Anda di halaman 1dari 4

KANDUNGAN QS AL IMRAN AYAT 103 - 105

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan


janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu,
sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika
itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
mendapat petunjuk.(QS. Al Imran Ayat 103)

Ayat tersebut adalah sebuah larangan untuk bercerai-berai sebagaimana yang


terjadi pada masa jahiliyyah, yaitu saling bermusuhan satu sama lain hingga
terjadi peperangan di antara mereka. Ayat ini juga adalah larangan untuk
mengucapkan kata-kata yang menyebabkan perpecahan.

Dalam sejarah Arab, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al-Baidhawi,


disebutkan bahwa suku Aus dan Khazraj adalah dua saudara namun anak
keturunannya mengalami pemusuhan hingga terjadi peperangan antara
keduanya selama 120 tahun sampai Allah memadamkan api peperangan dan
kebencian diantara mereka dengan perantara agama Islam (Al-Qaujawi: 1999,
Vol, 3, 136).

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan banyak riwayat terkait


dengan pembahasan ayat ini, diantaranya adalah riwayat dari Qatadah bahwa
maksud dari ayat “wadzkuruu ni’matallah ‘alaikum idzkuntuntum a’da’an
fallafa baina qulubikum” adalah yang terjadi pada masyarakat Arab pada
waktu itu adalah saling membunuh, orang-orang yang kuat akan menindas
yang lemah.

Sementara pakar tafsir Prof Quraish Shihab mengungkapkan, dulu perpecahan


diobati dan diperbaiki melalui Alquran. Sehingga, menjadi bersahabat dan
bersaudara. Sekarang ada gejala, karena Alquran orang terpecah belah seperti
di Irak, Yaman dan lain-lainnya.

Menurut Quraish, orang harus kembali ke Alquran. Perbedaan pendapat itu


harus dan Tuhan menghendaki adanya perbedaan.

Islam hadir untuk menjadi solusi dan sarana menyatukan puing-puing


komponen masyarakat yang saling berserakan dan terpecah belah. Karena
perbedaan bukan menjadi alasan untuk bertikai dan berpecah belah,
melainkan, sebagaimana dalam istilah Alquran adalah untuk saling mengenal
satu sama lain (lita'arofu).

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka
itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,(QS Al Imran Ayat 105)

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Firman Allah subhanahu wa ta’ala::

Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan


berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka..
hingga akhir ayat.

Melalui ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala melarang umat ini menjadi orang-
orang seperti umat-umat terdahulu yang bercerai-berai dan berselisih di
antara sesama mereka, serta meninggalkan amar makruf dan nahi munkar,
padahal hujah telah jelas menentang mereka.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah,


telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepadaku Azhar
ibnu Abdullah Al-Harawi, dari Abu Amir (yaitu Abdullah ibnu Yahya) yang
menceritakan,
"Kami melakukan haji bersama Mu’awiyah ibnu Abu Sufyan.
Ketika kami tiba di Mekah, ia berdiri ketika hendak melakukan salat Lohor, lalu
berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda:
‘Sesungguhnya orang-orang Ahli Kitab telah bercerai-berai dalam agama
mereka menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya umat ini kelak
akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga keinginan (golongan), semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu Al-Jama’ah.
Dan sesungguhnya kelak di dalam umatku terdapat kaum-kaum yang selalu
mengikuti kemauan hawa nafsunya sebagaimana seekor anjing mengikuti
pemiliknya.
Tiada yang tersisa darinya, baik urat maupun persendian, melainkan
dimasukinya’."
Selanjutnya Mu’awiyah mengatakan,
"Demi Allah, hai orang-orang Arab, seandainya kalian tidak menegakkan apa
yang didatangkan kepada kalian oleh Nabi kalian, maka orang-orang selain dari
kalian benar-benar lebih tidak menegakkannya lagi."

Demikian pula menurut riwayat Abu Daud dari Ahmad ibnu Hambal dan
Muhammad ibnu Yahya, keduanya dari Abul Mugirah —yang nama aslinya
ialah Abdul Quddus ibnul Hajjaj Asy-Syami— dengan lafaz yang sama.
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur.

Anda mungkin juga menyukai