Anda di halaman 1dari 4

*RANCANGAN KHOTBAH EVANGELISASI*

*YESUS MENGAMPUNI KITA MEMBUKTIKAN BAHWA DIA ADALAH ALLAH*

*Yohanes 8:2-11*

(ayat 10-11)

8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka?
Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"

8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

*Pengantar*

Istilah Opini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: pendapat; pikiran; pendirian; baik pribadi
tetapi juga orang banyak. Dalam masyarakat, peri kehidupan manusia dari sejak zaman lampau
(zaman Alkitab) dan sampai zaman sekarang, yang namanya Opini sangat kuat pengaruhnya. Contoh
dalam kasus vonis hukuman mati terhadap Yesus. Para lawan Yesus yaitu kaum Farisi dan ahli Taurat
berhasil atau sukses membangun Opini masyarakat juga Opini seorang Pilatus.

Di zaman sekarang, tidak jarang, Opini dalam masyarakat itu dibangun oleh Media baik Media
Pemberitaan (Koran, Majalah, Televisi) tetapi juga Media Sosial (Facebook, Twiter, Whatsapp). Oleh
Media, Opini masyarakat dibangun dengan menggunakan pendekatan deduktif dan induktif.
Contohnya pada kasus Yesus mengampuni dosa seorang perempuan yang kedapatan berzinah.

*Koran A menulis berita: Pemuka Agama menangkap seorang perempuan yang berzinah.*

*Koran B menulis berita: Yesus mengampuni dosa seorang perempuan yang berzinah.*

*Opini masyarakat: Yesus menyetujui perempuan berzinah.*

Opini-opini seperti inilah yang sering menjebak kita terjebak dalam dosa-dosa pikiran dan perasaan.
Namunpun demikian, Yesus tahu benar sebenarnya siapa yang harus mendapat sanksi. Dalam Injil
Markus 9:42 dikatakan: *Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.*

*Persoalan*

Motivasi menjebak dengan mengharapkan lahirnya Opini masyarakat adalah tehnik yang digunakan
oleh kaum Farisi dan ahli Taurat untuk memprovokasi masyarakat menolak Yesus sebagai rabi
(guru), nabi bahkan sebagai Anak Allah dan Juruselamat. Padahal, Opini yang benar dan baik dari
kondisi dan situasi bacaan kita hari ini adalah: *PENGAMPUNAN DARI YESUS MEMPERTEGAS POSISI-
NYA SEBAGAI ALLAH.*

Kejadian ini berlangsung ketika Yesus mengajar di Bait Allah. Ahli-ahli Taurat dan Farisi mencari
Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka adalah untuk mencobai/menjebak Yesus dan
membuat Ia bersalah dan dipermalukan di hadapan pemimpin-pemimpin termasuk pemimpin dalam
pemerintahan sipil (Romawi). Pokok pencobaan itu dasarnya adalah bagaimana Yesus memandang
Taurat Musa terhadap perempuan yang berzinah.

Para pemimpin agama itu mencari kasus yang kira-kira mencolok mata, apakah Yesus akan
mempersalahkan perempuan yang berzinah dan membiarkan ia dihukum rajam sesuai ketentuan
Taurat. Tetapi apabila Yesus berbuat demikian, maka Yesus akan dipersalahkan oleh penguasa sipil
(Romawi). Sebab penguasa sipil Romawi tidak akan membiarkan hukuman itu terjadi, karena
hukuman semacam ini tidak terdapat pada hukum-hukum sipil Romawi. Jadi kasus semacam ini
dirasa cukup oleh para lawan untuk membuat Yesus tersudut yaitu dianggap sebagai penentang
penguasa Romawi atau sebagai pelanggar hukum Taurat.

*Cara Kerja Para Lawan.*

Mereka menempatkan Yesus sebagai hakim atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh
perempuan yang berzinah tersebut dengan cara melibatkan Yesus dalam kasus ini. Kendati hal itu
mereka lakukan dengan maksud untuk mencobai Yesus (ayat 6a), namun alasan yang mereka ajukan
begitu sangat serius, yakni perbedaan 2 hukum (hukum agama dan hukum sipil).

1. Jika menuruti hukum Taurat Musa, perempuan yang demikian harus dihakimi - dihukum
mati dengan cara dilempari dengan batu sampai mati (ayat 5, bdk. Imamat 20:10; Ulangan 22:22-24).

Meski hal ini jelas merupakan tipe "penghakiman massa". Penghakiman dalam konteks demikian
tidak hanya dilakukan sebagai reaksi spontan atas tindak kejahatan dan dosa perzinahan tetapi juga
semakin menemukan motifnya yang suci yakni sebagai usaha pembelaan atas tegaknya hukum
Taurat. Dengan kata lain, melempari si pendosa itu dengan batu sampai mati adalah suatu
kebenaran seturut hukum.

2. Tetapi pada masa itu hal semacam ini tidak sesuai hukum sipil Romawi, sebab di dalam
hukum Romawi tidak ada sanksinya orang yang melakukan zinah. Kalau Yesus mengambil inisiatif
hukum itu berarti Dia sudah melawan pemerintahan Romawi.

Tuhan Yesus mengerti persoalan itu, bahkan lebih dalam, yaitu bahwa persoalan moralitas itu
dibawa oleh mereka yang hendak menghakimi perempuan itu adalah juga orang-orang yang
berdosa. Mereka merasa diri orang benar dan hanya bisa melihat serta menilai kekurangan dan
kesalahan orang lain, kemudian menghakimi.

*Bagaimana Yesus Menjelaskan Sikap-Nya?*

1. Kita baca Ayat 6a : *Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka
memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.* Dan selanjutnya sikap Yesus di ayat 6b
menunjukkan bukti dasar keputusan-Nya. Perhatikan ayat ini, Yohanes 8: 6b *Tetapi Yesus
membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah* Apakah yang kira-kira ditulis oleh Yesus?
Alkitab tidak menjelaskannya. Dalam beberapa tafsiran mengatakan apa yang dilakukan Yesus itu
menunjukkan bahwa Yesus sedang menunjukkan bahwa *Dia adalah Allah.* Siapakah yang menulis
ke-sepuluh firman dengan jari-Nya diatas dua loh batu yang diberikan kepada Musa di atas gunung
Sinai?. Alkitab berkata bahwa perintah-perintah ini ditulis oleh jari Allah. Kesaksian Kitab Keluaran
31:18 : *Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung
Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.*

Hal itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri. Sementara Yesus menulis di atas tanah,
ini seolah-olah menunjukkan, "lihat, Akulah Allah yang menuliskan hukum-hukum itu dengan jari
tangan-Ku." Dan sebenarnya, ketika Dia sedang menulis, orang-orang Farisi yang membawa
perempuan yang terbukti melakukan dosa-dosa itu. Dan inilah fungsi dari hukum Allah, hukum ini
membuktikan adanya dosa. Hukum itu menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sangat-
sangat berdosa.

Setelah para pendakwa itu terus-menerus bertanya kepada Yesus, Dia menjawab pertanyaan
mereka dengan penuh otoritas : "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ayat 7).

Kemudian Yesus membungkuk sekali lagi, dan menulis di tanah dan Alkitab tidak juga menjelaskan
apa yang ditulisNya itu. Melanjutkan tafsiran seperti diatas tentang hal ini, Dia membungkuk lagi dan
menulis dengan jari-Nya. Dan sekali lagi, kisah ini menggambarkan Dia yang menulis pada dua loh
batu.

2. Setelah para pendakwa itu terus-menerus bertanya kepada Yesus, Dia menjawab
pertanyaan mereka dengan penuh otoritas : *Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah
ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.* (ayat 7).

Gugatan-gugatan para pendakwa diubah Yesus menjadi perenungan kedalam diri sendiri tentang
dosa dalam diri si pendakwa. Kemudian Yesus membungkuk sekali lagi, dan menulis di tanah dan
Alkitab tidak juga menjelaskan apa yang ditulisNya itu. Dia membungkuk lagi dan menulis dengan
jari-Nya. Dan sekali lagi, kisah ini menggambarkan Dia yang menulis pada dua loh batu untuk
mengatakan kepada kaum Farisi dan Ahli Taurat bahwa *Aku ini Tuhan! Aku tahu segala sesuatu
termasuk yang engkau sembunyikan di dalam hati dan pikiranmu*

*Makna Bacaan Untuk Kita*

Dalam kasus ini kita mendapatkan pelajaran yang menarik dan sangat berharga,:

1. Yesus menunjukan diri-Nya adalah Allah yang berkuasa untuk menetapkan segala sesuatu
menurut kehendak-Nya. Dia tidak menuruti satupun dari antara hukum-hukum yang berlaku, tetapi
Dia berdiri mengatasi semua hukum yang berlaku.tidak melakukan satupun dari dua hukum itu
(Taurat, maupun Hukum Sipil), tetapi Yesus mengalihkan tantangan kepada orang-orang yang ingin
menjebaknya. Tuhan Yesus membawa persoalan itu ke dalam hati nurani mereka. Ia mengubah
kaidah hukum menjadi kaidah moral. Terlebih lagi, pada ayat 9, Alkitab mencatat bahwa Tuhan
Yesus justru menghukum para pencoba-pencobaNya dengan hati-nurani mereka sendiri, bahwa
*kamu tidak bisa berbohong, lihatlah dan ingatlah Aku ini Tuhanmu.*
Kita ingat akan firman Tuhan dalam Matius 7:1-2 berkata: *Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan
dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.*

Kita dituntut untuk menjadi pelayan bagi sesama kita, menjadi penuntun bagi saudara kita.

2. Tindakan Yesus untuk tidak menghukum perempuan itu secara fisik bukan berarti Yesus
toleran terhadap dosa. Kata-kata-Nya justru berkaitan dengan nasehat yang kuat, teladan dan kasih.
Hal ini tepat, para pelanggar-pelanggar pun perlu mendapat kasih, tetapi Yesus dengan jelas tidak
mengizinkan perbuatan dosa/perzinahan, dan menuntut kerelaan untuk mengubah hidup agar lebih
baik, itu terlihat jelas dengan perintah-Nya kepada perempuan itu yaitu *jangan berbuat dosa lagi
mulai dari sekarang.*

Pertobatan adalah cara hidup yang berkemenangan. Ketika kita sadar dan insaf akan kuasa dosa
maka tindakan selanjutnya adalah bertobat. Bertobat itu artinya tidak balik lagi kepada kehidupan
lama yang dikuasai dosa, tetapi memilih hidup benar ke masa depan yang gilang gemilang bersama
Tuhan.

Terpujilah Tuhan Yesus, Amin!

Anda mungkin juga menyukai