Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PEMBERIAN OBAT/CAIRAN INTRAVENA


UPTD PUSKESMAS CIBATU

PEMERINTAHAN KABUPATEN BEKASI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIBATU
Jl. HM OGO Desa Cibatu Kecamatan Cikarang Selatan Kab. Bekasi
Kode Pos 17550 Email : pkmcibatu@gmail.com
2019
KERANGKA ACUAN
PEMBERIAN OBAT/CAIRAN INTRAVENA
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat

intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan,

pemantauan hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal

(Schaffer, dkk, 2000). Pasien yang mendapat cairan intravena di rumah sakit

mencapai 50% dari total seluruh pasien yang dirawat setiap tahunnya (Schaffer,

dkk, 2000).

Penggunaan alat intravaskuler banyak menimbulkan komplikasi lokal

maupun sistemik (Smeltzer & Bare, 2001). Kondisi yang sering ditemukan adalah

flebitis. Flebitis merupakan daerah bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri pada

kulit sekitar tempat kateter intravaskular dipasang yang terjadi pada kulit bagian

luar (Tietjen, dkk, 2004). Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik

oleh iritasi kimia maupun mekanik (Smeltzer & Bare, 2001). Insiden flebitis

banyak dijumpai seiring banyaknya pasien yang mendapatkan terapi cairan

intravena (Schaffer, dkk, 2000).

Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis pada

pasien yang mendapat terapi intravena, angka standar flebitis yang

direkomendasikan oleh INS (Infusion Nurses Society) adalah 5% (INS, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Masiyati (2000) didapatkan angka kejadian flebitis

paling besar dalam waktu pemasangan infus 96-120 jam sebesar 60%. Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Pujasari (2002) di RSCM Jakarta tepatnya di ruang rawat inap penyakit dalam,

ditemukan 11 kasus flebitis dari 109 pasien yang mendapat cairan intravena,

dengan rata-rata kejadian 2 hari setelah pemasangan dan area pemasangan di vena

metacarpal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitria (2007), angka kejadian

flebitis di RSU Mokopido Tolitoli pada tahun 2006 mencapai 42,4%. Penelitian

Pasaribu (2006), angka kejadian flebitis di Rumah Sakit Haji Medan didapatkan

52 orang (52%) mengalami flebitis dari 100 orang sampel yang diteliti.

Smeltzer dan Bare (2001) mengatakan, insiden flebitis meningkat sesuai

dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang

diinfuskan terutama pH dan tonisitasnya. Banyak faktor yang mempengaruhi

terjadinya flebitis, antara lain faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan,

faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen

infeksius (Darmawan, 2008). Tietjen, dkk (2004) mengatakan, rotasi tempat setiap

72-96 jam dapat mengurangi flebitis dan set infus harus diganti jika rusak atau

secara rutin tiap 72 jam.

Kejadian flebitis bagi pasien merupakan masalah yang serius namun tidak

sampai menyebabkan kematian, tetapi banyak dampak yang nyata yaitu tingginya

biaya perawatan diakibatkan lamanya perawatan di rumah sakit serta pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit menjadi terhambat. Fungsi cairan intravena

diberikan untuk menyediakan air, elektrolit dan nutrien untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, menggantikan air dan memperbaiki kekurangan elektrolit

dan untuk menyediakan suatu medium untuk pemberian obat secara intravena

Universitas Sumatera Utara


(Smeltzer dan Bare, 2001). Flebitis juga berakibat dapat memperlambat proses

penyembuhan pasien terhadap penyakit yang diderita pasien (Schaffer, 1996).

Flebitis dapat dicegah dengan menggunakan teknik aseptik selama

pemasangan, menggunakan ukuran kateter dan ukuran jarum yang sesuai untuk

vena, mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih daerah

penusukan akan adanya komplikasi apapun setiap jam, dan menempatkan kateter

atau jarum dengan baik (Smeltzer dan Bare, 2001).

Informasi yang didapat penulis dari bagian Pusat Pengendalian Infeksi

(PPI) berdasarkan pelaporan infeksi nosokomial di RSUP Haji Adam Malik

Medan pada tahun 2010, angka kejadian flebitis di RSUP Haji Adam Malik

Medan adalah sebanyak 146 pasien terjadi flebitis dari 38.803 pasien.

Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai rata-rata lama hari pemasangan infus dalam terjadinya flebitis pada

pasien yang dipasang infus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Pertanyaan Penelitian Berapa rata-rata lama hari pemasangan infus dalam
terjadinya flebitis pada

pasien yang dipasang infus di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata lama hari
pemasangan

infus dalam terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus di RSUP Haji

Adam Malik Medan.


Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi

institusi pendidikan keperawatan di bidang keperawatan medikal bedah.

1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan

Sebagai bahan informasi tentang rata-rata lama hari pemasangan infus

dalam terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus sehingga perawat dapat

melakukan perawatan terhadap pemasangan alat intravaskular sehingga tidak

menyebabkan flebitis.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan

penelitian yang terkait dengan rata-rata lama hari pemasangan infus terhadap

terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus.

Anda mungkin juga menyukai