Materi 1
Materi 1
MATERI I
PEMULIHAN SEBAGAI ORIENTASI PENEGAKAN
HUKUM PIDANA LINGKUNGAN
1
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan
2
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan
berpartisipasi dalam penyelesaian perkara. pidana dan perdata, jika terdapat delik
• Sebagai korban, lingkungan harus diwakilkan pidana atau timbul kerugian yang
kepentingan hukumnya, baik oleh Pemerintah terjadi.
maupun oleh organisasi lingkungan hidup; 2. Instrumen Hukum Perdata
- Dapat dilaksanakan baik di dalam
C. PEMULIHAN DALAM PENEGAKAN maupun di luar pengadilan (Mediasi
HUKUM UU NO. 32 TAHUN 2009 atau Arbitrase);
• Terdapat tiga mekanisme penegakan hukum -
Penyelesaian secara perdata
dalam UU No. 32 tahun 2009 yaitu melalui dilaksanakan untuk menentukan bentuk
sanksi administratif, gugatan perdata, dan dan besaran ganti kerugian, bentuk
tuntutan pidana; tindakan pemulihan akibat pencemaran
dan/atau kerusakan, tindakan tertentu
• Ketiga mekanisme penegakan hukum di atas
untuk menjamin tidak akan ada
memberikan kesempatan bagi pelaksanaan
pengulangan pencemaran dan/atau
proses pemulihan;
kerusakan, serta tindakan preventif
• Ketiga mekanisme penegakan hukum di atas terhadap kerusakan lingkungan;
dapat dikenakan secara bersamaan, karena -
Penyelesaian melalui gugatan
tujuan dari masing-masing penegakan perdata di dalam pengadilan bersifat
hukum di atas berbeda, selama tidak terjadi menghukum, sementara penyelesaian
penghukuman ganda atau double counting sengketa di luar pengadilan bersifat
berkaitan dengan tuntutan pemulihan menyepakati hal-hal yang harus
lingkungan; dilakukan oleh pelaku usaha/kegiatan
yang telah merusak atau mencemari
1. Instrumen Hukum Administrasi
lingkungan;
- Instrumen pertama yang harus
- Berbagai pihak yang merasa dirugikan
digunakan untuk memastikan ketaatan
dapat mengajukan gugatan perdata
pelaku kegiatan atau usaha dalam
baik individual, kelompok masyarakat
mematuhi aturan-aturan di sektor
(class action), badan usaha (badan
lingkungan;
hukum maupun non badan hukum),
- Memiliki keunggulan karena data
pemerintah (pemerintah pusat maupun
diterapkan untuk prevensi atau
pemerintah daerah), serta organisasi
pencegahan sebelum terjadi
lingkungan hidup;
pencemaran atau kerusakan
- Tuntutan pemulihan merupakan salah
lingkungan;
satu hal yang paling sering diajukan
- Lebih hemat dan cepat karena dapat
oleh Pemerintah atau organisasi
dijatuhkan tanpa melalui proses
lingkungan hidup (Pemerintah dan
peradilan;
organisasi lingkungan hidup dianggap
-
Penegakan dilaksanakan oleh mewakili kepentingan lingkungan);
Pemerintah;
- Organisasi lingkungan hidup hanya
- Bentuk sanksi administratif dapat berupa dapat mengajukan gugatan terkait
pelaksanaan tindakan penanggulangan tindakan pemulihan, karena bukan
dan/atau pemulihan terhadap dampak merupakan pihak yang secara langsung
lingkungan yang harus dilaksanakan mengalami kerugian;
pelaku kegiatan atau usaha;
3. Instrumen Hukum Pidana
- Merupakan Primum Remedium karena
-
Penyidikan terhadap kejahatan
lebih efektif dalam upaya prevensi;
lingkungan dilakukan oleh POLRI dan
- Tidak menghapuskan tanggung jawab PPNS;
3
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan
4
Pemulihan Sebagai Orientasi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan
Rekomendasi Referensi
- Sands, Philippe, 2003, Principles of International Environmental Law, Second Edition, Cambridge
University Press, United Kingdom
- Preston, Brian, “The Use of Restoratove Justice for Environmental Crime”, Makalah, EPA Victoria
Seminar on Restorative Environmental Justice, Melbourne, 22 March 2011
- Nurse, Angus, “Green Criminology: Shining A Critical Lens on Environmental Harm”, Palgrave
Communication, DOI: 10.1057/s41599-017- 0007-2
- White, Rob, “Reparative Justice, Environmental Crime and Penalties for the Powerful”, Crime Law
Soc Change, DOI 10.1007/s10611-016-9635-5, 2016
- Faure, M “The Revolution in Environmental Criminal Law in Europe”. Virginia Environmental
Journal, Vol.35, hlm. 321-356, 2017
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
- Peraturan Menteri Lingkungan Hiudp Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 36/KMA/SK/II/2013 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan
Pedoman penanganan Perkara Lingkungan Hidup, bagian Bab v Pedoman Penanganan Perkara
Pidana Lingkungan
- Peraturan Jaksa Agung No. Per-28/A/JA/10/2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara Pidana
Dengan Subjek Hukum Korporasi
- Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Tindak Pidana Oleh Korporasi