Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MELATI

NIM : 856334607

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KINERJA GURU

DI SD NEGERI 9 KOBA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas

dan kompeten yang dihasilkan dari berbagai macam kegiatan pendidikan dan

pelatihan yang bermutu. Kualitas pendidikan bangsa saat ini sangat

memprihatinkan, rendahnya kualitas SDM tenaga kependidikan yang belum

memenuhi harapan, dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen Bab IV pasal 8 yakni “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sebagaimana

yang disampaikan menurut Syarifudin Yunus: “Dari 3,9 juta guru yang ada saat

ini, masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi

akademik, dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang

guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki standar kompetensi yang

mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional”.

Mutu pendidikan sebagain besar ditentukan oleh kinerja guru. Di

sekolah-sekolah masih banyak terlihat masalah kinerja guru, seperti guru masih

ada yang belum membuat persiapan pembelajaran sebelum mengajar, guru

yang belum dapat mengkondusifkan keadaan kelas menjadi tenang ketika ada

siswa yang melakukan keributan di kelas. Kemudian ada juga guru dalam

pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan strategi pembelajaran yang

bervariasi sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa,


belum lagi kasus guru yang tertidur di kelas saat proses belajar mengajar

berlangsung. Tanda lain guru tidak kompeten adalah tidak bisa menggunakan

komputer, metode mengajar ceramah, tidak bisa menerapkan metode mengajar

yang aktif dan menyenangkan, tidak bisa memanfaatkan dan mengolah

informasi dari internet, tidak kontekstual dan seterusnya. Melihat kondisi

kinerja guru saat ini perlu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),

karena guru merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaran

pendidikan agar terciptanya pendidikan yang berkualitas. Upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia antara lain,

melalui program sertifiksasi guru. Sertifikasi guru adalah sebuah penunjang

dalam peningkatan sumber daya manusia terutama para profesi guru di

sekolah-sekolah. Dengan adanya sertifikasi bagi guru, diharapkan mampu

meningkatkan kinerja guru yang lebih baik sehingga peningkatan mutu

pendidikan akan berjalan kearah yang lebih baik. Namun demikian apa yang

dialami oleh guru pasca sertifikasi bertolak belakang dengan hakikat sertifikasi

itu sendiri. Survei yang dilakuan memperlihatkan bahwa beban kerja guru

meningkat akibat dari tuntutan minimal 54 jam kerja perminggu. Sebagian

besar guru mengalami kelelahan, depresi, gangguan tidur, lekas marah, sering

menangis diruang kerja guru, rasa bersalah, sering mengabaikan urusan

keluarga, membawa urusan keluarga kekelas. Pada dasarnya yang diharapkan

dari sertifikasi guru adalah dapat tercipta motivasi guru dalam berkarya dan

berkembang, pembinaan guru menjadi lebih bersih, lembaga penyiapan tenaga

guru semakin bertanggung jawab untuk menghasilkan lulusan yang unggul,


masyarakat semakin memahami dan menghargai posisi serta peran guru, dan

pemerintah lebih mempercayai pendidikan anak bangsa kepada guru.

Realita dimasyarakat adalah sertifikasi guru belum menjadi solusi agar

supaya guru dapat meningkatkan kualitas diri tetapi sertifikasi seakan menjadi

perlombaan untuk mendapatkan uang banyak dengan mendapatkan gaji dari

hasil sertifikasi itu. Ini yang menjadi persoalan dalam dunia pendidikan

khususnya sertifikasi yang esensinya adalah untuk meningkatkan mutu

pendidikan dialih fungsikan untuk meningkatkan taraf hidup seorang guru. Jadi

ke efektifan sertifikasi guru harus dipertanyakan dan harus dievaluasi. Evaluasi

merupakan hal yang sangat urgen, karena tanpa adaya evaluasi yang intens

maka, tunjangan yang diberikan kepada guru hanya memenuhi kebutuhan

hidup seorang guru bukan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Ini yang

harus dilakukan dan harus di cek kembali agar supaya sertifikasi guru dapat

berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan. Program sertifikasi, seharusnya

selain meningkat kesejahteraan guru juga mampu meningkatkan aktivitas

akademik yang menunjang profesinya. Namun masih banyak guru-guru yang

belum memiliki sertifikasi. berikut data guru tersebut:

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Pendidikan

(GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid

Muhammad di dalam koran Republika mengungkapkan bahwa, total guru yang

sudah melakukan sertifikasi sebanyak 1.392.155 guru. Adapun yang belum

sertifikasi terdiri atas 308.888 guru pegawai negeri sipil (PNS), sebanyak

596.888 guru tetap yayasan (GTY), dan guru tidak tetap (GTT) sebanyak
719.354 guru. Dan masih banyak guru yang belum berkualifikasi pendidikan

Sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) dan ada juga yang memasuki usia

pensiun, jadi tidak memenuhi syarat sertifikasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ditjen PMPTK terhadap guru-guru

yang telah disertifikasi memberikan gambaran bahwa guru yang sudah

tersertifikasi belum banyak membawa dampak bagi peningkatan

profesionalisme guru. Dampak sertifikasi lebih kepada peningkatan

kesejahteraan guru dari pada peningkatan profesionalisme. Sekitar 76% dana

tunjangan profesi dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga

setiap hari. Sertifikasi juga belum memperlihatkan peningkatan penghargaan

terhadap status guru sebagai sebuah pekerjaan yang dibanggakan. Sebagian

guru yang telah disertifikasi masih menjalankan pekerjaan-pekerjaan lain yang

dikhawatirkan dapat mengganggu tugas pokok sebagai guru. Misalnya, sekitar

24% guru masih memberikan les privat bagi siswa, 20% tetap menjalankan

aktivitasya sebagai wirausahawan, 38% tetap menjalani sebagai petani.

Sertifikasi guru juga belum membawa dampak bagi peningkatan disiplin guru

dalam menjalankan tugas profesionalnya. Sekitar 45% guru yang telah

disertifikasi sering tidak masuk dengan alasan tidak memiliki jam mengajar

disekolah. Disisi lain, masih banyaknya keluhan dan masukan dari berbagai

pihak tentang kinerja guru yang masih banyak belum berubah padahal sudah

lulus sertifikasi, mendapat tunjangan dan hidupnya lebih sejahtera. Oleh karena

itu, guru diharapkan mempunyai kesadaran untuk mengelola sekolah agar lebih

tertib, lebih baik, serta teratur guna pembangunan karakter anak didik. Namun,
masih banyak guru belum bisa memenuhi kualifikasi tersebut. Seperti Guru

jarang membuat RPP dan silabus pembelajaran, guru mengajar tidak sesuai

dengan kurikulum yang berlaku serta tidak sesuai dengan bidang study, guru

belum menjadi teladan bagi peserta didik, dan juga sering menemukan guru

yang membolos mengajar tanpa alasan yang pasti. Harus diketahui juga, tidak

semua guru yang sudah sertifikasi kinerjanya menurun atau tidak berubah.

Banyak pula guru yang sudah sertifikasi menjadi guru yang benar-benar

profesional. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Total Guru SD Negeri 9 Koba

Guru SD Negeri 9 Koba

Belum
Sertifikasi
Sertifikasi Total

PNS GTT GTY Honorer

6 0 0 2 8

Sumber : diperoleh dari profil SD Negeri 9 Koba,2022

Guru di SD Negeri 9 Koba hampir 60% tersertifikasi namun dalam

implementasiannya guru yang sudah tersertifkasi dan belum tersertifikasi

memiliki pengaruh dalam kinerja guru. Sebab guru yang tersertifikasi dianggap

memiliki keprofesionalan dan kompeten dibanding guru yang belum

tersertifikasi. Fakta dilapangan bahwa guru yang belum tersertifikasi juga dapat

menyaingi guru yang sudah tersertifikasi dalam keprofesionalan dan

kompetensinya hanya saja yang membedakan adalah sudah tersertifikasi. Jadi


serfikasi guru sangat berpengaruh baik bagi kinerjanya, tunjangannya, serta

perlindungan pemerintah terhadap guru.

Berdasarkan permasalahan di atas, sertifikasi guru memang sangat

penting bagi para guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru, maka dari itu

penulis tertarik melakukan penelitian berjudul “PENGARUH SERTIFIKASI

GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SD NEGERI 9 KOBA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi

beberapa masalah yang muncul antara lain:

1. Tujuan program sertifikasi guru belum tercapai .

2. Belum optimalnya kinerja guru .

3. Rendahnya penguasaan materi pembelajaran guru dalam kegiatan belajar

mengajar.

4. Masih lemahnya kesiapan guru dalam menciptakan situasi menarik dalam

kegiatan belajar mengajar .

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas luasnya permasalahan yang ada dalam

penelitian ini, perlu kirannya penulis membatasi penelitian ini pada masalah:

Pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.


D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

Adakah pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru di SDN 9 Koba?.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: Untuk menemukan pengaruh positif atau negatif

antara sertifika guru dengan kinerja guru di SDN 9 Koba.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis

Mengembangkan konsep keilmuan pendidikan khususnya pada program

studi manajemen pendidikan yang mengkaji tentang sertifikasi guru dan

dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lain mengenai sertifikasi guru.

b. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1) Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk dapat meningkatkan kinerja guru SDN 9 Koba yang sudah

tersertifikasi.

2) Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja guru

SDN 9 Koba yang sudah tersertifikasi.

Anda mungkin juga menyukai