Anda di halaman 1dari 161

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 1992. Bridge Management System (BMS). Peraturan Perencanaan


Teknik Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina
Marga, Direktorat Bina Program Jalan.

Anonim2. 2005. Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan. RSNI T-03-2005.


Departemen Pekerjaan Umum

Anonim3. 2005. Standar Pembebanan untuk Jembatan . R SNI T -02– 2005.


Departemen Pekerjaan Umum

Anonim4. 2004. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen


Pekerjaan Umum

Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.


Jakarta : Erlangga

Salmon G, Charles dan Jhon E. Johnson. 1996. Struktur Baja Desain dan Prilaku.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Oentoeng, 2004. Konstruksi Baja. Yogyakarta : ANDI.

Iqbal manu, Agus. 1995. Dasar-Dasar Perencanaan Jembatan Beton Bertulang.


Jakarta : PT. Mediatama Septakarya

Dipohusodo, Istimawan. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama

Ambarwati, Endah. 2009. Penilaian Kondisi Struktur Atas Jembatan Gelagar


Baja Komposit Pasca Banjir (Studi Kasus : Jembatan Keduang,
Kabupateng Wonogiri). Tasis. Universitas Sebelas Maret.

Deva C. B, Adreanus dan Djoko Untung. 2012. “Modifikasi Perencanaan


Struktur Jembatan Kasiman Bojonegoro Dengan Busur Rangka Baja”.
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1, No. 1: 2

Fakhrur Rozi, Muhammad. 2014. “Pengaruh Panjang Daerah Pemasangan Shear


Connector Pada Balok Komposit Terhadap Kuat Lentur”. Jurnal Rekayasa
Teknik Sipil. Vol. 2, No. 2 : 4

Nur Rahmah Anwar, Siti. 2006. “Perencanaan Ulang Struktur Atas Jembatan
Sorikatua Menggunakan Metode Load And Resistance Factor Design”.
Jurnal Teknik Sipil. Vol. 2, No. 3 (Desember): 14

xv

Universitas Sumatera Utara


Rhamat Alhafiz, dkk. 2013. “Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Rangka Baja
Desa Manyang Kecematan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara”. Jurnal
Teknik Sipil. Vol. 5, No. 2 : 2

xvi

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Bagan Alir

Mulai

Studi Literatur

- Pembebanan jembatan
Spesifikasi jembatan - Data-data fisik jembatan
- Data-data struktur jembatan

Desain

Tidak
OK
Syarat kestabilan profil menurut
LRFD

OK

Hasil desain

Selesai

III.2 Studi literatur

Studi literatur dimulai dari pengumpulan / penyusunan data-data (teori)

tentang jembatan. Data-data (teori) yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data-

data tentang peraturan pembebanan jembatan, struktur baja dan beton (komposit),

dan metode load and resistance factor design (LRFD).

63

Universitas Sumatera Utara


III.3 Spesifikasi jembatan

Menentukan spesifikasi / data-data jembatan yang akan didesain,

diantaranya :

1. Data-data fisik jembatan

a. Jenis jembatan = Komposit baja dan beton

b. Bentang = 40 meter

c. Lebar jembatan = 8 meter

d. Lebar total jalur lalu lintas (kendaraan) = 6 meter

2. Data-data struktur jembatan

a. Tebal lantai = 0,22 meter

b. Tebal lapisan aspal = 0,05 meter

c. Mutu bahan lantai (f’c) = 25 MPa

d. Mutu bahan gelagar (fy) = 235 MPa

e. floor deck = Tipe GD 685 dengan tebal 1,2 mm

III.4 Desain

Dibawah akan dilampirkan langkah-langkah dan rumus yang dipakai dalam

perencanaan jembatan komposit.

III.1.4.1 Perencanaan lantai kendaraan

a. Pembebanan

= Berat x faktor beban

64

Universitas Sumatera Utara


Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan

jembatan harus digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan

truk yang mempunyai beban roda ganda (dual whell load).

b. Momen akibat pembebanan

Dalam perencanaan lantai kendaraan ini, untuk mencari momennya

dipakai metode dalil 3 momen dari clapeyron.

III.1.4.2 Penulangan

Langkah-langkah perencanaan tulangan lentur.

Mu
1. Hitung �� = Ф
(3.1)

��
2. Tahanan momen nominal, �� = �� 2 (3.2)

1 2 � �� � �
3. Rasio tulangan yang diperlukan, � = � � �1 − �1 − ��
� (3.3)

��
Dimana : � = 0,85�′� (3.4)

1,4
4. Rasio tulangan minimum, ���� = ��
(3.5)

5. Rasio tulangan maksimum, ���� = 0,75�� (3.6)

6. Luas tulangan yang diperlukan, �� = �. �. � (3.7)


1
�.� 2 .�
7. Jarak antara tulangan, � = 4 ��
(3.8)

8. Tulangan bagi pada arah memanjang jembatan diambil, ��� = 50%�� (3.9)

65

Universitas Sumatera Utara


III.1.4.3 Pemeriksaan geser pons pelat lantai kendaraan

Kekuatan pelat lantai terhadap geser untuk pelat beton bertulang tanpa

tulangan geser, nilai minimum diambil terkecil dari 3 persamaan dibawah ini.

2
a. �� = �1 + � � . ��′� . � ′ . � (3.10)

�� ′ � .� ′ �.
� � .�
b. �� = � �′
+ 2� . 12
(3.11)

1
c. �� = 3 ��′� . � ′ . � (3.12)

III.1.4.4 Perencanaan gelagar baja

1. Variasi penampang

Batasan kelangsingan penampang baja WF adalah sebagai berikut :

Pelat sayap

� 170 420 4
�= �� = �� = dimana �� =
2.� � ��� �(�� − �� )/�� �

��

Pelat badan

ℎ 1680 2550
�= ��
�� = �� =
��� ���

Dimana :

Penampang kompak : (� ≤ �� )

Penampang tidak kompak : (�� < � < �� )

Penampang langsing : (� > �� )

66

Universitas Sumatera Utara


2. Pembebanan, momen dan geser

a. Pembebanan

Beban terbagi rata

= lebar x tebal x berat isi x faktor beban

Beban terpusat

= beban terpusat x faktor beban

b. Momen

Beban terbagi rata

1
= �8 � � � �2 � (3.13)

Beban terpusat di tengah bentang

1
= �4 � � � �� (3.14)

c. Gaya geser

Beban terbagi rata

1
= �2 � � � �� (3.15)

Beban terpusat ditengah bentang

1
= �2 � �� (3.16)

3. Analisa tegangan lentur

a. Lebar efektif

Diambil nilai terkecil dari :



-�� ≤ 4 -�� = ��

67

Universitas Sumatera Utara


b. Mencari dimensi komposit

Modulus elatisitas slab = 4700��′�

Modulus elastisitas gelagar = 200000 MPa

Angka ekivalen :
��������
�= (3.17)
�����

Pelat baja ditranformasikan ke penampang gelagar baja, sehingga :

��
��� = (3.18)

c. Mencari inersia penampang komposit

Dalam pencarian nilai inersia digunakan teorema sumbu sejajar

d. Mencari tegangan lentur maksimum yang terjadi

Kontrol momen batas :

ℎ 1680
��
≤ (3.19)
���

Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit,

Ф = 0,85

ℎ 1680
��
≥ (3.20)
���

Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan elastis pada penampang komposit,

Ф = 0,9

Tegangan plastis

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja

�� � ��
� = 0,85 � �′ � ��
> �� (3.21)

�� = 0,85. �′� . �� . �� (3.22)

68

Universitas Sumatera Utara


�� � �� − 0,85 � �′ � � � � � � �
�� = 2
(3.23)

Tinggi blok tekan pada sayap profil baja dihitung sebagai berikut :
��
�� = � (3.24)
� � ��

Lokasi titik berat dari bagian tarik profil baja adalah:

� �� �� � − � � �
�� � − � � � � � ��− � –(�� � − � � � � � � � ���−� � �− �)
2 2 2
�= (3.25)
� � − �� � � ��− (�� � − � � �� � � )

Mencari nilai lengan momen gaya tekan batas beton dan baja
��
�′2 = � + −� (3.26)
2

��
�′′2 = � − � − (3.27)
2

Kuat lentur nominal dari komponen struktur komposit tersebut :

�� = �� . �′2 + �� . �′′2 (3.28)

4. Analisa tegangan geser

Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ
1,37� ��
≤ �� ≤ 260 (3.29)

Maka kuat geser nominal dengan leleh pada pelat badan dihitung sebagai berikut:

a. Tanpa pengaku vertikal (kn =5)

�� = �� . 0,6. ��� . �� (3.30)

� � .� 1
�� = 1,5. �� � ℎ �2
(3.31)
��

b. Pakai pengaku vertikal

� = ����� ����� ������� ��������

69

Universitas Sumatera Utara


Cek terhadap aksi medan tarik pada kuat geser balok dengan persyaratan :
2
� � 260

< 3 ��� ℎ
<� ℎ � (3.32)
� �
��

5
�� = 5 + (� ⁄ℎ )2
(3.33)

Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ � � .�
1,10� ��
≤ �� ≤ 1,37� ��
(3.34)

� � .�
��

�� = 1,10 ℎ (3.35)
� �
��

�� = ��� + ��� (3.36)

��� = �� . �0,6. ��� �. �� (3.37)

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� (3.38)
�1+�� �

c. Analisa kuat leleh web

�� = (2,5. � + �). ��� . �� (3.39)

Ambil, � = 2. �� (3.40)

��
�≥� − 2,5� (3.41)
� .� �

d. Analisa tekuk dukung web




≤ 0,2 (3.42)

maka tekuk dukung webnya adalah :

2
� � �.�� .� �
�� = 0,39. ��2 . �1 + 3 �� � � � � � � (3.43)
� � ��

70

Universitas Sumatera Utara


f. Analisa kuat tekuk lateral web

ℎ 3
�� .�.� �
3 .� � �
� ��
�� = �1 + 0,4 3 � (3.44)
ℎ2 �
� �
��

Dimana ∅ = 1,0 untuk kuat leleh web

= 0,75 untuk tekuk dukung web

= 0,85 untuk kuat tekuk lateral web

5. Analisa lendutan

a. Beban terbagi rata

5 ��� � �4
� = 384 (3.45)
���

b. Beban terpusat ditengah bentang

1 � � �3
� = 48 (3.46)
���

c. beban terpusat menyebar

(� � �)�(3� 2 −4� 2 ) � � �3
�= 24 � � � �
+ 48 � � � � (3.47)

6. Shear connector

Kekuatan stud connector (Qn)

�� = 0,5. ��� . ���′� . �� � ≤ ��� . �� (3.48)

Nilai Vh diambil dari nilai terkecil diantara As.fy dan 0,85.f’c.Ac untuk

mendapatkan perilaku komposit penuh.

71

Universitas Sumatera Utara


Faktor reduksi kekuatan stud

0,85 �� �
�� = � ℎ � �ℎ � − 1� < 1,0 (3.49)
��� � �

Jumlah stud yang diperlukan :

�ℎ 2
�=� � (3.50)
�� .�� 2

7. Sambungan

Tahanan nominal baut :

a. tahanan geser baut

�� = �. �1 . ��� . �� (3.51)

b. tahanan tarik baut

�� = 0,75. ��� . �� (3.52)

c. Tahanan tumpu baut

�� = 2,4. �� . �� . �� (3.53)

Diambil �� yang terkecil

Tahanan nominal baut

�� = ∅�� dimana Ф=0,75 (3.54)

72

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Konstruksi

Direncanakan suatu jembatan komposit gelagar baja dan lantai beton

terletak diatas sendi-rol dengan panjang bentang 40 m dan lebar lantai kendaraan

6 m, tebal lantai betonnya 22 cm, trotoar as 1 m kiri dan kanan. Seperti gambar

dibawah ini.

Gambar 4.1 Tampak melintang

IV.2 Perencanaan Pelat Lantai

Data perencanaan :

Tebal pelat lantai = 0,22 m

Mutu beton (f’c) = 25 MPa

Mutu tulangan (fy) = 400 MPa

Jarak antar gelagar = 1,5 m

Bentang = 40 m

73

Universitas Sumatera Utara


IV.2.1 Perhitungan beban dan momen

1. Beban mati (Q)

a. Berat sendiri pelat (QMS) (Faktor beban = 1,3) :

��
��� = 0,22 � � 1 � � 24 � 3 � 1,3

= 6,864 ��/�

b. Berat aspal (QMA) (faktor beban = 2) :

��
��� = 0,05 � � 1 � � 22 � 3 � 2

= 2,2 ��/�

� = ��� + ��� = 9,064 ��/�

Gambar 4.2 Berat sendiri

Persamaan tiga momen

�� = �� = 0 (4.1)

1
�� = 2 ��� �12 = 3,432 ��� (momen tumpuan negatif) (4.2)

�� .� �� .� �� .� � �.� 3 �.� 3
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��� = 24�� + 24��

1 2 1
� + 3 �� + 6 �� = 1,6995 ���
6 �
(4.3)

�� .� �� .� �� .� �� .� �.� 3 �.� 3
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��
= 24�� + 24��

1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 �� = 1,6995 ��� (4.4)

�� .� �� .� �� .� �� .� �.� 3 �.� 3
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��
= 24�� + 24��

74

Universitas Sumatera Utara


1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 �� = 1,6995 ��� (4.5)

�� = �� ; �� = �� (4.6)

Subtitusikan pers. (4.2) kedalam pers. (4.3), diperoleh,


1 2 1
(3,432 ) + �� + �� = 1,6995���
6 3 6

2 1
3
�� + 6 �� = 1,1275 ���

1
�� = 1,6912 − 4 �� (4.7)

Subtitusikan pers. (4.7) kedalam pers. (4.4), diperoleh,


1 1 2 1
6
(1,6912 − 4 �� ) + 3 �� + 6 �� = 1,6995 ���

15 1
� + 6 �� = 1,4176 ���
24 �
(4.8)

Subtitusikan pers. (4.2) kedalam pers. (4.5), diperoleh,


1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 (3,432) = 1,6995 ���

1 2
� + 3 �� = 1,1275 ���
6 �
(4.9)

Dari pers. (4.9) dan pers. (4.8),


1 2
6
�� + 3 �� = 1,1275 ��� x(6/1)

15 1
24
�� + 6 �� = 1,4176 ��� x(24/15)

�� + 4�� = 6,765 ���


24
�� + 90 �� = 2,2681 ���

336
90
�� = 4,4968 ���

�� = 1,2045 ��� (momen tumpuan negatif) (4.10)

75

Universitas Sumatera Utara


Subtitusikan pers. (4.10) kedalam pers. (4.9), diperoleh,
1 2
� + 3 (1,2045) = 1,1275 ���
6 �

�� = 1,947 ��� (momen tumpuan negatif) (4.11)

Subtitusikan pers. (4.11) kedalam pers. (4.7), diperoleh,


1
�� = 1,6912 − 4 (1,947)

�� = 1,2045 ��� (momen tumpuan negatif) (4.12)

Momen lapangan (B - C),


1 1
�(�−�) = 8 �. � 2 − 2 (3,432 + 1,2045)

= 2,54925 − 2,31825 = 0,231 ��� (4.13)

Momen lapangan (C - D),


1 1
�(�−�) = 8 �. � 2 − 2 (1,2045 + 1,947)

= 2,54925 − 1,57575 = 0,9735 ��� (positif) (4.14)

2. Beban hidup (P)

Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan

jembatan harus digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan

truk yang mempunyai beban roda ganda (dual whell load) sebesar 112,5 kN.

Gambar 4.3 Kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda

76

Universitas Sumatera Utara


Beban roda truk “T” = 112,5 kN

Dengan faktor kejut (DLA) = 0,3

Dan faktor beban = 1,8

Total muatan :

� = (1 + 0,3) � 112,5 �� � 1,8 = 263,25 ��

Gambar 4.4 Penempatan beban truk “T”

Persamaan tiga momen,

�� = �� = 0 (4.15)

�� .� �� .� �� .� �� .� �.�(� 2 −� 2 ) �.�(� 2 −� 2 )
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��
= 6��.�
+ 6��.�

1 2 1
� + 3 �� + 6 �� = 45,3222 ���
6 �
(4.16)

�� .� �� .� �� .� �� .� �.�(� 2 −� 2 ) �.�(� 2 −� 2 )
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��
= 6��.�
+ 6��.�

1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 �� = 50,6542 ��� (4.17)

�� = �� = 0 ; �� = �� (4.18)

�� .� �� .� �� .� �� .� �.�(� 2 −� 2 ) �.�(� 2 −� 2 )
6��
+ 3��
+ 3��
+ 6��
= 6��.�
+ 6��.�

1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 �� = 45,3222 ��� (4.19)

Subtitusikan pers. (4.18) kedalam pers. (4.19), diperoleh,


1 2 1
6
�� + 3 �� + 6 (0) = 45,3222 ���

1 2
6
�� + 3 �� = 45,3222 ��� (4.20)

77

Universitas Sumatera Utara


Subtitusikan pers. (4.18) kedalam pers. (4.16), diperoleh,
1 2 1
6
(0) + 3 �� + 6 �� = 45,3222 ���

1
�� = 67,9833 ��� − 4 �� (4.21)

Subtitusikan pers.(4.21) kedalam pers. (4.17), diperoleh,


1 1 2 1
6
(67,9833 ��� − 4 �� ) + 3 �� + 6 �� = 50,6542 ���

15 1
24
�� + 6 �� = 39,3237 ��� (4.22)

Dari pers. (4.22) dan pers. (4.20), diperoleh,


15 1
24
�� + 6 �� = 39,3237 ��� x(24/15)

1 2
� + 3 �� = 45,3222 ���
6 �
x(6/1)

24
�� + 90 �� = 62,9179 ���

�� + 4�� = 271,9332 ���


336
− 90
�� = −209,0153 ���

�� = 55,9862 ��� (momen tumpuan negatif) (4.23)

Subtitusikan pers.(4.23) kedalam pers.(4.20), diperoleh,


1 2
6
�� + 3 (55,9862) = 45,3222 ���

�� = 47,9884 ��� (4.24)

Subtitusikan pers.(4.24) kedalam pers. (4.21), diperoleh,


1
�� = 67,9833 ��� − 4 (47,9884)

�� = 55,9862 ��� (momen tumpuan negatif) (4.25)

78

Universitas Sumatera Utara


Momen lapangan (B-C)

�(�−�) = 95,9765 − 23,3275

= 72,649 kNm (4.26)

Total momen ultimit :

����� = 1,2045 + 55,9862 = 57,1907 ���

���� = 0,231 + 72,649 = 72,88 ���

Jadi, momen untuk perencanaan tulangan dipakai momen yang terbesar yaitu

72,88 kNm

IV.2.2 Penulangan

�� = 72,88 ���

Floor deck : Tipe GD 685

Spesifikasi : SGCC EZ 275, ASTM A-924

Bahan dasar : GI Steel

Tebal : 1,2 mm

fy : 450 MPa

Gambar 4.5 Dimensi floor deck

�� = [(194 � 3) + (109 � 2) + (70,71 � 4)] � 1,2 = 1299,408 ��2

��
Berat Floor deck = 0,0012 �2 � 7850 � 3 = 10,20 ��/�

79

Universitas Sumatera Utara


1
� = ℎ − 2 ������ = 195 ��

Mu 72,88 � 10 6
�� = Ф
= 0,8
= 91100000

��
�� = �� 2 = 2,39

�� 450
� = 0,85�′� = 0,85 � 25
= 21,1764

1 2 � �� � �
� = � � �1 − �1 − ��
� = 0,0056

1,4
���� = ��
= 0,0031

0,85 � �′ � � � 600
�� = ��
� 600+ ��
� = 0,85 ����� �′� < 30 ���

= 0,022

���� = 0,75. �� = 0,017

���� < � < ����

�� = �. �. � = 0,0056 � 1000 � 195 = 1092 ��2

Jadi, Floor deck yang digunakan aman.

IV.2.3 Pemeriksaan momen nominal pelat lantai

IV.2.3.1 Tulangan satu lapis

Gambar 4.6 Diagram regangan dan tegangan tulangan satu lapis

80

Universitas Sumatera Utara


�� = ��

0,85. �′� . �. � = �� . ��

�� .��
� = 0,85.�′
� .�

1299,408 � 450
� = 0,85 � 25 � 1000 = 27,5168 ��

� = �1 . ��� �1 = 0,85 ����� �′� < 30 ���



��� = � = 32,3727 ��
1


� = � − 2 = 181,2415 ��

�� = �� . � = 105978031,2 ���

∅�� = 84782424,98 ��� = 84,7824 ���

∅�� (= 84,7824) > �� (= 72,88 ���) (����)

IV.2.3.2 Tulangan rangkap

Dianggap tulangan baja tarik telah meluluh tetapi baja tekan belum. Dengan

demikian maka diperlukan letak mencari garis netral terlebih dahulu.

Gambar 4.7 Diagram regangan dan tegangan tulangan rangkap

�� = 1299,408 ��2 �′� = 1306.24 ��2

� = 195 �� ��� �′ = 48 ��

�=�

81

Universitas Sumatera Utara


� = �� + ��

�� . �� = 0,85. �′� . �. � + ��′ . �′�

��−� ′ �0,003
� = �1 . � ��� ��′ = ��′ . �� = �
(�� )

Dengan melakukan beberapa subtitusi didapatkan :

�−�′
�� . �� = (0,85. � ′ � ). �. �1 . � + 0,003. � �
� �� . �′�

Apabila persamaan tersebut dikalikan dengan c, akan didapat :

�� . �� . � = (0,85. �′� ). �. �1 . � 2 + �. (0,003). �� . �′� − � ′ . (0,003). �� . �,�

Setelah dilakukan pengelempokan, didapatkan persamaan :

(0,85. �′� . �. �1 )� 2 + �0,003. �� . �′� − �� . �� �� − � ′ (0,003)�� . �,� = 0

Dengan memasukan nilai �� = 200000 ���, persamaan menjadi :

�0,85. � ′ � . �. �1 �� 2 + �600. �,� − �� . �� �� − 600. �′ . �,� = 0

Dan dilakukan subtitusi :

18062,5� 2 + 199010,4� − 37619712 = 0

� 2 + 11,107� − 2082,7522 = 0

Jadi nilai � = 40,42 ��

��−� ′ �
��, = �
(600) = −112,518 ��� < 400 ���

Dengan demikian berarti anggapan yang digunakan benar :

� = �1 . � = 34,357 ��

�� = 0,85. �′� . �. � = 730086,25 ���

�� = �′� . ��′ = −146975,5123 ���

� = �� + �� = 583110,7377 ���

�� = �� . �� = 584733,6 ���

82

Universitas Sumatera Utara



�1 = � − 2 = 177,8215 ��

�2 = � − �′ = 147 ��

��1 = �� . �1 = 129825032,1 ���

��2 = �� . �1 = −21605400,31 ���

�� = ��1 + ��2 = 108,2196 ���

∅�� = 86,575 ���

∅�� (= 86,575 ���) > �� (= 72,88 ���) (����)

IV.2.4 Lendutan pelat lantai

� = 6,38 �/��

� = 146250 �

Lendutan izin, ����� = 240 = 6,25 ��

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Modulus elastisitas beton, �� = 4700��′� = 23500 ���

�� = 1299,4 ��2

Inersia bruto penampang pelat :

Tabel 4.1 Momen inersia pelat lantai dan floor deck


Dimensi Luas Statis Selisih
Lengan Momen
sisi Tampang Momen pusat Luas*d^2
No Tinggi h momen y Inersia Io Ix (mm^4)
bawah A A*y berat d (mm^4)
(mm) (mm) (mm^4)
(mm) (mm^2) (mm^3) (mm)
1 412 220 90640 110 9970400 365581333 10.9228 10814040.46 376395374
2 388 170 65960 85 5606600 158853667 14.0772 13071129.21 171924796
3 200 195 39000 97.5 3802500 123581250 1.5772 97014.6325 123678265
Total - - 195600 - 19379500 - - - 671998434

Σ�.�
�� = �
= 99,077 ��

83

Universitas Sumatera Utara


�� = 671998434 ��4

Modulus keruntuhan lentur beton :

�� = 0,7. ��′� = 0,7√25 = 3,5 ���


Nilai perbandingan modulus elastisitas, � = �� = 8,53 ≈ 8,5

��
Jarak garis netral terhadap sisi atas beton, � = �. = 11,044 ��

Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton :


1
��� = 3 �. � 3 + �. �� . (� − �)2 = 374204814 ��4

��
Momen retak, ��� = �� . � = 23763807,3 ���

Momen maksimum akibat beban (tanpa faktor beban) :


1 1
�� = 8 �. �2 + 4 �. � = 56638125 ���

Inersia efektif untuk perhitungan lendutan :

� 3 � 3
�� = � ��� � . �� + �1 − � ��� � � . ��� = 396252317 ��4
� �

Lendutan akibat beban mati dan beban hidup :

1 ��4 1 ��3
�� = 384 + 48 = 1,149 ��
��� ���

� �
Rasio tulangan slab lantai jembatan, � = (�.�) = 0,006

Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka waktu > 5 tahun), nilai :

�=2


� = (1+50�) = 1,5

Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut :

1 ��4
�� = �. 384 = 0,06 ��
���

84

Universitas Sumatera Utara


Lendutan total pada pelat lantai jembatan :

���� = �� + �� = 1,21 ��

����� (= 6,25 ��) > ���� (= 1,21 ��) (Aman)

IV.2.5 Pemeriksaan geser pons pelat lantai

Kekuatan pelat lantai terhadap geser untuk pelat beton bertulang pada

keruntuhan geser dua arah (geser pons) ditentukan nilai terkecil dari persamaan

berikut :

2
a. �� = �1 + � � . ��′� . � ′ . �

�� ′ � .� ′ �.
� � .�
b. �� = � �′
+ 2� . 12

1
c. �� = 3 ��′� . � ′ . �

dimana : d : Tinggi efektif pelat lantai

b’: Keliling dari penampang kritis

βc : Rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek dari kolom, daerah beban

terpusat atau daerah reaksi. Untuk βc < 2, untuk kolom dalam.

αs : 40 untuk kolom dalam, 30 untuk kolom pinggir dan 20 untuk kolom

kolom sudut, dimana kata-kata dalam, pinggir dan sudut

berhubungan dengan jumlah sisi dari penampang kritis.

85

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8 Bidang penyebaran tekanan roda
(Sumber : RSNI T-02-2005)

Dimana :

u = a + ta + ta + ½ .h + ½ .h = a + 2.ta +h

= 200 + 2 x 50 + 220 = 520 mm

v = b + ta + ta + ½ .h + ½ .h = b + 2.ta + h

= 500 + 2 x 50 + 220 = 820 mm

b’= 2.u + 2.v

= 2 x 520 + 2 x 820 = 2680 mm

2
a. �� = �1 + 2� . √25 � 2680 � 195 = 5226000 �

30 � 195 √25 � 2680 � 195


b. �� = � 2680
+ 2� . 12
= 9108125 �

1
c. �� = 3 √25 � 2680 � 195 = 871000 �

Faktor reduksi kekuatan geser, Ф = 0,6

Beban roda truk pada slab, PTT = 263,25 kN

Gaya geser pons nominal :

Ф �� = 522,6 kN > PTT (=263,25 kN) (Aman)

86

Universitas Sumatera Utara


IV.3 Perencanaan Trotoar

Data-data perencanaan :

Lebar trotoar =1m

Tinggi pelat trotoar / tinggi kerb = 0,2 m

Mutu beton (f’c) = 20 MPa

Mutu tulangan (fy) = 400 MPa

Gambar 4.9 Trotoar

IV.3.1 Perhitungan beban dan momen

a. Beban mati (Faktor beban = 2)

Berat per satuan panjang trotoar

= lebar trotoar x tebal trotoar x berat isi beton x faktor beban

��
= 1 � � 0,2 � � 24 � 3 � 2

= 9,6 ��/�

b. Beban hidup (Faktor beban = 1,8)

Beban vertikal merata

��
= 5 � 2 � 1 � � 1,8

= 9 ��/�

�� = 18,6 ��/�

87

Universitas Sumatera Utara


Momen akibat pembebanan :
1
� = 8 �� . � 2 = 2,325 ���

Momen akibat gaya horizontal (15 kN/m)

��
= 0,2 � � 15 �
� 1 � = 3 ���

�� = 5,325 ���

IV.3.2 Penulangan

�� = 5,325 ���

� = 1000 ��

� = 13 ��
1
� = ℎ − � − 2 � = 153,5 ��

Mu 5,325 � 10 6
�� = Ф
= = 6656250 ���
0,8

��
�� = �� 2 = 0,2824

�� 400
� = 0,85�′� = 0,85 � 20
= 23,5294

1 2 � �� � �
� = � � �1 − �1 − ��
� = 0,0007

1,4
���� = ��
= 0,0035

0,85 � �′ � � � 600
�� = ��
� 600+ ��
� = 0,85 ����� �′� < 30 ���

= 0,0216

���� = 0,75. �� = 0,0162

� < ���� < ����

88

Universitas Sumatera Utara


�� = ���� . �. � = 0,0035 � 1000 � 153,5 = 537,25 ��2

Jarak tulangan :
1
�. �.� 2
�= 4
= 246,9334 ��
��

Gunakan tulangan D13 - 200 mm

Tulangan arah memanjang dipakai tulangan susut dan suhu, dengan

ketentuan yang diambil adalah 50% tulangan pokok.

Dipakai tulangan diameter 10 mm.

�′� = 50%�� = 331,6625 ��2

Jarak tulangan :
1
�. �.� 2
�= 4
��
= 236,686 ��

Gunakan tulangan, D10 - 200 mm

IV.4 Perencanaan sandaran

Data-data perencanaan :

Tinggi tiang sandaran =1m

Jarang antar tiang sandaran =2m

Dimensi tiang sandaran = (20 x 20) cm2

Mutu beton (f’c) = 20 MPa

Mutu tulangan (fy) = 400 MPa

89

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10 Sandaran

Data teknis pipa :

D = 7,63 cm I = 38,1 cm4

t = 0,24 cm G = 4,37 kg/m

4.11 Penampang pipa

IV.4.1 Perhitungan beban dan momen

Beban terpusat = 100 kg

Beban sandaran = 0,75 kN/m = 0,75 kg/cm

a. Kontrol kekuatan pipa

Gambar 4.12 Beban pada pipa

- Kontrol ledutan
� 200
Lendutan izin = 300 = 300 = 0,666 ��

5 � � �4
Akibat beban merata (fy) = 384
����

5 0,75 � 200 4
= 384 = 0,205 ��
2 � 10 6 � 38,1

90

Universitas Sumatera Utara


1 � � �3
Akibat beban terpusat (fx) = 48 � � ��

1 100 � 200 3
= 48 = 0,218 ��
2 � 10 6 � 38,1

��� 2 + �� 2 = 0,299 �� < 0,666 �� (OK)

- Kontrol kekuatan lentur


1
��� = 8 � 75 � 22 = 37,5 ���

1
��� = 4 � 100 � 2 = 50 ���

��� = ��� = 0,9. �� . ��

��
= 0,9 � 2400 �� 2 � 9,98 ��3 = 215,568 ���

��� ���
���
= 0,173 ���
= 0,231

��� ���
���
+ ��� ≤ 1

0,173 + 0,231 = 0,404 ≤ 1 (Aman)

Beban pipa ke tiang sandaran :

Beban merata = 3,44 kg/m

Beban terpusat dari pipa = 100 kg

Beban yang dipikul tiang sandaran dari pipa adalah

(4,37�2)+ 100
= 2
= 54,37 �� = 0,5437 ��

� = � ′ . �1

��
= 0,75 �
� 2 � = 1,5 ��

�� = 0,5437 �� + 1,5 �� = 2,0437 ��

�� = 4,0874 ���

91

Universitas Sumatera Utara


IV.4.2 Penulangan

�� = 4,0874 ���

� = 200 ��

� = 10 ��
1
� = ℎ − � − 2 � = 155 ��

Mu 4,0874 � 10 6
�� = Ф
= 0,8
= 5109250 ���

��
�� = �� 2 = 1,0633

�� 400
� = 0,85�′� = 0,85 � 20
= 23,5294

1 2 � �� � �
� = � � �1 − �1 − ��
� = 0,0027

1,4
���� = ��
= 0,0035

0,85 � �′ � � � 600
�� = ��
� 600+ ��

= 0,0216

���� = 0,75. �� = 0,0162

� < ���� < ����

�� = ���� . �. � = 0,0035 � 200 � 153,5 = 108,5 ��2

Jumlah tulangan yang diperlukan


��
�=1 = 1,3821 ���ℎ
.�.� 2
4

Dipakai tulangan 2 D 10

92

Universitas Sumatera Utara


IV.5 Penampang kompak

Baja yang digunakan yaitu :

��� = ��� = 235 ���

Profil WF 2000 x 400 x 20 x 29

Cek penampang :

Untuk sayap (� ≤ �� ) : Untuk badan (� ≤ �� ) :

�� 170 ℎ 1680
≤ ≤
2.�� ��� �� ���

6,896 ≤ 11,089 97,1 ≤ 109,591

Penampang kompak....

IV.5.1 Pembebanan

Gambar 4.13 Pembebanan perbalok

IV.5.1.1 Aksi tetap

Kemungkinan beban maksimum bekerja berada pada bagian balok A, atau

bagian balok C pada potongan balok. Kedua potongan ini di analisa dan

dibandingkan untuk mendapatkan desain balok secara umum.

93

Universitas Sumatera Utara


1. Berat sendiri (MS)

a. Berat balok (faktor beban = 1,1)

Luas baja = 62040 mm2 = 0,06204 m2

Berat baja per satuan panjang

= luas baja x berat isi baja x faktor beban

��
= 0,06204 �2 � 7850 � 3 � 1,1

��
= 535,71 � = 5,357 ��/�

b. Slab (faktor beban = 1,3)

tebal slab = 220 mm

Lebar slab = 8000 mm

Berat per satuan panjang slab untuk balok A

= lebar slab x tebal slab x berat isi beton x faktor beban

��
= 1,75 � � 0,198 � � 24 � 3 � 1,3

= 10,8192 ��/�

Berat per satuan panjang slab untuk balok C

��
= 1,5 � � 0,198 � � 24 � 3 � 1,3

= 9,2736 ��/�

94

Universitas Sumatera Utara


c. Floor deck (faktor beban = 1,1)

As = 0,0012 m2

Berat per satuan panjang untuk balok A

= Luas x berat isi baja x faktor beban

��
= 1,75 � 0,0012 �2 � 7850 � 3 � 1,1

�� ��
= 19,635 � = 0,1963 �

Berat per satuan panjang untuk balok C

��
= 1,5 � 0,0012 �2 � 7850 � 3 � 1,1

�� ��
= 16,83 � = 0,1683 �

d. Diaphragma (faktor beban = 1,1)

Pemodelan diafragma pada konstruksi yaitu sebagai beban terpusat yang bekerja

disepanjang balok.

Diaphragma yang dipakai adalah I WF 1000 x 250 x 10 x 14

Luas baja = 16800 mm2 = 0,0168 m2

Berat baja per satuan panjang

= luas baja x berat isi baja x faktor beban

��
= 0,0168 �2 � 7850 � 3 � 1,1

��
= 145,068 � = 1,450 ��/�

95

Universitas Sumatera Utara


Berat per satuan panjang diafragma untuk balok A

= panjang diafragma x berat permeter

��
= 0,75 � � 1,450 �
= 1,088 ��

Total berat diaphragma dengan jumlah 9 buah

= 9,792 ��

Berat per satuan panjang diafragma untuk balok C

��
= 1,5 � � 1,450 �
= 2,176 ��

Total berat diaphragma dengan jumlah 9 buah

= 19,5842 ��

Momen maksimum dan gaya geser maksimum akibat berat sendiri (MMS)

Momen maksimum untuk balok A

1 1
��� = �8 � ��� � �2 � + �4 � ��� � ��

1 1
= �8 � 16,2415 � 402 � + �4 � 9,792 � 40�

= 3346,21 ���

Gaya geser maksimum untuk balok A

1 1
��� = �2 � ��� � �� + �2 � ��� �

= 329,725 ��

96

Universitas Sumatera Utara


Momen maksimum untuk balok C

1 1
��� = �8 � ��� � �2 � + �4 � ��� � ��

1 1
= �8 � 14,6678 � 402 � + �4 � 19,584 � 40�

= 3129,4 ���

Gaya geser maksimum untuk balok C

1 1
��� = �2 � ��� � �� + �2 � ��� �

= 303,148 ��

2. Beban mati tambahan (MA)

Faktor beban = 2

a. Lapisan aspal

tebal aspal = 50 mm

lebar aspal = 6000 mm

Berat per satuan panjang aspal perencanaan balok A

= lebar aspal x tebal aspal x berat isi aspal beton x faktor beban

��
= 0,75 � � 0,05 � � 22 � 3 � 2

= 1,65 ��/�

Berat per satuan panjang aspal perencanaan balok C

��
= 1,5 � � 0,05 � � 22 � 3 � 2

= 3,3 ��/�

97

Universitas Sumatera Utara


b. Trotoar + sandaran (faktor beban = 2)

khusus pembebanan pada balok A

lebar trotoar + kerb = 1000 mm

tebal trotoar = 200 mm

Berat per satuan panjang trotoar

= lebar trotoar x tebal trotoar x berat isi beton

��
= 1 � � 0,2 � � 24 � 3

= 4,8 ��/�

berat pipa :

��
� = 4,37 � � 2 � = 0,00874 ��

berat balok tempat pipa

lebar = 20 mm

tinggi = 1000 mm

= panjang x lebar x tinggi x berat isi beton

= 0,2 � � 0,2 � � 1 � � 24 ��/�3

= 0,96 ��

Total berat untuk 1 sandaran

= 0,00874 �� + 0,96 �� = 0,9687 ��

Jumlah tiang sandaran = 21 buah

Total berat semua tiang sandaran = 21,9954 kN

Dijadikan beban terbagi rata = 0,549 kN/m

98

Universitas Sumatera Utara


(Berat trotoar + sandaran) x faktor beban :

�� ��
= �4,8 �
+ 0,549 �
� � 2 = 10,699 ��/�

Momen maksimum dan gaya geser maksimum akibat beban mati tambahan.

Momen maksimum untuk balok A

1
��� = �8 � ��� � �2 �

1
= �8 � 12,3498 � 402 � = 2469,95 ���

Gaya geser maksimum untuk balok A

1
��� = �2 � ��� � �� = 246,995 ��

Momen maksimum untuk balok C

1
��� = �8 � ��� � �2 �

1
= �8 � 3,3 � 402 � = 660 ���

Gaya geser maksimum untuk balok C

1
��� = �2 � ��� � �� = 66 ��

IV.5.1.2 Aksi transien

a. Pembebanan lajur “D” (faktor beban = 1,8)

1. Beban terbagi rata

Untuk bentang 40 m maka beban terbagi rata adalah :

15 15
� = 9,0 �0,5 + �
� kPa = 9,0 �0,5 + 40 � kPa

� = 7,875 ��� = 7,875 ��/�2

99

Universitas Sumatera Utara


��
�� = 7,875 � 2 � 1,8 = 14,175 ��/�2

50%�� = 7,087 ��/�2

Berat beban terbagi rata untuk balok A

= lebar beban x beban terbagi rata

�� ��
= �0,5 � � 14,175 � 2 � + (0,25 � � 7,087 � 2 )

= 8,859 ��/�

Berat beban terbagi rata untuk balok C

= 1,5 � � 14,175 ��/�2

= 21,2625 ��/�

2. Beban garis terpusat (faktor beban = 1,8)

Untuk beban garis besarnya ditetapkan sebesar 49 kN/m dengan faktor

beban dinamis sebesar 1,4.

Berat beban garis terpusat

= beban garis x faktor beban dinamis x faktor beban

��
= 49 �
� 1,4 � 1,8

= 123,48 ��/�

100

Universitas Sumatera Utara


Berat beban garis terpusat untuk balok A

= lebar beban x beban garis terpusat

= 0,75 � � 123,48 ��/�

= 92,61 ��

Berat beban garis terpusat untuk balok C

= 1,5 � � 123,48 ��/�

= 185,22 ��

Momen maksimum dan gaya geser maksimum akibat berat sendiri (MTD)

Momen maksimum untuk balok A

1 1
��� = �8 � ��� � �2 � + �4 � ��� � ��

1 1
= �8 � 8,859 � 402 � + �4 � 92,61 � 40�

= 2697,95 ���

Gaya geser maksimum untuk balok A

1 1
��� = �2 � ��� � �� + �2 � ��� �

= 223,49 ��

Momen maksimum untuk balok C

1 1
��� = �8 � ��� � �2 � + �4 � ��� � ��

1 1
= �8 � 21,2625 � 402 � + �4 � 185,22 � 40�

= 6104,7 ���

101

Universitas Sumatera Utara


Gaya geser maksimum untuk balok C

1 1
��� = �2 � ��� � �� + �2 � ��� �

= 517,86 ��

b. Beban pejalan kaki (TP) (faktor beban = 1,8)

Untuk bentang 40 m maka ditetapkan beban pejalan kaki sebesar 5 kN/m2.

Beban pejalan kaki ini khusus untuk balok A.

Berat beban pejalan kaki

= beban pejalan kaki x lebar beban x faktor beban

��
= 5 � 2 � 1 � � 1,8

= 9 ��/�

Momen maksimum dan gaya geser maksimum

Momen maksimum

1
��� = �8 � ��� � �2 �

1
= �8 � 9 � 402 � = 1800 ���

Gaya geser maksimum

1
��� = �2 � ��� � �� = 180 ��

c. Gaya rem (faktor beban = 1,8)

Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam

arah memanjang, dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m di atas permukaan

102

Universitas Sumatera Utara


lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang

total jembatan.

Gambar 4.14 Penyebaran gaya rem

��� = 77,005 �� = 0,77 �

� = 40 �

� = 1,5 �

Lengan terhadap titik berat balok

� = 1,8 + ℎ� + ���

= 1,8 � + 0,05 � + 0,77 � = 2,62 �

Gaya rem, TTB = 5% beban lajur “D” tanpa faktor beban dinamis

Gaya rem untuk balok A

��� = �. �. �. 1,8

��
= 7,875 � 2 � 0,75 � � 40 � � 1,8 = 425,25 ��

��� = �. �. 1,8

��
= 49 �
� 0,75 � � 1,8 = 66,15 ��

��� = 0,05 � (��� + ��� ) = 24,57 ��

103

Universitas Sumatera Utara


Beban momen akibat gaya rem

� = ��� . �

= 24,57 �� � 2,62 � = 43,761 ���

Gaya geser maksimum



�= �

43,761 ���
= 40 �
= 1,609 ��

Gaya rem untuk balok C

��� = �. �. �. 1,8

��
= 7,875 � 2 � 1,5 � � 40 � � 1,8 = 850,5 ��

��� = �. �. 1,8

��
= 49 �
� 1,5 � � 1,8 = 132,3 ��

��� = 0,05 � (��� + ��� ) = 49,14 ��

Beban momen akibat gaya rem

� = ��� . �

= 49,14 �� � 2,62 � = 128,749 ���

Gaya geser maksimum



�= �

128,749 ���
= 40 �
= 3,218 ��

104

Universitas Sumatera Utara


IV.5.1.3 Aksi lingkungan

a. Pengaruh temperatur/suhu (faktor beban = 1,2)

Ketinggian gelagar =2m

Temperatur jembatan = 40 oC

Modulus elastisitas baja = 200.000 MPa

Koefisien perpanjangan akibat suhu = 12 x 10-6 per oC

Tabel 4.2 Menghitung inersia gelagar :


Dimensi Statis
Luas Lengan Momen Selisih pst
sisi Momen Luas*d^2
No Tinggi h Tampang momen y Inersia Io berat d Ix (mm^4)
bawah A*y (mm^4)
(mm) A (mm^2) (mm) (mm^4) (mm)
(mm) (mm^3)
1 400 29 11600 14.5 168200 812966.6667 985.5 11266038900 11266851867
2 20 1942 38840 1000 38840000 12206648147 0 0 12206648147
3 400 29 11600 1985.5 23031800 812966.6667 985.5 11266038900 11266851867
Total - - 62040 - 62040000 - - - 34740351880

∑� � �
Garis netral, � = ∑�
= 1000 ��

Momen akibat temperatur/suhu :

�� .�� .�.∆�.������ �����


�= ℎ

� = 0,2001 ���

Gaya geser akibat pengaruh temperatur/suhu :

� = �� . �. ∆�. �� . ������ �����

� = 0,7147 ��

b. Beban angin (faktor beban = 1,2)

Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai

jembatan akibat angin yang meniup kendaraan diatas lantai jembatan dihitung

dengan rumus :

105

Universitas Sumatera Utara


��� = 0,0012. �� . (�� )2 ��/�

Cw = koefisien seret = 1,46

Vw = Kecepatan angin rencana = 30 m/s

��� = 1,576 ��/�

Jadi beban angin = TEW x Faktor beban ultimit

= 1,576 x 1,2 = 1,892 kN/m

Gambar 4.15 Penyebaran angin

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan

tinggi 2 m diatas lantai jembatan.

h =2m
Jarak antara roda kendaraan (x) = 1,75 m

Transfer beban angin ke lantai jembatan


1

��� = 2

� ��� = 1,081 ��/�

Momen maksimum dan gaya geser maksimum

Balok A

��
��� = 1,081 �
� 0,75 = 0,8109 ��/�

106

Universitas Sumatera Utara


Momen maksimum

1
��� = �8 � ��� � �2 � = 162,1851 ���

Gaya geser maksimum

1
��� = �2 � ��� � �� = 16,2185 ��

Balok C

��
��� = 1,081 �
� 1,5 = 1,6218 ��/�

Momen maksimum

1
��� = �8 � ��� � �2 � = 324,3702 ���

Gaya geser maksimum

1
��� = �2 � ��� � �� = 32,437 ��

c. Gaya gesekan pada perletakan (faktor beban = 1,3)

Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser dari

perletakan elastomer. Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung hanya

menggunakan beban tetap dikalikan harga rata-rata dari koefisien gesekan.

Koefisien gesekan pada perletakan jembatan yang berupa besi tuang (μ) yaitu :

0,25.

Momen akibat gesekan pada perletakan

Beban gaya gesekan pada perletakan pada balok A

= (��� + ��� ). �

= (3346,21 ��� + 2469,95 ���) � 0,25 = 1444,22 ���

107

Universitas Sumatera Utara


Gaya geser maksimum pada balok A

Gaya geser maksimum



�= �

1444 ,22 ���


= 40 �
= 36,1056 ��

Beban gaya gesekan pada perletakan pada balok C

= (��� + ��� ). �

= (3129,4 ��� + 660 ���) � 0,25 = 938,936 ���

Gaya geser maksimum pada balok C



�= �

938,936 ���
= 40 �
= 23,4734 ��

d. Beban pelaksanaan

Faktor beban = 1,25

��
�� = 100 � � 1,25 = 1,25 ��/�

Momen maksimum dan gaya geser maksimum

Balok A

��
��� = 1,25 �
� 1,75 = 2,1875 ��/�

Momen maksimum

1
�� = �8 � ��� � �2 � = 437,5 ���

Gaya geser maksimum

1
�� = �2 � ��� � �� = 43,75 ��

108

Universitas Sumatera Utara


Balok C

��
��� = 1,081 �
� 1,5 = 1,875 ��/�

Momen maksimum

1
�� = �8 � ��� � �2 � = 375 ���

Gaya geser maksimum

1
�� = �2 � ��� � �� = 37,5 ��

IV.5.1.4 Aksi khusus (Beban gempa)

Beban akibat gempa merupakan aksi khusus yang dianalisis sebagai beban

yang bekerja pada struktur jembatan.

Balok A

Berat total, �� = ��� + ���

Berat sendiri, ��� = 17,627 ��/�

Beban mati tambahan, ��� = 12,3498 ��/�

Panjang bentang balok, � = 40 �

�� = (��� + ��� ) � � = 1199,07 �� )

Momen inersia balok komposit, ��� = 0,0618 �4

Modulus elastisitas, � = 200000 ��� = 200000000 ��/�2

48.�.���
Kekakuan balok komposit, � = �3
= 9273,4 ��/�

Periode alami jembatan dihitung dengan :

��
� = 2. �. ��.� = 0,7209 �����

� = 0,36

109

Universitas Sumatera Utara


� = 1,5

Untuk lokasi di wilayah gempa 3 di atas tanah lunak, dihitung dengan :


1,2.�.�
�������� = � 2/3
= 0,8059

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton bertulang atau

baja, � = 1. � dengan, � = 1,25 − 0,025. � dan F harus diambil ≥ 1

F = faktor perangkaan, n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah

lateral, untuk, n = maka : � = 1,25 − 0,025. � = 1,225

Faktor tipe struktur, � = 1. � = 1,225

Koefisien beban gempa horizontal, �ℎ = �������� . � = 0,9872

Koefisien beban gempa vertikal, �� = 50%. �ℎ = 0,4936 ≤ 0,1

Diambil, �� = 0,1

Gaya gempa vertikal, ��� = �� . �� = 119,907 ��

���
Beban gempa vertikal, ��� = = 2,9976 ��/�

Momen maksimum dan gaya geser maksimum pada balok akibat gempa vertikal :

1
��� = �8 � ��� � �2 �

1
= �8 � 3,004� 402 � = 599,54 ���

Gaya geser maksimum

1
��� = �2 � ��� � �� = 59,954 ��

110

Universitas Sumatera Utara


IV.5.2 Kombinasi pembebanan

a. Rekapitulasi kombinasi gaya momen berdasarkan beban ultimit.

Satuan dalam kNm.

Tabel 4.3 Kombinasi gaya momen penampang kompak


1 2 3 4 5 6
Aksi
A C A C A C A C A C A C
Berat sendiri 3770.69 3496.99 3770.69 3496.99 3770.69 3496.99 3770.69 3496.99 3770.69 3496.99 3770.69 3496.99
Beban mati tambahan 2469.95 660.00 2469.95 660.00 2469.95 660.00 2469.95 660.00 2469.95 660.00
Beban lajur "D" 2697.95 6104.70 2697.95 6104.70 2697.95 6104.70 2697.95 6104.70 2697.95 6104.70
Beban rem
Beban pejalan kaki 1800.00
Gesekan perletakan 1450.79 945.50 1450.79 945.50 1450.79 945.50 1450.79 945.50 1450.79 945.50
Pengaruh temperatur 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
Beban angin 162.19 324.37 162.19 324.37 162.19 324.37 162.19 324.37
Beban gempa 599.54 387.63
Beban pelaksanaan 437.50 375.00
Total 10389.38 11207.19 10738.60 10261.69 8938.60 10261.69 9100.78 10586.06 9538.14 10649.32 5658.98 4817.49

Momen maksimum kombinasi beban ultimit :

Gelagar A = 10738,60 kNm.; Gelagar C = 11207,19 kNm.

b. Rekapitulasi kombinasi gaya geser berdasarkan beban ultimit.

Satuan dalam kN.

Tabel 4.4 Kombinasi gaya geser penampang kompak


1 2 3 4 5 6
Aksi
A C A C A C A C A C A C
Berat sendiri 372.17 339.91 372.17 339.91 372.17 339.91 372.17 339.91 372.17 339.91 372.17 339.91
Beban mati tambahan 247.00 66.00 247.00 66.00 247.00 66.00 247.00 66.00 247.00 66.00
Beban lajur "D" 223.49 517.86 223.49 517.86 223.49 517.86 223.49 517.86 223.49 517.86
Beban rem
Beban pejalan kaki 180.00
Gesekan perletakan 36.27 23.64 36.27 23.64 36.27 23.64 36.27 23.64 36.27 23.64
Pengaruh temperatur 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71
Beban angin 16.22 32.44 16.22 32.44 16.22 32.44 16.22 32.44
Beban gempa 59.95 38.76
Beban pelaksanaan 43.75 37.50
Total 878.93 947.40 1022.66 923.77 842.66 923.77 858.88 956.20 902.61 962.53 452.19 401.04

Geser maksimum kombinasi beban ultimit :

Gelagar A = 1022,66 kN.; Gelagar C = 962,53 kN.

111

Universitas Sumatera Utara


IV.6 Sebelum Komposit

IV.6.1 Penampang kompak

�� = 3809,9633 ���

�� = 376,1002 ��

IV.6.1.1 Analisa tegangan lentur


ℎ 2550
��
<
���

97,1 < 166,343 (balok biasa)

Panjang tidak terkekang, � = 5000 ��

� = 80000 ���
��
�� = = 34740351,88 ��3
0,5 � �

1 2
�� = �. �� . �� − �� � + 4 . �� . �� − 2. �� � = 41720420 ��4


� � � ��3 � ��
3
�� = 12
+ 3
12
= 155098222,2 ��4


� = �� � �� � + ��� � 3
� = 24546,66 ��2

� �
�� = � � = 79,489 ��

ℎ2
�� = �� . = 1,4 � 1014
4

1
� = 3 (2 � (400 � 293 ) + (1942 � 203 ) = 22039733,33 ��4

� �.�.� .�
�1 = � � 2
= 5946,2047 ��4 /� 2

� 2�
�2 = 4 ��.�� � �
��
= 0,0014

112

Universitas Sumatera Utara



�� = 1,76. �� . �� = 4081,32 ��

�1
� �1 + �1 + �2 ��� − �� � = 9403,1997 ��
2
�� = �� ��
� −��

�� < � < �� , Bentang menengah.

12,5.����
�� = 2,5.� ≤ 2,3
��� +3.�� +4.�� +3.��

�� = 1,10

�� = �� ��� − �� � = 4168,842 ���

�� = �� . �� = 9804,29 ���

� −�
�� = �� . ��� + (�� − �� ) � �−� �
� �

= 9799,91 ��� < ��

∅�� = 0,9 � 9799,91

= 8819,9235 ��� > 3809,9633 ��� (Aman)

IV.6.1.2 Analisa tegangan geser

Gambar 4.16 Tegangan geser pada badan tampang gelagar

113

Universitas Sumatera Utara


Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ
1,37� ��
≤ �� ≤ 260

89,3689 ≤ 97,1 ≤ 260 (boleh tanpa pengaku vertikal)

Maka kuat geser nominal dengan leleh pada pelat badan dihitung sebagai berikut:

a. Tanpa pengaku vertikal (kn =5)

�� = �� . 0,6. ��� . ��

� � .� 1
�� = 1,5. �� � ℎ �2
= 0,68
��

�� = 0,67 � 0,6 � 235 � 1942 � 20

�� = 3707518,023 �

∅�� = 0,9 � 3707518,023 = 3336766,22 �

∅�� (= 3336,766 ��) > �� (= 376,1002 ��) (Aman)

b. Pakai pengaku vertikal

Pengaku vertikal digunakan karena tingginya badan profil, dikhawatirkan

akan terjadi tekuk badan, maka akan didesain profil akan memakai pangaku

vertikal.

ambil jarak antar pengaku vertikal, � = 2500 ��

Cek terhadap aksi medan tarik pada kuat geser balok dengan persyaratan :
2
� � 260

< 3 ��� ℎ
<� ℎ �
� �
��

1,28 < 3 ��� 1,28 < 7,169 (terjadi aksi medan tarik)

Kontrol kembali kuat geser dari panel ujung dengan nilai � = 2500 ��

114

Universitas Sumatera Utara


5
�� = 5 + (� ⁄ℎ )2
= 8,01

Cek kelangsingan pelat badan :

� .� ℎ � .�
1,10� �� ≤ �� ≤ 1,37� ��
�� ��

90,86 ≤ 97,1 ≤ 113,1644

� � .�
��
��
�� = 1,10 ℎ = 0,93
� �
��

�� = ��� + ���

��� = �� . �0,6. ��� �. �� = 5124,6152 ��

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� = 0,4695 ��
�1+�� �

�� = ��� + ��� = 5125,0848 ��

∅�� = 4612,57 ��

c. Desain pengaku vertikal

� 2
��� � � �

���� = 0,5. � . (1 − �� ). ℎ. �� . �ℎ − 2
� = 337,717 ��2
��� �1+�� �

Hitung inersia minimum

�� ��� = �. �. �� 3
2,5
�= � 2
− 2 ≥ 0,5
� �

� = −0,49 ≥ 0,5

Maka ambil nilai, � = 0,5

115

Universitas Sumatera Utara


�� ��� = �. �. �� 3 = 10000000 ��4

Tinggi minimum pengaku vertikal, ℎ�� ,��� = ℎ − 6�� = 1822 ��

Tinggi maksimum pengaku vertikal, ℎ�� ,��� = ℎ − 4�� = 1862 ��

Ambil, ℎ�� = 1825 ��


1 1
Lebar pengaku vertikal, ��� > 3 �� − 2 ��

��� > 123,33 ��, �����, ��� = 125 ��


1
Tebal pengaku vertikal, ��� > 2 �� = 14,5 ��, ����� ��� = 15 ��

Dan harus memenuhi syarat kelangsingan,

�� �
��
≤ 0,56. ��

8,5 ≤ 16,336 (memenuhi)

Cek pengaku vertikal terhadap syarat-syarat untuk bisa digunakan :

1. ��� = ℎ�� . ��� = 27375 ��2 > ����


1
2. ��� = 12 ℎ�� . ���
3
= 297037760 ��4 > ����

Pengaku vertikal dengan dimensi ℎ�� = 1825 ��, ��� = 125 ��, ��� = 15 ��

Bisa digunakan dan memenuhi kriteria sebagai pengaku vertikal.

116

Universitas Sumatera Utara


IV.6.2 Penampang Tidak Kompak

Baja yang digunakan yaitu :

��� = ��� = 235 ���

Profil IWF 2500 x 400 x 20 x 17

Untuk sayap (�� < � < �� ) : Untuk badan (�� < � < �� ) :

170 �� 420 1680 ℎ 2550


< 2.�� < < �� <
�� �� �(� �� −115)/�� ���� ����

11,0895 < 11,7647 < 23,011 109,5911 < 123,3 < 166,3437

Penampang tidak kompak...

�� = 3825,1609 ���

�� = 377,6205 ��

IV.6.2.1 Analisa tegangan lentur


ℎ 2550
��
<
���

123,3 < 166,343 (balok biasa)

Panjang tidak terkekang, � = 5000 ��

� = 80000 ���
��
�� = = 36764689,03 ��3
0,5 � �

1 2
�� = �. �� . �� − �� � + 4 . �� . �� − 2. �� � = 47290180 ��4


� � � ��3 � ��
3
�� = 12
+ 3
= 91214666,67 ��4
12


� = �� � �� � + ��� � 3
� = 23240 ��2

117

Universitas Sumatera Utara


� �
�� = � � = 62,64 ��

ℎ2
�� = �� . 4
= 1,38 � 1014

1
� = 3 (2 � (400 � 173 ) + (2466 � 203 ) = 21038133,33 ��4

� �.�.� .�
�1 = � � 2
= 5341,5267 ��4 /� 2

� 2�
�2 = 4 ��.�� � �
= 0,0029
��


�� = 1,76. �� . �� = 3216,68 ��

�1
� �1 + �1 + �2 ��� − �� � = 7657,95 ��
2
�� = �� ��
� −��

�� < � < �� , Bentang menengah.

12,5.����
�� = 2,5.� ≤ 2,3
��� +3.�� +4.�� +3.��

�� = 1,10

�� = �� ��� − �� � = 4411,76 ���

�� = �� . �� = 11113,19 ���

Kondisi batas untuk tekuk lokal flens serta tekuk lokal web berdasarkan :

Tekuk lokal flens :

�−� �
��1 = �� − ��� − �� � � = 10734 ���
� −� �

Tekuk lokal web :

�−� �
��2 = �� − ��� − �� � � = 9494,4 ���
� −� �

Kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan berdasarkan :

118

Universitas Sumatera Utara


� −�
��3 = �� . ��� + (�� − �� ) � �−� � = 9342,42 ���
� �

= 9342,42 ��� < ��2

∅�� = 0,9 ∗ 9342,42

= 8408,1836 ��� > 3825,16 ��� (Aman)

IV.6.2.2 Analisa tegangan geser

Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ
1,37� ��
≤ �� ≤ 260

89,3689 ≤ 123,3 ≤ 260 (boleh tanpa pengaku vertikal)

Maka kuat geser nominal dengan leleh pada pelat badan dihitung sebagai berikut:

a. Tanpa pengaku vertikal (kn =5)

�� = �� . 0,6. ��� . ��

� � .� 1
�� = 1,5. �� ℎ 2
= 0,42
� �
��

�� = 0,67 � 0,6 � 235 � 2466 � 20

�� = 2919708,029 �

∅�� = 0,9 � 2919708,029 = 2627737,226 �

∅�� (= 2627,7372 ��) > �� (= 377,62 ��) (Aman)

119

Universitas Sumatera Utara


b. Pakai pengaku vertikal

Pengaku vertikal digunakan karena tingginya badan profil, dikhawatirkan

akan terjadi tekuk badan, maka akan didesain profil akan memakai pangaku

vertikal.

ambil jarak antar pengaku vertikal, � = 2500 ��

Cek terhadap aksi medan tarik pada kuat geser balok dengan persyaratan :
2
� � 260

< 3 ��� ℎ
<� ℎ �
� �
��

1,01 < 3 ��� 1,01 < 4,44 (terjadi aksi medan tarik)

Kontrol kembali kuat geser dari panel ujung dengan nilai � = 2500 ��

5
�� = 5 + (� ⁄ℎ )2
= 9,864

Cek kelangsingan pelat badan :

� .� ℎ � .�
1,10� �� ≤ �� ≤ 1,37� ��
�� ��

100,7907 ≤ 123,3 ≤ 125,5302

� � .�
��
��
�� = 1,10 ℎ = 0,8174
� �
��

�� = ��� + ���

��� = �� . �0,6. ��� �. �� = 5684,5978 ��

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� = 2,22 ��
�1+�� �

�� = ��� + ��� = 5686,8179 ��

∅�� = 5118,1361 ��

120

Universitas Sumatera Utara


IV.6.3 Penampang Langsing

Baja yang digunakan yaitu :

��� = 245 ���, ��� = 235 ���

Profil IWF 3200 x 400 x 18 x 9

Cek penampang :

Untuk sayap (� > �� ) : Untuk badan (� > �� ) :

�� 420 ℎ 2550
> >
2.�� �(� �� −�� )/�� �� ����

22,22 > 21,792 176,77 > 166,3437

Penampang langsing...
1 1
�� = 8 �� . �2 + 4 �� . � = 3852,033 ���

1 1
�� = 2 �� . � + 2 �� = 380,3072 ��

IV.6.3.1 Analisa tegangan lentur


ℎ 2550
��
<
���

176,77 > 166,343 (balok pelat berdinding penuh)

a. Akibat Tekuk Torsi Lateral

Panjang tidak terkekang, � = 5000 ��



� � � ��3 � ��
3
�� = 12
+ 3
12
= 48515484 ��4


� = �� � �� � + ��� � 3
� = 22692

� �
�� = � � = 46,23 ��

121

Universitas Sumatera Utara


Cek Kelangsingan

�� = ��
= 108,13


�� = 1,76�� = 51,34
��


� � = 4,4�� = 128,36
��

Jika �� < �� ≤ �� , keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral inelastis :

1 � � −� �
��� = �� . �� . �1 − 2 � �� ≤ ��
� � −� �

12,5.����
�� = 2,5.� ≤ 2,3
��� +3.�� +4.�� +3.��

�� = 1,10

��� = 166,45 ≤ 235

b. Akibat Tekuk Lokal Sayap Tekan

��
�� = = 22,22
2� �


�� = 0,38 �� = 10,85
��

� .� 4
�� = 1,35� �� = 22,81 �� = ℎ
= 0,30, ambil = 0,35
�� �
��

Jika �� < �� < �� , Keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens inelastis :

1 � � −� �
��� = �� . �1 − 2 � �� ≤ ��
� � −� �

��� = 128,61 ��� ≤ 235 ���

�� = �� . �� . ���

122

Universitas Sumatera Utara


��
�� = ��

�� � ℎ
= �� � �
= 15,91

� ℎ 2550
�� = 1 − �1200 + �300� � �� − �≤1
� � ����

�� = 0,97

12+� � (3� −� 3 )
�� = 12+2.� �
≤ 1,0

�� = 0,99 ≤ 1
��
�� = = 41895494,19 ��3
0,5 � �

�� = �� . �� . ��� . ��

= 0,97 � 41895494,19 � 128,61 � 0,99

= 5229,1775 ���

∅�� = 4706,2598 ���

= 4706,2598 ��� > �� = 3852,03 ��� (Aman)

IV.6.3.2 Analisa tegangan geser

Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ
1,37� ��
≤ �� ≤ 260

89,3689 ≤ 171,22 ≤ 260 (boleh tanpa pengaku vertikal)

Maka kuat geser nominal dengan leleh pada pelat badan dihitung sebagai berikut:

a. Tanpa pengaku vertikal (kn =5)

�� = �� . 0,6. ��� . ��

123

Universitas Sumatera Utara


� � .� 1
�� = 1,5. �� � ℎ �2
= 0,20
��

�� = 0,20 � 0,6 � 235 � 3182 � 18

�� = 1649528,59 �

∅�� = 1484,57 ��

∅�� (= 1484,57 ��) > �� (= 380,3 ��) (Aman)

b. Pakai pengaku vertikal

Pengaku vertikal digunakan karena tingginya badan profil, dikhawatirkan

akan terjadi tekuk badan, maka akan didesain profil akan memakai pangaku

vertikal.

ambil jarak antar pengaku vertikal, � = 2500 ��

Cek terhadap aksi medan tarik pada kuat geser balok dengan persyaratan :
2
� � 260

< 3 ��� ℎ
<� ℎ �
� �
��

0,78 < 3 ��� 0,78 < 2,16 (terjadi aksi medan tarik)

Kontrol kembali kuat geser dari panel ujung dengan nilai � = 2500 ��

5
�� = 5 + (� ⁄ℎ )2
= 13,1

Cek kelangsingan pelat badan :

� � .� ℎ
1,37� ��
≤ �� ≤ 260

144,65 ≤ 171,22 ≤ 260

� � .� 1
�� = 1,5 �� � ℎ �2
= 1,53
��

124

Universitas Sumatera Utara


�� = ��� + ���

��� = �� . �0,6. ��� �. �� = 4321,79 ��

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� = 8,23 ��
�1+�� �

�� = ��� + ��� = 433002 ��

∅�� = 3897,02 ��

Kesimpulan :

Untuk selanjutnya perhitungan jembatan setelah beton mengeras atau aksi

komposit telah terjadi antara lantai beton dan gelagar baja yang diambil adalah

berat penampang gelagar baja yang paling ringan.

Penampang kompak = 4,87 kN/m

Penampang tidak kompak = 4,94 kN/m

Penampang langsing = 5,06 kN/m

Jadi, untuk perhitungan sesudah komposit dipakai penampang kompak.

125

Universitas Sumatera Utara


IV.7 Sesudah komposit

IV.7.1 Analisa tegangan lentur

Unsur komposit jembatan terdiri dari gelagar baja dan lantai beton.

Kekuatan lentur gelagar komposit ditentukan dengan cara rencana keadaan batas

ultimit. Lebar efektif lantai harus digunakan untuk menghitung besaran

penampang gelagar komposit.

a. Lebar efektif

Diambil nilai terkecil dari :



- �� ≤ 4 - �� = ��

40
�� ≤ 4
= 10 � �� = 1,5 �

Maka diambil, bE = 1,5 m

b. Mencari dimensi komposit

Modulus elatisitas slab = 4700��′� = 23500 ���

Modulus elastisitas gelagar = 200000 MPa

Angka ekivalen :
��������
�= = 8,51
�����

Pelat baja ditranformasikan ke penampang gelagar baja, sehingga :

�� 150
��� = = 8,51 = 17,647 ��

126

Universitas Sumatera Utara


c. Mencari inersia penampang komposit

Tabel 4.5 Menentukan letak garis netral


Dimensi
Statis
Luas Tampang Lengan momen
No Momen A*y
sisi bawah (mm) Tinggi h (mm) A (mm^2) y (mm)
(mm^3)

1 176 198.154 34875.104 99.077 3455320.68


2 400 29 11600 212.654 2466786.4
3 20 1942 38840 1198.154 46536301.4
4 400 29 11600 2183.654 25330386.4
Total - - 96915.104 - 77788794.8

∑� � �
�� = ∑�
= 802,648 ��

�� = �� + � − ��

= 198,154 + 2000 − 802,648

= 1395,5051 ��

Gambar 4.17 Balok komposit

Momen inersia penampang dihitung dengan menggunakan teorema sumbu sejajar

Tabel 4.6 Perhitungan momen inersia penampang kompak


Lengan
Luas Tampang A Momen Inersia Io Selisih pusat Luas*d^2
No momen y Ix (mm^4)
(mm^2) (mm^4) berat d (mm) (mm^4)
(mm)
1 34875.104 99.077 114114269 703.57183 17263641017 17377755286
2 11600 212.654 812966.6667 589.99483 4037889234 4038702201
3 38840 1198.154 12206648147 395.50517 6075521345 18282169491
4 11600 2183.654 812966.6667 1381.00517 22123233242 22124046208
Total 96915.104 - - - - 61822673187

127

Universitas Sumatera Utara


d. Mencari tegangan lentur maksimum yang terjadi

Kontrol momen batas :

ℎ 1680
��

���

97,1 ≤ 109,59 (Plastis)

Mn, dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit,

Ф = 0,85

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja :

�� � ��
� = 0,85 � �′ � ��

62040 � 235
= 0,85 � 25 � 1500

= 457,3929 �� > �� (= 198,154 ��)

Karena tebal slab beton hanya 198,154 mm, slab tersebut tidak dapat

memberikan kekuatan yang cukup untuk mengimbangi gaya tarik Asfy yang

mampu terjadi didalam penampang bajanya, dengan demikian sumbu netral

plastis akan berada dalam penampang baja.

�� = 0,85. �′� . �� . ��

= 0,85 � 25 �� 2 � 1500 �� � 198,154 �� = 6316158,75 �

�� � �� − 0,85 � �′ � � � � � � �
�� = 2

(62040 � 235)− 0,85 � 25 � 1500 � 198,154


= 2
= 4131620,625 �

Tinggi blok tekan pada sayap profil baja dihitung sebagai berikut :
��
�� = �
� � ��

4131620 ,625
= 400 � 235
= 43,95 �� > �� (= 29 ��)

128

Universitas Sumatera Utara


Lokasi titik berat dari bagian tarik profil baja adalah:

� �� �� � − � � �
�� � − � � � � � ��− � –(�� � − � � � � � � � ���−� � �− �)
2 2 2
�=
� � − �� � � ��− (�� � − � � �� � � )

= 766,2596 ��

Mencari nilai lengan momen gaya tekan batas beton dan baja
��
�′2 = � + −�
2

198,154
= 2000 + 2
− 766,2596 = 1332,817 ��

��
�′′2 = � − � − 2

43,95
= 2000 − 766,2596 − 2
= 1211,7636 ��

Kuat lentur nominal dari komponen struktur komposit tersebut :

�� = �� . �′2 + �� . �′′2

= 13424,8336 ���

Kuat lentur rencana :

∅�� = 0,85 � 13424,8336 ��� = 11411,1086 ���

Syarat momen :

∅�� > ��

11411,1086 ��� > 11207,19 ��� (Aman)

129

Universitas Sumatera Utara


IV.7.2 Analisa tegangan geser

a. Kuat geser nominal

5
�� = 5 + (� ⁄ℎ )2
= 8,01

Cek kelangsingan pelat badan :

� .� ℎ � .�
1,10� �� ≤ �� ≤ 1,37� ��
�� ��

90,86 ≤ 97,1 ≤ 113,1644

� � .�
��
��
�� = 1,10 ℎ = 0,93
� �
��

�� = ��� + ���

��� = �� . �0,6. ��� �. �� = 5124,6152 ��

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� = 0,4695 ��
�1+�� �

�� = ��� + ��� = 5125,0848 ��

∅�� = 4612,57 �� > �� (= 1022,66 ��) (Aman)

b. Analisa kuat leleh web

�� = (2,5. � + �). ��� . ��

Ambil, � = 2. �� = 58 ��

��
�≥� − 2,5�
� .� �

� ≥ 72,586 ��, ����� � = 200 ��

�� = (2,5. � + �). ��� . ��

130

Universitas Sumatera Utara


�� = 1621,5 ��

∅�� = 1,0 � 1621,5 �� = 1621,5 ��

∅�� = 1621,5 �� > �� (= 1022,66 ��) (Aman)

c. Analisa tekuk dukung web




≤ 0,2

0,05 ≤ 0,2, maka tekuk dukung webnya adalah :

2
� � �.�� .� �
�� = 0,39. ��2 . �1 + 3 �� � � �� � � � ��

�� = 1509,099 ��

∅�� = 0,75 � 1509,099 = 1131,8243 ��

∅�� = 1131,8243 �� > �� (= 1022,66 ��) (Aman)

d. Analisa kuat tekuk lateral web

Untuk flens yang dikekang terhadap rotasi dan hanya dihitung bila

� �
��
≤ 2,3, � = 5000 ��

� �
��

7,7 ≤ 2,3, tidak memenuhi syarat untuk dihitung. Tapi tetap dihitung untuk

mengetahui nilai kuat tekuk lateral web.

ℎ 3
�� .�.� �
3 .� � �
� ��
�� = �1 + 0,4 3 �
ℎ2 �
� �
��

Ambil nilai �� = 1,62

131

Universitas Sumatera Utara


1942 3
1,62 � 200000 � 20 3 � 29 � �
�� = 1950 2
�1 + 0,4 20
5000 3

� �
400

�� = 3756,9234 ��

∅�� = 0,85 � 3756,9234 = 3193,3848 ��

∅�� = 3193,3848 �� > �� (= 1022,66 ��) (Aman)

IV.7.3 Analisa lendutan

Lendutan ijin :
� 40000
����� = 300 = 300
= 133,33 ��

1. Lendutan pada saat konstruksi (aksi komposit belum bekerja)

a. Lendutan akibat berat sendiri (QMS)

��� = 12,1822 ��/��

5 ��� � �4
�1 = 384
� � ��

5 12,1822 � 4000 4
= 384 = 5,8443 ��
2 � 10 6 � 3474035 ,188

b. Lendutan akibat berat diafragma

�� = 1780,38 ��; � = 500 ��

(�� � �)�(3�2 −4� 2 ) � � �3


�2 = 24 � � � ��
+ 48 �� � � �

(1780 ,38 � 500)�(3 � 4000 2 −4 � 500 2 ) 1780 ,38 � 4000 3


= 24 � 2 � 10 6 � 3474035 ,188
+ 48 � 2 � 10 6 � 3474035 ,188

= 0,5925 ��

132

Universitas Sumatera Utara


2. Lendutan pada saat aksi komposit sudah bekerja

a. Lendutan akibat berat sendiri (QMS)

��� = 12,1822 ��/��

5 ��� � �4
�3 = 384
� � ���

5 12,0036 � 4000 4
= 384 = 3,28 ��
2 � 10 6 � 6182267 ,319

b. Lendutan akibat berat diafragma

�� = 1780,38 ��; � = 500 ��

(�� � �)�(3�2 −4� 2 ) � � �3


�4 = 24 � � � ���
+ 48 �� � � ���

(1780 ,38 � 500)�(3 � 4000 2 −4 � 500 2 ) 1780 ,38 � 4000 3


= 24 � 2 � 10 6 � 6182267 ,319
+ 48 � 2 � 10 6 � 6182267 ,319

= 0,332 ��

c. Lendutan akibat beban mati tambahan (QMA)

��� = 1,65 ��/��

5 ��� � � 4
�5 = 384
� � ���

5 1,65 � 4000 4
= 384 = 0,44 ��
2 � 10 6 � 6182267 ,319

d. Lendutan akibat beban hidup

��� = 11,8125 ��/��

��� = 10290 ��

5 ��� � � 4 1 ��� � � 3
�6 = 384 � � ���
+ 48 � � ���

5 11,8125 � 4000 4 1 10290 � 4000 3


= 384 + 48
2� 10 6 � 5815897 ,576 2 � 10 6 � 6182267 ,319

= 4,29 ��

133

Universitas Sumatera Utara


Kontrol lendutan terhadap beban hidup
� 40000
����� = 800 = 800
= 50 �� ≥ �6 (= 42,9 ��) (OK)

3. Lendutan jangka panjang akibat rangkak

��� = 1,65 ��/��

5 ��� � � 4
�7 = 384
� � ���

5 1,65 � 4000 4
= 384 = 0,5366 ��
2 � 10 6 � 5123995 ,489

Jadi total lendutan yang terjadi :

1. Lendutan pada saat konstruksi (aksi komposit belum bekerja)

�1 + �2 = 64,3695 �� < ����� (= 133,3333 ��) (OK)

2. Lendutan jangka pendek dengan beban hidup

�3 + �4 + �5 + �6 = 83,5611 �� < ����� (= 133,3333 ��) (OK)

3. Lendutan jangka panjang dengan beban hidup

�3 + �4 + �6 + �7 = 84,386 �� < ����� (= 133,3333 ��) (OK)

IV.8 Shear Connector

Data perencanaan sebagai berikut :

Jenis shear connector = stud (paku berkepala)

Diameter = 20 mm

Tinggi total = 100 mm

Kuat tekan beton f’c = 25 MPa

fu = 410 MPa

134

Universitas Sumatera Utara


Kekuatan stud connector (Qn)

�� = 0,5. ��� . ���′� . �� � ≤ ��� . ��

1 1
��� = 4 �. d2 = 4 � 3,14 � 202 = 314 ��2

��1 = ��� . �� = 314 � 410 = 128740 �

�� = 4700��′� = 23500 ���

��2 = 0,5 � 314 ��√25 � 23500 �

= 120338,2 � < ��1

Nilai Vh diambil dari nilai terkecil diantara As.fy dan 0,85.f’c.Ac untuk

mendapatkan perilaku komposit penuh.

�ℎ1 = �� . �� = 60520 � 235 = 14579400 �

�ℎ2 = 0,85. �′� . �� = 0,85 � 25 � 1500 � 220 = 7012500 �

�ℎ1 > �ℎ2

Faktor reduksi kekuatan stud

0,85 �� �
�� = � ℎ � �ℎ � − 1� < 1,0
��� � �

0,85 194 100


= � 50 � � 50 − 1� = 2,33 > 1,0
√2

Ambil rs = 1,0

Jumlah stud yang diperlukan :

�ℎ 2 7012500
�=� � = �1 � 120338 ,2� = 58,27 ≈ 60 ����
�� .�� 2

Maka, jumlah shear connector yang dibutuhkan di sepanjang balok adalah

2� = 120 buah, jika setiap gelombang dipasang 2 buah stud, maka jarak antar

135

Universitas Sumatera Utara


stud adalah 488 mm, supaya stud terletak ditengah-tengah gelombang. sehingga

jumlah stud yang dipakai adalah sebanyak

40000
2� 488
� = 163,934 ≈ 164 ����

Σ�� = 82(��2 ) = 9867,734 �� > �ℎ2 (= 7012,5 ��) (Aman)

Gambar 4.18 Pemasangan shear connector

IV.9 Sambungan

Tipe baut = A325

Diameter = 25,4 mm

Kuat tarik (fu) = 825 MPa

Tahanan nominal baut :

a. tahanan geser baut

�� = �. �1 . ��� . ��

1
= 2 � 0,40 � 825 � �4 � � � 25,42 � = 334,25 ��

b. tahanan tarik baut

�� = 0,75. ��� . �� = 313,36 ��

c. Tahanan tumpu baut

�� = 2,4. �� . �� . ��

136

Universitas Sumatera Utara


= 2,4 � 25,4 � 29 � 235 = 415,44 ��

Diambil �� = 313,36 ��

Tahanan nominal baut

�� = ∅��

�� = 0,75 � 313,36 �� = 235,02 ��

IV.9.1 Sambungan jarak 4 meter

Sambungan pertama di jarak 4 meter dari titik tumpuan.

IV.9.1.1 Sambungan sayap (flens)

�� = 4464,67 ���

�� = 984,9418 ��

Tegangan pada flens:


�.� 4464 ,67 � 1
�= ��
= 0,03474
= 128515,4 ��/�2

�� = �� . �� = 0,0116 �2

Gaya yang harus di tahan flens:

� = �. �� = 1490,778 ��

Sambungan pada flens merupakan irisan kembar.

1490,778 ��
Jumlah baut, � = 235,02 ��
= 6,34

Diambil jumlah baut 8 buah

�� = 8 � 235,02 = 1880,19 �� > 1490,778 �� (Aman)

137

Universitas Sumatera Utara


IV.9.1.2 Sambungan badan (web)

� = 100 �� = 0,1 �

�� = 948,9418 ��

� = �� . � = 94,894 ���

Σ� 2 + Σ� 2 = 8(50)2 + 4(225)2 + 4(75)2

= 245000 ��2 = 0,245 �2


�.� 94,8941 � 0,225
�� = � 2 +� 2 = 0,245
= 87,147 ��

�.� 94,8941 � 0,05


�� = � 2 +� 2 = 0,245
= 19,366 ��

�� 948,9418
�� = = = 118,61 ��
� 8

Gaya total pada baut paling ujung :

2
� = ���2 + ��� + �� � = 163,2 �� < 235,02 ��

�� = 8 � 235,02 = 1880,16 �� > 1490,778 �� (Aman)

IV.9.2 Sambungan jarak 16 meter

�� = 10331,41 ���

�� = 333,487 ��

IV.9.2.1 Sambungan sayap (flens)

Tegangan pada flens:


�.�
�= ��
= 297389,2 ��/�2

�� = �� . �� = 0,0116 �2

138

Universitas Sumatera Utara


Gaya yang harus di tahan flens:

� = �. �� = 3449,715 ��

3449,715 ��
Jumlah baut, � = 235,02 ��
= 14,67

Diambil jumlah baut 16 buah

�� = 16 � 235,02 = 3760,39 �� > 3449,715 �� (Aman)

IV.9.2.2 Sambungan badan (web)

� = 100 �� = 0,1 �

�� = 333,4872 ��

� = �� . � = 33,348 ���

Σ� 2 + Σ� 2 = 4(50)2 + 4(75)2

= 32500 ��2 = 0,0325 �2


�.�
�� = � 2 +� 2 = 76,95 ��

�.�
�� = � 2 +� 2 = 51,30 ��

�� 333,487
�� = = = 83,37 ��
� 4

Gaya total pada baut paling ujung :

2
� = ���2 + ��� + �� � = 155,11 �� < �� = 313,36 ��

�� = 4 � 235,02 = 940,08 �� > 333,487 �� (Aman)

139

Universitas Sumatera Utara


IV.9.3 Sambungan jarak 28 meter

�� = 9157,623 ���

�� = 538,6387 ��

IV.9.3.1 Sambungan sayap (flens)

Tegangan pada flens:


�.�
�= ��
= 263601,9 ��/�2

�� = �� . �� = 0,0116 �2

Gaya yang harus di tahan flens:

� = �. �� = 3057,782 ��

3057 ,782 ��
Jumlah baut, � = 235,02 ��
= 13,01

Diambil jumlah baut 14 buah

�� = 14 � 235,02 = 3290,346 �� > 3057,782 �� (Aman)

IV.9.3.2 Sambungan badan (web)

� = 100 �� = 0,1 �

�� = 538,6387 ��

� = �� . � = 53,86 ���

Σ� 2 + Σ� 2 = 4(50)2 + 4(150)2

= 105000 ��2 = 0,105 �2


�.�
�� = � 2 +� 2 = 76,94 ��

�.�
�� = � 2 +� 2 = 25,64 ��

140

Universitas Sumatera Utara


�� 538,63
�� = = = 89,77 ��
� 6

Gaya total pada baut paling ujung :

2
� = ���2 + ��� + �� � = 138,72 �� < �� = 235,02 �� (Aman)

�� = 6 � 235,02 = 1410,12 �� > 538,6387 ��

Gambar 4.19 sambungan sayap pada titik 16 meter

Gambar 4.20 Sambungan badan pada titik 4 meter

141

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan serta analisa diatas dapat disimpulkan beberapa hal

berikut :

1. Hasil perencanaan berupa konstruksi komposit lantai beton balok baja dengan

bentang 40 meter dan lebar jembatan 8 meter dengan lebar jalur lalu lintas 6

meter dan tebal pelat lantai kendaraan 0,22 meter.

2. Penampang kompak Balok baja yang digunakan adalah profil IWF

2000x400x20x29 dengan berat 4,87 kN/m dan balok diafragma yang

digunakan adalah profil IWF 1000x250x10x14.

3. Penampang tidak kompak balok baja yang digunakan adalah profil IWF

2500x400x20x17 dengan berat 4,94 kN/m dan balok diaphragma yang

digunakan adalah profil IWF 1000x250x10x9.

4. Penampang langsing balok baja yang digunakan adalah profil IWF

3200x400x18x9 dengan berat 5,06 kN/m dan balok diaphragma yang

digunakan adalah profil IWF 1000x250x10x14.

5. Perhitungan pelat lantai digunakan beban kendaraan truk “T” dan untuk

perhitungan balok digunakan beban hidup dari beban lajur “D”.

6. Kekuatan dan kekakuan struktur komposit dipengaruhi oleh kemampuan

penghubung geser dalam menahan geseran antara balok baja dan pelat lantai.

142

Universitas Sumatera Utara


V.2 Saran

Dari kesimpulan diatas dapat diambil saran :

1. Sebelum melakukan analisa perhitungan struktur jembatan sebaiknya perencana

mencermati penampang yang digunakan untuk mendapatkan dimensi yang

kecil.

2. Perlunya standar perencanaan yang jelas dan detail khususnya tentang material-

material pada jembatan sehingga memudahkan perencana didalam

merencanakan jembatan berstandar SNI.

3. Analisa lebih lanjut bisa dilakukan terhadap pengaruh diafragma sebagai

penopang lateral terhadap dimensi balok.

143

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Umum

Balok merupakan komponen struktur jembatan yang penting. Balok pada

jembatan ini berfungsi untuk memikul sekaligus menyalurkan beban dari lantai

kendaraan ke kolom-kolom jembatan atau disebut dengan pier.

Balok jembatan yang sering kita jumpai dapat berupa baja ataupun beton

bertulang. Balok dengan bahan baja umumnya dijumpai pada jembatan komposit

yaitu balok baja yang digabungkan dengan slab beton di atasnya. Sedangkan

balok beton bertulang biasanya dijumpai pada jembatan dengan bentang pendek.

II.2 Komponen Jembatan

Menurut Bridge Management system (BMS) komponen jembatan terdiri

dari :

II.2.1 Komponen struktur atas

Yaitu komponen jembatan yang terletak diatas dukungan dengan

komponen terbawah adalah gelagar utama.

Komponen struktur atas terdiri dari :

a. lapisan permukaan / perkerasan (wearing surface), yang berfungsi sebagai

penahan kontak kendaraan yang melintas diatas jembatan dan

meneruskannya ke struktur dibawahnya.

Universitas Sumatera Utara


b. deck yaitu merupakan luasan fisik dari jalan raya yang melintasi rintangan

yang harus dijembatani. Fungsi utama dari deck adalah mendistribusikan

beban sepanjang potongan melintang jembatan dan merupakan bagian yang

menyatu pada sistem struktural.

c. gelagar induk (primary member), yang berfungsi mendistribusikan beban

secara longitudinal (menahan lendutan).

d. gelagar sekunder (secondary member), yang berfungsi sebagai pengikat

antar gelagar induk berupa diagfragma maupun bracing yang berfungsi

sebagai penahan deformasi lateral (lateral bracing).

II.2.2 Komponen struktur bawah

Yaitu komponen jembatan yang terletak pada bagian bawah komponen

struktur atas, yang terdiri dari :

a. abutment, yaitu komponen struktur penahan tanah yang mendukung struktur

atas pada bagian ujung-ujung jembatan. Seperti halnya dengan dinding

penahan tanah abutment menahan gaya longitudinal dari tanah dibagian

bawah ruas jalan.

b. pilar, yaitu bagian bawah jembatan yang berfungsi sebagai pembagi bentang

jembatan yang terlalu lebar, terdiri dari pondasi kolom dan kepala jembatan.

c. perletakan (bearings), yaitu sistem mekanikal yang berfungsi menyalurkan

beban vertikal dari struktur atas ke struktur bawah. Bearing terdiri dari dua

macam yaitu bearing yang menahan gerakan rotasi dan translasi longitudinal

Universitas Sumatera Utara


disebut expansion joint dan bearings yang menahan gerakan rotasi saja

disebut fixed bearings.

d. dudukan / perletakan (pedestals) yaitu kolom pendek yang berada diatas

abutment atau pilar yang mendukung secara langsung gelagar utama

struktur atas.

e. dinding belakang (backwall) yaitu komponen utama dari abutment yang

berfungsi sebagai struktur penahan tanah.

f. dinding sayap (wingwall) yaitu dinding belakang abutment yang berfungsi

untuk menahan keruntuhan tanah disekitar abutment.

g. pondasi, yaitu struktur bagian bawah yang berfungsi sebagai penerus beban

diatasnya ke tanah dasar.

II.2.3 Komponen pelengkap

Yaitu komponen jembatan yang berfungsi sebagai pelengkap dari suatu

struktur jembatan, yang termasuk dalam komponen ini adalah :

a. underdrain, yaitu fasilitas drainase yang terbuat dari pipa yang berfungsi

mengalirkan air di permukaan dari struktur.

b. pengaman lalu lintas, yaitu komponen pelengkap jembatan untuk

menghindari kecelakaan saat melintasi jembatan dapat terbuat dari beton

maupun baja yang disebut hand railing.

Universitas Sumatera Utara


II.3 Altenatif Pemilihan Jenis Struktur

II.3.1 Struktur atas jembatan

Adapun alternatif bahan yang digunakan untuk struktur atas jembatan

dengan bentang yang diperlukan.

Tabel 2.1 Jenis tipe jembatan


No. Tipe jembatan Bentang (m)
Jembatan komposit I 6 – 24
1
Gelagar baja + plat beton
Jembatan beton bertulang
2 6 – 26
Gelagar beton (konv) balok T
Jembatan beton bertulang 12 – 28
3
Gelagar beton (konv) box
4 Jembatan gelagar prategang I 10 - 36
Jembatan gelagar pratekan T
5 14 – 24
terbalik
6 Jembatan gelagar pratekan T 18 – 44
7 Jembatan gelagar pratekan V 16 - 36
(Sumber : Buku ajar teknik sipil UNDIP)

II.3.2 Struktur bawah jembatan

II.3.2.1 Pangkal jembatan (Abutment)

Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi badan abutment tersebut.

Bentuk alternatif abutment tertera seperti dibawah ini :

Tabel 2.2 Jenis abutment jembatan


Jenis abutment Tinggi (m)
Pangkal tembok penahan kantilever 0–8
Pangkal tembok penahan gravitasi 3–4
Pangkal tembok penahan kontrafort 6 – 20
Pangkal kolom “Spill Through” 0 – 20
Pangkal balok cap tiang sederhana 0 – 20
Pangkal tanah bertulang 5 – 15
(Sumber : Buku ajar teknik sipil UNDIP

Universitas Sumatera Utara


II.3.2.2 Pondasi

Penentuan jenis pondasi dilihat dari kedalaman lapisan tanah pendukung.

Bentuk alternatif pondasi tertera pada tebel dibawah ini :

Tabel 2.3 Jenis-jenis pondasi


Jenis pondasi Kedalaman lap. Pendukung (m)
Pondasi langsung 0–3
Pondasi sumuran 3 – 15
Pondasi tiang beton 15 – 60
Pondasi tiang baja 7-~
(Sumber : Buku ajar teknik sipil UNDIP)

II.4 Sifat Bahan Baja

Sifat baja yang terpenting dalam penggunaanya sebagai bahan konstruksi

adalah kekuatannya yang tinggi, yaitu kemampuan untuk berdeformasi secara

nyata baik dalam tegangan maupun regangan serta sifat homogenitas yaitu

keseragaman yang tinggi.

Dalam perencanaan struktur baja, RSNI T-03-2005 mengambil beberapa

siifat-sifat mekanik dari material baja yang sama yaitu :

Modulus Elastisitas, E = 200.000 MPa

Modulus Geser, G = 80.000 MPa

Angka poisson, µ = 0,30

Koefisien muai panjang, α = 12 x 10-6 per oC

Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya, RSNI T-

03-2005 mengklasifikasikan mutu dari materil baja menjadi 5 kelas mutu dan sifat

mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi

persyaratan minimum yang diberikan pada tabel 2.1

10

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4 Sifat mekanis baja struktural
Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
Jenis baja Minimum, fu Minimum, fy minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
(Sumber : RSNI T-03-2005)

Material baja sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama

mengingat beberapa keunggulannya dibandingkan material yang lain. Beberapa

keunggulan baja sebagai material konstruksi, antara lain adalah :

1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat menguruangi ukuran struktur

serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup

menguntungkan bagi struktur-struktur jembatan yang panjang, gedung yang

tinggi atau bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk.

2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton

bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja jauh

lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih

tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya.

3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsi-asumsi

yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis

hingga tegangan yang cukup tinggi mengikuti hukum hooke. Momen inersia

dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan

dalam melakuka proses analisa struktur.

11

Universitas Sumatera Utara


4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan

tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi

keruntuhan.

5. Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah

kemudahan penyambungan antarelemen yang satu dengan lainnya

menggunakan alat sambung las atau baut.

Selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan tersebut, material baja

juga memiliki beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemiliharaan. Konstruksi

baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air, secara periodik harus

dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga harus menjadi perhatian yang

serius, sebab material baja akan mengalami penurunan kekuatan secara drastis

akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, disamping baja juga merupakan

konduktor panas yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru dapat

menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan lain dari struktur baja adalah masalah

tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang.

II.5 Sifat Bahan Beton

Beton dapat dipakai dengan mencampurkan bahan-bahan agregat halus

dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan

menambahkan secukupnya bahan perekat berupa semen dan air sebagai bahan

pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan

beton berlangsung. Semen berfungsi sebagai pengikat, agregat sebagai bahan

pengisi, serta air sebagai bahan penyatu bahan-bahan tersebut.

12

Universitas Sumatera Utara


Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan perbandingan semen,

agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis bahan campur. Kekuatan beton

cukup tinggi, dengan pengolahan khusus dapat mencapai 700 kg/cm2. Kuat tekan

beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik beton antara

9 - 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat getas.

Berbeda dengan baja, modulus elastisitas beton adalah berubah-ubah

menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga beragantung kepada umur beton, sifat-

sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran benda uji.

II.6 Pembebanan Jembatan

Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan seorang

perencana harus mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan

dengan peraturan yang berlaku. Peraturan pembebanan yang tersedia sangatlah

banyak, sehingga menyulitkan perencana untuk menentukan peraturan mana yang

harus ia pakai. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya AASHTO, PPPJJR 1989,

BMS 1992, dan RSNI 2005. Pada tugas akhir ini peraturan pembebanan yang

digunakan sebagai acuan adalah peraturan RSNI 2005.

Beban yang bekerja pada jembatan merupakan kombinasi dari beberapa

macam aksi rencana pembebanan. Aksi rencana pembebanan digolongkan

kedalam aksi tetap dan transien.

13

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Berat isi untuk beban mati (kN/m3)

Berat/satuan isi Kerapatan masa


No. Bahan
(kN/m3) (kg/m3)

1 Campuran aluminium 26.7 2720


2 Lapisana permuakaan beraspal 22.0 2240
3 Besi tuang 71.0 7200
4 Timbunan tanah dipadatkan 17.2 1760
5 Kerikil dipadatkan 18.8 - 22.7 1920 – 2320
6 Aspal beton 22.0 2240
7 Beton ringan 12.25 – 19.6 1250 – 2000
8 Beton 22.0 – 25.0 2240 – 2560
9 Beton prategang 25.0 – 26.0 2560 – 2640
10 Beton bertulang 23.5 – 25.5 2400 – 2600
11 Timbal 111 11400
12 Lempung lepas 12.5 1280
13 Batu pasangan 23.5 2400
14 Neoprin 11.3 1150
15 Pasir kering 15.7 – 17.2 1600 – 1760
16 Pasir basah 18.0 – 18.8 1840 – 1920
17 Lumpur lunak 17.2 1760
18 Baja 77.0 7850
19 Kayu (ringan) 7.8 800
20 Kayu (keras) 11.0 1120
21 Air murni 9.8 1000
22 Air garam 10.0 1025
23 Besi tempa 75.5 7680
(Sumber : Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

II.6.1 Aksi tetap

Menurut RSNI 2005, aksi tetap adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu

dan merupakan beban yang secara tetap dipikul oleh jembatan. Pembebanan

akibat aksi tetap terdiri dari :

14

Universitas Sumatera Utara


a. Berat sendiri

Berat sendiri adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan

elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap,

seperti pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Faktor beban untuk berat sendiri


Faktor beban
Jangka
KU;;MS
waktu KS;;MS;
Biasa Terkurangi
Baja, aluminium 1,0 1,1 0,9
Beton pracetak 1,0 1,2 0,85
Tetap
Beton dicor di tempat 1,0 1,3 0,75
Kayu 1,0 1,4 0,7
(Sumber : Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

b. Beban mati tambahan

Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu

beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin

besarnya berubah selama umur jembatan. Faktor beban mati tambahan

ditunjukkan pada tabel 2.7.

Tabel 2.7. Faktor beban mati tambahan

Faktor beban
Jangka
KU;;MA;
waktu KS;;MA
Biasa Terkurangi
Keadaan umum 1,0 (1) 2,0 0,7
Tetap
Keadaan khusus 1,0 1,4 0,8
CATATAN (1) Faktor beban daya layan 1.3 digunakan untuk berat utilitas
(Sumber : Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)
Beban mati tambahan berupa berat kerb, trotoar, tiang sandaran, dan lain-lain

yang dipasang setelah pelat dicor.

15

Universitas Sumatera Utara


II.6.2 Aksi Transien

Aksi transien adalah aksi akibat pembebanan sementara dan bersifat

berulang ulang seperti beban lalu lintas (beban lajur “D” atau beban “T”), beban

rem, aliran air (banjir), dan lain sebagainya.

Secara umum, yang menjadi penentu dalam perhitungan jembatan dengan

bentang sedang sampai panjang adalah beban “D”, sedangkan beban “T”

digunakan untuk bentang pendek.

1. Aksi lalu lintas

Lajur lalu lintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. jumlah

maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa

dilihat pada tabel berikut, lajur lalu lintas rencana harus disusun sejajar dengan

sumbu memanjang jembatan.

a. Beban lajur “D”

Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan

menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan

kendaraan yang sebenarnya.

Tabel 2.8 Faktor beban akibat beban lajur “D”


Jangka Faktor beban
waktu K K
Transien 1,0 1,8
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

16

Universitas Sumatera Utara


Jumlah total beban lajur “D” yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan

itu sendiri.

Tabel 2.9 Jumlah lajur lalu lintas rencana


Tipe jembatan Lebar jalur Jumlah lajur lalu
(1) kendaraan (m) (2) lintas rencana (n1)
Satu lajur 4,0 – 5,0 1
5,5 - 8,25 2 (3)
Dua arah, tanpa median
11,3 – 15,0 4
8,25 – 11,25 3
11,3 – 15,0 4
Banyak arah
15,1 – 18,75 5
18,8 – 22,5 6
CATATAN (1) unruk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas
rencana harus ditentukan oleh instansi yang
berwenang
CATATAN (2) lebar lajur kendaraan adalah jarak minimum antara
kerb atau rintangan untuk satu arah atau jarak
antara kerb / rintangan / median dengan median
untuk banyak arah
CATATAN (3) lebar minimum yang aman untuk dua lajur
kendaraan adalah 6.0 m. lebar jembatan antara 5.0
m sampai 6.0 m harus dihindari oleh karena hal
ini akan memberikan kesan kepada pengemudi
seolah olah memungkinkan untuk menyiap.
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang

digabungkan dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam gambar 2.1

17

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Beban lajur “D”
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

a.1. Beban terbagi rata

Beban ini dilambangkan q kPa dengan intensitas beban bergantung pada

panjang bentang total yang dibebani, besarnya beban yaitu sebagai berikut :

L ≤ 30 m ; q = 9,0 kPa

15
L > 30 m ; � = 9,0 �0,5 + �
� kPa atau dapat dilihat pada grafik dibawah

Dengan :

Q adalah intensitas beban terbagi rata dalam arah memanjang jembatan (kPa)

L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).

Gambar 2.2 Beban “D” : beban terbagi rata vs panjang bentang yang dibebani.
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

18

Universitas Sumatera Utara


a.2 Beban garis terpusat

Beban garis ini dilambangkan dengan ρ kN/m dengan arah yang tegak

lurus terhadap arus lalu lintas pada jembatan. Besar beban garis yaitu 49 kN/m.

Faktor beban dinamik (FBD) untuk beban lajur garis “D” dapat dilihat dalam
gambar berikut :

Gambar 2.3 Faktor beban dinamis untuk beban garis untuk pembebanan lajur “D”
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Beban “D” harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa sehingga

menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-komponen BTR dan

BGT dari beban “D” pada arah melintang harus sama. Penempatan beban ini

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka

beban “D” harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100 % .

2. apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban “D” harus ditempatkan pada

jumlah lajur lalu lintas rencana (n1) yang berdekatan (tabel 2.3), dengan

intensitas 100 %. Hasilnya adalah beban garis ekuivalen sebesar n1 x 2,75 q

kN/m dan beban terpusat ekuivalen sebesar n1 x 2,75 ρ kN, kedua-duanya

bekerja berupa strip pada jalur selebar n1 x 2,75 m.

19

Universitas Sumatera Utara


3. lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan dimana saja

pada jalur jembatan. Beban “D” tambahan harus ditempatkan pada seluruh

lebar sisa dari jalur dengan intensitas sebesar 50 %.

Susunan pembebanan ini bisa dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 2.4 Penyebaran pembebanan pada arah melintang


(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

b. Beban truk “T”

Beban truk “T” adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan
pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana (RSNI 2005).
Tabel 2.10 Faktor beban akibat pembebanan truk “T”
Jangka Faktor beban
waktu KS;;TT; KU;;TT;
Transien 1,0 1,8
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005

20

Universitas Sumatera Utara


Dalam perencanaan hanya diterapkan satu truk tiap lajur rencana. Jarak
antara 2 as truk tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m agar
diperoleh pembebanan maksimum pada arah memanjang jembatan. Besar
pembebanan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.5 Pembebanan truk “T” (500 kN)


(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Distribusi beban hidup dalam arah melintang digunakan untuk

memperoleh momen dan geser dalam arah longitudinal pada gelagar jembatan

dengan :

1. menyebar beban truk tunggal “T” pada balok memanjang sesuai dengan faktor

yang diberikan dalam dibawah ini.

21

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.11 Faktor distribusi untuk pembebanan truk “T”
Jenis bangunan atas Jembatan jalur tunggal Jembatan jalur majemuk
Pelat lantai beton
diatas :
 Balok baja I S/4,2 S/3,4
atau balok (bila S > 3,0 m (bila S > 4,3 m
pratekan lihat catatan 1) lihat catatan 1)
 Balok beton S/4,0 S/3,6
bertulang T (bila S > 1,8 m (bila S > 3,0 m
lihat catatan 1) lihat catatan 1)
 Balok kayu S/4,8 S/4,2
(bila S > 3,7 m (bila S > 4,9 m
lihat catatan 1) lihat catatan 1)
Lantai papan kayu S/2,4 S/2,2

Lantai baja
S/3.3
gelombang tebal 50
S/2,7
mm atau lebih

Kisi-kisi baja :
 Kurang dari S/2,6 S/2,4
tebal 100
mm

S/3,6 S/3,0
Tebal 100
mm atau (bila S > 3,6 m (bila S > 3,2 m
lebih lihat catatan 1) lihat catatan 1)
CATATAN 1 dalam hal ini, beban pada tiap balok memanjang
adalah reaksi beban roda dengan menganggap lantai
antara gelagar sebagai balok sederhana
CATATAN 2 geser balok dihitung untuk beban roda dengan reaksi
2S yang disebarkan oleh S / faktor ≥ 0,5
CATATAN 3 S adalah jarak rata-rata antara balok memanjang (m)
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

22

Universitas Sumatera Utara


2. momen lentur ultimit rencana akibat pembebanan truk “T” yang diberikan

dapat digunakan untuk pelat lantai yang membentangi gelagar atau balok

dalam arah melintang dengan bentang antara 0,6 dan 7,4 m.

3. bentang efektif S diambil sebagai berikut :

i. Untuk pelat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding (tanpa

peninggian), S = bentang bersih

ii. Untuk pelat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan berbeda untuk

tidak dicor menjadi kesatuan, S = bentang bersih + setengah lebar dudukan

tumpuan.

Faktor beban dinamis (FBD) merupakan hasil pengaruh antara beban

kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Untuk pembebanan truk ditetapkan

sebesar 30 %. Harga ini dikhususkan untuk bangunan yang berada di atas

permukaan tanah.

2. Gaya rem

Pengaruh gaya rem diperhitungkan senilai dengan 5% dari beban lajur D

yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas tanpa dikalikan dengan faktor

beban dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja

horizontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m diatas

permukaaan lantai kendaraan.

Tabel 2.12 Faktor beban akibat gaya rem


Faktor beban
Jangka waktu
KS;;TB; KU;;TB;
Transien 1,0 1,8
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

23

Universitas Sumatera Utara


Pembebaban lalu lintas 70% dan faktor pembesaran diatas 100% BGT dan

BTR tidak berlaku untuk gaya rem.

3. Beban pejalan kaki

Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyeberangan yang langsung

memikul pejalan kaki harus direncanakan untuk beban nominal 5 kPa. Apabila

trotoar memungkinkan digunakan untuk kendaraan ringan atau ternak, maka

trotoar harus direncanakan untuk bisa memikul beban hidup terpusat sebesar

20 kN.

Tabel 2.13 Faktor beban akibat pejalan kaki


Jangka Faktor beban
waktu KS;;TP; KU;;TP;
Transien 1,0 1,8
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

II.6.3 Aksi Lingkungan

1. Pengaruh temperatur/suhu

Kondisi temperatur/sahu sangat berpengaruh pada beban yang bekerja

pada jembatan karena akan berpengaruh pada kembang susut material jembatan.

Faktor akibat beban pengaruh temperatur/suhu dapat dilihat di tabel 2.14.

Tabel 2.14 Faktor beban akibat pengaruh temperatur/suhu


Faktor beban
Jangka waktu KU;;ET
KS;;ET;
Biasa Terkurangi
Transien 1,0 1,2 0,8
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

24

Universitas Sumatera Utara


Secara umum temperatur jembatan berbeda sesuai dengan tipe bangunan

atas yang digunakan dan sifat bahannya.

Tabel 2.15 Temperatur jembatan rata-rata nominal


Temperatur jembatan Temperatur jembatan
Tipe bangunan atas
rata-rata minimum (1) rata-rata maksimum
Lantai beton diatas gelagar
15oC 40oC
atau boks beton
Lantai beton diatas gelagar,
15oC 40oC
boks atau rangka baja
Lantai pelat baja diatas
gelagar, boks atau rangka 15oC 40oC
baja
CATATAN (1) temperatur jembatan rata-rata minimum bisa dikurangi 5oC
untuk lokasi yang terletak pada ketinggian lebih besar dari
500 m diatas permukaan laut
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Tabel 2.16 Sifat bahan rata-rata akibat pengaruh temperatur


Modulus elastisitas
Bahan Koefisien perpanjangan akibat suhu
MPa
-6 o
Baja 12 x 10 per C 200.000
Beton :
Kuat tekan <30 MPa 10 x 10-6 per oC 25.000
-6 o
Kuat tekan >30 MPa 11 x 10 per C 34.000
-6 o
Aluminium 24 x 10 per C 70.000
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Momen akibat temperatur ditunjukkan persamaan :

�� �� �∆�
�= ℎ
2.1

Gaya lintang akibat temperatur ditunjukkan persamaan :

� = �� �∆��� 2.2

25

Universitas Sumatera Utara


2. Beban angin

Kondisi angin pada suatu tempat merupakan beban yang akan bekerja

pada struktut jembatan tertentu dan menjadi faktor yang diperhitungkan pada

rencana pembebanan. Faktor beban akibat beban angin terdapat ditabel 2.17.

Tabel 2.17 Faktor beban akibat beban angin


Faktor beban
Jangka waktu
KS;;EW KU;;EW
Transien 1,0 1,2
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung

kecepatan angin rencana seperti berikut :

��� = 0,0006. �� . (�� )2 �� [��] (2.1)

Dengan pengertian :

VW = kecepatan angin rencana (m/s). unutk keadaan batas yang ditinjau

CW = koefisien seret

Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2)

Jika kendaraan melewati jembatan maka akan bekerja garis merata dengan

arah horizontal dipermukaan lantai menururt RSNI T-02-2005 besar kecepatan

angin rencana (VW) pada kondisi tersebut ditentukan dengan persamaan sebagai

berikut :

��� = 0,0012. �� . (�� )2 �� [��] (2.2)

Dengan pengertian :

VW = kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau

CW = koefisien seret

26

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.18 Koefisien seret
Tipe jembatan CW
Bangunan atas masif : (1), (2)
b/d = 1,0 2,1 (3)
b/d = 2,0 1,5 (3)
b/d ≥ 6,0 1,25 (3)
Bangunan atas rangka 1,2
CATATAN (1) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi sandaran yang masif
CATATAN (2) untuk harga antara dari b/d bisa di interpolasi linear
CATATAN (3) apabila bangunan atas mempunyai superelevasi, Cw harus
Dinaikkan sebesar 3% untuk setiap derajat superelevasi, dengan
Kenaikan maksimum 2,5%
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Tabel 2.19 Kecepatan angin rencana


Lokasi
Keadaan batas
Sampai 5 km dari pantai >5 km dari pantai
Daya layan 30 m/s 25 m/s
Ultimit 35 m/s 30 m/s
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

3. Gesekan pada perletakan

Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser dari


perletakan elastomer. Faktor beban akibat beban gesekan tumpuan menurut RSNI
T-02-2005 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.20 Faktor beban akibat gesekan pada perletakan
Faktor beban
Jangka waktu KU;;FB
KS;;FB
Biasa Terkurangi
Transien 1,0 1,3 0,8
CATATAN (1) Gaya akibat gesekan pada perletakan terjadi selamanya adanya
pergerakan. Pada bangunan atas tetapi gaya sisa mungkin
terjadi setelah pergerakan berhenti. Dalam hal ini gesekan pada
perletakan harus memperhitungkan adanya pengaruh tetap yang
cukup besar.
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

27

Universitas Sumatera Utara


Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung hanya menggunakan beban

tetap, dan harga rata-rata dari koefisien gesekan pada perletakan jembatan dapat

dilihat pada tabel 2.21.

Tabel 2.21 Koefisien gesekan perletakan


Jenis tumpuan Koefisien gesekan (�)
A. Tumpuan rol baja
1. dengan 1 atau 2 rol 0,01
2. dengan 3 atau lebih 0,05

B. Tumpuan gesekan
0,15
1. antara baja dengan campuran tembaga keras dan baja
0,25
2. antara baja dengan baja atau besi tuang
0,15-0,18
3. antara karet dengan baja/beton
(Sumber :Bambang S. dan A.S. Muntohar, Jembatan, hal. 46)

4. Beban akibat aliran air, benda hanyutan dan tumbukan dengan batang kayu

Konstruksi jembatan sangat rentan terhadap beban aliran air khususnya

beban air saat banjir. Saat banjir beban akibat aliran air dapat bertambah besar

akibat adanya penumpukan sampah dan tumbukan batang kayu pada pilar

jembatan.

Tabel 2.22 Faktor beban akibat aliran air, benda hanyutan dan tumbukan dengan
batang kayu
Faktor beban
Jangka waktu
KS;;EF; KU;;EF;
Transien 1,0 Lihat tabel 2.23
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.23 Periode ulang banjir untuk kecepatan air
Keadaan batas Periode ulang Faktor beban
banjir
Daya layan untuk semua jembatan 20 tahun 1,0
Ultimit :
Jembatan besar dan penting (1) 100 tahun 2,0
Jembatan permanen 50 tahun 1,5
Gorong-gorong (2) 50 tahun 1,0
Jembatan sementara 20 tahun 1,5
CATATAN (1) Jembatan besar dan penting harus ditentukan oleh instansi yang
berwenang
CATATAN (2) Gorong-gorong tidak mencakup bangunan drainase
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Gaya seret nominal ultimit dan daya layan pada pilar akibat aliran air

tergantung kepada kecepatan sebagai berikut :

��� = 0,5. �� . (�� )2 �� [��] (2.3)

Dengan pengertian :

Vs = kecepatan air rata-rata (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau. Yang

dimaksud dalam pasal ini, kecepatan batas harus dikaitakan dengan

periode ulang dalam tabel 2.23

CD = koefisien seret – lihat gambar 2.6

Ad = Luas proyeksi pilar tegak lurus arah aliran (m2) dengan tinggi sama

dengan kedalaman aliran –lihat gambar 2.7

29

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Koefisien seret dan angkat untuk bermacam-macam bentuk pilar
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Gambar 2.7 Luas proyeksi pilar untuk gaya-gaya aliran


(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Menururt RSNI T-02-2005 besarnya gaya akibat benda hanyutan dihitung

dengan menggunakan persamaan :

��� = 0,5. �� . (�� )2 . �� [��] (2.4)

30

Universitas Sumatera Utara


Dengan pengertian :

Vs = kecepatan air rata-rata (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau. Yang

dimaksud dalam pasal ini, kecepatan batas harus dikaitakan dengan

periode ulang dalam tabel 2.23

CD = koefisien angkat – lihat gambar 2.6

Ad = Luas proyeksi pilar tegak lurus arah aliran (m2) dengan tinggi sama

dengan kedalaman aliran –lihat gambar 2.7

Menurut RSNI T-02-2005 besarnya gaya akibat tumbukan dengan batang

kayu dihitung dengan menganggap bahwa batang dengan massa minimum sebesar

2 ton hanyut pada kecepatan aliran rencana harus bisa ditahan dengan gaya

maksimum berdasarkan lendutan elastis ekuivalen dari pilar dengan rumus :

�(�� )2
��� = �
[��] (2.5)

Dengan pengertian :

M = massa batang kayu = 2 ton

Va = kecepatan air permukaan (m/s) pada keadaan batas yang ditinjau.

dalam hal tidak adanya penyelidikan yang terperinci mengenai

bentuk diagram kecepatan aliran air dilokasi jembatan, Va bisa

diambil 1,4 kali kecepatan rata-rata Vs.

d = lendutan elastis ekuivalen (m) – lihat tabel 2.24

31

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.24 Lendutan ekuivalen untuk tumbukan batang kayu

Tipe pilar d (m)


Pilar beton masif 0,075
Tiang beton perancah 0,150
Tiang kayu perancah 0,300
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Kombinasi gaya akibat aliran air harus melihat kondisi DAS disekitar

lokasi jembatan, sehingga kombinasi yang dilakukan benar-benar sesuai dengan

besarnya beban aliran yang akan terjadi.

II.6.4 Aksi Khusus (Beban gempa)

Beban rencana gempa minimum diperoleh dari rumus berikut :



��� = �ℎ . �. �� (2.6)

Dimana :

�ℎ = �. � (2.7)

Dengan pengertian :

T*EQ = gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)

Kh = koefisien beban gempa horizontal

C = koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan kondisi setempat

Yang sesuai

I = Faktor kepentingan

S = Faktor tipe bangunan

WT = berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan

Gempa, diambil sebagai beban mati ditambah beban mati

Tambahan (kN).

32

Universitas Sumatera Utara


Aksi khusus yang dianalisa sebagai beban yang bekerja pada struktur

jembatan adalah beban akibat gempa. Pemilihan prosedur perencanaan tergantung

pada tipe jembatan, besarnya koefisien akselerasi gempa dan tingkat kecermatan.

Terdapat empat prosedur analisis, dimana prosedur 1 dan 2 sesuai untuk

perhitungan tangan dan digunakan untuk jembatan beraturan yang terutama

bergetar dalam moda pertama (kategori kinerja seismik A dan B). prosedur 3

dapat diterapkan pada jembatan yang tidak beraturan yang bergetar dalam

beberapa moda sehingga diperlukan program analisis rangka ruang dengan

kemampuan dinamis (kategori kinerja seismik C). prosedur 4 diperlukan untuk

struktur utama dengan geometrik yang rumit atau berdekatan dengan patahan

gempa aktif. (kateori kinerja seismik C) secara lengkap dapat dilihat pada tabel

2.25 dan 2.26

Gambar 2.8 Prosedur analisis tahan gempa


(Sumber :Peraturan gempa untuk Jembatan, RSNI 2004)

33

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.25 Kategori kinerja seismik
Koefisien percepatan Klasifikasi kepentingan I Klasifikasi kepentingan II
puncak di batuan (Jembatan utama dengan (Jembatan biasa dengan
dasar (A/g) faktor keutamaan 1,25) faktor keutamaan 1)
≥0,30 D C
0,20-0,29 C B
0,11-0,19 B B
≤0,10 A A
(Sumber :Peraturan gempa untuk Jembatan, RSNI 2004)

Tabel 2.26 Prosedur analisis berdasarkan kategori perilaku seismik (A-D)


Jumlah bentang D C B A
Tunggal sederhana 1 1 1 -
2 atau lebih menerus 2 1 1 -
2 atau lebih dengan 1 sendi 3 2 1 -
2 atau lebih dengan 2 atau lebih sendi 3 3 1 -
Struktur rumit 4 3 2 1
(Sumber :Peraturan gempa untuk Jembatan, RSNI 2004)

Tabel 2.27 Faktor tipe bangunan


Jembatan dengan daerah sendi
Tipe jembatan dengan daerah sendi beton prategang
jembatan (1) beton bertulang atau baja Prategang Prategang
parsial (2) penuh (2)
Tipe A (3) 1,0F 1,15F 1,3F
Tipe B (3) 1,0F 1,15 F 1,3 F
Tipe C 3,0 3,0 3,0
CATATAN (1) jembatan mungkin mempunyai tipe bangunan yang berbeda
pada arah melintang dan memanjang, dan tipe bangunan yang
sesuai harus digunakan untuk masing-masing arah.
CATATAN (2) yang dimaksud dalam tabel ini, beton prategang parsial
Mempunyai prapenegangan yang cukup untuk kira-kira
Mengimbangi pengaruh dari beban tetap rencana dan selebihnya
Diimbangi oleh tulangan biasa. Beton prategang penuh
Mempunyai prapenegangan yang cukup untuk mengimbangi
Pengaruh beban total rencana.
CATATAN (3) F = Faktor perangkaan
= 1,25 – 0,025n ; F ≥ 1,00
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral
pada masing-masing bagian monolit dan jembatan yang
berdiri sendiri-sendiri (misalnya : bagian-bagian yang

34

Universitas Sumatera Utara


dipisahkan oleh sambungan siar muai yang memberikan
keleluasaan untuk bergerak dalam arah lateral secara sendiri)
CATATAN (4) Tipe A = jembatan daktail (bangunan atas bersatu dengan bangunan bawah)
Tipe B = jembatan daktail (bangunan atas terpisah dengan bangunan bawah)
Tipe C = jembatan tidak daktail (tanpa sendi plastis)

(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

Besarnya beban akibat gempa ditentukan oleh percepatan batuan sesuai

dengan konfigurasi lapisan tanah dan periode getar alami dari gempa itu sendiri.

a. Koefisien geser dasar (Celastis)

percepatan/akselerasi puncak (PGA) zona gempa indonesia dapat dilihat

digambar 2.9. konfigurasi tanah terbagi dalam tiga jenis : tanah teguh dengan

kedalaman batuan 0-3 m, tanah sedang dengan kedalaman batuan 3-25 m, tanah

lembek dengan kedalaman batuan melebihi 25 m secara rinci konfigurasi tanah

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.28 Koefisien profil tanah


S S S
(Tanah teguh) (Tanah sedang) (Tanah lembek)
S1 = 1,0 S2 = 1,2 S3 = 1,5
(Sumber :Peraturan gempa untuk Jembatan, RSNI 2004)

Koefisien geser dasar Celastis juga dapat ditentukan dengan rumus berikut :
1,2.�.�
�������� = � 2/3
dengan syarat �������� ≤ 2,5� (2.8)

Dengan pengertian :

A = akselerasi puncak dibatuan dasar (s), Tabel 2.28


T = periode alami struktur (detik)
S = Koefisien profil tanah, Tabel 2.27

35

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.29 Akselerasi PGA di batuan dasar
Zona Rentang akselerasi puncak PGA
Wilayah 1 0,53 – 0,60
Wilayah 2 0,46 – 0,50
Wilayah 3 0,36 – 0,40
Wilayah 4 0,26 – 0,30
Wilayah 5 0,15 – 0,20
Wilayah 6 0,05 – 0,10
(Sumber :Peraturan gempa untuk Jembatan, RSNI 2004)

b. Periode getar alami (“T”)

Waktu dasar getaran jembatan yang digunakan untuk menghitung geser

dasar harus dihitung dari analisa yang meninjau seluruh elemen bangunan yang

memberikan kekakuan dan fleksibiliti dari sistem fondasi. Untuk bangunan yang

mempunyai satu derajat kebebasan yang sederhana, rumus yang digunakan :

��
� = 2 �� (2.9)
���

Dengan pengertian :

T = waktu getar dalam detik

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

WTP = berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan

Kp = kekakuan gabungan sebagai gaya horizontal yang diperlukan untuk

menimbulkan satu satuan lendutan.

II.7 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi beban pada umumnya didasarkan kepada beberapa

kemungkinan tipe yang berbeda dari aksi yang bekerja secara bersamaan. Aksi

rencana ditentukan dari aksi nominal, yaitu dengan mengalikan aksi nominal

36

Universitas Sumatera Utara


dengan faktor beban. Seluruh pengaruh aksi rencana harus mengambil faktor

beban yang sama, apakah itu biasa atau terkurangi. Disini keadaan paling

berbahaya (maksimum) harus dijadikan acuan dalam perencanaan pembebanan.

Kombinasi pembebanan didasarkan pada batas daya layan dan batas daya

ultimit. Batas daya layan adalah kemampuan material elemen struktur menahan

beban yang bekerja. Batas daya ultimit adalah kemampuan material elemen

struktur menahan beban dengan mengalikannya dengan faktor beban sehingga

tegangan pada material setara dengan tegangan leleh.

Tabel 2.30 Kombinasi beban umum untuk keadaan batas ultimit


Ultimit Lihat catatan
Aksi dalam
1 2 3 4 5 6 peraturan
Aksi tetap :
Berat sendiri X
X X X X X (1)
Beban mati tambahan
Aksi transien :
Beban lajur “D” atau beban truk “T” X O O O O
Gaya rem atau gaya sentrifugal X O O O (2)
Beban pejalan kaki X
Gesekan perletakan O O O O O (3)(4)
Pengaruh suhu O O O O O (3)
Aliran/hanyutan/batang kayu dan
O X O O (5)
hidrostatik/apung
Beban angin O O X O
Aksi Khusus :
Gempa X (6)
Beban pelaksanaan X
“X” berarti beban yang selalu aktif
Aksi permanen “X” KBU +
“O” berarti beban yang boleh
Beban aktif “X” KBU + 1
dikombinasi dengan beban aktif,
beban “O” KBL
tunggal atau seperti ditunjukkan
CATATAN (1) Beberapa aksi tetap bisa berubah menurut waktu secara perlahan-lahan.
Kombinasi beban untuk aksi demikian harus dihitung dengan harga rencana
Maksimum dan minimum untuk menentukan pengaruh yang paling berbahaya.
CATATAN (2) Tingkat keaadaan batas dari gaya sentrifugal dan gaya rem tidak terjadi secara

37

Universitas Sumatera Utara


Bersamaan. Untuk faktor beban ultimit terkurangi untuk beban lalu lintas
Vertikal dalam kombinasi dengan gaya rem.
CATATAN (3) Pengaruh temperatur termasuk pengaruh perbedaan temperatur didalam
Jembatan, dan pengaruh perubahan temperatur pada seluruh jembatan. Gesekan
Pada perletakkan sangat erat kaitannya dengan pengaruh temperatur akan tetapi
Arah aksi dari gesekan pada perletakkan akan berubah, tergantung pada arah
Pergerakan dari perletakkan atau dengan kata lain, apakah temperatur itu naik
Atau turun. Pengaruh temperatur tidak mungkin kritis pada keadaan batas ultimit
Kecuali bersamaan dengan aksi lainnya. Dengan demikian temperatur hanya
Ditinjau sebagai kontribusi pada tingkat daya layan.
CATATAN (4) Gesekan pada perletakkan harus ditinjau bila sewaktu-waktu aksi lainnya
Memberikan pengaruh yang cenderung menyebabkan gerakan arah horisontal
Pada perletakkan tersebut.
CATATAN (5) Semua pengaruh dari air dapat dimasukkan bersama-sama
CATATAN (6) Pengaruh gempa hanya ditinjau pada keadaan batas ultmit.
(Sumber :Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005)

II.8 Komponen Struktur Komposit (Beton dan Baja)

Struktur komposit merupakan suatu bentuk struktur yang terdiri dari dua

bahan atau lebih yang bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang bekerja.

Penyatuan perilaku komposit dimungkinkan hanya jika slippage (geseran)

horizontal antara dua material (baja dan beton) tidak terjadi / bisa ditahan. Bahan

yang berbeda itu disatukan oleh suatu penghubung geser yang disebut sebagai

shear connector.

Sejumlah penghubung geser diperlukan untuk membuat sebuah balok

dapat berfungsi komposit secara penuh. Namun terkadang jumlah penghubung

geser dapat dipasang lebih sedikit daripada yang diperlukan untuk menimbulkan

perilaku komposit penuh, hal ini akan mengakibatkan terjadinya slip antara baja

dan beton. Balok seperti ini dikatakan mengalami aksi komposit parsial.

Untuk memahami konsep perilaku komposit, pertama-tama ditinjau balok

yang tidak komposit seperti gambar berikut :

38

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9 Struktur balok tidak komposit
(Sumber :Struktur Baja Desain dan Perilaku,Charles G Salmon dan Jhon E. Jhonson)

Jika gesekan antara pelat baja dan beton diabaikan, maka pelat baja dan

beton masing-masing akan memikul momen secara terpisah. Permukaan bawah

beton mengalami perpanjangan akibat deformasi tarik, sedangkan permukaan atas

baja mengalami perpendekan akibat deformasi tekan.

Apabila struktur bekerja komposit sempurna, maka slip antara beton

dengan pelat baja tidak akan terjadi. Konsep analisis penampang komposit penuh

didasarkan pada dua kondisi, yaitu kondisi elastis dan non elastis. Kondisi elastis

adalah kondisi dimana baik beton maupun pelat baja masih berada dalam batas-

batas elastis. Pada kondisi inelastis, pembahasan dibatasi pada keadaan plastis.

Beberapa batasan dalam analisis struktur komposit ini diantaranya :

a. Defleksi vertikal mempunyai nilai yang sama untuk kedua elemen, hal ini

berarti tidak ada gap antara pelat beton dan baja.

b. Penampang tetap rata baik sebelum maupun sesudah dibebani, deformasi

geser antara dua elemen diabaikan.

c. jarak antar penghubung geser adalah sama

d. Friksi antara beton dan baja tidak diperhitungkan. Gaya geser pada bidang

batas sepenuhnya diambil oleh penghubung.

39

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.10 Struktur balok Komposit
(Sumber :Struktur Baja Desain dan Perilaku,Charles G Salmon dan Jhon E. Jhonson)

Struktur baja komposit pada jembatan terdiri dari gelagar berupa baja dan

lantai jembatan (slab) berupa beton seperti gambar 2.7 diatas. Dengan

menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur

ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai

b. tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi

c. meningkatkan kekakuan lantai

d. dapat menambah panjang bentang layan.

II.9 Lebar Efektif Balok Komposit

Konsep lebar efektif sangat berguna dalam proses desain suatu komponen

struktur (komposit), terutama ketika proses desain harus dilakukan terhadap suatu

elemen yang mengalami distribusi tegangan yang tidak seragam. Besarnya lebar

efektif dari suatu komponen struktur komposit dapat ditentukan sebagai berikut :

1. Untuk balok-balok interior



�� ≤ 4 (2.10)

�� ≤ �� (2.11)

40

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk balok-balok eksterior

�� ≤ 8 + (����� ����� ����� �� ���� �����) (2.12)

1
�� ≤ 2 �� + (����� ����� ����� �� ���� �����) (2.13)

Gambar 2.11 Lebar efektif balok komposit


(Sumber :Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiwan)

II.10 Desain LRFD Struktur Komposit

II.10.1 Pengertian

Dua filosofi yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja

adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja / working stress design

(Allowable Stress Design / ASD) dan perencanaan kondisi batas / limit states

design (Load and Resistance Factor Design/ LRFD).

Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam

kurun waktu kurang lebih 100 tahun. Dan dalam 20 tahun terakhir prinsif

perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional

dengan berdasarkan pada konsep probabilitas.

Dalam metode LRFD tidak diperlukan analisa probabilitas secara penuh,

terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum yang tidak diatur dalam peraturan.

41

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pada metode First Order Second Moment (FOSM) yang

menggunakan karakteristik statistik yang lebih mudah dari tahanan dan beban.

Secara umum suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

∅�� ≥ Σ�� . �� (2.14)

Bagian kiri dari persamaan 2.1 merepresentasikan tahanan atau kekuatan

dari sebuah komponen atau sistem struktur. Dan bagian kanan persamaan

menyatakan beban yang harus dipikul struktur tersebut, jika tahanan nominal Rn

dikalikan suatu faktor tahanan Ф maka akan diperoleh tahanan rencana. Namun

demikian, berbagai macam beban (beban mati, beban hidup, gempa dan lain-lain)

pada bagian kanan persamaan 2.10 dikalikan suatu faktor beban γi untuk

mendapatkan jumlah beban terfaktor ∑γi.Qi. untuk faktor pembebanan pada

struktur jembatan komposit ini dipakai pembebanan pada RSNI T-02-2005 yang

diambil pembebanan ultimit.

II.10.2 Faktor tahanan

Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD,

ditentukan dalam tabel berikut :

Tabel 2.31 Faktor reduksi (Ф) untuk keadaan batas ultimit


Kuat rencana untuk Faktor reduksi

• Balok
Komponen struktur yang memikul lentur :

• Balok pelat berdinding penuh


0,90

• Pelat badan yang memikul geser


0,90

• Pelat badan pada tumpuan


0,90

• pengaku
0,90
0,90
Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial :

42

Universitas Sumatera Utara


• Kuat penampang
• Kuat komponen struktur
0,85
0,85

• Terhadap kuat tarik leleh


Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial :

• Terhadap kuat tarik fraktur


0,90
0,75

• Kuat lentur atau geser


Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi :

• Kuat tarik
0,90

• Kuat tekan
0,90
0,85

• Kuat tekan
Komponen struktur komposit :

• Kuat tumpu beton


0,85

• Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastik


0,60

• Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastik


0,85
0,90

• Baut yang memikul geser


Sambungan baut :

• Baut yang memikul tarik


0,75

• Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik


0,75

• Lapis yang memikul tumpu


0,75
0,75

• Las tumpul penetrasi penuh


Sambungan las :

• Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian


0,90

• Las pengisi
0,75
0,75
(Sumber :Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan gedung,
SNI 03-1729-2002)

II.10.3 Kuat lentur nominal

Kuat lentur nominal balok baja, Mn untuk profil WF ditentukan oleh

kondisi batas kelangsingan suatu penampang. Dan bagaimanapun kondisi

penampang Mn harus memenuhi persyaratan di bawah ini.

�� ≤ ∅� . �� (2.15)

Dimana :

Фb = faktor reduksi momen lentur

Mn = kuat lentur nominal

43

Universitas Sumatera Utara


Batasan kelangsingan penampang baja WF adalah sebagai berikut :

Pelat sayap

� 170 420 4
�= �� = �� = dimana �� =
2.� � ��� �(�� − �� )/�� �

��

Pelat badan

ℎ 1680 2550
�= ��
�� = �� =
��� ���

Dimana :

Penampang kompak : (� ≤ �� )

Penampang tidak kompak : (�� < � < �� )

Penampang langsing : (� > �� )

a. Sebelum komposit

komponen struktur dapat dikategorikan sebagai balok biasa atau sebagai

ℎ 2550
balok pelat berdinding penuh, tergantung dari rasio kelangsingan web, ��
< ,
���

maka komponen struktur tersebut dikategorikan sebagai balok biasa, dan jika nilai

ℎ 2550
��
> , maka dalam perencanaannya harus dikategorikan sebagai balok pelat
���

berdinding penuh.

1. balok biasa

Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan

penampang kompak :

�� = �� = �. �� (2.16)

Dengan : Mp = tahanan momen plastis

44

Universitas Sumatera Utara


Z = modulus plastis

fy = kuat leleh

Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan berdasarkan :

� −�
�� = �� . ��� + (�� − �� ) � �−� � ≤ �� (2.17)
� �

�� = �� (�� − �� ) (2.18)

Dimana fr adalah tegangan residu (70 MPa untuk penampang di rol dan 115 MPa

untuk penampang dilas).

Sedangkan penampang tak kompak, maka besarnya tahanan momen

nominal dari balok tersebut adalah :

�−� �
�� = �� − (�� − �� ) � (2.19)
� −� �

Dengan : λ = kelangsingan penampang balok

Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan berdasarkan :

� −�
�� = �� . ��� + (�� − �� ) � �−� � ≤ �� (2.20)
� �

Dengan faktor pengali momen, Cb, ditentukan dengan persamaan berikut :

12,5.����
�� = 2,5.� ≤ 2,3 (2.21)
��� +3.�� +4.�� +3.��

Dengan :

Mmax = momen maksimum pada bentang yang ditinjanu

MA = momen pada ¼ bentang tak terkekang

MB = momen pada tengah bentang tak terkekang

MC = momen pada ¾ bentang tak terkekang

45

Universitas Sumatera Utara


2. Balok berdinding penuh

Kuat dari momen nominal dari komponen struktur balok pelat berdinding

penuh adalah :

�� = �� . �. ��� (2.22)

Dengan :

fcr = tegangan kritis yang besarnya akan ditentukan kemudian

S = modulus penampang

Kg = koefisien balok pelat berdinding penuh

Koefisien balok pelat berdinding penuh, Kg, diambil sebesar :

� � ℎ 2550
�� = 1 − �1200 +300.� � �� − �≤1 (2.23)
� � ����

��
Dimana : �� = ��

Kuat momen nominal dari balok pelat berdinding penuh diambil dari nilai terkecil

dari keruntuhan tekuk torsi lateral (yang tergantung panjang bentang) dan tekuk

lokal flens (yang tergantung pada tebal flens tekan).

Tipe keruntuhan tekuk torsi lateral

Kelangsingan yang diperhitungkan adalah kelangsingan dari bagian balok

pelat berdinding penuh yang mengalami tekan.



�� = � (2.24)


�� = 1,76�� (2.25)


�� = 4,40�� (2.26)

46

Universitas Sumatera Utara


Dengan L adalah panjang bentang tak terkekang, rT adalah jari-jari girasi daerah

pelat sayap ditambah sepertiga bagian web yang mengalami tekan.

Jika �� ≤ �� keruntuhan yang terjadi akibat leleh, sehingga :

��� = �� (2.27)

Jika �� < � ≤ �� keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral inelastis :

1 � � −� �
��� = �� . �� �1 − 2 � �� ≤ �� (2.28)
� � −� �

Jika �� > �� keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral elastis :

� 2
��� = �� . �� � � (2.29)

Dengan :

�� .��
�� = 2
≤ �� (2.30)

Tipe keruntuhan tekuk lokal flens tekan

Faktor kelangsingan yang diperhitungkan adalah berdasarkan

perbandingan lebar dengan tebal flens tekan.


�� = 2.�� (2.31)


�� = 0,38�� (2.32)

� � .�
�� = 1,35� ��
(2.33)

4
Dengan : �� = ℎ
, 0,35 ≤ �� ≤ 0,763

��

Jika �� ≤ �� keruntuhan yang terjadi akibat leleh, sehingga :

��� = �� (2.34)

Jika �� < � ≤ �� keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral inelastis :

47

Universitas Sumatera Utara


1 � � −� �
��� = �� �1 − 2 � � �� ≤ �� (2.35)
� −� �

Jika �� > �� keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral elastis :

� 2
��� = �� . �� � � (2.36)

Dengan :

��
�� = 2
(2.37)

Balok pelat berdinding penuh dengan kuat leleh yang berbeda antara flens

dengan web, sering dinamakan sebagai balok hibrida. Pada umumnya kuat leleh

bagian flens lebih tinggi dari pada bagaian web, sehingga bagian web akan

mengalami leleh terlebih dahulu sebelum kuat maksimum flens tercapai. Kuat

momen nominal dari balok hibrida adalah :

�� = �� . �. ��� . �� (2.38)

Dengan :

12+� � �3� −� 3 �
�� = 12+2.� �
≤ 1,0 (2.39)

���
Dan � = �
��

b. Sesudah komposit

Kuat lentur nominal dari suatu komponen struktur komposit (untuk

momen positif)

ℎ 1680
Untuk ��
≤ (2.40)
����

Mn Kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan distribusi

tegangan plastis Фb = 0,85

48

Universitas Sumatera Utara


(a) (b) (c)

Gambar 2.12 Kuat lentur nominal berdasarkan distribusi tegangan plastis


(Sumber :Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiwan)

Kuat lentur nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis,

dapat dikategorikan menjadi dua kasus sebagai berikut :

1. Sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton

Dengan mengacu pada gambar 2.9, maka besar gaya tekan C adalah :

� = 0,85. �′� . �. �� (2.41)

Gaya tarik T pada profil baja adalah sebesar :

� = �� . �� (2.42)

Dari keseimbangan gaya C = T, maka diperoleh :

�� .��
� = 0,85 .�′ (2.43)
� .� �

Kuat lentur nominal dapat dihitung dari gambar 2.9.a :

�� = �. �1 (2.44)

� �
Atau, = �. �1 = �� . �� . 2 + �� − 2 (2.45)

49

Universitas Sumatera Utara


Jika dari hasil perhitungan persamaan 2.9 ternyata a > ts, maka asumsi harus

diubah. Hasil ini menyatakan bahwa pelat beton tidak cukup kuat untuk

mengimbangi gaya tarik yang timbul pada profil baja.

2. Sumbu netral plastis jatuh pada profil baja

Apabila ke dalam balok tegangan beton, α, ternyata melebihi tebal pelat

beton, maka distribusi tegangan dapat ditunjukkan seperti pada gambar 2.9.c. gaya

tekan, Cc, yang bekerja pada beton adalah sebesar :

�� = 0,85. �′� . �� . �� (2.46)

Dari keseimbangan gaya, diperoleh hubungan :

� ′ = �� + �� (2.47)

Besar T’ sekarang lebih kecil daripada As.fy, yaitu :

� ′ = �� . �� − �� (2.48)

Dengan menyamakan persamaan 2.13 dan 2.14 diperoleh

�� . �� − ��
�� = 2
(2.49)

Atau dengan mensubtitusikan persamaan 2.12, diperoleh bentuk :

�� . �� −0,85 .� ′ �.�� .��


�� = 2
(2.50)

Kuat lentur nominal diperoleh dengan memperhatikan gambar 2.9.c :

�� = �� . �′2 + �� . �′′2 (2.51)

50

Universitas Sumatera Utara


ℎ 1680
Untuk �� ≥ (2.52)
����

Mn, Kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan

elastsis, Фb = 0,90
���
���� = (2.53)
��


���� = ��� (2.54)

Kapasitas momen penampang adalah nilai terkecil dari :

��1 = 0,85. �′� . �. ���� (2.55)

��
Dimana : � = = rasio modulus
��

��2 = �� . ���� (2.56)

II.10.4 Komponen Memikul Geser

Pelat badan sebuah balok baja yang memikul gaya geser terfaktor, Vu

harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :

�� ≤ ∅� . �� (2.57)

Dimana :

Фv = faktor reduksi kuat geser, diambil 0,9

Vn = kuat geser nominal, dianggap disumbangkan hanya oleh badan.

1. Kuat geser nominal akibat geser murni

Kuat geser nominal dari balok pelat berdinding penuh ditentukan sebagai

berikut :

�� = �� . �0,6. ��� �. �� (2.58)

51

Universitas Sumatera Utara


� � .� 1
�� = 1,5 �� � ℎ �2
(2.59)
��


�� � �

�� = 1,10 ℎ (2.60)
� �
��

Nilai Cv ditentukan dalam persamaan 2.35 untuk tekuk elastis (Cv < 0,8) dan untuk

tekuk inelastis nilai Cv ditentukan dalam persamaan 2.36 (Cv > 0,8).

a. Untuk nilai Cv = 1, maka persamaan 2.36 dapat dituliskan dalam bentuk :

ℎ � � .�
��
≤ 1,10 � ��
(2.61)

Jika nilai h/tw tidak melebihi batas tersebut maka kuat geser nominal balok

pelat berdinding penuh adalah :

�� = 0,6. ��� . �� (2.62)

Dengan :

5
kn =5+ � 2
� �

a = Jarak antar pengaku lateral pada penampang

fy = tegangan leleh pelat badan

Aw = luas kotor pelat badan

b. Batas antara tekuk inelastis dengan tekuk elastis dicapai untuk nilai Cv =0,8,

sehingga persamaan 2.36 dapat dituliskan dalam bentuk :

� .� ℎ � .�
1,10� �� < � < 1,37� �� (2.63)
�� � ��

Maka kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh adalah :

� .� 1
�� = 0,6. ��� . �� �1,10� �� � ℎ (2.64)
�� � �
��

52

Universitas Sumatera Utara


ℎ � .�
c. Untuk ��
> 1,37� �� , maka kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh
��

adalah :

0,9.�.� � .��
�� = ℎ 2
(2.65)
� �
��

2. Kuat geser nominal dengan pengaruh aksi medan tarik

Gaya geser yang bekerja pada balok pelat berdinding penuh dapat

menimbulkan tekuk (elastis dan inelastis). Tahanan pasca tekuk yang timbul dari

mekanisme rangka batang yang bekerja pada panel balok pelat berdinding penuh

yang dibatasi oleh pengaku-pengaku vertikal. Mekanisme rangka batang ini

dinamakan sebagai aksi medan tarik, gaya-gaya tekan dipikul oleh pengaku

vertikal sedangkan gaya-gaya tarik diterima oleh pelat web.

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan

mempertimbangkan aksi medan tarik dapat diekspresikan sebagai :

�� = ��� + ��� (2.66)

Dengan ��� = �� . �0,6. ��� �. �� , sesuai persamaan 2.34. Nilai Cv ditentukan

dalam persamaan 2.35 dan 2.36 untuk tekuk elastis dan inelastsis. Vtf merupakan

sumbangan dari aksi medan tarik.

ℎ.� � .(1−�� ) 1
��� = 2
� 2
� (2.67)
�1+�� �

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan

mempertimbangkan adanya aksi medan tarik adalah :

�� = ��� + ���

53

Universitas Sumatera Utara


ℎ.� � .(1−�� ) 1
= �� . �0,6. ��� �. �� + 2
� 2

�1+�� �

1−��
�� = 0,6. ��� . �� . ��� + � (2.68)
� 2
1,15 �1+� �

Pengaku vertikal boleh tidak digunakan jika kuat lentur penampang dapat

tercapai tanpa terjadinya tekuk akibat geser. Jika kuat geser rencana yang

diperlukan lebih kecil dari kuat geser maksimum, maka pengaku vertikal tak

dibutuhkan bila :

�� ≤ �� . 0,6. ��� . �� (2.69)

Persamaan 2.45 tidak berlaku jika rasio h/tw melebihi 260, sebab pengaku

vertikal harus dipasang bila h/tw melebihi 260. Nilai Cv dapat diambil sesuai

persamaan 2.35 (untuk elastis) dan 2.36 (untuk inelastis) dengan nilai kn = 5.

a. Tekuk inelastis

� ℎ �
Jika : 2,46. �� ≤ � ≤ 3,06�� (2.70)
� � �

b. Tekuk elastis

� ℎ
Jika : 3,06. �� ≤ � ≤ 260 (2.71)
� �

Secara ringkas, pengaku vertikal tak diperlukan apabila kedua kriteria

berikut terpenuhi :

1. h/tw ≤ 260 (2.72)

2. �� ≤ �� . 0,6. ��� . �� (2.73)

Pengaku vertikal harus mempunyai kekakuan yang cukup untuk mencegah

web berdeformasi keluar bidang ketika terjadi tekuk pada web. Oleh karena itu,

54

Universitas Sumatera Utara


perlu ditentukan momen inersia minimum yang harus dimiliki oleh pengaku

vertikal, yaitu :

�� ≥ �. �. ��3 (2.74)

Dengan :

Is : momen inersia pengaku vertikal yang diambil terhadap tengah tebal

Pelat web untuk sepasang pengaku vertikal, dan diambil terhadap

Bidang kontak dengan web jika hanya ada sebuah pengaku vertikal.

2,5
�= � 2
− 2 ≥ 0,5 (2.75)
� �

Pengaku vertikal harus mempunyai luas yang cukup guna menahan gaya

tekan yang timbul akibat aksi medan tarik. Akibat aksi medan tarik, pengaku

vertikal memiliki gaya tekan sebesar :

�� = 0,5. ��� . (1 − �� ). �. �� . �1 − ℎ
2
� (2.76)
�1+�� �

Jika kedua ruas dalam persamaan 2.52 dibagi dengan kuat leleh dari

pengaku vertikal (fyst), maka akan didapat luas minimum yang dibutuhkan dari

pengaku vertikal.

� 2
�� ��� � � �

��� = � = 0,5. � . (1 − �� ). ℎ. �� . �ℎ − 2
� (2.77)
��� ��� �1+�� �

Sambungan pengaku vertikal ke web dan ke flens tekan harus

diperhitungkan sedemikian rupa sehingga las dapat mentransfer gaya tekan, Ps,

dengan baik. Sedangkan antara pengaku vertikal dengan flens tarik tidak perlu

dilakukan penyambungan dengan las, sebab konsentrasi tegangan pada flens tarik

55

Universitas Sumatera Utara


akan menyebabkan terjadinya keruntuhan akibat leleh dan keruntuhan getas.

Tanpa adanya pengelasan antara pengaku vertikal dengan web diharapkan dapat

menimbulkan keruntuhan yang daktail. Jarak sambungan las web dan pengaku

vertikal dengan sambungan las flens tarik dan web harus diambil sedemikian rupa

sehingga tidak lebih dari 6 kali tebal web dan tidak kurang dari 4 kali tebal web.

II.10.5 Penghubung geser

Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul

oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.

Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur

dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.2. pasal ini menyatakan bahwa untuk aksi

komposit dimana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser

horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen

positif maksimum dan momen nol yang berdekatan, harus diambil sebagai nilai

terkecil dari : As.fy, 0,85.f’c.Ac atau ∑Qn. selanjutnya kita notasikan gaya geser

horizontal ini dengan Vh.

Jika besarnya Vh ditentukan oleh As.fy atau 0,85.f’c.Ac, maka yang terjadi

adalah perilaku aksi komposit penuh, dan jumlah penghubung geser yang

diperlukan antara titik momen nol dan momen maksimum adalah :


�ℎ
�1 = (2.78)
��

Dengan Qn adalah kuat geser nominal satu buah penghubung geser, jenis

penghubung geser yang disyaratkan dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.1 adalah

56

Universitas Sumatera Utara


berupa jenis paku berkepala (stud) dengan panjang dalam kondisi terpasang tidak

kurang dari 4 kali diameternya, atau berupa profil baja kanal hasil gilas panas.

Kuat nominal penghubung geser jenis paku yang ditanam di dalam pelat

beton masif, ditentukan sesuai pasal 12.6.3, yaitu :

�� = 0,5. ��� . �� ′ �. �� ≤ ��� . �� (2.79)

Dengan :

Asc adalah luas penampang penghubung geser jenis paku, mm2

fu adalah tegangan putus penghubung geser jenis paku, MPa

Qn adalah kuat geser nominal untuk penghubung geser, N

Persamaan 2.50 memberikan jumlah penghubung geser antara titik dengan

momen nol dan momen maksimum, sehingga untuk sebuah balok yang tertumpu

sederhana, diperlukan penghubung geser sejumlah 2.N1 yang harus diletakkan

dengan jarak / spasi yang sama.

Persyaratan dek baja gelombang dan penghubung gesernya untuk

digunakan dalam komponen struktur komposit disyaratkan :

1. tinggi maksimum dek baja, hr ≤ 75 mm

2. lebar rata-rata minimum dari gelombang dek, wr > 50 mm, lebar ini tidak boleh

lebih besar dari lebar bersih minimum pada tepi atas dek baja.

3. tebal pelat minimum diukur dari tepi atas dek baja = 50 mm

4. diameter maksimum stud yang dipakai = 20mm, dan dilas langsung pada flens

balok baja.

5. tinggi minumum stud diukur dari sisi dek baja paling atas = 40 mm

57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 penampang melintang dek baja gelombang

Jika gelobang pada dek baja dipasang tegak lurus terhadap balok

penopangnya, maka kuat nominal penghubung geser jenis paku harus direduksi

dengan suatu faktor, rs yang besarnya ditetapkan sebagai berikut :

0,85 � � �
�� = � ℎ � ��ℎ � − 1,0�� ≤ 1,0 (2.80)
��� � �

Dengan :

rs = faktor reduksi

Nr = jumlah penghubung geser jenis paku pada setiap gelombang pada

potongan melintang balok baja.

Hs = tinggi penghubung geser jenis paku ≤ (hr + 75 mm)

hr = tinggi nominal gelombang dek baja

wr = lebar efektif gelombang dek baja

jarak antar penghubung geser tersebut dalam arah longitudinal tidak boleh lebih

dari 900 mm.

II.11 Lendutan

Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar

dari pada komponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen

struktur komposit akan lebih kecil. Momen inersia dari komponen struktur

komposit hanya dapat tercapai setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang

58

Universitas Sumatera Utara


diakibatkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras, dihitung

berdasarkan momen inersia dari profil baja saja.

Pada konstruksi tanpa perancah (Unshored), diperlukan sebanyak tiga

buah momen inersia yang berbeda untuk menentukan lendutan jangka panjang,

yaitu :

1. Is, momen inersia dari profil baja, yang digunakan untuk menghitung

lendutan yang ditimbulkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton

mengeras.

2. Itr, momen inersia dari penampang komposit yang dihitung berdasarkan

lebar efektif b/n, digunakan untuk menghitung lendutan yang ditimbulkan

oleh beban hidup dan beban mati yang bekerja setelah beton mengeras.

3. Itr, yang dihitung berdasarkan lebar efektif b/2n, untuk menentukan besar

lendutan jangka panjang yang disebabkan oleh beban mati yang bekerja

setelah beton mengeras.

Lendutan yang terjadi akibat bekerjanya beban-beban harus dikontrol. Lendutan

yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan izin yang disyaratkan pada

021/BM/2011 sebagai berikut :

Tabel 2.32 Batasan defleksi berdasarkan BMS (l=panjang bentang)


Defleksi umum yang dizinkan
Jenis elemen Defleksi yang ditinjau Beban Beban kendaraan +
kendaraan pejalan kaki
Bentang sederhana � �
atau menerus Defleksi akibat beban 800 1000
hidup layan dan kejut � �
kantilever
400 375
(Sumber : Bridge Management System)

59

Universitas Sumatera Utara


Lendutan akibat pengaruh tetap (lawan lendut atau lendutan) adalah dalam

batas yang wajar. Batas lendutannya tidak boleh melebihi dari 300
.

II.12 Sambungan

Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang

yang disatukan dengan alat pengencang. Salah satu alat pengencang disamping las

yang cukup populer adalah baut mutu tinggi.

Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mutu tinggi mula-mula

dipasang kencang tangan, dan kemudian diikuti ½ putaran lagi.

Tabel 2.33 Tipe-tipe baut


Tipe baut Diameter (mm) Proof stress (MPa) Kuat tarik min. (MPa)
A307 6,35 - 104 - 60
A325 12,7 – 25,4 585 825
28,6 – 38,1 510 725
A490 12,7 – 38,1 825 1035

Baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe friksi (jika dikehendaki

tak ada slip) atau juga sebagai sambungan sebagai tumpu.

Tahanan nominal baut

Suatu baut yang memikul beban terfaktor, Ru, sesuai persyaratan LRFD

harus memenuhi :

�� ≤ ∅. �� (2.81)

Dengan Rn adalah tahanan nominal baut sedangkan Ф adalah faktor reduksi yang

diambil sebesar 0,75. Besarnya Rn berbeda-beda untuk masing-masing tipe

sambungan.

60

Universitas Sumatera Utara


a. Tahanan geser baut

�� = �. �1 . ��� . �� (2.82)

Dengan :

r1 = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

r1 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser

fbu = kuat tarik baut

Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

m = jumlah bidang geser

b. Tahanan tarik baut

�� = 0,75. ��� . �� (2,83)

c. Tahanan tumpu baut

�� = 2,4. �� . �� . �� (2.84)

Dengan :

db = diameter baut pada daerah tak berulir

tp = tebal pelat

fu = kuat putus terendah dari baut atau pelat.

Tata letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4. yaitu sebagai berikut :

3�� < � < 15�� ���� 200 ��


1,5�� < �1 < �4�� + 100����� 200 ��

Gambar 2.14 Tata letak baut

61

Universitas Sumatera Utara


II.13 Teori Momen Maksimum Beban Gandar

Dalam merancang elemen jembatan yang dibebani oleh beban bergerak

diatasnya harus didasarkan pada keadaan terburuknya yaitu reaksi, gaya lintang

dan momen terbesarnya. Variasi beban bergerak dari satu peraturan ke peraturan

dan dari tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Menggunakan pengetahuan

garis pengaruh ini dapat dihitung momen dan gaya lintang struktur oleh berbagai

kemungkinan beban yang bergerak yang dapat menimbulkan akibat yang paling

buruk. Dipakai pertolongan muatan bergerak sebesar 1 satuan.

Adapun cara untuk mencari momen maksimum pada struktur dengan

beban gandar yaitu sebagai berikut :

a. Tentukan letak resultan gaya dari beban gandar.

Pada gambar disamping terdapat beban gandar

dengan jarak l dimana �1 < �2 . Selanjutnya cari

besar dan letak resultan gaya dari beban gandar


Gambar 2.15 Beban
Gandar
tersebut. dengan dengan cara Σ� = 0.

b. Letakkan titik tengah antara resultan gaya dan gaya terbesar pada posisi garis

pengaruh yang maksimum.

Carilah besar �1 , �2 dengan

Perbandingan segitiga.

Selanjut hitung besar momen

dengan cara mengalikan

besar gaya dengan nilai garis

Gambar 2.16 Penempatan beban gandar pengaruh dibawahnya.

62

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Jembatan adalah suatu struktur yang berfungsi sebagai lintasan untuk

memperpendek jarak dengan menyeberangi suatu rintangan tanpa menutup

rintangan itu sendiri. Lintasan yang dimaksud disini adalah berupa suatu jalan

raya / jalan rel, perjalan kaki, kanal atau pipa-pipa penyalur. Rintangan yang

dimaksud adalah dapat berupa sungai, jalan raya atau lembah. (Dusmara, 2007)

Di dunia konstruksi ada beberapa jenis jembatan baja yang dikenal,

misalnya jembatan gelagar (girder bridge), jembatan rangka (truss bridge),

jembatan lengkung (arch bridge), cable stayed bridge, jembatan gantung

(suspension bridge), jembatan baskul (bascule bridge), atau jembatan angkat (lift

bridge). Sementara jika dilihat dari cara penggunaaan bahan untuk gelagar baja

dan lantai betonnya, setidaknya ada dua macam yaitu jembatan komposit dan non-

komposit.

Jembatan komposit merupakan jembatan yang memanfaatkan kerjasama

antara dua jenis material dengan memanfaatkan masing-masing kelebihannya

untuk menahan beban yang direncanakan. Konstruksi komposit ini menjadi

populer pada masa kini karena berbagai keuntungan yang bisa diperoleh.

Perencanaan jembatan komposit mengasumsi bahwa baja dan beton

bekerja sama dalam memikul beban yang bekerja, sehingga akan menghasilkan

desain profil yang lebih ekonomis. Perilaku komposit hanya akan terjadi jika

Universitas Sumatera Utara


potensi terjadinya slip antara kedua material beton dan baja dapat dicegah. Maka

dari itu seiring berkembangnya metode pengelasan yang baik serta ditemukannya

alat-alat penghubung geser yang menahan gaya geser horizontal, maka lekatan

antara pelat beton dan balok baja dapat ditingkatkan.

Metode untuk desain struktur komposit berkembang terus sesuai

perkembangan analisa terhadap perencanaan struktur. Pada awalnya perencanaan

komposit menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD) dimana sampai

saat ini di indonesia masih menggunakan metode ini. Kemudian pada tahun 1986,

di Amerika, perencanaan komposit berkembang dengan menggunakan metode

LRFD (Load and Resistance Factor Design).

Perencanaan komposit dengan metode ASD dimana baja dianggap sebagai

material elastis linear yang sempurna. Untuk itulah jika batas atas kondisi elastis

adalah tercapainya tegangan leleh (fy) maka untuk memastikan bahwa elemen

struktur masih dalam kondisi elastis maka dibuatlah tegangan ijin, yaitu fy dibagi

dengan faktor aman sebesar 1,5, yang bertujuan untuk mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan beban tak terduga saat struktur bangunan telah

digunakan.

Perencanaan komposit metode LRFD yang jauh lebih rasional dengan

berdasarkan pada konsep probabilitas yang menggunakan karakteristik statistik

dari tahanan dan beban. Metode ini mengasumsikan bahwa beban dan tahanan

saling bebas secara statistik, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian

dari material maupun beban. Dan perencanaan LRFD lebih komprehensif

Universitas Sumatera Utara


dibanding ASD. Oleh karena itu metode LRFD ini dianggap cukup andal dalam

perencanaan struktur komposit.

Maka dari itu, melalui tugas akhir ini penulis akan melakukan penelitian

dengan judul “Perencanaan Jembatan Komposit Metode LRFD (Load and

Resistance Factor Design)”.

I.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan ditinjau adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan jenis pembebanan yang akan digunakan dalam desain?

2. Bagaimana merencanakan profil yang akan dipakai pada struktur atas

Jembatan ?

3. Bagaimana syarat kestabilan profil menurut metode LRFD (Load and

Resistance Factor Design ).

I.3 Tujuan

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dalam penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. Dapat menentukan jenis pembebanan yang akan digunakan dalam desain.

2. Dapat merencanakan profil yang akan dipakai pada struktur atas jembatan.

3. Dapat menentukan syarat kestabilan profil menurut metode LRFD (Load and

Resitance Factor Design).

Universitas Sumatera Utara


I.4 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam tugas akhir ini lebih terarah, penulis membatasi

masalah diantaranya :

1. Panjang bentang jembatan 40 meter dengan variasi penampang kompak, tidak

kompak dan langsing.

2. Perencanaan tidak memperhitungkan aspek metode pelaksanaan pembangunan

struktur jembatan.

3. Perencanaan ini tidak memperhitungkan struktur bawah jembatan.

4. Pemodelan gelagar statis tertentu.

5. Standar Pembebanan Untuk Jembatan R SNI T-02-2005.

I.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan

kajian literatur, yaitu mengumpulkan teori-teori dan rumus-rumus yang

dibutuhkan untuk merencanakan dan menganalisa melalui beberapa sumber antara

lain: buku-buku, jurnal-jurnal, standar-standar yang berkaitan dengan tugas akhir

ini yang dapat diakses melalui internet, masukan-masukan dari dosen pembimbing

dan sebagainya.

I.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam pembuatan tugas akhir ini akan dibagi kedalam

5 bagian utama dan ditambah dengan lampiran-lampiran dan daftar pustaka.

Adapun deskripsi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang pembuatan tugas akhir, tujuan penelitian,

masalah dan pembatasan masalah, metodologi penelitian yang digunakan serta

sistematika penulisan dalam tugas akhir yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang uraian dari berbagai literatur yang relevan dari tugas

akhir yang dikerjakan. Dalam hal ini membahas tentang jembatan komposit dan

metode LRFD (Load and Resistance Factor Design ).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam

menyelesaikan tugas akhir. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah studi

literatur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang pengolahan data dan penyajiannya yang dikerjakan

secara objektifitas.

BAB V KESIMPULAN

Berisikan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari bab-bab

sebelumnya serta memberikan saran-saran yang penting untuk dijadikan masukan

dalam tugas akhir atau penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Jembatan adalah suatu struktur yang berfungsi sebagai lintasan untuk


memperpendek jarak dengan menyeberangi suatu rintangan tanpa menutup
rintangan itu sendiri. Perencanaan jembatan komposit mengasumsi bahwa baja
dan beton bekerja sama. Dalam perencanaan struktur baja dikenal dua macam
filosofi desain yang sering digunakan, yaitu desain tegangan kerja (Allowable
Stress Design, ASD) dan desain keadaan batas (Load and Resitance Factor
Design, LRFD). Metode LRFD sebenarnya merupakan suatu metode yang baru,
namun di Indonesia relatif masih jarang disentuh oleh kalangan akademisi
maupun praktisi di lapangan.
Beban-beban yang dipakai untuk merencanakan jembatan ini akan
mengacu pada peraturan RSNI T-02-2005. RSNI T-02-2005 merupakan peraturan
pembaruan dari BMS 1992 karena besar beban lalu lintas yang terjadi di lapangan
semakin lama semakin meningkat.
Dari hasil analisa dan perhitungan jembatan komposit ini akan diperoleh
beban ultimit yang dapat ditahan oleh balok komposit, momen ultimit yang terjadi
akibat adanya beban ultimit, dan juga untuk mengetahui besarnya lendutan
sehingga jembatan aman digunakan.

Kata kunci: Komposit baja beton,ASD, LRFD,RSNI T-02-2005, BMS 1992.

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN JEMBATAN KOMPOSIT METODE LRFD
(LOAD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN)

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian

Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

HER AFRIYANDI
110404070

Pembimbing :

Ir. TORANG SITORUS, M.T


NIP. 19571002 198601 1 001

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Jembatan adalah suatu struktur yang berfungsi sebagai lintasan untuk


memperpendek jarak dengan menyeberangi suatu rintangan tanpa menutup
rintangan itu sendiri. Perencanaan jembatan komposit mengasumsi bahwa baja
dan beton bekerja sama. Dalam perencanaan struktur baja dikenal dua macam
filosofi desain yang sering digunakan, yaitu desain tegangan kerja (Allowable
Stress Design, ASD) dan desain keadaan batas (Load and Resitance Factor
Design, LRFD). Metode LRFD sebenarnya merupakan suatu metode yang baru,
namun di Indonesia relatif masih jarang disentuh oleh kalangan akademisi
maupun praktisi di lapangan.
Beban-beban yang dipakai untuk merencanakan jembatan ini akan
mengacu pada peraturan RSNI T-02-2005. RSNI T-02-2005 merupakan peraturan
pembaruan dari BMS 1992 karena besar beban lalu lintas yang terjadi di lapangan
semakin lama semakin meningkat.
Dari hasil analisa dan perhitungan jembatan komposit ini akan diperoleh
beban ultimit yang dapat ditahan oleh balok komposit, momen ultimit yang terjadi
akibat adanya beban ultimit, dan juga untuk mengetahui besarnya lendutan
sehingga jembatan aman digunakan.

Kata kunci: Komposit baja beton,ASD, LRFD,RSNI T-02-2005, BMS 1992.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii

DAFTAR NOTASI ......................................................................................... x

KATA PENGANTAR................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
I.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3
I.3 Tujuan ................................................................................................ 3
I.4 Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
I.5 Metodologi Penelitian ........................................................................ 4
I.6 Sistematika Penulisan ........................................................................ 4

BAB II STUDI PUSTAKA


II.1 Umum ............................................................................................... 6
II.2 Komponen Jembatan ........................................................................ 6
II.2.1 Komponen struktur atas ........................................................... 6
II.2.2 Komponen struktur bawah ...................................................... 7
II.2.3 Komponen pelengkap .............................................................. 8
II.3 Alternatif Pemilihan Jenis Struktur .................................................. 9
II.3.1 Struktur atas jembatan ............................................................. 9
II.3.2 Struktur bawah jembatan ......................................................... 9
II.3.2.1 Pangkal jembatan (abutment) ...................................... 9
II.3.2.2 Pondasi ........................................................................ 10

ii

Universitas Sumatera Utara


II.4 Sifat Bahan Baja ............................................................................... 10
II.5 Sifat Bahan Beton ............................................................................. 12
II.6 Pembebanan Jembatan...................................................................... 13
II.6.1 Aksi tetap ................................................................................. 14
II.6.2 Aksi transien ............................................................................ 16
II.6.3 Aksi lingkungan ...................................................................... 24
II.6.4 Aksi khusus (Beban gempa) .................................................... 32
II.7 Kombinasi Pembebanan ................................................................... 36
II.8 Komponen Struktur Komposit (Beton dan Baja) ............................. 38
II.9 Lebar Efektif Balok Komposit ......................................................... 40
II.10 Desain LRFD Struktur Komposit ................................................... 41
II.10.1 Pengertian .............................................................................. 41
II.10.2 Faktor tahanan ...................................................................... 42
II.10.3 Kuat lentur nominal .............................................................. 43
II.10.4 Komponen memikul geser .................................................... 51
II.10.5 Penghubung geser.................................................................. 56
II.11 Lendutan ......................................................................................... 58
II.12 Sambungan ..................................................................................... 60
II.13 Teori momen maksimum beban gandar ......................................... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


III.1 Bagan Alir ....................................................................................... 63
III.2 Studi literatur .................................................................................. 63
III.3 Spesifikasi jembatan ...................................................................... 64
III.1.4 Desain .......................................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Data Konstruksi ....................................................................................... 73
IV.2 Perencanaan Pelat Lantai ................................................................ 73
IV.2.1 Perhitungan beban dan momen .............................................. 74
IV.2.2 Penulangan ............................................................................. 79

iii

Universitas Sumatera Utara


IV.2.3 Pemeriksaan momen nominal pelat lantai ............................. 80
IV.2.3.1 Tulangan satu lapis ..................................................... 80
IV.2.3.2 Tulangan rangkap ....................................................... 81
IV.2.4 Lendutan pelat lantai .............................................................. 83
IV.2.5 Pemeriksaan geser pons pelat lantai ...................................... 85
IV.3 Perencanaan Trotoar ....................................................................... 87
IV.3.1 Perhitungan beban dan momen .............................................. 87
IV.3.2 Penulangan ............................................................................. 88
IV.4 Perencanaan sandaran ..................................................................... 89
IV.4.1 Perhitungan beban dan momen .............................................. 90
IV.4.2 Penulangan ............................................................................. 92
IV.5 Penampang Kompak....................................................................... 93
IV.5.1 Pembebanan ........................................................................... 93
IV.5.1.1 Aksi tetap.................................................................... 93
IV.5.1.2 Aksi transien ............................................................... 99
IV.5.1.3 Aksi lingkungan ......................................................... 105
IV.5.1.4 Aksi khusus (beban gempa) ....................................... 109
IV.5.2 Kombinasi pembebanan ......................................................... 111
IV.6 Sebelum Komposit ......................................................................... 112
IV.6.1 Penampang kompak ............................................................... 112
IV.6.1.1 Analisa tegangan lentur .............................................. 112
IV.6.1.2 Analisa tegangan geser ............................................... 113
IV.6.2 Penampang tidak kompak ...................................................... 117
IV.6.2.1 Analisa tegangan lentur .............................................. 117
IV.6.2.2 Analisa tegangan geser ............................................... 119
IV.6.3 Penampang langsing .............................................................. 121
IV.6.3.1 Analisa tegangan lentur .............................................. 121
IV.6.3.2 Analisa tegangan geser ............................................... 123
IV.7 Sesudah Komposit .......................................................................... 126
IV.7.1 Analisa tegangan lentur.......................................................... 126
IV.7.2 Analisa tegangan geser .......................................................... 130

iv

Universitas Sumatera Utara


IV.7.3 Analisa lendutaan ................................................................... 132
IV.8 Shear connector .............................................................................. 134
IV.9 Sambungan ..................................................................................... 136
IV.9.1 Sambungan jarak 4 meter ...................................................... 137
IV.9.1.1 Sambungan sayap (flens) ............................................ 137
IV.9.1.2 Sambungan badan (web) ............................................ 138
IV.9.2 Sambungan jarak 16 meter .................................................... 138
IV.9.2.1 Sambungan sayap (flens) ............................................ 138
IV.9.2.2 Sambungan badan (web) ............................................ 139
IV.9.3 Sambungan jarak 28 meter .................................................... 140
IV.9.3.1 Sambungan sayap (flens) ............................................ 140
IV.9.3.2 Sambungan badan (web) ............................................ 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan ...................................................................................... 142
V.1 Saran ................................................................................................. 143

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. xv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Jenis tipe jembatan 9

Tabel 2.2 Jenis abutment jembatan 9

Tabel 2.3 Jenis-jenis pondasi 10

Tabel 2.4 Sifat mekanis baja struktural 11

Tabel 2.5 Berat isi untuk beban mati 14

Tabel 2.6 Faktor beban untuk berat sendiri 15

Tabel 2.7 Faktor beban mati tambahan 15

Tabel 2.8 Faktor beban akibat beban lajur “D” 16

Tabel 2.9 Jumlah lajur lalu lintas rencana 17

Tabel 2.10 Faktor beban akibat pembebanan truk “T” 20

Tabel 2.11 Faktor distribusi untuk pembebanan truk “T” 22

Tabel 2.12 Faktor beban akibat gaya rem 23

Tabel 2.13 Faktor beban akibat pejalan kaki 24

Tabel 2.14 Faktor beban akibat pengaruh temperatur/suhu 24

Tabel 2.15 Temperatur jembatan rata-rata nominal 25

Tabel 2.16 Sifat bahan rata-rata akibat pengaruh temperatur 25

Tabel 2.17 Faktor beban akibat beban angin 26

Tabel 2.18 Koefisien seret 27

Tabel 2.19 Kecepatan angin rencana 27

Tabel 2.20 Faktor beban akibat gesekan pada perletakan 27

Tabel 2.21 Koefisien gesekan perletakan 28

vi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.22 Faktor beban akibat aliran air, benda hanyutan 28
dan tumbukan dengan batang kayu

Tabel 2.23 Periode ulang banjir untuk kecepatan air 29

Tabel 2.24 Lendutan ekuivalen untuk tumbukan batang kayu 32

Tabel 2.25 Kategori kinerja seismik 34

Tabel 2.26 Prosedur analisis berdasarkan kategori 34


perilaku seismik (A-D)

Tabel 2.27 Faktor tipe bangunan 34

Tabel 2.28 Koefisien profil tanah 35

Tabel 2.29 Akselerasi PGA di batuan dasar 36

Tabel 2.30 Kombinasi beban umum untuk keadaan batas ultimit 37

Tabel 2.31 Faktor reduksi (Ф) untuk keadaan kekuatan batas 42

Tabel 2.32 Batasan defleksi berdasarkan BMS (l=panjang bentang) 59

Tabel 2.33 Tipe-tipe baut 60

Tabel 4.1 Momen inersia pelat lantai dengan floor deck 83

Tabel 4.2 Menghitung inersia gelagar 105

Tabel 4.3 Kombinasi gaya momen penampang kompak 111

Tabel 4.4 Kombinasi gaya geser penampang kompak 111

Tabel 4.5 Menentukan letak garis netral 127

Tabel 4.6 Perhitungan momen inersia 127

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Beban lajur “D” 18

Gambar 2.2 Beban “D” : beban terbagi rata vs panjang bentang 18


yang dibebani

Gambar 2.3 Faktor beban dinamis untuk beban garis untuk 19


Pembebanan lajur “D”

Gambar 2.4 Penyebaran pembebanan pada arah melintang 20

Gambar 2.5 Pembebanan truk “T” 21

Gambar 2.6 Koefisien seret dan angkat untuk bermacam-macam 30


bentuk pilar

Gambar 2.7 Luas proyeksi pilar untuk gaya-gaya aliran 30

Gambar 2.8 Prosedur analisis tahan gempa 33

Gambar 2.9 Struktur balok tidak komposit 39

Gambar 2.10 Struktur balok Komposit 40

Gambar 2.11 Lebar efektif balok komposit 41

Gambar 2.12 Kuat lentur nominal berdasarkan distribusi 49


tegangan plastis

Gambar 2.13 Penampang melintang dek baja gelombang 58

Gambar 2.14 Tata letak baut 61

Gambar 2.15 Beban gandar 62

Gambar 2.16 Penempatan beban gandar 62

Gambar 4.1 Tampak melintang 73

Gambar 4.2 Berat sendiri 74

Gambar 4.3 Kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda 76

viii

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4 Penempatan beban truk “T” 77

Gambar 4.5 Dimensi floor deck 79

Gambar 4.6 Diagrama regangan dan tegangan tulangan satu lapis 80

Gambar 4.7 Diagram regangan dan tegangan tulangan rangkap 81

Gambar 4.8 Bidang penyebaran tekanan roda 86

Gambar 4.9 trotoar 87

Gambar 4.10 Sandaran 90

Gambar 4.11 Penampang pipa 90

Gambar 4.12 Beban pada pipa 90

Gambar 4.13 Pembebanan perbalok 93

Gambar 4.14 Penyebaran gaya rem 103

Gambar 4.15 Penyebaran angin 106

Gambar 4.16 Tegangan geser pada badan tampang gelagar 113

Gambar 4.17 Balok komposit 127

Gambar 4.18 Pemasangan shear connector 136

Gambar 4.19 Sambungan sayap pada titik 16 meter 141

Gambar 4.20 Sambungan badan pada titik 4 meter 141

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

A = Luas penampang

Ac = Luas pelat beton

As = Luas profil baja

Aw = Luas kotor pelat badan

Asc = Luas stud connector

Atr = Luas transformasi

C = Gaya tekan pada beton

Cb = Faktor pengali momen lentur nominal

Cw = Momen inersia pilin

E = Modulus elastisitas baja

Ec = Modulus elastisitas beton

G = Modulus geser

Is = Inersia profil baja

Io = Inersia penampang

Ix = Inersia arah sumbu x

Itr = Inersia transformasi

J = Konstanta puntir torsi

MA = momen pada ¼ bentang tak terkekang

MB = momen pada tengah bentang tak terkekang

MC = momen pada ¾ bentang tak terkekang

Universitas Sumatera Utara


Mn = Momen nominal

Mp = Momen plastis

Mu = Momen ultimit

Mmax = Momen maksimum pada bentang yang ditinjau

N = Jumlah penghubung geser

Qn = Kekuatan stud connector

Rn = Tahanan nominal

Sx = Modulus penampang elastis

T = Gaya tarik pada profil baja

Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton

Vh = Gaya geser horizontal

Vn = Geser nominal

Vu = Gaya geser ultimit

Zx = Modulus penampang plastis

a = Sumbu netral plastis

bE = Lebar efektif balok komposit

bo = Jarak antar balok

d = Tinggi profil baja

d1 = jarak dari pusat berat balok ke pusat berat plastis

fr = Tegangan sisa

fu = Tegangan putus baja

xi

Universitas Sumatera Utara


fy = Tegangan leleh baja

f’c = Kuat tekan beton

l = Panjang bentang

n = Rasio modulus

pll = Beban hidup terpusat

qu = Beban ultimit

qdl = Beban mati terbagi rata

qll = Beban hidup terbagi rata

ry = Jari-jari girasi

ts = Tebal slab

y = Lengan momen

ya = Jarak dari pusat berat komposit ke atas balok

yb = Jarak dari pusat berat komposit ke bawah balok

α = Koefisien muai panjang

ϕ = Faktor reduksi

µ = Angka poisson

δijin = Lendutan ijin

δMS = Lendutan akibat berat sendiri

δd = Lendutan akibat berat diafragma

δMA = Lendutan akibat beban mati tambahan

δll = Lendutan akibat beban hidup

xii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir yang berjudul
PERENCANAAN JEMBATAN KOMPOSIT METODE LRFD (Load and
Resistance Factor Design) ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Pendidikan Sarjana di bidang Sub Jurusan Struktur Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Sehubungan dengan selesainya tugas akhir ini, penulis menyampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Sanci Barus,M.T. sebagai koordinator Sub Jurusan Struktur
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir.Torang Sitorus, M.T., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan ilmu dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T. dan Ibu Nursyamsi, S.T.,M.T.
sebagai dosen pembanding dan penguji penulis.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan
memberikan pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
8. Kedua orang tua saya, Ayahanda Herlan, Amd.Kep. dan Ibunda Dewita
Murni, yang tak pernah berhenti memberikan doa, dukungan, motivasi,
kasih sayang dan segalanya selama ini.

xiii

Universitas Sumatera Utara


9. Adik-adik saya, Febri Heryandani, Marjeli Hertumurni, Aldo Hermayanda
dan Aisyah Herdesabila. Serta seluruh keluarga besar saya yang selalu
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh keluarga saya, sipil 2011, yang telah banyak membantu saya
hingga selesainya Tugas Akhir ini.
11. Buat teman-teman saya Zulfuadi Lubis, Adriansyah Pami Rahman Siregar,
Ahmad Amanu SS, M. Arief Rizqy, Reza Kurniawan, Aulia Alfahmi,
Tommy Diaz Iskandar, Rico Ardiansyah, M. Agus Hanafi Sipahutar,
Ahmad Rivaldi Novril dan Surya Darma Lubis terima kasih atas
dukungannya selama ini.
12. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya
dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran yang membangun
dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, dan semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Medan, Januari 2016


Penulis

(Her Afriyandi)

xiv

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai