Askep Ards Tim Icu
Askep Ards Tim Icu
Disusun Oleh:
Tim ICU
Faktor resiko menonjol pada ARDS adalah sepsis. Sepsis, aspirasi cairan atau isi
lambung, serta transfusi multiple (>15 unit/24 jam) berhubungan dengan risiko tinggi
terhadap ARDS. Sebagian besar kasus ARDS berhubungan dengan sepsis terkait paru
(pulmonary sepsis) sebanyak 46% atau sepsis bukan karena paru sebanyak 33%.
Menurut sejumlah penelitian, beberapa pasien COVID-19 bisa mengalami ARDS
dalam perjalanan penyakitnya. ARDS pada COVID-19 umumnya terjadi dalam 1
minggu setelah onset gejala klinis. Komplikasi yang dapat ditimbulkan ARDS adalah
DVT (deep vein thrombosis), pneumothoraks, fibrosis paru.
Di Indonesia ARDS mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap
tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Di
Indonesia saat ini COVID-19 merupakan penyumbang terbesar terjadinya ARDS
terdapat 4,15 juta orang terkena COVID-19 dan sebanyak 138 ribu orang meninggal
akibat COVID-19. Sampai dengan tanggal 10 September 2021 tercatat di Jakarta
terdapat 854.168 kasus terkonfirmasi COVID-19 dan sebanyak 13.411 (1,6%)
meninggal akibat COVID-19. Di RS Kramat 128 terdapat ...
Studi terbaru menyebutkan bahwa 7,1% kasus yang masuk ke ICU dan 16,1% kasus
yang menggunakan ventilator mengalami ARDS. Angka mortalitas rumah sakit kasus
ARDS diperkirakan antara 34-55%. Kematian terkait ARDS paling sering disebabkan
oleh kegagalan multiorgan. Kematian yang disebabkan oleh hipoksemia refrakter
hanya 16% dari seluruh kasus.
Hal ini yang mendorong kami untuk melakukan “Asuhan Keperawatan Pada Ny. L
Dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) Di Ruang ICU Covid RS
Kramat 128”.
B. Pengertian
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) adalah gangguan pernapasan berat yang
disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru.
ARDS adalah kelainan yang progresif secara cepat dan awalnya bermanifestasi klinis
sebagai sesak napas (dyspneu dan tachypneu) yang kemudian dengan cepat berubah
menjadi gagal napas. ARDS pertama kali dideskripsikan pada tahun 1967 oleh
Asbaugh dkk yang memaparkan 12 kasus dengan gejala gawat napas, gagal napas
hipoksemik, dan infiltrat patchy bilateral pada foto toraks pasien dengan rentang usia
11-48 tahun.
ARDS merupakan bentukan suatu dari gagal napas akut yang ditandai dengan hipoksemia,
penurunan fungsi paru-paru, dipsnea, edema paru bilateral tanpa gagal jantung dan infiltrat
yang menyebar. ARDS biasanya membutuhkan ventalasi mekanik yang lebih tinggi dari
tekanan jalan napasa normal. ARDS termasuk cedera langsung pada paru (seperti inhalasi
asap) atau gangguan tidak langsung pada tubuh (seperti syok).
C. Etiologi
ARDS disebabkan oleh kerusakan alveoli akibat merembesnya cairan dari pembuluh
darah kapiler di dalam paru-paru ke dalam alveoli. Alveoli adalah kantong udara di
paru-paru yang berfungsi menyalurkan oksigen ke darah dan mengeluarkan
karbondioksida dari dalam darah.
Pada kondisi normal, membran yang melindungi pembuluh darah kapiler menjaga
cairan tetap di dalam pembuluh darah. Namun, pada ARDS, cedera atau penyakit
berat menyebabkan kerusakan pada membran pelindung tersebut, sehingga cairan
bocor ke alveoli.
Penumpukan cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi udara, sehingga
pasokan oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang. Kekurangan pasokan
oksigen ini akan menyebabkan terhentinya fungsi organ, termasuk otak dan ginjal.
Jika dibiarkan, kondisi ini akan mengancam nyawa penderitanya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan ARDS adalah:
Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat inhalasi Kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi gas oksigen,
(mekanisme tidak langsung) aspirasi asam lambung, tenggelam, sepsis, (syok
(apapun penyebabnya), koagulasi intravaskuler
tersebar dan prankreatiitis idiopatik.
Obat-obatan Heroin dan salisilat.
Infeksi Virus, bakteri, jamur dan TB paru.
Sebab lain Emboli lemak, emboli cairan amnion, emboli paru
trombosis, trauma paru, radiasi, keracunan oksigen,
transfusi masif, kelainan metabolik (uremia) dan
bedah mayor.
Terjadi kerusakan
sel epitel
pneumosif tipe II Fase
(surfaktan)
peoliferatif
Atelektasis paru Fase fibrosis
PK :Asidosis
Respiratorik Gangguan pertukaran gas
Hiperventilasi
Hipoksemia Pasien cemas dengan
keadaannya
Mekanisme
↓ saturasi O2 ↓ kesadaran kompensasi
metabolisme
anaerob
Px beresiko
Gangguan cidera
perfusi ↓ pembentukan
jaringan ATP
perifer
Resiko
Cidera Energi ke
otot ↓
Kelemahan
Intolerasi
Aktivitas
E. Faktor resiko ARDS
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena ARDS, di
antaranya:
1) Berusia di atas 65 tahun
2) Memiliki kebiasaan merokok
3) Memiliki kecanduan minuman beralkohol
4) Menderita penyakit paru-paru kronis
5) Menderita kelainan genetik
6) Menderita obesitas
7) Mengalami overdosis obat-obatan tertentu
Selain komplikasi di atas, penderita ARDS yang berhasil sembuh bisa mengalami
gangguan kesehatan jangka panjang, seperti:
a) Gangguan pernapasan, seperti napas pendek, sehingga pasien membutuhkan
bantuan oksigen dalam jangka panjang
b) Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat kerusakan otak
c) Lemah dan atrofi otot akibat terlalu lama tidak digunakan untuk bergerak (pada
pasien yang harus berbaring lama)
d) Depresi
Mengurangi terjadinya ulkus karena tekanan Posisi pasien miring ke kiri-kanan bergantian
setiap dua jam.
Mengurangi terjadinya stres ulcer dan Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48
pendarahan saluran pencernaan jam pertama)
Berikan histamin-2 receptor blocker atau proton-
pump inhibitors. Faktor risiko yang perlu
diperhatikan untuk terjadinya perdarahan saluran
pencernaan termasuk pemakaian ventilasi
mekanik ≥48 jam, koagulopati, terapi sulih
ginjal, penyakit hati, komorbid ganda, dan skor
gagal organ yang tinggi
Mengurangi terjadinya kelemahan akibat Mobilisasi dini apabila aman untuk dilakukan.
perawatan di ICU