Anda di halaman 1dari 8

Varietas

Di Indonesia, terdapat varietas unggul yakni Pinang Betara dan terdapat banyak jenis Pinang, namun
yang sudah dilepas Menteri Pertanian yakni Pinang Betara, sedangkan di India memiliki jenis
pinang unggul seperti Pinang Mangala, Sumangala, Subamangala, Mohitnagar, Srimangala,
Samruthi (Andaman), Hirehalli dwarf, VTLAH 1, 2 dan Thirthahalli dwarf.

 Pinang Betara

Pinang Betara berasal dari Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Saat muda, buahnya berwarna
hijau tua dan berwarna oranye ketika matang. Bentuknya oval seperti telur dengan sabut berwarna
putih agak kecoklatan pada bagian dalamnya, sedangkan bagian luarnya berwarna oranye.
Tempurungnya berwarna putih kekuningan, sedangkan bijinya berwarna agak kecoklatan. Tanaman
ini berkembang di lahan gambut dimana umur 4-5 tahun merupakan umur mulai berbunga dan 6-7
tahun merupakan umur mulai panen.

 Pinang Aceh
 Pinang Bulawan

Pinang Bulawan merupakan varietas unggul yang berasal dari Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Pinang ini memiliki keunggulan pada ukuran buah yang besar, kadar tannin yang tinggi serta potensi
produksi yang tinggi.

 Pinang Merah

Pinang merah (Gyrtostachys lakka Becc) atau biasa disebut pinang raja diduga kuat berasal dari
Semenanjung Malaka, Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan. Ciri-ciri pinang ini antara lain
memiliki batang yang langsing, daunnya majemuk menyirip warnanya hijau, dan pelepahnya
berwarna kemerahan. Tanaman ini juga tumbuh secara merumpun. Pinang merah bisa tumbuh
hingga tingginya mencapai 10 m dengan diameter sekitar 12 cm. Pinang merah mempunyai bunga
yang berbentuk malai. Posisi bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam kedudukan yang
berselang-seling. Sedangkan buah pinang merah berukuran kecil, bentuknya bulat telur, dengan
ukuran panjang sekitar 1 cm dan diameter terlebar 6 mm. Batang pohonnya yang sudah tua sering
digunakan untuk membuat antan karena memiliki tekstur yang keras.

 Pinang Hutan

Pinang hutan (Pinanga Kuhlii B1) tumbuh subur di daratan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Pertumbuhan pinang ini secara merumpun dengan bentuk batang yang ramping dan berbuku-buku.
Pinang hutan bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 2-6 m dan diameternya antara 2-5 cm. Pinang ini
mempunyai tangkai daun yang panjangnya sampai 60 cm, penampang pelepah berbentuk persegi
panjang, memiliki sisik, serta berwarna cokelat kemerahan. Bunga yang dimiliki tanaman pinang
hutan berbentuk bulir, panjangnya sekitar 15-20 cm, dan mengandung 5-20 anak bulir. Seluruh
bunga ini tersusun dalam dua deretan pada anak bulirnya. Sementara untuk anak buahnya berbentuk
bulat telur dengan ujung yang runcing. Pohon pinang hutan biasanya menumbuhkan bunga pada
bulan Mei atau Juni. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang berada di
ketinggian 10-1.600 m di atas permukaan laut.

 Pinang Irian

Pinang irian (Prychosperma macarthurii Nicholson) merupakan pinang asli Pulau Irian Jaya. Kini,
Pinang Irian telah menyebar luas ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan laris manis sebagai tanaman
hias di Benua Eropa. Pinang Irian tumbuh secara merumpun dengan tinggi batang dapat mencapai 4-
5 m. Pinang ini mempunyai daun yang bersirip genap, rupa ujung anak daunnya bergerigi, serta
pelepah daun menutupi ujung batangnya. Bunga pinang irian memiliki bentuk malai menggantung
dan berpasangan. Setiap bunga betina selalu diapit oleh dua bunga jantan sekaligus. Pohon Pinang
Irian mempunyai buah yang berbentuk bulat lonjong. Biasanya para petani memperbanyak tanaman
ini menggunakan biji atau anakan. Pinang Irian juga mengandung banyak zat tannin yang beracun.

 Pinang Biru
Pinang biru (Pinanga coronata B1 Mart) adalah jenis tanaman pinang yang tumbuh merumpun
dengan tinggi pohon sekitar 5-6 m. Tumbuhan pinang biru mempunyai daun yang bersirip dan
bersel udang dengan warna cokelat kemerahan. Berbeda dengan anak daunnya yang memiliki 10-25
sisik yang berbentuk menyerupai pita/lonjong. Pinang ini paling banyak ditemukan di hutan basah
yang terletak di ketinggian 10-600 m dpl. Tanaman pinang biru memiliki bunga yang berbentuk
bulir dan terdiri atas 5-20 rangkaian memanjang. Bunga tersebut terletak merunduk dan berwarna
putih kekuningan. Bunga jantan berbentuk bulat telur, sedangkan bunga betina berkelopak dengan
rupa mahkota yang mirip. Tanaman pinang biru juga mempunyai buah berwarna hijau yang
berbentuk lonjong meruncing ke bagian ujung. Setelah masak, buah tadi akan berubah warna
menjadi jingga kemudian ungu kemerahan.

 Pinang Kelapa

Pinang kelapa (Actinorhytis calapparia BI Wendi) ialah pinang yang asalnya dari Pulau Sulawesi.
Namun tumbuhan ini sudah menyebar luas ke seluruh pelosok negeri sebagai tanaman hias.
Masyarakat suku jawa biasa menyebut tanaman ini sebagai jawar. Berbeda dengan masyarakat suku
sunda yang lebih suka menyebutnya jambe sinagar. Metode perbanyakan pinang kelapa bisa
dilakukan melalui biji dan anakan. Istilah kelapa yang disematkan pada tanaman pinang ini bukan
lantaran bentuknya menyerupai pohon kelapa. Tetapi tanaman ini dinamakan pinang kelapa karena
bisa tumbuh lebih tinggi dan lebih besar daripada jenis-jenis pinang yang lain. Pohon pinang kelapa
mampu tumbuh hingga tingginya mencapai lebih dari 20 m. Keistimewaan lainnya dari pinang ini
yaitu rupa tajuknya yang indah sekali. Sedangkan ekstrak buah pinang kelapa bisa dimanfaatkan
sebagai bedak bayi dan keperluan menyirih [5]

Bagian yang dapat digunakan beserta manfaatnya

Buah pinang yang masak

Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya. Biji ini dimanfaatkan orang sebagai salah satu
campuran ketika mengunyah sirih, selain gambir dan kapur.

Bagian utama tanaman pinang yang biasa dimanfaatkan yakni biji dan batangnya. Biji pinang
mengandung alkaloid seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolin, yang sedikit banyak
bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa
digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.[6] Sementara itu,
beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah. Zat lain yang
dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa
unsur lainnya. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit
disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna
merah dan bahan penyamak.[3] Selain digunakan sebagai ramuan dalam mengobati sakit disentri, biji
pinang juga dapat mengobati luka kulit, mengecilkan rahim setelah melahirkan, mengobati mata
rabun dan cacingan, menghasilkan zat pewarna merah, penyamak dan masih banyak manfaat
lainnya. Masyarakat Biak dan Serui (Papua) memanfaatkan biji pinang muda sebagai obat untuk
mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda
tersebut dan airnya diminum selama satu minggu. Biji dan kulit biji bagian dalam juga dapat
digunakan untuk menguatkan gigi rapuh bersama-sama dengan sirih (penyamak). Air rendaman biji
pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan di Kalimantan Barat[7].
Biji pinang mengandung alkaloida seperti arekaina (arecaine), arekolina (arecoline), guvakolin,
guvasine dan isoguvasine yang dapat bersifat racun, adiktif dan merangsang otak bila dalam
kandungan berlebih. Senyawa arekolin yang terdapat dalam buah pinang berkhasiat sebagai obat
cacing dan penenang. Arecoline yang merupakan sebuah ester metiltetrahidrometil-nikotinat
berwujud minyak basa keras. Senyawa lain yang terkandung dalam biji pinang adalah arecaidine
atau arecaine, choline atau bilineurine, guvacine, guvacoline dan tannin dari kelompok ester
glukosa yang menggandeng beberapa gugusan pirogalol. Sifat astringent dan hemostatik dari zat
tannin inilah yang berkhasiat untuk menguatkan gusi dan menghentikan perdarahan. Selain itu, buah
pinang juga mengandung tannn, lemak, kanji dan resin. Tannin dan alkaloida merupakan dua
senyawa yang dominan pada biji pinang dimana kandungan tanin berkisar 15% yang tergolong
senyawa polifenol yang dapat larut dalam gliserol dan alkohol, alkaloid berkisar 0,3-0,6%,
sedangkan komposisi kecilnya adalah arecaidine, guvacine, guvacoline dan arecoline. Unsur pokok
yang lain pada pinang terdiri dari lemak, karbohidrat, protein dan lain-lain. Biji pinang juga dapat
diolah menjadi minyak atsiri untuk menjadi bahan dasar pengganti solar[8]

Buah pinang yang masih muda di pohonnya

Sedangkan batangnya kerap diperjual belikan, terutama di kota-kota besar di Jawa menjelang
perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba panjat pinang. Meski
kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar.
Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau
saluran air. batang pohon pinang biasa digunakan dalam salah satu lomba yang identik dengan
kemerdekaan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan talang atau saluran air.

Selain bagian biji dan batangnya, bagian lain seperti umbut pinang muda dapat digunakan untuk
mengobati patah tulang dan sakit pinggang (salah urat) serta dapat dimakan sebagai lalapan atau
acar.

Daun pinang berguna untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan dan sakit pinggang. Selain
sebagai obat, pelepah daun digunakan untuk pembungkus makanan dan bahan campuran untuk topi.
Sabut pinang yang rasanya hangat dan pahit digunakan untuk mengobati masalah pencernaan,
sembelit dan edema.

Selain itu, bagian lain yang banyak dimanfaatkan dari pohon yang dapat mencapai ketinggian total
1400 mdpl ini adalah akarnya yang biasa digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan
musuh pada zaman dahulu, pembungkus kue dan makanan.

Akar pinang jenis pinang itam, pada masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk
menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal
sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai
lalapan atau dibikin acar.

Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.

Persyaratan tumbuh, persebaran, kecepatan tumbuh dan


produksi
Geografis tanam

Pohon pinang merupakan tanaman tropis yang lebih sensitif dibandingkan dengan tanaman tropis
lainnya dimana tanaman pinang sangat mudah kering dan sebaiknya ditanam di tanah lempung
dengan pengairan yang mencukupi untuk tumbuh secara maksimal. Pinang umumnya ditanam di
pekarangan, di taman atau dibudidayakan dan terkadang tumbuh liar di tepi sungai atau di tempat-
tempat lain. Pohon pinang tumbuh tegak dan tingginya 10-30 m, diameternya 15-20 cm dan
batangnya tidak bercabang. Pinang termasuk jenis tanaman yang cukup dikenal luas di masyarakat
karena secara alami penyebarannya pun cukup luas di berbagai daerah[9]. Nama lain dari pinang
yang terkenal di Indonesia adalah Jambe, Penang, Woham, Pineng, Pineung (Jawa), Batang
Mayang, Batang Bongkah, Batang Pinang, Pining, Bonai (Sumatera), Gahat, Gehat, Kahat Laam,
Hunoto, Luguto, Poko Rapu, Amongun (Sulawesi), Biwa, Biwasoi, Mucillo Palm (Maluku) [10].
Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0-1.000 m dpl (meter diatas permukaan
laut). Tanaman pinang idealnya ditanam pada ketinggian di bawah 600 m diatas permukaan laut.

Persyaratan tumbuh

Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik, solum tanah dalam tanpa
lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan alluvial, pinang membutuhkan curah hujan
antara 750-4.000 mm/tahun dengan bulan basah antara 3-6 bulan atau tersedia air sepanjang tahun
(pada lahan pasang surut). Selain itu,  pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara
20 °C-32 °C, dengan kelembaban udara antara 50-90%, keasaman (pH) tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman pinang adalah sekitar 4-8 dan memerlukan penyinaran langsung untuk
pertumbuhannya di lapangan sekitar 6 hingga 8 jam per hari untuk memperoleh produksi secara
optimal [11]

Persebaran dan Produksi

Distribusi ografis pinang[12]

Asal usul tanaman pinang (Areca catechu L.) hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun,
tanaman ini diduga merupakan tanaman asli Asia Selatan. Penyebarannya meliputi Asia Selatan,
Asia Tenggara serta beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari tanaman ini terdapat di
Semenanjung Malaya (Malay-Archipelago), Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (East Indies
Island). Pola penyebaran spesies Areca di Indonesia terutama di Malaya, Kalimantan dan Sulawesi
yang terdiri dari 24 spesies. Kelompok Hindia Timur merupakan pusat keragaman tanaman pinang
terbesar [13]. Luas tanaman pinang di Indonesia ±147.890 ha dengan penyebaran hampir di semua
wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha,
Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha. Produksi biji kering
dapat mencapai 69.881 ton dengan volume ekspor pada tahun 2009 sebesar 197,197 ton[8].

Linneaus menamakan Areca catechu pada saat melakukan deskripsi pada tahun 1753. Areca berasal
dari kata Melayu adeka atau adaka. Kata Catechu berasal dari bahasa Portugis cacho (dalam bahasa
Inggris cutch), kemudian ditranskrip ke dalam bahasa Jepang sebagai catechu dan digunakan
sebagai kata asli untuk obat-obatan dari kata Acacia catechu, yang diimpor dari Jepang ke Jerman
pada abad ke-17 sebagai Terra japonica. Budidaya pinang secara komersil hanya dilakukan di India,
Bangladesh dan Sri Lanka. Di Indonesia, tanaman pinang tumbuh secara liar atau ditanam sebagai
tanaman pekarangan kecuali di beberapa daerah di Sumatera sebagian petani sudah mulai
membudidayakan walaupun tidak dalam areal yang luas. Pinang sudah umum dimanfaatkan di
India, Sri Lanka, Maldives, Bangladesh, Myanmar dan sebagian besar masyarakat di Kepulauan
Asia Pasifik. Juga populer di Indonesia Thailand, Kamboja, Malaysia, Vietnam, Filipina, Laos dan
Cina [14]

Keragaman karakter pinang berdasarkan genetiknya cukup luas. Beberapa karakter yang dapat
dijadikan sebagai pembeda antarvarietas antara lain, tinggi batang, warna buah, ukuran buah dan
produksi buahnya. Di India, terdapat 5 varietas unggulan yang didasarkan pada produksi buah
matang/pohon/tahun. Kelima varietas tersebut adalah: a) Mangala 10 kg buah matang/ pohon/ tahun;
b) Sumangala 17,25 kg buah matang/pohon/tahun; c) Sree Mangala 15,63 kg buah matang/pohon/
tahun; d) Mohitnagar 15,8 kg buah matang/pohon/tahun; dan e) Calicut 18,89 kg buah matang/
pohon/tahun. Sejak tahun 1980-an Balai Penelitian Tanaman Palma telah melakukan eksplorasi
pinang unggul di berbagai daerah di Indonesia, dan berhasil mengoleksi 41 aksesi pinang. Dalam
koleksi tersebut, 24 aksesi diantaranya memiliki keunggulan produksi. Karakteristik ke-24 aksesi
pinang Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel Karakteristik koleksi ex situ pinang di Kebun
Percobaan Kayuwatu, Sulawesi Utara[8].
Berdasarkan produktivitas buah per tandan per pohon, beberapa aksesi memperlihatkan
produktivitas tinggi, aksesi-aksesi tersebut adalah Betara (131.35 butir), Bengkulu-1 (119 butir),
Sumbar (100 butir), Nifasi-1 (91 butir), Oyehe (83 butir), Sumbar-2 (81 butir), Sumut-2 (79 butir),
Jaharun (79 butir), Sumut-1 (75.38 butir), Muara Sabak Timur3 (73.07 butir), Kalisusu (71 butir),
Molinow-2 (67 butir), Sumbar-3 (65.36 butir), Kampung Harapan (65 butir), Kaliharapan (63 butir),
Bengkulu-2 (61.92 butir), Galangsuka (60 butir), Mongkonai (59 butir), dan Muara Sabak Timur-2
(53.17 butir). Varietas pinang yang sudah dilepas Menteri Pertanian Indonesia dan menjadi varietas
unggul ialah Pinang Betara[8].

Ketersediaan pohon induk pinang produksi tinggi sebagai sumber benih merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi dalam pengembangan tanaman pinang. Seleksi pohon induk dilakukan dalam
suatu populasi tanaman atau suatu blok pertanaman. Beberapa tahap dalam menghasilkan bahan
tanaman yang berkualitas meliputi evaluasi Blok Penghasil Tinggi, seleksi Pohon Induk, seleksi
benih dan teknik perkecambahan yang baik. Dalam memperbanyak tanaman pinang, persyaratan
yang sangat penting adalah benih berasal dari pohon induk unggul. Beberapa karakter yang menjadi
persyaratan dalam memilih pohon induk unggul pinang adalah: (1) Berbunga lebih awal  sampai
dengan 7 tahun); (2) Persentase buah jadi atau fruit set tinggi; (3) Jarak antar nodus (ruas batang)
pendek; (4) Jumlah daun banyak (minimal 7, tergantung varietas); (5) Produksi tandan minimal 4
tandan per tahun dan (6) Produksi buah per tandan minimal di atas 50 butir. Selain itu, disarankan
tidak memilih pohon induk yang berasal dari blok pertanaman yang telah berumur lebih dari 25
tahun karena cenderung menurun produktivitasnya[8].

Kecepatan tumbuh

Pada umumnya tanaman pinang mulai berbunga pada umur 4-5 tahun dan mulai panen pada umur 6-
7 tahun[15]

Cara tanam

Produksi pinang yang tinggi akan dicapai dengan penerapan teknik budidaya yang baik. Beberapa
tahapan yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman pinang adalah sebagai berikut.

A. Persiapan Benih

1. Jumlah Benih
o Budidaya tanaman pinang dilakukan mulai dari penyemaian biji. Walaupun daya
kecambah pinang tergolong tinggi yakni lebih dari 90%, kebutuhan biji untuk
disemaikan sebaiknya dicadangkan sebanyak 25% dari jumlah benih yang
dibutuhkan dalam setiap hektar areal tanam. Misalnya, penanaman dengan jarak
tanam 2,7 m X 2,7 m membutuhkan 1300 tanaman/ha sehingga disiapkan sebanyak
1625 benih untuk disemaikan.
2. Kriteria Buah untuk Benih
o Beberapa kriteria tentang buah pinang yang baik untuk dijadikan benih yakni ukuran,
berat dan umur buah. Khusus untuk ukuran buah, sangat tergantung pada varietas
pinang. Ukuran buah pinang bervariasi dari ukuran kecil sampai besar. Kriteria buah
pinang untuk benih adalah: (a) buah diambil yang berukuran besar dan seragam
dengan acuan buah yang besar berpotensi menghasilkan keturunan dengan buah
besar juga ; (b) berat buah yang dijadikan benih sekitar 60 buah/kg atau kurang lebih
bobot buah sekitar 35 g/butir; (c) umur pohon yang baik lebih dari 10 tahun dan telah
stabil berproduksi hingga umur 25 tahun; (d) buah untuk benih harus matang secara
fisiologis yang ditandai dengan warna buah oranye atau telah berumur kurang lebih
12 bulan; (e) tidak terserang hama dan penyakit.
3. Persiapan Lahan
o Sebelum mengecambahkan biji, pesemaian perlu disiapkan terlebih dahulu. Untuk
kebutuhan benih pada penanaman di lahan seluas 1 ha, maka luas pesemaian yang
diperlukan berkisar 4-5 m² atau sekitar 400 biji/m2. Langkah-langkah persiapan
pesemaian sebagai berikut: (a) pesemaian harus cukup baik atau subur dan aman dari
gangguan orang, ternak dan organisme pengganggu lainnya; (b) lahan dibersihkan
dari rumput dan digemburkan; (c) dibuat bedengan memanjang sesuai kebutuhan dan
kondisi lahan dengan lebar 1 m yakni dengan menggali saluran drainase diantara dua
bedengan dan tanah galiannya ditimbun ke tengah sambil diratakan.
4. Perkecambahan
o Tahapan perkecambahan biji adalah sebagai berikut: (a) buah pinang terpilih disusun
pada bedengan dengan posisi horizontal. Penyusunan harus rapat agar daya tampung
bedengan maksimal; (b) buah pinang tersebut ditutup dengan tanah berpasir; (c)
bedengan diberi naungan agar kelembaban terjaga dan terhindar dari teriknya
penyinaran matahari langsung; (d) bedengan diberi pagar agar terhindar dari
gangguan hewan. Perkecambahan berlangsung sekitar 1,5 hingga 3 bulan. Saat itu,
akar atau tunas dari buah diperkirakan sudah bermunculan dan daya kecambah buah
pinang dapat mencapai 90%. Pemindahan buah yang telah berkecambah ke
pembibitan langsung dipindahkan ke dalam medium tanam dalam polybag.
Pembibitan dilakukan dalam dua tahap, sebagai berikut.
5. Pembibitan
o Pembibitan Tahap Pertama
 Kecambah buah dibibitkan pada lahan dengan lebar 1 m dan panjang
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan bedengan diberi dinding keliling
dari papan setinggi polybag (15 cm). Tujuannya agar polybag dapat disusun
tegak dan rapi. Polybag yang digunakan berukuran 25 cm x 25 cm atau
volume 1 kg media tanam. Polybag harus memiliki lubang di bagian
bawahnya agar drainasenya baik. Polybag diisi dengan tanah hingga setinggi
3/4 bagian, lalu dipadatkan. Biji pinang yang sudah berkecambah ditanam di
dalam polybag pada kedalaman 4 cm atau posisi rata dengan tanah. Setiap
polybag diisi satu kecambah. Selanjutnya, kecambah ditutup dengan tanah
secukupnya agar kelihatan rapi. Bedengan diberi naungan dengan tinggi tiang
naungan sekitar 2,5 m. Naungan terbuat dari daun kelapa, nipah dan alang-
alang. Naungan mulai dikurangi setelah bibit berumur 2 bulan. Pengurangan
ini dilakukan hingga bibit akan dipindahkan pada pembibitan kedua atau
sudah berumur 5 bulan. Selama dalam pembibitan, bibit perlu dipelihara
dengan cara sebagai berikut: (a) Penyiraman dilakukan setiap pagi atau sore
hari sebanyak 0,25 L/polybag, atau kondisi tanah dalam polybag sudah jenuh
air; (b) Penyiangan gulma dilakukan bila di dalam dan disekitar polybag
tumbuh gulma; (c) Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan dengan dosis 4
g/polybag; (d) Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida dan fungisida; (e) Seleksi bibit yang baik adalah
bibit yang berpangkal relatif besar berbentuk seperti botol dan helaian daun
melengkung.
o Pembibitan Tahap Kedua
 Pada pembibitan tahap kedua ini, bibit pada pembibitan pertama dipindahkan
ke dalam polybag ukuran 40 cm x 50 cm. Lahan yang digunakan dapat
dilakukan di lahan pembibitan tahap pertama. Jarak antar polybag pada
pembibitan tahap kedua sekitar 30 cm x 30 cm. Lahan harus datar agar
polybag tidak rebah. Ke dalam polybag, diisi tanah subur 2/3 bagian dan
dapat pula ditambah kompos. Dari 2/3 bagian polybag yang akan diisi dengan
media tanam, 50% adalah kompos plus (pada bagian bawah) dan 50% sisanya
diisi tanah biasa (pada bagian atas). Bibit dari polybag kecil pada pembibitan
tahap pertama dapat dipindahkan ke dalam polybag tersebut di atas dengan
cara menyobek polybag kecil dan selanjutnya bibit ditanam dalam polybag
besar. Tanah dalam polybag harus relatif padat dan pangkal batang bibit tepat
pada permukaan polybag. Agar pertumbuhan tanaman di polybag sempurna,
perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK dengan dosis 20 g/polybag.
Lokasi pembibitan sebaiknya diberi pagar keliling agar terlindung dari
gangguan ternak maupun hewan lainnya. Lokasi pembibitan kedua ini
sebaiknya dekat dengan sumber air. Pemeliharaan pembibitan tahap kedua ini
dilakukan selama 12 bulan sebelum dipindahkan ke lapang.
o Seleksi Bibit
 Sebelum dipindahkan ke lapang, sebaiknya dilakukan seleksi bibit yang vigor
atau kekar dengan kriteria sebagai berikut: (a) Umur bibit yang akan
dipindahkan ke lapang sekitar 12 hingga 18 bulan; (b) jumlah daun minimal 5
helai; (c) tinggi sekitar 60-75 cm dengan lingkar batang yang kekar; (d) tidak
terserang hama dan penyakit[15].

B. Persiapan Lahan Penanaman


Tahapan yang harus dilakukan setelah lokasi tanam ditentukan adalah persiapan lahan yang dimulai
dari pembukaan lahan (jika tanah berupa hutan semak, atau hutan lainnya) sampai dengan
pembuatan lubang tanam

1. Pembukaan Lahan
o Lahan yang dapat ditanami tanaman pinang adalah lahan semak belukar, lahan tidur
atau lahan pekarangan.
2. Penentuan Jarak Tanam
o Jarak tanam yang umum digunakan di lapang adalah 2,7 m x 2,7 m segi empat. Jarak
tanam ini dianggap cukup efisien untuk pertumbuhan tanaman. Dengan jarak tanam
demikian, diantara tanaman pinang dalam barisan dapat ditanami dengan tanaman
lain seperti tanaman palawija sebagai tanaman tumpang sari.
3. Pemancangan Tiang Ajir
o Pemancangan tiang ajir akan memudahkan penentuan letak lubang tanam dan jarak
menjadi lebih teratur. Peralatan yang digunakan untuk pengajiran adalah tali nilon,
meteran dan tiang ajir dari bambu setinggi 1,75 m. Tali nilon disiapkan sepanjang
100 m. Kemudian diberi tanda dengan mengikatkan potongan tali nilon yang
warnanya berbeda dengan tali induk. Batas setiap tanda sepanjang 2,7 m disesuaikan
dengan jarak tanam anjuran (2,7 m x 2,7 m). Setelah peralatan siap, pemancangan
tiang ajir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (a) menentukan arah timur
dan barat serta menentukan satu titik di sudut Barat dan satu titik lainnya di sudut
timur; (b) menancapkan tiang ajir pada kedua titik tersebut dan membentangkan tali
nilon 100 meter (sesuai kebutuhan) yang menghubungkan kedua ajir tersebut; (c)
memasang simpul sepanjang tali (simpul dari tali nilon dengan warna berbeda dari
tali pertama) dengan jarak antar simpul 2.7 meter. Tali bersimpul ini merupakan baris
pertama (bukan urutan baris pertanaman); (d) membuat baris kedua. Pada baris
pertama, ditentukan satu titik secara acak (tepat pada salah satu simpul) dan dari titik
tersebut ditarik meteran sepanjang 8 meter; (e) dari titik yang sama, ditarik meteran
ke arah samping (kiri atau kanan) sepanjang 6 meter tegak lurus dengan baris
pertama dan menghubungkan titik pada ujung titik 6 meter dengan ujung dari titik 8
meter pada baris pertama sehingga membentuk segi tiga siku-siku. Penarikan garis
ini harus diatur sampai membentuk sisi dengan panjang 10 meter mengikuti Rumus
Pitagoras; (f) Setelah diperoleh segitiga siku-sikunya, maka ditarik garis lurus pada
sisi 6 meter dari segitiga siku-siku tersebut, diperoleh baris kedua; (g) pembuatan
baris ketiga dilakukan pada bagian sebelah dari baris pertama atau baris kedua
dengan cara yang sama seperti point (d) sampai point (f); (h) selanjutnya, dengan
menggunakan tali nilon panjang yang telah diberi simpul berjarak 2,7 meter, baris
pertama, kedua dan ketiga dihubungkan sambil memancangkan tiang ajir sampai
seluruh lahan terisi dengan tiang ajir
4. Pembuatan Lubang Tanam
o Lubang tanam untuk pinang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Lubang
tanam harus sudah dibuat 1 bulan sebelum penanaman karena perlu dibiarkan terbuka
terkena sinar matahari. Setelah itu, lubang dapat diisi tanah lapisan atas yang telah
dicampur dengan kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kg. Selain itu, tanah
lapisan atas tersebut dapat dicampur pupuk NPK sebanyak 50-75 g/lubang. Tanah
tercampur pupuk tersebut dimasukan ke lubang hingga 2/3 bagian[15].

C. Sistim Penanaman

Ada dua sistim penanaman pinang yang dapat dilakukan, yaitu penanaman dengan sistim
monokultur dan penanaman dengan sistim tumpang sari, yakni:

1. Penanaman Sistim Monokultur

Dalam sistim ini hanya satu jenis tanaman menghasilkan. Penanaman sebaiknya pada musim
penghujan. Bibit yang ditanam sudah merupakan hasil seleksi.

1. Penanaman dengan Sistim Tumpang Sari

Penanaman sistem tumpang sari memberikan nilai tambah petani karena tanaman pinang baru
berproduksi pada umur 5 tahun. Tanaman tumpang sari yang biasa ditanam adalah tanaman palawija
antara lain jagung dan kacang-kacangan. Tanaman tumpang sari pada pertanaman pinang akan
memberikan manfaat ganda pada petani, yakni pendapatan sebelum tanaman berproduksi dan
efektivitasnya pemeliharaan tanaman pinang[15].

D. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyulaman, dilakukan untuk tanaman-tanaman yang mati atau rusak. Sebaiknya dalam
penyediaan bibit untuk dipindahkan ke lapang, disisihkan sebanyak 25% dari total kebutuhan
tanaman untuk satu hektar lahan yang akan ditanami sebagai tanaman sulaman.
2. Pemupukan, dilakukan dua kali dalam 1 tahun, yaitu pada awal musim penghujan dan pada
akhir musim penghujan.
3. Penyiangan Gulma, yang dapat dilakukan dengan Ring Weeding maupun pembersihan blok
pertanaman
4. Pengairan, penting dilakukan pada daerah yang memiliki musim kering panjang karena
pinang sangat peka terhadap kekeringan. Tanaman perlu diairi sekali dalam 4 sampai 7 hari
tergantung jenis tanah dan iklim[15].

Anda mungkin juga menyukai