BAB 1
PENDAHULUAN
Didalam proses produksi pada PLTU batu bara. Coal Handling system merupakan
salah satu system yang sangat penting. Coal handling merupakan system penanganan
batubara dari kapal tongkang sampai coal bunker. PLTU unit Rembang menggunakan batu
bara yang didatangkan dari Kalimantan dan Sumatra. PLTU Rembang unit 1&2
membutuhkan batu bara rata rata 220.000 ~ 240.000 ton /bulan dengan demikian
membutuhkan pasokan tongkang ± 30 buah/bulan dengan kapasitas tongkang ± 8000 ton.
Transportasi batubara
Batubara yang disediakan untuk pembangkit listrik diangkut oleh tongkang. Batubara
dari tongkang dibongkar dengan alat ship unloader kapasitas 1750 ton/jam dan perangkat
lainnya yaitu belt conveyor, dimana terbagi menjadi 10 line sistem belt conveyor yang saling
berkaitan dan dengan spesifikasi yang berbeda pula.
Penyimpanan batubara
Batubara yang telah dibongkar kemudian disimpan di coal yard (stock pile area) atau
tempat penimbunan batubara. Di PLTU rembang terdapat 2 coal yard yaitu coal yard 1 yang
berkapasitas 59.200 ton dan coal yard 2 berkapasitas 341.320 ton. Untuk proses reclaiming
di coal yard 2 bisa menggunakan stacker reclaimer atau dengan menggunakan reclaim
hopper yang kemudian didorong dengan menggunakan alat berat seperti bulldozer.
Berfungsi untuk penyaring dan penggetar batu bara supaya tidak terjadi
penumpukan yang akan memperhambat jalannya operasi.
2.2.10 PLC and power room untuk back up power PLC & SU
2.2.14 Cabin room untuk mengoperasikan ship unloader dari ruang panel kabin.
Keterangan Gambar :
A. Ruang panel utama H. Cable reel
B. Boom tripper I. Bucket wheel
C. Counter weight J. Tanki water spray
D. Hopper
K. Take Up
E. Kabin Operator
7
F. Boom Bucket
G. Mekanisme Travel (Sistem Roda)
dengan menggunakan roda yang berputar di rel supaya SR bisa bergerak maju dan
mundur.
h.Boom
i.Disconec switch
B. DOZER D9R
Komponen-komponen
a. Track shoe j. Fuel tank
b. Track ling k. Battrey
c. Final drive l. Wipper
d. Idleer m.Radiator
e. Sigmen n. Ruang engine
f. Roller o.Turbo charge
g. Arm dan push arm
h. Blade
i. Cutting blade
10
13
14
15
Reclaiming Stream
Management Trainee | PT PJB Services
MESIN II COAL HANDLING SYSTEM
Keterangan:
BC : Belt Conveyor
SUL : Ship Unloader
MS : Magnetic Separator
DG : Diverter Gate
FC : Fluid Coupling
MD : Metal detector
T.Chute : Telescopic Chute
SRC : Stacker Reclaimer
VS : Vibrating Screen
CR : Crusher
SC : Scrapper Conveyor
Sebelum mengoperasikan ship unloader operator harus check jika ada penghalang
(sampah,besi,batu bara,tumpahan oli dll) di area track ship unloader,check pelumasan pada
semua bagian-bagian yang bergerak,check level oli pada semua oil box apakah sudah sesuai
level yang di tentukan jika level turun segera lakukan penambahan oli dan periksa alat
tersebut dari kebocoran-kebocoran oli,check kondisi wire rope dan pulley dari
karat,kerusakan(aus,putus dll),kondisi kekencangan baut atau clamp pengikat,atau munkin
adanya retak pada struktur ship unloader.
Semua handle atau switch operasi harus berada di posisi off.Jika kita mulai
menyalakan power ship unloader operator harus terus memantau kondisi tegangan pada
voltmeter dan arus listrik di ampere meter harus dalam kondisi normal,check apakah
contactor bekerja dengan normal,operasikan semua alat-alat mechanic tanpa beban
beberapa menit check opakah limit switch atau brake (rem) bekerja dengan normal dan
benar.
3.6.2 Kontrol operasi up-down grab
Pada awal pengoperasian open-close (buka-tutup) grab harus di setting saat proses
initialization.operator bisa men setting bukaan open-close grab pada kondisi maximum.PLC
secara otomatis menambah kecepatan motor pada kecepatan rata-rata dan akan
mengurangi kecepatan motor sebelum grab mencapai posisi maximum/minimum open atau
close dan secara otomatis menghentikan putaran motor tanpa melakukan pengaturan
17
manual saat posisi grab open atau close berdasarkan berdasarkan data yang tersimpan pada
photoelectric encoder.
Pada saat ship unloader stop beroperasi dalam keadaan normal,maka kembalikan
semua switch ke kondisi off. Tetapi jika pada saat operasi mengalami trouble (gangguan) ship
unloader dapat di stop melalui tombol emergency yang terdapat di panel operasi sebelah
kanan di cabin operator atau pada tombol-tombol emergency stop ditempat-tempat
lain,setelah gangguan teratasi dan ship unloader siap beroperasi kembali maka sebelumnya
reset tombol emergency yang aktif
Selasai pengoperasian :
1. Arahkan grab ke posisi tepat diatas hopper dengan posisi grab terbuka.
2. Turunkan grab sampai menyentuh hopper secara berlahan-lahan.
3. Pastikan hooper telah kosong dari batu bara,kemudian tekan tombol Feeder off.
4. Setelah mendapat konfirmasi dari personel CHCB bahwa proses unloading batu bara
telah selesai maka tekan tombol Power off.
5. Sebelum meninggalkan cabin operator check terlebih dahulu kondisi cabin pastikan
aman.
6. Check kondisi peralatan yang terdapat di Machine room saat akan turun dari ship
unloader.
7. Pastikan semua pintu telah terkunci sebelum meninggalkan ship unloader.
8. Pasang Anchor pada tempatnya dan jika ship unloader tidak beroperasi dalam waktu
yang lama maka pasang juga safety hook pada tempatnya.
Prinsip kerja Stacker Reclaimer ada 2 jenis yaitu Stacking dan Reclaiming. Prinsip 19
kerja stacking adalah dengan menggerakkan konveyor pada Boom tripper dan Boom bucket
ke arah Live stock area. Bucket wheel tidak digerakkan karena tidak mempunyai peran untuk
20
24
26
Potensi kegagalan pada belt conveyor: Belt conveyor berlubang karena terbakar,
sobek, terkelupas, material asing tersangkut sehingga menyobekkan belt.
Potensi kegagalan pada idler: Idler macet, bearing rusak ,Idler berkarat, keropos
Potensi kegagalan pada pully: Rubber lagging pulley sobek karena batubara terjepit,
bearing rusak, batubara menupuk, terjepit di pulley
Potensi kegagalan drive pulley sistem: Rubber joint pecah , kebocoran Oil sealing fluid
coupling, rubber joint coupling rusak,vibrasi karena misalignment,
Potensi kegagalan magnetic separator: Magnet tidak berfungsi, material asing lolos
ke Silo
Potensi kegagalan EBS: EBS gagal pembacaan karena kotor, baut longgar, putusnya
koneksi sehingga totalizer tidak dapat mencatat tonase transfer batu bara.
Potensi kegagalan equipment di juction tower: diverter gate macet karena
debu/kotor,potensi bolong karena terkena material keras dari batubara
Potensi kegagalan pada sampler: chute block,kehalusan batu bara tidak sesuaiyang
diinginkan..
Potensi kegagalan coal crusher : Bearing rusak,ukuran batu bara tidak sesuai yg
diinginkan,vibrasi pada chrusher & motor tinggi
Potensi kegagalan pada telescopichute : Terjadi chute blockc, chute bengkok
Potensi kegagalan dust collector dan sillo ventillation: Gangguan collector, filter
blocked . 27
Potensi kegagalan tripper: Tripper macet
BAB 6
KESIMPULAN
Sebelum kita mengoperasikan suatu sistem maka kita di haruskan memeriksa semua
keadaan dalam kondisi siap operasi atau sistem itu masih dalam proses perbaikan, selain itu 30
kita juga harus ke lapangan untuk memastikan bahwa tempat itu aman dari segala kegiatan
apapun pada saat mau operasi atau sudah operasi.
PENDAHULUAN
FUNGSI DAN BAGIAN PERLATAN
SISTEM PENGAMAN (PROTEKSI)
PROSES OPERASI
TROUBLE SHOUTING
KESIMPULAN
31