Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 31 Nomor 1 tahun 2014

SIKAP MAHASISWA TERHADAP UNGKAPAN


PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KAMPUS KONSERVASI:
KAJIAN EKOLINGUISTIK
DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Tommi Yuniawan, Masrukhi, Alamsyah

Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Email: tommy_unnes@yahoo.co.uk

Abstract. This study aims to describe the knowledge and attitudes of students
to expose conservation on campus. This implies there are phrases that are used
to always uphold the principle of the protection, preservation, utilization and
sustainable development of natural resources and cultural arts, the preservation
of the environment on campus conservation. Alteration between environmental
changes and the language learned through ekolinguistik study. Based on student
attitudes toward environmental conservation can be identified expression of the
most popular expressions are: “Embung, Di Kampus: Jalan Kaki atau Bersepeda,
Yuk!, Salam Konservasi, Bebas Sepeda Motor, Flora, Fauna, Sampah Organik,
Sampah Anorganik, Menanam Pohon, Menanam Harapan, Konservasi Budaya,
serta Ramah Lingkungan”. In addition, this research was also identified most
not popular expressions that are: Birdfeeder, Peta Tutupan Lahan, Birdwatching,
Sarasehan Selasa Legen, Buletin Pelangi Konservasi, Etalase Konservasi,
Kicau Konservasi, Majalah Konservasi, Green Corridor, serta Bangunan Hemat
Energi. Attitudes and knowledge of students in the development of the University
of Creation is one of the keys to success vision application of Unnes. This implies
that student attitudes toward environmental conservation on campus will affect
the behavior of students in private or community conservation.

Keywords: ekolinguistik, conservation, student attitudes, expressions of


environmental conservation.

PENDAHULUAN pelbagai perubahan ragawi lingkungan.


Untuk menjawab hal tersebut, Universitas
Salah satu isu yang hangat dibicarakan banyak
Negeri Semarang (Unnes) telah mendeklara-
pihak dewasa ini adalah soal lingkungan. Be-
tapa tidak, perubahan iklim (climate change) sikan sebagai Universitas Konservasi pada
akibat efek rumah kaca berimplikasi pada na- 12 Maret 2012. Ada tujuh pilar konservasi,
iknya permukaan air laut, secara masif sangat yakni (1) biodiversitas, (2) arsitektur hijau &
mepengaruhi kehidupan sosial di kawasan transportasi internal, (3) pengolahan limbah,
kepantaian termasuk di kawawan pegunung- (4) nirkertas, (5) energi bersih, (6) etika, seni
an. Hal tersebut semakin menekan terjadinya dan budaya, dan (7) kader konservasi (Mas-

67
rukhi dkk 2010:3). Secara etimologis, istilah mah lingkungan. Untuk itu, sebagai universi-
konservasi (conservation) berasal dari kata tas konservasi mempunyai tujuh pilar, yakni:
con (together) dan servare (to keep, to save) (1) biodiversitas, (2) arsitektur hijau & trans-
yang dapat diartikan sebagai upaya memeli- portasi internal, (3) pengolahan limbah, (4)
hara yang kita miliki (to keep, to save what we nirkertas, (5) energi bersih, (6) etika, seni dan
have), dan menggunakan milik tersebut secara budaya, dan (7) kader konservasi. Dalam nas-
bijak (wise use). Secara leksikal, konservasi kah akademik ditegaskan bahwa Universitas
dimaknai sebagai (1) tindakan untuk melaku- Konservasi memiliki tujuan yang akan dicapai
kan perlindungan atau pengawetan dan (2) sarat muatan nilai yang sangat luhur dan uni-
sebuah kegiatan untuk melestarikan sesuatu versal.
dari kerusakan, kehancuran, kehilangan, dan Sejak menjadi Universitas Konservasi
sebagainya (Masrukhi dan Rahayuningsih tentunya banyak kebijakan dan upaya yang
2010:8; Wahyudin dan Sugiharto 2010:88; dilakukan untuk mensosialisasikan, mema-
Handoyo dan Tijan 2010:15). hamkan, serta menggerakkan seluruh warga
Menurut Handoyo dan Tijan (2010:16), kampus dalam mewujudkan dan mengokoh-
konservasi juga dapat dipandang dari segi kan visi konservasi ini. Hal ini berimplikasi
ekonomi dan ekologi. Konservasi dari segi bahwa ada ungkapan-ungkapan yang digu-
ekonomi berarti mencoba memanfaatkan nakan untuk selalu menjunjung tinggi prinsip
sumber daya alam untuk masa sekarang. Dari perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan
segi ekologi, konservasi merupakan peman- pengembangan secara lestari terhadap sumber
faatan sumber daya alam untuk sekarang dan daya alam dan seni budaya, dalam pelestarian
masa yang akan datang. Dalam konteks yang lingkungan di kampus konservasi ini. Misal-
lebih luas, konservasi tidak hanya diartikan se- nya, “Salam Konservasi”, “Gerakan Tanam
cara sempit sebagai menjaga atau memelihara Seribu Batang pohon”, “Pasar Krempyeng
lingkungan alam (pengertian konservasi fisik), Nyeni”, “Di Kampus: Jalan Kaki atau Ber-
tetapi juga bagaimana nilai-nilai dan hasil bu- sepeda, Yuk!”, “Paperless Policy”, “Green
daya dirawat, dipelihara, dijunjung tinggi, dan Transportation”, “Green Architecture”, “Its
dikembangkan demi kesempurnaan hidup ma- Great, Its Beatufiful, Its Unnes”, “Kader Kon-
nusia. servasi”, “Konservasi Budaya”, “Konservasi
Upaya mewujudkan Unnes menjadi uni- Moral”, “Menanam Pohon, Menanam Hara-
versitas konservasi sesungguhnya tidak lepas pan”, “Bebas Sepeda Motor”.
dari landasan yang bersifat filosofis. Alam se- Partisipasi mahasiswa dalam pengem-
mesta seisinya adalah ciptaan dan anugerah bangan Universitas Konservasi merupakan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Alam memiliki salah satu kunci keberhasilan penerapan visi
cara sendiri untuk mengatur keseimbangan Unnes. Hal ini disebabkan ditinjau dari segi
pada dirinya. Sayangnya, perkembangan per- kuantitas, mahasiswa menempati porsi paling
adaban yang tidak bermoral menyebabkan banyak dibandingkan dengan dosen dan tena-
kerusakan tatan alam yang ada. Untuk itu, ga kependidikan.
Unnes mengambil inisiatif menjadi universi- Konservasi bahasa dalam lingkup eko-
tas konservasi. Menurut Wahyudin dan Sugi- linguistik terinspirasi dari pemikiran Hauge-
harto (2010:86), universitas konservasi adalah nian bahwa upaya penyelamatan bahasa amat
sebuah universitas yang dalam pelaksanaan tri diperlukan karena kepunahan bahasa begitu
dharma perguruan tinggi mengacu pada prin- cepat dalam satu dasawarsa (Fill 2001:44).
sip konservasi (perlindungan, pengawetan, Alasan perlunya upaya penyelamatan bahasa
dan pemanfaatan secara lestari) sumber daya juga dinyatakan oleh Sinar (2010:70) bahwa
alam dan seni budaya serta berwawasan ra- “banyak bahasa daerah di Indonesia berada di

68
ambang kritis, semakin sulit untuk “hidup,” (Haugen dalam Fill dan Muhlhausler 2001:1).
bertahan, berfungsi, dan terwaris secara utuh. Haugen (1970) dalam Mbete (2009:11-12),
Banyak nilai yang tergusur dan punah. Belum menyatakan bahwa ekolinguistik memiliki
lagi, dengan ancaman hegemoni dan dominasi kaitan dengan sepuluh ruang kaji, yaitu: (1)
beberapa bahasa internasional, regional dan linguistik historis komparatif;
nasional, semakin mendesak bahasa-bahasa (2) linguistik demografi; (3) sosiolin-
minoritas. guistik; (4) dialinguistik; (5) dialektologi; (6)
Penelitian ini bertitik tolak dari perspek- filologi; (7) linguistik preskriptif; (8) gloto-
tif ekolinguistik. Menurut Mbete (2009:2), politik; (9) etnolinguistik, linguistik antro-
“dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan pologi ataupun linguistik kultural (cultural
komunitas penuturnya dipandang sebagai or- linguistics); dan (10) tipologi bahasa-bahasa
ganisme yang hidup secara bersistem dalam di suatu lingkungan. Berdasarkan pembagian
suatu kehidupan, bersama organisme-organ- Haugen tersebut, penelitian ini ada terkait de-
isme lainnya.” Teori-teori yang digunakan ngan ruang kaji sosiolinguistik dan linguistik
dalam penelitian ini merupakan paduan teo- preskriptif (leksikografi).
ri linguistik dan ekologi, sebagaimana di- Menurut Sapir dalam Fill dan Muhl-
nyatakan oleh Fill (1993:126) dalam Lindo hausler (2001:2), perubahan pada bahasa itu
dan Simonsen (2000:40) bahwa ekolinguistik tampak jelas teramati pada tataran leksikon.
merupakan sebuah payung bagi semua pene- Kelengkapan leksikon dari suatu bahasa
litian mengenai bahasa yang ditautkan deng- mencerminkan sebagian besar karakter ling-
an ekologi. Dalam the Ecology of Language kungan ragawi dan karakteristik sosial serta
Shift, Mackey dalam Fill dan Muhlhausler budaya masyarakat penuturnya. Pada tataran
(2001:67) menjelaskan bahwa ekologi bahasa, leksikon, dinamika dan perubahan bahasa
konsep ekologi memadukan lingkungan, kon- dipengaruhi oleh tiga dimensi (Lindø dan
servasi, interaksi, dan sistem dalam bahasa Bundegaard, 2000: 10-11), yakni (a) dimensi
(Fill dan Muhlhausler 2001:43). ideologis, (b) dimensi sosiologis, (c) dimensi
Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik biologis.
meliputi lingkungan ragawi dan sosial (Sapir Menurut Al-Gayoni (2010: 25), perubah-
dalam Fill dan Muhlhausler, 2001:14). Ling- an ragawi lingkungan juga turut mempe-
kungan ragawi menyangkut geografi yang ngaruhi penggunaan bahasa para penuturnya.
terdiri atas fisik: topografi suatu negara (pesi- Muhlhausler (1996:3) menyebutkan bahwa
sir, lembah, daratan, dataran tinggi, gunung), ada empat hal yang memungkinkan hubungan
iklim, dan intensitas curah hujan, dasar eko- antara bahasa dan lingkungan, yaitu: (1) ba-
nomis kehidupan manusia yang terdiri atas hasa bersifat bebas dan sarat makna; (2) ba-
fauna, flora, dan sumber-sumber mineral; hasa diciptakan oleh dunia ; (3) dunia dicip-
sedangkan lingkungan sosial terdiri atas ber- takan oleh bahasa (pandangan kaum struk-
bagai kekuatan masyarakat yang membentuk turalis dan pos-strukturalis); (4) bahasa saling
pikiran dan kehidupan setiap individu di anta- berhubungan dengan dunia (keduanya saling
ranya: agama, etika, bentuk organisasi politik, menyusun dan tersusun tetapi kadang juga
dan seni. bersifat bebas). Persepsi ini merupakan faktor
Bertolak dari keterangan di atas, dapat yang memengaruhi perilaku individu maupun
disimpulkan bahwa kajian ekolinguistik me- kelompok sosial. Artinya, sikap mahasiswa
miliki parameter yaitu interrelationships (in- terhadap ungkapan-ungkapan pelestarian
terelasi bahasa dan lingkungan), environment lingkungan di kampus konservasi akan mem-
(lingkungan ragawi dan sosial budaya) and di- pengaruhi perilaku pribadi maupun komunitas
versity (keberagaman bahasa dan lingkungan) mahasiswa dalam berkonservasi.

69
Berdasarkan latar belakang masalah kan responden dalam penelitian ini adalah ma-
tersebut, banyak hal yang dapat dianalisis hasiswa semester III ke atas. Hal ini diasumsi-
dalam penelitian ini. Untuk membatasi kan mahasiswa semester III telah memahami
masalah dalam penelitian, rumusan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan Unnes
yang dikaji yaitu: bagaimanakah pengetahuan sebagai universitas konservasi. Penentuan re-
mahasiswa terhadap ungkapan-ungkapan sponden penelitian dilakukan dengan purpos-
pelestarian lingkungan di kampus konservasi? sive sampling. Responden yang terlibat dalam
dan bagaimanakah sikap mahasiswa terhadap penelitian disajikan dalam tabel berikut ini.
ungkapan-ungkapan pelestarian lingkungan di
kampus konservasi? Penelitian ini bertujuan
Tabel 1. Jumlah Responden Penelitian
memaparkan pengetahuan mahasiswa terhadap
ungkapan-ungkapan pelestarian lingkungan di No. Fakultas
Respoden Responden
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
kampus konservasi dan menguraikan sikap 1. FIP 25 25 50
mahasiswa terhadap ungkapan-ungkapan 2. FBS 25 25 50
pelestarian lingkungan di kampus konservasi. 3. FIS 25 25 50
Penelitian ini diharapkan mempunyai 4. FMIPA 25 25 50
5. FT 25 25 50
manfaat manfaat teoretis dan praktis. Se- 6. FIK 25 25 50
cara teoretis, penelitian ini diharapkan akan 7. FE 25 25 50
memberikan konstribusi terhadap khazanah 8. FH 25 25 50
perkembangan teori bahasa dan ekolinguis- Jumlah 200 200 400
tik. Secara praktis, hasil penelitian ini akan
dimanfaatkan oleh Universitas Negeri Sema- Data penelitian dikumpulkan dengan
rang sebagai Universitas Konservasi guna per- teknik wawancara untuk memperoleh data
baikan sistem dan tata kelola dalam pengem- pengetahuan mahasiswa terhadap ungkapan-
bangan dan tindak lanjut kelembagaan, khu- ungkapan pelestarian lingkungan di kampus
susnya untuk mewujudkan dan menguatkan konservasi dengan bantuan kuesioner terstruk-
visi konservasi. Di sisi yang lain, penelitian tur. Di samping itu perolehan data juga dilaku-
ini tidak hanya bermakna bagi manusia, tetapi kan melalui tes kompetensi leksikal pelestari-
juga bagi pelestarian alam. Hal ini penting
an lingkungan.
dilakukan sebagai bentuk kearifan ekologi di
Untuk memperoleh pemahaman yang
kampus konservasi. Kearifan ekologi adalah
segala tindakan warga kampus dalam melang- lebih kongkret tentang pengetahuan leksikal
sungkan kehidupan yang selaras dengan ling- pelestarian lingkungan, maka responden itu
kungan. sendiri harus tahu minimal secara kognitif,
mungkin dari mendengarkan tentang ungkap-
METODE PENELITIAN an-ungkapan pelestarian lingkungan itu. Jika
Penelitian ini menggunakan pendekaan dari mendengarkan tidak pernah, dan di ling-
kualitatif. Hasil analisisnya dari kenyataan kungan sekitarnya tidak terdapat hal tersebut,
empiris yang diperoleh di lapangan untuk maka di sinilah lingkungan mempengaruhi
kemudian dilakukan abstraksi dan penarikan bahasa. Oleh karena itu, tes kompetensi lesi-
simpulan. kal pelestarian lingkungan tidak sama dengan
Penelitian ini melibatkan informan dari tes kompetensi leksikal secara linguistik. Pada
kalangan mahasiswa Unnes yang tersebar tes kompetensi leksikal pelestarian lingkung-
pada 8 fakultas. Tiap-tiap fakultas diambil 50 an, secara kognitif tidak hanya terkait dengan
mahasiswa dengan rasio laki-laki 25 orang dan leksikal kebahasaan, tetapi juga terkait dengan
perempuan 25 orang. Mahasiswa yang dijadi- pelestarian lingkungan itu sendiri sebagai ba-

70
gian konservasi. Selain itu, dalam pengum- Pemahaman konservasi salah satunya
pulan data digunakan pula teknik dokumenter dapat ditandai dengan pemahaman istilah-
bahan tertulis dan atau gambar sebagai sum- istilah yang berkaitan dengan konservasi.
ber data sekunder. Menurut persepsi responden diketahui bahwa
Selanjuntya, sikap terhadap ungkapan- istilah konservasi yang meliputi nirkertas,
ungkapan pelestarian lingkungan adalah suatu energi hijau, daur ulang, embung, dll dikenal
kecenderungan seseorang untuk mengetahui setelah Unnes mendeklarasikan konservasi
ungkapan-ungkapan mungkin dengan jalan pada tanggal 12 Maret 2010. Jadi, pemahaman
mempelajari. Data sikap terhadap ungkapan- konservasi sebanding dengan pendeklarasian
ungkapan pelestarian lingkungan dikumpul- konservasi di Unnes. Secara terperinci pema-
kan dengan kuesioner pola Likert. Kuesioner haman konservasi dipersepsi oleh responden
ini disusun dengan sangat setuju/peduli/perha- sebagai berikut.
tian (skor 5); setuju/peduli/perhatian (skor 4); Pengetahuan mahasiswa tentang konser-
kurang setuju/peduli/perhatian (skor 3); tidak vasi di Universitas Negeri Semarang dimani-
setuju /peduli/kurang perhatian (skor 2), sa- festasikan dalam dua hal pokok. Pertama, pe-
ngat tidak setuju/peduli/tidak perhatian (skor ngetahuan tentang kampus konservasi. Kedua
1). pengetahuan tentang tujuh pilar konservasi.
Penelitian ini menggunakan model anali- Pada aspek pengetahuan tentang kampus kon-
sis interaktif, yaitu bentuk interaksi pada tiga servasi, terdapat beberapa indikator, yakni
komponen; reduksi data, sajian data, dan (1) pengetahuan tentang visi Unnes sebagai
verifikasi data. Kegiatan ini dilakukan selama universitas konservasi; (2) Kebijakan Rektor
proses pengumpulan data. Jika dirasa kurang tentang Universitas Konservasi; (3) Kebijakan
mantap terhadap kesimpulan (verifikasi data) Rektor tentang Tata Kelola Kampus Berba-
karena mungkin kelemahan dalam pereduk- sis Konservasi; (4) Program-program untuk
mewujudkan kampus konservasi. Secara ke-
sian dan penyajian data, dilakukan penggalian
seluruhan rata-rata skor pemahaman pada as-
terhadap field note. Sekiranya cara yang tera-
pek pertama adalah sebagai berikut.
khir pun tidak ditemukan, maka akan dilaku-
kan pengumpulan data lagi bagi pendalaman
analisisnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Penelitian ini melibatkan responden dari
kalangan mahasiswa yang tersebar pada 8
fakultas. Tiap-tiap fakultas diambil 50 maha-
siswa dengan perbandingan laki-laki 25 orang Gambar 1. Rata-Rata tingkat Penge-
dan perempuan 25 perempuan. Mahasiswa tahuan Mahasiswa tentang
yang dijadikan responden dalam penelitian ini Kampus Konservasi
adalah semester III ke atas. Asumsi yang digu-
nakan bahwa mahasiswa semester III setidak- Dari data di atas tampak bahwa tingkat
tidaknya telah memahami dan beradaptasi pemahaman yang tertinggi terdapat pada as-
dengan lingkungan UNNES sebagai universi- pek “visi Unnes sebagai Universitas Konser-
tas konservasi. vasi” ( =76,8). Sementara itu, pemahaman

71
yang terendah adalah pada aspek “kebijakan Sementara itu rata-rata pengetahuan tentang
Rektor tentang tata kelola kampus berbasis pilar konservasi di enam fakultas lain ternyata
konservasi” ( =65,15). masih di bawah 70. Hal ini tampak dari rata-
Kemudian, tingkat pengetahuan terhadap rata tingkat pengetahuan pada tertinggi ketiga,
konservasi pada peringkat pertama diduduki yakni dari Fakultas Ilmu Pendidikan (
oleh mahasiswa dari Fakultas Hukum ( =65,04). Kemudian tertinggi keempat adalah
=78). Kemudian peringkat kedua dengan rata- FMIPA ( =64,31). Tertinggi kelima didu-
rata 74,40 diraih oleh mahasiswa dari Fakultas duki oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan
Ilmu Sosial. Pada peringkat ketiga mahasiswa Seni ( =63,91). Peringkat keenam oleh ma-
Fakultas Ilmu Keolahragaan mencapai rata- hasiswa Fakultas Teknik ( =62,71). Pering-
rata 70,90. Pada peringkat keempat rata-rata kat ketujuh oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan (
tingkat pemahaman tentang kampus konser- =62,19), dan terakhir Fakultas Ekonomi (
vasi dicapai oleh mahasiswa dari Fakultas =53,63).
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ( Apabila dianalisis lebih lanjut, ternyata
=69,60). Peringkat kelima sampai kedela- terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dari
pan secara beruruta diraih oleh mahasiswa pilar-pilar konservasi untuk tiap fakultas.
Fakultas Ekonomi ( =69), Fakultas Bahasa Kecenderungan tingkat pengetahuan tentang
dan Seni ( =68,20), Fakultas Ilmu Pendi- pilar konservasi untuk tiap fakultas adalah se-
dikan ( =67,90), dan Fakultas Teknik ( bagai berikut.
=66,2).
Pengetahuan mahasiswa tentang pilar Tabel 2. Kecenderungan Rata-Rata Tertinggi dan
konservasi yang tertinggi adalah pada pilar Terendah terkait Pengetahuan tentang
kaderisasi konservasi ( =65,98). Kemudian Pilar Konservasi Per fakultas
pengetahuan tertinggi kedua adalah pada kon-
servasi rtika, seni, dan budaya ( =65,73). Rata-Rata Rata-Rata
No Fakultas Pengetahuan Pengetahuan
Urutan tertinggi ketiga adalah konservasi Tertinggi Terendah
biodiversitas ( =65,38). Sementara itu pe- 1 FIP
Kaderisasi Pengelolaan
ringkat tertinggi keempat sampai ketujuh se- Konservasi Limbah
Konservasi Etika, Kebijakan
cara berturut-turut adalah energi bersih ( 2 FBS
Seni, dan Budaya Nirkertas
=65,03), arsitektur hijau dan sistem transporta- Kaderisasi Pengelolaan
3 FIS
si internal ( =63,58), kebijakan nirkertas ( Konservasi Limbah

=63,15), dan terakhir adalah pilar pengelolaan Kebijakan


Konservasi Nirkertas
limbah ( =61,88). Dari keseluruhan tingkat 4 FMIPA
Biodiversitas Konservasi Etika,
pengetahuan mahasiswa ternyata ditemukan Seni, dan Budaya

fakta bahwa keseluruhan pengetahuan masih Kebijakan


5 FT Energi Bersih
Nirkertas
kurang dari skor 70. Hal ini berarti tingkat Kebijakan
pengetahuan mahasiswa tentang konservasi 6 FIK Energi Bersih
Nirkertas
belum terlalu baik. 7 FE
Konservasi Etika, Pengelolaan
Seni, dan Budaya Limbah
Rata-rata tingkat pengetahuan maha-
Arsitektur hijau dan
siswa tentang pilar konservasi jika dibedakan Pengelolaan
8 FH sistem transportasi
Limbah
tiap fakultas tampak pada gambar di bawah. internal

Dari gambar tersebut tampak bahwa rata-rata


pengetahuan tertinggi tentang konservasi Dari data di atas tampak bahwa terdapat
diduduki oleh mahasiswa dari Fakultas Hu- kecenderungan yang berbeda tiap fakultas ter-
kum ( =73,31) dan tertinggi kedua adalah kait pengetahuan konservasi. Hal ini relevan
mahasiswa Fakulas Ilmu Sosial ( =70,01). dengan keilmuan tiap fakultas, misalnya di

72
FMIPA rata-rata tingkat pengetahuan yang
tertinggi adalah pada konservasi biodiversitas.
Kemudian, rata-rata tingkat pengetahuan ter-
tinggi pada Fakultas Bahasa dan Seni adalah
pada konservasi etika, seni, dan budaya. Na-
mun demikian, kecenderungan rata-rata ter-
tinggi dan terendah tidak membuktikan ada-
nya hal yang bertentangan. Karena dalam
penelitian ini tidak melakukan kajian tentang
Gambar 3. Rata-Rata Skor Sikap Ma-
hal tersebut. Penelitian ini hanya melihat se-
hasiswa Perfakultas tentang
cara peringkat bagaimana tingkat pengetahuan
Konservasi
mahasiswa pada tiap fakultas tentang pilar-pi-
lar konservasi. Kecenderungan bahwa kaderi-
sasi konservasi dan konservasi etika seni dan Dari gambar 2 di atas tampak bahwa rata-
budaya muncul sebagai pilar yang tertinggi rata tertinggi sikap terhadap ungkapan konser-
di dua fakultas berbeda menunjukkan bahwa vasi terdapat pada mahasiswa Fakultas Hu-
pengetahuan mahasiswa tentang kaderisasi kum ( =76,91). Peringkat kedua diduduki
konservasi telah baik.Ini disebabkan penger- oleh Fakultas Ilmu Sosial ( =76,15). Kemu-
tian kaderisasi telah sampai pada tingkat Him- dian, pada urutan ketiga, mahasiswa Fakultas
punan Mahasiswa di jurusan-jurusan. Begitu Ilmu Pendidikan ( =73,66). Urutan keempat
pula yang terjadi dengan konservasi etika, diduduki oleh mahasiswa Fakultas Teknik (
seni, dan budaya. =72,90), disusul dengan mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan ( =72,70) yang men-
Pembahasan
duduki peringkat kelima. Peringkat keenam,
Sikap mahasiswa tentang ungkapan kon- ketujuh, dan kedelapan masing-masing
servasi diperoleh dari leksikon pelestraian diduduki oleh mahasiswa Fakultas Matema-
lingkungan yang ada di kampus Universitas tika dan Ilmu Pengetahuan Alam ( =71,99),
Negeri Semarang. Rata-rata skor sikap maha- mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (
siswa di delapan fakultas terhadap ungkapan =71,67), dan terakhir Fakultas Ekonomi (
konservasi tampak pada gambar di bawah. =65,26).
Apabila keseluruhan hasil skor sikap di-
jumlahkan dan dibagi perindikator konservasi,
maka akan tampak seperti pada gambar 3.
Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa
ungkapan yang paling popular adalah dalam
bidang etika, seni, dan budaya ( =87,3). Se-
mentara itu, ungkapan yang paling tidak popu-
lar adalah dalam hal publikasi konservasi (
= 64,98). Secara berurutan tingkat popularitas
ungkapan konservasi dari yang paling popular
Gambar 2. Rata-rata skor sikap maha- sampai paling asing adalah (1) etika, seni, dan
siswa terhadap ungkapan budaya, (2) kader konservasi, (3) pengelolaan
konservasi limbah, (4) energi bersih, (5) biodiversitas, (6)

73
arsitektur hijau dan transportasi internal, (7) SIMPULAN DAN SARAN
nirkertas, dan (8) publikasi konservasi.
Ditinjau dari ungkapannya, berikut Simpulan
adalah 10 ungkapan paling popular dan 10 un- Berdasarkan analisis dan pembahasan
gkapan paling tidak popular yang dipilih oleh penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut
mahasiswa Universitas Negeri Semarang serta ini. Pertama, pengetahuan mahasiswa ten-
ngkapan paling popular dan tidak popular un- tang konsep konservasi di Universitas Negeri
tuk tiap fakultas. Semarang dimanifestasikan dalam dua hal po-

Tabel 3. 10 Ungkapan Terpopular dan Tidak Popular tentang Konservasi menurut Mahasiswa

Rank- 10 Ungkapan Paling Popular 10 Ungkapan Paling Tidak Popular


ing Ungkapan Ungkapan
1 Embung 88.55 Birdfeeder 55.3
Di Kampus: Jalan Kaki atau
2 87.05 Peta Tutupan Lahan 56.05
Bersepeda, Yuk!
3 Salam Konservasi 85.35 Birdwatching 56.7
4 Bebas Sepeda Motor 84.85 Sarasehan Selasa Legen 57.8
Gerakan Tanam Seribu Batang
5 84.75 Buletin Pelangi Konservasi 60.05
Pohon
6 Flora, Fauna 82.3 Etalase Konservasi 62.1
Sampah Organik, Sampah An-
7 82.3 Kicau Konservasi 63.2
organik
Menanam Pohon, Menanam
8 81.55 Majalah Konservasi 63.35
Harapan
9 Konservasi Budaya 80.6 Green Corridor 64.1
10 Ramah Lingkungan 79.25 Bangunan Hemat Energi 64.8

Tabel 4. Ungkapan Terpopular dan Tidak Popular tentang Konservasi tiap Fakultas

No Fakultas Ungkapan Paling Popular Ungkapan Paling Tidak Popular


1 FIP Budaya Hemat Energi Peta Tutupan Lahan
2 FBS Embung Birdfeeder
3 FIS Embung Birdwatching
4 FMIPA Embung Peta Tutupan Lahan
5 FT Embung Sarasehan Selasa Legen
Di Kampus: Jalan Kaki atau Bersepeda,
6 FIK Birdfeeder
Yuk!
7 FE Salam Konservasi Buletin Pelangi Konservasi
Di Kampus: Jalan Kaki atau Bersepeda,
8 FH Birdwatching
Yuk!

Partisipasi mahasiswa dalam pengem- kok. Pertama, pengetahuan tentang kampus


bangan Universitas Konservasi merupakan konservasi. Kedua, pengetahuan tentang tu-
salah satu kunci keberhasilan penerapan visi juh pilar konservasi. Pada aspek pengetahuan
tentang kampus konservasi, terdapat beberapa
Unnes. Hal ini disebabkan ditinjau dari segi
indikator, yakni (1) pengetahuan tentang visi
kuantitas, mahasiswa menempati porsi paling
Unnes sebagai universitas konservasi; (2) Ke-
banyak dibandingkan dengan dosen dan tena- bijakan Rektor tentang Universitas Konserva-
ga kependidikan. si; (3) Kebijakan Rektor tentang Tata Kelola

74
Kampus Berbasis Konservasi; (4) Program- Saran
program untuk mewujudkan kampus konser-
vasi. Tingkat pemahaman yang tertinggi ter- Berdasarkan simpulan tersebut, saran
dapat pada aspek “visi Unnes sebagai Univer- yang dapat direkomendasikan sebagai berikut
sitas Konservasi”. Sementara itu, pemahaman ini. Pertama, deskripsi tentang sikap maha-
yang terendah adalah pada aspek “kebijakan siswa terhadap ungkapan pelestarian ling-
Rektor tentang tata kelola kampus berbasis kungan masyarakat kampus konservasi dari
konservasi. Pengetahuan mahasiswa tentang perspektif ekolinguistik ini dapat memberikan
pilar konservasi yang tertinggi adalah pada sumbangan teoretis kepada ilmu ekolinguistik.
Kedua, penelitian tentang topik ini akan
pilar kaderisasi konservasi ( =65,98). Ke- menghasilkan satu model analisis ekolinguis-
mudian pengetahuan tertinggi kedua adalah tis yang dapat dijadikan contoh analisis pada
pada konservasi etika, seni, dan budaya ( satauan kebahasaan jenis lain. Selain itu,
=65,73). Urutan tertinggi ketiga adalah kon- penelitian ini tidak sekadar bermakna bagi
servasi biodiversitas ( =65,38). Sementara manusia, tetapi juga bagi pelestarian alam.
itu peringkat tertinggi keempat sampai ketujuh Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk ke-
secara berturut-turut adalah energi bersih ( arifan ekologi di masyarakat. Kearifan ekologi
=65,03), arsitektur hijau dan sistem transporta- adalah segala tindakan dalam melangsungkan
kehidupan yang selaras dengan lingkungan.
si internal ( =63,58), kebijakan nirkertas (
Selain itu, hasil penelitian ini akan diman-
=63,15), dan terakhir adalah pilar pengelolaan
faatkan guna perbaikan sistem dan tata kelola
limbah ( =61,88). Dari keseluruhan tingkat dalam pengembangan pelestarian lingkungan
pengetahuan mahasiswa ternyata ditemukan oleh lembaga ataupun masyarakat.
fakta bahwa keseluruhan pengetahuan masih
kurang dari skor 70. Hal ini berarti tingkat
pengetahuan mahasiswa tentang konservasi DAFTAR PUSTAKA
belum terlalu baik. Al Gayoni Yusradi Usman, 2010. Mengenal
Kedua, berdasarkan sikap mahasiswa Ekolinguistik. http.Ekolinguistik Diun-
terhadap ungkapan konservasi dapat didentifi- duh 12 Juni 2010.
kasi ungkapan paling popular yaitu: Embung, Fill, Alwin dan Peter Mühlhäusler.
Di Kampus: Jalan Kaki atau Bersepeda, Yuk!, 2001. The Ecolinguistics Reader
Salam Konservasi, Bebas Sepeda Motor, Flo-
Language,Ecology, and Environment.
ra, Fauna, Sampah Organik, Sampah Anor-
London: Continuum.
ganik, Menanam Pohon, Menanam Harapan,
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Mod-
Konservasi Budaya, serta Ramah Lingkung-
el Pendidikan Karakter Berbasis
an. Selain itu, diidentifikasi juga ungkapan
paling tidak popular yaitu: Birdfeeder, Peta Konservasi:Pengalaman Universitas
Tutupan Lahan, Birdwatching, Sarasehan Se- Negeri Semarang. Semarang: Universi-
lasa Legen, Buletin Pelangi Konservasi, Eta- tas Negeri Semarang Press bekerjasama
lase Konservasi , Kicau Konservasi, Majalah Penerbit Widya Karya.
Konservasi, Green Corridor, serta Bangunan Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Lan-
Hemat Energi. Sikap mahasiswa terhadap guage. Stanford, California: Stanford
ungkapan pelestarian lingkungan di kam- University Press.
pus konservasi akan mempengaruhi perilaku Lindø, Anna Vibeke and Simon S. Simonsen.
pribadi maupun komunitas mahasiswa dalam 2000. “The Dialectics and Varieties of
berkonservasi. Agency-the Ecology of Subject, Per-

75
son, and Agent. Dialectical Ecolinguis- Magister dan Doktor Linguistik Univer-
tics Three Essays for the Symposium 30 sitas Udayana, September 2002. Hlm.
Years of Language and Ecology in Graz 174-186.
December 2000. Austria: Univerisity of Mbete, Aron Meko. 2009. “Selayang Pandang
Odense Research Group for Ecology, Tentang Ekolinguistik: Perspektif Ke-
Language and Ecology. linguistikan yang Prospektif.” Bahan
Masrukhi dan Margaretha Rahayuningsih. Untuk Berbagi Pengalaman Kelinguis-
2010. Universitas Konservasi: Wahana tikan Dalam Matrikulasi Program Ma-
Pembangun Karakter Bangsa (Sebuah gister Linguistik Program Pascasarjana
Renungan Dies Natalies Unnes ke-45). Universitas Udayana, 12 Agustus 2009.
Semarang: Unnes. Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto. 2010.
Mbete, Aron Meko. 2002. “Ungkapan-Un- Unnes Sutera: Pergulatan Pikir Sudi-
gkapan dalam Bahasa dan Fungsinya jono Sastroatmodjo Membangun Uni-
dalam Melestarikan Lingkungan.” Lin- versitas Sehat, Unggul, dan Sejahtera.
guistika. Vol. 9: No. 17. Program Studi Semarang: Unnes Press.

76

Anda mungkin juga menyukai