Anda di halaman 1dari 35

Tak pernah berhenti belajar menuju

PSPD Terkemuka di Kawasan Indonesia Timur


dengan Unggulan di Bidang Kesehatan Pariwisata
berlandaskan nilai-nilai “Rahmatan Lil ‘Alamin”

Malnutrisi Energi-protein
Dr. Mamang Bagiansah, SpPD

Disampaikan dalam kuliah Semester Pendek


Tahun Akademik 2020/2021
BLOK ENDOKRIN-METABOLIK
16 September 2021
Definisi
Ketidakseimbangan seluler antara suplai
nutrisi dan energi dengan yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk bertumbuh, dan menjaga
fungsi-fungsi organ

WHO, 1993
182 juta (32%) anak-anak di negara
berkembang berstatus malnutrisi.

Prevalensi di Asia selatan dan afrika 5 kali


lebih tinggi disbanding negara-negara
barat

Who, 2000
18 juta anak-anak menderita marasmus dan
kwashiorkor tiap tahun (terutama di low-income
country) –di giovani et al, 2016

52 juta balita kurus (bb rendah terhadap tb), 17


juta sangat kurus. 155 juta anak stunting
(pendek menurut usia). -Who, 2018
49% dari total 10.4 juta
kematian pada balita di
negara berkembang
berkaitan dengan
malnutrisi energi protein
Klasifikasi Malnutrisi

1 Kronik
Ditandai oleh : pertumbuhan terhambat, mental apatis,
keterlambatan perkembangan, berat-badan sulit naik

2 Akut
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor
Kategori PEM

1 2 3
Marasmus Kwashiorkor Marasmus-Kwashiorkor
Spektrum diantara
Respon adaptif Respon maladaptif
marasmus dan
terhadap kelaparan terhadap kelaparan
kwashiorkor
This photograph shows
children and a nurse
attendant at a Nigerian
orphanage in the late 1960s.
Note that four of the
children have gray-blond
hair, a symptom of the
protein-deficiency disease
kwashiorkor. Image
courtesy of Dr Lyle Conrad
and the Centers for Disease
Control and Prevention
Public Health Image
Library.
This late 1960s photograph shows a seated,
listless child who was among many
individuals found with kwashiorkor in
Nigerian relief camps during the Nigerian-
Biafran war. Kwashiorkor is a disease that
develops due to a severe dietary protein
deficiency. This child, whose diet fit such a
deficiency profile, presented with
symptoms including edema of the legs and
feet; light-colored, thinning hair; anemia; a
pot-belly; and shiny skin. Image courtesy of
Dr Lyle Conrad and the Centers for Disease
Control and Prevention Public Health
Image Library.
Patofisiologi

Disfungsi sel B
Keseimbangan Pankreas dan
Energi Negatif kelainan genetic
tertentu

Tidak
adekuatnya Mikrobiota usus
intake nutrien
penting
PROSES ADAPTASI TUBUH SAAT KELAPARAN
Saat suplai energi berkurang, prioritas utama
tubuh adalah penyediaan glukosa untuk otak

GLIKOGENOLISIS
Pemecahan glikogen di hati dan otot

Cadangan glikogen
hati 100-110 gram
(10-18 jam)

GLUKONEOGENESIS
Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat
(melainkan dari laktat, piruvat, asam amino
dan gliserol

Lipolisis (memecah simpanan energi dari lemak)


Proteolisis (memecah simpanan energi dari protein)
Etiologi

Intake
Penyakit kronik
makanan
dan malignansi
kurang

Penyakit
Infeksi psikiatri

Gangguan Penuaan
pencernaan dan (sindroma
absorbsi geriatri)
makanan
Komplikasi

Hipotermia Gagal jantung

Hipoglikemia Infeksi

Ensefalopati Defisiensi
mikronutrien

Diare
Managemen klinis
Lakukan asesmen metabolik dan nutrisi secara komprehensif

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

• Lab : darah rutin, elektrolit, ureum, creatinin, albumin, kadar mikronutrien, tes
fungsi hati, pemeriksaan komorbiditas, dll
• Radiologis : X Foto toraks, USG Abdomen, dll

Pemilihan terapi

• MULAI dengan terapi segala kelainan metabolik (hipoglikemia, hipokalemia,


hipotermia, dll)
• Rehidrasi dan koreksi elektrolit, antibiotika, makro dan mikronutrien, terapi
komplikasi, edukasi.
Managemen klinis
Managemen klinis
Managemen klinis
Pengukuran status nutrisi
Guideline WHO
Antibiotik

•Mulai dengan antibiotic spektrum luas : ampicillin 50 mg/kg im/iv setiap 8 jam + gentamisin 7.5 mg/kg im/iv setiap 24 jam
selama 7-10 hari; atau ceftriakson 50 mg/kg/hari + Metronidazole 10-12 mg/kgbb/hari PO (jika diare kronis)
•Pasien rawat jalan : amoxicillin, amox-clavulanate, atau cefalosporin gen III

Vitamin A dan Zink

•Vit A 5000 IU/hari (tidak perlu jika pasien mendapat formula F-75, F-100, atau nutrisi)
•F-75 : 75 Kkal + 0.9 gram protein/100 mL
•F-100 : 100 Kkal + 2.9 gram protein/100 mL

Terapi rehidrasi

•Rehidrasi dengan kristaloid secara perlahan (PO maupun via NGT) dengan kecepatan 5-10 cc/kg/jam selama 12 jam
•Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi berat atau shock → cairan IV

Terapi nutrisi

•Pasien dengan diare, diterapi sama dengan yang tidak diare


•F-75 untuk fase stabilisasi, lalu dilanjutkan dengan makanan biasa selama 2-3 hari (fase rehabilitasi) setelah muncul selera
makan
•Intake energi yang direkomendasikan 100-135 Kkal/kg/hari
Reductive adaptation Guideline WHO
Hindari diuretik

Jangan langusng berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

Cairan intravena seminimal mungkin

Gunakan cairan yang rendah natrium dan tinggi kalium (misal cairan
ReSoMal)

Sering makan (setiap 2 jam)

Antibiotika empiris

Hindari pemberian zat besi terlalu dini


10 tahap tatalaksana Malnutrisi berat

1 Fase stabilisasi (7 langkah)

2 Fase rehabilitasi (3 langkah)


1
Fase stabilisasi
(dalam minggu pertama)

1. Obati/cegah hipoglikemia
2. Obati/cegah hipotermia
3. Obati/cegah dehidrasi
4. Koreksi imbalans elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Koreksi defisiensi mikronutrien
7. Mulai pemberian makanan biasa, termasuk menyusui
2
Fase Rehabilitasi
(2-6 minggu)

1. Upayakan pencapaian target pertumbuhan


2. Stimulasi sensoris dan support emosional
3. Persiapan pulang dan atur jadwal control teratur

Anda mungkin juga menyukai