Anda di halaman 1dari 6

4.3.

Pengecekan Struktur
4.3.1 Simpangan
Untuk Pengecekan struktur terhadap simpangan langkah-langkah
pengambilan datanya sudah dijelaskan pada Bab 3 di Sub Bab Pengecekan
Struktur. Setelah dilakukan prosedur sesuai pada bab tersebut, diperoleh
nilai simpangan yang terjadi seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Story Response


Y-
Story Elevation Location X-Dir Dir
m mm mm
ATAS ATAP 15,5 Top 19,48 1,74
Atap 13,5 Top 18,43 1,60
Lantai 3 9 Top 12,74 0,94
Lantai 2 4,5 Top 5,46 0,38
Lantai 1 0 Top 0 0
Sumber : Running Etabs

Tabel 4.17 Story Response


Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m mm mm
ATAS ATAP 15.5 Top 1.40 20.55
Atap 13,5 Top 1,31 19,37
Lantai 3 9 Top 0,83 13,23
Lantai 2 4,5 Top 0,35 5,80
Lantai 1 0 Top 0 0
Sumber : Running Etabs
Tabel 4.18 Koefisien Simpangan Izin
I 0,020 Cd = 5.5
Kategori Risiko

II 0,020 Ie = 1.5
III 0,015
IV 0,010
Digunakan = 0,010
Sumber : SNI 1729 : 2019

111
Tabel 4.19 Simpangan Akibat Gempa Desain Arah X

Sto  Izin h  x xe  Izin
Cd Ie Terjadi Cek
ry
mm mm mm mm mm
4 5,5 1,5 0,010 2000 19,481 71,43 3,87 20 OK
3 5,5 1,5 0.010 4500 18,426 67,56 20,85 45 OK
2 5,5 1,5 0,010 4500 12,739 46,71 26,70 45 OK
1 5,5 1,5 0,010 4500 5,458 20,01 20,01 45 OK

Tabel 4.20 Simpangan Akibat Gempa Desain Arah Y



Sto h  x xe  Izin
Cd Ie  Izin Terjadi Cek
ry
mm mm mm mm mm
4 6 2 0,010 2000 20,549 75,35 4,31 20 OK
3 6 2 0.010 4500 19,373 71,03 22,54 45 OK
2 6 2 0,010 4500 13.227 48,50 27,24 45 OK
1 6 2 0,010 4500 5,797 21,26 21,26 45 OK

Berdasarkan tabel perhitungan simpangan arah X dan arah Y di atas


dapat diketahui bahwa Simpangan Antar lantai masih lebih kecil daripada
simpangan izin. Sehingga struktur masih dinyatakan aman dari simpangan
yang terjadi.

4.3.2 P – Delta
Berikutnya adalah pengecekan struktur terhadap P-Delta, dengan
langkah-langkah yang sudah diterangkan pada Bab 3 untuk mendapatkan
nilai P nya. Maka tabel di bawah ini adalah hasil P yang didapatkan dari
etabs untuk selanjutnya dilakukan perhitungan kestabilannya.

112
Tabel 4.21 Nilai P
Story Output Case Case Type Location P (kN)
ATAS ATAP P-DELTA Combination Bottom 1328,07
Atap P-DELTA Combination Bottom 6909,00
Lantai 3 P-DELTA Combination Bottom 18910,83
Lantai 2 P-DELTA Combination Bottom 30936,86
Sumber : Running Etabs
Tabel 4.22 P-Delta Arah X

Sto Cd Ie hx Terja P Vx
  maks Ket
ry di
mm mm Kn Kn
4 5.5 1.5 15500 3.87 1328 175 0.001 0.091 STABIL
3 5.5 1.5 13500 20.85 6909 841 0.00 0.09 STABIL
2 5.5 1.5 9000 26.70 18911 1803 0.01 0.09 STABIL
1 5.5 1.5 4500 20.01 30937 2251 0.017 0.091 STABIL

Tabel 4.23 P-Delta Arah Y



Sto Cd Ie hx Terjad P Vx   maks
Ket
ry i
mm mm Kn Kn mm
4 5.5 1.5 15500 4.31 1328 166 0.001 0.091 STABIL
3 5.5 1.5 13500 22.54 6909 817 0.00 0.09 STABIL
2 5.5 1.5 9000 27.24 18911 1772 0.01 0.09 STABIL
1 5.5 1.5 4500 21.26 30937 2240 0.018 0.091 STABIL

Berdasarkan perhitungan P-Delta di atas, didapatkan bahwa struktur


masih stabil terhadap P-Delta yang terjadi karena koefisien stabilitasnya masih
lebih kecil daripada koefisien stabilitas maksimal. Berikutnya adalah pengecekan
struktur terhadap ketidakberaturan struktur arah horizontal dan arah vertical.

113
4.3.2 Uji Ketidakberaturan
Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelumnya, diketahui bahwa struktur
tidak lolos uji ketidakberaturan horizontal arah Y atau mengalami
Ketidakberaturan Torsi A (Tabel hasil uji ketidakberaturan pertama terlampir),
sehingga gempa desain yang digunkan adalah gempa desain respons spectrum.
Selanjutnya dilakukan kembali uji ketidakberaturan horizontal Arah X dan arah Y
Uji Ketidak Beraturan Kekakuan Tingkat Lunak Arah X dan arah Y dan juga
Ketidakberaturan Berat (Massa) yang ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.24 Ketidakberaturan Horizontal Arah X


Stor (Uxa) (Ua) (Uxb) (Ub) U U 1,2 1,4 Ket
y Max rata- rata- rata-
rata rata rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
3 17,78 5,33 17,25 5,11 5,33 5,92 7,11 8,30 Ok
2 12,45 7,08 12,14 6,90 7,08 5,92 7,11 8,30 Ok
1 5,37 5,37 5,25 5,25 5,37 5,92 7,11 8,30 Ok

Tabel 4.25 Ketidakberaturan Horizontal Arah Y


Sto (Uxa) (Ua) (Uxb) (Ub) U U 1,2 1,4 Ket
ry Max rata- rata- rata-
rata rata rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
3 15,66 4,66 15,22 4,52 4,66 5,93 7,11 8,30 Ok
2 11,00 6,13 10,70 5,95 6,13 5,93 7,11 8,30 Ok
1 4,86 4,86 4,75 4,75 4,86 5,93 7,11 8,30 Ok

Tabel 4.26 Ketidak Beraturan Kekakuan (Tingkat Lunak) (Tipe 1a) (Arah X)
Story hx h  xe Story 70% Ket 80% Ket Rata-rata
Terjadi Drift Stor Stor tiga
y y tingkat di
mm mm mm mm Drift Drift atas
4 15500 2000 19,48 71,43 0,04 0,03 Ok 0,03 Ok 0,036

114
3 13500 4500 18,43 67,56 0,02 0,01 Ok 0,01 Ok 0,036
2 9000 4500 12,74 46,71 0,01 0,01 Ok 0,01 Ok 0,025
1 4500 4500 5,46 20,01 0,00 0,00 Ok 0,00 Ok 0,020

Tabel 4.27 Ketidak Beraturan Kekakuan (Tingkat Lunak) (tipe 1a) (Arah Y)
Story hx h  xe Story 70% Ket 80% Ket Rata-rata
Terjadi Drift Stor Stor tiga
y y tingkat di
mm mm mm mm Drift Drift atas
4 15500 2000 20,55 75,35 0,04 0,03 Ok 0,03 Ok 0,038
3 13500 4500 19,37 71,03 0,02 0,01 Ok 0,01 Ok 0,038
2 9000 4500 13,23 48,50 0,01 0,01 Ok 0,01 Ok 0,027
1 4500 4500 5,80 21,26 0,00 0,00 Ok 0,00 Ok 0,021

Tabel 4.28 Ketidakberaturan Berat (Massa)


Story Berat 150% W W<1,5 W<1,5
Watas Wbawah
3 522895.70 784343.55 OK
2 1191539.12 1787308.68 Not OK OK
1 1215569.72 1823354.58 OK
Sumber : Perhitungan

Berdasarkan lima tabel di atas ( Tabel 4.24 sampai Tabel 4.29 ) tersisa
satu saja ketidakberaturan berat atau massa yang tidak lolos. Hal ini dikarenakan
story 3 itu adalah lantai atap. Sedangkan pada atap ini luas sebagian besasrnya
adalah menggunakan baja ringan dan atap spandek, sehingga beban atau masa
yang dimiliki oleh atap tidaklah besar. Sehingga hal ini dianggap wajar jika terjadi
ketidakberaturan pada massa di story 3 terhadap story 2 tersebut.

Tetapi berdasarkan ke keempat tabel sebelumnya (Tabel 4.24 sampai


Tabel 4.28) sudah diperoleh hasil bahwa struktur sudah tidak mengalami
Ketidakberaturan Horizontal Arah X ataupun arah Y dan ketidakberaturan
kekakuan tingkat lunak arah X ataupun Arah Y. Sehingga tahap menganalisa

115
dengan program etabs bisa dilanjutkan dengan tahap kombinasi pembebanan.
Seperti yang sudah diterangkan pada bab 2 landasan teori bagian kombinasi
pembebanan. Setelah semua kombinasi dimasukan, maka struktur bisa di running
dan didapatkan gaya-gaya yang siap untuk dihitung pada perencanaan tulangan
longitudinal dan transversalnya. Pada Sub Bab selanjutnya akan disajikan
perhitungan tulangan berdasarkan nilai gaya-gaya dalam yang didapatkan.

4.4 Desain Struktur


4.4.1. Desain Balok B1 (500 x 300)

Balok B1 (500 x
300) yang ditinjau

Gambar 4.14 Posisi Balok B1 (500 x 300) yang ditinjau

Gambar 4.15 Diagram momen B1 (500 x 300) yang ditinjau

116

Anda mungkin juga menyukai