Disusun oleh
Jeremia Vincensius
17033020
1
ANALISIS MATERI ESENSIAL
“SUHU DAN KALOR”
DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOOM REVISI UNTUK
PEMBELAJARAN FISIKA SMA NEGERI DI KOTA PADANG
Abstrak
Salah satu ciri materi pembelajaran di SMA menurut kurikulum 2013 adalah merujuk pada
Taksonomi Bloom Revisi, dalam bentuk kombinasi 4 dimensi pengetahuan (faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif) dengan 6 tingkatan proses kognitif (mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi dan berkreasi). Permasalahan yang
menjadi fokus pembahasan ini adalah: Apakah bahan ajar utama yang dipakai dalam
pempelajaran Fisika SMA di kota Padang telah memenuhi persyaratan tersebut? Penelitian
ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan teknik Library Reseach, yaitu
membandingkan materi esensial berdasarkan analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) tentang pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum, dengan materi esensial,
dan pengetahuan yang terdapat dalam bahan ajar utama yang dipakai dalam pembelajaran
Fisika SMA pada materi Suhu dan Kalor. Pengolahan data dilakukan dengan teknik
persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) persentase rata rata materi esensial
yang terdapat dalam bahan ajar utama dibandingkan dengan hasil analisis KD adalah
sebesar 60,39%, yang terdistribusi pada pengetahuan-pengetahuan: faktual 40%, konseptual
89,18%, perosedural 50%, dan metakognitif 0%. b) proporsi persentase rata-rata tingkat
proses kognitif yang dilatihkan pada bahan ajar untuk masing-masing tingkatan kemampuan
adalah: mengingat 100%, memahami 100%, menerapkan 100%, menganalisis 100%,
mengevaluasi 100% dan berkreasi 100%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil analisis
bahan ajar pokok yang dipakai pada SMA Negeri di kota Padang a) belum mengakomodir
kebutuhan semua dimensi pengetahuan, dan b) sudah melatih semua tingkatan proses
kognitif yang di yang di amanatkan oleh kurikulum.
Kata Kunci: materi esensial, dimensi-dimensi pengetahuan, tingkatan proses kognitif, suhu
dan kalor
2
PENDAHULUAN
Setiap pembelajaran di sekolah, pada umumnya bertujuan agar pada diri siswa terjadi
perubahan kemampuan, sikap dan keterampilannya sejalan dengan pertambahan
pengetahuannya. Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, diperlukan berbagai
komponen, yang saling terkait satu sama lain yang membentuk sistem dalam pendidikan.
Secara bersama-sama setiap komponen tersebut berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan
pada umumnya, dan tujuan pembelajaran pada khususnya, termasuk tujuan pembelajaran
fisika
Tujuan pembelajaran fisika pada Kurikulum 2013 tentang pengetahuan, terdapat pada
Kompetensi Inti 3 (KI-3), yang mengamanatkan agar melalui pembelajaran di sekolah siswa
mampu menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah, terkait dengan materi fisika. Dalam kata menerapkan pada KI-3,
tersirat kemampuan prasarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menerapkan pengetahuan
fisika dengan benar, yaitu kemampuan mengingat dan memahami. Sedangkan kemampuan
menganalisis dan mengevaluasi merupakan kemampuan-kemampuan untuk membangun
kemampuan mencipta/mengkreasi. Dengan demikian, berarti proses kognitif yang harus
dilatihkan terdiri dari 6 dari tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
mencakup kemampuan-kemampuan: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi. Sedangkan variasi pengetahuan yang dibahas dalam
pembelajaran terdiri dari 4 dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan-pengetahuan: faktual,
konseptual, procedural dan metakonitif. Kombinasi antara dimensi-dimensi pengetahuan
dengan tingkatan proses kognitif yang terdapat dalam kurikulum tersebut merujuk pada
taksonomi Bloom revisi.
Salah satu wadah untuk membahas ke 4 dimensi pengetahuan dan melatihkan 6
tingkatan proses kognitif adalah bahan ajar, baik berupa bahan ajar cetak maupun dalam
bentuk elektronik. Banyak variasi bentuk bahan ajar yang kita kenal, seperti dalam bentuk
Buku Teks/Buku Pelajaran, LKS/LDS, Modul, Hand Out dan sebagainya. Agar bahan ajar
yang diterapkan guru memenuhi syarat tersebut, maka guru perlu melakukan analisis KI dan
KD, yang dijabarkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Tujuan Pembelajaran
(TP), sehingga diperoleh materi esensial yang berisi keempat dimensi pengetahuan, dan 6
tingkatan proses kognitif yang dimaksud.
3
Sejak 7 tahun kurikulum 2013 berjalan, telah mengalami berbagai revisi dan
penyempurnaan. Guru-guru sebagai pelaksana kurikulum juga telah diberikan berbagai
pelatihan, berbagai bahan ajar pun telah dikembangkan. Pertanyaan yang muncul adalah
apakah bahan ajar utama yang dipakai dalam pembelajaran fisika telah mengkomodir ke 4
dimensi pengetahuan dan melatihkan ke 6 tingkatan proses kognitif yang harus dikuasai
siswa? Atas dasar pertanyaan tersebutlah pengkajian pada makalah ini dilakukan.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang hendak
dibahas pada tulisan ini dikemukakan dalam beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Berdasarkan hasil analisis KI dan KD pada topik “Suhu dan Kalor” ditinjau dari
taksonomi Bloom revisi:
a. Pengetahuan apa saja yang terdapat pada materi esensial topik tersebut?
b. Bagaimana contoh asesmen yang melatihkan 6 tingkatan proses kognitif?
2. Berdasarkan hasil analisis bahan ajar utama yang dipakai pada SMA Negeri di Kota
Padang dibandingkan dengan hasil analisis KI dan KD
a. Berapa presentasi kelengkapan pengetahuan yang terdapat pada bahan ajar tersebut?
b. Bagaimana perbandingan komposisi kemampuan C1 s.d C6 yang dilatihkan pada
bahan ajar utama tersebut?
B. Pembatasan Masalah
Agar pengkajian lebih terfokus, diadakan pembataan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Materi esensial yang dibahas, berkenaan dengan materi Fisika SMA kelas XI yaitu tentang
“Suhu dan Kalor”
2. Aspek yang dibahas dibatasi pada kesesuaian materi esensial hasil analisis pada bahan
ajar utama dengan materi esensial sebagai hasil analisis KI dan KD
3. Bahan ajar yang di analisis dibatasi pada bahan ajar utama yang dipakai di kelas XI SMA
Negeri se Kota Padang, yaitu buku “Fisika untuk SMA/MA kelas XI” Karangan
Sunardi, Penerbit Yrama Widya Tahun 2016
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, pembahasan ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui pengetahuan apa saja yang terdapat pada materi esensial topik: “Suhu dan
Kalor” berdasarkan hasil analisis KI dan KD
2. Merancang contoh asesmen yang melatihkan 6 tingkatan proses kognitif yang terdistribusi
dalam 4 dimensi pengetahuan berdasarkan analisis KI dan KD
4
3. Berapa presentasi kelengkapan pengetahuan yang terdapat pada bahan ajar utama
dibandingkan dengan hasil analisis KI dan KD
4. Mengetahui perbandingan komposisi kemampuan C1 s.d C6 yang dilatihkan pada bahan
ajar utama tersebut
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil pembahasan ini berguna/bermanfaat:
1. Bagi Penulis,
a. Sebagai sarana untuk melatih menulis makalah ilmiah berdasarkan hasil-hasil
pengkajian literatur
b. Guna memenuhi tugas dalam mengikuti mata kuliah Seminar Pembelajaran Fisika
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun sebuah bahan ajar
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Tentang Materi “Suhu dan Kalor”
Istilah serta pengertian kalor (jumlah panas) pertama kali diperkenalkan oleh Antoine
Laurent Lavoiser pada tahun 1743-1794, yang merupakan seorang ahli kimia berkebangsaan
Prancis. Saat itu, kalor dianggap sebagai sejenis zat yang tidak dapat dilihat penglihatan. Zat
alir itu disebut “Kalor”.
Berdasarkan anggapan itulah satuan kalor ditetapkan, yaitu kalori (kal). Satuan kalori
yang didefenisikan sebagai sejumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebesar 1° Celsius. Serta memungkinkan mengalir dari suatu benda ke benda lain, jika dua
benda yang berbeda suhunya dicampur, akan mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah.
Para peneliti pada saat itu beranggapan bahwa Kalor merupakan suatu zat. Karena
setiap zat mempunyai volume dan massa, mereka berusaha mengetahui volume kalor, namum
usaha tersebut tetap gagal. Pada perkembangan selanjutnya, ada anggapan bahwa kalor
merupakan sejenis zat alir semakin diragukan kebenarannya. Salah satu fakta yang meragukan
hal ini adalah pengalaman Benyamin Thompson pada tahun 1753-1814. Nama lain dari
Benyamin Thompson adalah Count Rumford. Ia merupakan seorang ketua erta pimpinan
pengeboran laras-laras meriap di sebuah pabrik senjata di Munich, Jerman. Saat ia melakukan
pengeboran, potongan-potongan logam yang didapati semua menjadi panas, padahal tidak
dilakukan pemanasan (pembakaran). Peristiwa ini tidak sama dengan anggapan bahwa kalor
merupakan zat alir. Hal yang sama juga diamali oleh Robert Mayer (1814-1878), seorang
ilmuan bekebangsaan Jerman. Pada dasarnya untuk mengetahui hakikat kalor, ia
menggoyahkan air yang ada dalam botol. Setelah digoyang-goyang, tenyata suhu air naik.
Kenaikan suhu air tersebut menunjukkan bahwa jumlah kalor dalam air bertambah.
Pertambahan kalor dalam air bisa disebabkan oleh adanya guncangan yang berulang-ulang
(energi kinetik). Dari kenyataan itulah selanjutnya disimpulkan bahwa kalor merupakan salah
satu bentuk energi.
Kalor adalah sebuah energi yang tercipta dari bahan yang bisa menghasilkan panas.
Energi kalor ini juga bisa berpindah dari sebuah benda yang memiliki suhu tinggi menuju
benda yang bersuhu rendah. Alat yang bisa digunakan untuk melakukan perpindahan ini
biasanya adalah sebuah mesin pendingin. Energi kalor membutuhkan waktu untuk bisa
mencapai titik panas tertinggi. Lamanya waktu tersebut dibedakan atas jenis bahan, massa,
dan titik pemuaiannya. Jika benda sudah mencapai titik lebur karena panas benda yang
sebelumnya padat bisa berubah menjadi cair.
6
Jika kalor jenis suatu zat semakin tinggi, maka kalor yang diperlukannya juga semakin
tinggi. Dan juga besar kalor yang diperlukan suatu zat berbanding lurus dengan jenis zat atau
kalor jenis zat tersebut. Kesimpulannya energi kalor berbanding lurus dengan kenaikan
suhunya. Energi kalor ini adalah sebuah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dengan energi dari panas ini manusia bisa melakukan banyak hal.
Panas adalah sebuah energi yang membuat benda memiliki suhu, baik suhu tinggi atau
juga suhu rendah. Dengan suhu panas bisa digunakan untuk melakukan berbagai hal seperti
memasak, peleburan, dan lainnya. Energi kalor memiliki suhu rendah juga bermanfaat untuk
pendingin. Energi kalor biasanya berpindah dengan menggunakan perantara benda padat.
Dengan bersinggungan dengan benda yang menghasilkan panas akan membuat kalor bisa
berpindah. Selain itu kalor juga bisa berpindah melalui benda cair yang mudah untuk terbakar.
Untuk menghitung energi kalor pada kenaikan suhu dapat dilakukan dengan perkalian massa
dengan simbol (m) dengan satuan kilogram (kg) dikalikan dengan kalor jenis dengan simbol
(C) dengan satuan Joule per kilogram Celsius (J/Kg°C) dikalikan dengan perubahan suhu
benda dengan simbol (ΔT) dengan satuan Celsius (°C).
Adapun contoh energi kalor dalam kehidupan sehari-hari seperti energi kalor yang
paling besar bisa kita dapat dari panas matahari. Matahari berasal dari cahaya memiliki suhu
yang sangat tinggi. Sumber-sumber panas juga bisa didapati dari benda lainnya seperti
kompor, korek, dan lainnya. Sumber energi kalor ini nantinya akan memberikan pengaruh
panas benda di dekatnya atau yang menempel sehingga benda tersebut mengalami perubahan
suhu. Jika sebuah benda terkena kalor hingga mencapai titik didih maka benda tersebut
dikatakan sebagai mendidih. Saat mendidih ini sebuah benda akan mengalami sebuah tekanan
sehingga terjadi gelembung-gelembung. Titik didih sebuah benda bukanlah sebuah titik suhu
tertinggi. Jika sebuah benda terutama benda cair masih akan terus mengalami kenaikan suhu
hingga cairan habis karena adanya energi panas yang diberikan. Energi panas juga bisa
didapat dari sumber energi alami seperti dengan adanya panas bumi. Energi panas dari bagian
dalam bumi jika keluar bisa menghasilkan api atau juga lahar pada sebuah letusan gunung.
Dengan adanya energi kalor pada bumi akan membuat suhu di bumi menjadi lebih teratur.
Dengan demikian, bumi ini menjadi bisa dihuni oleh manusia. Manusia memang tidak bisa
lepas dengan panas dalam berbagai hal.
Sebagaimana halnya energi pada umumnya, maka energi kalor atau energi panas dapat
berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. Contohnya terjadi pada pembangkit listrik
tenaga panas bumi, yang mengubah energi panas menjadi energi listrik. Dengan energi kalor
kita bahkan dapat mengubah wujud suatu zat. Seperti contohnya, lilin yang dipanasi lama-
kelamaan akan meleleh, hal ini berarti panas mengubah wujud lilin yang tadinya padat
7
menjadi cair. Contoh lain terjadi ketika kita merebus air, jika air kita panaskan secara terus-
menerus maka lama-kelamaan air akan menguap menjadi uap air, hal ini mengubah bentuk air
yang berbentuk cairan menjadi uap air yang berbentuk gas.
B. Taksonomi Untuk Pembelajaran dan Penilaian
Istilah taksonomi dalam bidang pendidikan, diartikan sebagai klasifikasi tujuan
pembelajaran pengelompokan menurut 3 ranah umum kognitif, afektif dan psikomotor.
Taksonomi Bloom merupakan hasil karya Benjmin Samuel Bloom dkk. pada tahun 1956
dalam buku The Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational
Goals: “Handbook I: Cognitive Domain”, yang berisikan enam kategori pokok dengan urutan
mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yakni: pengetahuan
(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis
(analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Taksonomi ini bertahan
sampai tahun 2000an.
Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam bukunya
“Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educatioanl Objectives” melakukan revisi terhadap ke 6 tingkatan ranah kognitif tersebut
yang dikenal dengan taksonomi Bloom revisi. Perubahan yang dimaksud sebagaimana
disajikanan oleh Gambar 1.
8
dalam kategori pengetahuan aslinya. Tindakan pertama yang dilakukan oleh siswa dalam
belajar pengetahuan adalah mengingatnya. Kategori pemahaman menjadi memahami.
Pemahaman merupakan tingkat memahami yang paling rendah. Pemahaman terbatas pada
hanya memahami tentang apa yang sedang dikomunikasikan tanpa menghubungkannya
dengan materi lain. Perubahan dari pemahaman menjadi memahami karena dalam pemilihan
nama-nama kategori, mempertimbangkan keluasan pemakaian istilah tersebut oleh guru pada
umumnya. Kategori aplikasi menjadi mengaplikasikan. Dalam kategori ini hanya terjadi
perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori analisis menjadi menganalisis.
Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori
sintesis menjadi mencipta. Mencipta atau mengkreasi melibatkan proses menyusun elemen-
elemen menjadi sebuah kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat
menghasilkan sebuah produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sintesis hanya
terbatas pada memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk satu kesatuan
dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-elemen dan
mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah pola atau struktur
yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi mengevaluasi. Dalam kategori ini
hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Pada Taksonomi revisi urutan
sintesis ditukar dengan mengevaluasi, dan kategori evaluasi digantikan oleh kategori
mencipta (mengkreasi), sebagai kategori yang paling kompleks. Semua kategori pada
taksonomi Bloom disusun menjadi sebuah hierarki kumulatif yang berarti penguasaan
kategori yang lebih kompleks mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya yang
kurang kompleks. Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson
dan Krathwohl (2001: 66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan
menciptakan (create). Pada taksonomi bloom yang asli, pengetahuan diletakkan pada
tingkatan pertama yang harus diketahui siswa, sedangkan pada taksonomi Bloom revisi,
menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi pengetahuan yang berisikan empat kategori
pengetahuan, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengelompokan ini
dilakukan karena diasumsikan bahwa setiap kategori dalam tingkatan proses kognitif
membutuhkan berbagai dimensi pengetahuaan. Dengan demikian perbedaan yang mendasar
antara taksonomi Bloom yang asli dengan taksonomi Bloom Revisi adalah pada pada
taksonomi Bloom revisi setiap tingkatan proses kognitif telah di kombinasikan (terjadi
interelasi) dengan setiap tingkatan dalam dimensi pengetahuan. Taksonomi ini, merupakan
salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes,
dan kurikulum di seluruh dunia (Chung, 1994; Lewy dan Bathory, 1994; Postlethwaite, 1994).
9
Mengingat (Remember) merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah
lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses
pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem
solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang
jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi kemampuan mengenali (recognition) dan
memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa
lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah,
dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
Memahami/mengerti (Understand) berkaitan dengan membangun sebuah pengertian
dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan
dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).
Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu
contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih
obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses
kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
Menerapkan (Apply) menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah
mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang
harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam
menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur
baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur
untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing
dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu
kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti
dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa
10
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah
diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan
prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan
baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik
permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
Menganalisis (Analyze) merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian
tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki
kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan
menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan
siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu
informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan
suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-
unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat
menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun
hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal
pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting
dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan
yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
Mengevaluasi (Evaluate) berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan
sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat
ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan
penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan
evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria
yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan
11
perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa
merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu
operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu
rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi
berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir
kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal,
kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
Menciptakan/mengkreasi (Create) mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa
untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi
bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah
pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa
untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan
dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti,
menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal
sebelumnya sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan
penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan
berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada
perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat
dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi. Taksonomi Anderson dan Krathwohl
(2001: 66-88) disajikan pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Tingkatan Proses Kognitf Taksonomi Taksonomi Bloom Revisi
Pengetahuan Faktual, meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para pakar
dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka.
Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka
akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu
tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang
terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal
dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label
dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-makna tertentu. Label
dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu. Contoh-contoh penggunaan
pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-
angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan
tentang simbol-simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.
Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal
terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta yang dapat
disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian
mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan
pengetahuan penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang detail-detail dan
13
elemen-elemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan
peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan produk ekspor Indonesia.
Pengetahuan Konseptual, mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan
hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan
pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan,
bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-
bagian ini berfungsi bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Klasifikasi dan kategori
merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi menjadi dasar
bagi teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan
susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki serangkaian
kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen baru. Klasifikasi
dan kategori menciptakan hubungan-hubungan antara elemen-elemen. Pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori dapat dicontohkan misalnya: ketika peserta didik menganalisis sebuah
cerita dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut dengan alur
yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan generalisasi
merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji
masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi merangkum banyak
fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail
fakta dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi dan
kategori. Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi antara lain
pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan suku Jawa,
pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang
berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu
untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Contoh
pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang interelasi
antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika,
pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan kota setempat.
14
Pengetahuan Prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan sesuatu.
Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan metode,
yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson, 1983; deJong dan
Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan
dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis
yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2)
pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. Pengetahuan
tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma, pengetahuan ini misalnya cara
menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan
pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu,
pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan
hasil penyelesaian masalah atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita
contohkan antara lain pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang
harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan
metode apa dalam menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar.
Pengetahuan Metakognitif, merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.
Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi oleh
hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai kognisi
mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk.,
1999; Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan penelitian
tentang pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat
siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka
sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan
strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual
dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan berpikir
serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai
strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran, mencari makna teks,
atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku
dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni:
15
merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep,
dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan
kontekstual dan kondisional. Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup
pengetahuan bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan
strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan
pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan mengapa menggunakan strategi-
strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk., 1983).
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam strategi dan
tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting dalam metakognitif.
Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi
dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. Gambar 2 menampilkan kombinasi cognitive
process dan knowledge dimensions.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2 . Tingkatan Dimensi Pengetahuan dari yang Kongkrit sampai yang Abstrak.
16
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tingkatan Proses Kognitif dari yang Rendah sampai yang Tinggi .
17
18
19
METODE PENELITIAN
Metode yang diterapkan dalam analisis ini adalah metode deskriptif kualitatif yang
dilengkapi dengan data kuantitatif yang diolah dengan teknik persentase. Sebagai objek
penelitian adalah bahan ajar utama dalam bentuk buku, yaitu buku “Fisika untuk SMA/MA
Kelas XI” Karangan Sunardi, Penerbit Yrama Widya Tahun 2016. Instrumen penelitian
berupa tabel isian ketersediaaan pengetahuan yang terdapat pada materi esensial untuk topik
“Suhu dan Kalor” berdasarkan hasil analisis KI dan KD. Tabel ini digunakan untuk men tally
pengetahuan yang terdapat pada bahan ajar utama yang dimaksud yang dipakai pada SMA di
Kota Padang. Pengolahan data dengan teknik persentase untuk mengetahui persentase
ketersediaan 4 dimensi pengetahuan dan proporsi tingkat proses kognitif yang dilatihkan pada
bahan ajar utama berpatokan pada hasil analisis KI dan KD.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pembelajaran Suhu dan
Kalor untuk Mendapatkan Materi Esensial
Pada silabus mata pelajaran Fisika SMA revisi 2017 terdapat Kompetensi Inti (KI)
Pengetahuan dan KI Keterampilan yaitu KI-3 dan KI-4 disajikan pada Tabel 4:
Tabel 4. Kompetensi Inti Pengetahuan dan Ketrampilan Mata Pelajaran Fisika SMA
Memahami,menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
KI-3 : kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
KI-4 : bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
Kedua KI tersebut berisi pesan tentang 6 tingkatan proses kognitif dan 4 dimensi
pengetahuan untuk diimplementasikan dalam pencapaian Kompetensi Dasar (KD) terkait
pembelajaran fisika kelas XI semester 1 tentang “Suhu dan Kalor”, yaitu KD 3.5 untuk KI-3
dan KD 4.5 untuk KI-4. Kedua KD tersebut dilakukan linierisasi membentuk topik
pembelajaran dengan judul “Suhu dan Kalor” sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
KOMPETENSI DASAR
Siswa mampu :
TOPIK PEMBELAJARAN
SUHU DAN KALOR
Gambar 2. Linierisasi KD 3.5 dan KD 4.5 Membentuk Topik Pembelajaran
21
TOPIK PEMBELAJARAN
22
Pada Tabel 6 disajikan IPK terkait KD 3.5 dan 4.5
Tabel 6. Daftar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Suhu dan Kalor
KD 3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi
karakteristik termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada
kehidupan sehari-hari
1. Mengenali sifat pemuaian luas
2. Mengidentifikasi karakteristik skala-skala pada thermometer
3. Menggambarkan grafik suhu suatu benda berhubungan dengan perubahan
wujud benda
4. Menginterpretasikan hubungan sifat pemuaian gas
5. Menyimpulkan hubungan antara kapasitas kalor, kalor jenis dengan
persamaan kalor
6. Mengkaji fenomena yang berhubungan dengan sifat pemuaian suatu benda
7. Menggunakan hubungan sifat pemuaian zat cair dalam menjelas fenomena
yang relevan
8. Menjelaskan hubungan-hubungan pada persamaan kalor
9. Menyusun formula laju kalor berdasarkan jenis perpindahan kalor
10. Menghitung waktu pada saat pemanasan suatu zat
11. Menemukan hubungan laju kalor dengan persamaan kalor
12. Merepresentasikan grafik suhu benda dalam penyelesaian soal soal fisika
yang berhubungan dengan perubahan suhu benda
13. Mengelompokkan sifat-sifat pemuaian zat padat dengan benar
14. Memprediksi konsep pemuaian fisika pada permasalahan yang relevan
15. Memilah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemuaian
16. Membedakan antara pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian
volume
17. Mengurutkan langkah-langkah penyelesaian soal pada suhu benda tepat
akan tenggelam dalam suatu bejana
18. Mentabulasi perbedaan massa, massa jenis, dan volume jika sebuah benda
dipanaskan
19. Mengkombinasikan komponen titik beku dan titik didih air pada
termometer untuk mendapatkan nilai derajat benda dengan termometer
yang lainnya
20. Melengkapi grafik suhu dan panjang kolom raksa
Merencanakan dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu
KD 4.7 bahan, terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta
presentai dan makna fisisnya
21. Menyelidiki pengaruh sifat perubahan wujud benda yang digunakan dalam
menghantarkan kalor
22. Mendisain langkah-langkah percobaan sederhana untuk penyelesaian soal
grafik suhu
23. Merubah narasi suhu dan kalor dari bentuk narasi sebab akibat menjadi
bentuk persamaan atau kombinasi ke duanya
24. Memodifikasi rumusan suhu dan kalor sesuai dengan permasalahan
relevan yang dipecahkan
24
konsep dan prinsip pada materi Suhu dan Kalor ini. Secara lengkap dasar pemikiran dan
sekuaensi pemahasan ini disajikan pada Gambar 3
terjadi
SUHU KALOR Aliran energi
alat ukur menyebabkan
Massa
berdasarkan skala
Termometer
Perubahan Suhu
Termometer Kalor Jenis (c)
berdasarkan jenis zat
be
Celsius yang akan diukur
bah
rku
Perubahan Suhu (Δt)
ra
am
Termometer
ng
Termometer
bert
Fahrenheit Zat Cair
Pemuaian Penyusutan
Termometer Termometer
Reamur Zat Gas terbagi
Pemuaian Pemuaian
Termometer zat cair luas
Pirometer Optik
Pemuaian Pemuaian
gas volume
mekanisme perpindahannya
Perubahan wujud
Konduksi Konveksi Radiasi
meliputi
medium medium medium
m gu
be
en ap
em
g
ir
em
ca
m
bu
en
n
m
menyublim
Padat Gas
deposisi
25
C. Contoh 4 Dimensi Pengetahuan yang Terdapat dalam Topik: Suhu dan Kalor
Berdasarkan Hasil Analisis KI dan KD
Materi 4 Dimensi No
Uraian Pengetahuan Berdasarkan 4 Dimensi
Esensial Pengetahuan .
Contoh perubahan suhu yaitu udara menjadi dingin
1 ketika sedang hujan, air dipanaskan atau air di
Pengetahuan dinginkan di dalam kulkas
Faktual 2 Suhu dapat dirasakan menggunakan indra peraba
Alat untuk mengukur suhu suatu benda adalah
3
thermometer
Pengetahuan Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu
Konseptual 4 benda, dengan simbol derajat (°)
Sifat termometrik merupakan perubahan sifat bahan
5
akibat perubahan suhu
Sifat termometrik suatu bahan dengan suhu pada
persamaan T(x) = ax + b, dengan T = suhu bahan, x
6
= sifat termometrik bahan, a dan b = konstanta yang
bergantung pada bahan yang digunakan
Termometer dibagi menjadi beberapa jenis :
TERMOMETER DAN PENGUKURAN SUHU
Materi 4 Dimensi No
Uraian Pengetahuan Berdasarkan 4 Dimensi
Esensial Pengetahuan .
Pengetahuan Benda-benda tertentu yang dipanaskan akan
PEMUAIAN BENDA
28
anomali air, (anomali = ketidakteraturan)
a. Pemuaian gas lebih besar dari pemuaian zat cair
untuk kenaikan suhu yang sama
12 b. Dengan persamaan ΔV = γV0ΔT, dengan ΔV =
V – V0
c. Atau dengan persamaan V = V0(1+γΔT)
Cara mendemostrasikan pemuaian gas :
a. Sediakan sebuah ember/baskom, botol, dan
balon mainan
b. Masukkan mulut balon mainan yang belum
ditiup ke dalam mulut botol
Pengetahuan c. Isi ember/baskom dengan air panas
13
Prosedural d. Celupkan bagian bawah botol ke dalam
ember/baskom berisi air panas tersebut. Apa
yang terjadi?
e. Jalankan keran air ledeng. Siram bagian bawah
botol dengan air keran. Apa yang terjadi?
f. Nyatakan kesimpulan anda
a. Perbandingan koefesien muai pada pemuaian zat
Pengetahuan padat α : β : γ = 1 : 2 : 3
14
Metakognitif b. Pemuaian zat padat (volume) < pemuaian zat cair
< pemuaian gas untuk kenaikan suhu yang sama
Materi 4 Dimensi No
Uraian Pengetahuan Berdasarkan 4 Dimensi
Esensial Pengetahuan .
Alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah
1
kalorimeter
Peristiwa perubahan wujud zat seperti mencair,
2 membeku, menguap, mengembun, menyublim, dan
deposisi
Pengetahuan
Besaran kalor :
Faktual
3 a. Simbol : (Q)
b. Satuan : Joule (J)
Besaran kapasitas kalor :
4 a. Simbol : (C)
b. Satuan : Joule/Kelvin (J/K)
KALOR
29
9 Maka diperoleh persamaan Q = mcΔT, dengan c =
kalor jenis (J/kg K), m = massa benda (kg)
Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor (dalam
10 kalori) yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu
gram zat sebesar 1°C atau 1K
Hubungan kalor jenis dengan kapasitas kalor
11
dengan persamaan C = mc
Hubungan jumlah mol (n) suatu zat denga kalor
dalam persamaan Q = nCmΔT. Dengan n = jumlah
12
mol zat (mol), dan Cm = kapasitas kalor molar
(J/mol K)
Prisip kekekalan energi atau Asas Black yaitu kalor
13 yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama dengan
kalor yang diterima air dingin (Qterima)
Persamaan Asas Black yaitu Qlepas = Qterima atau
14
m1c1ΔT1 = m2c2ΔT2
Hubungan kalor dengan energi listrik memenuhi
15 persamaan Q = nElistrik , dengan n = efisiensi alat
listrik (%)
Hubungan kalor dengan usaha oleh gaya gesek
16 memenuhi persamaan Q = Wges
Mencair/melebur adalah perubahan wujud dari
17
padat menjadi cair
Membeku adalah perubahan wujud dari cair
18
menjadi padat
Kalor lebur dan kalor beku dengan simbol Lf,
19 Q
dengan persamaan Lf
m
Menguap/mendidih adalah perubahan wujud dari
20
cair menjadi gas
Mengembun adalah perubahan wujud dari gas
21
menjadi cair
Kalor didih dan kalor embun dengan simbol L v
22 dengan persamaan Q = mLv
Menyublim adalah perubahan wujud dari padat
23
menjadi gas (tanpa melalui wujud cair)
Deposisi adalah perubahan langsung dari wujud gas
24
menjadi padat (kebalikan dari menyublim)
Grafik suhu naik pada -T°C sampai dengan 0°C jika
dipanaskan, lalu akan melebur menjadi zat cair,
grafik suhu naik lagi pada -0°C sampai 100°C, lalu
25 zat cair akan mendiidh menuju fase uap, lalu grafik
akan naik lagi jika dipanaskan lagi dengan suhu≥
100°C
Pengetahuan 26 Cara pembekuan air dengan cara penguapan :
Prosedural a. Sediakan bahan seperti kaleng bekas, kayu
sebagai alas, pompa udara, dan sejumlah eter
b. Masukkan eter (zat cair yang mudah menguap)
ke dalam kaleng
c. Letakkan kaleng di atas balok kayu
30
d. Diantara kaleng dan balok kayu, tuangkan air
sebanyak mungkin
e. Hembuskan udara ke dalam eter dengan
menggunakan pompa
f. Amati air yang terdapat diantara kaleng dan
balok kayu
g. Apakah air membeku? Jelaskan pengamatan
anda
Pengetahuan Pemuaian gas > Pemuaian zat cair > Pemuaian
27
Metakognitif volume zat padat (syarat kenaikan suhu yang sama)
Materi 4 Dimensi No
Uraian Pengetahuan Berdasarkan 4 Dimensi
Esensial Pengetahuan .
Tangan akan terasa panas jika memegang ujung
1
sendok yang dipanaskan
Tangan akan terasa panas jika lama-kelamaan
2
didekatkan dengan lilin yang menyala
Badan akan terasa panas jika memakai baju warna
3
hitam daripada warna putih
Besaran laju kalor :
Q
4 a. Simbol :
t
b. Satuan : Joule/detik (J/s)
Pengetahuan
Faktual Besaran yang terdapat pada laju kalor :
a. Konduktivitas termal :
1) Simbol : K
2) Satuan : Watt/meterKelvin (W/mK)
b. Koefisien konveksi :
PERPINDAHAN KALOR
5 1) Simbol : h
2) Satuan : Watt/meter2Kelvin (W/m2K)
c. Tetapan Stefan-Boltzmann
1) Simbol : sigma (σ )
2) Satuan : Watt/meter2Kelvin (W/m2K)
3) Nilai : 5,67 x 10-8
Pengetahuan Konduksi merupakan proses perpindahan kalor
6
Konseptual tanpa disertai perpindahan partikel
Laju konduksi kalor memenuhi persamaan
Q KA ∆T Q
= , dengan = laju konduksi kalor (J/s),
7 t L t
K = konduktivitas termal (W/mK), A = luas
permukaan (m2)
Konveksi merupakan proses perpindahan kalor
8
disertai dengan perpindahan partikel
Laju konveksi kalor memenuhi persamaan
Q Q
=hAΔT , demgan = laju konveksi kalor (J/s), h
9 t t
= koefisien konveksi (W/m2K), A = luas permukaan
(m2)
10 Radiasi merupakan proses perpindahan kalor dalam
bentuk gelombang elektromagnetik tanpa melalui
zat perantara
31
11 Laju radiasi kalor untuk benda hitam sempurna
Q Q
=σ AT4 dan bukan benda hitam sempurna =e σ
t t
AT4, dengan σ = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x
10-8 W/m2K) , e = emisivitas bahan (0≤ e ≤ 1)
Cara menyelidiki menghantar kalor dari berbagai
bahan :
a. Menyediakan alat dan bahan berupa lilin, korek
api, mistar, stopwatch, mentega, berbagai
macam kawat, mikrometer sekrup
b. Mengukur diameter masing-masng kawat
dengan menggunakan mikrometer sekrup
c. Hitung luas penampang kawat (A)
Pengetahuan
12 d. Buatlah bulatan-bulatan kecil dari mentega, lalu
Prosedural
tusukkan salah satu ujungnya ke kawat
e. Ukurlah panjang kawat (L) dari ujung satu ke
ujung lainnya yang ada menteganya
f. Panaskan ujung kawat tanpa mentega pada
nyala lilin sambal menghidupkan stopwatch
g. Ulangi langkah nomor 2 sampai 5 dengan
menggunakan jenis kawat lain
h. Nyatakan kesimpulan anda
Pengetahuan Laju radiasi kalor > Laju konveksi kalor > Laju
Metakognitif konduksi kalor (syarat jika suhu sama)
32
D. Contoh Asesmen Untuk 6 Tingkatan Proses Kognitif yang Terdistribusi dalam 6
Dimensi Pengetahuan
01. Sifat-sifat pemuaian luas:
1) Suhu awal lebih besar dari suhu akhir B - S
2) Kalornya meningkat B - S
3) Terjadi penurunan suhu B - S
4) Ukuran luas suatu zat lebih kecil daripada ukuran luas akhir zat B - S
03. Setiap benda padat (es) apabila diberi kalor (panas) maka akan
terjadi:
1) Benda tersebut akan mengalami proses pencairan terlebih dahulu B - S
2) Suhu akhir benda adalah 100°C dan akan mengalami proses B - S
penguapan
3) Benda akan mengalami 2 perubahan benda pada saat suhu 0°C B - S
4) Besarnya intensitas kalor akan mempengaruhi perubahan wujud B - S
benda
04. Bila suatu benda dalam wujud gas jika dipanaskan dengan memiliki
sifat pemuaian, maka:
1) Bila terjadi pemuaian, pemuaian benda akan lebih besar daripada B - S
pemuaian zat padat pada umumnya dengan kenaikan suhu yang
sama
2) Koefisien muai gas benda dengan simbol gamma (γ) dengan B - S
hubungan dua kali koefisien muai panjang
3) Benda tidak mengalami pemuaian karena kalor yang diberikan B - S
kurang panas
4) Benda akan mengalami pertambahan volume B - S
05. Apabila sebuah benda diberikan kalor untuk menaikkan suhu benda
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Kalor jenis benda berbanding terbalik dengan besarnya kalor B - S
2) Semakin panas kalor yang diberikan maka akan membuat B - S
kapasitas kalor benda akan menjadi besar
3) Kapasitas kalor benda sebanding dengan besarnya kalor (C≈ Q) B - S
4) Hubungan kalor jenis dengan kapasitas kalor sebanding dan B - S
berbanding terbalik dengan massa benda
07. 1 liter air dipanaskan dalam suatu wadah berukuran 1,5 liter air pada
suatu kompor gas. Fenomena ini menyimpulkan bahwa:
1) Volume air akan tetap selamanya B - S
2) Terjadi perubahan wujud zat B - S
3) Kalor jenis air akan tetap sama seiring pertambahan suhu B - S
4) Massa air akan tetap seiring dengan pertambahan suhu B - S
08. Sebuah benda dengan massa 0,1 kg dengan suhu awal 20°C
dimasukkan ke dalam panci berisi air dengan suhu 70°C, ini berarti:
1) Besarnya kalor yang diterima benda adalah 21 KJ B - S
2) Besarnya kapasitas kalor benda adalah 420 J/°C B - S
3) Perubahan suhu yang terjadi adalah 333 K B - S
4) Menggunakan kalor jenis air 4.200 J/kg°C B - S
09. Sebuah benda akan memenuhi persamaan laju kalor sebagai berikut:
1) Satuan laju kalor adalah Kg/s B - S
Q B - S
2) Laju kalor secara konveksi memenuhi persamaan =hAΔT 2
t
Q B - S
3) Laju kalor secara radiasi memenuhi persamaan =e σ AT2
t
Q KA ∆T B - S
4) Laju kalor untuk konduksi memenuhi persamaan =
t L
34
12.
14. Sebuah bola berongga dari perunggu (koefisien muai linier α =2,8 x
10-6 (C°)-1 pada suhu 0°C, jari-jarinya 1m. jika bola tersebut
dipanaskan sampai 50°C
Pernyataan yang tepat untuk masalah ini adalah :
1) ΔT bola berongga 50°C B - S
2) Koefisien muai luas 36 x 10-6 °C-1 B - S
3) Luas sebelum memuai 4π m2 B - S
4) Besar pertambahan luas permukaan bola 7,2π x 10-3m B - S
1) Panjang/lebar/volume akhir B - S
2) Jenis zat B - S
3) Panjang/lebar/volume mula-mila B - S
4) Kenaikan Suhu B - S
17. Muai volume benzene dan kayu berturut-turut 1,2 x 10-3 °C-1 dan 1,5 x
10-4 °C-1 dan massa jenis keduanya pada 0°C masing-masing adalah
8,7 x 10-2 kg/m3 dan 8,5 x 10-2 kg/m3.
a. Mengawali dengan persamaan V = V0(1+γΔT)
b. Mengsubtitusikan persamaan Volume (V) ke dalam persamaan
massa jenis (ρ = m/V)
c. Mengerjakan dengan persamaan ρ0 = ρ (1 + γΔT)
d. Kayu tepat akan tenggelam dalam benzene pada suhu 22,5°C
Urutan langkah-langkah yang benar adalah :
1) b, d, a, c B - S
2) b, a, d, c B - S
3) a, b, d, c B - S
4) a, b, c, d B - S
19. Pada sebuah termometer skala X, titik beku air adalah 10°X dan titik
didih air adalah 70°X. Bila suhu suatu zat diukur dengan termometer
X adalah 25°X, maka bila diukur dengan termometer Celsius
menunjukkan angka:
1) 10 B - S
2) 25 B - S
3) 40 B - S
4) 55 B - S
36
20.
21. Jika api kompor diperbesar pada saat air yang ditumpangkan di
atasnya sedang mendidik, maka:
1) Suhu air tetap B - S
2) Kecepatan air mendidih bertambah B - S
3) Suhu air bertambah B - S
4) Kecepatan air mendidih tetap B - S
37
24. Sebuah alok es bermassa 0,5 kg dengan suhu -40°C dicampur
dengan air yang massanya 1 kg memiliki suhu 50°C. Jika diketahui
kalor jenis es 0,5 kal/g°C dan kalor lebur es 80 kal/g, maka:
1) Es seluruhnya dengan suhu t = 0°C B - S
2) Es dan air dengan suhu t = 0°C B - S
3) Air seluruhnya dengan suhu t = 0°C B - S
4) Es dan air dengan suhu t = 4°C B - S
C1 C2 C3 C4 C5 C6
01 03 13 17 11 19
Faktual
Mengenali Menggambarkan Mengelompokkan Mengurutkan Menemukan Mengkombinasikan
04 02 21 08 06 22
Konseptual
Mengintepretasikan Mengidentifikasi Menyelidiki Menjelaskan Mengkaji Mendesain
18 14 10 16 05 09
Prosedural
Mentabulasi Memprediksi Menghitung Membedakan Menyimpulkan Menyusun
07 15 12 20 23 24
Metakognitif
Menggunakan Memilah Merepreresentasikan Melengkapi Merubah Memodifikasi
Catatan: option yang ditulis dengan tinta merah adalah kunci jawaban
38
E. Data Cakupan Pengetahuan yang Terdapat pada Bahan Ajar Utama Dibandingkan
dengan Hasil Analisis KI dan KD
MATERI ESENSIAL : TERMOMETER HASIL YANG
DAN PENGUKURAN SUHU DIPEROLEH
CAKUPAN KESIMPULAN
ANALISIS DALAM
4 DIMENSI PENGETAHUAN
No KI DAN BUKU
PENGETAHUAN PADA MATERI
KD RUJUKAN
ESENSIAL
Contoh perubahan
1 √ -
suhu
PENGETAHUAN DARI 12
2 Fenomena suhu √ -
FAKTUAL CAKUPAN
Pengertian PENGETAHUAN
3 √ √
thermometer HASIL ANALISIS
4 Pengertian suhu √ - KI DAN KD PADA
5 Sifat termometrik √ √ BUKU HANYA
persamaan sifat TERPENUHI
6 √ √
termometerik SEBANYAK 5
7 Jenis thermometer √ - BUAH
PENGETAHUAN
KONSEPTUAL Titik lebur dan titik
8 √ √
didih
Jenis skala
9 √ √
termometer
Grafik suhu dan
10 √ -
panjang kolom raksa
PENGETAHUAN Cara kalibrasi 5
11 √ - x 100% = 41,67
PROSEDURAL termometer 12
Implementasi %
PENGETAHUAN
12 perbandingan antar √ -
METAKOGNITIF
skala suhu
39
zat padat
7 Pemuaian panjang √ √
8 Pemuaian luas √ √
9 Pemuaian volume √ √
10 Pemuaian zat cair √ √
11 Anomali ari √ -
12 Pemuaian gas √ √
PENGETAHUAN Demonstrasi
13 √ √
PROSEDURAL pemuaian gas
Implementasi
PENGETAHUAN koefisien pemuaian 10
14 √ - x 100% = 71,42
METAKOGNITIF dalam kehidupan 14
sehari-hari %
HASIL YANG
MATERI ESENSIAL : KALOR
DIPEROLEH
CAKUPAN
ANALISIS DALAM KESIMPULAN
4 DIMENSI PENGETAHUAN
No KI DAN BUKU
PENGETAHUAN PADA MATERI
KD RUJUKAN
ESENSIAL
1 Alat pengukur kalor √ -
Fenomena
2 √ -
PENGETAHUAN perubahan wujud zat
FAKTUAL 3 Besaran kalor √ √
Besaran kapasitas
4 √
kalor
`PENGETAHUAN 5 Defenisi kalor √ √ DARI 27
KONSEPTUAL Deenisi kapasitas CAKUPAN
6 √ √
kalor PENGETAHUAN
Persamaan kapasitas HASIL ANALISIS
7 √ √
kalor KI DAN KD PADA
Hubungan kalor, BUKU HANYA
8 √ √
suhu, dan massa TERPENUHI
9 Persamaan kalor √ √ SEBANYAK 16
10 Defenisi kalor jenis √ √ BUAH
Hubungan kalor
11 jenis dengan √ √
kapasitas kalor
Persamaan kalor
12 √ √
dengan jumlah mol
13 Azas black √ √
Persamaan azas 16
14 √ √ x 100% = 59,25
black 27
Hubungan kalor %
15 √ √
dengan energi listrik
Hubungan kalor
16 √ √
dengan usaha
17 Defenisi mencair √ -
18 Defenisi membeku √ -
19 Persamaan kalor √ √
40
lebur
20 Defenisi menguap √ -
Defenisi
21 √ -
mengembun
Persamaan kalor
22 √ √
didih
23 Defenisi menyublim √ -
24 Defenisi deposisi √ -
Grafik suhu terhadap
25 √ √
kalor
Cara pembekuan air
PENGETAHUAN
26 dengan cara √ -
PROSEDURAL
penguapan
Implementasi
PENGETAHUAN
27 hubungan antar √ -
METAKOGNITIF
pemuaian
Persentase Analisis KI dan KD yang Terdapat dalam Materi Suhu dan Kalor:
41
5
Materi Esensial: Termometer dan Pengukuran Suhu : x 100% = 41,67 %
12
10
Pemuaian Benda : x 100% = 71,42 %
14
16
Kalor : x 100% = 59,25 %
27
9
Perpindahan Kalor : x 100% = 69,23 %
13
+
241,57
= %
4
= 60,39 %
Persentase 4 Dimensi Pengetahuan yang Terdapat dalam Materi Suhu dan Kalor:
6
Pengetahuan faktual : x 100 % = 40 %
15
33
Pengetahuan Konseptual : x 100 % = 89,18 %
37
2
Pengetahuan Prosedural : x 100 % = 50 %
4
0
Pengetahuan Metakognitif : x 100 % = 0 %
4
42
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Cimahi : Erlangga.
Sunardi. 2016. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung : Yrama Widya.
43