berkembang dari rantai sebab akibat menuju suatu proses kejadian penyakit yaitu
lebih dikenal dengan model segitiga epidemiologi atau trias epidemiologi dan
cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (yakni
Environment (AHE). Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para
1) Agent (Agen)
Agent dapat berasal dari berbagai unsur seperti unsur biologis yang
disebabkan oleh mikroorganisme, unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak
memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena
bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri, unsur fisika, serta unsur
psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturunan. Demikian juga
dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alkohol), perubahan hormonal dan unsur
dan atipikal.71 Pneumonia tipikal dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
atipik lebih sering mengenai anak dan dewasa muda serta pneumonia ini sulit
ternyata pneumonia atipik sering dijumpai, 7-55% dari CAP disebabkan oleh
a. Infektivitas
untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai spesies mikroba
b. Patogenensis
yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan
perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi.
Hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox menderita penyakit
c. Virulensi
d. Toksisitas
Kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari
e. Antigenisitas
yang lain.70
f. Invasitas
memasuki jaringan.73 Pada CAP dan TB, invasi dari bakteri melalui airborne
droplets dari satu orang ke orang lain dalam populasi tertutup. 75 Mycobacterium
tuberculosis bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen, sehingga
senang tinggal di daerah apeks paru yang kandungan oksigennya tinggi. Kuman
TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
2) Host (Pejamu)
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini disebabkan oleh
faktor intrinsik. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor timbulnya suatu
a. Umur
e. Jenis Kelamin
dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya
terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai
pada laki-laki.
f. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
g. Status Nutrisi
seperti TBC dan kelainan gizi sepeerti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.
h. Adat-Istiadat
i. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya
Pada kasus ini, pasien lebih rentan menderita CAP karena memiliki
faktor risiko berupa usia dan status nutrisi. Usia adalah faktor risiko yang terkenal
untuk CAP, terutama pada orang tua. Usia juga dapat memodifikasi atau
berinteraksi dengan faktor -faktor lain pada orang tua. Status nutrisi yang buruk,
narkoba dan alkohol, tahanan, dan orang yang terinfeksi virus human
untuk M. tuberculosis yang resistan terhadap obat karena pasien yang menerima
pengobatan yang tidak memadai mungkin tetap menular untuk waktu yang lama.79
3) Environment (Lingkungan)
penyakit, hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan
a. Lingkungan Biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus,
bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen
b. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan,
seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia
tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi
berikut :
a. Usia
host di paru, antara lain pada barier mekanik, aktivitas fagosit, imunitas humoral
dan sel T. Perubahan spesifik lainnya adalah menurunnya fungsi sel B dan T
perifer yang bersifat antigen spesifik. Fungsi dari sel natural killer (NK),
makrofag, dan neutrofil juga menurun pada usia lanjut. 80 Usia pasien 59 tahun
yang merupakan usia pra lansia yang menjadi faktor risiko terjadinya CAP, TB
Meningkatnya risiko dan angka kejadian pada kelompok usia yang lebih lanjut ini
memiliki hubungan dengan beberapa faktor risiko serta komorbiditas. Akan tetapi
penurunan imunitas atau fungsi paru juga dapat terjadi. Pada usia lanjut,
kematian paling umum dari penyakit menular.81 Penelitian Rini Sri Agusti
melakukan penelitian untuk mengathui faktor risiko apa saja yang dapat
meningkatkan kejadian CAP pada pasien yang berobat di Poli Paru RSUD
Pirngadi Medan pad tahun 2020, faktor usia mendapatkan nilai p sebesar 0,042
(p<0,05) pada hasil analisis uji statistik chi square. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara faktor risiko usia dengan kejadian
CAP.80 Hal ini juga didukung studi oleh Maria Certan dkk yang diterbitkan pada
tahun 2022, terdapat karakteristik pasien yang berumur > 65 tahun memiliki odd
ratio (OR) sebesar 1,23, yang artinya kemungkinan dapat meningkatkan risiko
Pada TB, kelompok umur penderita yang paling banyak adalah umur
antara 55-65 tahun. Kelompok umur ini didapatkan dari hasil penelitian Tarmizi
dkk pada tahun 2018. Kelompok umur ini bukan lagi tergolong usia produktif dan
termasuk golongan umur yang rentan terhadap penyakit, namun hasil observasi di
lapangan rata-rata responsden yang termasuk golongan umur di atas masih aktif
bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dengan keadaan yang rentan penyakit
Seperti pada kasus ini, pasien termasuk kelompok usia tidak produktif, tetapi
beliau terkadang masih bekerja menjual sayur ke pasar. Akan tetapi kemungkinan
dilakukan Erawati tahun 2020, usia tidak menjadi faktor risiko terjadinya TB. Hal
ini dibuktikan dari data OR yang didapat yakni 0,93, artinya usia secara
gagal jantung kongestif diketahui meningkat pada usia 40 tahun ke atas. Hasil
analisis ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kelompok
dan RS Stella Maris Makassar dari 40 responsden adalah pada kelompok usia
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya CAP. Hal
ini dibuktikan dari penelitian Jen-Tzer Gau dkk, tahun 2010, jenis kelamin
memiliki OR 1.01 yang artinya secara statistik, faktor jenis kelamin tidak
dengan angka kejadian 35 kasus dan nilai Odds Ratio 2,7 yang menyatakan
bahwa laki-laki 2,7 kali lebih berisiko di banding perempuan. Hal ini disebabkan
karena laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi di banding perempuan dan
juga kebiasaan buruk lainnya seperti merokok dan mengonsumsi alkohol yang
Usia memang merupakan faktor resiko dari penyakit gagal jantung. Akan
tetapi, peranan faktor risiko usia harus ditinjau dari faktor jenis kelamin. Hal ini
jantung dipengaruhi oleh peranan hormon perempuan yaitu estrogen yang bersifat
laki-laki rentan terhadap penyakit gagal jantung pada usia 50 tahun sedangkan
perempuan pada usia 65 tahun atau setelah menopause.87 Pada kasus ini, berbeda
faktor jenis kelamin laki-laki, tetap tidak menutup kemungkinan perempuan dapat
c. Status Gizi
Pasien memiliki status gizi underweight dengan BMI 14.5. Penelitian yang
dilakukan Anna M. Berley dkk pada tahun 2017, didapatkan data bahwa obesitas
lebih sering terjadi pada orang dewasa <65 tahun; 67% dengan obesitas dan 81%
dengan obesitas ekstrim adalah orang dewasa berusia <65 tahun. Asma (41%) dan
diabetes (44%) paling umum di antara orang dewasa dengan obesitas ekstrem,
sedangkan PPOK (37%) dan imunosupresi (26%) paling umum di antara orang
dewasa yang kekurangan berat badan. Meskipun tidak ada istilah interaksi yang
signifikan yang diamati antara usia, atau PSI dan BMI pada model dewasa, dalam
analisis usia yang bertingkat, hubungan antara kekurangan berat badan dan lama
tinggal di rumah sakit hanya signifikan di antara orang dewasa berusia 50-64
tahun. Usia pasien berumur 59 tahun dan lama perawatan di rumah sakit selama 6
hari sehingga masih ada keterkaitan antara status gizi dengan kejadian CAP. Dari
lebih dari 3 hari yakni, 1.59. Underweight dapat meningkatkan 1.59 kali lipat
kejadian CAP.88
Pasien mempunyai BB 35 kg, TB 155 cm, BBI 49.5 kg, dan IMT 14,5
Pedoman Pelayanan Gizi pada Pasien TB, intervensi yang dapat diberikan bagi
dengan kebutuhan protein sebanyak 15% dari total energi, lemak sebanyak 20-
25% dari total energi, dan karbohidrat sebanyak 60-70% total energi, atau 40-50%
untuk mengurangi dampak metabolisme. Oleh karena itu, kalori yang dibutuhkan
pasien perhari adalah 1700 kkal. Kebutuhan harian pasien adalah karbohidrat
1.020 kkal, lemak 340 kkal dan protein sebanyak 255 kkal yang bisa didapatkan
dari makanan harian seperti nasi, ikan, sayur dan buah. Diiringi dengan konsumsi
cairan yang cukup pada pasien dengan pola minum minimal 8 gelas (2 liter) sehari
namun pada psien dibatasi menjadi 4 gelas sehari akibat dari gagal jantung.89
Aspek yang perlu dimonitor dan evaluasi setelah intervensi gizi diberikan
status gizi menjadi normal dan perubahan pola makan dan variasi pemilihan bahan
makanan.65 Pada pasien ini riwayat imunisasi tidak diketahui. Pasien mengaku
mengalami penurunan berat badan sejak 1 tahun yang lalu, yang mengakibatkan
penurunan status gizi pasien menjadi gizi kurang. Gizi kurang berpengaruh
terhadap daya tahan tubuh pasien dalam melawan penyakit, seperti agen penyebab
TB dan pneumonia.79
Pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk dapat semakin memperlemah
Penurunan berat badan dapat disebabkan beberapa faktor antara lain asupan
makan berkurang karena hilangnya nafsu makan, mual, nyeri perut, kehilangan
unsur hara karena muntah dan diare serta perubahan metabolik yang disebabkan
oleh penyakit.90
Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menentukan fungsi seluruh
sistem tubuh termasuk sistem imun, dan dibutuhkan manusia untuk memproteksi
tubuh. Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman TB paru akan mudah masuk
berkembang biak. Tetapi, orang yang terinfeksi kuman TB paru belum tentu
menderita TB paru. Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh orang tersebut.
Apabila, daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh
(dorman) dan tidak berkembang menjadi penyakit namun apabila daya tahan
paru lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karena sistem
biak.90
d. Adanya Komorbiditas
CAP mewakili beban penyakit yang berat pada kelompok tertentu, dengan
infeksi yang lebih tinggi dan tingkat kematian yang terlihat pada pasien berisiko
dengan aspirasi atau dalam penggunaan obat sedatif, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), asma serta penyakit kardiovaskular kronis. Pada penelitian Irene
dkk di tahun 2019, menemukan pasien dengan PPOK, memiliki OR 2,97 yang
artinya dapat meningkatkan risiko kejadian CAP sebesar 2,97 kali lipat, sementara
pada pasien dengan asma, OR 2,16 untuk asma yang artinya dapat meningkatkan
dijelaskan sebelumnya dapat meningkatkan risiko CAP hingga tiga kali lipat.78
Hal ini seperti yang terjadi pada pasien, dimana pasien memiliki gagal jantung.
Alasan mengapa pasien dengan gagal jantung lebih rentan terhadap pneumonia
seperti penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit ginjal kronis dan kontributor
beragam lainnya yang terkait dengan usia yang lebih tua, mulai dari kesehatan
mulut yang buruk melalui kekurangan gizi hingga penurunan imunitas yang
mekanisme spesifik pada pasien dengan gagal jantung, yang dapat mengganggu
mengidap status HIV positif berisiko 11,70 kali terhadap kejadian tuberkulosis.
Sedangkan menurut penelitian Jyothi dkk yang memiliki Diabetes 1,53 dan
merokok dengan CAP, baik pada perokok aktif maupun yang memiliki riwayat
merokok maupun perokok pasif. Hal ini dikarenakan terganggunya fungsi epitel
Risiko penyakit pneumokokal menurun 14% untuk setiap tahun setelah seseorang
berhenti merokok, dan kembali ke tingkat yang sama dengan seseorang yang tidak
pernah merokok setelah kurang lebih 13 tahun. Pada kelompok orang yang tidak
asap rokok.80 Pasien tidak merokok, tetapi anak pasien serta penjual di pasar
merupakan perokok aktif, sehingga pasien merupakan perokok pasif yang dapat
Faktor perilaku adaah kebiasaan yang bisa diubah dengan pemahaman dan
dengan sifat kuman TB dapat ditularkan melalui percikan dahak (droplet) bahan
setiap kali batuk dapat mengeluarkan sekitar 3000 partikel kuman dan dapat
bertahan hidup di lingkungan yang gelap dan lembab. Tata cara etika batuk yang
benar yaitu menggunakan masker setiap saat, tidak meludah pada tempat
sembarangan, segera membuat tisu yang sudah di pakat ke dalam tempat sampah,
cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menutup mulut dan hidung
dengan lengan atas bagian dalam atau menggunakan tisu saat batuk. Anjuran
penggunaan masker ketika berada dalam jarak 3 kaki dari penderita tuberkulosis
yang memiliki kontak erat dengan pasien tuberculosis.92 Menurut Alcorn, perilaku
penularan kepada orang lain, hal ini diperkuat oleh Aditama, bahwa penderita TB
tertular oleh penyakit lainnya terutama infeksi yang penularannya melalui saluran
pencernaan (fecal-oral) dan udara (air born). Hal ini terjadi karena daya tahan
kebiasaan jarang menggunakan masker saat bekerja dan tidak menerapkan etika
batuk.
f. Kondisi Biologis
Community Acquired Pneumonia (CAP) memiliki dua tipe etiologi, tipikal
dan atipikal. Pneumonia tipikal dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
lebih sering mengenai anak dan dewasa muda serta pneumonia ini sulit untuk
pneumonia atipik sering dijumpai, 7-55% dari CAP disebabkan oleh kuman
nasofaring pada orang sehat. Strain yang dapat menyebabkan infeksi adalah strain
kapsul tipis yang melingkupi setiap selnya. Kapsul tersebut terdiri dari
polisakarida yang berfungsi melindungi bakteri dari respons imun dari hostnya
dan hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyebabkan penyakit. Koloni dari
strain S terlihat halus karena terdapat kapsul pada permukaannya. Terdapat pula
bagian bawah. Meskipun strain dapat menyebar melalui tetesan udara (droplet)
dari satu orang ke orang lain dalam populasi tertutup, kejadian epidemik jarang
terjadi. Penyakit terjadi ketika mekanisme pertahanan alami (misalnya, refleks
epiglottal, perangkap bakteri oleh sel-sel penghasil lendir yang melapisi bronkus,
Respons inflamasi ini ditandai dengan perpindahan leukosit, limfosit, dan monosit
organ tubuh lainnya. Pada tahapan perjalanan penyakit TB dimana reaksi daya
tahan tubuh muncul 6–14 minggu setelah infeksi. Lesi umumnya sembuh total
namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut (dorman) dan suatu saat
dapat aktif kembali tergantung dari daya tahan tubuh manusia. Penyebaran melalui
aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi.94
kadar polutan udara telah terkait dengan gangguan fungsi paru-paru melalui stres
g. Psikologis
penyakit, mudah marah, takut akan penolakan, anhedonia dan ingin menyendiri.96
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryani menunjukkan hasil yaitu terdapat
responden dengan TB sebanyak 64,9% yang mengalami tingkat stres, cemas dan
depresi (yang diukur dengan DASS) tingkat ringan. Sedangkan hampir setengah
dari responden yaitu 35,1% mengalami tingkat stres, cemas dan depresi tingkat
sedang.97
Adapun pada pasien dalam laporan ini mengaku tidak ada keluhan seperti
gangguan emosi, perubahan mood yang signifikan, stres, kecemasan dan depresi.
Dinilai dari skor Generalized Anxiety Disorder (GAD-7), didapatkan skor pasien
adalah 1 poin yang bermakna kecemasan minimal. Pada pasien ini belum ada
gejala yang mengarah pada gangguan, namun tidak menutup kemungkinan
23% pasien yang diterima oleh masyarakat dengan statusnya sebagai penderita
berupa interview dan focus group discussion (FGD) selama sekitar 90 menit yang
flipchart, brosur yang diadaptasi dari US Center for Disease and Prevention,
f. Pengetahuan
pasien dengan status edukasi yang rendah memiliki nilai OR 1,32 yang artinya
dapat meningkatkan risiko 1,32 kali lipat terjadinya CAP. Pada pasien ini,
penggunaan masker dalam rangka pencegahan terjadinya penyakit. Dan hasil yang
dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang terhadap masalah tersebut. Dalam hal ini
terhadap penyakit TB paru serta pentingnya PHBS juga terbatas. Hal ini tampak
ini, dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pendidikan terakhir pasien adalah
tamat SD, yang mana hal ini mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya. Oleh karena itu pada pasien perlu diberikan edukasi dan konseling
terkait TB paru, serta PHBS terutama tentang penggunaan obat-obatan sesuai
hepatotoksik. Untuk mengukur pengetahuan pasien pada kasus ini, juga digunakan
alat ukut berupa kuesioner mengenai pengetahuan TB dan PHBS. Hasil dari
kurang.
penyakit dari pasien seperti pemahaman materi pendidikan, membaca label obat,
dan sulit memahami komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan. Pasien yang
memiliki pengetahuan yang rendah memiliki kemungkinan 1,5-3 kali lebih besar
untuk mengalami hasil kesehatan yang buruk dan peningkatan risiko untuk
Sesuai dengan teori, pada pasien ini telah melakukan pengisian kuesioner The
Dutch Heart Failure knowledge scale, didapatkan skor pasien 5 yang artinya
a. Ekonomi
hidup, bekerja dan usia. Keadaan ini terkait dengan distribusi uang dan sumber
daya; mereka menentukan perbedaan dalam paparan faktor risiko kesehatan dan
diidentifikasi. Pada kelompok yang lebih tua, status sipil lebih mungkin
menyiratkan untuk hidup sendiri (lajang, janda atau bercerai) merupakan faktor
risiko independen untuk pneumonia. Hal ini mungkin disebabkan oleh perawatan
diri dan kualitas hidup yang buruk, kebersihan mulut yang buruk, status sosial
Data WHO pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa angka kematian
akibat TB paru sebagian besar berada di negara yang relatif miskin. Pada
penelitian Fitriani dkk menyatakan bahwa tingkat pendapatan yang rendah 3,17
kali berisiko terhadap kejadian tuberkulosis. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
dengan luasnya ruang dan menimbulkan kesesakan. Kondisi sosial ekonomi tidak
seperti kondisi status gizi yang buruk, perumahan yang tidak sehat dan rendahnya
akses terhadap pelayanan kesehatan serta membangun rumah yang sesuai standar
kurang gizi yang berakibat pada daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
untuk terinfeksi.89
Pada pasien ini tingkat ekonomi berasal dari anak pasien dimana
keluarga makan dua kali sehari atau lebih, memiliki pakaian yang berbeda untuk
di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian, rumah memiliki atap, lantai dan dinding
yang baik, apabila ada yang sakit dibawa ke saranan kesehatan, bila pasangan usia
subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi, semua anak umur 7-15
b. Lingkungan Sosial
salah satunya adalah lingkungan yang kumuh kotor. Penderita TB paru lebih
banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh
penularan penyakit.79
masyarakat, peluang kontak dengan kasus menular, tingkat daya tular dahak
sumber penularan, dan lamanya waktu kontak dengan sumber penularan. Pada
pasien ini diketahui bahwa pasien terkadang bekerja sebagai penjual sayur
yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam
beberapa jam, kuman tersebut akan terhirup oleh orang-orang di sekitarnya dan
menyebar melalui perederan darah, sistem saluran limfe, saluran napas. 55 Pada
menggunakan APD seperti masker. Selain itu, lingkungan kerja pasien yang
lingkungan spesifik dengan keramaian yang terpusat dalam satu waktu. 76 Pasien
membeli obat sendiri di apotek untuk mengatasi keluhannya seperti sakit kepala,
kekuatan ghaib.
uap air dari pernapasan sehingga semakin banyak jumlah penghuni rumah maka
semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Tinggal di
lingkungan yang ramai (>10 orang) di dalam satu rumah, meningkatkan risiko
4 kali lebih besar terjadinya TB pada pencahayaan yang kurang dari 60 lux.
Disebutkan pula kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang
sejuk, lembap dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya dan
mati bila terkena sinar matahari dalam waktu 2 jam. Diutamakan sinar matahari
pagi mengandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman. 100 Penelitian
dinilai paling efektif untuk membunuh bakteri mikroba tuberkulosis tahan asam.
sehingga tidak mampu membelah diri dan selanjutnya tidak akan mampu
memproduksi diri dan umurnya akan lebih pendek. Pada akhirnya secara
sebesar 3 kali lipat terjadinya TB. Terjadinya penularan biasanya terjadi di dalam
satu ruangan yang memungkinkan percikan dahak berada dalam waktu yang
dahak, sementara sinar matahari langsung yang masuk ke dalam ruangan dapat
membunuh bakteri.100
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Pengaruh faktor
sehat misalnya kurang adanya fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang
peningkatan dalam interaksi udara yang dihirup dan bahan bangunan di dalam
rumah. Perumahan yang tidak memenuhi standar kesehatan yang tidak mampu
padat dan terisolir. Rumah tinggal pasien memiliki jendela dan ventilasi namun
pasien jarang membuka jendela. Pasien hanya membuka jendela di kamar tidur.
ruangan tidak cukup. Kondisi ventilasi yang <10% serta minim cahaya matahari
sebelumnya sudah ada di dalam hunian pasien tidak cepat mati dan memudahkan
pasien maupun untuk tertular penyakit ini. Suatu ruangan dengan luas ventilasi
yang tidak memenuhi syarat (< 10% luas lantai) menyebabkan kurangnya oksigen
terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan sehingga memberi
tersebut karena sifat bakteri TB yang mampu bertahan hidup di dalam ruangan
yang gelap dan lembab. Penyakit tuberkulosis paru ditularkan melalui penyebaran
airborne droplet infection dengan sumber infeksi adalah orang dengan penyakit
droplet nuclei dapat tinggal dalam udara dengan waktu yang lama. Sinar matahari
masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Cahaya matahari masuk ke dalam
dengan keramaian yang terpusat dalam satu waktu. 103 Pada lingkungan tempat
kerja pasien, terdapat penjual pasar yang mengalami keluhan batu lama yang
pada bulan September 2021, mereka menekankan “bukti yang jelas tentang
kerusakan polusi udara pada kesehatan manusia, pada konsentrasi yang bahkan
risiko infeksi pernapasan bawah umumnya kecil, polusi udara di luar ruangan dan
sumber polusi udara yang besar tetapi sering diabaikan. Padahal emisi atmosfer
mengandung materi partikel kasar dan halus dan nitrogen reaktif. 105,106
jumlah kasus TB saat musim dingin dibandingkan dengan musim panas. 109 Selain
itu, polusi udara adalah penyebab substansial morbiditas dan mortalitas di seluruh
panjang terhadap polusi udara sekitar dengan tuberkulosis dan satu studi
menemukan hubungan yang signifikan antara paparan polusi udara ambien jangka
pendek dan risiko tuberkulosis.111,112
Berdasarkan faktor agent, host dan environment yang ada pada kasus ini,
agent lebih mudah menyerang host yang rentan. Sehingga didapatkan gambaran
dan tersier.
1. Pencegahan Primer
bereaksi terhadap stressor yang bertujuan untuk mencegah onset suatu penyakit
dicuci
Gunakan masker
Imunisasi
a. Promosi Kesehatan
penyuluhan Etika batuk dan batuk yang higienis, penyuluhan pasien TB triase
b. Proteksi Spesifik
penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja yang berisiko terkena TB,
dan penatalaksanaan penyebab gagal jantung akut serta penanganan faktor risiko
cepat dan efektif terhadap kondisi aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan
hipertensi.116
2. Pencegahan Sekunder
telah berlangsung, namun belum timbul tanda atau gejala sakit dengan tujuan
proses penyakit tidak berlanjut.113 Pada CAP, seseorang yang panas disertai napas
cepat dan napas sesak segera dilakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan, untuk
a. Deteksi dini
diagnosis TB ekstra paru dengan gejala dan keluhan tergantung organ yang
terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB
TB. Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) 1.TB Paru BTA
Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif. 2.TB Paru BTA
negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran klinis &
bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang
terkena.
b. Pengobatan tepat
orang dengan TB aktif, dengan jadwal dosis pada anak-anak dan remaja
dengan TB aktif yang tepat, jadwal dosis pada orang dewasa dengan TB
aktif yang tepat, Lama pengobatan pada orang dewasa dengan TB paru aktif
yang benar, Lama pengobatan pada anak-anak dan remaja dengan TB paru
aktif dengan benar, Lama pengobatan pada penderita TB paru aktif dengan
benar.
gagal jantung kronis yang dapat menyebabkan episode gagal jantung akut yang
yang dilakukan untuk mencegah pasien kembali masuk rumah sakit, antara
lain :116
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses
status sehat.113 Baik untuk CAP, TB maupun gagal jantung, penccegahan tersier
A. Pencegahan Ketidakmampuan
B. Rehabilitasi
Pasien paru BTA positif dengan pengobatan ulang kategori 2, bila masih
berbagai aspek, mulai dari klinis dan non klinis, salah satunya adalah lingkungan
satu dari tiga faktor yang paling dominan terhadap kejadian TB bersama dengan