Anda di halaman 1dari 51

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350558740

MEKANIKA FLUIDA DASAR

Book · February 2021

CITATIONS READS

0 23,570

4 authors:

Asrori Asrori Sugeng Hadi


Politeknik Negeri Malang Politeknik Negeri Malang
35 PUBLICATIONS   25 CITATIONS    48 PUBLICATIONS   51 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Eko Yudiyanto Gumono Gumono


Politeknik Negeri Malang Politeknik Negeri Malang
18 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    30 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Small and Medium Enterprises View project

chaotic advection View project

All content following this page was uploaded by Asrori Asrori on 01 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya buku Mekanika Fluida
Dasar untuk mahasiswa program D4/S1-Terapan khususnya Jurusan Teknik
Mesin. Ilmu mekanika fluida menjadi dasar pengembangan dari aplikasi ilmu
rekayasa. Materi mekanika fluida yang sangat luas tersebut tentunya tidaklah
mungkin diuraikan semua dalam buku ini. Buku ini memuat pembahasan materi
dasar-dasar mekanika fluida yang bersifat praktis dan aplikatif. Rumus-rumus
disajikan dengan menggunakan persamaan matematika yang sederhana sehingga
mahasiswa lebih mudah untuk memahami materi yang diberikan. Buku ini
dilengkapi dengan pembahasan contoh soal dan aplikasi diseputar ilmu teknik
mesin.
Pada prinsipnya mekanika fluida adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang sifat-sifat fluida, baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Substansi
dari modul ini berupa teori-teori dasar mengenai statika fluida, kinematika fluida
dan dinamika fluida untuk aliran inkompresibel dan kompresibel. Buku Mekanika
Fluida Dasar ini terdiri dari delapan (8) bab dengan menggunakan satuan S.I.
Bab1, berisi pendahuluan yang meliputi sistem satuan. Bab 2, membahas sifat-
sifat fluida. Bab 3, berisikan tentang statika fluida yang menekankan pembahasan
berkaitan tekanan. Bab 4, pembahasan dasar-dasar aliran fluida (hukum
kontinuitas massa, hukum kekekelan energi serta hukum archimedes) dan metode
pengukuran aliran. Bab 5, momentum dan energi yang dihasilkan aliran fluida.
Bab 6, membahas aliran fluida dalam pipa. Bab 7, Aliran fluida eksternal dan
terakhir Bab 8, dinamika aliran fluida kompresibel.
Mulai bab 3–6 lebih menekankan pada fluida cair inkompresibel yang
termasuk aliran internal. Dimana setiap bab ini saling berkaitan sehingga untuk
menguasai materi suatu bab mahasiswa harus terlebih dahulu memahami bab
sebelumnya. Mahasiswa disarankan untuk memperhatikan uraian dan notasi-
notasi dalam penurunan persamaan dari setiap babnya. Karena kemungkinan akan
dijumpai beberapa formulasi dalam modul ini yang seolah-olah berbeda dengan
buku-buku lain, padahal sama.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan modul ini. Harapan kami semoga
modul ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa. Akhirnya kami selaku penulis
mengharapkan bantuan koreksi dan bahan masukan dari berbagai pihak guna
penyempurnaan modul ini.

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 SISTEM SATUAN
1.1 SISTEM SATUAN 1
1.2 SATUAN DAN DIMENSI 3
1.2.1 Besaran Pokok 3
1.2.2 Besaran Turunan 3
1.2.3 Persamaan Dimensi 3
1.3 LAMBANG YUNANI (GREEK ALPHABET) 4
SOAL LATIHAN 5
BAB 2 SIFAT-SIFAT FLUIDA
2.1 KERAPATAN (DENSITY) 6
2.2 KEKENTALAN (VISCOSITY) 7
2.3 KEMAMPATAN(COMPRESSIBILITY) 10
2.4 TEGANGAN PERMUKAAN(SURFACE TENSION) 11
2.5 KAPILARITAS 12
2.6 TEKANAN UAP 13
SOAL LATIHAN 14
BAB 3 STATIKA FLUIDA
3.1 TEKANAN DAN SATUAN 15
3.2 SKALA PENGUKURAN TEKANAN 16
1.2.4 Tekanan Atmosfir 16
1.2.5 Tekanan Terukur (Gauge Pressures) 16
1.2.6 Tekanan mutlak (Absolute Pressure) 17
1.2.7 Tekanan vakum (Vacuum Pressure) 17
3.3 TEKANAN HIDROSTATIS 18
3.3.1 Tinggi Tekan (pressure Head) 18
3.3.2 Hukum Pascal untuk Tekanan di Satu Titik 19
3.3.3 Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolis 21
3.3.4 Hukum Archimedes (Gaya Apung) 23
3.4 PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFIR 24
3.4.1 Barometer Air Raksa 24
3.4.2 Barometer Aneroid 24
3.5 PENGUKURAN TEKANAN DENGAN TUBE GAUGES 25
3.5.1 Piezometer tube 26
3.5.2 Simple Manometer 26
3.5.3 Differential Manometer 27
3.5.4 Manometer Diferensial Terbalik 28
3.5.5 Manometer diferensial dalam satu pipa 29
3.5.6 Micromanometer 29

ii
3.6 PENGUKURAN TEKANAN SISTEM MEKANIK 32
3.6.1 Bourdon Tube Pressure Gauge 32
3.6.2 Diapragm Pressure Gauge 33
3.6.3 Elemen Penghembus (Bellows Element) 33
SOAL LATIHAN 34
BAB 4 DASAR ALIRAN DAN PENGUKURAN ALIRAN
4.1 ALIRAN FLUIDA 38
4.2 LAJU ALIRAN (FLOW RATE) 39
4.1.1 Laju Aliran Massa (mass flow rate) 39
4.1.2 Laju aliran Volume (discharge) 39
4.3 KONTINUITAS MASSA 40
4.4 KEKEKALAN ENERGI 42
4.4.1 Energi potensial 42
4.4.2 Energi Kinetik 43
4.4.3 Energi Tekanan 43
4.4.4 Head Total 43
4.4.5 Persamaan Bernoulli 44
4.5 ALIRAN MELALUI LUBANG KECIL 46
4.5.1 Hukum Torricelli 46
4.5.2 Koefisien Pengaliran (Coefficient of Discharge) 47
4.6 PENGUKURAN ALIRAN 49
4.6.1 Venturimeter 49
4.6.2 Tabung Pitot 56
4.6.3 PLATE ORIFICE METER 63
SOAL LATIHAN 67
BAB 5 MOMENTUM FLUIDA
5.1 PERSAMAAN MOMENTUM 72
5.2 PANCARAN (JET) PADA BIDANG DIAM 72
5.2.1 Tumbukan jet pada pelat datar tegak lurus aliran 73
5.2.2 Tumbukan jet pada pelat datar miring terhadap aliran 73
5.2.3 Tumbukan jet pada sudu dengan lengkung simetris 73
5.2.4 Kasus umum pada sudu baling-baling melengkung 74
5.3 PANCARAN (JET) PADA BIDANG BERGERAK 75
5.4 GAYA PADA PIPA LENGKUNG DAN MENYEMPIT 77
5.5 PROPULSI JET DAN PROPELLER 79
SOAL LATIHAN 81
BAB 6 ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA
6.1 DISTRIBUSI KECEPATAN 82
6.2 ANGKA REYNOLD 82
6.3 HEAD LOSSES DALAM PIPA 83
6.3.1 Mayor Losses 83
6.3.2 Minor Losses 85
6.4 ALIRAN LAMINAR DALAM PIPA 87
6.5 ALIRAN TURBULEN DALAM PIPA 88
6.6 DAYA ALIRAN DALAM PIPA 89
SOAL LATIHAN 92

iii
BAB 7 ALIRAN FLUIDA EKSTERNAL
7.1 GAYA SERET DAN GAYA ANGKAT 93
7.1.1 Gaya Seret (Drag Force) 93
7.1.2 Gaya Angkat (Lift Force) 94
7.2 LAPISAN BATAS (BOUNDARY LAYER) 95
7.2.1 Lapisan Batas Laminar 96
7.2.2 Lapisan Batas Turbulen 96
SOAL LATIHAN 99
BAB 8 DINAMIKA FLUIDA KOMPRESIBEL
8.1 PERSAMAAN GAS IDEAL 100
8.2 KECEPATAN SUARA 102
8.3 BILANGAN MACH 103
8.2.1 Gelombang Mach 104
8.2.2 Kerucut dan Sudut Mach 104
8.4 ALIRAN FLUIDA STEADI KOMPRESIBEL 106
8.5 KONDISI STAGNASI ALIRAN FLUIDA KOMPRESIBEL 107
8.5.1 Kenaikan Temperatur Stagnasi 108
8.5.2 Kecepatan maximum pada keadaan stagnasi 108
8.5.3 Hubungan Kondisi stagnasi dengan bilangan mach 109
(aliran adiabatik)
8.5.4 Hubungan Kondisi stagnasi dengan tekanan dan massa 109
jenis (aliran isentropik)
SOAL LATIHAN 111
DAFTAR PUSTAKA 112
GLOSARIUM 113
LAMPIRAN 115

iv
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 1.1 Sistem satuan International dan British 1
Tabel 1.2 Konversi satuan 1
Tabel 1.3 Faktor kelipatan satuan 2
Tabel 1.4 Besaran pokok 3
Tabel 1.5 Beberapa besaran turunan 3
Tabel 1.6 Daftar Simbol Yunani 4
Tabel 2.1 Viskositas beberapa fluida 9
Tabel 3.1 Konversi satuan tekanan 15
Tabel 6.1 Nilai k untuk berbagai bentuk material 86
Tabel 8.1 Kecepatan suara dalam berbagai jenis fluida 102

v
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 2.1 Distribusi kecepatan dalam zat cair akibat pergerakan plat 8
Gambar 2.2 Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air 11
Gambar 2.3 a) meniskus cekung, b) meniskus cembung, c) gejala kapi- 12
laritas
Gambar 3.1 Grafik hubungan tekanan atmosfir dengan ketinggian 16
Gambar 3.2 Tekanan terukur 17
Gambar 3.3 skema brake vacuum booster 17
Gambar 3.4 Satuan dan skala pengukuran tekanan 18
Gambar 3.5 Distribusi gaya pada sebuah titik 18
Gambar 3.6 Tekanan dalan tangki tertutup 19
Gambar 3.7 Distribusi tekanan pada bagian terkecil fluida berbentuk 23
prisma ABC
Gambar 3.8 Gambar dongkrak dengan tinggi silinder sama 21
Gambar 3.9 Gambar dongkrak dengan tinggi yang berbeda 21
Gambar 3.10 Mekanisme rem hidrolik 22
Gambar 3.11 Gambar contoh 3.5 22
Gambar 3.12 Distibusi gaya pada benda terapung dalam zat cair 23
Gambar 3.13 Barometer air raksa 24
Gambar 3.13 Barometer aneroid sistem mekanik 24
Gambar 3.15 Gambar contoh 3.6 25
Gambar 3.16 Diagram metode pengukuran tekanan. 25
Gambar 3.17 Tabung Piezometer 26
Gambar 3.18 Manometer pipa-U sederhana 27
Gambar 3.19 Gambar contoh 3.8 27
Gambar 3.20 Manometer Diferensial 28
Gambar 3.21 Differensial Manometer Terbalik. 28
Gambar 3.22 Gambar contoh 3.9 29
Gambar 3.23 Manometer deferensial pada satu pipa 29
Gambar 3.24 Inclined tube manometer 30
Gambar 3.25 Skema manometer pipa miring 30
Gambar 3.26 Manometer dengan ujung diperbesar 31
Gambar 3.27 Manometer diferensial dengan ke dua ujung diperbesar 32
Gambar 3.28 Alat ukur tekanan tabung bourdon 32
Gambar 3.29 Alat Ukur tekanan tipe diafragma 33
Gambar 3.30 Mekanisme bellows element 33
Gambar 4.1 Debit yang melalui pipa 40

vi
Gambar 4.2 Kontinuitas massa 40
Gambar 4.3 Cairan mengalir melalui pompa 41
Gambar 4.4 Aliran udara pada solar heater 42
Gambar 4.5 Aliran zat cair dalam pipa 44
Gambar 4.6 Hukum bernoulli dalam aliran zat cair, a) ilustrasi 3D, b) 45
ilutrasi 2D.
Gambar 4.7 Air keluar dari nosel 45
Gambar 4.8 Flow through a syphon 46
Gambar 4.9 Penerapan hukum torricelli pada aliran tangki 47
Gambar 4.10 Koefisien pengaliran pada lubang kecil 47
Gambar 4.11 Koefisien pengaliran berbagai bentuk lubang keluaran 48
Gambar 4.12 Pengeluaran minyak dari tangki terbuka 49
Gambar 4.13 Skema alat ukur venturimeter 50
Gambar 4.14 Venturimeter dengan pembacaan manometer 50
Gambar 4.15 Venturimeter dengan pembacaan bourdon gauge 51
Gambar 4.16 Inclined venturimeter 53
Gambar 4.17 Venturimeter pada tambang minyak dan gas 55
Gambar 4.18 Aplikasi venturi pada karburator 55
Gambar 4.19 Bentuk tabung pitot 56
Gambar 4.20 Garis arus yang melalui benda kasar 56
Gambar 4.21 Pengukuran dengan metode satu titik 57
Gambar 4.22 Tabung pitot dengan beda tekanan di piezometer 58
Gambar 4.23 (a) Tabung pitot dengan manometer dial, (b)Tabung pitot 58
dengan manometer pipa-U
Gambar 4.24 Pengukuran kecepatan aliran dua titik 59
Gambar 4.25 bentuk pitot static tube 59
Gambar 4.26 Peralatan Tabung Pitot-Statis 60
Gambar 5.27 Tabung pitot statis yang terhubung dengan manometer dial 60
Gambar 4.28 Tabung pitot yang terhubung dengan manometer difrensial 61
Gambar 4.29 Aplikasi tabung pitot di pesawat terbang 62
Gambar 4.30 Tabung pitot di mobil F-1 62
Gambar 4.31 Tipe permukaan plat orifice 63
Gambar 4.32 Pemasangan plat orifice pada pipa 63
Gambar 4.33 Lokasi penempatan Pressure Tap 63
Gambar 4.34 Pengukuran beda tekan dengan mengunakan plate orifice 64
Gambar 4.35 Perbedaan tekanan yang terbaca langsung 64
Gambar 4.36 Pengukuran aliran udara pada engine test 65
Gambar 4.37 a) Plat orifice meter yang dipasang pada instalasi pompa, 66
b) Orifice meter yang tersambung manometer pipa-U
Gambar 5.1 Gaya yang dilakukan oleh aliran fluida 72

vii
Gambar 5.2 Tumbukan jet pada pelat datar tegak lurus aliran 73
Gambar 5.3 Tumbukan jet pada pelat datar yang miring terhadap aliran 73
Gambar 5.4 Sudu baling-baling simetris 74
Gambar 5.5 Vektor kecepatan inlet dan outlet pada sudu 74
Gambar 5.6 Aliran jet pada pelat-pelat yang bergerak 75
Gambar 5.7 Aliran jet yang menumbuk plat sudu pada water wheel 75
Gambar 5.8 Vektor gaya pada aliran menyempit 77
Gambar 5.9 Vektor gaya pada aliran menyempit dan berbelok 77
Gambar 5.10 Arah gerakan fluida pada pesawat terbang dan kapal laut 79
Gambar 6.1 Distribusi kecepatan aliran laminer dan turbulen 82
Gambar 6.2 Percobaan aliran fluida (a). Bentuk aliran laminer 82
(b).Bentuk aliran turbulen
Gambar 6.3 Pengukuran head loss didalam pipa akibat gesekan 83
Gambar 6.4 Grafik perbandingan kecepatan fluida dan losses 83
yang terjadi pada kondisi laminer dan turbulen
Gambar 6.5 Perbedaan tekanan hf pada suatu aliran 84
Gambar 6.6 a) pelebaran mendadak, b) penyempitan mendadak 85
Gambar 6.7 Distribusi kecepatan aliran dalam pipa pada setiap peru- 86
bahan nilai r 87
Gambar 6.8 Diagram Moody 89
Gambar 7.1 Fenomena lift and drag pada pesawat terbang 93
Gambar 7.2 Gaya seret yang terjadi pada mobil yang bergerak 93
Gambar 7.3 Grafik penurunan nilai Cd dari mobil dalam periode tahun 94
Gambar 7.4 Perkembangan lapisan batas di atas plat datar 96
Gambar 8.1 Daerah aliran kompresibel 103
Gambar 8.2 Perkembangan gelombang suara akibat pergerakan suatu 104
benda
Gambar 8.3 kerucut mach akibat benda supersonic 104
Gambar 8.4 Bentuk kerucut mach ketika mengenai udara 105
Gambar 8.5 Aliran isentropik steady 106
Gambar 8.6 Bentuk penampang venturi 106
Gambar 8.7 Aliran stagnasi aliran kompresibel 108

viii
DAFTAR LAMPIRAN

hal
Tabel A-1 Sifat-sifat air untuk berbagai temperatur 115
Tabel A-2 Berat jenis untuk berbagai bahan pada suhu 20oC 116
Tabel A-3 Sifat-sifat beberapa gas dan cair pada suhu 20oC dan 116
tekanan 1 atm
Tabel B-1 Daftar harga kofisien seret (CD) berbagai bentuk 117
permukaan benda
Tabel B-2 Daftar harga kofisien seret (CD) berbagai obyek 118
Tabel C-1 Sifat-sifat Gas 119
Tabel C-2 Sifat Gas Umum Pada 1 atm and 20°C 120
Gambar A-1 Diagram Moody 121

ix
Modul Ajar Mekanika Fluida

BAB 1
SISTEM SATUAN

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan besaran pokok, besaran turunan, dimensi, sistem satuan dan
simbol yunani. Serta dapat mengkonversikan sistem satuan dari CGS ke MKS atau sebaliknya.

1.1. SISTEM SATUAN


Sistem satuan yang ada selama ini terdiri dari sistem SI (System
System International d’unites )
atau metrik dan sistem satuan British atau imperial. satuan juga dibagi menjadi
men dua bentuk
yaitu MKS (meter, kilogram, second) dan CGS (centimeter, gram, second). Meskipun ada
dua sistem satuan, dalam buku ini menggunakan sistem satuan SI (metrik). Disamping itu
secara umum di Indonesia menggunakan bentuk MKS. Sebagai contoh satuan sat kedua sistem
ini dapat diperhatikan pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Sistem satuan International dan British

Dari sistem satuan dasar di atas dapat diperhatikan faktor konversi satuan SI ke British
atau sebaliknya seperti diuraikan berikut
Tabel 1.2 Konversi satuan
BESARAN KONVERSI
1 m = 39,37 inci = 3,281 ft
1 inci = 2,54 cm
Panjang 1 km = 0,61 mil
1 mil = 5280 ft = 1,609 km
1 ft = 12 inci = 0,3048 m = 30,48 cm
1 liter = 1000 cm3 = 3,531 x 10-2 ft3 = 10-3 m3
Volume
1 ft3 = 2,832 x 10-2 m3 = 7,48 galon
1 galon = 231 in3 = 3,786 liter
Massa 1 kg = 103 gram = 6,85 x 10-2 slug
1 slug = 14,59 kg
Gaya 1 N = 0,2448 lbf = 105 dyne
1 lbf = 4,448 N

Asrori dkk 1
Sistem Satuan

1 dyne = 10-5 N = 2,248 x 10-6 lbf


1 ton = 2000 lb = 1000 kg
1 Pa = 1 N/m2
1 atm = 1,013 x 105 Pa = 14,70 lb/in2
Tekanan
1 lb/in2 (psi) = 6895 Pa
1 bar = 105 Pa = 14,5 lb/in2
Debit , Laju aliran volume 1 gal/h = 1,263 ml/s = 4,546 l/h
1 ft3/s = 28,32 l/s
Konsumsi bahan bakar 1 mil/gal = 0,3540 km/l
lb.sec/ft2 x 47,88 = Pa.sec
lb.sec/in2 x 6895 = Pa.sec
Poise x 10 = Pa.sec
Viskositas Dinamik
100 cp = 1 Poise
cp x 10-3 = Pa.sec
cp x 2,09.10-5 = lb.sec/ft2
ft2 /sec x (9,29 x 10-2) = m2/sec
In2/sec x (6,45 x 10-4) = m2/sec
Viskositas Kinematik Stoke x 10-4 = m2/sec
100 cSt = 1 stoke
m2/sec x 10,764 = ft2/sec
Power, daya 1 Horsepower = 745,7 W
1 Hp.h = 2,685 MJ
1 kW.h = 3,6 MJ
Energi
1 Btu = 1,055 kJ
1 Therm = 105,5 MJ

Tabel 1.3 Faktor kelipatan satuan


Kelipatan Nama Simbol SI
1.000.000.000.000 = 1012 tera T
1.000.000.000 = 109 giga G
1.000.000 = 106 mega M
1.000 = 103 kilo k
0,01 = 10-2 centi c
0,001 = 10-3 mili m
0,000 001 = 10-6 micro µ
0,000 000 001 =10-9 nano n
0,000 000 000 001 =10-12 pico p

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 2
Modul Ajar Mekanika Fluida

1.2. SATUAN DAN DIMENSI


Dimensi merupakan besaran terukur yang menunjukkan karakteristik suatu objek
seperti massa, panjang, waktu, temperatur, dan sebagainya. Satuan adalah suatu standar
untuk mengukur dimensi, misalnya satuan untuk massa, panjang, dan waktu adalah kilogram
(kg), meter (m), dan detik (sec).
1.2.1 Besaran Pokok
Dalam pembahasan mekanika fluida pada umumnya ada 4 besaran pokok seperti yang
ada dalam tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.4 besaran pokok
Besaran Satuan (SI) dimensi
Panjang Meter (m) L
massa Kilogram (Kg) M
Waktu Second (s) T
Temperatur Kelvin (K) θ

1.2.2 Besaran Turunan


Tabel 1.3 berikut menunjukan beberapa besaran yang sering digunakan dalam ilmu
mekanika fluida yang merupakan turunan dari satuan pokok di atas.
Tabel 1.5 Beberapa besaran turunan
Besaran Simbol Satuan (SI) Dimensi
Kecepatan v m/s ms-1 LT-1
Percepatan a m/s2 ms-2 LT-2
Gaya F N (Newton)
kg.m/s2 kg ms-2 MLT-2
Kerja (Energy/Work) W J (Joule)
N.m
kg.m2/s2 kg m2s-2 ML2T-2
Daya (Power) P W (Watt)
N m/s
kg.m2/s3 kg.m2s-3 ML2T-3
Tekanan p Pa (Pascal)
N/m2
kg/m/s2 kg m-1s-2 ML-1T-2
Massa jenis ρ kg/m3 kg m-3 ML-3
Berat jenis γ N/m2
kg/m2/s2 kg m-2s-2 ML-2T-2
Debit Q m3/s m3s-1 L3T-2
Tegangan Permukaan σ N/m
kg/s2 kg s-2 MT-2

1.2.3 Persamaan Dimensi


Apabila suatu persamaan merupakan sebuah pernyataan dari sesuatu yang secara fisik
betul-betul ada, maka persamaan tersebut harus mempunyai dimensi yang sama pada kedua
ruas persamaan tersebut.

Asrori dkk 3
Sistem Satuan

Contoh 1.1
Buktikan bahwa persamaan v2 = u2 + 2 ax.
Penyelesaian:
Persamaan ⇒ v2 = u2 + 2 as
Dimana ⇒ v = kecepatan akhir
u = kecepatan awal
a = percepatan
s = jarak
Dimensi ⇒ v = LT-1
u = LT-1
a = LT-2
s=L
Sehingga dimensi dari ⇒ v2 = (LT-1)2 = L2T-2
u2 = (LT-1)2 = L2T-2
2as = (LT-2).L = L2T-2
Kesimpulannya bahwa dimensinya sama, dengan demikian persamaan di atas adalah benar.

1.3. LAMBANG YUNANI (GREEK ALPHABET)


Berikut daftar simbol/lambang huruf yunani yang dipakai sebagai simbol dalam rumus
matematis dan keteknikan.
Tabel 1.6 Daftar simbol yunani
Nama Huruf kecil Huruf besar Nama Huruf kecil Huruf besar
alpha α Α nu ν Ν
beta β Β xi ξ Ξ
gamma γ Γ omicron ο Ο
delta δ ∆ pi π Π
epsilon ε Ε rho ρ Ρ
zeta ζ Ζ sigma σ Σ
eta η Η tau τ Τ
theta θ Θ upsilon υ Υ
iota ι Ι phi φ Φ
kappa κ Κ chi χ Χ
lambda λ Λ psi ψ Ψ
mu µ Μ omega ω Ω

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 4
Modul Ajar Mekanika Fluida

SOAL LATIHAN

1.1 Sebuah bak mandi berukuran 1,6 m x 50 cm x 40 cm. Berapa liter air untuk mengisi bak
mandi tersebut hingga penuh? [jawab: 320 liter]
1.2 Seorang dosen sedang menempuh perjalanan ke luar kota dengan mengendarai mobil.
Pada saat berangkat pukul 10:26 dia mencatat odometer mobil dan menunjukkan angka
37541 km. Dia sampai tujuan pada pukul 10:42 dan ternyata odometer mobil berada
pada angka 37563 km. Hitunglah kecepatan rata-rata pak dosen mengendarai mobil
tersebut. [jawab:22,91 m/s]
1.3 Sebuah benda yang massanya 2 kg dikenai gaya sehingga bergerak dengan percepatan 2
m/s2. tentukan percepatan yang terjadi jika gaya tersebut bekerja pada benda bermassa 1
kg dan 4 kg. [jawab: 4 m/s2; 1 m/s2]
1.4 Sebuah balok bermassa 5 kg di atas lantai licin ditarik gaya 4 N membentuk sudut 60°
terhadap bidang horisontal (Gbr 1.2). Jika balok berpindah sejauh 2 m, maka tentukan
usaha yang dilakukan! . [jawab: 4 joule]

Gbr. 1.2

1.5 Buah kelapa bermassa 2 kg berada pada ketinggian 8 m. Tentukan energi potensial yang
dimiliki buah kelapa terhadap permukaan bumi! [jawab: 156, 96 joule]
1.6 Sebuah motor listrik digunakan untuk mengangkat benda yang mempunyai berat 12 kN
setinggi 9 m dalam waktu 15 detik. Berapa daya motor listrik tersebut! [jawab: 7,2 kW]

SOAL PENGAYAAN

1.7 Seorang astronot ketika di bumi dia mampu melompat setinggi 1 m. Jika dibulan berapa
meter astronot tersebut mampu melompat dengan energi yang sama? Dimana gravitasi
bumi = 9,81 m/s2 dan grafitasi di bulan 1,64 m/s2. [jawab: 6 m]
1.8 The free vibration of a particle can be simulated by the following differential equation:
du
m + kx = 0
dt
where m is mass, u is velocity, t is time and x is displacement. Determine the dimension
for the stiffness variable k. [ans: MT-2]

Asrori dkk 5
Sifat-sifat Fluida

BAB 2
SIFAT-SIFAT FLUIDA

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan dan menghitung kerapatan, kekentalan, kemampatan,
tegangan permukaan, tekanan uap, dan kapilaritas

2.1 KERAPATAN (DENSITY)


adalah jumlah/kuantitas suatu zat pada suatu unit volume. Berikut beberapa besaran
yang berkaitan dengan kerapatan yaitu,
2.1.1 Massa jenis/rapat massa (mass density)
 Massa jenis cairan
dilambangkan ρ (rho) satuan kg/m3 adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan
dinyatakan dalam bentuk massa tiap satuan volume.
massa m
ρ= = [kg/m3] (2.1)
satuan volume V
Oleh karena temperatur dan tekanan mempunyai pengaruh (walaupun sedikit) maka
kerapatan cairan dapat didefinisikan sebagai: massa tiap satuan volume pada suatu
temperatur dan tekanan tertentu. Sehingga kerapatan dari air pada tekanan dan temperatur
standard atau pada tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan temperatur 4oC adalah 1000 kg/m3.
 Massa jenis gas
Kerapatan gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas;
pv
R= (hukum boyle dan hukum charles) (2.2)
T
Dimana; p = tekanan mutlak [Pa]; v = volume spesifik atau volume persatuan massa [m3/kg];
T = suhu mutlak [oK] dan R= konstanta gas [J/kgK].
Karena ρ=1/v, persamaan 2.2 dapat ditulis;
p
ρ= (2.3)
RT
2.1.2 Berat Jenis (specific weight)
dilambangkan γ (gamma) dari suatu benda adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja
pada suatu massa dari suatu satuan volume, oleh karena itu berat jenis dapat di definisikan
sebagai: berat tiap satuan volume.
berat w mg ρVg
γ= = = = = ρg (2.4)
satuan volume V V V

dimana: γ = berat jenis dengan satuan N/m3 untuk sistem SI atau kgf/m3 untuk sistem MKS ;
ρ = kerapatan zat, dalam kg/m3 untuk sistem SI, atau kgm (kilogram massa) untuk sistem
MKS; g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

6
Mekanika Fluida Dasar

2.1.3 Volume Jenis (specific volume)


dilambangkan υ, satuan m3/kg. Merupakan volume per satuan massa dari suatu fluida.
V 1
υ= = (2.5)
m ρ

2.1.4 Kerapatan Relatif (Spesific Gravity)


Dilambangkan SG, dan tak berdimensi. Specific Gravity (SG) mempunyai dua
pengertian yaitu,
 Perbandingan dari massa jenis suatu cairan terhadap massa jenis air pada temperatur dan
tekanan standar (20oC, 1 atm)
 Perbandingan dari berat jenis suatu cairan terhadap berat jenis air pada temperatur dan
tekanan standar (20oC, 1 atm)
ρ zatcair γ
SG = = zatcair (2.6)
ρ air γ air
Dikarenakan pengaruh temperatur dan tekanan sangat kecil terhadap kerapatan maka untuk
keperluan praktis pengaruh tersebut diabaikan.

Contoh 2.1
Satu liter minyak mempunyai berat 7,0 N. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat relatif?
Pembahasan:
7N
 Berat jenis (γ) = 3
= 7,0 x 1000 = 7. 103 N/m3
0, 001 m
γ 7.10 3
 Rapat massa (ρ) = = = 713,56 kg/m3
g 9,81
ρ min yak 713,56
 Rapat relatif (SG) = = = 0,713
ρ air 1000
Contoh 2.2
A reservoir of oil has a mass of 825 kg. The reservoir has a volume of 0.917 m3. Compute
the density, specific weight, and specific gravity of the oil.
Pembahasan:
mass m 825
 Density = ρ oil = = = = 900 kg/m3
volume V 0.917
weight mg
 Spesific Weight = γ oil = = = ρ g = 900 x9,81 = 8829 N/m3
volume V

2.2 KEKENTALAN (VISCOSITY)


Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (τ) pada waktu
bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara partikel zat cair
sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul-molekul yang bergerak. Zat
cair ideal tidak memiliki kekentalan. Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kekentalan dinamik (µ) atau kekentalan absolute dan kekentalan kinematis (ν).

Asrori dkk 7
Sifat-sifat Fluida

2.2.1 Kekentalan dinamis


Kekentalan dinamis dilambangkan µ (mu) ialah gaya geser per satuan luas yang
dibutuhkan untuk menggeser lapisan zat cair dengan satu satuan kecepatan terhadap lapisan
yang berlekatan di dalam zat cair tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam ilustrasi
gambar 2.1.

Gambar 2.1 Distribusi kecepatan dalam zat cair akibat pergerakan


pergerakan plat
Apabila sebuah papan di tarik dengan gaya (F) sebagaimana gambar 2.1 di atas, maka
akan terjadi distibusi kecepatan sepanjang jarak antar papan (y) maka besar gaya (F) yang
diperlukan untuk menggeser papan pada kecepatan tetap (v), dapat dituliskan:
tuliskan:
dv
F = µA (2.7)
dy
F
Karena adalah tegangan geser (τ) maka pers. 2.7 menjadi,
A
dv
τ =µ (2.8)
dy
Dengan demikian berdasarkan hukum newton maka persamaan viskositas dapat ditulis,
τ
µ= (2.9)
dv
dy
Dimana: µ = Kekentalan dinamis (Pa.s atau Ns/m2 atau kg/ms), persamaan ini berlaku pada
fluida newtonian dan aliran yang terjadi adalah laminer; τ = tegangan geser (N/m2); dv/dy =
gradien kecepatan (s-1)

2.2.2 Kekentalan kinematis


Kekentalan kinematisν(nu) adalah perbandingan kekentalan dinamis terhadap massa jenis.
µ
ν= (2.10)
ρ
Dimana: ν = kekentalan kinematis (m2/s); µ = kekentalan dinamik (kg/m.s); ρ = massa jenis (kg/m3)

Hal-Hal
Hal yang berkaitan dengan viskositas:
a) Satuan viskositas
ositas dalam sistem CGS adalah
− viskositas dinamis = Poise (Ps) = g/cm.s
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP
− viskositas kinematis = Stokes(St) = cm2/s
1 m2/s = 1 . 104 St

8
Mekanika Fluida Dasar

b) Satuan viskositas dalam industri dapat berupa:


− Derajat Engler (oE), suhu ukur standar: 20oC, 50oC dan 100oC
− Second Saybolt Universal (SSU), suhu ukur standar: 100oF, 130oF dan 210oF
− Second Redwood I (RI) atau Redwood Standard atau Redwood commercial, suhu ukur
standar: 70oF, 100oF dan 140oF
− andar: 210oF
Second Redwood II (RII) atau Redwood Admiralty, suhu ukur standar:
− Second DIN 4
− Second Cawan Ford
− Society of Automotive Engineering (SAE)
− American Petroleum Institute (API)
c) Berikut daftar viskositas dinamis dan kinematis dari beberapa fluida pada suhu dan
tekanan standar:
Tabel 2.1 Viskositas beberapa fluida

d) Pada zat cair pada umumnya viskositas akan menurun apabila suhu dinaikkan,
sedangkan pada gas berlaku sebaliknya yaitu viskositas akan naik jika suhu naik. Aliran
gas jauh lebih kompleks dibandingkan dengan aliran zat cair karena besarnya pengaruh
kompresibilitas,
esibilitas, densitas dan temperatur. Pembahasan mengenai aliran gas lebih detail
dipelajari dalam dinamika gas. Oleh karena itu dalam diktat ini lebih banyak membahasan
aliran zat cair dan dibatasi pada gas yang densitasnya dapat diabaikan.
e) Peralatan untuk mengukur kekentalan disebut viskometer. Ada beberapa macam metode
pengukuran kekentalan suatu cairan yaitu:
 Viskosimeter kapiler ( contoh : viskometer Ostwald )
 Viskometer bola jatuh ( viscometer Hoeppler )
 Viskometer Cup dan Bob ( Brookfield, Viscotester)

Asrori dkk 9
Sifat-sifat Fluida

Contoh 2.3
Suatu pelat terletak sejauh 0,5 mm dari pelat yang lain tetap. Pelat tersebut bergerak dengan
kecepatan 0,25 m/s dan memerlukan suatu gaya tiap satuan luas sebesar 2 Pa (N/m2) untuk
menjaga kecepatan yang tetap. Tentukan viskositas cairan yang terletak di antara dua pelat
tersebut.
Pembahasan:
τ τ
µ= = = 2/(0,25/0,5.10-3) = 4 .10-3 N.s/m2
dv v
dy y
Contoh 2.4
Hitung kekentalan kinematik zat cair yang mempunyai rapat relatif 0,95 dan kekentalan
dinamik 0,0011 Pa.s
Pembahasan:
ρ Zatcair
SG = ⇒ ρzat cair = SG. ρair = 0,95x1000 = 950 kg/m3
ρ air
kekentalan kinematik
µ
ν= = 0,0011/950 = 1,16 x 10-6 m2/s
ρ
2.3 KEMAMPATAN/KOMPRESIBLITAS (COMPRESSIBILITY)
Kemampatan adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan
(penambahan) tekanan, yang ditunjukan oleh perbandingan antara perubahan tekanan (dp) dan
perubahan volume (dV) terhadap volume awal (V0). Perbandingan tersebut dikenal dengan
modulus elastisitas atau modulus bulk (K).
dp
K =− (2.11)
dV
V0
Tanda (-) di dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa pertambahan tekanan mengurangi
volume. Karena dV/V0 tidak berdimensi maka : K dinyatakan dalam satuan dari tekanan p atau
gaya tiap satuan luas yaitu pascal (N/m2). Apabila besaran K ditinjau dari satuan massa cairan
maka pers. 2.11 dapat ditulis :
dp
K= (2.12)

ρ0
Karena ρV = tetap dan d (ρV) = 0 atau dV/V0 = -dρ/ρ
Sedangkan besarnya kompresibitas berbanding terbalik dengan dengan modulus bulk
atau, C=1/K, Nilai K untuk air sangat besar yaitu 2,1 x 109 N/m2, sehingga perubahan volume
karena perubahan tekanan akan sangat kecil dan dapat diabaikan, oleh karena itu secara
umum zat cair merupakan fluida yang tidak dapat termampatkan (incompressible). Tetapi
pada kondisi tertentu di mana perubahan tekanan sangat besar dan mendadak, maka anggapan
zat cair ter kompresibel tidak bisa berlaku. Contoh: misalnya terjadi pada penutupan katup
turbin PLTA secara mendadak, sehungga mengakibatkan perubahan (kenaikan yang sangat
besar) atau dikenal dengan istilah water hammer.

10
Mekanika Fluida Dasar

Contoh 2.5
A liquid compressed in cylinder has a volume of 1000 cm3 at 1 MN/m2 and a volume of 995
cm3 at 2 MPa. What is its bulk modulus of elasticity (K)?
Penyelesaian:
dp 2 −1
K =− =− = 200 MPa
dV (995 − 1000) / 1000
V0

2.4 TEGANGAN PERMUKAAN (SURFACE TENSION)


Tegangan permukaan σ (notasi : sigma), bekerja pada bidang permukaan yang sama
besar di semua titik. Adanya tegangan permukaan akan meminimalkan luas permukaan.
Contoh: titik cairan akan cenderung membentuk menyerupai bola.

Gambar 2.2 Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air

Adanya tegangan permukaan tersebut menaikkan tekanan di dalam suatu tetesan


cairan. Untuk suatu tetesan cairan dengan jari-jari r, tekanan internal p diperlukan untuk
mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan σ, dihitung berdasarkan gaya yang
bekerja pada suatu belahan tetesan cairan seperti Gbr. 2.2. Gaya gaya pada tetesan air tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut,
Gaya tekanan dalam = tegangan permukaan pada keliling
p.π .r2 = 2.π .r.σ
p.r = 2.σ
sehingga,
2.σ
p= (2.13)
r
Dimana: p = tekanan [N/m2]; σ = tegangan permukaan [N/m]; r = jari-jari tetesan [m]

Contoh 2.6
Suatu tetesan air terukur mempunyai diameter 45 µm. Tentukan tekanan internal yang terjadi
pada tetesan air pada suhu 30oC?
Penyelesaian:
Dari persamaan 2.11 dan tabel A-1 (Lampiran) diperoleh,
2.σ 2 x 7,12.10-2
p= = = 6329 Pa
r (45 2) x10 −6
Catatan: Besarnya tegangan permukaan air pada beberapa temperatur ditunjukan dalam
tabel A-1 (Lampiran)

Asrori dkk 11
Sifat-sifat Fluida

2.5 KAPILARITAS
Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adhesi antar molekul, jika kohesi
lebih kecil dari pada adhesi maka zat air akan naik (meniskus cekung) dan sebaliknya jika
lebih besar maka zat cair akan turun (meniskus cembung). Hal ini dapat dilihat pada suatu
pipa vertikal diameter kecil (pipa kapiler) yang dimasukkan ke dalam suatu cairan. Seperti
pada Gbr. 2.3a dn Gbr 2.3b kapilaritas akan membuat air naik pada tabung gelas yang berisi
air sementara pada air raksa akan turun.

c)

Gambar 2.3 a) meniskus cekung, b) meniskus cembung, c) gejala kapilaritas

Kenaikan atau penurunan zat cair di dalam suatu pipa kapiler dapat dihitung dengan
menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat.
Dengan demikian keseimbangan gaya-gaya pada gambar 2.3c adalah:
Gaya angkat = gaya berat
2π r σ cos θ = π r2 h γ
2σ cos θ
h= (2.14)
γ .r
dimana: h = kenaikan atau penurunan zat cair (m); σ = tegangan permukaan (N/m); γ = berat
jenis zat cair (kg/m3); θ = sudut antara tegangan permukaan terhadap dinding pipa vertikal,
Pada kondisi tabung bersih: θ = 0o untuk air dan θ = 140o untuk air raksa; r=jari-jari tabung (m)
Catatan: Pers 2.14 tersebut berlaku untuk d < 3 mm

Contoh 2.7
Berapa kenaikan kapilaritas dari air dengan temperatur kamar yang terjadi pada sebuah pipa
kaca bersih berdiameter 2,5 mm? (Jika diketahui tegangan permukaan air di udara sekitar
0,073 N/m)
Penyelesaian
Dari pers. 2.12 diperoleh,
2σ cos θ
h= dimana pada pipa kaca bersih θ = 0o
γ .r
(2)(0,073)(1)
h= = 0,012 m = 12 mm
(9810)(0,00125)

12
Mekanika Fluida Dasar

2.6 TEKANAN UAP


Tekanan uap dari zat cair adalah tekanan mutlak pada temperatur tertentu dimana pada
kondisi tersebut zat cair akan menguap atau berubah fase dari cairan menjadi gas. Tinggi
tekanan uap dapat dirumuskan :
pu
h= (2.15)
γ
dimana: pu= tekanan uap (Pa); h = tinggi tekanan uap (m); γ= berat jenis cairan (N/m3)

Pembahasan mengenai tekanan uap dapat dilihat pada fenomena kavitasi yang terjadi
pada pompa atau turbin. Air dengan kondisi biasa akan mendidih dan menguap pada tekanan
1 atm pada suhu 100oC, apabila tekanan berkurang sampai cukup rendah, air pada suhu udara
lingkungan (20oC-33oC) akan mendidih dan menguap. Penguapan akan menghasilkan
gelembung gelembung uap. Tempat-tempat bertekanan rendah atau berkecepatan tinggi inilah
akan mudah terjadi kavitasi, terutama pada bagian sisi isap mesin-mesin hidrolik tersebut.

Contoh 2.8
Berapa besar tekanan uap yang dapat menyebabkan terjadinya kavitasi pada inlet dari suatu
pompa yang mengalirkan air pada temperatur 35oC.
Penyelesaian:
Kavitasi terjadi apabila tekanan berkurang sampai mencapai tekanan uap, Dari tabel A-1.
sifat-sifat air (Lampiran) diperoleh:
pu
= 0, 58 m ⇒ pu = (0,58)( 9752) = 56,56 N/m2
γ

Asrori dkk 13
Sifat-sifat Fluida

SOAL LATIHAN

2.1 Jika 5,6 m3 minyak beratnya 46.800 N, hitunglah


hitunglah rapat massa dan rapat relatifnya?
[Jawab : ρ = 852 kg/m3 ; SG = 0,852]
2.2 Sebuah struktur kerangka baja menyangga tandon air seperti gambar 2.4. Jika ukuran
tandon adalah 1,5 m x 1,5 m x 1 m. Hitung berapa beban (w) yang diterima oleh struktur
baja tersebut. [Jawab:
Jawab: w = 22 kN]

Gbr 2.4

2.3 Benzene at 20oC has a viscosity of 0.000651 Pa.s. What shear stress is required to
deform this fluid at strain rate of 4900 s-1? [Jawab: τ = 3,19 Pa]
2.4 Berapa perubahan volume dari 1000 liter air bila terjadi penambahan tekanan tek sebesar
20 bar, dimana di ketahui modulus elastisitas air = 2,24 x 109 N/m2 ?
0,00089 m3]
[Jawab: dV = -0,00089
2.5 water air-glass (θ = 0o) if the
Find the Capillary rise in the tube shown in Fig.2.5 for water-air
o
tube radius is 1 mm and the temperatur is 20 C.[Jawab: h=14,8 4,8 mm]

Fig. 2.5
SOAL PENGAYAAN
2.6 Suatu pelat bergerak di atas pelat kedua pada suatu lapisan cairan seperti tampak pada
Gbr.2.6

Gbr. 2.6

Untuk suatu jarak d yang kecil, pembagian kecepatan di dalam cairan dianggap linier.
Sifat-sifat cairan
iran adalah : µ = 0,65 cp (centipoises); Kerapatan relatif SG = 0,88
Hitung besarnya: (a) viscositas kinematis, (b) Tegangan geser pada pelat atas,
(c) Tegangan geser pada pelat bawah. (d) Tunjukkan arah garis kerja tegangan geser
pada perhitungan (b dan c) tersebut
2.7 Hitung
tung efek kapiler dalam suatu tabung kaca (tube) diameter 4 mm, bila dimasukkan ke
dalam: (a) air dan (b) air raksa. Sudut kontak untuk air θ= 0o dan air raksa θ= 130o.
Temperatur cairan tersebut adalah 20oC dan tegangan permukaan air adalah 0,075 N/m
sedang σ air raksa dalah 0,52 N/m, γair = 9806 N/m3, γair raksa= 136000 N/m3.

14
Mekanika Fluida Dasar

BAB 3
STATIKA FLUIDA

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan dan menghitung tekanan statis, hukum pascal beserta
aplikasinya, hukum archimedes, pengukuran dan alat ukur tekanan

1.4. TEKANAN DAN SATUAN


Tekanan dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya persatuan luas sehingga satuan
dasar dari tekanan (sistem S.I) adalah Newton per meter persegi (N/m2), yang biasanya
dinyatakan dalam Pascal (Pa). Tekanan juga dinyatakan dalam bentuk tekanan atmosfir yang
besarnya 101325 N/m2, dengan demikian Pascal adalah satuan tekanan yang amat kecil.
Satuan yang lebih praktis adalah kN/m2, MN/m2, Atm atau Bar ( 1 bar = 1 atm = 105 Pa).
Dalam sistem British satuan tekanan lebih dikenal dengan psi (pound-force per
square inch) atau lbf/in2.
Berikut beberapa variasi dan konversi dari satuan tekanan yang sering di jumpai dalam
beberapa aplikasi keteknikan.

Tabel 3.1 Konversi satuan tekanan

PRESSURE UNITS
pound-force
technical
per
pascal bar atmosphere atmosphere torr
square inch
(Pa) (bar) (at) (atm) (Torr)
(psi)
1 Pa 1 N/m2 10−5 1.0197×10−5 9.8692×10−6 7.5006×10−3 145.04×10−6

1 bar 100,000 106 dyn/cm2 1.0197 0.98692 750.06 14.5037744

1 at 98,066.5 0.980665 1 kgf/cm2 0.96784 735.56 14.223

1 atm 101,325 1.01325 1.0332 1 atm 760 14.696

1 Torr =
1 torr 133.322 1.3332×10−3 1.3595×10−3 1.3158×10−3 1 mmHg 19.337×10−3

1 psi 6,894.76 68.948×10−3 70.307×10−3 68.046×10−3 51.715 1 lbf/in2

Variasi satuan tekanan ini dikarenakan range pengukuran tekanan ini sangat lebar dari
ukuran tekanan yang sangat kecil (contoh : tekanan darah) atau bahkan vakum sampai dengan
tekanan yang besar (tangki bertekanan). Aplikasi satuan tekanan contohnya sebagai berikut
pada pengukuran tekanan darah (mmHg), Tekanan paru-paru/jantung (cmH2O), Tekanan gas
pada pipa (inH2O), sistem vakum (micron Hg, torr, inHg) dan pada meteorologi (kPa, Atm,
hPa, mbar)

Asrori dkk 15
Dinamika Fluida Kompresibel

1.5.SKALA
SKALA PENGUKURAN TEKANAN
3.2.1 Tekanan Atmosfir
Tekanan atmosfir atau disebut tekanan udara/tekanan barometrik adalah tekanan yang
berhubungan dengan berat atmosfir atau udara di atas permukaan bumi. Tekanan atmosfir
juga diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi
gravitasi bumi. Besarnya tekanan atmosfir dipermukaan
bumi berbeda-beda
beda tergantung dari ketinggian tempat tersebut dipermukaan bumi. Dalam
grafik Gbr. 3.1 menunjukkan semakin dekat posisi tempat tersebut dengan permukaan bumi,
maka akan semakin besar tekanannya.

Gambar 3.1 Grafik hubungan tekanan atmosfir dengan ketinggian


Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata
rata rata tekanan atmosfir pada permukaan laut adalah
1,013 x 105 N/m2. Besarnya tekanan atmosfir pada permukaan laut ini digunakan untuk
kanan lain, yakni atm (atmosfir). Jadi 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 =
mendefinisikan satuan tekanan
101,3 kPa (kPa = kilo pascal). Satuan tekanan lain adalah bar (sering digunakan pada
meteorologi). 1 bar = 1,013 x 105 N/m2 = 101 kPa.

3.2.2 Tekanan Terukur (Gauge


( Pressures)
Disebut juga tekanan relatif yaitu tekanan yang ditunjukan oleh alat ukur, tekanan ini
diukur dengan bantuan alat ukur tekanan, tekanan atm sebagai datum atau tekanan atmosfir
pada skala gauge diberi tanda nol (0). Tekanan terukur dapat lebih besar atau lebih kecil dari
pada tekanan
ekanan atmosfer setempat. Tekanan terukur yang lebih besar daripada tekanan atmosfer
setempat adalah tekanan positif, sedang yang lebih kecil daripada tekanan atmosfer setempat
adalah tekanan negatif. Misalnya ketika ban sepeda motor kempes, tekanan dalam ban =
tekanan atmosfir (Tekanan atmosfir = 1,01 x 105 Pa = 101 kPa). Ketika ban diisi udara,
tekanan ban pasti bertambah dan menjadi lebih besar dari 101 kPa, maka kelebihan tekanan
tersebut disebut juga tekanan terukur. Tekanan yang ditunjukan oleh alat ukur dapat di
ilustrasikan seperti pada gambar 3.2 berikut,

16
Mekanika Fluida Dasar

Gambar 3.2 Tekanan terukur

3.2.3 Absolute Pressure)


Tekanan mutlak (Absolute Pressure
Tekanan absolut merupakan jumlah dari tekanan atmosfir dan tekanan terukur,
sehingga tekanan mutlak (absolut) selalu bernilai positif
positif (+). Jika tekanan gauge minus maka
tekanan absolut = tekanan atmosfir - tekanan gauge. Secara matematis bisa ditulis :
pabs = patm + pukur (3.1)

Contoh 3.1
Ban sepeda motor yang kempes sedang di isi angin, setelah di isi di ukur dengan alat ukur
tekanan menunjukkan 200 kPa. Berapa tekanan absolut (dalam kPa) angin dalam ban tersebut ?
Penyelesaian:
Dari per. 3.1 ⇒ pabs = patm + pukur
pabs = 101,3 + 200 = 301,3 kPa

3.2.4 Vacuum Pressure)


Tekanan vakum (Vacuum Pressure
Tekanan dibawah tekanan atmosfir atau tekanan terukur menunjukkan tekanan negatif,
kondisi seperti ini disebut partial vacuum, apabila tekanan terukur menunjukkan tekanan
atmosfir negatif maka disebut perfect vacuum atau absolut zero pressure. Contoh aplikasi
tekanan vakum adalah vacuum cleaner¸ prinsip pompa, vacuum frying. Sedangkan di otomotif
diterapkan pada teknologi brake vaccum boster dan karburator vakum atau Constant Velocity (CV)

Gambar 3.3 skema brake vacuum booster

Asrori dkk 17
Dinamika Fluida Kompresibel

Lebih jelasnya hubungan antara tekanan atmosfir, tekanan terukur, tekanan absolut
dan vakum dapat dilihat dalam diagram pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Satuan dan skala pengukuran tekanan

1.6. TEKANAN HIDROSTATIS


3.3.1 Pressure Head)
Tinggi Tekan (Pressure Head
Tinggi tekan disebut juga tinggi kolom zat cair atau sering dikenal juga dalam
da istilah
head. Untuk mempermudah penjelas mengenai tinggi tekan ini dapat diilustrasikan bagaimana
gaya-gaya
gaya yang terjadi pada suatu titik di dalam fluida seperti Gbr. 3.5. Bila di tinjau pada
titik X dengan luasan A yang berada setinggi (h) dalam suatuu wadah terbuka yang berisi
cairan yang bermassa jenis ρ maka titik tersebut akan mengalami tekanan sebesar p. Arah
tekanan titik X tersebut berlawanan dengan gaya berat (w) dan arah tekanan atmosfir (patm).
Dengan demikian keseimbangan gaya pada titik X dapat dituliskan sebagai berikut;
p = patm + w/A (3.2)

Gambar 3.5 Distribusi gaya pada sebuah titik

karena, ρ = m/V maka m = ρhA


sehingga beratnya adalah:
w = mg = ρhAg
dimana; w = gaya berat, ρ= massa jenis, m = massa, g = percepatan grafitasi, V=hA = Volume
kolom zat cair. Dengan demikian Pers. 3.2 akan menjadi,
p = patm + ρgh (tekanan absolut) (3.3)
atau

18
Mekanika Fluida Dasar

p = ρgh (tekanan terukur) (3.4)


jika dinyatakan dalam head atau tinggi kolom cairan maka pers 3.4 menjadi,
p p
h= = (3.5)
ρg γ
Pada umumnya satuan h dapat berupa meter kolom air (mka) atau cm Hg (air raksa).

Contoh 3.2
Bila seorang penyelam sedang bekerja pada kedalaman air 18 m(di bawah permukaan air
laut), sedangkan berat jenis air laut adalah 10.000 N/m3, maka berapa besar tekanan yang di
terima oleh penyelam tersebut
Penyelesaian:
p = γ h = (10.000)(18) = 180 kN/m2

Contoh 3.3
Tekanan di dalam tangki tertutup adalah 100 kN/m2. Berilah bentuk tekanan tersebut dalam
tinggi tekanan terhadap air (mka) dan air raksa (dengan ; SG = 13,6).
Penyelesaian:
Dari data diperoleh: ρair = 1000 kg/m3 ; ρHg = SG. ρair = 13,6 . 1000 = 13600 kg/m3
Dengan pers. 3.5 diperoleh untuk
p 100000
 Tinggi tekanan terhadap air ⇒ hair = = = 10,194 m (air) atau mka
ρ air g 1000.9,81
p 100000
 Tinggi tekanan terhadap air raksa ⇒ hHg = =
ρ Hg g 13600.9,81
= 0,749 m (air raksa) = 74, 9 cmHg

Contoh 3.4
For the vessel containing glycerin (ρ = 1261 kg/m3) under pressure as shown fig. 3.6, find the
pressure at the bottom of the tank .

Penyelesaian :
P = 50 + γ h
= 50 + (12 ,37)(2)
= 74,74 kPa
Gbr 3.6

3.3.2 Hukum pascal untuk tekanan di satu titik


Hukum Pascal menyatakan besarnya tekanan pada sebuah titik di dalam cairan yang
dalam keadaan diam adalah sama besarnya untuk semua arah. Pernyataan ini dapat di
ilustrasikan distribusi gaya yang terjadi pada sebuah prisma ABC yang sangat kecil, seperti
pada gambar 3.7.

Asrori dkk 19
Dinamika Fluida Kompresibel

Gambar 3.7 Distribusi tekanan pada bagian terkecil fluida berbentuk prisma ABC

Dari gambar di atas dapat di uraikan sebagai berikut:


p1 = besarnya tekanan dibidang AB persatuan luas
p2 = besarnya tekanan dibidang BC persatuan luas
p3 = besarnya tekanan dibidang AC yang bersudut θ dengan bidang AB, persatuan luas
Karena F = p.A, maka:
F1= p1.AB.s (3.6)
F2= p2. BC.s (3.7)
F3= p3.AC.s (3.8)
Bila cairan dalam keadaaan diam, maka semua gaya dalam keadaaan seimbang (ΣF=0) dan
tegak lurus pada bidang kerja masing-masing. Sehingga kesetimbangan gaya-gayanya dapat
ditulis sebagai berikut,
 Pada arak tegak (sumbu y)
Σ Fy = 0
F1 – F3 y = 0 (3.9)
Karena F3y = F3. cos θ maka pers.3.9 menjadi,
p1.AB.s = p3.AC.s. cos θ (3.10)
Karena AB = AC.cos θ maka pers.3.10 menjadi,
p1 = p3 (3.11)
 Pada arak mendatar (sumbu x)
ΣFx = 0
F2 – F3 x = 0 (3.12)
Karena F3x = F3. sin θ maka pers.3.12 menjadi,
p2. BC.s = p3.AC.s. sin θ (3.13)
Karena BC = AC.sin θ maka pers.3.13 menjadi,
p2 = p3 (3.14)
Sehingga dari pers. 3.11 dan 3.14 diperoleh,
p1 = p2 = p3 (3.15)
Karena sudut θ adalah sebarang, maka berarti bahwa besarnya tekanan pada setiap titik pada
cairan statis adalah sama untuk semua arah

20
Mekanika Fluida Dasar

3.3.3 Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolis


(a) Ketinggian silinder sama

Gambar 3.8 Gambar dongkrak dengan tinggi silinder sama


Gaya F yang bekerja pada silinder 1 akan menimbulkan tekanan p1 persatuan luas yang
diteruskan ke segala arah
ah melalui cairan, sehingga secara matematis dapat ditulis persamaan;
Σp=0
p1 = p2
F w
= (3.16)
a A
(b) Ketinggian silinder tidak sama

Gambar 3.9 Gambar dongkrak dengan tinggi yang berbeda


Tekanan yang terjadi pada silinder 2 (p2) selainn akibat dari tekanan silinder 1 (p1) juga
akibat pengaruh tekanan statis setinggi h, sehingga kesetimbangan tekanan yang terjadi pada
dongkrak dapat dirumuskan sebagai berikut,
Tekanan pada silinder (2) = Tekanan silinder (1) + Tekanan hidrostatis cairan di silinder (1)
p2 = p1 + γ h
w F
= +γ h (3.17)
A a

3.3.4 Penerapan Prinsip Pascal


Berpedoman pada prinsip Pascal ini, manusia telah menghasilkan beberapa alat, baik
yang sederhana maupun canggih untuk membantu mempermudah kehidupan. Beberapa di
antaranya
ntaranya adalah pompa hidrolik, dongkrak hidrolik, forklift, rem hidrolik dan lain-lain.
lain
Contoh aplikasi dalam otomotif yaitu pada brake system di mobil (Gbr. 3.10), ketika kaki
menginjak pedal rem maka fluida yang berada dalam master cylinder akan mentransmisikan

Asrori dkk 21
Dinamika Fluida Kompresibel

tekanan ke kampas (brake pads) sehingga gaya gesek akan menahan laju disk brake yang
terpasang pada peleg dan akhirnya mobil akan berhenti.

Gambar 3.10 Mekanisme rem hidrolik

Contoh 3.5
Gaya sebesar 850 N menekan pada silinder (a) pada dongkrak
dongkrak hidrolisnya yang mempunyai
luasan 15 cm , sedangkan yang besar luasnya A= 150 cm2. Jika massa jenis cairan dalam
2

dongkrak adalah 1000 kg/m3. Berapa besar beban yang mampu diangkat oleh silinder (A)
apabila:
(a) Silinder terletak pada ketinggian yang sama (Gbr.
( 3.11a)
(b) Bila silinder (A) yang lebih besar berada 75 cm lebih rendah dari pada silinder kecil.
Gbr. 3.11b)

Penyelesaian:
(a) Dari pers . 3.16 diperoleh,
F w A
= ⇒ w=F
a A a
Sehingga ,
150
w = (850 ) ( ) = 8500 N = 868 kg
15
(b) Dari pers. 3.17 diperoleh,
F 
w = A + γ h 
a 
 850 
= 150.10-4  ( −4
) + (103.9,81)(0, 75)  = 8650 N = 882 kg
 15.10 

22
Mekanika Fluida Dasar

3.3.5 Hukum Archimedes (Gaya Apung)


Prinsip Archimedes menyatakan bahwa : “Ketika
tika sebuah benda tercelup seluruhnya
atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada
benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan”.
Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang
berbeda. Tekanan fluida bertambah terhadap kedalaman, semakin dalam fluida (zat cair),
semakin besar tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida,
maka akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada bagian atas benda dan fluida pada
bagian bawah benda. Fluida yang terletak pada bagian bawah benda memiliki tekanan yang
lebih besar daripada fluida yang berada di bagian atas benda. (lihat gambar 3.12).

Gambar 3.12 Distibusi gaya padaa benda terapung dalam zat cair

Pada gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air. Fluida yang berada
dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida yang terletak pada
bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena fluida yang berada di bawah benda memiliki
kedalaman yang lebih besar daripada fluida yang berada di atas benda (h2 > h1). Gaya-gaya
dalam arah horisontal pada benda tersebut ada pada kondisi setimbang, akan tetapi tidak
demikian dengan arah vertikal.
Besarnya tekanan
ekanan fluida pada kedalaman h2 adalah :
F2
p2 = ⇒ F2=P2A = ρgh2A (3.18)
A
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h1 adalah :
F1
p1 = ⇒ F1=P1A = ρgh1A (3.19)
A
F2 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian bawah benda,
bend F1 = gaya yang diberikan oleh
fluida pada bagian atas benda, A = luas permukaan benda. Selisih antara F2 dan F1 merupakan
gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda, yang kita kenal dengan istilah gaya apung.
Besarnya gaya apung adalah :
Fapung = F2 –F1
Fapung = (ρgh2A)- (ρgh1A) = ρg(h2-h1) = ρFgAh
Fapung = ρFgV (3.20)
Pers. 3.20 menunjukan resultan gaya (gaya apung) sama dengan berat fluida yang di
pindahkan dan inilah pembuktian dari prinsip archimedes.

Asrori dkk 23
Dinamika Fluida Kompresibel

1.7. PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFIR


3.4.1 Barometer Air Raksa
Tekanan Atmosfir pertama kali di ukur oleh Evangelista Torricelli (1608-1647), murid
Galileo. Pada tahun 1643 Torricelli menggunakan metode barometer air raksa yang untuk
mengukur tekanan atmosfir. Barometer tersebut berupa tabung kaca yang panjang dan berisi
air raksa (Hg), seperti gambar 3.13

Gambar 3.13 Barometer air raksa


Ketika tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka pada bagian ujung bawah
tabung (pada gambar terletak di bagian atas) tidak terisi air raksa, isinya cuma uap air raksa
yang tekanannya sangat kecil sehingga diabaikan atau tekanan vacum (p2 = 0). Pada
permukaan air raksa yang berada di dalam wadah terdapat tekanan atmosfir yang arahnya ke
bawah (atmosfir menekan air raksa yang berada di wadah). Tekanan atmosfir tersebut
menyangga kolom air raksa yang berada dalam pipa kaca. Pada gambar, tekanan atmosfir
dilambangkan dengan po. Besarnya tekanan atmosfir dapat dihitung menggunakan persamaan:
po = p2 + ρHg.g.h , karena p2 = 0 maka,
po = ρHg.g.h (3.21)
Dari percobaan torricelli diperoleh tinggi air raksa pada tabung adalah 76 cm sedangkan
massa jenis air raksa ρHg = 13,6. 103 kg/m3 , sehingga tekanan atmosfir adalah
po = (13,6. 103 kg/m3)(9,81 m/s2) (0,76 m) = 1,013 . 105 N/m2 = 1 atm = 1 bar
Dalam bentuk lain tekanan atmosfir dapat dinyatakan dengan tinggi tekan kolom air raksa
yaitu 76 cmHg = 760 mmHg.

3.4.2 Barometer Aneroid


Barometer aneroid menggunakan skala milibar (mb). “Aneroid" berarti "tanpa cairan".
Bagian yang terpenting dari alat ini adalah bejana tertutup yang sebagian udaranya telah
dikeluarkan yang disebut sel aneroid. Sel aneroid mengembang dan mengkerut karena
perbedaan tekanan dan terhubung jarum yang akan menunjukkan skala pengukuran (Gbr.3.14).

Gambar 3.14 Barometer aneroid sistem mekanik

24
Mekanika Fluida Dasar

Contoh 3.6
Sebuah Barometer pada level diatas permukaan air laut menunjukan 760,5 mmHg dan diatas
sebuah gunung terbaca 650 mmHg (Gbr. 3.15). Jika apabila rata-rata
rata rapat massa udara di
asumsikan 1,2 kg/m3 dan rapat massa air raksa adalah 13600 kg/m3. Hitunglah ketinggian
gunung tersebut!

Penyelesaian:
Persamaan untuk menghitung tinggi (H) gunung pada Gbr.3.14 di atas adalah;
Tekanan udara setinggi H = Tekanan pengukuran di atas gunung – Tekanan
pengukuran di atas permukaan
an air laut
Dengan pers. 3.21 maka dapat dihitung;
Tekanan di atas gunung = ρHg.g.h = (13600)(9,81)(0,65) = 86720 N/m2
Tekanan diatas permukaan air laut = ρHg.g.h = (13600)(9,81)(0,7605) = 101463 N/m2
Sedangkan,
Tekanan udara setinggi H = ρud.g.H
Sehingga,
(1,2)(9,81)(H) = 101463 – 86720
11,772 H = 14743 ⇒ H = 1252,38 m

1.8. PENGUKURAN TEKANAN DENGAN TUBE GAUGES


Pengukuran tekanan dan alat ukur pada umumnya dapat dibagi seperti diagram
gambar 3.16.

Gambar 3.16 Diagram metode pengukuran tekanan.


n.

Asrori dkk 25
Dinamika Fluida Kompresibel

3.5.1 Piezometer tube


Tabung piezometer Terdiri dari sebuah tabung tegak yang terbuka pada satu ujungnya
dan terhubung dengan atmosfir.

Gambar 3.17 Tabung Piezometer


Tekananan pengukuran (pressure gauge) di titik (A) adalah
pA = ρ g h (3.22)

Kelemahan piezometer :
 Hanya untuk mengukur tekanan pengukuran pada permukaan cairan
 Tidak cocok untuk pengukuran cairan yang bertekanan tinggi
 Tidak cocok untuk mengukur fluida yang bertekanan negatif (vakum)
 Lambat mendeteksi perubahan tekanan yang cepat

Contoh 3.7
Sebuah tabung piezometer dipasang pada pipa yang dilewati air. Pada tabung ukur tersebut air
naik setinggi 10 cm di atas sumbu pipa.
(a) Hitung tekanan air dalam pipa?
(b) Jika tekanan air = 1 bar, berapa panjang piezometer agar bisa untuk mengukur tekanan
ini?
Penyelesaian:
Data:
 h = 10 cm = 0,1 m (b) Diketahui 1 bar = 105 N/m2, maka
 ρair = 1000 kg/m2 p = ρgh
Solusi: 105 = 1000.9,81. h
(a) p = ρgh h = 10,2 m

p = 1000.9,81.0,1
= 981 N/m2

3.5.2 Simple Manometer


Manometer ini tidak banyak bedanya dengan tabung piezometer, hanya saja
manometer ini berbentuk pipa U (U tube) dimana ujung yang satu melekat pada titik yang
diukur tekanannya (gauge point) sedang ujung yang lain berhubungan langsung dengan udara
luar (atmosfer), seperti tampak pada Gbr. 3.18.

26
Mekanika Fluida Dasar

a b

Gambar 3.18 Manometer pipa-U sederhana


Dengan melihat Gbr. 3.18a, dapat dihitung tekanan pada titik (A);
Tekanan pada x = Tekanan pada x’ (pada garis putus-putus x-x’)
p x = p x'
p A + ρ1 gh1 = patm + ρ 2 gh2
p A = patm + ρ 2 gh2 − ρ1 gh1 (Tekanan Absolut)
Sedangkan untuk tekanan terukur (pgauge), adalah;
p A( gauge ) = ρ 2 gh2 − ρ1 gh1
p A( gauge ) = γ 2 h2 − γ 1h1 (3.23)
 Jika yang diketahui kerapatan relatif (SG) dari cairan, maka:
p A( gauge ) = SG2γ air h2 − SG1γ air h1
p A( gauge ) = γ air ( SG2 h2 − SG1h1 ) (3.24)

Contoh 3.8
Sebuah manometer berbentuk U berisi air raksa dipakai untuk mengukur tekanan, bila dalam
pipa-U berisi air raksa yang mempunyai kerapatan relatif =13,6 seperti Gbr.3.19 di bawah.
Dimana h1 = 30 cm, h2 = 20 cm, Hitung berapa tekanan ukur (gauge pressure) dititik A?

Penyelesaian:
px = px’
pA+ γair.h1 = patm + γ Hg(h2+h1)
untuk tekanan terukur, patm = 0
pA = γHg(h2+h1) - γair.h1
pA = SGHg γair(h2+h1) - γair.h1
pA = γair (SGHg(h2+h1) - h1)
Gbr. 3.19 pA = 9,81.103 (13,6(0,2+0,3) – 0,3 )
pA = 63,765.103 N/m2 = 63,8 kN/m2

3.5.3 Differential Manometer


Manometer diferensial terdiri dari pipa U dimana kedua ujungnya terletak pada titik
yang diukur, seperti pada Gbr.3.20. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur beda tekanan
antara dua titik pada satu pipa atau antara dua pipa. Fluida dalam tabung/pipa yang diukur

Asrori dkk 27
Dinamika Fluida Kompresibel

tekanan tersebut bisa berbeda dan fluida yang digunakan dalam pipa-
pipa-U bisa lebih dari satu
macam.

Gambar 3.20 Manometer Diferensial


Dari gambar 3.20 berlaku persamaan:
px = px’
pA + ρ1.g.h1 = pB + ρ1.g.h3 + ρ2.g.h2
pA + γ1.h1 = pB + γ1.h3 + γ2.h2
pA – pB = γ1.h3 + γ2.h2 - γ1.h1
∆pAB = -γ1 (h1 - h3) + γ2.h2
∆pAB = - γ1.h2 + γ2.h2
∆pAB = h 2 ( γ2 - γ1) (3.25)

3.5.4 Manometer Diferensial Terbalik


Merupakan tipe dari differensial manometer akan tetapi posisi tabung-U
tabung dibalik.
Digunakan
akan untuk mengukur perbedaan tekanan yang rendah antara dua titik dengan tingkat
akurasi sebagai pertimbangan utama.

Gambar 3.21 Differensial Manometer Terbalik.

Perbedaan tekanan dititik A dan B dapat diuraikan sebagai berikut:


px = pX’
pA - γ1.h1 = pB - γ2.h2 - γ3.h3
pA - pB = γ1.h1 - γ2.h2 - γ3.h3
∆pAB = γair.SG1.h1 - γair. SG2.h2 - γairSG3.h3
∆pAB = γair (SG1.h1 - SG2.h2 - SG3.h3) (3.26)

28
Mekanika Fluida Dasar

Tinggi

Asrori dkk 29
Dinamika Fluida Kompresibel

DAFTAR PUSTAKA

Al-shemmeri, T. 2012. Enginering fluid mechanics. Ventus Publishing Aps.


Bacon, D.H. & Stephens, R.C. 1982. Fluid mechanics for Technicians ¾. UK: Butterworth &
Co (Publisher) Ltd.
Giles, Ranald V. 1976. Mekanika fluida & hidrolika. Terjemahan Herman W.Soemitro
Hewakandamby, Budhi N. 2012. A first course in fluid mechanics for engineers. Ventus
Publishing Aps.
J.A. Fox & Mc.Donald, Introduction to Fluid Mechanics, John Wiley.
Lynkaran, K & Herath, K.1993. Basic applied fluid mechanics. Singapore: Prentice Hall
Soedrajat. 1983. Mekanika fluida & hidrolika. Bandung: Nova
White, Frank M. 2003. Fluid mechanics fourth edition. McGraw-Hill Series in Mechanical
Engineering
Victor L, Fluid Mechanics, Mc. Graw Hill.

112
Mekanika Fluida Dasar

GLOSARIUM

Simbol-simbol Huruf
a percepatan i gradien hidrolik
A luas k pangkat isentropik
c kecepatan suara K modulus elastisitas (bulk)
cp kapasitas panas jenis isobarik l panjang
cv kapsitas panas jenis volumetrik m massa
C kompresibilitas mɺ laju aliran massa/flux massa
o
C derajat celcius M bilangan mach
Cc koefisien kontraksi Mm massa molekul suatu gas
DD koefisien seret p tekanan
Cd koefisien pengaliran patm, po tekanan atmosfir
CL koefisien angkat pabs tekanan absolut
Cv koefisien kecepatan pukur tekanan ukur
d diameter P daya (power)
D diameter Q debit / laju alairan volume
Ek energi kinetik r jari-jari
EP energi potensial R konstanta gas
Etek energi tekanan Ru konstanta gas universal
f faktor gesekan Re angka Reynold
f gaya s jarak
f fungsi SG kerapatan relatif/spesific
F gaya gravity
FD gaya seret t waktu
FL gaya angkat T temperatur mutlak
Fx gaya pada sumbu-x To temperatur stagnasi
Fy gaya pada sumbu-y u kecepatan relatif
FR gaya resultan v kecepatan
g percepatan grafitasi v volume spesifik
h head/tinggi tekan V volume
h tinggi V kecepatan absolut
h enthalpi W kerja (energy/work)
ho enthalpi stagnasi W gaya berat
Hg air raksa y jari-jari dalam
H head/tinggi tekan y jarak
hf mayor losses z beda tinggi/elevasi
hL minor losses

Asrori dkk 113


Dinamika Fluida Kompresibel

Notasi Yunani
α sudut kemiringan, sudut mach
∆ perubahan
δ Tebal lapisan batas
γ Berat jenis (specific weight)
η efisiensi sistem
θ sudut antara tegangan permukaan
terhadap dinding pipa vertikal
µ kekentalan dinamik
ν kekentalan kinematis
τ tegangan geser
ω kecepatan angular

114
114
Mekanika Fluida Dasar

LAMPIRAN

Tabel A-1 Sifat-sifat air untuk berbagai temperatur

Asrori dkk 115


Dinamika Fluida Kompresibel

Tabel A-2 Berat jenis untuk berbagai bahan pada suhu 20oC

sifat beberapa gas dan cair pada suhu 20oc dan tekanan 1 atm
Tabel A-3 Sifat-sifat

116
Mekanika Fluida Dasar

Tabel B-1. Daftar harga kofisien seret (CD) berbagai bentuk permukaan benda

Asrori dkk 117


Dinamika Fluida Kompresibel

Tabel B-2. Daftar harga kofisien seret (CD) berbagai obyek

118
Mekanika Fluida Dasar

Tabel C-1. Sifat-sifat


sifat Gas

Asrori dkk 119


Dinamika Fluida Kompresibel

Tabel C-2 Sifat Gass Umum Pada 1 atm and 20°C

120
Mekanika Fluida Dasar

Gambar A-1
Diagram Moody

Asrori dkk 121

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai