Laporan ini dinyatakan sah dan memenuhi syarat untuk diajukan sebagai
Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapangan (KKL) S-1 Fakultas Syari’ah Program Studi Hukum
Keluarga Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun Akademik 2020/2021
Salatiga, tanggal 1 Desember 2021
MENYETUJUI,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya, dan tak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Agung Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
ini merupakan tugas akhir kami dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Mahkamah Agung RI dan Majelis Ulama Indonesia
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini tidak dapat terlaksana tanpa
bimbingan bapak dan ibu dosen, karenanya kami ucapkan terima kasih sudah
membimbing kami untuk mempersiapkan diri sebagai mahasiswa yang terampil
dalam bidang studi yang saat ini kami pelajari.
2. yahya, S, Ag, MHI selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Moh. Khusen, MA., M.Ag selaku dosen pembimbing lapangan dalam Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).
4. Para Dosen dan Tenaga kependidikan Akademia Fakultas Syari’ah yang telah
membimbing dan mendampingi selama Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
5. Segenap kawan-kawan yang mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
6. Dan untuk pihak-pihak yang terlibat dan membantu kami baik dalam Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) maupun dalam penyusunan laporan ini.
Demikian laporan ini kami buat, apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam
penyusunan laporan ini kami mohon maaf. Kritik dan saran akan selalu kami terima
untuk melengkapi laporan kami. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Atas perhatian dan partisipasinya kami
ucapkan terima kasih.
iii
Salatiga, 01 Desember 2021
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Manfaat.............................................................................................................2
1. Profil Lembaga............................................................................................5
2. Administrasi Lembaga................................................................................7
1. Profil Lembaga..........................................................................................12
2. Administrasi Lembaga..............................................................................13
C. Analisis...........................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................16
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................18
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1
1. Mengetahui peran dari lembaga-lembaga yang berkompetensi di bidang hukum,
baik hukum positif maupun hukum islam.
2. Mengetahui mekanisme, peran dan kedudukan Mahkamah Agung RI, dan Majelis
Ulama Indonesia.
3. Mendapatkan informasi untuk menjalin kerjasama sehingga nantinya dapat
memberikan gambaran kedepan mengenai pekerjaan yang akan digeluti.
C. Manfaat
2
10.15- 12.15 Materi Sesi II Ir. Chandrini Mestika Dewi,
M.Si (Sekretaris Ditjen PKTN
Kemendag RI)
12.15-12.20 Penutupan Panitia
3
BAB II
1. Profil Lembaga
4
Agung Republik Indonesia Serikat.
Dengan diangkatnya Mr. Dr. Koesoemah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah
Agung secara operasional pelaksanaan kekuasaan kehakiman di bidang
pengadilan Negara Tertinggi adalah sejak disahkannya Kekuasaan dan Hukum
Acara Mahkamah Agung yang ditetapkan tanggal 9 Mei 1950 dalam Undang-
undang No. 1 tahun 1950 tentang Susunan Kekuasaan dan jalan Pengadilan
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut Mahkamah
Agung telah dua kali melantik dan mengambil sumpah Presiden Soekarno, yaitu
tanggal 19 Agustus tahun 1945 sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan
tanggal 27 Desember 1945 sebagai Presiden Republik Serikat.
Seiring berjalannya waktu dan undang-undang No. 1 tahun 1950 sudah harus
diganti, maka pada tanggal 17 Desember 1970 lahirlah Undang-undang No. 14
Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman pasal 10
ayat (2) menyebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan Tertinggi
dalam arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan kasasi (terakhir) bagi
putusan-putusan yang berasal dari pengadilan di bawahnya, yaitu pengadilan
tingkat pertama dan pengadilan tingkat banding yang meliputi 4 lingkungan, yaitu
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan PTUN.
Sejak tahun 1970 tersebut kedudukan Mahkamah Agung mulai kuat dan
terlebih dengan keluarnya Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung, maka kedudukan Mahkamah Agung sudah mulai mapan, dalam
menjalankan tugas-tugasnya yang mempunyai 5 fungsi, yaitu Fungsi Peradilan,
Fungsi Pengawasan, Fungsi Pengaturan, Fungsi Pemberi Nasehat dan Fungsi
Administrasi.
Pada Mei 1998 di Indonesia terjadi perubahan politik yang radikal dengan
lahirnya Era Reformasi. Konsep peradilan satu atap dapat diterima yang ditandai
dengan lahirnya TAP MPR No. X/MPR/1998 yang menentukan kekuasaan
kehakiman eksekutif. Ketetapan ini kemudian dilanjutkan dengan diundang-
undangkannya Undang-undang No. 35 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-
undang N0. 35 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Undang-undang
tersebut memberi batas waktu lima tahun untuk pengalihannya sebagaimana
tertuang dalam pasal II ayat (2).
5
Pada tanggal 23 Maret 2004 lahirlah keputusan Presiden RI No. 21 Tahun
2004 tentang pengalihan organisasi, administrasi dan finansial dan lingkungan
peradilan umum dan Tata Usaha Negara, Pengadilan Agama ke Mahkamah
Agung.
2. Administrasi Lembaga
a. Struktur Organisasi
1. Pimpinan
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 wakil ketua dan
beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung terdiri atas wakil
ketua bidang yudisial dan non yudisial. Wakil ketua yudisial yang membawahi
ketua muda perdata, ketua muda pidana, ketua muda agama dan ketua muda
tata usaha negara, sedangkan wakil ketua non yudisial membawahi ketua muda
pembinaan dan ketua muda pengawasan.
2. Hakim Anggota
Sejak Tahun 1970 tersebut kedudukan Mahkamah Agung mulai kuat dan
terlebih dengan keluarnya Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, maka kedudukan Mahkamah Agung sudah mulai mapan,
dalam menjalankan tugastugasnya yang mempunyai 5 fungsi, yaitu :
a. Fungsi Peradilan yaitu, Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah
Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara RI
diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Fungsi Pengawasan yaitu, Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan
tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan
dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara;
c. Fungsi Memberi Nasehat yaitu, Mahkamah Agung memberikan nasihat-
nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain;
d. Fungsi Administrasi yaitu, Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada
dibawah menurut Pasal 11 (1) UU No. 35 Tahun 1999 di bawah kekuasaan
Mahkamah Agung.
Ada tiga hal yang sering menjadi sorotan masyarakat terhadap lembaga
yudikatif khususnya Mahkamah Agung, yakni 1) Penumpukan perkara di MA, 2)
Putusan yang dianggap tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, 3) Isu
percaloan dan penyuapan di lingkungan MA (mafia hukum). Semua hal tersebut,
membuat rasa kepercayaan masyarakat terhadap MA menjadi berkurang bahkan
nyaris hilang. Padahal selama ini MA diharapkan dapat menjadi pemberi solusi
terakhir dan terbaik bagi para pencari keadilan dalam memperoleh kepastian
hukum.
Permasalahan klasik lainnya, yang juga sering diidap oleh suatu organisasi
adalah permasalahan dari segi internal dan eksternal. Secara internal,
permasalahan sumber daya manusia dan sistem manajemen masih menjadi
momok bagi MA yakni antara lain:
1) Minimnya evaluasi terhadap hakim-hakim di berbagai tingkatan;
9
aturan “satu atap”, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dan disesuaikan.
11
adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
perdagangan. Kementerian Perdagangan dipimpin oleh seorang Menteri
Perdagangan (Mendag) yang sejak tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh
Enggartiasto Lukita.
2. Administrasi Lembaga
Struktur Organisasi
a. Tugas KEMENDAG RI
12
Menyelenggarakan urusan dibidang perdagangan dalam pemerintahan
unruk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.
b. Fungsi KEMENDAG RI
C. Analisis
1. Mahkamah Agung RI
Mahkamah Agung RI (MA RI) dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
dan struktur kelembagaannya diharapkan mampu meraih kepercayaan masyarakat
dengan penyelesaian kasus seadil-adilnya. Di masa pandemi ini MA mencatat
rekor baru dengan capaian terbaik kinerja penanganan perkara pada tahun 2020
dan mengalami kemajuan dibanding tahun 2019. Sepanjang tahun 2020, MA
menangani sebanyak 20.761 perkara, dengan catatan yang baru, artinya MA dalam
kinerja penanganan perkara mulai dari jumlah perkara yang diputus, jumlah sisa
perkara, rasio produktifitas memutus perkara, hingga ketepatan waktu memutus
perkara menunjukan nilai positif dibanding tahun sebelumnya.
16
konsumen dan tertib niaga serta pengamanan pasar domestik untuk meningkatkan
daya saing produk nasional. Pada tahun 2019 tercapainya kinerja Ditjen PKTN
tidak terlepas juga dari dukungan manajemen, sarana dan prasarana yang dilakukan
Sekertariat Ditjen PKTN. Rata-rata dalam dukungan tersebut memberikan capaian
sebesar 98%, sehingga menjadikan kinerja layanan internal berjalan dengan baik.
Diharapkan dengan adanya Sinkronisasi Kebijakan Bidang Perlindungan
Konsumen dan Tertib Niaga yang dimulai pada tahun 2019 yang bertujuan untuk
meningkatkan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen yang lebih
terintegrasi, harmonis, dan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan menghimpun aspirasi dari Pemerintah Daerah dan menyelaraskan dengan
rencana kerja dan rencana strategis pada Ditjen PKTN.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan KKL yang sudah terlaksana memberikan bekal ketrampilan yang
nyata kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapat di
bangku kuliah, dari pemaparan di atas dapat di simpulkan:
B. Saran
Pelaksanaan KKL tahun 2021 ini kurang maksimal, dikarenakan masih dalam
masa pandemi covid 19 jadi peserta KKL tahun ini tidak dapat berkunjung langsung
ke lokasi. Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan searah dengan
pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah sebagai berikut:
19
LAMPIRAN
20
- Foto sertifikat KKL
21