Anda di halaman 1dari 5

Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

MATERI I
PEMULIHAN SEBAGAI ORIENTASI PENEGAKAN
HUKUM PIDANA LINGKUNGAN

A. PRINSIP-PRINSIP HUKUM LINGKUNGAN


1. Prinsip Kedaulatan Atas SDA dan Tanggung 3. Prinsip Kerja Sama (Principle of Co-
Jawab Untuk Tidak Menyebabkan Kerusakan Operation)
Lingkungan Negara Lain atau Wilayah Di Luar
• Negara dan rakyat harus bekerja sama
Yurisdiksi Nasional (Principle of Sovereignty
dengan iktikad baik dan dalam semangat
Over Natural Resources and the Responsibility
kemitraan dalam rangka pemenuhan
not to Cause Damage to the Environment of
prinsip-prinsip hukum lingkungan
Other States or to Areas Beyond National
dan dalam mengembangkan hukum
Jurisdiction)
internasional yang lebih lanjut di bidang
• Hak negara atas sumber daya alamnya pembangunan berkelanjutan;
dalam konteks pelaksanaan kedaulatan • Kewajiban umum kerja sama diwujudkan
permanen adalah memiliki batas, yaitu dalam bentuk-bentuk yang lebih
tunduk pada batasan-batasan yang spesifik untuk memastikan terjadinya
signifikan dari karakteristik lingkungan; pertukaran informasi dan partisipasi dalam
• Adanya kewajiban dan tanggung jawab pengambilan keputusan;
untuk tidak menyebaban kerusakan 4. Prinsip Kehati-Hatian (Precautionary
lingkungan negara lain atau wilayah di luar Principle)
yurisdiksi nasional negaranya.
• Ketidakpastian ilmiah tidak dapat jadi alasan
2. Prinsip Pencegahan (Prevention of Harm)
bagi Penyidik PNS Lingkungan Hidup untuk
• Adanya kewajiban bagi setiap negara untuk
tidak mengambil tindakan terbaik dalam
memaksimalkan tindakan pencegahan
rangka perlindungan lingkungan;
sedini mungkin agar tidak terjadi
• Tindakan pemulihan yang disusun harus
pencemaran dan/atau kerusakan yang
dapat mengantisipasi dan mengakomodasi
berdampak baik di negaranya maupun di
kemungkinan terjadinya ketidakpastian
negara lain;
ilmiah;
• Prinsip ini diimplementasikan dalam
• Pemulihan harus mampu meramalkan
beberapa mekanisme, seperti perizinan
dampak lanjutan kerusakan yang
yang ketat, pengawasan, penentuan
mungkin terjadi di masa depan, walaupun
standar dan pembatasan emisi, serta
ada keterbatasan bukti ilmiah untuk
penggunaan best available techniques;
memastikannya.
• Prinsip ini dapat diterapkan dengan
5. Prinsip Pencemar Membayar (Polluter Pays
membentuk suatu undang-undang
Principle)
perlindungan lingkungan, yang di
dalamnya juga dapat memuat mengenai • Segala biaya yang timbul untuk mengatasi
penggunaan sanksi pidana dan penerapan pencemaran dan/atau kerusakan
konsep pertanggungjawaban sesuai lingkungan dibebankan kepada pihak
kebutuhan yang melakukan pencemaran dan/atau

1
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

perusakan lingkungan tersebut; B. GREEN CRIMINOLOGY DAN


• Dalam konteks penegakan hukum, pelaku RESTORATIVE JUSTICE
perusak lingkungan dapat dijerat untuk • Green Criminology merupakan cabang studi
menanggung segala biaya pemulihan dan yang mempelajari berbagai kemungkinan
kerugian yang timbul. dalam sistem peradilan pidana kaitannya
6. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan untuk merespon dampak kerusakan dan/atau
(Sustainable Development) pencemaran lingkungan;

• Pertimbangan akan kebutuhan generasi • Green Criminology menghendaki agar


sekarang dan yang akan datang; penegakan hukum dan sistem peradilan tidak
• Perlindungan lingkungan dengan adanya hanya mampu mengadili kejahatan saja, akan
batasan-batasan penggunaan dan tetapi juga dapat memulihkan dan mengatasi
eksploitasi SDA; dampak lingkungan dari kejahatan tersebut;
• Penerapan prinsip pemerataan dalam • Dalam Green Criminology, lingkungan
alokasi hak dan kewajiban; diposisikan sebagai subyek hukum dalam
• Pengintegrasian semua aspek lingkungan hal ini korban, sehingga berhak untuk
dan pembangunan; memperoleh keadilan secara mandiri dan
• Penafsiran dan penerapan aturan terpisah dari entitas manusia;
hukum internasional secara terpadu dan
• Bentuk pemenuhan keadilan bagi lingkungan
sistematis.
dan entitas non manusia adalah pemulihan;
7. Prinsip Tanggung Jawab Bersama Tetapi
Berbeda (Principle of Common but • Restorative Justice merupakan salah
Differentiated Responsibity) satu pendekatan dalam hukum pidana
yang menolak pendekatan punitive atau
• Kewajiban bersama antara dua negara pembalasan sebagai tujuan pemidanaan;
atau lebih terhadap perlindungan Sumber
Daya Lingkungan tertentu, dengan • Restorative Justice menghendaki agar sistem
mempertimbangkan karakteristik dan sifat peradilan pidana juga berorientasi pada
yang relevan, lokasi fisik, dan penggunaan pemulihan atas kerusakan yang diakibatkan
historis yang terkait; oleh suatu tindak pidana;
• SDA dapat menjadi milik satu negara, milik • Dalam Restorative Justice terdapat lima
bersama antara dua atau lebih negara, atau hal yang menjadi prinsip dan harus selalu
justru bukan milik negara manapun; diperhatikan, yaitu:
• Kewajiban bersama sebatas pada
- Orientasi pada pemulihan yang optimal
tanggung jawab bersama untuk mencegah
atas kerugian yang diderita korban;
dan memperbaiki kerusakan dan/atau
pencemaran lingkungan; - Pelaku memahami kesalahannya dan
dampak dari kejahatannya bagi korban dan
• Mengenai cara-cara, standar, bentuk
masyarakat;
pencegahan dan perbaikan, serta sarana-
sarana yang digunakan, setiap negara -
Pelaku mampu dan harus
boleh menentukan secara mandiri bertanggungjawab atas dampak dari
dan berbeda dengan negara lainnya, kejahatannya;
disesuaikan dengan keadaan, kondisi serta - Korban diberikan kesempatan yang
situasi khusus yang sedang dialami negara luas untuk terlibat dalam menentukan
tersebut, serta harus mengutamakan kebutuhannya dan mekanisme pemulihan
pembangunan ekonomi dan sosial terbaik bagi dirinya;
termasuk pengentasan kemiskinan. - Masyarakat memiliki akses untuk

2
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

berpartisipasi dalam penyelesaian perkara. pidana dan perdata, jika terdapat delik
• Sebagai korban, lingkungan harus diwakilkan pidana atau timbul kerugian yang
kepentingan hukumnya, baik oleh Pemerintah terjadi.
maupun oleh organisasi lingkungan hidup; 2. Instrumen Hukum Perdata
- Dapat dilaksanakan baik di dalam
C. PEMULIHAN DALAM PENEGAKAN maupun di luar pengadilan (Mediasi
HUKUM UU NO. 32 TAHUN 2009 atau Arbitrase);
• Terdapat tiga mekanisme penegakan hukum -
Penyelesaian secara perdata
dalam UU No. 32 tahun 2009 yaitu melalui dilaksanakan untuk menentukan bentuk
sanksi administratif, gugatan perdata, dan dan besaran ganti kerugian, bentuk
tuntutan pidana; tindakan pemulihan akibat pencemaran
dan/atau kerusakan, tindakan tertentu
• Ketiga mekanisme penegakan hukum di atas
untuk menjamin tidak akan ada
memberikan kesempatan bagi pelaksanaan
pengulangan pencemaran dan/atau
proses pemulihan;
kerusakan, serta tindakan preventif
• Ketiga mekanisme penegakan hukum di atas terhadap kerusakan lingkungan;
dapat dikenakan secara bersamaan, karena -
Penyelesaian melalui gugatan
tujuan dari masing-masing penegakan perdata di dalam pengadilan bersifat
hukum di atas berbeda, selama tidak terjadi menghukum, sementara penyelesaian
penghukuman ganda atau double counting sengketa di luar pengadilan bersifat
berkaitan dengan tuntutan pemulihan menyepakati hal-hal yang harus
lingkungan; dilakukan oleh pelaku usaha/kegiatan
yang telah merusak atau mencemari
1. Instrumen Hukum Administrasi
lingkungan;
- Instrumen pertama yang harus
- Berbagai pihak yang merasa dirugikan
digunakan untuk memastikan ketaatan
dapat mengajukan gugatan perdata
pelaku kegiatan atau usaha dalam
baik individual, kelompok masyarakat
mematuhi aturan-aturan di sektor
(class action), badan usaha (badan
lingkungan;
hukum maupun non badan hukum),
- Memiliki keunggulan karena data
pemerintah (pemerintah pusat maupun
diterapkan untuk prevensi atau
pemerintah daerah), serta organisasi
pencegahan sebelum terjadi
lingkungan hidup;
pencemaran atau kerusakan
- Tuntutan pemulihan merupakan salah
lingkungan;
satu hal yang paling sering diajukan
- Lebih hemat dan cepat karena dapat
oleh Pemerintah atau organisasi
dijatuhkan tanpa melalui proses
lingkungan hidup (Pemerintah dan
peradilan;
organisasi lingkungan hidup dianggap
-
Penegakan dilaksanakan oleh mewakili kepentingan lingkungan);
Pemerintah;
- Organisasi lingkungan hidup hanya
- Bentuk sanksi administratif dapat berupa dapat mengajukan gugatan terkait
pelaksanaan tindakan penanggulangan tindakan pemulihan, karena bukan
dan/atau pemulihan terhadap dampak merupakan pihak yang secara langsung
lingkungan yang harus dilaksanakan mengalami kerugian;
pelaku kegiatan atau usaha;
3. Instrumen Hukum Pidana
- Merupakan Primum Remedium karena
-
Penyidikan terhadap kejahatan
lebih efektif dalam upaya prevensi;
lingkungan dilakukan oleh POLRI dan
- Tidak menghapuskan tanggung jawab PPNS;

3
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

- Dikenal pertanggungjawaban korporasi, - Dalam hal akibat dari tindakan pelaku


yang memungkinkan penjatuhan sanksi tidak dapat diperbaiki sama sekali atau
baik kepada badan usaha (dalam bentuk merupakan serious environmental
denda saja) maupun kepada pengurus pollution, maka sanksi pidana harus
badan usaha (dapat berbentuk penjara diutamakan;
dan denda); - Dalam hal akibat dari tindakan pelaku
- Dapat dijatuhi pidana tambahan bagi masih dapat diperbaiki, maka dilakukan
badan usaha, berupa perampasan penegakan sanksi administrasi;
keuntungan yang diperoleh dari - Dalam hal sanksi administrasi di atas
tindak pidana, penutupan seluruh tidak dapat berjalan efektif, pelaku
atau sebagian tempat usaha dan/ dapat dijatuhi sanksi pidana setelahnya;
atau kegiatan, perbaikan akibat tindak
- Meskipun akibat dari tindakan pelaku
pidana, pewajiban mengerjakan
masih daoat diperbaiki, namun tindakan
apa yang dilalaikan tanpa hak, serta
tersebut terbukti dilakukan secara
penempatan perusahaan di bawah
berulang, ada unsur kesengajaan,
pengampuan paling lama tiga tahun;
disinyalir menghasilkan keuntungan
- Sanksi berupa Perbaikan Akibat Tindak ekonomi yang besar, serta skala
Pidana (PATP) hanya dapat dijatuhkan kerusakan cukup besar, maka harus
pada badan usaha, bukan individual; dijatuhi kedua sanksi yaitu administrasi
- Penjatuhan sanksi pidana dan sanksi dan pidana.
administratrif berpotensi untuk
tumpang tindih, untuk itu secara teoritis,
dibagi tiga bentuk kejahatan lingkungan
D. DELIK PIDANA YANG BISA DIJATUHKAN
untuk memudahkan penjatuhan sanksi, SANKSI PIDANA TAMBAHAN PATP
sebagai berikut: - PATP dapat dijatuhkan pada delik-delik pidana
a)
Abstract Endangerment: obyek yang diatur dalam Pasal 98-109 UU No. 32
pemidanaan adalah pelanggaran Tahun 2009;
terhadap ketentuan administratif;
- Pasal 98 dan 99 UU No. 32 Tahun
b)
Concrete Endangerment: obyek 2009 merupakan delik materiil yang
pemidanaan adalah tindakan yang mengedepankan akibat yang harus dipenuhi
berpotensi besar mengakibatkan agar dapat dinyatakan sebagai tindak pidana;
pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan; - Pasal 100-109 UU No. 32 Tahun 2009
c) Serious Environmental Pollution: obyek merupakan delik formil yang mengedepankan
pemidanaan adalah akibat tindakan perbuatan pidana untuk dapat dikatakan
pelaku, yaitu pencemaran dan/atau sebagai suatu tindak pidana.
kerusakan;

4
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

Rekomendasi Referensi
- Sands, Philippe, 2003, Principles of International Environmental Law, Second Edition, Cambridge
University Press, United Kingdom
- Preston, Brian, “The Use of Restoratove Justice for Environmental Crime”, Makalah, EPA Victoria
Seminar on Restorative Environmental Justice, Melbourne, 22 March 2011
- Nurse, Angus, “Green Criminology: Shining A Critical Lens on Environmental Harm”, Palgrave
Communication, DOI: 10.1057/s41599-017- 0007-2
- White, Rob, “Reparative Justice, Environmental Crime and Penalties for the Powerful”, Crime Law
Soc Change, DOI 10.1007/s10611-016-9635-5, 2016
- Faure, M “The Revolution in Environmental Criminal Law in Europe”. Virginia Environmental
Journal, Vol.35, hlm. 321-356, 2017
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
- Peraturan Menteri Lingkungan Hiudp Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 36/KMA/SK/II/2013 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan
Pedoman penanganan Perkara Lingkungan Hidup, bagian Bab v Pedoman Penanganan Perkara
Pidana Lingkungan
- Peraturan Jaksa Agung No. Per-28/A/JA/10/2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara Pidana
Dengan Subjek Hukum Korporasi
- Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Tindak Pidana Oleh Korporasi

Anda mungkin juga menyukai