gas.

Maka
1 Ba 2 1
Epot  2
 x   0 2 x
2c 2
dan nilai reratanya meliputi n menghasilkan rapat energi potensial
1
Epot   0m2
4
Kita melihat bahwa nilai rerata rapat energi kinetik dan potensial di dalam
gelombang bunyi adalah sama, karena nilai masing-masing untuk elemen x adalah
1
2  0 2 x , kita mengamati bahwa elemen tersebut mempunyai energi kinetik dan
potensial maksimum (atau minimum) pada saat yang sama. Suatu kompresi atau
rarefaction menghasilkan nilai maksimum energi elemen tersebut karena nilai 
mengatur kondungan energi. Maka, energi di dalam gelombang didistribusikan di
dalam sistem gelombang sebagai fungsi jarak seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.6.

205
Perhatikan bahwa distribusi ini tidak uniform sebagai fungsi jarak tidak seperti
ditrisbusi untuk gelombang transversal.

Intensitas Gelombang Bunyi


Ini merupakan ukuran fluks energi, laju energi menembus suatu luasan, sehingga ia
merupakan perkalian rapat energi (kinetik plus potensial) dan kecepatan gelombang c .
Rentang intensitas gelombang bunyi normal adalah antara 10 12 dan 1 Wm 2 , level
terendah yang dapat dideteksi oleh telinga. Gemuruh penonton sepak bola yang
merayakan gol akan memanaskan secangkir kopi.
Intensitas bisa ditulis
prms
I  12  0cm2  12  0 c 2 m2   0 crms
2
  prmsrms
 0c
Umumnya yang digunakan sebagai standar intensitas bunyi adalah
I 0  10 2 Wm 2

yang merupakan tingkat nada konversional rerata antara dua orang yang berdiri
bersampingan satu sama lain. Teriakan pada rentang ini membangkitkan intensitas
dengan faktor 100 dan dalam rentang 100I 0 sampai 1000 I 0 (10 Wm  2) , bunyi

terdengar menyakitkan.
Kapanpun intensitas bunyi meningkat dengan faktor 10, ia dikatakan
meningkat 1 B maka rentang dinamika telinga berkisar 12 B . Suatu intensitas
meningkat dengan faktor
10 0,1  1  26
Meningkatkan intensitas sebesar 1 dB (dB adalah decibel), suatu perubahan kekerasan
yang jelas dideteksi oleh orang dengan pendengaran yang baik.
Kita melihat bahwa perkalian  0 c muncul dalam kebanyakan ekspresi untuk

intensitas; maknanya menjdai penting ketika mendefinisikan impedansi medium pada


gelombang sebagai
perubahan tekanan p
Impedansi akustik jenis  
kecepatan partikel 
(rasio dari gaya persatuan luas terhadap kecepatan).
Sekarang, untuk sebuah gelombang dalam arah x positif.
p  Ba s  iBa k dan   i

sehingga,
206
p Ba k Ba
    0c
  c
Maka, impedansi akustik yang dipresentasikan oleh medium pada gelombang-
gelombang ini, seperti dalam kasus gelombang transversal pada tali, diberikan oleh
perkalian kerapatan dan kecepatan gelombang dan diatur oleh elastisitas dan inersia
dari medium. Untuk suatu gelombang dalam arah x negatif, impedansi akustik jenis
p iBa k
    0c
 i
perubahan tanda dikarenakan oleh relasi perubahan fase.
Dalam buku-buku akustik, satuan dari  0 c umumnya dinyatakan oleh

kg m 2 s 1 ; dalam satuan ini udara mempunyai nilai impedansi akustik jenis 400, air

1,45  106 dan baja 3,9  107 . Nilai-nilai ini akan menjadi lebih bermakna ketika kita
menggunakannya kemudian dalam contoh-contoh mengenai pemantulan dan transmisi
gelombang bunyi.
Walaupun impedansi akustik jenis  0 c adalah kuantitas real untuk

gelombang bunyi bidang, ia mempunyai komponen reaktif tambahan ik r untuk


gelombang sferis, dimana r adalah jarak yang ditempuh oleh muka gelombang
(wavefront). Komponen ini menjadi nol dengan meningkatnya r saat gelombang
sferis secara efektif menjadi bidang.

Untuk lebih memahami sub bagian ini pembaca disarankan mengerjakan soal
no.6.1 sampai no.6.8.
Soal 6.1
Tunjukkan bahwa suatu gas pada temperatur T kecepatan termal rerata dari suatu
molukul adalah hampir sama dengan kecepatan bunyi
Soal 6.2
Keceptan bunyi di udara dengan kerapatan 1.29 kg m 3 dianggap sebesar

330 m s 1 .m. Tunjukkan bahwa tekanan akustik untuk bunyi yang menyakitkan
sebesar 10 W m 2  6,5  10 4 atmosfer.
Soal 6.3
Tunjukkan bahwa amplitudo simpangan dari molekul udara pada tingkat bunyi yang
menyakitkan 10 Wm 2 di 500 Hz  6,9  10 5 m .

207
Soal 6.4
Bunyi yang nyaris tidak terdengar di udara mempunyai intensitas 10 10 I 0 . Tunjukkan

bahwa amplitudo simpangan dari molekul udara untuk bunyi pada level ini di
500 Hz adalah  10 10 m ; yaitu, sekitar ukuran diameter molekular.

Soal 6.5
Peralatan Hi-fi dimainkan sangat keras pada intensitas 100I 0 di dalam sebuah ruang

kecil dengan tampang lintang 3 m  3 m . Tunjukkan bahwa output audio ini berkisar
10 W .

Soal 6.6
Dua gelombang bunyi, satu di dalam air dan satunya di udara, mempunyai intensitas
sama. Tunjukkan bahwa rasio aplitudo tekanannya ( pair pudara ) adalah berkisar 60.

Ketika amplitudo tekanan adalah sama tunjukkan bahwa rasio intensitas adalah
 3  10 2 .

Soal 6.7
Sebuah pegas bermassa m , kelentingan s dan panjangnya L direnggangkan menjadi
sepanjang L  l . Ketika gelombang longitudinal merambat sepanjang pegas
persamaan gerak sejauh dx bisa ditulis
 2 F
dx  dx
t 2 x
dimana  adalah massa persatuan panjang pegas,  adalangan simpangan
longitudinal dan F adalah gaya pemulih. Turunkan persamaan gelombang untuk
menunjukkan bahwa kecepatan gelombang v diberikan oleh v 2  s L  l   .

Soal 6.8
Dalam soal di bab 1 no 10 kita menunjukkan bahwa sebuah massa M digantungkan
oleh pegas dengan kelentingan s dan massa m berosilasi secara harmonik sederhana
pada frekuensi yang dinyatakan oleh

208
s
2 
M m 3
Kita bisa meninjau masalah yang sama dalam konteks gelombang berdiri sepanjang
pegas vertikal denga simpangan
   A cos kx  B sin kx  sin t
dimana k   v adalah angka gelombang. Syarat batas adalah bahwa   0 di
x  0 (bagian atas dari pegas) dan
 2 
M 2   sL di x  L
t x
(bagian bawah pegas). Tunjukkan bahwa ini membawa ke ekspresi
m
kL tan kL 
M
Dan ekspansi tan kL dalam deret kL untuk menunjukkan bahwa, dalam pendekatan
orde kedua
s
2 
M m 3
Nilai v diberikan dalam soal 7.

Gelombang Longitudinal Di Dalam Zat Padat


Kecepatan gelombang longitudinal di dalam zat padat tergantung pada dimensi dari
spesimen dimana gelombang merambat. Jika zat padat berupa batang tipis dengan
tampang lintang terhingga, analisis untuk gelombang longitudinal di dalam suatu gas
juga valid, dengan mengganti modulus bulk Ba dengan modulus Young Y yang

merupakan rasio stress longitudinal di dalam batang terhadap strain ;longitudinalnya.


Persamaan gelombang maka adalah
 2 1  2 Y
 2 2 , dengan c 2 
x 2
c t 
Suatu gelombang longitudinal di dalam suatu medium memampatkan medium
tersebut dan mendistorsinya secara lateral. Karena suatu zat padat dapat
mengembangkan gaya shear dalam semua arah, distori lateral seperti itu diikuti oleh
shear transversal. Efek ini pada gerak gelombang di dalam zat padat bertampang
lintang terhingga adalah sangat rumit dan diabaikan dalam spesimen sangat tipis ini.

209
Di dalam zat padat bulk, namun demikian, mode longitudinal dan transversal bisa
ditinjau secara terpisah.
Kita telah melihat bahwa kompresi longitudinal menghasilkan suatu strain
 x ; distorsi lateral yang menemani menghasilkan suatu strain  y (berlawanan
tanda dengan  x dan tegak lurus terhadap arah x ).
Disini  adalah simpangan dalam arah y dan nerupakan fungsi baik x
maupun y . Rasio dari strain-strain ini adalah
 
 
y x
Dikenal sebagai rasio Poisson dan dinyatakan dalam konstanta elastik Lame  dan 
untuk zat padat sebagai
 Y
 dimana  
2    1   1  2 
Konstanta ini selalu positif, sehingga   12 , dan umumnya  13 . Dinyatakan dalam

kontanta-kontanta ini modulus Young menjadi


Y    2  2 
Konstanta  adalah koefisien transversal dari rigiditas; yaitu rasio stress transversal
terhadap strain transversal. Ia menyatakan elastisitas dalam permbatan gelombang
transversal murni di dalam zata padat bulk yang modulus Young berperan untuk
gelombang longitudinal dalam spesimen tipis. Gambar 6.7 mengilustrasikan shear di
dalam suatu gelombang bidang transversal, dimana strain transversal didefinisikan
oleh   x . Stress transversal di x oleh karena itu adalah Tx    x . Persamaan
gerak transversal dari elemen tipis dx ini maka adalah
Tx  dx  Tdx  dxy

dimana  adalah kerapatan, atau

   
   y
x  x 

tetapi y   2  t 2 , maka

 2   2

x 2  t 2

Persamaan gelombang dengan kecepatan yang diberikan oleh c 2    .

210
Luas penanpang
A

Gaya berupa stress


yang dikenakan pada

Posisi awal Posisi pergeseran

Stress menyebabkan
pergeseran batang atau
strain

Gambar 6.7 Shear di dalam zat padat bulk yang menghasilkan gelombang transversal.
Strain shear transversal adalah  x dan stress shear transversal adalah  x ,
dimana  adalah modulus shear dari rigiditas.

Efek dari rigiditas transversal  adalah pada kekakuan atau kelenturan zat
padat dan meningkatkan konstanta elastisitas yang mengatur perambatan gelombang
longitudinal. Di dalam zat padat bulk kecepatan dari gelombang ini tidak lagi
diberikan oleh c 2  Y  , tetapi menjadi
  2
c2 

Karena modulus Young Y    2   2 , elastisitas ditingkatkan oleh
kuantitas 2   , sehingga gelombang longitudinal di dalam zat padat bulk
mempunyai kecepatan lebih tinggi dari pada gelombang yang sama sepanjang
spesimen tipis.
Di dalam zat padat isotropik, dimana kecepatan perambatan adalah sama di
semua arah, konsep modulus bulk, yang digunakan di dalam diskusi mengenai

211
gelombang di dalam gas, berlaku secara sama baiknya. Dinyatakan dalam konstanta
elastik Lame modulus bulk untuk zat padat ditulis
2
B      Y 31  2 
1

3
Kecepatan gelombang longitudinal untuk zat padat bulk menjadi

 B  4 3 
12

cL   
  
Sedangkan kecepatan transversal tetap seperti
12

cT   

Nilai kecepatan ini sangat dikenal dalam gelombang seismik yang dibangkaitkan oleh
gempa bumi. Di dekat permukaan bumi gelombang longitudinal mempunyai
kecepatan 8 km s 1 dan gelombang transversal berkecepatan 4,45 km s 1 . Kecepatan
gelombang longitudinal meningkat sebagai fungsi ke dalaman hingga, pada suatu
kedalaman 1800 mil, tidak ada gelombang yang ditransmisikan karena
ketakkontinyuan dan mengalami ketakcocokan impedansi yang berkaitan dengan inti
yang cair.
Pada permukaan bumi kecepatan gelombang transversal dipengaruhi oleh
fakta bahwa komponen stress yang mengarah langsung ke permukaan adalah nol dan
gelombang-gelombang ini, dikenal sebagai gelombang Rayleigh, bergerak dengan
kecepatan
12

c  f   

dimana
f    0,9194 ketika   0,25
dan
f    0,9553 ketika   0,5
Energi dari gelombang Rayleigh dibatasi dua dimensi; amplitudo mereka
sering lebih tinggi dari pada amplitudo gelombang longitundinal tiga dimensi dan oleh
karena itu mereka lebih berpotensi menimbulkan kerusakan.
Di dalam gempa bumi kedatangan gelombang longitudinal cepat diikuti oleh
gelombang Rayleigh dan kemudian oleh suatu pola gelombang pantul yang
dipengaruhi oleh stratifikasi struktur bumi, dikenal sebagai gelombang Love.
212
Untuk lebih memahami sub bab ini pembaca disarankan mengerjakan soal no.
6.9 di bawah ini
Soal 6.9
Suatu zat padat mempunyai rasio Poisson   0.25 . Tunjukkan bahwa rasio
kecepatan gelombang longitudinal terhadap kecepatan gelombang transversal adalah
3 . Gunakan nilai kecepatan ini yang diberikan dalam teks untuk menurunkan nilai
yang sesuai dari  untuk bumi.

Perpaduan Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal


1. Gelombang Air Permukaan
Beberapa gelombang di alam menunjukkan suatu kombinasi pergeseran
transversal dan longitudinal. Gelombang air permukaan dan gelombang gempa bumi
merupakan contoh-contoh yang baik. Bila sebuah gelombang air pada permukaan air
dalam, elemen-elemen air di permukaan bergerak dalam lintasan hamper melingkar,
gangguan tersebut mempunyai komponen transversal dan longitudinal. Pergeseran
transversal terlihat menyatakan variasi posisi vertical elemen-elemen air. Pergeseran
longitudinal dapat dijelaskan sebagai berikut: ketika gelombang melintas pada
permukaan air, elemen-elemen air di titik tertinggi bergerak dalam arah perambatan
gelombang, sedangkan elemen-elemen di titik terendah bergerak dalam arah
berlawanan arah perambatan gelombang.

Gambar 6.8 Gelombang Air Permukaan


2. Gelombang Seismik
Sebuah gelombang seismic adalah sebuah gelombang yang bergerak dari
dalam bumi yang disebabkan oleh gempa bumi atau ledakan dari dalam bumi.
Terdapat dua jenis gelombang seismic, yaitu gelombang dalam (body wave) dan
gelombang permukaan (surface wave). Gelombang dalam bergerak melintasi bagian
dalam bumi. Mereka mengikuti lintasan-lintasan yang dibelokkan oleh kerapatan dan

213
elastisitas medium yang bervariasi dari bagian dalam bumi. Kerapatan dan elastisitas
bervariasi sesuai dengan suhu, komposisi dan fase. Efek ini sama dengan pembiasan
gelombang cahaya. Gelombang dalam meneruskan getaran yang datang pertama dari
suatu gempa bumi, dan getaran yang datang berikutnya. Terdapat dua macam
gelombang dalam: primer (Gelombang-P) dan sekunder (Gelombang-S), lihat Gambar
6.9.

Gambar 6.9. Perambatan Gelombang-P dan –S di dalam zat Padat

Gelombang permukaan adalah analog dengan gelombang air dan bergerak


tepat di bawah permukaan bumi. Mereka merambat lebih lambat dari pada gelombang
dalam. Karena frekuensinya yang rendah, durasinya yang panjang, dan amplitudonya
yang besar, mereka merupakan jenis gelombang seismik paling merusak. Terdapat
dua macam gelombang permukaan: gelombang Rayleigh dan Gelombang Love.
Gelombang Rayleigh disebut juga ground roll, merupakan gelombang
permukaan yang berjalan sebagai riak-riak sama dengan riak-riak pada permukaan air.
Keberadaan gelombang ini diprediksi oleh John William Strutt dan Lord Rayleigh,
pada tahun 1885. Mereka lebih lambat daripada gelombang dalam, sekitar 70% dari
kecepatan gelombang-S, dan dapat dilihat selama gempa bumi di dalam suatu ruang
terbuka seperti di tempat parker di mana mobil bergerak naik turun mengikuti
gelombang.
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menyebabkan
patahan (shear) horizontal. Gelombang ini dinamai menurut ahli matematika Inggris
A.E.H. Love yang menciptakan model matematika gelombang ini pada tahun 1911.
Gelombang ini biasanya bergerak sedikit lebih cepat dari pada gelombang Rayleigh,
sekitar 90% dari kecepatan gelombang-S.

214
Gambar 6.10. Gelombang-P dan –S merambat di dalam bumi. Gelombang seismik
yang disebabkan oleh peristiwa gempa bumi melingkupi semua jenis. Gelombang P
menyatakan notasi primer merupakan gelombang bunyi, sedangkan gelombang S
menyatakan sekunder merupakan gelombang shear. Gelombang ini bergerak dengan
kelajuan berbeda; fluida tidak mendukung gelombang shear. Maka gelombang P dan
S membawa informasi yang berbeda.

Gelombang Longitudinal Di Dalam Suatu Struktur Periodik


Konstanta elastik Lame,(  dan  , yang mana digunakan untuk mendefinisikan
kuantitas makroskopik seperti modulus Young dan modulus bulk), ditentukan oleh
gaya-gaya yang beroperasi pada jarak interatomik. Diskusi mengenai gelombang
transversal di dalam strutur periodik telah menunjukkan bahwa di dalam suatu deretan
satu dimensi yang merepresentasikan sebuah kisi kristal, kekakuan atau kelenturan
s  T a dyn cm-1 dapat ada antara dua atom yang terpisah oleh jarak a .
Ketika gelombang sepanjang kisi seperti itu adalah longitudinal, simpangan
atomik dari posisi setimbang direpresentasikan oleh  (Gambar 6.11). Suatu
peningkatan separasi antar dua atom dari a ke a   menghasilkan suatu strain

   a , dan suatu stress normal(tegak lurus) pada luasan sisi a 2 dari sel satuan di
dalam suatu kristal sama dengan s a 2  s a , gaya persatuan luasan.
Sekarang modulus Young adalah rasio stress longitudinal ini ke strain
longitudinal, sehingga Y  s a atau s  Ya . Frekuensi getaran longitudinal atom-
atom bermassa m dihubungkan oleh konstanta kelenturan s secara pendekatan
diberikan oleh

215
 1 s 1 Y c
    0
2 2 m 2a  2a

dimana m  a 3 dan c0 adalah kecepatan bunyi di dalam zat padat. Nilai dari

c0  5  103 ms 1 , dan a  2 10 10 m , sehingga   3  1012 Hz , yang hampir sama

dengan frekuensi gelombang transversal di dalam daerah inframerah dari spektrum


gelombang elektromagnetik. Frekuensi ultrasonik tertinggi yang dibangkitkan sejauh
ini adalah berkisar faktor 10 lebih rendah dari pada   c0 2a . Pada frekuensi

 5 1012 hingga 1013 Hz banyak hasil eksperimen yang menarik yang bisa dihasilkan.
Suatu kajian matematis lebih presisi menghasilkan persamaan gerak yang sama untuk
partikel ke r seperti di dalam ghelombang transversal; yaitu
mr  s  r 1   r 1  2 r 

dimana s  T a dan  r   mak e i t  kra 

Gambar 6.11 Simpangan atom-atom di dalam suatu deretan linier disebabkan oleh
gelombang longitudinal di dalam struktur kristal.

Hasil ini secara pressisi sama seperti dalam aksus gelombang transversal dan
bentuk dari kurva disperisnya juga sama. Nilai maksimum dari frekuensi cut-off m

namun demikian lebih tinggi untuk gelombang longitudinal dari pada gelombang
transversal. Ini karena konstanta elastik longitudinal Y lebih besar dari pada
konstanta transversal  ; yaitu, gaya yang diperlukan untuk suatu simpangan tertentu
dalam arah longitudinal lebih besar dari pada yang untuk simpangan yang sama dalam
arah transversal.

Pemantulan dan Transmisi Gelombang Bunyi Di Perbatasan


Ketika sebuah gelombang bunyi menemui suatu perbatasan yang memisahkan dua
medium berbeda impedansi akustiknya, dua syarat batas harus dipenuhi dalam
meninjau pemaantulan dan transmisi gelombang. Syarat itu adalah

216
(i) Kecepatan partikel  , dan
(ii) Perubahan tekanan akustik p
Keduanya kontinyu melintasi perbatasan. Secara fisis ini menjamin bahwa ke dua
media adalah bersentuhan sempurna diperbatasan.
Gambar 6.12 menunjukkan bahwa kita meninjau sebuah gelombang bunyi
bidang di dalam medium berimpedansi akustik jenis Z1  1c1 dan datang secara
normal pada suatu perbatasan bidang tak terhingga yang memisahkan medium
pertama dari medium lain yang berimpedansi akustik jenis Z 2   2c2 . Jika subscript
i, r , dan t menyatakan secara berurutan datang, pantul dan transmisi, maka syarat
batas menghasilkan
i  r  t (6.1)

dan
pi  pr  pt (6.2)

Dimana p  c , maka persamaan (6.2) menjadi


1c1i  1c1r   2 c2t
atau
Z1i  Z1r  Z 2t (6.3)

Dengan mengeliminasi t dari (6.1) dan (6.3) menghasilkan

r  r  r Z1  Z 2
  
i  i i Z1  Z 2
Dengan mengeliminasi r dari (6.1) dan (6.3) menghasilkan
t t 2 Z1
 
i i Z1  Z 2
Sekarang
pr Z  Z  Z1 
 1 r  2  r
pi Z1r Z 2  Z1 r
dan
pt Z 2r 2Z 2
 
pi Z1r Z 2  Z1

Kita melihat bahwa jika Z1  Z 2 kecepatan partikel datang dan pantul adalah sefase,
sedangkan tekanan akustik datang dan pantul adalah berlawanan fase. Superposisi
kecepatan datang dan pantul yang sefase menyebabkan penghapusan tekanan (sebuah
217
simpul tekanan di dalam sistem gelombang berdiri). Jika Z1  Z 2 tekanan adalah
sefase dan kecepatan berlawanan fase.

Gambar 6.12 Gelombang bunyi datang, pantul dan transmisi di bidang batas antara
medium dengan impedansi akustik jenis 1c1 dan  2 c2

Kecepatan partikel ditrasnmisikan dan tekanan akustik selalu sefase dengan


kecepatan dan tekanan datang.
Pada suatu dinding yang tegar, dimana Z 2 tak terhingga, kecepatan

  0  i  r , yang menyebabkan penggandaan (lipat dua) tekanan di perbatasan.

Pemantulan dan Transmisi Intensitas Bunyi


Koefisien intensitas pantulan dan transmisi diberikan oleh


 
I r Z1 r
2
rms
 Z  Z2 
  1 
2

 
I i Z1 i2 rms  Z1  Z 2 
dan


 
I r Z 2 t
2
rms Z  2 Z1 
 2   
2
4 Z1 Z 2
 
I i Z1 i2 rms
Z1  Z1  Z 2  Z1  Z 2 2
Kekekalan energi menghasilkan
Ir It
  1 atau I i  I t  I r
Ii Ii
Disparaitas yang besar antara impedansi akustik jenis udara di satu pihak dan
air atau baja di pihak lain menyebabkan suatu ketidakcocokan yang ekstrem
impedansi ketika transmisi energi akustik antara medium-medium ini diupayakan.
Terdapat suatu pemantulan hampir total energi gelombang bunyi di antar
muka udara-air, tak tergantung dari mana gelombang mendekati perbatasan. Hanya

218
14% dari energi akustik yang dapat ditransmisikan pada antar muka baja-air, suatu
keterbatasan yang mempunyai implikasi buruk untuk transmisi di bawah air dan
piranti deteksi yang mengandalkan akustik.

Untuk lebih memahami sub bagian ini, pembaca disarankan mengerjakan soal
no.6.10 sampai 6.16 di bawah ini.
Soal 6.10
Tunjukkan bahwa ketika gelombang bunyi datang normal atau tegak lurus pada
bidang interface baja-air 86% dari energinya dipantulkan. Jika gelombang sedang
bergerak di dalam air dan datang tegak lurus pada bidang interface air-es tunjukkan
bahwa 82,3% dari energinya ditransmisikan. Diketahui nilai c di dalam kg m -2s -1 .

Impedansi air = 1,43  106 , es = 3,49  106 , baja = 3,9  107 .

Soal 6.11
Gunakan syarat batas untuk gelombang akustik berdiri di dalam tabung untuk
mengkonfirmasi hal berikut:
Simpangan Partikel Tekanan
Ujung tertutup Ujung Terbuka Ujung tertutup Ujung Terbuka
Perubahan 180o 0 0 180o
fase simpul perut perut simpul
pemantulan

Soal 6.12
Gelombang akustik berdiri dibentuk di dalam tabung sepanjang l dengan (a) kedua
ujungnya terbuka dan (b) salah satu ujungnya terbuka dan lainnya tertutup. Jika
simpangan partikel
   A cos kx  B sin kx  sin t
Dan syarat batas seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah, tunjukkan bahwa untuk
(a)   A cos kx sin t dengan   2l n
Dan untuk
(b)   A cos kx sin t dengan   4l 2n  1
Skets 3 harmonik pertama untuk masing-masing kasus.

219
Soal 6.13
Dalam diskusi mengenai masalah kecocokan (matching) dua tali berimpedansi Z1
dan Z 3 dengan menyisipkan elemen impedansi seperempat gelombang

Z 2  Z 1 Z 3  2
1

Ulangi masalah ini untuk kasus akustik dimana ekspresi untuk simpangan tali
yi , y r , yt

Sekarang merepresentasikan tekanan akustik pi , pr , pt .

Tunjukkan bahwa syarat batas untuk kontinyuitas tekanan di x  0 adalah


A1  B1  A2  B2
dan bahwa untuk kontinyuitas kecepatan partikel adalah
Z 2  A1  B1   Z1  A2  B2 
Hal yang sama, di x  l , tunjukkan bahwa syarat batas adalah
A2e  ik 2l  B2e ik 2l  A3

dan
 
Z 3 A2 e  ik 2l  B2e ik 2l  Z 2 A3

Karenanya buktikan bahwa koefisien transmisi bunyi


Z1 A32 
2
 1 ketika Z 22  Z1Z 3 dan l  2
Z 3 A1 4
(Perhatikan bahwa ekspresi untuk kedua syarat batas dan koefisien transmisi berbeda
dengan nilai-nilai itu dalam kasus tali)

Soal 6.14
Untuk gelombang bunyi beramplitudo tinggi modulus bulk adiabatik tidak bisa lagi
ditinjau sebagai sebuah konstanta. Gunakan syarat adiabatik bahwa

220

P  V0 
 
P0 V0 1    

dalam menurunkan persamaan gelombang untuk menunjukkan bahwa setiap bagian


gelombang amplitudo tinggi mempunyai kecepatan bunyi sendiri c0 1  s 
 1 2
,

dimana c02  P0  0 ,  adalah dilatasi, s kondensasi dan  rasio kalor jenis pada

tekanan dan volume konstan.

Soal 6.15
Suatu gelombang longitudinal di dalam plasma menunjukkan suatu kompbinasi gejala
kelistrikan dan akustik. Mereka mematuhi relasi dispersi di temperatur T :
 2   e2  3aTk 2 , dimana  e adalah frekuensi plasma elektron konstan (lihat soal
5.18) dan konstanta Boltzmann ditulis sebagai a untuk menghindari kebingungan
dengan angka gelombang k . Tunjukkan bahwa perkalian kecepatan fase dan
kelompok terhubung dengan energi termal rerata dari elektron (dapatkan dari
pV  nRT ).

Soal 6.16
Adalah mungkin untuk mendapatkan persamaan gelombang untuk gelombang tidal
(gelombang panjang di dalam air dangkal) dengan metode yang digunakan dalam
menurunkan persamaan gelombang akustik. Dalam gambar di bawah sebuah mass
fluida konstan di dalam suatu elemen berlebar satuan, tinggi h dan panjangnya
x bergerak sejauh  dan mengasumsikan suatu ketinggian baru h   dan panjang

1   x x , tetapi mempertahankan lebar satuan. Tunjukkan bahwa, untuk


pendekatan pertama,

  h
x

221
Dengan mengabaikan tegangan permukaan, gaya pada elemen muka setinggi h  
muncul dari perkalian tinggi dan tekanan hidrostatis rerata. Tunjukkan, jika
gh  P0 (yaitu h  10 m ) dan   h , bahwa gaya total pada elemen fluida
diberikan oleh
F 
 x   gh x
x x
Lanjutkan penurunan dengan menggunakan kasus akustik sebagai sebuah model
untuk menunjukkan bahwa gelombang ini adalah nondispersif dengan kecepatan fase
diberikan oleh v 2  gh .

222

Anda mungkin juga menyukai