Oleh:
MUSLIANA
H0417328
i
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan oleh :
Musliana
H0417328
Menyetujui
Majene, 2021
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
Pendidikan Fisika
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Fokus Penelitian 5
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 5
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin berkembang, tentunya memiliki tantangan tersendiri baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Menurut Turiman, Odam, Daud, dan
Kasman (2011) bahwa kemampuan abad ke 21 terdiri dari empat domain utama
yaitu literasi, berpikir inventif, komunikasi yang efektif, dan produktifitas yang
tinggi (Nurdini dkk, 2018, p. 96).
Sandi et al. (2014) menyatakan:
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada zaman sekarang adalah kemampuan yang berhubungan
dengan penguasaan sains yang dimunculkan dengan istilah literasi sains.
Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap
individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat
memahami lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh
masyarakat modern yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk juga masalah sosial kemasyarakatan.
Literasi sains dapat menjadi dasar seseorang dalam mengambil suatu tindakan
dengan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi. Jadi
literasi sains ternyata bukan hanya berpengaruh terhadap perkembangan sains
dan teknologi saja tetapi mempunyai pengaruh yang lebih luas dalam
kehidupan manusia yang dapat mencerminkan budaya suatu komunitas (p. 93).
Melihat kondisi literasi sains di Indonesia saat ini masih tertinggal cukup
jauh dibandingkan dengan negara lain. Maka, hasil studi ini dapat dijadikan
rujukan untuk mengetahui rendahnya kemampuan sains anak-anak di Indonesia.
Berdasarkan laporan PISA 2018 yang baru rilis, Selasa 3 Desember 2019, skor
membaca Indonesia yaitu 371, lalu skor matematika yaitu 379, dan skor sains di
Indonesia yaitu 396 sehingga Indonesia menempati peringkat ke- 72 dari 78
negara peserta PISA yang terlibat atau dengan kata lain Indonesia menempati
peringkat keenam terbawah dari seluruh negara peserta PISA (OECD, 2019).
Setelah dilakukan observasi di Kabupaten Majene diperoleh data bahwa umumnya
sekolah menggunakan buku yang sama. Sekolah-sekolah tersebut diantaranya
yaitu SMAN 1 Majene, SMAN 2 Majene, SMAN 3 Majene, dan MAN Majene.
Hal ini dapat diketahui ketika peneliti mengobservasi ke perpustakaan yang ada di
sekolah tersebut. Salah satu guru dari sekolah tersebut mengatakan bahwa buku
1
ajar fisika hanya sebagian yang merefleksikan literasi sains sehingga peneliti
termotivasi untuk melakukan analisa buku ajar yang digunakan oleh guru di
Sekolah Menengah Atas.
Nurdin, dkk (2018) mengatakan beberapa buku-buku pelajaran yang terbit
sudah menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini, dan telah menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang ada. Namun,
tidak dapat dipungkiri cukup banyak pula buku ajar yang beredar masih kurang
sesuai dan umumnya belum menunjukkan aspek literasi sains. Untuk meninjau hal
tersebut, maka analisis terhadap buku ajar sangat diperlukan sebagai salah satu
penjamin meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini penelitian
tentang analisis buku ajar berdasarkan literasi sains masih jarang dilakukan,
terutama untuk buku-buku ajar fisika khususnya di Kab. Majene.
Kurnia, dkk (2014) juga mengatakan bahwa rendahnya kemampuan
literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
kurikulum dan sistem Pendidikan, pemilihan metode dan model pembelajaran
oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar dan lain
sebagainya. Salah satu faktor yang secara langsung bersinggungan dengan
kegiatan pembelajaran siswa dan mempengaruhi rendahnya kemampuan literasi
sains siswa Indonesia adalah keberadaan sumber belajar siswa dalam hal ini bahan
ajar berbentuk buku yang selama ini masih merupakan sumber utama
pembelajaran siswa di sekolah.
Menurut Pusat Perbukuan (2003), buku ajar merupakan salah satu sumber
pengetahuan bagi siswa di sekolah yang merupakan sarana yang sangat
menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Buku yang dirancang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku akan mengarahkan proses pembelajaran pada arah yang
benar sesuai tuntutan kurikulum dalam meningkatkan aspek literasi (Nurdini, dkk
2018, p.97).
Sedangkan menurut Sandi, et al. (2014) buku ajar yang baik hendaknya
memenuhi dan memuat keseimbangan literasi sains. Namun, buku-buku ajar yang
ada di lapangan umumnya belum menunjukkan keseimbangan kategori literasi
sains. Buku sains yang ada lebih banyak menekankan kepada pengetahuan sains
(Chiappetta et al. 1993). Sedangkan menurut Firman (2007), buku sains yang ada
2
di Indonesia lebih menekankan kepada dimensi conteks daripada dimensi process
dan conteks, sehingga kondisi inilah yang diduga sebagai penyebab rendahnya
tingkat literasi sains anak Indonesia.
Oleh karena pemilihan buku sebagai bahan ajar sangatlah penting, maka
perlu adanya standar atau tolak ukur agar buku dapat digunakan sebagai bahan
ajar yang baik. Dalam bukunya Arifin dan Krusianto (2008:59) menyebutkan
bahwa tolak ukur buku ajar yang baik adalah sebagai berikut:
Format buku sesuai dengan format ketentuan UNESCO yaitu ukuran
kertas A4
Memiliki ISBN
Ditulis dengan gaya bahasa semi formal
Struktur kalimat minimal SPOK
Mencantumkan TIU, TIK dan kompetensi
Disusun sesuai dengan rencana pembelajaran
Menyertakan pendapat atau mengutip hasil penelitian pakar
Menggunakan catatan kaki/catatan akhir/daftar pustaka dan jika mungkin
menyertakan indeks
Mengakomodasi hal-hal atau ide baru
Tidak menyimpang dari falsafah NKRI
Disebutkan pula bahwa setiap halaman buku hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
Setiap alinea berisi satu pokok pikiran
Menggunakan alinea yang pendek
Menggunakan kalimat-kalimat pendek, agar mudah diingat (10-14 kata per
kalimat)
Setiap halaman dibuat menarik dan mudah diingat secara verbal maupun
visual (mengindahkan kaidah penggunaan tipografi dan tata letak yang
baik)
Setiap halaman berisi teks grafik / diagram. taxbel, gambar (berupa foto
maupun ilustrasi), inset pengingat, inset history
Tuliskan kalimat motivasi dan inspirasi
3
Tolak ukur buku ajar yang baik ini wajib diterapkan pada saat penyusunan
buku tersebut. Hal-hal tersebut diatas harus diperhatikan bukan hanya oleh guru
atau pendidik dalam memilih buku ajar, namun juga pengarang, penyusun, serta
penerbit buku agar buku yang hendak diterbitkan dapat digunakan secara layak
nantinya dalam pembelajaran.
Berdasarkan ulasan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian dengan
menganalisis buku ajar fisika berdasarkan muatan literasi sains memang diperlu
dilakukan sebagai salah satu penjamin meningkatnya kualitas pendidikan di
Indonesia sehingga membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan
atau fenomena ilmiah yang mereka temui saat belajar di sekolah maupun di
kehidupan sehari-hari. Sehingga hal ini menjadi langkah awal untuk menumbuh
kembangkan literasi sains di kehidupan sekolah maupun masyarakat khususnya di
Kabupaten Majene. Untuk melihat perkembangan literasi sains di Sekolah
Menengah Atas Kelas XI di Kabupaten Majene maka peneliti termotivasi untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Buku Ajar Fisika Bermuatan
Literasi Sains Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Majene”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang adalah kemampuan yang
berhubungan dengan penguasaan sains atau biasa disebut dengan literasi
sains. Namun, kenyataannya kondisi literasi sains di Indonesia masih
tertinggal cukup jauh dibandingkan dengan negara lain.
2. Buku ajar yang baik hendaknya memenuhi dan memuat keseimbangan
literasi sains. Namun, buku-buku ajar yang ada di lapangan umumnya
belum menunjukkan keseimbangan kategori literasi sains.
4
C. Fokus Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana tingkat muatan literasi
sains buku ajar fisika yang digunakan pada Kelas XI SMA di Kabupaten Majene?.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif survey yang bertujuan
untuk menggambarkan ruang lingkup literasi sains pada buku ajar fisika SMA
kelas XI yang dianalisis. Langkah awal dalam penelitian ini yaitu melakukan
survei buku ajar Fisika yang digunakan di 4 SMA Negeri di Kabupaten Majene.
Selanjutnya peneliti memilih empat buku ajar Fisika yang telah lulus Pusat
Perbukuan serta yang paling banyak digunakan oleh siswa dan guru di sekolah-
sekolah tersebut. Buku tersebut diinisialkan buku L, M, N dan O.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
Untuk mengetahui muatan literasi sains buku ajar Fisika Kelas XI SMA Negeri di
Kabupaten Majene.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi:
1. Manfaat Teoritis
Analisis buku ajar fisika berdasarkan muatan literasi sains dapat
memberikan informasi tentang tingkat muatan literasi sains pada buku ajar
fisika yang termasuk kategori literasi sains. Membantu peserta didik dalam
menyelesaikan permasalahan atau fenomena ilmiah yang mereka temui di saat
belajar maupun di kehidupan sehari-hari. Menjadikan langkah awal untuk
menumbuhkembangkan literasi sains di kehidupan sekolah maupun di
masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
5
Mampu mengamati dan memberikan informasi tentang muatan literasi
sains pada buku ajar fisika. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan
wawasan mengenai tingkat muatan literasi sains pada buku ajar fisika.
b. Bagi pengguna hasil penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pihak yang
sedang melakukan penelitian, memberikan bahan bacaan dan menambah
wawasan kepada pembaca serta menjadi bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi Sains
7
berdasarkan bukti mengenai isu-isu yang berkaitan dengan sains; (2) pemahaman
mengenai karakteristik sains sebagai bentuk pengetahuan dan penyelidikan
manusia; (3) kesadaran mengenai bagaimana sains dan teknologi membentuk
materi, intelektual, dan budaya; serta (4) kesedian untuk terlibat dalam isu-isu
sains dan ide-ide sains sebagai warga negara yang reflektif (Yunus,dkk 2017, pp.
144, 145).
Menurut OECD (Kemendikbud, 2017) literasi sains dapat diartikan
sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta
mengambil kesimpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains,
kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam,
intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu
yang terkait sains.
Selain itu, literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dikuasai setiap individu karena hal ini erat dengan bagaimana seseorang dapat
memahami lingkungan hidup dan masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat modern yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk juga masalah sosial kemasyarakatan.
Literasi sains dapat menjadi dasar seseorang mengambil suatu tindakan dengan
memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi. Jadi literasi ternyata
bukan hanya berpengaruh yang lebih luas dalam kehidupan manusia yang dapat
mencerminkan budaya suatu komunita (Sandi, 2012, p. 94)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang
meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah
pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah kemampuan
menggunakan konsep sains untuk menjelaskan fenomena-fenomena ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Indikator Literasi Sains
Menurut Chiapetta et al.(sandi dkk, 2014) dalam jurnalnya A Quantitative
Analysis of High School Chemistry Textbook for Scientific Literacy and
8
Expository Learning Aids, menyebutkan empat indikator literasi sains yang
digunakan untuk menganalisis buku ajar sains sebagai berikut:
a. Pengetahuan sains (the knowledge of science). Kategori ini digunakan jika
tujuan dari teks pada buku yang dianalisis adalah:
1) Menyajikan fakta-fakta konsep-konsep prinsip-prinsip dan hukum-hukum
9
2) Menunjukkan efek negatif dari ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat
3) Mendiskusikan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu sains
atau teknologi
4) Menyebutkan karir-karir dan pekerjaan-pekerjaan di bidang ilmu dan
teknologi
Kategori tersebut yang digunakan dalam menganalisis muatan literasi sains
dalam buku ajar Fisika pada penelitian ini.
B. Buku Ajar
10
Nasional Pendidikan”. Buku yang dirancang berdasarkan tuntunan kurikulum
yang berlaku untuk meningkatkan aspek literasi sains siswa.
Sedangkan menurut Tarigan & Tarigan (2009) buku ajar adalah buku
pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun
oleh para pakar dalam bidang itu dengan maksud-maksud dan tujuan
instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan
mudah dipahami oleh para pemakainya baik di sekolah maupun di perguruan
tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.
Tak hanya itu Yuliyanti, dkk (2014) pun juga mengungkapkan bahwa
buku ajar merupakan komponen Pendidikan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Tersedianya buku ajar yang berkualitas dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran. Nyatanya, masih ada buku ajar yang
menekankan pada dimensi konten dibanding dimensi proses dan konteks
sebagaimana dituntut oleh Programme for Internasional Student Assessment
(PISA). Kondisi inilah diduga penyebab rendahnya literasi sains anak Indonesia.
Bukan hanya itu saja, beberapa buku-buku pelajaran yang terbit sudah
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, dan
telah menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang ada, serta telah dinyatakan
layak untuk dipakai. Namun tidak bisa dipungkiri, cukup banyak buku pelajaran
yang beredar masih kurang sesuai dan memiliki berbagai kelemahan dan masalah-
masalah dari berbagai sisi (Sandi, et al. 2014, p. 96)
Menurut Adisendjaja (2009) menyatakan:
Buku pelajaran yang banyak beredar di Indonesia sejauh ini terlalu
materialistik, kering, dan tidak menggungah kesadaran afektif (emosional)
siswa. Meskipun berorientasi kognitif yang amat kental. Namun, secara
intelektual tidak mampu menggerakkan daya kritis dan rasa ingin tahu
pembacanya (guru dan siswa). Lebih lanjut pada penelitian Adisendjaja
(2009), International Education Achievement di tahun 1999 melaporkan
bahwa minat baca siswa di sekolah-sekolah Indonesia, menempati nomor
2 (dua) terakhir dari 39 negara yang disurvei. Kondisi ini diduga berawal
dari kesan pertama yang buruk dengan buku, dalam hali ini buku pelajaran
yang angker, berat, dan kurang menarik. Sebuah riset yang dilakukan oleh
Redjeki (Adisendjaja. 2009) misalnya, menunjukkan bahwa buku-buku
pelajaran yang dikomsumsi pelajar Indonesia tertinggal 50 tahun dari
perkembangan terbaru sains modern.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa buku ajar adalah salah satu
sumber pengetahuan yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
11
serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya untuk mendukung keberhasilan
proses pembelajaran baik di sekolah maupun di perguruan tinggi.
12
Setiap halaman berisi teks grafik / diagram. taxbel, gambar (berupa foto
maupun ilustrasi), inset pengingat, inset history
Tuliskan kalimat motivasi dan inspirasi
Tolak ukur buku ajar yang baik ini wajib diterapkan pada saat penyusunan
buku tersebut. Hal-hal tersebut diatas harus diperhatikan bukan hanya oleh guru
atau pendidik dalam memilih buku ajar, namun juga pengarang, penyusun, serta
penerbit buku agar buku yang hendak diterbitkan dapat digunakan secara layak
nantinya dalam pembelajaran.
Tak hanya itu buku teks yang baik haruslah menarik dan mampu
merangsang minat siswa untuk termotivasi belajar. Dengan buku yang menarik
siswa akan mau belajar dan tertarik untuk memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan pendapat Greene dan Petty terdapat 10 kriteria yang harus
dipenuhi untuk buku teks yang berkualitas yaitu :
1) Buku teks harus menarik minat anak-anak
2) Buku teks harus mampu memberi motivasi bagi siswa
3) Buku teks juga harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa-siswanya
4) Buku teks seyogyanya harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistis
5) Buku teks juga haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya
6) Buku teks juga harus menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi
para siswa
7) Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang
samar-samar
8) Buku teks juga harus mempunyai sudut pandang yang jelas
9) Selain itu buku tes haruslah mampu memberi pemantapan penekanan nilai-
nilai anak dan orang dewasa
10) Buku teks harus menghargai perbedaan perbedaan pribadi para siswa dan
pemakaiannya (Prayoga A, 2011).
Dengan demikian, analisis terhadap kondisi buku ajar penting sekali dilakukan,
terutama yang berhubungan dengan muatan literasi sains. Buku ajar yang
dianalisis berupa buku fisika, yang merupakan bagian dari pendidikan sains dan
salah satu mata pelajaran di sekolah.
13
C. Penelitian yang Relevan
14
presentasi yang baik tentang sifat sains. Teks ini memiliki persentase ilmu
pengetahuan sebagai cara berpikir tertinggi di antara lima buku teks yang
dianalisis. Sehingga, penelitian tersebut relavan dengan penelitian yang
akan dilakukan karena bertujuan untuk mengidentifikasi muatan literasi
sains pada buku ajar Fisika.
4. Yulianti, dkk (2014) dengan judul “Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas
XI Berdasarkan Muatan Literasi Sains di Kabupaten Tegal”. Dengan
hasil penelitian yaitu didapatkan rata-rata persentase kemunculan empat
kategori literasi sains pada ketiga buku ajar yang dianalisis sebagai berikut
pengetahuan sains sebesar 69,61% penyelidikan tentang hakikat sains
sebesar 16,85%, sebagai cara berfikir sebesar 10,22% dan interaksi sains
teknologi dan masyarakat sebesar 3,32%. Dari hasil analisis ketiga buku ajar
tersebut menunjukkan bahwa kategori pengetahuan sains sangat dominan
dibandingkan dengan ketiga kategori lainnya secara umum. Buku ajar yang
dianalisis banyak menyajikan pengetahuan sains yakni menyajikan fakta-
fakta konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori dan model. Penelitian ini
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan karena bertujuan untuk
mengidentifikasi muatan literasi sains pada buku ajar Fisika.
5. Sandi, dkk (2014) dengan judul “Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas X
di Kota Bandung Berdasarkan Komponen Literasi Sains”. Dengan hasil
penelitiannya menyatakan bahwa ruang lingkup kategori literasi sains pada
buku ajar fisika sma kelas X secara keseluruhan lebih banyak memunculkan
kategori pengetahuan sains dengan jumlah dan presentase kemunculan
sebesar 1915 pernyataan dan 44,5%; kategori berikutnya adalah kategori
sebagai cara berfikir dengan jumlah dan presentasi sebesar 1264 pernyataan
dan 29,4%; kategori penyelidikan hakikat sains memiliki jumlah dan
persentase sebesar 730 pernyataan dan 17,0% sedangkan kategori interaksi
sains, teknologi dan masyarakat adalah kategori yang paling sedikit muncul
yakni dengan jumlah dan persentasi kemunculan sebesar 390 pernyataan
dan 9,1%.
6. Maturradiyah, dkk (2015) dengan judul “Analisis Buku Ajar Fisika SMA
Kelas XII di Kabupaten Pati Berdasarkan Muatan Literasi Sains”.
15
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa materi pada semua buku lebih
menekankan kategori pengetahuan sains seperti fakta, konsep, prinsip,
hukum, hipotesis, teori, model dan meminta siswa untuk mengingat
pengetahuan atau informasi. Maka penelitian ini revelan dengan penelitian
yang akan dilakukan karena membahas muatan literasi pada buku ajar
Fisika SMA di Kabupaten Majene.
7. rdini, dkk (2018) dengan judul “Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI
Semester 1 di Kota Bandung Berdasarkan Keseimbangan Aspek
Literasi Sains”. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa perbandingan
ketiga buku yang dianalisis ketiganya memiliki kecenderungan literasi sains
yang sama yakni jumlah dan persentasi kemunculan terbesar pada aspek
pengetahuan sains. Pada aspek ini lebih lebih menekankan pada sub aspek
penyajian kata, fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum. Ketidakseimbangan
literasi sains menyebabkan siswa hanya dituntut untuk menghafal tanpa
adanya aktivitas berfikir, bereksperimen atau menyelidiki berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh maka yang dapat diberikan adalah menambahkan
muatan aspek penyelidikan hakikat sains dan sains sebagai cara berfikir
khususnya untuk aspek literasi antara sains teknologi dan masyarakat dalam
penulisan buku ajar. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi sains pada
buku ajar Fisika SMA di Kabupaten Majene.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Objek pada penelitian ini adalah buku ajar fisika SMA kelas XI. Populasi
pada penelitian ini adalah semua materi pada empat buku ajar Fisika SMA kelas
XI yang paling banyak digunakan di Kabupaten Majene dengan kurikulum 2013
revisi 2016. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa
pokok bahasan pada buku yang dianalisis.
C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini yaitu buku ajar fisika yang telah lulus Pusat
Perbukuan serta yang paling banyak digunakan oleh siswa dan guru-guru di
sekolah. Adapun data yang digunakan berupa buku ajar Fisika kelas XI MIPA
dari 4 sekolah yaitu SMAN 1 Majene, SMAN 2 Majene, SMAN 3 Majene, dan
MAN 1 Majene. Peneliti ingin mengetahui kondisi literasi sains terkhusus di
Kabupaten Majene melalui muatan materi pada buku ajar Fisika. Sehingga
peneliti mengambil beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Majene ini.
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi
berupa check list yang berisi indikator literasi sains dengan format “ya” dan
“tidak”. Pengambilan sampel buku ajar dilakukan dengan cara multistage
sampling yang terdiri atas 2 tahap yaitu tahap pemilihan bab dan tahap pemilihan
halaman pemilihan bab diambil 20% dari jumlah bab yang ada pada setiap buku
ajar yang terpilih dan diambil secara acak. Untuk pemilihan halaman diambil 20%
dari jumlah halaman pada bab yang dianalisis, sampel ini diambil secara
18
purposive sampling yaitu memilih halaman sesuai dengan indikator kategori
literasi sains yang mewakili bab itu.
Daftar unsur-unsur teks/unit yang dianalisis yaitu paragraf-paragraf,
pertanyaan-pertanyaan, gambar-gambar, tabel-tabel beserta keterangannya,
komentar-komentar singkat yang lengkap, dan aktivitas laboraratorium atau
aktivitas hands-on. Daftar halaman yang tidak perlu dianalisis dalam buku ajar
seperti halaman yang hanya mengandung pertanyaan ulasan atau kosakata, dan
pencantuman tujuan serta sasaran (Chiappetta et al., 1991).
Pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara menganalisis per
paragraf materi dari setiap halaman yang dianalisis dan mencocokkannya dengan
instrumen lembar indikator literasi sains pada setiap buku. Selanjutnya
pengambilan data dilakukan oleh dua pengamat. Menurut Arikunto
(Maturradiyah, dkk 2015, p. 18) mengatakan untuk menentukan toleransi
perbedaan hasil pengamatan digunakan teknik pengetesan reliabilitas pengamatan
menggunakan rumus koefisien kesepakatan.
Menurut Chiapetta et al., koefisien kesepakatan atau KK dapat
menunjukkan tingkat kesepakatan antara pengamat dalam menganalisis materi
pelajaran pada ketiga buku ajar fisika berdasarkan literasi sains. Semakin tinggi
tingkat koefisien kesepakatan (KK) maka realibilitas suatu data hasil analisis
semakin bagus. Hasil koefisien kesepakatan direkap dalam tabel rekapitulasi
dengan kategori sebagai berikut > dari 0,40 sangat buruk; 0,40 - 0,75 bagus; dan >
0,75 sangat bagus (Maturradiyah dkk, 2015).
19
literasi sains. Pada penelitian ini triangulasi sumbernya yaitu dari observer dan
penilaian dari tim ahli (Sugiyono, 2016, p.274).
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang di peroleh peneliti
kepada pemberi data. Member check di lakukan peneliti melalui forum diskusi
kelompok. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan agar informasi yang
diterima peneliti berupa analisis buku ajar berdasarkan literasi sains yang telah
di observasi oleh observer dan tim ahli. Setelah data disepakati, maka para
pemberi data diminta untuk menandatangani supaya lebih otentik.
Member check dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara
peneliti mengecek data dari observer dan tim ahli, dan melakukan diskusi dan
memberikan kesepakatan antar peneliti, observer dan ahli, serta para pemberi
data diminta untuk menandatangani supaya lebih otentik (Sugiyono, 2016, p.
276).
3. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis lebih lanjut adalah materi yang dibahas dalam buku
ajar fisika SMA Kelas XI. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa
tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, antara lain melakukan studi literatur tentang literasi
sains dan buku ajar serta menyusun instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan, antara lain melakukan survei buku ajar fisika yang
digunakan di Kabupaten Majene, melakukan sampling (menentukan
tiga buku ajar yang dianalisis dan menentukan sampel yang
dianalisis), melakukan analisis terhadap buku ajar, menuliskan
pernyataan yang sesuai dengan indikator kategori literasi sains pada
instrumen lembar analisis literasi sains, kemudian melakukan
verifikasi data hasil analisis kepada ahli.
3. Tahap akhir, antara lain mengolah dan menganalisis data hasil
penelitian dengan menghitung jumlah dan persentase kemunculan
indikator literasi sains pada masing-masing buku ajar. Kemudian
terakhir menarik kesimpulan.
20
Teknik pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Menjumlahkan kemunculan pernyataan masing-masing indikator
literasi sains pada setiap buku yang dianalisis.
2. Melakukan rekapitulasi jumlah kemunculan pernyataan per kategori
literasi sains.
3. Menghitung presentase kemunculan kategori literasi sains pada setiap
buku yang dianalisis.
Adapun perhitungannya menggunakan perumusan sebagai berikut
ΣJumlah pernyataan tiap kategori
%= 100 %
ΣJumlah seluruh pernyataan
4. Menentukan rata-rata presentase komposisi masing-masing kategori
literasi sains dari buku ajar yang dianalisis.
5. Memberikan analisis deskriptif berdasarkan data yang telah diolah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Firman, H. (2007) Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional.
Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Yunus A, T. H. (2017). Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika,
Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, R&D dan Penelitian Pendidikan). Bandung : Alfabeta
Vargas del Valle, P., Piñeiro Becerra, M. S., Palomino Montenegro, H., Torres-
Quintana, M. a., Balducci, L., Ramachandran, A., Hao, J., Narayanan, K., Evans,
C., George, A., Kalha, A. S., Kachiwala, V. A., Govardhan, S. N., McLaughlin, R.
P., Khurshaid, S. Z., Chibebe, P. C., Starobinas, N., Pallos, D., Mérida, I., …
Teixeira, C. C. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健
康関連指標に関する共分散構造分析 Title. American Journal of Orthodontics
and Dentofacial Orthopedics, 20(1), 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.ajodo.2017.09.016%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/?term=M+Yamaguchi+RANK+?+RANKL+?
+OPG+during+orthodontic+tooth+movement
%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ajodo.2018.10.015%0Ahttp://dx.doi.org/10.1186/s4
0510-016-0158-5%0Ahttp://ww
Chiappetta, E. L., Sethna, G. H., & Fillman, D. A. (1993). Do middle school life
science textbooks provide a balance of scientific literacy themes? Journal of
Research in Science Teaching, 30(7), 787–797.
https://doi.org/10.1002/tea.3660300714
22
Kecerdasan, I., & Ikep, P. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に
おける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 6.
Hanushek, E. A., Piopiunik, M., & Wiederhold, S. (2020). The Value of Smarter
Teachers International Evidence on Teacher Cognitive Skills and Student
Performance. Journal of Human Resources, 54(4), 857–899.
https://doi.org/10.3368/jhr.54.4.0317.8619R1
Sains, L., & Kabupaten, D. I. (2014). Analisis Buku Ajar Fisika Sma Kelas Xi
Berdasarkan Muatan Literasi Sains Di Kabupaten Tegal. Unnes Physics
Education Journal, 3(2). https://doi.org/10.15294/upej.v3i2.3597
Lks, P., Terintegrasi, F., Berbasis, K., Ctl, P., Meningkatkan, U., & Belajar, H.
(2014). Unnes Physics Education Journal. 3(3), 77–83.
Mochamad Irsyan, S., Setiawan, A., & Rusnayati, H. (2013). Analisis buku ajar
fisika SMA kelas x di kota Bandung berdasarkan komponen literasi sains.
Prosidings Seminar Nasional Fisika 2013, 94–102.
Kurnia, F., . Z., & Fathurohman, A. (2014). Analisis Bahan Ajar Fisika Sma Kelas
Xi Di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains.
Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 43–47.
https://doi.org/10.36706/jipf.v1i1.1263
Tarbiyah, F. (2011). Analisis kelayakan isi buku teks pelajaran fisika sma.
. Kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia masih rendah. Hal ini
didasarkan pada hasil evaluasi oleh lembaga internasional OECD
(Organization for Economic 1. (1945). 1–6.
Maturradiyah, N., Rusilowati, A., Fisika, J., Matematika, F., & Pengetahuan, I.
(2015). ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XII DI
KABUPATEN PATI BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS.
UPEJ Unnes Physics Education Journal, 4(1).
https://doi.org/10.15294/upej.v4i1.4731
23
LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR OBSERVASI :
1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan !
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti!
3. Isilah pernyataan dengan jujur sesuai kenyataan pada diri anda!
4. Berilah tanda (√) pada alternatif jawaban YA atau TIDAK yang anda
anggap paling benar!
5. Keseluruhan pernyataan harus dijawab
6. Pada kolom keterangan ditulis bab, halaman dan kalimat yang menyatakan
kategori literasi sains!
Buku : Nama observer :
Bab : Hari/tanggal :
25
8. Buku menyajikan
metode ilmiah dan
pemecahan masalah
IV. Interaksi Sains, Teknologi dan Masyarakat
1. Buku menggambarkan
kegunaan ilmu sains
dan teknologi bagi
masyarakat
2. Buku menunjukkan
efek negatif dari ilmu
sains (Fisika) dan
teknologi bagi
masyarakat
3. Buku mendiskusikan
masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan
ilmu sains atau
teknologi
4. Buku menyebutkan
karir-karir dan
pekerjaan-pekerjaan di
bidang ilmu dan
teknologi.
26
JADWAL PENELITIAN
Bulan
No Kegiatan
Februari Maret
1. Persiapan Penelitian
a. Mengurus
perizinan
b. Koordinasi dengan
kepala sekolah dan
guru
c. Menyusun angket
dan tes membaca
d. Melakukan uji
coba angket dan
tes
e. Menganalisis hasil
uji coba dan
merevisi angket
dan tes
f. Finalisasi dan
penggadaan angket
dan tes
2. Pelaksanaan
Penelitian
a. Pelaksanaan proses
membaca dan
pengukuran minat
baca
b. Pelaksanaan
eksperimen
c. Pelaksanaan
posttes
d. Analisis data hasil
eksperimen
27