Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS

TIPOLOGI PARTAI AMANAT NASIONAL


Angellina Parasyati Dauhan / 20520002 / Ilmu Politik

Pendirian Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh beberapa tokoh gerakan
reformasi yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat (MARA). MARA merupakan
organisasi yang didirikan untuk mewadahi kerja sama berbagai organisasi dan perorangan
dan memiliki komitmen terhadap gerakan reformasi. Sebagai kelanjutannya tanggal 5-6
Agustus 1998 di Mega Mendung, Bogor, para pendiri MARA sepakat mendirikan Partai
Amanat Bangsa (PAB), tetapi nama ini kemudian diubah menjadi Partai Amanat Nasional
(PAN).
Dalam pendeklarasian PAN pada 23 Agustus 1998, partai berlambang matahari ini
disebut “lahir” sebagai bagian dari ikhtiar besar, yakni membangun sebuah masyarakat
madani yang bisa bertahan dari cengkeraman birokrasi sipil serta militer, dan bisa tangguh
dihadapan modal yang besar. Melalui proses yang demokratis, partai ini ingin membangun
sebuah Indonesia yang terdiri dari individu-individu yang mandiri, organisasi-organisasi
rakyat yang kuat dan satuan-satuan administrasi yang otonom.

ASAS DAN ORIENTASI

Sebagai partai yang dihasilkan dari sebuah organisasi yang didirikan untuk mewadahi
kerja sama berbagai organisasi dan perorangan serta memiliki komitmen terhadap gerakan
reformasi. PAN memilih Pancasila sebagai asas partai serta menjunjung tinggi moralitas
agama, kemanusiaan dan kemajemukan. Oleh karena itu PAN termasuk dalam partai politik
dengan tipe pragmatis. Adapun tujuan partai adalah menciptakan Indonesia Baru yang
menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-nilai Iman dan Taqwa, kedaulatan rakyat, keadilan
dan kesejahteraan sosial.

PAN mencita-citakan suatu masyarakat Indonesia yang demokratis, berkeadilan sosial,


otonom, dan mandiri. Partai ini menginginkan tatanan yang memungkinkan setiap manusia
dapat mengembangkan kepribadiannya dalam kebebasan. Setiap manusia dapat berperan
serta dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya dan berperan serta dalam usaha-usaha
mengembangkan kemanusiaan
PAN merupakan partai yang menghormati dan mendorong kemajemukan. Partai ini
terdiri dari berbagai keyakinan, pemikiran, latar belakang etnis, suku, agama dan gender.
Partai ini menganut prinsip non- sektarian dan non-diskriminatif. Kesepakatan PAN adalah
berdasarkan pada prinsip dasar bersama dan cita-cita politik yang sama. Saat dalam keadaan
tidak memerintah maka partai ini berkedudukan sebagai oposisi, partai ini berpendirian
pemerintah dan oposisi memiliki tanggung jawab yang setara terhadap masyarakat.

KOMPOSISI DAN FUNGSI ANGGOTA

PAN merupakan sebuah partai massa yakni partai terbuka yang mengakomodasi
pluralisme masyarakat yang tercermin dalam gerak langkah politiknya yang tidak hanya diisi
oleh orang-orang Muhammadiyah melainkan juga yang berlatarbelakang sosialime, Kristen,
Katolik dan sebagainya. PAN membuka diri bagi kelompok, suku, agama dan ras apa pun
untuk bergabung.

Oleh sebab itu pula partai ini memilih Pancasila sebagai asas partai serta menjunjung
tinggi moralitas agama, kemanusiaan dan kemajemukan karena itu bukan menjadi alasan
untuk bertentangan satu sama lain. Kekuatan bangsa ini adalah pada keberagaman yang
menyatukan.

Mengenai konsep negara, PAN beranggapan bahwa negara tidak harus menggunakan
Islam sebagai dasar negara karena yang terpenting dari sebuah negara adalah etos Islam,
menegakkan keadilan sosial dan menciptakan suatu masyarakat egaliterian, yang jauh dari
eksploitasi manusia terhadap manusia maupun golongan terhadap golongan, terlepas dari
apakah dasar yang digunakan oleh suatu negara tersebut.

Namun PAN juga tidak setuju dengan konsep negara sekular alasannya karena relasi
ajaran-ajaran Islam yang telah dijabarkan ke dalam Syari’ah tetap membutuhkan suatu negara
sebagai pemegang otoritas politik.

BASIS SOSIAL DAN TUJUAN

Sebagai partai yang memilih Pancasila sebagai asas partai serta menjunjung tinggi
moralitas agama, kemanusiaan dan kemajemukan. Maka keanggotaan PAN hadir dengan
berbagai unsur. Namun demikian, dapat dikatakan keanggotaan PAN dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu simpatisan Amien Rais “dalam arti yang sepakat dengan platform yang
ditawarkan” dan massa dari Muhammadiyah “meskipun DPP Muhammadiyah mengatakan
mengatakan bahwa Muhammadiyah bukan PAN dan PAN bukan Muhammadiyah, orang
Muhammadiyah merasa mempunyai ikatan emosional dengan PAN karena Amien Rais
menjadi ketua umumnya”.

Meskipun ada dari anggotanya yang memilih PAN bukan karena menjadikan figur
seorang Amien Rais sebagai pertimbangan, namun lebih karena prinsip Bhineka Tunggal Ika
yang ditawarkan partai ini atau program kerja yang ditawarkan terkesan tidak “menganak
tirikan” golongan tertentu.

Sejak dideklarasikan 23 Agustus 1998, keanggotaan PAN dating dari faktor, Amien
Rais sebagai tokoh sentral/figur yang diusung partai, keberanian partai berlambang matahari
ini menampilkan platform pada khalayak umum merupakan harga tawar sendiri yang belum
dimiliki partai lain, serta program kerja partai yang terkesan tidak diskriminatif, sebagaimana
yang dicita-citakan PAN suatu masyarakat Indonesia yang demokratis, berkeadilan sosial,
otonom, dan mandiri yang berakar pada moral agama, kemanusiaan dan kemajemukan.
Namun demikian faktor Amien Rais sebagai tokoh berpengaruh di kalangan warga
Muhammadiyahlah yang menjadikan partai ini lebih cepat dikenal masyarakat dan ikut
memberi andil besar dalam membesarkan nama PAN.

Anda mungkin juga menyukai