Anda di halaman 1dari 7

MENULIS TEKS CERITA (NOVEL) SEJARAH

A. Kompetensi Dasar (KD) 4.4


4.4 Menulis cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan struktur dan
kebahasaan.

B. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan mampu menulis cerita sejarah pribadi dengan
memerhatikan struktur dan kebahasaan.

C. Materi
Setelah kalian mempelajari pengertian teks cerita (novel) sejarah,
struktur dan ciri kebahasaannya, maka pada pertemuan kali ini kalian
akan berlatih menulis teks cerita sejarah pribadi kalian sesuai dengan
struktur dan ciri kebahasaan.
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya, novel sejarah memiliki
latar belakang peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Ketika kalian
hendak menulis sebuah cerita sejarah tentang dirimu sendiri, maka hal
yang pertama harus kamu lakukan adalah menentukan peristiwa sejarah
(peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu) yang akan kalian
kembangkan menjadi teks cerita sejarah pribadi.
Lantas, bagaimana cara menulis cerita sejarah pribadi ?
1. Ingatlah peristiwa masa lalu yang pernah kamu alami.
Misalnya : - Pengalaman Lockdown di Masa Pandemi Covid-19
- Seleksi Calon Paskibraka Walikota
- Cinta Berujung Perpisahan
- Mengikuti Turnamen Bola Volly
- Berebut Gunungan Festival 1 Syuro
- Dan lain-lain
2. Tulislah orientasinya!
3. Ungkapkan peristiwa awal yang menimbulkan konflik!
3. Ceritakan/kembangkan urutan peristiwa yang mengandung konflik!
4. Ungkapkan klimaksnya!
5. Kemukakan resolusinya!
6. Akhiri dengan koda!
Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi 1

Mendaki Gunung Semeru


oleh Bobby Ertanto

1. Orientasi
Ini adalah kali pertama saya mendaki gunung. Sekalinya mendaki,
Gunung Semeru gunung tertinggi di Pulau Jawa yang mencapai 3676 mdpl.
Perasaan saya berkecamuk. Dalam hati terus bertanya, apakah saya mampu
mendaki hingga ke Puncak Mahameru?
Awal bulan Mei 2013 waktu itu, banyak sekali kendaraan baik motor,
jeep, maupun truk yang mengantar para pendaki silih berganti. Sekitar
pukul 12 siang rombongan kami tiba di Pos Ranupani, pos pertama dalam
rangkaian pendakian Gunung Semeru. Udara dingin mulai terasa. Kabut
tipis menutup beberapa bagian Pos Ranupani yang berada di ketinggian
2100 mdpl. Di pos ini, setiap pendaki harus mendaftar dulu dan melengkapi
dokumen-dokumen persetujuan, fotokopi identitas, dan check list peralatan
rombongan.

2. Pengungkapan Peristiwa
Estimasi pendakian dari Pos Ranupani menuju pos Ranu Kumbolo
sekitar 5-6 jam. Tanjakan pertama kami dapati setelah gapura “Selamat
Datang”. Curamnya kemiringan sudah cukup membuat kami mulai ngos-
ngosan kelelahan.
“Breeeeeak.....breeeeeak!! kita istirahat dulu sebentar”, teriak teman saya.
Bulir-bulir keringat sebesar jagung pun sudah membasahi baju saya. Tiba-
tiba saya terbayang harus melalui medan seperti itu selama 5 jam ke depan.
“Haduuuh mak”, batin saya.
Tapi pendakian harus tetaplah berlanjut. Pinggul dan pundak sudah nyut-
nyutan menahan beban carrier. Malam menjelang sementara perjalanan
kami masih jauh. Kami harus hati-hati dan waspada jika ada lubang, jalur
menyempit, akar pohon, dan lainnya yang dapat membahayakan.

3. Menuju Konflik
Setelah 5 jam berjalan, pukul 19.30 malam akhirnya kami tiba di Ranu
Kumbolo (2400 mdpl). Di Ranu Kumbolo sudah banyak tenda berdiri, dan
lebih banyak lagi dekat tanjakan cinta. Hawa dingin langsung menusuk
hingga tulang. Karena saya sudah menggigil kedinginan seperti hampir
kena hypotermia, saya buru-buru nimbrung dekat api unggun mencari
kehangatan.
Suasana pagi di Ranu Kumbolo benar-benar memikat hati saya waktu
itu. Langit biru, kabut dan danau Ranu Kumbolo menjadi satu perpaduan
yang pas sambil meneguk secangkir kopi hangat. Satu keindahan Gunung
Semeru di danau Ranu Kumbolo seolah menambah beberap bar energi
saya.
Jam sembilan pagi, perjalanan kami lanjutkan menuju Kalimati. Namun
sebelum itu, kami harus melewati “Tanjakan Cinta” dulu. Bukit kecil
dengan tingkat kemiringan yang cukup curam. Benar-benar perjuangan
memang, sesulit memperjuangkan cinta. Setelahnya, hamparan lavender
sudah ada di depan mata. Intensitas debu vulkanik Gunung Semeru semakin
terasa saat kami tiba di Kalimati yang berada di ketinggian 2700 mdpl.
Setelah mendirikan tenda, kami pun harus segera beristirahat untuk
memulihkan tenaga.
Malam yang ditunggu pun tiba, sekitar jam 11 malam kami memulai
perjalanan menuju Arcopodo di ketinggian 2900 mdpl. Semua jalur
pendakian menanjak. Ternyata kami melakukan kesalahan yang sangat
fatal. Kami hanya membawa dua botol air minum untuk 15 orang! Naik
sepuluh langkah istirahat. Naik beberapa langkah istirahat. Begitu
seterusnya. Persediaan air minum sudah habis. Di setiap langkah, berdua
dengan teman saya mengincar belas kasihan dari pendaki yang sedang
istirahat sambil minum.
“Mas, bisa bagi air minumnya?” ujar saya memelas.
“Maaf mas, air saya juga tinggal sedikit.” sahutnya dengan wajah kehausan.
Hingga berada di ketinggian sekian mdpl, ada seorang mas-mas
berperawakan lebih tua yang sengaja saya incar, persis berada beberapa
langkah di depan saya, di pinggangnya ada botol aqua 1.5 liter dan botolnya
full air.
“Aku harus mendapatkannya,” batinku semangat.
Tapi dia belum berhenti juga. Akhirnya dia beristirahat. Saat mas-mas itu
duduk istirahat, saya memberanikan diri meminta air padanya.
“Mas, bisa bagi air minumnya?” pintaku memelas.
“Bisa sih, tapi botolnya terikat di pinggang saya. Saya juga susah
minumnya ini.” katanya lagi. Oalah, pantesan airnya masih penuh. Bak
Pahlawan, saya memberi botol minuman yang sudah kosong.
“Pakai ini saja, Mas.” ujarku sambil memberikan botol minuman kosong.
Gayung bersambut, botol saya disi penuh. Waaaw girangnya hatiku.
“Nih, mas minum aja duluan!”, kata saya menawarinya terlebih dahulu.
Pendakian terus berlanjut, capek, sudah tidak tahu lagi batasnya di
mana. Masih di pertengahan Mahameru, kami disuguhi pemandangan
spektakuler dengan terbitnya Matahari dan ternyata sudah pagi. Di sana
pula pertama kali saya melihat samudera awan yang luar biasa indahnya.

4. Klimaks
Jam 9 pagi, sudah berjalan selama 10 jam belum juga tiba di puncak. Air
minum sudah habis dan kepala saya tiba-tiba terasa pusing. Saya merasa
sudah sangat kelelahan. Saya tergeletak di dekat Puncak Mahameru.
Teman-teman saya menyemangati untuk terus melanjutkan. Tapi, saya
sudah menyerah. Saya hanya menitipkan kamera saya kepada Jacky untuk
mengabadikan gambar di puncak sana.

5. Resolusi
Saat itu saya merasa bahwa itulah batas saya. Saya beristirahat sejenak
menghilangkan pusing dan memikirkan jalan turun ke bawah karena jalan
turun tak semudah yang saya bayangkan. Salah-salah, saya bisa masuk jalur
“75” yang terkenal merenggut nyawa pendaki. Saat turun, saya salah
menginjakkan kaki sehingga menyebabkan persendian saya cedera, nyeri
yang saya bawa sampai pulang ke Jakarta.

6. Koda
Mendaki gunung agar bisa mencapai puncak itu bukan perkara yang
mudah. Banyak pendaki yang tidak sampai tujuan alias tidak sampai
puncak yang dituju. Kalo sudah terjadi begitu maka yang ada cuma
penyesalan. Oleh karena itu, bagi pendaki pemula sebaiknya persiapkan
fisik sebaik mungkin, kita harus benar-benar bergantung pada diri sendiri,
tidak merepotkan orang lain, dan perbekalan harus cukup terpenuhi.

Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi 2

Mengikuti Lomba Pramuka di SMPN 76 Jakarta


Oleh Hariswan Abadi XIIMIPA 1

1. Orientasi
Pada bulanAgustus 2018, saya dan teman-teman sedang latihan sepert
ibiasa di halaman sekolah SMPN 19 Bekasi. Kemudian, Pak Wawan, Pembina
pramuka kami mengatakan bahwa ia baru saja mendapatkan informasi
mengenai perlombaan yang akan diselenggarakan oleh SMPN 76 Jakarta.
Perlombaan tersebut dianggap sangat bergengsi, karena diselenggarakan
dalam tingkat Nasional. Perlombaan yang diadakan oleh Pramuka Dhanapala
ini memiliki nama perlombaan“Best of The Best: Dhanapala Scout”. Setelah
mendapatkan kabar tersebut, Pak Wawan segera menentukan regu mana saja
yang akan diikutsertakan dalam acara bergengsi yang diadakan 2 tahun sekali
tersebut.

2. Pengungkapan Peristiwa
Satu minggu setelah pembentukan regu inti, kami mulai latihan dengan
mulai memikirkan strategi efektif dalam latihan setiap hari. Karena, kami tidak
hanya mengikuti perlombaan di SMPN 76 Jakarta, namun di beberapa
perlombaan lain juga. Ketika latihan harian sudah usai, Pak Wawan
mengumpulkan kami di sebuah dan rencana ke depannya.
“Kita semuatahukalau 76 ini sangat bergengsi di antarapramuka lain,
apalagi ada sekolah saingan kita SMP 9. Makanya kalian harus lebih rajin lagi
kalau emang kalian ingin mengharukan nama Pramuka dan SMPN 19 Bekasi.”
Kata Pak Wawan dihadapan para anggota.
“Kalau kalian maumendapatkan hasil 10, usaha kalian harus 100. Kalau
kalian maumendapatkan hasil 100, usaha kalian harus jauh lebih besar dari itu.
Hilangkan rasa malas kalian, tanamkan prinsip kalau perlombaan ini adalah
salah satu cara kalian buat membanggakan sekolah di luar prestasi akademik.”
tambahnya.
Setelah evaluasi tersebut, kami semua melakukan diskusi internal
dengan regu kami masing-masing. Kami saling mencari di mana kelebihan
dan kekurangan kami masing-masing, supaya paling tidak kami dapat
meminimalisasikan hal-hal yang tidak ingin terjadi dikedepannya. Kemudian,
kami latihan seperti biasa sampai satu setengah bulan kemudian.
3. Menuju Konflik
Pada tanggal 27 Oktober 2018, perlombaandimulai. Perlombaan diawali
dengan pelaksanaan apel pembukaan sekaligus peresmian dari acara yang
akan dilaksanakan selama 2 hari 1 malam tersebut. Setelah itu, para peserta
dikembalikan kebasecamp masing-masing untuk melakukan persiapan
pelaksanaan pos 1 yaitu SMS, dan Best Leader. Saya mengikuti perlombaan
Best Leader di mana mempunyai 4 tahap hingga tahap akhir, yaitu sesi pidato
Bahasa Inggris. Pada tahap pertama, saya dan Nurul, selaku pemimpin regu
yang mengikuti Best Leader langsung ke tempat lomba tahap 1.
Tahap 1 merupakan lomba benar/salah tentang materi kepramukaan.
Alhamdulillah kami berdua lolos untuk masuk ketahapselanjutnya. Tahap 2
akan segera dimulai, saya menghampiri Nurul untuk melaksanakan tahap ke-2
di Aula, di mana kami akan melakukan testeori kepramukaan. Setelah selesai,
saya bertanya kepada Nurul.
“Gimana, Rul? Tadi soalnya lumayan susah karena kan engga sesuai
kisi-kisi. Kasar gitu.” Ucap saya kepada Nurul.
“Hahahah, iya Ris, soalnya emang harus dipikirin lebih dari satu kali
sebelum dijawab, kalau engg ananti salah. Saya ajau dah salah nomor 9 tadi
karena tidak teliti.” kata Nurul kepada saya.
Ketika sudah kembali ke basecamp masing-masing, terdengar
pengumuman dari kejauhan. Ternyata itu pengumuman dari lomba Best
Leader tahap 2, di mana saya dan Nurul lolos ke tahap ke-3. Kami langsung
bergegas untuk menyiapkan diri menuju lapangan perlombaan, di mana tahap
ke-3 merupakan tes praktek teori kepramukaan. Setelah ada panggilan dari
panitia untuk peserta Best Leader tahap ke-3, saya langsung menuju ke sana.
Setelah selesai, saya kembali ke basecamp untuk persipan yelling, karena itu
merupakan perlombaan pangkalan. Yelling merupakan salah satu
pertimbangan dari tahap ke-3 untuk lolos menuju tahap akhir Best Leader,
yaitu tahap ke-4. Oleh karena itu, saya ingin mempersiakandiri dan
memberikan yang terbaik, supaya sayadapat lolos ke tahap ke-4 Best Leader.
Yelling sudah selesai, saya tinggal menunggu pengumuman. Setelah
usai melaksanakan sholat, ternyata saya dan Nurul lolos ke tahapa khir Best
Leader yaitu tahap ke-4 dimana English Speech Fase. Saya langsung bergegas
ke basecamp.
“Doain saya ya teman-teman, supaya nant ibisa lancer dalam berpidato,
kalau terbelit-beli tkan malu hahahahhaa.” ucapku di hadapan teman seregu.
“Ya jelaslah kita doain, percaya diri aja jangan lupa, kalau pidato
anggap gaada yang merhatiin kamu, biar engga hilang fokusn ya
hahahahaahah. Sukses Ris, pasti bisa!” Kata mereka kepadaku.
Tahap ke-4 pun tiba. Saya langsung menuju ke Aula di mana di sana
akan dilaksanakan tahap akhirnya.
4. Klimaks
Saya mendapatkan giliran pertama untuk berpidato. Ketika saya maju ke
podium dan berpidato, saya merasa sangat percaya diri karena para penonton
juga paham apa yang saya sampaikan kepada mereka. Setelah selesai, giliran
peserta lain yang merupakan pemimpin regu SMP 9 Jakarta. Ketika dia maju,
ternyata dia berpidato menggunakan Bahasa Indonesia, hal ini sontak
mengejutkan saya dan pelatih saya di samping aula. Tanpa panjang lebar,
ketika pemimpin SMP 9 ini selesai berpidato, pelatih saya langsung menegur
di depan para penonton dan dewan juri, karena ini tidak sesuai dengan
ketentuan perlombaan tahap ke-4 Best Leader.
“Mohon izin dewan juri, ini kenapa dia pidatonya pakai Bahasa
Indonesia ya? Kan ketentuan di perlombaannya English Speech Fase di mana
mewajibkan menggunakan Bahasa Inggris. Yang adil dong jadi juri! Kalau
peserta tidak sesuai langsung didiskualifikasi saja!” ucap pelatih saya dengan
nada tinggi.
“Kalau memang ingin menggunakan Bahasa Indonesia, silakan saja,
namun tentu akan mengurangi penilaian dari dewan juri.” ujar salah satu
dewan juri.
Mendengar hal tersebut, amarah sudah memuncaki pikiran pelatih saya.
Karena, seharusnya yang tidak sesuai dengan petunjuk perlombaan harus
didiskualifikasi. Ia pun kembali ke basecamp saya karena sangat kesal dengan
ketidakadilan dan tindakan yang tidak professional dari panitia dan dewan juri.
Setelah itu, saya kembali ke basecampu untuk rehat sejenak. Karena besok
pagi, akan diadakan pengumuman pemenang. Saya hanya berdoa dan percaya
diri, karena saya sudah melakukan yang terbaik dan sesuai petunjuk dari
perlombaan Best Leader.

5. Resolusi
Keesokanpaginya, pengumuman pun tiba. Materi perlombaan satu
persatu dibacakan pemenangnya. Sampai ketika lombaBest Leader dibacakan
terakhir. Saya sangat khawatir akanha ltersebut, sekaligusa ntusias.
“Pemenang dari Best Leader jatuh kepada …… Naga SMPN 19
Bekasi!” ucap pembaca pengumuman.
Hal tersebut membuat saya terkejut sekaligus sangat bangga atas diri
saya sendiri.
“Selamat ya Ris, kamu sangat hebat sudah mampu mengalahkan orang
yang berbuat di lua raturan sekalipun. Sekali lagi selamat yaaa!!” kata pelatih
kepadaku.

6. Koda
Setelah pengumuman usai, kami semua pulang dengan wajah yang
sangat bahagia, apalagi kami dapat mengalahkan Rival kami yaitu SMPN 9
Jakarta reguGurita. Namun, pangkalan yang menangjatuh kepada SMPN 9
Jakarta. Saya mengatakan kepadat teman seregu saya bahwa walau lawan
melakukan hal di luar dari aturan, berbuat curang, lingkungan yang tidak
mendukung sportifitas, tetaplah berusaha keras. Seperti kata Pak Wawan
waktu itu, kalau kamu ingin mendapatkan nilai 10, maka usahamu harus 100.
Sejak saat itu, piala Best Leader masih tersimpan rapi di lemari TV saya
karena memiliki kenangan yang luar biasa berkesan.

LEMBAR KERJA KD 4.4

1. Buatlah teks cerita sejarah pribadi berdasarkan salah satu peristiwa


yang pernah kalian alami!
2. Pengembangan cerita boleh dibumbui dengan imajinasi/rekayasa
kalian.
3. Naskah disusun dengan memerhatikan struktur dan ciri kebahasaan
teks cerita sejarah! (seperti contoh)
4. Naskah diketik dengan format :
a. Jenis font Times New Roman
b. Ukuran huruf 12
c. Spasi 1,15
d. Jenis kertas A4
5. Naskah karya semua siswa dijilid menjadi satu, disusun berdasarkan
urut absen.

Anda mungkin juga menyukai