menunjukkan rekrutmen guru di Indonesia belum mampu menjaring
calon guru berkualitas karena seleksinya mengabaikan penguasaan kompetensi guru. Selama berkarier, guru sebaiknya juga memiliki wadah untuk membahas masalah pengajaran dengan rekan guru yang lain untuk merespons tantangan di kelas yang senantiasa muncul. Namun, pada kenyataannya guru di sekolah negeri tidak mendapatkan kesempatan ini. Mereka harus berinisiatif sendiri untuk berdiskusi dengan guru senior atau kepala sekolah. Negara Indonesia sebetulnya telah memiliki program unggulan pengembangan profesi guru, misalnya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), untuk terus memperbarui kompetensi guru. Tapi dalam implementasinya, program ini tidak efektif karena hanya berfungsi sebagai formalitas administrasi daripada sebagai ruang belajar dan peningkatan kompetensi. Guru muda juga tidak memenuhi syarat untuk mengikuti program PKB karena keikutsertaan dalam pelatihan ini berupa penugasan bukan berdasarkan kebutuhan dan biasanya ada syarat pengalaman bekerja guru. Selain itu dalam Permen PAN RB Nomor 16 tahun 2009 promosi kenaikan pangkat diperoleh melalui angka kredit terdiri dari empat cara yaitu, pendidikan, pembelajaran atau bimbingan, pengembangan profesi berkelanjutan, dan penunjang tugas guru. Kenyataannya, kenaikan pangkat guru di Indonesia lebih banyak didasarkan atas faktor lamanya masa jabatan (Alfia&Putri, 2021). Kompetensi dan profesionalisme guru berperan penting dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Sepanjang peningkatan kualitas dan pemetaan kompetensi guru tidak menjadi prioritas pemerintah, sulit untuk membayangkan mutu pendidikan di Indonesia dapat meningkat. Salah satu alat evaluasi yang digunakan dalam mengukur kompetensi guru di Indonesia adalah Uji Kompetensi Guru (UKG). Tes ini menilai penguasaan kompetensi pedagogik, kemampuan guru mengelola kelas dan menyiapkan strategi belajar untuk murid, dan kompetensi profesional, penguasaan guru terhadap materi dan kemampuan mengevaluasi pembelajaran. Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia dari jenjang SD, SMP hingga SMA cukup mengkhawatirkan berdasarkan hasil uji kompetensi tahun 2015. Secara nasional nilai rata- rata guru tingkat SD adalah 40,14; SMP 44,16; dan SMA 45,38. Nilai tersebut masih di bawah standar minimal yang ditetapkan 55. Kemudian di tahun 2018 lalu standar minimalnya dinaikkan menjadi 75. Meskipun Uji Kompetensi Guru tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya indikator kualitas guru, hasil UKG tetap menunjukkan bahwa banyak guru di Indonesia belum punya minimum kompetensi yang dibutuhkan untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas. Hasil rata-rata Ujian Kompetensi Guru (UKG) hasil performa guru-guru di Jawa Timur cukup baik baik. Hasil UKG menunjukkan bahwa rata-rata guru di Jawa Timur telah memiliki kompetensi dasar yang baik. Gambar tersebut juga menunjukkan perbedaan hasil UKG antar daerah di Jawa Timur. Di Kota Batu pada tahun 2016 hasil rata-rata uji kompetensi guru adalah 65,89, dimana pada saat itu rata-rata provinsi Jawa Timur adalah 60,75 dan rata-rata nasional adalah 56,59. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya uji kompetensi guru di Kota Batu sudah cukup baik namun tentu saja harus berkembang dan meningkat. Selanjutnya di tahun 2019, hasil penilaian UKG (Uji Kompetensi Guru) Kota Batu mendapatkan rata rata nilai dengan peringkat ke-3 untuk jenjang TK, peringkat ke-4 untuk jenjang SD, dan peringkat ke-1 untuk jenjang SMP dari 38 kab/kota di Jawa Timur. Gambar : Hasil rata-rata UKG Kota Batu dan daerah di provinsi Jawa Timur tahun 2016 Sumber : Neraca Pendidikan Daerah
Gambar : Diagram rata-rata UKG Kota Batu tahun 2016
Sumber : Neraca Pendidikan Daerah Ulfah Alfia Rezanti Putri Pranama (Alfia&Putri, 2021) Alfia, U., & Putri, R. (5 Oktober 2021). Dukungan Pengembangan Karier bagi Guru Sangat Lemah dan Membuat Status ASN Hanya jadi “Zona Nyaman”. https://smeru.or.id/id/article-id/dukungan-pengembangan-karier-bagi-guru-sangat-lemah-dan- membuat-status-asn-hanya-jadi-