Anda di halaman 1dari 4

KORELASI ANTARA ZAKAT DAN MATEMATIKA

mochyusufbims@gmail.com

Abstrak

Matematika merupakan ilmu yang dimana ada ataran yang jelas, hukum, ketetapan,
dan rumusnya. Kepastian ilmu matematika sendiri juga dapat dikaitkan dengan ilmu yang
ketetapannya jelas. Dimana hukum, ukuran, aturan, serta hitungannya sudah ditetapkan.
Contohnya adalah zakat. Zakat, ketetapannya sudah diatur oleh syariat agama dan zakat itu
bisa dikaitkan dengan ilmu matematika.

Kata kunci: zakat, matematika

A. Pendahuluan

Menurut Suherman (2003), matematika adalah disiplin pemikiran dan prosedur pengolahan
logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan menurut Johnson dalam Russefendi
(1972), matematika sering disebut sebagai ilmu deduktif, karena matematika adalah unsur -- unsur
yang tidak didefinisikan, definisi, aksioma, dan dalil -- dalil dimana argumen setelah terbukti valid
pada umumnya.

Matematika adalah ilmu pasti dimana ada aturan yang jelas, hukum, ketetapan, dan jelas
rumusnya. Hal ini selaras dengan kehidupan manusia, baik dilihat dari aktivitas fisik maupun aktivitas
keagamaan. Dari kepastian ilmu matematika, kemudian dapat dikaitkan dengan ilmu lain yang juga
memiliki ketentuan yang jelas, seperti dalam ilmu fikih ada rukun Islam. Rukun Islam sendiri sudah
memiliki ketetapan yang jelas yaitu dimulai dari Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. Dimana
hukum, ukuran, aturan, serta hitungannya sudah jelas ditetapkan oleh syari'at agama Islam.

Zakat merupakan kewajiban atas harta atau atas sejumlah harta untuk kelompok dan
dalam waktu tertentu, yang menjadi kewajiban atas umat Islam yang sudah memenuhi syarat.
Zakat termasuk rukun Islam yang ketiga, zakat juga menjadi salah satu unsur penting dalam
tegaknya Syariat Islam. Karena dengan adanya orang-orang yang membayar zakat tersebut,
maka bisa disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, misalnya disalurkan
untuk senif Fisabilillah, fakir, miskin, dan muallaf. Zakat layaknya ibadah shalat, puasa dan
haji dimana segala sesuatunya telah diatur di dalam Al-Quran dan sunnah. Manfaat dari zakat
bukan hanya untuk membersihkan harta para pemberi zakat namun juga kepada penerima
zakat untuk mensejahterakan masyarakat yang berhak menerima zakat

Zakat pada hakikatnya membersihkan dari elemen haram (karena pencampuran hak
manusia lain di dalam harta tersebut) dan pada masa yang sama menyuburkan atau
membersihkan harta dan perniagaan. Zakat juga adalah pembersih jiwa dan rohani untuk
lebih dekat dengan Allah SWT. Oleh sebab itu, zakat perniagaan adalah zakat yang
diwajibkan baginya zakat atas segala jenis barang-barang yang diniagakan tersebut, baik yang
bersumber dari hasil pertanian, perkebunan, hewan ternak, emas, perak dan perikanan.

B. Pembahasan

Zakat secara bahasa berarti suci, berkah, dan berkembang. Secara istilah, zakat yaitu
mengeluarkan sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya (mustahiq) sesuai kadar dan haulnya, dengan syarat dan rukun tertentu. Zakat
terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat fitrah (zakat nafsi) dan zakat harta (zakat mal).

Zakat fitrah atau zakat nafsi adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap muslim pada Bulan
Ramadhan hingga sebelum Sholat Idul Fitri sesuai syarat dan rukun tertentu. Diterangkan dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, ia berkata : “Nabi Muhammad telah
mewajibkan zakat fitrah pada Ramadhan atas setiap muslim, baik merdeka atau budak, laki -- laki
atau perempuan, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha' kurma atau gandum." (HR. Muslim)

Dalam hadis tersebut, disebutkan mengenai kurma atau gandum dimana dapat diketahui
bahwa makanan tersebut merupakan makanan pokok penduduk setempat. Bagi masyarakat Indonesia,
berarti makanan pokoknya adalah beras. Selain itu, dalam hadis tersebut juga dijelaskan ukuran dari
zakatnya yaitu sebanyak satu sha'. Satu sha' dalam matematika dan secara umum setara dengan 2,5
kilogram beras.

Apabila zakat fitrah dinominalkan dengan Rupiah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
Zakat fitrah perorang = 2,5 x harga beras perliter atau perkilogram. Dengan ketentuan berat 2,5
kemudian dikalikan dengan harga dari beras atau makanan pokok daerah setempat per kilogram.
Contohnya misal harga rata -- rata dari beras atau makanan pokok daerah setempat di pasaran adalah
Rp 8.000, maka zakat fitrah yang harus dibayar adalah sebesar 2,5 x Rp 8.000,- = Rp 20.000,-.

Selanjutnya adalah Zakat harta atau zakat mal. Zakat harta atau zakat mal adalah sejumlah
uang yang wajib di bayarkan atas kepemilikan harta kekayaan dan telah memenuhi syarat wajib zakat.
Adapun zakat mal terdiri dari zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya, zakat atas uang dan surat
berharga lainnya, zakat peternakan dan perikanan, zakat perniagaan, zakat perindustrian, zakat
pertanian, perkebunan, dan kehutanan, zakat pertambangan, zakat rikaz atau harta temuan, dan zakat
pendapatan dan jasa. 

Dalam Al Qur'an surah At - Taubah ayat 34 dijelaskan tentang kewajiban menunaikan zakat
mal, yaitu yang artinya berbunyi :
"Wahai orang - orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang -- orang alim dan
rahib - rahib mereka benar - benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka)
menghalang - halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang - orang yang menyimpan emas dan
perak, dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih." (Q.S. At Taubah (9) : 34)

Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), syarat suatu harta sudah wajib dikeluarkan
zakatnya apabila:

a) Harta kepemilikan penuh.


b) Secara syari'at harta halal.
c) Harta yang bersifat berkembang atau produktif.
d) Mencukupi kegunaan (nisab).
e) Tidak ada hubungan dengan hukum hutang.
f) Memiliki selama setahun (haul) atau dapat dizakatkan ketika waktu panen.

Besaran yang harus dibayarkan dalam zakat mal adalah 2,5 % dari total keseluruhan harta
yang disimpan selama satu tahun atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

2,5 % x  jumlah harta dalam satu tahun (haul).

Tidak hanya dalam zakat mal dan zakat fitrah, zakat ternak juga dapat dikaitkan dengan
matematika terdapat perbandingan senilai di dalamnya. Pengeluaran zakat ternak yang meningkat saat
ternak bertambah juga masuk dalam hitungan. Pengeluaran zakat yang bervariatif sudah ditentukan
sejak zaman dahulu kala dan tentunya juga menyesuaikan dengan syarat-syarat zakat.

Bagaimana, konsep zakat masih berhubungan dengan matematika bukan? Sudah pasti iya,
karena dalam perhitungan zakat, baik itu zakat fitrah maupun zakat harta atau zakat mal membutuhlan
ilmu hitung. Dimana ilmu hitung tidak dapat terlepas dari matematika.

Dengan demikian, kita ketahui bersama bahwa matematika dapat diterapkan dalam berbagai
aspek kehidupan, salah satunya bagi umat Islam adalah dalam perhitungan zakat fitrah dan zakat harta
(zakat mal).

C. Kesimpulan dan Saran

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa zakat yang merupakan kewajiban seorang
mukmin dapat dikaitkan dengan ilmu umum seperti halnya matematika. Ini merupakan bukti bahwa
matematika juga berkaitan dengan ajaran Islam. Ini terlepas dari pendapat sebagian orang yang
mengatakan bahwa matematika itu hanya perlu tahu menghitung uang saja sudah cukup. Matematika
sangatlah berguna dalam berbagai aspek kehidupan, dan amematika adalah ilmu yang fleksibel
sehingga matematika dapat diterapkan dalam berbagai ilmu sepertihalnya ilmu zakat.
D. Refrensi

Al-Ghozi, Muḥammad ibn Qasim. (2003). Fatḥ al-qarib al-mujib. Beirut: Dar alKutub al-
Islamiyyat.

Al-Qur’an dan terjemahan. (2008). Departemen Agama RI. Bandung: CV Diponegoro.

Atabik, A. (2016). Manajemen pengelolaan zakat yang efektif di era kontemporer. ZISWAF:
Jurnal Zakat dan Wakaf, 2(1), 40-62.

Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Design research from a learning design perspective. In
Educational design research (pp. 29-63). London: Routledge.

Hamidah, D., Putri, R. I. I., & Somakim, S. (2018). Eksplorasi pemahaman siswa pada materi
perbandingan senilai menggunakan konteks cerita di SMP. Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi
Pembelajaran Matematika (JRPIPM), 1(1), 1-10. DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jrpipm.v1n1.p1-10

Hidayatulloh, H. (2017). Relasi ilmu pengetahuan dan agama. Proceedings of the ICECRS,
1(1). UUM-UMSIDA, 25-27 October 2016 Universiti Utara Malaysia, Malaysia. DOI:
https://doi.org/10.21070/picecrs.v1i1.627

Hussin, M., Yahya, M., Muhammad, F., Ahmad, R., & Ali, M. (2013). Kepatuhan membayar
zakat: Analisis kutipan dan ketirisan zakat fitrah di Selangor. Jurnal Syariah, 21(2), 191- 206. Diambil
dari: http://ir.upsi.edu.my/id/eprint/2066

Lanya, H. (2016). Pemahaman konsep perbandingan siswa SMP berkemampuan matematika


rendah. Sigma, 2(1), 19-22. DOI: http://dx.doi.org/10.0324/sigma.v2i1.72

Maarif, S. (2015). Integrasi matematika dan Islam dalam pembelajaran matematika. Infinity
Journal, 4(2), 223-236. DOI: https://doi.org/10.22460/infinity.v4i2.p223-236

Anda mungkin juga menyukai