Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Aslim Aziz Azzaky

NPM : 2012011223

Prinsip-prinsip berkenaan dengan Pencemaran Lintas Batas dan Perusakan Lingkungan.

1. A Duty to Prevent, Reduce and Control Environmental Harm

Hukum internasional mewajibkan setiap negara untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengontrol dan menangani sumber pencemaran global yang serius atau sumber perusakan lintas
batas yang ada dalam wilayah jurisdiksi mereka. Dalam kasus "Trial Smelter", prinsip ini telah dipakai
dirnana dewan arbitrase telah memutuskan bahwa Canadian Smelter harus memberikan ganti rugi
kepada Amerika Serikat atas pencemaran yang telah ditirnbulkannya. Dewan juga menyatakan prinsip
"Sic Utere Tuo Alienum Non Laedas" bahwa:

"no state has the right to use or permit the use of its territory in such a manner as to cause injury by
fumes in or to the territory of another and that measures of control were necessary"

Prinsip serupa juga telah dipakai oleh the International Court of Justice dalam kasus "the Corfu Channel"
walaupun tidak sejelas pada kasus yang pertama. Prinsip pertama ini kemudian diuraikan lebih lanjut
dalam prinsip-prinsip khusus sebagai berikut:

(a). Due Dilligence and Harm Prevention

Prinsip "due dilligence" ini menentukan bahwa setiap pemerintah yang baik hendaknya
memasyarakatkan ketentuan-ketentuan hukum maupun administratif yang mengatur tindakan-tindakan
publik maupun privat derni melindungi negara lain dan lingkungan global. Keuntungan dari standar ini
adalah fleksibilitasnya dan negara tidaklah menjadi satu-satunya penjarrtin atas pencegahan kerusakan.
Prinsip ini akan diterapkan dengan mempertimbangkan segala segi dari suatu pemerintahan, baik dari
segi efektif atau tidaknya pengawasan wilayah, sumber daya alam yang tersedia, maupun silat dari
aktivitas yang dilakukan. Akan tetapi kerugiannya adalah bahwa menjadi tidak jelasnya ketentuan
mengenai bentuk peraturan dan kontrol yang diminta dari setiap negara, karena tergantung kepada
kondisi dari negara yang bersangkutan.

(b). Absolute Obligations of Prevention

Ketentuan ini mengharuskan setiap negara untuk berusaha semaksimal mungkin melakukan pence-
gahan terhadap terjadinya pencemaran, dan bahwa negara bertanggung jawab atas kerusakan
lingkungan yang tidak terhindari atau tak terduga sebelumnya. Akan tetapi prinsip ini dianggap terlalu
jauh membatasi kebebasan negara dalam menentukan kebijaksanaan mengenai lingkungan di
wilayahnya sendiri. Prinsip ini juga hanya menitikberatkan kewajiban pembuktian dan tanggung jawab
atas kerusakan kepada pihak yang menyebabkan pencemaran, ketimbang menekankan mengenai
pengawasan yang sepatutnya.

(c). Foreseeability of Harm and the "Precautionary Principle"

Berdasarkan prinsip ini maka negara diharuskan untuk menghitung setiap kebijaksanaannya berkenaan
dengan lingkungan. Negara wajib untuk mencegah atau melarang tindakan yang sebelumnya telah
dapat diduga akan dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

2. Transboundary Co-operation in Cases of Environmental Risk

Prinsip kedua dalam hukum lingkungan internasional adalah bahwa setiap negara harus bekerjasama
dengan negara-negara lain dalam hal penanggulangan pencemaran lintas batas negara. Hal ini sejalan
dengan adanya pengakuan bahwa ada kalanya negara-negara tersebut mempunyai "shared natural
resources", yang harus dimanfaatkan bersama. Deklarasi Stockholm tahun 1972 telah menegaskan
bahwa:

"co-operation through multilateml or bilateml armngements or other appropriate means is essential to


effectively control, prevent, reduce and eliminate adverse environmental effects resulting from activities
conducted in all spheres, in such a way that due account is taken of the sovereignty and interests of all
states".

3. The "Polluter Pays" Principle

Prinsip ini lebih menekankan pada segi ekonomi daripada segi hukum, karena mengatur mengenai
kebijaksanaan atas penghitungan nilai kerusakan dan pembebanannya. OECD's memberikan definisi
sebagai berikut:

"the polluter should bear the expenses of carrying out measures decided by public authorities to ensure
that the environment is in "acceptable state", or in other words the cost of these measures should be
reflected in the cost of goods and services which cause pollution in production and or in consumption".

Dengan demikian pihak penyebab pencemaran akan dikenakan segala biaya baik yang digunakan untuk
pencegahan pencemaran maupun untuk memperbaiki kerusakan akibat pencemaran tersebut.

4. Equal Access and Non-Discrimination

Ketentuan dasar dari prinsip ini adalah bahwa pihak asing dapat juga menggunakan ketentuan-
ketentuan ganti rugi yang ada dalam hukum nasional suatu negara berkenaan dengan adanya
pencemaran lintas batas yang disebabkan oleh negara yang bersangkutan. Prinsip ini harus diterapkan
secara sama tanpa adanya tindakan diskriminatif.Prinsip ini meminta perlakuan yang sarna baik kepada
subyek hukum nasional maupun subyek hukum asing tanpa adanya perbedaan.
Prinsip-prinsip Pelestarian dan Pemanfaatan dari Sumber Daya Alam dan Area Bersama ("Conservation
and Utilization of Natural Resources and Common Spaces")

1. Status Hukum dari Sumber Daya Alam dan Area Bersama

Dalam hukum internasional diakui adanya ked aula tan tetap dari negara atas sumber daya alam
("permanent sovereignty over natural resources") yang terdapat dalam wilayah yurisdiksinya. Setiap
negara juga harus mengakui bahwa akan ada kemungkinan dimana beberapa negara mempunyai
"shared natural resources", jadi tidak hanya dalam kontrol satu negara saja tetapi negara-negara yang
bersang-kutan akan mempunyai "shared rights over the resources", contoh dari sumber daya alam yang
berbagi ini adalah jenis-jenis hewan berpindah ("migratory species").

Wilayah yang ada di luar yurisdiksi nasional berada dalam lingkup "common property" (harta/ milik
bersama). Laut bebas dan wilayah udara di atasnya termasuk dalam lingkup kepunyaan bersama dari
umat manusia ini, yang pada dasarnya harus dapat dinikmati secara sarna oleh setiap umat man usia.
Kepunyaan bersama ini dianggap

sebagai warisan bersama dari umat manusia, yang harus dijaga dan dipelihara bersama.

2. Prinsip Berkenaan dengan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Perlindungan terhadap Lingkungan

Setiap negara harus memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya secara wajar ("reasonable use")
dan tidak melakukan suatu penyalahgunaan dari hak eksploitasi yang dimilikinya ("abuse of rights")
serta akan memanfaatkan suatu "shared resources" dengan penggunaan yang bersifat seimbang
("equity and equitable utilization").

Prinsip "good neighbouliness" juga mengharuskan kepada negara-negara untuk selalu bertindak sebagai
tetangga yang baik, karena mereka pad a dasarnya hidup dalam satu tempat yang sarna (bumi) dan
menikmati semua yang ada bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai