Menjadi mukmin sejadi adalah sebuah proses dan perjuangan, karena penuh dengan jalan
terjal, beliku, banyak kerikil dan hambatan yang harus dilewati. Makanya kita memerlukan
intensitas dan kesungguhan untuk berproses menjadi mukmin sejati. Dalam hubungan itulah
kita perlu mengetahui ciri-cirinya agar kita bisa mengindentifikasi diri dan
mengusahakannya. Dalam al-Qur’an disebutkan lima ciri orang mukmin sejati, yaitu
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki
(nikmat) yang mulia” (QS al-Anfal: 2-4).
Ciri-ciri mukmin sejati tertuang pada surah Al-Furqan, tepatnya pada ayat 63 hingga ayat 74.
Seluruh ayat ini berbicara mengenai sifat-sifat hamba ar-Rahman, yakni mukmin sejati. Hal
ini disampaikan oleh Imam al-Biqa’i dalam kitabnya, Nuzum al-Durar Fi Tanasub al-Ayati Wa
al-Suwar. Menurutnya, pada ayat 63 hingga 74 Allah swt menerangkan tentang sifat hamba
yang taat kepada-Nya.
Ciri-ciri mukmin sejati yang pertama adalah memiliki sifat lemah lembut dan tidak angkuh.
Allah berfirman, “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang
yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
(dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam.” (QS. Al-Furqan [25]: 63).
Menurut Quraish Shihab, ayat ini selain menjelaskan sifat-sifat hamba yang taat, itu juga
merupakan kritik terhadap orang-orang kafir yang memiliki sifat keras dan sombong. Mereka
durhaka dan menyembah setan serta enggan sujud kepada Ar-Rahman dengan penuh
kepongahan. Mereka inilah orang-orang yang berpaling muka ketika dibacakan ayat-ayat Al-
Qur’an.
2. Senang beribadah di malam hari
Ciri-ciri mukmin sejati yang kedua adalah senang beribadah di malam hari seperti shalat
tahajud. Allah berfirman, “dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk
beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.” (QS. Al-Furqan [25]: 64).
Maksud dari ayat ini adalah gemar beribadah di malam hari.
Menurut al-Sa’adi dalam kitabnya, Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan,
subjek pada surah al-Furqan [25] ayat 64 adalah orang yang memperbanyak shalat malam
dengan penuh keikhlasan, yakni hanya mengharap rida Allah swt semata, dan ia menikmati
ibadahnya tersebut sepenuh hati tanpa merasakan letih maupun lelah sedikit pun.
Ciri-ciri mukmin sejati yang ketiga adalah senantiasa berlindung kepada Allah Swt dari segala
macam keburukan, termasuk neraka Jahanam. Firman-Nya, “Dan orang-orang yang berkata,
“Ya Tuhan kami (Allah), jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya
itu membuat kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqan [25]: 65).
Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan dalam Marah Labid, surah al-Furqan [25] ayat 65 ini
berkorelasi dengan ayat sebelumnya (64) di mana alasan orang-orang mukmin
memperbanyak ibadah malam dan bersungguh-sungguh di dalamnya – salah satunya –
karena mereka takut terhadap azab Allah Swt, yakni neraka jahanam yang siksaannya pedih
lagi kekal.
Ciri-ciri mukmin sejati selanjutnya adalah bersedekah secara proporsional, tidak kurang dan
tidak pula berlebihan sesuai kemampuan mereka masing-masing. Allah Swt berfirman, “Dan
(termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila
menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya
secara wajar.” (QS. Al-Furqan [25]: 67).
Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Azim menuturkan, maksud tidak berlebihan
dan tidak pula kikir pada ayat ini adalah tidak mubazir ketika bersedekah. Mereka memberi
sedekah kepada orang yang membutuhkan sesuai hajatnya, tidak berlebihan dan tidak pula
kurang dari itu. Singkatnya, mereka berlaku adil dalam bersedekah.
Ciri-ciri mukmin sejati yang kelima adalah tidak berbuat syirik, tidak membunuh dan, tidak
berzina. Firman Allah, “Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan
lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina; dan siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang
berat.” (QS. Al-Furqan [25]: 68).
Ali al-Shabuni menerangkan dalam Shafwat al-Tafasir, maksud dari tidak menyekutukan
Allah Swt pada ayat ini adalah bertauhid, baik dari segi rububiyyah maupun uluhiyyah.
Kemudian, tidak membunuh artinya tidak menghilangkan nyawa manusia yang telah Allah
haramkan, baik sesama muslim maupun non-muslim yang ingin berdamai. Terakhir, tidak
berzina maksudnya tidak melakukan perbuatan zina apa pun alasannya.
7. Tidak bersaksi atau bersumpah palsu dan tidak melakukan hal sia-sia
Ciri-ciri mukmin sejati adalah tidak bersaksi atau bersumpah palsu dan tidak melakukan hal
yang sia-sia guna menjaga kehormatan. Firman Allah swt, “Dan orang-orang yang tidak
memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan [25]: 72).
Surah al-Furqan [25] ayat 72 menegaskan bahwa mukmin sejati tidak akan melakukan
sumpah atau penyaksian palsu dan menghindari hal-hal yang sia-sia demi menjaga
kehormatan. Laghw pada ayat ini bermakna sesuatu yang tidak memiliki faedah berdasarkan
situasi dan kondisi. Sebagai contoh, menegur kekeliruan adalah hal yang baik, namun
menegur khatib ketika berkhutbah adalah kekeliruan dan dinilai Rasulullah sebagai laghw
(Tafsir al-Misbah [9]: 72).
Kata zukkiru pada ayat ini merupakan fi’il madhi majhul (kalimat Pasif). Menurut sebagian
ulama – sebagaimana dikutip Quraish Shihab – memberi isyarat bahwa bagi mukmin sejati
kebenaran harus senantiasa diikuti dan diindahkan, terlepas dari siapa pun yang
menyampaikannya. Mereka hanya melihat esensi dari sebuah peringatan, bukan pada
penyampainya.
Ciri-ciri mukmin sejati yang terakhir disebut dalam surah al-Furqan adalah senantiasa
meminta kebaikan hanya kepada Allah Swt, bukan kepada selain-Nya. Firman Allah, “Dan
orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74).
2. Taqwa
SEORANG muslim memiliki kewajiban untuk bertakwa kepada Allah. Dan patut diketahui
pula bahwa ada beberapa tanda orang bertakwa dalam Islam.
Pertama, tidak bergaul kecuali dengan orang-orang yang dapat memperbaiki agamanya,
memelihara kemaluan dan ucapannya.
Kedua, apabila mendapat sesuatu yang besar dari kesenangan dunia, dia menganggapnya
ujian.
Ketiga, apabila dia mendapatkan sedikit dari urusan agama, dia memandangnya sebagai
keuntungan yang besar
Keempat, tidak memenuhi perutnya dengan sesuatu yang halal karena takut akan
bercampur dengan sesuatu yang haram.
Kelima, melihat orang lain berselisih dari dosa, sedangkan melihat dirinya sendiri penuh
dosa.”
Allah juga berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS.
Ali Imran: 102).
Lantas bagaimana penjelasan dari kelima tanda ketakwaan di atas? Berikut penjelasannya:
Sebagai seorang muslim hendaknya menilai baik dan buruk sesuai standar agama Islam.
Begitu pun dalam bergaul.
Hendaknya seorang muslim bergaul dengan orang-orang yang selalu memperbaiki diri,
menjaga kesucian diri dan memelihara ucapannya.
Di sisi lain seorang muslim pun haruslah memiliki kekuatan iman agar dapat mewarnai
kebaikan di tengah-tengah lingkungan yang buruk.
Seorang yang bertakwa pun hendaknya memiliki keinginan agar orang-orang bisa merasakan
manisnya Islam dan iman kepada Allah.
Maka ketakwaan kepada Allah janganlah sampai membuat seorang hamba menjadi
sombong, tapi haruslah membuat hamba ingin lebih taat dan menyebarkan kebaikan ke
banyak orang.
0
BAGIKAN
SEORANG muslim memiliki kewajiban untuk bertakwa kepada Allah. Dan patut
diketahui pula bahwa ada beberapa tanda orang bertakwa dalam Islam.
ArtikelTerkait
Masyitoh, Tukang Sisir Keluarga Fir’aun
Cinta Buya kepada Istrinya
Ibu Imam Syafi’i yang Luar Biasa
Ibrahim bin Adham dan Seorang Lelaki yang Dirampok
Kedua, apabila mendapat sesuatu yang besar dari kesenangan dunia, dia
menganggapnya ujian.
Ketiga, apabila dia mendapatkan sedikit dari urusan agama, dia memandangnya
sebagai keuntungan yang besar.
Keempat, tidak memenuhi perutnya dengan sesuatu yang halal karena takut akan
bercampur dengan sesuatu yang haram.
Kelima, melihat orang lain berselisih dari dosa, sedangkan melihat dirinya sendiri
penuh dosa.”
Di sisi lain seorang muslim pun haruslah memiliki kekuatan iman agar dapat
mewarnai kebaikan di tengah-tengah lingkungan yang buruk.
Seorang yang bertakwa pun hendaknya memiliki keinginan agar orang-orang bisa
merasakan manisnya Islam dan iman kepada Allah.
Maka ketakwaan kepada Allah janganlah sampai membuat seorang hamba menjadi
sombong, tapi haruslah membuat hamba ingin lebih taat dan menyebarkan
kebaikan ke banyak orang.
“Setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih
utama baginya (lebih layak membakarnya).” (HR. At-Thabrani).
Maka hendaknya seorang muslim menjaga dirinya dari yang haram, jangan sampai
menggunakan cara yang Allah larang dan memakan yang sebetulnya tidak boleh
dimakan.
Bahkan menurut tinjauan zoologi mengatakan, pengaruh makanan itu bisa
berdampak pada watak dan perilaku seseorang.
Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam pernyataan beliau,
“Ada yang diharamkan karena makanannya yang jelek seperti Babi, karena ia
mewarisi mayoritas akhlak yang rendah lagi buruk, sebab ia adalah hewan terbanyak
makan barang-barang kotor dan kotoran tanpa kecuali.” (Kitab Al-Ath’imah hal. 40).
Islampos
Home Ibrah
AA
Unsplash
BAGIKAN
SEORANG muslim memiliki kewajiban untuk bertakwa kepada Allah. Dan patut diketahui
pula bahwa ada beberapa tanda orang bertakwa dalam Islam.
Pertama, tidak bergaul kecuali dengan orang-orang yang dapat memperbaiki agamanya,
memelihara kemaluan dan ucapannya.
ArtikelTerkait
Kedua, apabila mendapat sesuatu yang besar dari kesenangan dunia, dia menganggapnya
ujian.
Ketiga, apabila dia mendapatkan sedikit dari urusan agama, dia memandangnya sebagai
keuntungan yang besar.
Artrivit
Ternyata Mata Kabur hingga Katarak Bisa Anda Hilangkan dengan Ini
Evision
Slimetrix
Keempat, tidak memenuhi perutnya dengan sesuatu yang halal karena takut akan
bercampur dengan sesuatu yang haram.
Kelima, melihat orang lain berselisih dari dosa, sedangkan melihat dirinya sendiri penuh
dosa.”
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS.
Ali Imran: 102).
Lantas bagaimana penjelasan dari kelima tanda ketakwaan di atas? Berikut penjelasannya:
Sebagai seorang muslim hendaknya menilai baik dan buruk sesuai standar agama Islam.
Begitu pun dalam bergaul.
Hendaknya seorang muslim bergaul dengan orang-orang yang selalu memperbaiki diri,
menjaga kesucian diri dan memelihara ucapannya.
Di sisi lain seorang muslim pun haruslah memiliki kekuatan iman agar dapat mewarnai
kebaikan di tengah-tengah lingkungan yang buruk.
Seorang yang bertakwa pun hendaknya memiliki keinginan agar orang-orang bisa merasakan
manisnya Islam dan iman kepada Allah.
Maka ketakwaan kepada Allah janganlah sampai membuat seorang hamba menjadi
sombong, tapi haruslah membuat hamba ingin lebih taat dan menyebarkan kebaikan ke
banyak orang.
Foto: Unsplash
Karena dunia sering kali melalaikan dan mengalihkan dari ketaatan kepada Allah.
Hendaknya seorang muslim lebih menjaga dirinya agar kesenangan-kesenangan dunia yang
hadir tidak mengalihkan perhatian dari prioritas hidup. Prioritas hidup seorang hamba
adalah beribadah kepada-Nya.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu” (QS. Al-Hadid: 20).
3. Tanda Orang Bertakwa: Agama adalah Keuntungan yang Besar
Seorang muslim hendaknya mengetahui bahwa taat kepada agama Allah adalah suatu hal
yang teramat besar.
Karena tiada yang lebih penting dari mendapatkan ridha Allah SWT. Dunia adalah tempat
mengumpulkan bekal untuk nantinya dipertanggungjawabkan.
Bila serang hamba menjadikan kesenangan dunia saja hanya sebagai prioritasnya, maka
kelak yang didapat hanyalah kerugian dan kesia-siaan.
“Setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama
baginya (lebih layak membakarnya).” (HR. At-Thabrani).
Maka hendaknya seorang muslim menjaga dirinya dari yang haram, jangan sampai
menggunakan cara yang Allah larang dan memakan yang sebetulnya tidak boleh dimakan.
Bahkan menurut tinjauan zoologi mengatakan, pengaruh makanan itu bisa berdampak pada
watak dan perilaku seseorang.
“Ada yang diharamkan karena makanannya yang jelek seperti Babi, karena ia mewarisi
mayoritas akhlak yang rendah lagi buruk, sebab ia adalah hewan terbanyak makan barang-
barang kotor dan kotoran tanpa kecuali.” (Kitab Al-Ath’imah hal. 40).
Seorang muslim hendaknya memiliki sikap sadar diri dan selalu berintrospeksi akan segala
dosa yang pernah dilakukan.
Jangan sampai seorang muslim dengan bangga melakukan dosa dan enggan memohon
ampun kepada Allah. Tak lupa dengan kesadaran akan dosa, hendaknya seorang muslim
tidak mengulangi dosanya lagi,
Itulah tanda orang bertakwa yang hendaknya diketahui dan diamalkan. Semoga kita
termasuk orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad |
Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016