Anda di halaman 1dari 21

Critical Journal Review (CJR)

" KEMAMPUAN ARGUMENTASI DAN


KEMAMPUAN LITERASI SAINS PESERTA
DIDIK KELAS XI MIPA PADA MATERI
SEL"

(Risti Hilda Fadlika , Diana Hernawati ,Vita Meylani)

(Jurnal Pendidikan IPA-Lensa (Lentera Sains),Volume 12 Issue


1,2022,P 9-18)

Nama : Mufliha Hanna Zein

NIM : 4203351035

Dosen Pengampu : Dr.Mariati Purnama


Simaanjuntak, S.Pd.,M.Si.
Mata Kuliah : Metopel Pendidikan

Program Studi : S1-Pendidikan IPA

Kelas : Pendidikan IPA B 2020

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Critical Journal
Review (CJR) ini.

Critical Journal Review (CJR) ini saya susun dengan maksud sebagai salah satu tugas
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan sebagai penambah wawasan dan
pemahaman bagi saya mengenai materi yang sedang saya pelajari yaitu mengenai
pembelajaran Metodologi Penelitian. Harapan saya setelah menulis Critical Journal Review
(CJR) ini ,saya dan teman-teman yang membaca akan lebih mengerti tentang materi ini.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Dr.Mariati Purnama
Simaanjuntak, S.Pd.,M.Si dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Critical Journal Review (CJR) ini .
Saya menyadari bahawa tugas Critical Journal Review (CJR) saya ini masih memiliki
banyak kekurangan,oleh karena itu saya berharap adanya kritik dan saran akan tugas Critical
Journal Review (CJR) saya ini.

Akhir penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka, yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah. Amin Yaa Robbal’Alamiin.

Medan, September 2022

Penyusun

Mufliha HannaZein

4203351035

1
1. Judul Kemampuan Argumentasi Dan Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA Pada Materi Sel

2. Jurnal Jurnal Pendidikan IPA-Lensa (Lentera Sains)


3. Donlowad https://jurnallensa.web.id/index.php/lensa/articel/view/
156/98
4. Volume dan Halaman Volume 12, Issue 1 (Halaman 9-18)
5. Tahun 2022
6. Penulis Risti Hilda Fadlika(1) , Diana Hernawati(2) ,Vita
Meylani(3)
7. Reviewer Mufliha Hanna Zein
8. Tanggal 08 Agustus 2022
9. Abstrak Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi


antara kemampuan argumentasi dan literasi sains pada
-Tujuan Penelitian materi sel di kelas XI MIPA SMA Negeri 22 Kabupaten
Tangerang.

-Subjek Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah


korelasional.Sampel yang digunakan berjumlah 38
orang dengan teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling
Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal
uraia kemampuan argumentasi yang mengacu pada
indikator.Hasil kemampuan argumentsi diukur
-Assesment Data menggunakan soal uraian yang terdiri dari 13 soal
kemampuan argumentasi dari 16 soal kemampuan
literasi sains.Hasil penelitian disimpulkan terdapat
korelasi antara kemampuan argumentasi dengan literasi
sains peserta didik dengan koefisien korelasi sebesar
0,426 dengan katagori sedang.

-Kata Kunci Kemampuan Argumentasi;Kemampuan Literasi Sains

2
3
10. Argumentasi sering didefinisikan sebagai
pembenaran klaim dengan bukti dan alasan (Shinta &
Filia, 2020; Sakai et al., 2020). Ini diakui secara luas
sebagai kemampuan penting untuk dipelajari di sekolah,
baik untuk pengembangan peserta yang melek kritis dan
pemahaman yang mendalam tentang disiplin ilmu yang
dipelajari (Monte-Sano, 2016). Banyak masalah yang
kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak terbatas
pada batas-batas disiplin atau mata pelajaran, tetapi
bersifat kompleks dan multi-interdisipliner. Meskipun
argumentasi dianggap sebagai pembenaran klaim
dengan bukti dan alasan, diakui bahwa tindakan
membangun dan mengkritisi argumen memerlukan
kemampuan argumentasi yang sedikit berbeda, tetapi
saling melengkapi (Osborne et al., 2016). Kemampuan
ini dapat dipupuk di sekolah melalui berbagai konsep di
Pendahuluan mana argumentasi merupakan praktik epistemik penting
dari disiplin tersebut (Wolfe, 2011).
Dalam konteks seperti itu, perhatian perlu
difokuskan secara simultan pada pengembangan
argumentasi siswa dengan berbagai sumber ajar.
Bahkan argumentasi telah diteliti secara ekstensif dalam
banyak konteks. Seperti halnya bagaimana menilai
kompetensi peserta didik tentang argumentasi dalam
sains (Osborne et al., 2016). dengan
mempertimbangkan literasi sainsnya dari berbagai
referensi yang relevan.
Literasi sains itu ada mendasari sebagian besar
pendidikan sains saat ini (Snow & Dibner, 2016;
Sengul, 2019). Literasi sains yang melibatkan
komponen konsep, konteks, dan konsekuensi. Banyak
standar pendidikan sains nasional, yang bertujuan untuk
mempromosikan literasi sains untuk semua, hampir
seluruhnya berfokus pada menetapkan pengetahuan
4
konseptual dan praktik yang mendasari literasi sains,
dengan mengacu pada karakteristik afektif yang perlu
dikembangkan secara paralel dengan pengetahuan dan
keterampilan konseptual. Hal ini menyoroti mengapa
sangat penting pengembangan literasi sains dengan
mengkritisi argumen yang mendasari banyak dokumen
standar nasional dengan peran pentingnya untuk
pembelajar sains sepanjang hayat.
Belajar sepanjang hayat merupakan kunci utama
dalam transfer pengetahuan untuk meningkatkan dan
memanfaatkan pengetahuan secara terperinci dan
relevan dengan situasi spesifik, bukan hanya
pengetahuan umum dan dangkal (Day & Goldstone,
2012).
Pembelajar seumur hidup biasanya memiliki
sikap tertentu, seperti 'kemauan untuk belajar,
keterbukaan terhadap perspektif yang berbeda dan
ketekunan.' Mereka 'berkomitmen untuk menyediakan
ruang untuk belajar, dan mendekati aktivitas sehari-hari
dengan tujuan meningkatkan keterampilan dan
mengumpulkan pengetahuan' (Cai & Gut, 2020).
Namun kebanyakan orang sering tidak terlibat dalam
pembelajaran yang diprakarsai sendiri, melainkan
sering membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan literasi sains adalah dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memahami
sains baik secara teori maupun praktik, serta
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berargumentasi dalam menghadapi masalah kehidupan
sehari-hari.
Kecenderungan yang terjadi pada proses
pembelajaran biologi di SMAN 22 Kabupaten
Tangerang peserta didik yang aktif bertanya dan
5
menjawab pertanyaan hanya sebagian saja dan
umumnya oleh peserta didik yang sama. Pada saat sesi
diskusi kelompokpun hanya sebagian peserta didik yang
aktif mengemukakan argumen dan menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan cara mencari dari
berbagai sumber literasi. Adapun pada saat peserta
didik memberikan argumen, umumnya peserta didik
hanya memberikan argumen yang mengandung claim
tanpa adanya pembuktian yang berkaitan dengan
kesimpulan yang dibuat.
Untuk itu penting dilakukan penelitian mengenai
kemampuan argumentasi dan literasi sains peserta didik
kelas XI MIPA. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dan masukkan bagi guru dan sekolah
untuk meningkatkan proses pembelajaran agar
kemampuan argumentasi dan literasi sains peserta didik
meningkat.

6
11. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November 2020 – Januari 2021. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIPA di SMA
Negeri 22 Kabupaten Tangerang tahun ajaran
-Langkah Penelitian 2020/2021. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling (Fraenkel, 2010)
dengan pertimbangan memiliki nilai rata-rata rapot
terendah sehingga hasil belajar tergolong rendah,
motivasi belajar rendah, keaktifan peserta didik dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat kurang dan
kemampuan literasi lebih rendah dibandingkan kelas
lainnya. Adapun subjek penelitian adalah peserta didik
kelas XI MIPA 2 dengan jumlah 38 orang.
Pada indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah,
khususnya materi sel peserta didik cukup mampu
mengingat, mengidentifikasi, menggunakan dan
menerapkan pengetahuan ilmiah yang dimilikinya. Hal
ini sejalan dengan Hernawati et al., (2015) memaparkan
-Hasil Penelitian bahwa indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah
ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana peserta didik
dalam memahami suatu konsep materi, sehingga dapat
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya sesuai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Pada
indikator menafsirkan data dan bukti secara ilmiah,
khususnya materi sel peserta didik kurang mampu
menjelaskan, mengevaluasi dan memberikan
kesimpulan dari data dan bukti yang disediakan..

7
Skor yang diperoleh peserta didik sangat
beragam, dimana hal ini dikarenakan kemampuan
peserta didik dalam menjawab soal berbeda-beda.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
kemampuan peserta didik beragam mulai dari minat,
latar belakang pendidikan orang tua, kurikulum yang
digunakan, metode belajar, bahan ajar, maupun
lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hidayah et al. (2019) mengemukakan bahwa orang tua
peserta didik yang memiliki latar belakang pendidikan
tinggi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada
literasi sains peserta didik dibandingkan aktivitas
pengajaran. Dimana, orang tua yang memiliki latar
belakang pendidikan tinggi dapat mendorong peserta
didik lebih rajin belajar baik di rumah maupun di
sekolah. Hidayahtika et al. (2020); Amin (2017)
menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi literasi
sains peserta didik adalah sumber ajar yang belum
memenuhi keinginan peserta didik dalam membaca.
Sehingga ini berdampak pada kurangnya minat peserta
didik dalam membaca. Seyogyanya dapat menjadi
referensi bagaimana menumbuhkan minat berliterasi
sehingga mampu memberikan wawasan yang baik
terutama dalam penerapan sains di kehidupan sehari-
-Diskusi Penelitian hari.
Aspek konteks diukur dengan menggunakan tes
berupa soal uraian materi sel yang terdiri dari 16 soal.
Persentase hasil jawaban peserta didik paling tinggi
sebesar 89,47% yang membahas mengenai metabolisme
sel pada kecambah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar peserta didik memahami faktor utama apa
yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah
berdasarkan data yang disediakan, artinya bahwa
sebagian besar peserta didik sudah mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi
di lingkungan sekitarnya yang berhubungan dengan
sains. Sedangkan hasil jawaban aspek konteks literasi
sains peserta didik paling rendah yaitu sebesar 39,47%
yang membahas mengenai metabolisme sel pada cacing
tabung, sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik
kurang memahami proses metabolisme sel yang terjadi
pada cacing tabung.
sedangkan skor minimum yang diperoleh peserta
didik adalah 9. Pada aspek pengetahuan persentase hasil
jawaban peserta didik paling tinggi sebesar 60,53% yang
membahas mengenai metabolisme sel pada kecambah.

8
 Amin, M. (2017). Sadar Berprofesi Guru Sains ,
Sadar Literasi : Tantangan Guru Di Abad 21.
April.
 Bansal, G. (2021). Indian pre-service teachers’
conceptualisations and enactment of inquiry-
based science education. Education 3-13, 49(3),
275-287
 Cai, J., & Gut, D. (2020). Literacy and Digital
Problem -solving Skills in the 21st Century:
What PIAAC Says about Educators in the
United States, Canada, Finland and Japan.
Teaching Education, 31(2), 177–208.
 Cho, K. L., & Jonassen, D. H. (2002). The
effects of argumentation scaffolds on
-Daftar Pustaka argumentation and problem solving. Educational
Technology Research and Development, 50(3).
 Day, S. B., & Goldstone, R. L. (2012). The
Import of Knowledge Export: Connecting
Findings and Theories of Transfer of Learning.
Educational Psychologist, 47(3), 153–176.

9
 Fraenkel, J. R. dan N. E. W. (2010). How to
Design and Evaluate Research in Education (7th
ed.). McGraw-Hill.
 Hernawati, D, & M, A. (2016). The Student
Perceptions On Learning Models Of Inquiry
Integrated Project Based Learning Towards
Science Process Skill Of Student And Scientific
Literacy. Research Report.
 Hernawati, Diana, Meylani, V., & Amin, M.
(2015). Analisis Kognitif Mahasiswa Biologi
Melalui Literasi Sains Terhadap Materi Zoologi
Vertebrata. Seminar Nasional Ke-2 Biologi/IPA
Dan Pembelajarannya, 1120–1126.
 Hidayah, N., Rusilowati, A., & Masturi, M.
(2019). Analisis Profil Kemampuan Literasi
Sains Siswa Smp/Mts Di Kabupaten Pati.
Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA, 9(1).
https://doi.org/10.21580/phen.2019.9.1.3601.
 Hidayahtika, F., Suprapto, P. K., & Hernawati,
D. (2020). Keterampilan Literasi Sains Peserta
Didik dengan Model Pembelajaran Reading,
Questioning, and Answering (RQA) dalam
Pembelajaran Biologi. Quagga: Jurnal
Pendidikan Dan Biologi.
https://doi.org/10.25134/quagga.v12i1.
 Monte-Sano, C. (2016). Argumentation in
History Classrooms: A Key Path to
Understanding the Discipline and Preparing
Citizens. Theory into Practice, 55(4), 311–319.
https://doi.org/10.1080/00405841.2016.
 Osborne, J. F., Henderson, J. B., MacPherson,
A., Szu, E., Wild, A., & Yao, S. Y. (2016). The
development and validation of a learning
progression for argumentation in science.
10
Journal of Research in Science Teaching, 53(6),
821–846. https://doi.org/10.1002/tea.
 Suciati, Resty, W, I., Itang, Nanang, E., Meikha,
Prima, & Reny. (2014). Identifikasi
Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Ditinjau dari Aspek-Aspek Literasi Sains.
Prosiding Pendidikan Sains UNS, 1(1).
,

11
2015(Snips), 485–488.
 Paraniti, A. a i, & Noviyanti, p l. (2019).
EVALUASI RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PADA PELAKSANAAN
PPL TERHADAP PEMAHAMAN
MAHASISWA. Jurnal Bakti Saraswati, 08(01),
1–9.
 Prabowo, & Retnasari, L. (2020). Penyusunan
RPP format terbaru mewujudkan merdeka
belajar bagi guru sekolah dasar di PCM
Prambanan. 2964(November), 409–420.
 Risnani, L. Y. (2008). KEMAMPUAN CALON
GURU ( PRE-SERVICE TEACHER )
BIOLOGI MERENCANAKAN
PEMBELAJARAN BERBASIS
KETERAMPILAN PROSES SAINS (
SCIENCE PROCESS SKILLS ). Bioedukasi, 8,
102–116.
 Suciati, R., & Astututi, Y. (2016). Tersedia
online di EDUSAINS Website :
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains
CALON GURU BIOLOGI Rizkia Suciati , Yuni
Astuti PENDAHULUAN Harkat dan martabat
suatu bangsa dapat dilihat dari maju tidaknya
pendidikan di negara tersebut , melalui pend.
Edusains, 8(2), 192–200.
 Osborne, J. F., Henderson, J. B., MacPherson,
A., Szu, E., Wild, A., & Yao, S. Y. (2016). The
development and validation of a learning
progression for argumentation in science.
Journal of Research in Science Teaching, 53(6),
821–846. https://doi.org/10.1002/tea.21316

12
 Wolfe, C. R. (2011). Argumentation across the
curriculum. Written Communication, 28(2),
193–219.
 Sengul, O. (2019). Linking scientific literacy,
scientific argumentation, and democratic
citizenship. Universal Journal of Educational
Research, 7(4).
https://doi.org/10.13189/ujer.2019.070421

12. Analisis Jurnal


 Jurnal 1
Jenis penelitian yang digunakan adalah
korelasional. Sampel yang digunakan berjumlah
38 orang dengan teknik pengambilan sampel
secara purposive sampling. Instrumen penelitian
yang digunakan berupa soal uraian kemampuan
argumentasi yang mengacu pada indikator
Toulmin dan soal uraian kemampuan literasi
sains yang mengacu pada PISA. Hasil
kemampuan argumentasi diukur menggunakan
soal uraian yang terdiri dari 13 soal kemampuan
argumentasi dan 16 soal kemampuan literasi
sains. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
uji korelasi bivariat. Hasil penelitian disimpulkan
terdapat korelasi antara kemampuan argumentasi
-Kekuatan Penelitian dengan literasi sains peserta didik dengan
koefisien korelasi sebesar 0,426 dengan kategori
sedang.
 Jurnal 2
Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperimen.
Penelitian dilakukan di SMP Ma’arif Ponorogo.
Instrumen yang dipakai yaitu soal tes dan angket tentang
efikasi diri. Data yang dihasilkan adalah data tentang
efikasi diri siswa yang mengalamai pembelajaran IPA
dengan model CORE berbasis tutor sebaya. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan uji t dan uji t-one
tailed. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung
3,329 > t tabel 2,086. Selanjutnya dilakukan uji lanjut uji
t one tiled dan diperoleh hasil t0 -3,313 < dari -t tabel
1,725 dan v 37,256. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga penggunaan model CORE
berbasis tutor sebaya berpengaruh terhadap efikasi diri.

13
14
 Jurnal 3
Penelitian ini memiliki tujuan menentukan
validitas bahan ajar mandiri yaitu modul IPA
STEM, (2) mendapatkan respon guru dan respon
siswa. Subyek menggunakan siswa kelas VIII
SMPN 2 Kalianget. Penelitian ini mengacu pada
penelitian dan pengembangan 4-D (four D). Data
validitas menggunakan analisis Content Validity
Index (CVI). Data responden dari unsur guru
maupun peserta didik menggunakan analisis
angket. Hasil penelitian didapatkan validitas
modul IPA STEM materi cahaya serta alat optik
kelas VIII dinyatakan valid ditunjukkan dari skor
CVI 1,00 (validitas yang sesuai) ditinjau pada
aspek materi, bahasa dan media. Hasil respon
guru dan siswa berada pada kategori positif.
Respon guru yaitu 100%, sedangkan respon
siswa yaitu 98,48 % dengan kategori “tercapai”.
Hal ini menunjukkan bahwa modul IPA STEM
mudah dipahami dan efektif pada kegiatan proses
pembelajaran.
 Jurnal 4

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


terhadap ketuntasan belajar siswa. Jenis penelitian quasi
experimental design. Sampel penelitian yaitu kelas VII
B 23 siswa dan kelas VII C 19 siswa dengan
menggunakan metode tes dan di analisis menggunakan
uji Mann Whitney. Hasil analisis data penelitian
diperoleh nilai Asymp.Sig sebesar 0,151 maka
“hipotesis ditolak” artinya tidak ada perbedaan
ketuntasan belajar pada kelas control maupun kelas
eksperimen. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya
dapat memperluas materi serta tidak hanya mengukur
ketuntasan belajar tetapi juga unsur lain yang
mempengaruhi.

15
 Jurnal 5
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
faktor penguatan intrinsik dan keberhasilan
pelaksanaan literasi sains pada jenjang SMP di
kota Bandar Lampung saat pemberlakuan
pembelajaran daring selama Pandemi Covid-19.
Sampel penelitian sebanyak 331 siswa SMP yang
berasal dari kelas VIII tahun ajaran 2020/2021.
Sampel dipilih melalui kombinasi teknik
stratified dan cluster random sampling untuk
memperoleh jumlah sampel yang representatif.
Perolehan data penelitian dilakukan dengan
menggunakan instrumen beruapa tes literasi sains
dan kuesioner penguatan intrinsik. Representasi
data selanjutnya dianalisis secara deskriptif
melalui nilai presentase. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (i) faktor intrisik pada
seluruh indikator masih di bawah 25%, (ii)
indikator minat siswa dari dalam diri siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran sains selama belajar
daring dalam kategori tinggi (18,7%) dan (iii)
siswa menyadari ketergunaan untuk melakukan
belajar sains dalam kategori tinggi (20,5%) dan
(iv) kemampuan literasi sains siswa berdasarkan
kompetensinya masih tergolong rendah, dengan
keseluruhan aspek literasi sains menunjukan nilai
kurang dari 16%.

Penulis tidak menjelaskan secra langsung apa


tujuan dari penelitian ini.Dalam jurnal tersebut penulis
hanya menyampaikan materi.Kemudian pada hasil
penelitian tersebut memang sudah bagus,hanya saja
kurang menjelaskan lebih dalam yaitu dipaparkan
dengan hasil yang sangat ringkas. Mungkin bisa saja
-Kelemahan Penelitian orang yang membaca kurang memahami hasil
penelitian tersebut. Dan juga pada diskusi penelitiannya
kurang akurat.

16
17
13. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh
kesimpulan terdapat hubungan antara kemampuan
argumentasi dan kemampuan literasi sains peserta didik
pada materi sel di kelas XI MIPA SMA Negeri 22
Kabupaten Tangerang. Adapun nilai koefisien korelasi
sebesar 0,426 yang menunjukkan derajat korelasi
Kesimpulan termasuk dalam kategori sedang, dan positif yang berarti
semakin tinggi kemampuan argumentasi peserta didik,
maka kemampuan literasi sains peserta didik semakin
tinggi pula. Begitupun sebaliknya, apabila kemampuan
literasi sains meningkat maka kemampuan
argumentasinya akan meningkat pula. Sedangkan untuk
persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ = 13,84 +
0,3x.
14. Implikasi dari manfaat kemampuan argumentasi
untuk mengembangkan literasi sains itu penting dalam
Saran menumbuhkan kapasitas individu untuk terlibat secara
kritis sebagai peserta didik. Hal ini menjadi sebagian
besar masalah kehidupan nyata yang memerlukan
integrasi informasi dari berbagai sumber. Untuk itu ada
kebutuhan mendesak untuk lebih memahami bagaimana
argumentasi dapat diintegrasikan di seluruh mata
pelajaran lainnya. Studi ini penting dilakukan untuk
memajukan pemahaman kita tentang tantangan dan
peluang dalam memajukan agenda untuk argumentasi
interdisipliner.

18
15. Referensi Haviz, M. (2020). Hubungan gaya belajar dengan hasil
belajar siswa pada pembelajaran
biologi kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten
Tanah Datar.
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wijayani. 2013
Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi
Dalam Proses Pembelajaran, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta, hal 98.
Sumarno, 2011. Pemanfaatan ICT Dalam Proses
Merancang Dan Mengimplemantasikan Model
Pembelajaran Inovatif Desaigned Student
Centred Instructional. FT-UNESA. Surabaya.
Widayanti, F. D. (2013). Pentingnya Mengetahui Gaya
Belajar Siswa Dalam Kegiatan
Pembelajaran Di Kelas. Erudio Journal of Educational
Innovation, 2(1)

19
Musliha, M., Dharmono, D., & Badruzsaufari, B.
(2022). The practicality of Cyperaceae popular
scientific books in mangrove areas to college
students’ criticial thinking skill. BIO-INOVED :
Jurnal Biologi-Inovasi Pendidikan, 4(1), 39.
https://doi.org/10.20527/bino.v4i1.12081
Suciati, R., & Astuti, Y. (2019). Analisis Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Mahasiswa
Calon Guru Biologi. Edusains, 8(2), 192–200.
https://doi.org/10.15408/es.v8i2.4059

20

Anda mungkin juga menyukai