Malnutrisi Energi-protein
Dr. Mamang Bagiansah, SpPD
WHO, 1993
182 juta (32%) anak-anak di negara
berkembang berstatus malnutrisi.
Who, 2000
18 juta anak-anak menderita marasmus dan
kwashiorkor tiap tahun (terutama di low-income
country) –di giovani et al, 2016
1 Kronik
Ditandai oleh : pertumbuhan terhambat, mental apatis,
keterlambatan perkembangan, berat-badan sulit naik
2 Akut
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor
Kategori PEM
1 2 3
Marasmus Kwashiorkor Marasmus-Kwashiorkor
Spektrum diantara
Respon adaptif Respon maladaptif
marasmus dan
terhadap kelaparan terhadap kelaparan
kwashiorkor
This photograph shows
children and a nurse
attendant at a Nigerian
orphanage in the late 1960s.
Note that four of the
children have gray-blond
hair, a symptom of the
protein-deficiency disease
kwashiorkor. Image
courtesy of Dr Lyle Conrad
and the Centers for Disease
Control and Prevention
Public Health Image
Library.
This late 1960s photograph shows a seated,
listless child who was among many
individuals found with kwashiorkor in
Nigerian relief camps during the Nigerian-
Biafran war. Kwashiorkor is a disease that
develops due to a severe dietary protein
deficiency. This child, whose diet fit such a
deficiency profile, presented with
symptoms including edema of the legs and
feet; light-colored, thinning hair; anemia; a
pot-belly; and shiny skin. Image courtesy of
Dr Lyle Conrad and the Centers for Disease
Control and Prevention Public Health
Image Library.
Patofisiologi
Disfungsi sel B
Keseimbangan Pankreas dan
Energi Negatif kelainan genetic
tertentu
Tidak
adekuatnya Mikrobiota usus
intake nutrien
penting
PROSES ADAPTASI TUBUH SAAT KELAPARAN
Saat suplai energi berkurang, prioritas utama
tubuh adalah penyediaan glukosa untuk otak
GLIKOGENOLISIS
Pemecahan glikogen di hati dan otot
Cadangan glikogen
hati 100-110 gram
(10-18 jam)
GLUKONEOGENESIS
Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat
(melainkan dari laktat, piruvat, asam amino
dan gliserol
Intake
Penyakit kronik
makanan
dan malignansi
kurang
Penyakit
Infeksi psikiatri
Gangguan Penuaan
pencernaan dan (sindroma
absorbsi geriatri)
makanan
Komplikasi
Hipoglikemia Infeksi
Ensefalopati Defisiensi
mikronutrien
Diare
Managemen klinis
Lakukan asesmen metabolik dan nutrisi secara komprehensif
Pemeriksaan penunjang
• Lab : darah rutin, elektrolit, ureum, creatinin, albumin, kadar mikronutrien, tes
fungsi hati, pemeriksaan komorbiditas, dll
• Radiologis : X Foto toraks, USG Abdomen, dll
Pemilihan terapi
•Mulai dengan antibiotic spektrum luas : ampicillin 50 mg/kg im/iv setiap 8 jam + gentamisin 7.5 mg/kg im/iv setiap 24 jam
selama 7-10 hari; atau ceftriakson 50 mg/kg/hari + Metronidazole 10-12 mg/kgbb/hari PO (jika diare kronis)
•Pasien rawat jalan : amoxicillin, amox-clavulanate, atau cefalosporin gen III
•Vit A 5000 IU/hari (tidak perlu jika pasien mendapat formula F-75, F-100, atau nutrisi)
•F-75 : 75 Kkal + 0.9 gram protein/100 mL
•F-100 : 100 Kkal + 2.9 gram protein/100 mL
Terapi rehidrasi
•Rehidrasi dengan kristaloid secara perlahan (PO maupun via NGT) dengan kecepatan 5-10 cc/kg/jam selama 12 jam
•Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi berat atau shock → cairan IV
Terapi nutrisi
Gunakan cairan yang rendah natrium dan tinggi kalium (misal cairan
ReSoMal)
Antibiotika empiris
1. Obati/cegah hipoglikemia
2. Obati/cegah hipotermia
3. Obati/cegah dehidrasi
4. Koreksi imbalans elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Koreksi defisiensi mikronutrien
7. Mulai pemberian makanan biasa, termasuk menyusui
2
Fase Rehabilitasi
(2-6 minggu)