Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

KULIAH KERJA LAPANGAN


MAHKAMAH AGUNG RI DAN MAJELIS ULAMA INDONESIA

ARYA WAHID ROIS


33010180023

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2021
PENGESAHAN

Laporan ini dinyatakan sah dan memenuhi syarat untuk diajukan sebagai
Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapangan (KKL) S-1 Fakultas Syari’ah Program Studi Hukum
Keluarga Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun Akademik 2020/2021
Salatiga, tanggal 1 Desember 2021

Salatiga, 01 Desember 2021

MENYETUJUI,

Ketua Program Studi Hukum Dosen Pembimbing


Keluarga Islam

Moh. Khusen, MA., M.Ag


yahya, S, Ag, MHI
NIP . 197412121999031003
NIP.197009152001121001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya, dan tak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Agung Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
ini merupakan tugas akhir kami dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Mahkamah Agung RI dan Majelis Ulama Indonesia

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini tidak dapat terlaksana tanpa
bimbingan bapak dan ibu dosen, karenanya kami ucapkan terima kasih sudah
membimbing kami untuk mempersiapkan diri sebagai mahasiswa yang terampil
dalam bidang studi yang saat ini kami pelajari.

Dan ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :


1. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.

2. yahya, S, Ag, MHI selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Moh. Khusen, MA., M.Ag selaku dosen pembimbing lapangan dalam Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).

4. Para Dosen dan Tenaga kependidikan Akademia Fakultas Syari’ah yang telah
membimbing dan mendampingi selama Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
5. Segenap kawan-kawan yang mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

6. Dan untuk pihak-pihak yang terlibat dan membantu kami baik dalam Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) maupun dalam penyusunan laporan ini.

Demikian laporan ini kami buat, apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam
penyusunan laporan ini kami mohon maaf. Kritik dan saran akan selalu kami terima
untuk melengkapi laporan kami. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Atas perhatian dan partisipasinya kami
ucapkan terima kasih.

iii
Salatiga, 01 Desember 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................v

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Tujuan...............................................................................................................2

C. Manfaat.............................................................................................................2

D. Jadwal Kegiatan KKL......................................................................................3

BAB II: PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN

A. Hasil Observasi dan Audiensi di Mahkamah Agung RI..................................4

1. Profil Lembaga............................................................................................5

2. Administrasi Lembaga................................................................................7

3. Proses kinerja lembaga................................................................................8

4. Sarana dan Prasarana Lembaga...................................................................9

5. Kendala dan Persoalan Lembaga..............................................................11

B. Hasil Observasi dan Audiensi di Kementrian Perdagangan RI......................11

1. Profil Lembaga..........................................................................................12

2. Administrasi Lembaga..............................................................................13

3. Proses kinerja lembaga..............................................................................14

4. Sarana dan Prasarana Lembaga.................................................................14

5. Kendala dan Persoalan Lembaga..............................................................14

C. Analisis...........................................................................................................14

BAB III: PENUTUP


v
A. Kesimpulan....................................................................................................16

B. Saran...............................................................................................................16

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................18

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan suatu bentuk kegiatan yang


memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk mengetahui sebuah
lembaga ataupun instansi pemerintahan dan dunia kerja yang mungkin tidak
ditemukan di kampus. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan oleh perguruan
tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas dan keterampilan bagi mahasiswa.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di IAIN Salatiga merupakan salah satu mata kuliah
keahlian. Bagi mahasiswa, kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) harus dirasakan
sebagai pengalaman belajar yang baru dan tidak diperoleh di bangku perkuliahan,
sehingga pasca Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mahasiswa akan memiliki wawasan
untuk hidup ditengah masyarakat dan didunia kerja suatu hari nanti.
Pada tahun ini sebab masih adanya pandemi covid-19 maka kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) dilaksanakan secara online/daring. Dengan mengundang narasumber
dari Mahkamah Agung RI (MA RI). Pemilihan narasumber ini didasarkan kepada
sasaran strategis yang hendak dicapai yakni pemberian bekal pengetahuan kepada
mahasiswa yang bersifat praktis tentang lembaga negara yang didirikan dalam rangka
mengawal terwujudnya demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia. Selain di
lembaga tersebut, Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada tahun ini mengundang
narasumber sesuai dengan program studi dengan pertimbangan kompetensi keilmuan
masing-masing. Program Studi Hukum Keluarga Islam mengundang narasumber
Kuliah Kerja Lapangan (KKL).Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan sarana Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan dengan sasaran tersebut
diharapkan akan terbentuk sebuah konsep ilmu hukum baik islam maupun positif
secara utuh, komprehensif, dan berwawasan Indonesia. Penguasaan pengetahuan
secara komprehensif tersebut sangat berguna untuk melengkapi kompetensi personal
maupun sosial kemasyarakatan bagi calon alumni Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
Atas pertimbangan tersebut maka Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga mengadakan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

B. Tujuan

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini bertujuan untuk :

1
1. Mengetahui peran dari lembaga-lembaga yang berkompetensi di bidang hukum,
baik hukum positif maupun hukum islam.
2. Mengetahui mekanisme, peran dan kedudukan Mahkamah Agung RI, dan Majelis
Ulama Indonesia.
3. Mendapatkan informasi untuk menjalin kerjasama sehingga nantinya dapat
memberikan gambaran kedepan mengenai pekerjaan yang akan digeluti.
C. Manfaat

Manfaat diadakannya kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi lembaga-lembaga


dari penyampaian narasumber pada saat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
2. Mahasiswa mampu memahami kedudukan lembaga-lembaga dari penyampaian
narasumber pada saat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
3. Mahasiswa mampu memahami profil lembaga-lembaga dari penyampaian
narasumber pada saat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
4. Mahasiswa mampu memahami tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga dari
penyampaian narasumber saat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
5. Mahasiswa memahami alur kerja dan kinerja terkait dengan lembaga-lembaga dari
penyampaian narasumber pada saat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

D. Jadwal Kegiatan KKL Online/Daring

Hari Waktu Acara Penanggung Jawab


dan
Tanggal
Selasa , 07.30-07.50 Registrasu Panitia

04 Mei 07.50-08.00 Pembukaan KKL Daring Panitia


08.00-08.10 Sambutan Dekan Dr. Hj. Siti Zumrotun,
2021
M.Ag. (Dekan Fakultas
Syariah IAIN Salatiga)
08.10- 10.10 Materi Sesi I Hakim Yustisial Mahkamah
Agung RI
10.10 – 10.15 Jeda pergantian materi

2
10.15- 12.15 Materi Sesi II Ir. Chandrini Mestika Dewi,
M.Si (Sekretaris Ditjen PKTN
Kemendag RI)
12.15-12.20 Penutupan Panitia

3
BAB II

PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN

A. Hasil Penjelasan dari Mahkamah Agung RI

1. Profil Lembaga

Masa penjajahan Belanda atas bumi pertiwi Indonesia, selain mempengaruhi


roda pemerintahan juga sangat besar pengaruhnya terhadap Peradilan di Indonesia.
Dari masa dijajah oleh Belanda tahun 1807, kemudian oleh Inggris tahun 1811 dan
masa kembalinya Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1842).
Pada masa penjajahan Belanda Hoogerechtshoof merupakan pengadilan
tertinggi dan berkedudukan di Jakarta dengan wilayah Hukum meliputi seluruh
Indonesia. Hoogerechtshoof beranggotakan seorang ketua, 2 orang anggota,
seorang prokol Jenderal, dan seorang panitera dimana perlu dibantu seorang
panitera muda atau lebih. Jika perlu Gubernur Jenderal dapat menambah susunan
Hoogerechtshoof dengan seorang wakil dan seorang atau lebih anggota.
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 19 Agustus 1945 Presiden Soekarno
melantik atau mengangkat Mr. Dr. R. S. E. Koesoemah Atmadja sebagai Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia yang pertama. Hari pengangkatan itu
kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Mahkamah Agung, melalui surat keputusan
KMA/043/SK/VIII/1999 tentang penetapan hari jadi Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Tanggal 19 Agustus 1945 juga merupakan disahkannya UUD 1945
beserta pembentukan dan pengangkatan Kabinet Presidentil pertama di Indonesia.
Mahkamah Agung terus mengalami dinamika sesuai dinamakan ketatanegaraan.
Antara tahun 1946 sampai dengan tahun 1950 Mahkamah Agung pindah ke
Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia. Pada saat itu terdapat 2 lembaga
Peradilan tertinggi di Indonesia yaitu Hoogerechtshoof di Jakarta dan Mahkamah
Agung Republik Indonesia di Yogyakarta.
Kemudian terjadi penyerahan kekuasaan Jepang, yang merupakan badan
tertinggi disebut Saikoo Hooin yang kemudian dihapus dengan Osamu Seirei (UU
No 2 Tahun 1944). Pada tanggal 1 Januari 1950 Mahkamah Agung kembali ke
Jakarta dan mengambil alih gedung dan personil serta pekerjaan Hoogerechtshoof.
Dengan demikian maka para anggota Hoogerechtshoof dan Procureur General
meletakkan jabatan masing-masing dan pekerjaannya diteruskan pada Mahkamah

4
Agung Republik Indonesia Serikat.
Dengan diangkatnya Mr. Dr. Koesoemah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah
Agung secara operasional pelaksanaan kekuasaan kehakiman di bidang
pengadilan Negara Tertinggi adalah sejak disahkannya Kekuasaan dan Hukum
Acara Mahkamah Agung yang ditetapkan tanggal 9 Mei 1950 dalam Undang-
undang No. 1 tahun 1950 tentang Susunan Kekuasaan dan jalan Pengadilan
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut Mahkamah
Agung telah dua kali melantik dan mengambil sumpah Presiden Soekarno, yaitu
tanggal 19 Agustus tahun 1945 sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan
tanggal 27 Desember 1945 sebagai Presiden Republik Serikat.
Seiring berjalannya waktu dan undang-undang No. 1 tahun 1950 sudah harus
diganti, maka pada tanggal 17 Desember 1970 lahirlah Undang-undang No. 14
Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman pasal 10
ayat (2) menyebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan Tertinggi
dalam arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan kasasi (terakhir) bagi
putusan-putusan yang berasal dari pengadilan di bawahnya, yaitu pengadilan
tingkat pertama dan pengadilan tingkat banding yang meliputi 4 lingkungan, yaitu
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan PTUN.
Sejak tahun 1970 tersebut kedudukan Mahkamah Agung mulai kuat dan
terlebih dengan keluarnya Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung, maka kedudukan Mahkamah Agung sudah mulai mapan, dalam
menjalankan tugas-tugasnya yang mempunyai 5 fungsi, yaitu Fungsi Peradilan,
Fungsi Pengawasan, Fungsi Pengaturan, Fungsi Pemberi Nasehat dan Fungsi
Administrasi.
Pada Mei 1998 di Indonesia terjadi perubahan politik yang radikal dengan
lahirnya Era Reformasi. Konsep peradilan satu atap dapat diterima yang ditandai
dengan lahirnya TAP MPR No. X/MPR/1998 yang menentukan kekuasaan
kehakiman eksekutif. Ketetapan ini kemudian dilanjutkan dengan diundang-
undangkannya Undang-undang No. 35 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-
undang N0. 35 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Undang-undang
tersebut memberi batas waktu lima tahun untuk pengalihannya sebagaimana
tertuang dalam pasal II ayat (2).

5
Pada tanggal 23 Maret 2004 lahirlah keputusan Presiden RI No. 21 Tahun
2004 tentang pengalihan organisasi, administrasi dan finansial dan lingkungan
peradilan umum dan Tata Usaha Negara, Pengadilan Agama ke Mahkamah
Agung.
2. Administrasi Lembaga

a. Struktur Organisasi

1. Pimpinan

Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 wakil ketua dan
beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung terdiri atas wakil
ketua bidang yudisial dan non yudisial. Wakil ketua yudisial yang membawahi
ketua muda perdata, ketua muda pidana, ketua muda agama dan ketua muda
tata usaha negara, sedangkan wakil ketua non yudisial membawahi ketua muda
pembinaan dan ketua muda pengawasan.
2. Hakim Anggota

Pada Mahkamah Agung terdapat hakim Agung sebanyak maksimal 60


orang. Calon Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan
sebagai Hakim Agung oleh Presiden.
6
3. Kepaniteraan

Tugas kepaniteraan Mahkamah Agung adalah melaksanakan pemberian


dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial kepada Majelis Hakim
Agung dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara, serta melaksanakan
administrasi penyelesaian putusan Mahkamah Agung. Kepaniteraan
Mahkamah Agung di pimpin oleh satu orang panitera dan di bantu oleh 7
panitera muda, yaitu Panitera Muda Perdata, Panitera Muda Perdata Khusus,
Panitera Mda Pidana, Panitera Muda Pidana Khusus, Panitera Muda Perdata
Agama, Panitera Muda Pidana Militer dan Panitera Muda Tata Usaha Negara.
4. Sekretariat

Sekretariat Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang sekretaris dan di


bantu oleh 6 unit eselon satu, yaitu Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Umum, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara, Badan Pengawas,
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum
dan Peradilan, dan Badan Urusan Administrasi.
5. Pengadilan Tingkat Banding

Pengadilan tingkat banding yang berada di bawah Mahkamah Agung


adalah, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara, Pengadilan Militer Utama dan Pengadilan Militer Tinggi.
6. Pengadilan Tingkat Pertama

Pengadilan tingkat pertama yang ada dibawah Mahkamah Agung yaitu,


Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara dan
Pengadilan Militer.
b. Keadaan Perkara

1. Kewenangan Mahkamah Agung RI berdasarkan peraturan perundang-


undangan yang berlaku meliputi:
2. Kewenangan memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa tentang
kewenangan mengadili, dan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap.
3. Kewenangan menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang
terhadap undang-undang.
4. Memberikan pertimbangan terhadap permohonan grasi. Selain itu Mahkamah
7
Agung RI dapat memberi keterangan, pertimbangan dan nasihat masalah
hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan.

3. Proses Kinerja Lembaga

Sejak Tahun 1970 tersebut kedudukan Mahkamah Agung mulai kuat dan
terlebih dengan keluarnya Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, maka kedudukan Mahkamah Agung sudah mulai mapan,
dalam menjalankan tugastugasnya yang mempunyai 5 fungsi, yaitu :
a. Fungsi Peradilan yaitu, Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah
Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara RI
diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Fungsi Pengawasan yaitu, Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan
tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan
dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara;
c. Fungsi Memberi Nasehat yaitu, Mahkamah Agung memberikan nasihat-
nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain;
d. Fungsi Administrasi yaitu, Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada
dibawah menurut Pasal 11 (1) UU No. 35 Tahun 1999 di bawah kekuasaan
Mahkamah Agung.

Tugas pokok MA RI:


a. Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, Menguji peraturan
perundang- undangan di bawah undang-undang.
b. Memeriksa dan memutus sengketa kewenangan mengadili dan peninjauan
kembali.
c. Memberikan pertimbangan terhadap permohonan grasi.

d. Memberi keterangan, pertimbangan dan nasihat hukum kepada lembaga


8
negara dan lembaga pemerintahan.

e. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di


semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.
f. Mengelola organisasi, administrasi dan finansial Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan di bawahnya.

4. Sarana dan Prasarana Lembaga

Mahkamah Agung Republik Indonesia beralamatkan di Jalan Medan Merdeka


Utara No. 9-13 Gambir RT 2/RW 3, Gambir, Kota Jakarta Pusat. Namun pada
tahun ini mahasiswa IAIN Salatiga belum bisa berkunjung langsung ketempat
dikarenakan masih dalam masa pandemi covid-19.
Gedung sekretariat Mahkamah Agung Republik Indonesia mempunyai
fasilitas yang memadai yaitu ruang penerimaan tamu, toilet, mushola, lift, LCD
Proyektor dan sound system.

5. Kendala dan Persoalan Lembaga

Ada tiga hal yang sering menjadi sorotan masyarakat terhadap lembaga
yudikatif khususnya Mahkamah Agung, yakni 1) Penumpukan perkara di MA, 2)
Putusan yang dianggap tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, 3) Isu
percaloan dan penyuapan di lingkungan MA (mafia hukum). Semua hal tersebut,
membuat rasa kepercayaan masyarakat terhadap MA menjadi berkurang bahkan
nyaris hilang. Padahal selama ini MA diharapkan dapat menjadi pemberi solusi
terakhir dan terbaik bagi para pencari keadilan dalam memperoleh kepastian
hukum.
Permasalahan klasik lainnya, yang juga sering diidap oleh suatu organisasi
adalah permasalahan dari segi internal dan eksternal. Secara internal,
permasalahan sumber daya manusia dan sistem manajemen masih menjadi
momok bagi MA yakni antara lain:
1) Minimnya evaluasi terhadap hakim-hakim di berbagai tingkatan;

2) Belum maksimalnya program reward and punishment;

Alat kelengkapan pendukung yang dinilai masih belum dapat memberikan


dukungan layanan yang maksimal kepada hakim. Terlebih lagi sejak diberlakukannya

9
aturan “satu atap”, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dan disesuaikan.

Sedangkan dari segi eksternal, permasalahan yang sering menghinggapi lembaga


peradilan adalah:
1) Perilaku masyarakat para pencari keadilan yang sering diwakili oleh para
advokat. Seringkali sikap dan perilaku advokat, baik di dalam maupun di luar
persidangan yang dapat mempengaruhi keputusan dan independensi hakim.
2) Perilaku masyarakat pada umumnya yang tidak menghormati lembaga
peradilan sehingga sering berperilaku yang menjurus pada arah contemp of
Court. Hal ini berakibat buruk pada wibawa hakim dan lembaga peradilan.
Berbagai solusi telah dilontarkan para ahli, antara lain mengenai permasalahan
penumpukan perkara harus cepat diselesaikan karena hal ini merupakan beban
Mahkamah Agung yang sepertinya tidak pernah berkurang dari tahun ke tahun.
Mahkamah Agung perlu melakukan penyaringan (dismissal procedure) yang ketat
untuk tiap-tiap kasus yang masuk dalam tingkat kasasi maupun tingkat peninjauan
kembali di Mahkamah Agung. Bahkan penyaringan ataupun pembatasan dapat
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Hal selanjutnya yang perlu dibenahi adalah konsistensi putusan, sehingga dapat
menghilangkan adanya putusan mahkamah yang berbeda-beda atau bahkan
bertentangan untuk perkara yang sama. Hal ini tentu dapat dibenahi dengan
pemberdayaan sumber daya manusia yang memadai, termasuk optimalisasi rekrutmen
calon hakim yang berkualitas.
Pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya hakim
baik di tingkat pertama maupun banding, dapat dilakukan dengan evaluasi hakim.
Setidaknya hakim-hakim yang menghendaki kenaikan karier harus lulus evaluasi
terkait dengan intelektualitasnya, profesionalisme, serta integritas moral. Berbagai
metode dapat diterapkan dalam evaluasi sehingga tujuan pemberdayaan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat tercapai.
Rekrutmen calon hakim yang berkualitas dapat ditempuh dengan berbagai
cara, antara lain:
1) Rekrutmen calon hakim dititikberatkan kepada syarat-syarat keahlian
pelamar, tidak hanya sebatas pemenuhan syarat-syarat administrasi. Dengan
demikian, harus ada metode baru dalam proses ujian masuk untuk melamar
sebagai calon hakim.

2) Mahkamah Agung memiliki tim untuk mencari bibit-bibit unggul ke


10
perguruan tinggi atau fakultas hukum untuk dipersiapkan dan
diarahkanmenjadi calon hakim. Mahasiswa yang berpotensi tersebut dapat
diberikan beasiswa dengan timbal balik ikatan dinas.
3) Mahkamah Agung memiliki lembaga pendidikan sendiri untuk menjaring,
mendidik dan mencetak calon-calon hakim berkualitas.
Hal yang terpenting, Mahkamah Agung harus mengambil langkah tegas
yang diberlakukan secara internal untuk mengeliminasi jual beli isi putusan.
Solusi terhadap jual beli isi putusan adalah terwujudnya prinsip keterbukaan
dalam praktek peradilan sehari-hari. Keterbukaan informasi dan manajemen
perkara serta putusan dapat mendorong pengawasan yang lebih kuat baik
dari internal maupun eksternal. Bila pengawasan telah kuat tentu praktek
jual beli putusan, percaloan kasus, ataupun mafia hukum dapat dihilangkan.

B. Hasil Penjelasan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan


Tertib Niaga Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
1. Profil Lembaga

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia adalah kementrian dalam


Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Kementrian
Perdagangan dipimpin oleh seorang Menteri Perdagangan (Mendag) yang
sejak tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh Enggartiasto Lukita.
Kementerian Perdagangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
di bidang perdagangan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perdagangan

b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung


jawab Kementerian Perdagangan
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan

d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan


Kementerian Perdagangan di daerah
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (disingkat Kemendag)

11
adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
perdagangan. Kementerian Perdagangan dipimpin oleh seorang Menteri
Perdagangan (Mendag) yang sejak tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh
Enggartiasto Lukita.

Kementerian Perdagangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


di bidang perdagangan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perdagangan

b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung


jawab Kementerian Perdagangan
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan

d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan


Kementerian Perdagangan di daerah
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

2. Administrasi Lembaga

Struktur Organisasi

a. Tugas KEMENDAG RI
12
Menyelenggarakan urusan dibidang perdagangan dalam pemerintahan
unruk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.
b. Fungsi KEMENDAG RI

Dalam melaksanakan tugas, kemendag RI menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan dibidang

b) perdaganganPengelolaan milik/kekayaan. Negara yang menjadi


tanggung jawab kementerian perdagangan RI
c) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan kementerian perdagangan
RI

d) Pelaksanaan teknis dan supervise atas pelaksanaan kementerian


perdagangan RI di daerah
e) Pelaksanaan teknis berskala nasional

3. Proses Kinerja Lembaga

Tahun 2015 merupakan awal dari pelaksanaan rencana pembangunan


jangka menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, yang kemudian
dijabarkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan
Perdagangan Mengutip salah satu petuah bijak “Langkah pertama
seringkali yang tersulit tetapi juga yang terpenting.” Maka keberhasilan
pelaksanaan Renstra dan RPJMN pada tahun 2015 akan menentukan arah
pembangunan nasional selama lima tahun ke depan.
Kondisi pembangunan perdagangan tahun 2015 diwarnai oleh berbagai
isu- isu seputar perekonomian global yang banyak memberi tantangan
sekaligus peluang yang tentunya harus kita sikapi dan hadapi bersama.
Pertama, konsentrasi pertumbuhan ekonomi dunia ke depan akan bergeser
dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. Kedua, harga
komoditas primer secara umum diperkirakan menurun dan harga produk
manufaktur mengalami tren yang meningkat. Ketiga, tren perdagangan
global ke depan tidak hanya dipengaruhi oleh peranan perdagangan
barang, tetapi juga oleh perdagangan jasa yang diperkirakan akan terus
meningkat. Keempat, semakin meningkatnya hambatan non-tarif di negara-
negara tujuan ekspor dan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai
pada akhir tahun 2015. Sementara itu, untuk mengatasi berbagai peraturan
13
yang menjadi beban dan menghambat penguatan daya saing nasional,
pemerintah pada bulan September 2015 telah mengeluarkan Paket
Kebijakan Ekonomi Tahap Iyang berisi Paket Deregulasi dan
Debirokratisasi. Paket deregulasi dan debirokratisasi tidak hanya bertujuan
semata-mata untuk menyederhanakan perijinan dan mempercepat waktu
perijinan, yang lebih penting adalah menciptakan birokrat yang baik dan
siap melayani rakyat. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan berperan
penting untuk memastikan pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang
mendukung peningkatan kelancaran arus barang dalam rangak ekspor,
impor bahan baku khususnya industri dan distribusibarang di dalam negeri
serta meningkatkan iklim usaha yang sehat dan berdaya saing. Ditengah
pelemahan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor nasional,
Paket Deregulasi dan Debirokratisasi diharapkan akan mampu menarik
investasi yang pada akhirnya memotori pertumbuhan ekonomi nasional.

4. Sarana dan Prasarana Lembaga

Sarana perdagangan adalah sarana berupa pasar rakyat, gudang non


sistem resi gudang, dan pusat distribusi, untuk mendukung kelancaran arus
distribusi barang.
Pasar rakyat adalah suatu area tertentu tempat bertemunya pembeli dan
penjuak baik secara langsung maupun tidak langsung dengan proses
jual beli berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar.
Pembangunan atau revitalisasi sarana perdangan adalah usaha untuk
melakukan peningkatan atau pemberdayaan sarana dan prasrana fisik,
managemen, sosial budaya, dan ekonomi atas sarana perdagangan.

5. Kendala dan Persoalan Lembaga

a. Mengenai rencana kerja pemerintah dan rancangan anggaran pendapat


dan belanja negara.
b. Terkait dengan permasalahan pangan. Permasalahan tingginya harga
dan ketergantungan impor pangan menjadi salah satu fokus jokowi saat
ini.
c. Penugasan terkait reformasi hukum di berikan kepada menteri
14
koordinator bidang politik, hukum dan keamanan yang baru, wiranto.
Dia menuntut penegakan dan kepastian hukum dapat terlaksana di
Indonesia.
d. Mengenai kinerja kementerian keuangan, khususnya direktorat jendral
pajak. Dia sering mengaku dapat keluhan dari para wajib pajak
mengenai kinerja ditjen pajak yang kurang baik.

C. Analisis

1. Mahkamah Agung RI

Mahkamah Agung Repulik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah


lembaga tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kehakiman bersama-sama Mahakamah Konstitus dan
bebas pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah agung
membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradailan militer dan lingkungan peradilan
agama.

Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana


dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mahkamah Agung
merupakan pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan yang berada di
bawahnya, yaitu lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara. Mahkamah Agung RI (MA RI) beralamat di
Jl. Jenderal A. Yani Kav 58 bypass, Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Mahkamah Agung RI (MA RI) dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
dan struktur kelembagaannya diharapkan mampu meraih kepercayaan masyarakat
dengan penyelesaian kasus seadil-adilnya. Di masa pandemi ini MA mencatat
rekor baru dengan capaian terbaik kinerja penanganan perkara pada tahun 2020
dan mengalami kemajuan dibanding tahun 2019. Sepanjang tahun 2020, MA
menangani sebanyak 20.761 perkara, dengan catatan yang baru, artinya MA dalam
kinerja penanganan perkara mulai dari jumlah perkara yang diputus, jumlah sisa
perkara, rasio produktifitas memutus perkara, hingga ketepatan waktu memutus
perkara menunjukan nilai positif dibanding tahun sebelumnya.

Pemerintah pun berkomitmen untuk mendukung upaya MA untuk


meningkatkan kualitas putusan para hakim melalui peningkatan kualitas sumber
15
daya manusia (SDM), baik yang masih berstatus calon hakim maupun yang sudah
bertugas. Karena sejuah ini kualitas SDM MA masih ditingkat standar, dengan
kualitas SDM yang semakin baik maka putusan yang dihasilkan juga akan semakin
baik. Selain itu diharapkan MA dan Komisi Yudisial memperketat pengawasan
terhadap para hakim dan hakim-hakim yang bersih dan berkualitas harus
diberikan apresiasi dan penghargaan sehingga tercipta peradilan yang bersih dan
berwibawa sebagaimana yang diharapkan seluruh masyarakat. Dengan begitu akan
menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap hukum di Insonesia serta
kesadaran hukum bagi masyarakat.Analisis Direktorat Jenderal Perlindungan
Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI ( Dirjen PKTN
Kemendag).

Perlindungan konsumen merupakan prasyarat mutlak dalam mewujudkan


perekonomian yang sehat melalui keseimbangan antara perlindungan kepentingan
konsumen dan pelaku usaha. Peran pemerintah dalam mewujudkan perlindungan
terhadap konsumen adalah melalui peningkatan standardisasi, pemberdayaan
konsumen, pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar, tertib ukur serta
pengendalian mutu barang dan/ataujasa. Peningkatan upaya perlindungan
konsumen diarahkan untuk mendukung tumbuhnya dunia usaha, agar mampu
melakukan inovasi dan menghasilkan beraneka ragam barang dan/atau jasa yang
memiliki nilai tambah, berteknologi tinggi dan sarat kandungan bahan lokal,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu barang
dan/atau jasa yang diperdagangan tidak mengakibatkan kerugian terhadap
konsumen. Keterbukaan pasar domestik dewasa ini sebagai konsekuensi dari
proses globalisasi ekonomi, harus berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dimana barang dan/atau jasa yang diperoleh konsumen di pasar telah
memiliki kepastian atas Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan
Hidup (K3L).

2. Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementrian


Perdagangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga sebagai


penanggung jawab Program Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Tertib
Niaga memiliki peranan penting dalam mendukung arah kebijakan perdagangan
dalam negeri, khususnya terkait dengan program peningkatan pelindungan

16
konsumen dan tertib niaga serta pengamanan pasar domestik untuk meningkatkan
daya saing produk nasional. Pada tahun 2019 tercapainya kinerja Ditjen PKTN
tidak terlepas juga dari dukungan manajemen, sarana dan prasarana yang dilakukan
Sekertariat Ditjen PKTN. Rata-rata dalam dukungan tersebut memberikan capaian
sebesar 98%, sehingga menjadikan kinerja layanan internal berjalan dengan baik.
Diharapkan dengan adanya Sinkronisasi Kebijakan Bidang Perlindungan
Konsumen dan Tertib Niaga yang dimulai pada tahun 2019 yang bertujuan untuk
meningkatkan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen yang lebih
terintegrasi, harmonis, dan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan menghimpun aspirasi dari Pemerintah Daerah dan menyelaraskan dengan
rencana kerja dan rencana strategis pada Ditjen PKTN.

Kondisi pembangunan perdagangan tahun 2015 diwarnai oleh berbagai isu-


isu seputar perekonomian global yang banyak memberi tantangan sekaligus
peluang yang tentunya harus kita sikapi dan hadapi bersama. Pertama, konsentrasi
pertumbuhan ekonomi dunia ke depan akan bergeser dari kawasan Eropa-Amerika
ke kawasan Asia Pasifik. Kedua, harga komoditas primer secara umum
diperkirakan menurun dan harga produk manufaktur mengalami tren yang
meningkat. Ketiga, tren perdagangan global ke depan tidak hanya dipengaruhi
oleh peranan perdagangan barang, tetapi juga oleh perdagangan jasa yang
diperkirakan akan terus meningkat. Keempat, semakin meningkatnya hambatan
non-tarif di negara-negara tujuan ekspor dan implementasi Masyarakat Ekonomi
ASEAN mulai pada akhir tahun 2015. Sementara itu, untuk mengatasi berbagai
peraturan yang menjadi beban dan menghambat penguatan daya saing nasional,
pemerintah pada bulan September 2015 telah mengeluarkan Paket Kebijakan
Ekonomi Tahap Iyang berisi Paket Deregulasi dan Debirokratisasi. Paket
deregulasi dan debirokratisasi tidak hanya bertujuan semata-mata untuk
menyederhanakan perijinan dan mempercepat waktu perijinan, yang lebih penting
adalah menciptakan birokrat yang baik dan siap melayani rakyat. Dalam hal ini,
Kementerian Perdagangan berperan penting untuk memastikan pelaksanaan
deregulasi dan debirokratisasi yang mendukung peningkatan kelancaran arus
barang dalam rangak ekspor, impor bahan baku khususnya industri dan
distribusibarang di dalam negeri serta meningkatkan iklim usaha yang sehat dan
berdaya saing. Ditengah pelemahan ekonomi global yang berdampak pada kinerja
ekspor nasional, Paket Deregulasi dan Debirokratisasi diharapkan akan mampu
17
menarik investasi yang pada akhirnya memotori pertumbuhan ekonomi nasional.

Sampai saat ini hal yang sudah dilaksanakan Direktorat Jenderal


Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga dengan mengadakan sarana berupa
pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, dan pusat distribusi, untuk
mendukung kelancaran arus distribusi barang. Pasar rakyat adalah suatu area
tertentu tempat bertemunya pembeli dan penjuak baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan proses jual beli berbagai jenis barang konsumsi melalui
tawar menawar. Pembangunan atau revitalisasi sarana perdangan adalah usaha
untuk melakukan peningkatan atau pemberdayaan sarana dan prasrana fisik,
managemen, sosial budaya, dan ekonomi atas sarana perdagangan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan KKL yang sudah terlaksana memberikan bekal ketrampilan yang
nyata kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapat di
bangku kuliah, dari pemaparan di atas dapat di simpulkan:

1. Kinerja Mahkamah Agung dalam kurun waktu setahun terakhir telah


menunjukkan hasil yang membaik. Salah satu indikasi ditunjukkan dengan
berkurangnya tunggakan perkara karena peningkatan produktivitas dalam
memutus.
2. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia adalah kementerian dalam
PemerintahIndonesia yang membidangi urusan perdagangan. Kementerian
Perdagangan dipimpin oleh seorang Menteri Perdagangan (Mendag) yang sejak
tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh Enggartiasto Lukita.Kementerian Perdagangan
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perdagangan
menyelenggarakan fungsi.

B. Saran

Pelaksanaan KKL tahun 2021 ini kurang maksimal, dikarenakan masih dalam
masa pandemi covid 19 jadi peserta KKL tahun ini tidak dapat berkunjung langsung
ke lokasi. Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan searah dengan
pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta, perlunya pematangan bekal sebelum pelaksanaan KKL


daring. Hal tersebut dapat memudahkan mahasiswa saat berlangsungnya zoom
meeting.
2. Kurang efisien durasi waktu pelaksanaan KKL daring sehingga pelaksaan
KKL daring kurang maksimal.
3. Bagi pelaksana, perluknya pematangan dalam persiapan sebelum
pelaksanaan KKL secara daring.

19
LAMPIRAN

- Foto Saat Pelaksanaan KKL daring

20
- Foto sertifikat KKL

21

Anda mungkin juga menyukai