Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Raihan Daffa Hermawan (5016201045)
Dosen Pengampu :
Khomsin, ST, MT
Survei Rekayasa (C)
i
3.4.2 Theodolite................................................................................................................. 16
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 34
Dokumentasi .............................................................................................................................. 35
ii
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah:
1. Memenuhi penugasan mata kuliah Survei Rekayasa
3
2. Mampu mengoperasikan alat ukur
3. Mampu menghitung dan menganalisis kerangka dasar horizontal
4. Mampu menghitung dan menganalisis kerangka dasar vertikal
5. Mampu mengolah data detail situasi
6. Menyediakan output dan menyesuaikan pengukuran dilapangan alinemen horizontal
yang sudah dibuat dalam dalam bentuk peta plotting menggunakan aplikasi AutoCAD
Map 3D 2019
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengukuran poligon ini adalah:
1. Mahasiswa mampu menggunakan total station dan theodolite dengan baik
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengukuran sudut dan jarak pada poligon
3. Mahasiswa dapat mengetahui beda tinggi antara titik-titik dalam pengukuran
4. Mahasiswa dapat melakukan pemetaan daerah yang luas dan untuk detil-detil yang bentuknya tidak
beraturan
5. Mahasiswa dapat mempratikkan secara langsung staking out di lapangan
6. Mahasiswa bisa menyesuaikan pengukuran lenngkung horizontal di lapangan yang sudah dibuat
terhadap sketsa staking out dalam bentuk plotting menggunakan aplikasi AutaCAD Map 2013 2019
dan menjadikannya sebuah layout pada arcGIS
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.3 Pengukuran Tachimetri
Setelah pengukuran kerangka dasar vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan
pengukuran kerangka dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat, tentunya
juga diperlukan pengukuran titik detail untuk menghasilkan objek-objek yang tersebar di
permukaan bumi dan merupakan penggambaran situasi daerah yang diukur. pengukuran titik-
titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran kerangka
dasar horizontal.
Detil situasi adalah objek-objek yang ada di permukaan bumi yang akan digambarkan
dalam suatu peta seperti jalan, saluran, sungai, jalur kabel, tiang listrik, fasilitas umum, land
use, dan objek lainnya yang dianggap penting. Tentunya tidak semua objek diukur dan
digambar dalam sebuah. Akan tetapi perlu memilih objek yang sekiranya perlu atau penting
bagi pengguna dan disesuaikan dengan skala peta yang akandibuat. Misalnya, saluran dengan
lebar 0,5 m, jika dipetakan dengan skala 1 : 100 maka saluran tersebut harus tergambarkan
pada peta. Akan tetapi jika dipetakan dengan skala 1 : 500 maka objek tersebut tidak perlu
diukur dan dipetakan.
Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde
pengukuran kerangka dasar. pengukuran titik-titik detail dilakukan dengan menggunakan
metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi
lensa optis. dalam pengukuran titik-titik detail pada prinsipnya adalah menentukan koordinat
dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik poligon/ikat.
6
2.5 Pematokan (Staking Out)
Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta
perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Pekerjaan konstruksi hakekatnya adalah
pekerjaan untuk mewujudkan suatu bangun bangunan seperti gedung, jalan bangunan
pelengkap, jembatan, bendungan, bendung, saluran dan lain-lain pada suatu lokasi
berdasarkan gambar yang telah ditentukan.
Bila kita datang ke lokasi dimana bangunan tersebut akan dibangun, lokasi tersebut dapat
berupa tanah kosong (dalam arti belum ada bangunan), tetapi bisa juga di lokasi itu tersebut
sudah ada bangunan lainnya baik dikiri maupun di kanannya. Lokasi dimana bangunan itu
harus dibangun kadang-kadang letaknya terpencil, di puncak gunung atau di tengah-tengah
hutan. Contoh: bangunan gedung, irigasi, jalan penghubung ke daerah terpencil, jalan
rintisan dan lain-lain.
Bila kita datang ke lokasi dimana bangunan tersebut akan dibangun, lokasi tersebut dapat
berupa tanah kosong (dalam arti belum ada bangunan), tetapi bisa juga di lokasi itu tersebut
sudah ada bangunan lainnya baik dikiri maupun di kanannya. Lokasi dimana bangunan itu
harus dibangun kadang-kadang letaknya terpencil, di puncak gunung atau di tengah-tengah
hutan. Contoh bangunan gedung, irigasi, jalan penghubung ke daerah terpencil, jalan rintisan
dan lain-lain. Petugas pengukuran dan pematokan adalah orang yang pertama kali datang di
lokasi tersebut. Bila lokasi terpencil maka petugas pengukuran dan pematokan harus
mempersiapkan alat dan bahan serta perlengkapan yang cukup. Jangan sampai terjadi
kekurangan bahan dan alat di lokasi.
Figure
Gambar 1. JJNAJBDFBJ
2.1 Ilustrasi
Gambar Full Circle
2.1. gjjbubj
8
2.7.2 Lengkung Spiral-Lingkaran-Spiral (Spiral Circle Spiral -SC)
Yaitu lengkung terdiri atas bagian lengkungan (circle) dengan bagian
peralihan (spiral) untuk menghubungkan dengan bagian yang lurus FC. Dua
bagian lengkung di kanan-kiri FC itulah yang disebut Spiral.
9
BAB III
METODOLOGI
Alat ukur TS yang kami gunakan saat praktikum bermerek Hi-Target. Total
station sendiri merupakan sebuah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur sudut dan
jarak
b) Theodolite
10
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah dalam ilmu geodesi yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut baik sudut mendatar ataupun
sudut tegak, dan jarak optis.
c) Rambu ukur
Merupakan alat berbentuk mistar ukur yang besar terbuat dari aluminium yang
kuat, ringan, dan diberi skala pembacaan. Fungsinya untuk mempermudah dalam
mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Dari pembacaan
rambu ukur akan mendapatkan data bacaan diantaranya BA (benang atas), BT (benang
tengah), dan BB (benang bawah). Ketiga data ini kemudian diolah secara sistematis
untuk menghasilkan informasi jarak dan tinggi.
d) Prisma
Prisma target dikenal juga sebagai Single Prism. Prisma target biasa digunakan untuk
pengukuran sebagai reflektor dari alat ukur total station, prisma poligon berdiri
dengan stick. Digunakan sebagai pengukuran sebagai reflektor alat ukur total station.
Prisma dipasang atau berdiri dengan pemasangan pada jalon.
e) Jalon
Paku yang digunakan sebagai patok berupa paku dengan ujung runcing untuk
ditancapkan pada tanah, yang berfungsi sebagai penanda titik pengukuran.
g) Roll meter
Roll Meter lebih dengan dengan sebutan Meteran atau dikenal dengan pita ukur. Roll
Meter ini pada umumnya dibuat dari bahan plastik atau plat besi tipis. Satuan yang
dipakai dalam Roll Meter yaitu mm atau cm, feet tau inch. Berfungsi untuk mengukur
jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-
siku, dan juga dapat dipakai untuk membuat lingkaran. Pada ujung pita dilengkapi
dengan pengait dan diberi magnet agar lebih mudah ketika sedang melakukan
pengukuran, dan pita tidak lepas ketika mengukur. Meteran ini sering digunakan oleh
tukang bangunan atau pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter
hingga 0,5 mm.
h) Alat tulis
Diantaranya ada penggaris, pensil, pena, penghapus, dan koreksi pen (tipex).
Digunakan untuk mencatat data-data hasil pengukuran.
i) Sketsa Pengukuran
12
j) Kompas
Kompas adalah alat navigasi atau penunjuk arah. Bentuk alat yang paling sederhana
memanfaatkan medan magnet Bumi untuk menunjukkan arah utara.
k) Kalkulator
Digunakan untuk memayungi alat ukur, terutama jika pengukuran dilakukan di cuaca
yang panas (terik). Papan dada
m) Formulir pengukuran
13
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Orientasi Lapangan
3.3.1.1 Praktikum KDV, KKH, Ttitik Detail
Sebelum pelaksanaan praktikum baik KDV maupun KDH langkah
awal yang dilakukan adalah melakukan orientasi lapangan. Kegiatan ini
bertujuan untuk melihatkeadaan lokasi praktikum. Pada tahap ini dilakukan
penentuan titik-titik poligon utama, penentuan metode dan pembagian tugas
untuk tahap pengukuran. Di kelompok kami, jumlah BM yang dibuat ada 3
titik. Pada tahap orientasi lapangan juga dilakukan penggambaran sketsa
kasar objek-objek yang masuk pada pengukuran, yaitu sebagai berikut.
14
3.3.1.2 Praktikum Stake Out dan Alinyemen Horizontal
15
3.4 Langkah Pengukuran
Alat yang digunakan untuk pengukuran dikeluarkan dari tempatnya (box penyimpanan)
dengan hati-hati. Berikut langkah pengukuran di lapangan
3.4.1 Total Station
A. Pemasangan dan centering alat
Pemasangan dan centering alat waterpass didirikan dengan memperhatikan
langkah-langkah berikut.
1. Mendirikan statif
a. Siapkan kaki statif dengan meletakan semua kaki statif dalam satu titik.
a. Tentukan tinggi dari dudukan statif dengan membuka pengunci daritiap-
tiap kaki statif.
c. Kaki sudut kaki statif ± 60°,
d. Dudukan statif dalam posisi mendatar dan disesuaikan dengan tinggi
pembidik
e. Pasang unting-unting pada sekrup penghubung untuk memperoleh titik
kedudukan waterpass
f. Hubungkan alat dengan dudukan statif, pasang sekrup penghubung untuk
memperoleh kedudukan waterpass yang kokoh. Serta ketiga sekrup pengatur
kedudukan nivo tepat berada diatas kaki statif
2. Penyetelan pesawat
a. Pesawat diletakkan di tengah-tengah dudukan statif dan dikunci dengan
pengunci waterpass yang ada di bawah dudukan statif.
b. Menyetel kedataran pesawat dan mengatur nivo dengan cara :
1) Meletakkan as teropong pesawat di salah satu sekrup penyetel nivo.
2) Mengunci arah horizontal pesawat dan menyetel nivo kotak dengancara
mengatur gelembung nivo supaya lurus dan berada ditengah-tengah antara dua
sekrup penyetel A dan B dengan cara memutar sekrup A dan B secara
bersamaan (apabila memutar keluar maka putarlah kedua sekrup itu keluar
secara bersamaan, dan sebaliknya). Mengatur gelembung nivo supaya berada
ditengah-tengah lingkaran indeks dengan cara memutar sekrup C.
3. Mengukur tinggi alat
16
B. Pembacaan Rambu Ukur
- Metode Pengukuran Beda Tinggi
1. Mendirikan dan melakukan centering alat di antara titik BM A dan titikBM B
(posisi alat diusahakan berada tepat di antara 2 titik tersebut)
2. Mendirikan rambu ukur di titik BM A dan titik BM B, usahakan rambuukur di
titik BM A dan titik BM B tegak dan tidak bergeser atau tidak berpindah
selama dibidik
3. Membidik dan mencatat bacaan rambu belakang, yaitu pada titik BM A
bacaan rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang
Bawah (BB)
4. Membidik dan mencatat bacaan rambu ukur muka, yaitu pada titik BMB dan
titik 1 bacaan rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah(BT), Benang
Bawah (BB)
5. Mengecek dan menghitung koreksi dengan memakai rumus BT = (BA-BB)/2
6. Memindahkan rambu dari titik BM A ke titik BM C
7. Membidik dan mencatat bacaan rambu belakang,yaitu pada titik B bacaan
rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), BenangBawah (BB)
8. Membidik dan mencatat bacaan rambu ukur muka, yaitu pada titik BMC dan
titik 2 bacaan rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah(BT), Benang
Bawah (BB)
9. Mengecek dan menghitung koreksi dengan memakai rumus BT = (BA-BB)/2
10. Memindahkan rambu dari titik BM C ke titik BM B
11. Membidik dan mencatat bacaan rambu belakang, yaitu pada titik BM C
bacaan rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang
Bawah (BB)
12. Membidik dan mencatat bacaan rambu ukur muka, yaitu pada titik BMB dan
titik 3 bacaan rambu berupa Benang Atas (BA), Benang Tengah(BT), Benang
Bawah (BB)
13. Mengecek dan menghitung koreksi dengan memakai rumus BT = (BA-BB)/2
Setelah melakukan pengambilan data bacaan rambu BA, BT, BB, makabeda
tinggi dapat dihitung dengan rumus berikut :
Delta H = BT belakang - BT muka
Misal : Delta H BC = BTA-BTB
17
3.4.2 Theodolite
18
g. Amati survey point pada optical plummet dan atur posisinya agar ketengah-
tengah titik dengan cara mengendorkan sekrup centering dan menggeser
masuknya alat
h. Setelah sekrup centering dikencangkan ,periksa untuk menyakinkanbahwa
gelembung nivo pada posisi levelling untuk beberapa arah.
19
4. Verifikasi Leveling Secara Elektronik
Langkah keempat yang harus dilakukan adalah verifikasi levelling
secara elektronik dengan langkah sebagai berikut :
20
C. Metode Pengukuran Masing-masing Sudut Poligon dan Titik Detail
Metode pengukuran masing-masing sudut dilakukan pada sudut vertikal dan
horizontal dengan dua kali pengukuran pada masing-masing titik yaitu sudut biasa
dan sudut luar biasa
Langkah :
1. Pada titik BM A, arahkan teropong ke titik BM C lalu sesuaikan benang
bidikan pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut biasa.
Bacaan ini merupakan bacaan belakang
2. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM B lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan
ini merupakan bacaan muka
3. Putar alat secara horizontal ke arah titik 1 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan ini
merupakan bacaan detail situasi
4. Putar teropong secara vertikal sekitar 180 derajat dan putar alat secara
horizontal ke arah titik BM C lalu sesuaikan benang bidikan pada prisma,
kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan belakang
5. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM B lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa.
Bacaan ini merupakan bacaan muka
6. Putar alat secara horizontal ke arah titik 1 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudutluar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan detail situasi
7. Pindahkan alat ke titik B, kemudian lakukan centering alat seperti sebelumnya
8. Pada titik BM B, arahkan teropong ke titik BM A lalu sesuaikan benangbidikan
pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan
ini merupakan bacaan belakang
9. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM C lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan
ini merupakan bacaan muka
10. Putar alat secara horizontal ke arah titik 2 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan detail situasi
11. Putar teropong secara vertikal sekitar 180 derajat dan putar alat secara
horizontal ke arah titik BM A lalu sesuaikan benang bidikan pada prisma,
21
kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan belakang
12. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM C lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa.
Bacaan ini merupakan bacaan muka
22
13. Putar alat secara horizontal ke arah titik 2 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudutluar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan detail situasi
14. Pindahkan alat ke titik BM C, kemudian lakukan centering alat seperti
sebelumnya
15. Pada titik BM C, arahkan teropong ke titik BM B lalu sesuaikan benangbidikan
pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan
ini merupakan bacaan belakang
16. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM A lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudutbiasa. Bacaan
ini merupakan bacaan muka
17. Putar alat secara horizontal ke arah titik 3 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan detail situasi
18. Putar teropong secara vertikal sekitar 180 derajat dan putar alat secara
horizontal ke arah titik BM B lalu sesuaikan benang bidikan pada prisma,
kemudian catat sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan belakang
19. Putar alat secara horizontal ke arah titik BM A lalu sesuaikan benang bidikan
pada prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudut luar biasa.
Bacaan ini merupakan bacaan muka
20. Putar alat secara horizontal ke arah titik 3 lalu sesuaikan benangbidikan pada
prisma, kemudian baca sudut horizontalnya berupa sudutluar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan detail situasi
Setelah melakukan pengukuran dan pengambilan data sudut vertikal dan sudut
horizontal bacaan biasa dan luar biasa maka dapat dilakukan pengecekkan kesalahan
kolimasi dan sudut beta dengan rumus sebagai berikut :
● Sudut Beta
23
Sudut Beta Dalam = Sudut Hz belakang - Sudut Hz Muka
Sudut Beta Luar = Sudut Hz muka - Sudut Hz Belakang
Misal : Sudut Beta 1 = Sudut Hz BM C - Sudut Hz BM B
24
Tabel 3.1 Pembagian Tugas
- Membawa prisma
-Membuat laporan
- Membawa prisma
-Membuat laporan
Syalsabila Eka Adriyanti 5016201076 -Melakukan pembacaan sudut danjarak
pada alat (total station)
-Membawa prisma
-Membawa prisma
-Membuat laporan
25
Abid Mustofa - Memegang jalon
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengambilan data di Gedung Robotika ITS melalui pengukuran meliputi pengukuran
Kerangka Kontrol Horizontal (KKH), Kerangka Kontrol Vertikal (KKV), pengukuran detil
situasi, stake out, dan alinyemen horizontal . Data pengukuran dijabarkan sebagai berikut:
27
Tabel 4.2 Data Pengukuran KKV
28
C. Pengukuran Detil
Berdasarkan hasil pengukuran titik detail, data yang dicperoleh pada pengukuran titik-
titik detil yang berjumlah 32 titik yang terdiri dari objek trotoar, Tulisan Rektorat, pohon.
D. Tinggi Bangunan
Pada praktikum mengukur tinggi bangunan ini kelompok kami memakai 5 objek yang semuanya masih
berada di lingkungan depan gedung Rektorat ITS, yaitu: Lampu taman, tiang bendera, tanda keluar,
lampu jalan, dan gazebo.
E. Stake Out
Pada praktikum ini kami menggunakan 4 objek dengan masing-masingnya terdapat empat titik
19
Tabel 4.5 Hasil pengukuran Stake Out
F. Alinyemen Horizontal
Pada praktikum ini kami menggunakan Bentuk Busur Lingkaran (Full Circle) untuk
mendapatkan lengkung horizontal pada jalan. Praktikum ini dilaksanakan di Depan Gedung Rektorat
ITS dengan titik acuan yaitu titik BM C. Metode Full Circle adalah jenis tikungan yang hanya terdiri
dari bagian suatu lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang besar
agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar. Berikut
table Panjang jari-jari minimum yang dibulatkan untuk 𝑒𝑚𝑎𝑘 = 10%
20
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan KKH
21
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan KKV
C. Detil Situasi
22
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Detil Situasi
D. Volume
Karena terdapat dua kontur, maka perhitungan volume terbagi menjadi dua. Kontur
1:
V = h A1+A2+A3
N
V = 1,2*212,1236 + 216,6255 + 236,57139
3
V = 266,128196 (m^3)
Kontur 2:
V = h A1+A2+A3
N
V = 0,60 255,3696 + 333,248 + 233,4724
23
3
V = 149,1060 (m^3)
E. Tinggi Bangunan
24
F. Stake Out
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Stake Out
G. Alinyemen Horizontal
Kelompok kami memilih kecepatan 𝑉𝑟 sebesar 20 km/jam, dan berdasarkan
tabel tersebut diperoleh nilai 𝑅𝑚𝑖𝑛 sebesar 15 m. Perhitungan yang digunakan pada
metode Full Circle adalah sebagai berikut
1
𝑇𝑐 = 𝑅𝑐 tan ∆
2
1
𝐸𝑐 = 𝑇𝑐 tan ∆
4
∆ 2 𝜋 𝑅𝑐
𝐿𝑐 =
360°
25
Gambar 4.3 Plotting Alinyemen Horizontal
Keterangan :
92°54’53” = ∆ = sudut tikungan yang dibentuk
O = titik pusat lingkaran
Tc = Panjang tangen jarak dari TC ke P1 atau P1 ke CT
Rc = Jari-jari lingkaran
Lc = Panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar dari P1 ke busur lingkaran
Perhitungan :
1. Menentukan sudut tikungan dengan menarik garis lurus horizontal dan diperoleh
sudut sebesar 92°54’53” yang digunakan sebagai ∆
2. Menghitung Panjang dari Tc dengan menggunakan persamaan 1
1
𝑇𝑐 = 𝑅𝑐 tan ∆
2
1
= 15 tan 92°54’53”
2
= 15.7830 𝑚
3. Setelah didapatkan Panjang Tc, Tarik garis panjang Rc dari titik CT dan TC
sepanjang 15 m hingga membentuk perpotongan antara dua garis yang menjadi
titik pusat lingkaran (O)
4. Menghitung Ec yaitu jarak luar dari P1 ke busur lingkaran (Ec) dengan
menggunakan persamaan 2
1
𝐸𝑐 = 𝑇𝑐 tan ∆
4
1
= 15.7830 tan 92°54’53”
4
= 6.7739 𝑚
5. Menghitung panjang busur lingkaran (Lc) agar diketahui berapa Panjang busur
lingkarannya dengan menggunakan formula 3
∆ 2 𝜋 𝑅𝑐
𝐿𝑐 =
360°
92°54’53” . 2 . 𝜋. 15
=
360°
= 21.6693 𝑚
Maka diperoleh seluruh nilai Lc, Ec, Rc, Tc yang diperlukan, selanjutnya
melaksanakan survey pada lapangan dan memasang patok.
26
4.2 Pembahasan
27
4.2.2 Kerangka Kontrol Vertikal
Kesalahan beda tinggi = (T akhir-T awal)- ∑∆h
= -0,005
mmBatas toleransi = 8√D
=5
Berikut merupakan site plan yang dibawa untuk staking out di lapangan
Dalam praktikum lengkung horizontal ini metode yang digunakan adalah selisih absis
sama panjang dengan selisih panjang 15 meter, jari-jari 105 meter, dan enam titik lengkung
yaitu p13, p12, p14, p11, p10, p15 dan p16.
28
Gambar 4.3 Layout Peta Detail Situasi dan Staking
Out
29
Gambar 4.4 Layout Peta Detail Situasi
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan praktikum pengukuran kerangka kontrol vertikal, kerangkakontrol
horizontal dan titik detail dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pengukuran KDV melalui alat waterpass, nilai beda tinggi antara titik dapat
diperoleh, dalam penggunaan waterpass data yang diperoleh dari pengukuran berupa
benang atas, benang tengah dan benang bawah antara titik yang merujuk nilai rambu ukur,
dari nilai tersebut kemudian diolah hingga hasil akhir berupa beda tinggi.
2. Hasil pengukuran waterpass masuk dalam toleransi dikarenakan nilai kesalahan dibawah
batas toleransi yaitu 45mm dengan batas toleransi 48,8178046 mm.
3. Dalam pengukuran KDH dan Detil situasi melalui alat theodolite dan total station,
didapatkan data berupa bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, jarak,bacaan
sudut horizontal dan bacaan sudut vertikal . Kemudian dari data-data tersebut diolah dan
menghasilkan koordinat-koordinat dari setiap titik yang dibidik, baik itu titik polygon
maupun titik detil.
4. Hasil pengukuran KDH masuk dalam toleransi dikarenakan nilai kesalahan penutup
sebesar 0,00036” dengan toleransi 10”. Namun pada koreksi jarak tidak masuk dalam
koreksi, hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya human error.
5. Proses visualisasi disajikan dalam sub bab pembahasan.
6. Kelompok kami memilih kecepatan 𝑉𝑟 sebesar 20 km/jam, dan berdasarkan tabel
tersebut diperoleh nilai 𝑅𝑚𝑖𝑛 sebesar 15 m. Perhitungan yang digunakan pada metode
Full Circle.
7. Maka diperoleh seluruh nilai Lc = 21.6693 𝑚, Ec = 6.7739 𝑚, Rc = 15 m, Tc
15.7830 𝑚 yang diperlukan, selanjutnya melaksanakan survey pada lapangan dan
memasang patok.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
1. Form Pengukuran
33
34
2. Dokumentasi Foto
Isnaini Fadhilah Prasetyo (5016201046)
30
Raihan Daffa Hermawan (5016201045)
31
Tsabita Bayu Rahmania (5016201051)
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
3. Dokumentasi Video
Untuk video dokumentasi bisa diakses melalui https://intip.in/Kelompok2PraktikumNih
49