Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MELATI

NIM : 856334607

DISKUSI PEMBELAJARAN TERPADU


1. Jelaskan penilaian pembelajaran terpadu, penilaian berkaitan dengan ketiga ranah dalam
Taksonomi Bloom
Jawab : Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan skills
mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan dalam Taksonomi
Bloom memiliki korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai tingkatan
yang paling tinggi, tentu tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya harus
dikuasai terlebih dahulu. Konsep Taksonomi Bloom, membagi domainnya
menjadi 3 ranah, yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah
psikomotorik. (Utari, 2012). Ranah kognitif mengurutkan keahlian sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang
harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan.
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2)
comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4)
analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6)
evaluation (penilaian) (Utari, 2012). Penguasaan ranah kognitif peserta didik,
meliputi perilaku peserta didik yang ditunjukkan melalui aspek intelektual, seperti
pengetahuan serta keterampilan berpikir. Pengetahuan serta keterampilan peserta
didik, dapat diketahui dari berkembangnya teori-teori yang dimiliki oleh peserta
didik, serta memori berpikir peserta didik yang dapat menyimpan hal-hal baru
yang diterimanya. Misalnya, peserta didik baru belajar mengenai definisi dari
drama, teater, serta tata panggung. Pada umumnya, peserta didik yang ranah
kognitifnya kuat, dapat menghafal serta memahami definisi yang baru
diketahuinya. Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengingat teori yang
baru didapatnya, sangat kuat. Penguasaaan ranah afektif peserta didik, dapat
ditinjau melalui aspek moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi,
dan sikap peserta didik. Pada ranah afektiflah pada umumnya peserta didik lemah
dalam penguasaannya. Hal ini terbukti dari maraknya kekerasan yang ada di
sekolah. Hal ini tentu berseberangan dengan UUD 1945, pasal 28 B ayat 2 yang
mengatakan bahwa, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan Ina Magdalena, Nur Fajriyati Islami,
Eva Alanda Rasid, Nadia Tasya Diasty 138 EDISI : Jurnal Edukasi dan Sains dari
kekerasan dan diskriminasi”. Akan tetapi, mirisnya yang melakukan kegiatan
immoral, seperti kekerasan serta diskriminasi di sekolah, pada dewasa ini, banyak
kasus yang pelakunya adalah peserta didik. Hal ini merupakan cerminan,
bahwasanya penguasaan aspek afektif pada peserta didik belum dapat dikatakan
baik. Oleh karena itu, seharusnya peserta didik yang aspek afektifnya terbangun
dengan baik pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memiliki
implementasi dari sikap yang baik, berupa saling toleransi dalam pertemanan,
jujur, amanah, serta mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di sekolah, maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah.
Sehingga, peserta didik yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan
memiliki kehidupan sosial yang baik, hubungan pertemanan yang baik, serta
dapat mengatasi keadaan genting dengan bijak. Ranah psikomotorik dapat
ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang merupakan implementasi
dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya
menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga harus
menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal
ini menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara
komprehensif oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu
dengan komprehensif, memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan
ilmu yang dimilikinya.

2. Jelaskan bentuk penilaian tes dan non tes


Jawab : A. Penilaian Tes
Teknik penilaian ini terdiri dari penilaian tertulis, lisan, dan perbuatan. Ketiga
teknik penilaian ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda.
·         Penilaian Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Ketika menjawab soal, peserta didik tidak
selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban saja, tetapi peserta didik dapat
juga merespon dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan sebagainya. Tentu saja harus sesuai perintah soal yang
diberikan. Bentuk tes tulis bisa pilihan ganda, benar dan salah, menjodohkan,
isian dan uraian.
Contoh: Jelaskan pengertian dari beton!

·          Tes Lisan


Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan jawabannya
disampaikan dalam bentuk lisan dan terkadang secara spontan. Tes jenis ini
memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
Contoh: Guru menanyakan siswa satu per-satu untuk dilontarkan pertanyaan
secara langsung, kemudian guru menilai jawaban lisan dari siswa. Sebutkan
bahan campuran beton! Sebutkan jenis-jenis semen! Sebutkan bahan tambah
yang ada!

·      Tes Perbuatan


Tes perbuatan merupakan tes hasil belajar yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemampuan yang dimiliki melalui unjuk kerja. Peserta
didik diminta untuk menampilkan hasil belajarnya atau kemahirannya dalam hal
tertentu melalui unjuk kerja. Perolehan skor didapat dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Contoh: Siswa mendemonstrasikan cara pemasangan dinding pasangan bata ½.

B. Penilaian Non-tes
Teknik penilaian jenis ini meliputi teknik penugasan, pengamatan, dan hasil
kerja/produk. Teknik-teknik tersebut memiliki ciri khas dan tujuan yang
berbeda-
beda.

·          Penugasan
Penilaian penugasan merupakan suatu teknik penilaian yang menuntut peserta
didik melakukan kegiatan tertentu diluar kegiatan pembelajaran di kelas. Teknik
penilaian ini dapat diberikan secara individual maupun berkelompok, bisa
berupa tugas atau proyek.
Contoh: Menyuruh memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswa. Buatlah
Rencana Anggaran Biaya rumah tinggal dengan luas rumah 50 m 2, dan
kumpulkan di akhir semester.

Produk atau Hasil Kerja


Teknik ini digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat suatu
hasil karya. Teknik ini juga digunakan untuk menilai hasil kerja siswa.
Contohnya melukis, kerajinan tangan, dan hasil karya seni.
Contoh: Siswa membuat rangkaian kolom dengan sengkang dalam waktu 30
menit.

Pengamatan atau Observasi


Teknik pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indera penglihat secara langsung. Teknik ini digunakan
dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya. Misalnya
kita ingin menilai pelajaran matematika dengan menggunakan teknik observasi,
maka aspek yang diamati antara lain ketelitian, kecepatan kerja, kerja sama dan
kejujuran.
         Contoh: Siswa mengamati rangka baja pada lapangan futsal dan mencatat
ukuran dan jenis baja yang digunakan. Kemudian, siswa membuat hasil
pengamatannya kepada guru.

Wawancara
            Teknik ini dilakukan dengan jalan percakapan baik secara langsung  (face to
face). Contoh: Guru dan siswa dihadapkan pada kondisi 4 mata dan
mewawancarai.

·         Angket
             Teknik ini adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa. Pada
umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran ialah untuk
memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar siswa.
             Contoh: Guru membuat angket dengan format bagan tentang cara belajar yang
menurut siswa baik. Guru selalu memberikan post test di akhir pertemuan,
sangat setuju/setuju/tidak setuju/sangat tidak setuju.

·          Pemeriksaan Dokumen


            Teknik ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji dan juga dapat dilengkapi dengan cara pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen.
             Contoh: Guru tidak memberikan ujian akhir bila siswa dapat menunjukan hasil
karya/nilai-nilai tugas yang dahulu pernah diberikan bila itu melebihi standar
nilai yang ditentukan.

·          Sosiometri
           Teknik ini merupakan suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan
kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan
alat yang tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari
murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi struktur hubungan individu,
susunan antar individu, dan arah hubungan sosial.
             Contoh: Guru menyuruh siswa membentuk kelompok dengan teman yang
disukainya atau guru membentuk kelompok siswa sesuai dengan pemerataan
kemampuan.

3. Berikan penjelasan singkat mengenai tahapan penilaian


Jawab : Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
1. Menyusun perencanaan penilaian.
2. Mengembangkan instrumen penilaian
3. Melaksanakan penilaian.
4. Memanfaatkan hasil penilaian
5. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi.

4. Berikan penjelasan dan contoh mengenai format penilaian pembelajaran terpadu.

Jawab : 1.    Penilain Proses

Sasaran yang dinilai dalam penilaian proses adalah tingkat efektivitas kegitan belajar
mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses merupakan upaya
mengumpulkan informasi tantang kemajuan belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk
keperluan perbaiakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian proses dari:
a.     Penilaian terhadap siswa
      Penilaian terhadap siswa sebagai pelajar mencakup penilaian yang berkaitan dengan:
1)   Perkembangan konseptual anak;
2)   Tingkat kemampuan menghadapi tantangan;
3)   Interaksi siswa dengan siswa lainnya;
4)   Kemampuan anak berkomunikasi;
5)   Karasionalan argumen/alasan;
6)   Kerjasama dan kekompakan serta produktivitas kegiatan kelompok;
7)   Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
8)   Penggunaan bahasa dengan baik;
b.     Penilain terhadap guru
Penilaian terhadap guru mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:
1)   Proses pembelajaran:
2)   Pendekatan dan metode yang digunakan:
3)   Materi pembelajaran yang mencakup: pemilihan tama, topik dan unit:
4)   Kelengkapan pembelajaran yang disesuaikan guru.
2.    Penilaian terhadap produk kegiatan
Sasaran yang dinilai dalam penilaian hasil belajar adalah tingkat penguasaan peserata
didik tentang apa yang telah dipelajarinya. Penilaian hasil belajar merupakan upaya
mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan
yang telah dikuasai siswa pada setiap akhir pembelajaran. Penilaian terhadap produk
meliputi:
a.    Penilaian terhadap siswa dilakukan melalui pengamatan terhadap hasil belajar anak yang
tergambarkan melalui:
1)   Kemampuan menulis laporan:
2)   Kemampuan menyatakan gagasan dalam bentuk gambar, diagram, grafik dan symbol
lainnya:
3)   Rekaman, video dan kaset hasil unjuk kerja siswa.
b.    Penilaian terhadap guru dilakukan berdasarkan hasil:
1)   Daftar cek yang dilakukan oleh rekan guru lainnya terhadap strategi dan pengelolaan belajar
mengajar yang telah dilakukan:
2)   Masukan dari anak, orang tua dan rekan guru lainnya berkaitan dengan strategi dan proses
belajar mengajar yang telah dilakukan.
Berkaitan dengan paparan diatas, penilaian yang dilakukan hendaknya valid
mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka dan berkesinambung-an
sebagaimana disarankan dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Kuswari (2004)
mengemukakan bahwa PBK merupakan suatu penilaian berdasarkan suatu pengumpulan,
pelaporan dan pengunaan informasi tantang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui
pengukuran dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti
otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK secara umum bertujuan untuk
memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program dan
kegiatan pembelajaran. Sedangkan secara khusus, PBK bertujuan untuk memberikan (1)
informasi tentang kemajuan belajar siswa, (2) informasi yang dapat digunakan untuk
membina kemajuan belajar lebih lanjut, (3) motivasi belajar siswa dan melakukan pemberian
bimbingan yang lebih tepat.
Fungsi PBK bagi siswa dan guru adalah untuk membantu siswa, (1) dalam
mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya kearah yang lebih
baik dan maju, (2) siswa mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya, (3) membantu
guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai atau tidak
dan (4) membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran terpadu diharapkan dapat
mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang harus dikuasai anak secara
seimbang dalam ketiga ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan
berbagai bentuk model alat penilaian yang tepat.
C.    BENTUK ALAT PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
1.        Bentuk Penilaian Alternatif
Seperti halnya penyelenggaraan penilaian yang lazim dilaksanakan maka perlu
dirancang instrument penilaian yang mencakup 2 tipe utama yaitu tes dan non tes. Teknik
bentuk alternatif penilaian dengan tes ada dua jenis yaitu tes essay dan tes objektif yaitu
sebagai berikut:
a.    Tes essay
Pada bentuk tes essay menghendaki jawaban secara terurai tentang suatu masalah.
Jawaban menitikberatkan pada ingatan, daya pengenalan kembali dan kelogisan test. Dalam
hal ini tes dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam memilih kata-kata yang tepat
untuk dituangkannya kedalam uraian.
Tes yang tingkat penguasaan bahasan dan materi ilmunya rendah, akan memberikan
jawaban yang kurang memuaskan, dalam arti jawabannya singkat dan jalan fikirannya sukar
dipahami. Sebaliknya bagi tes yang terampil dan pandai memilih kata-kata akan memberikan
yang jauh lebih baik dan relative memuaskan, apalagi didasari oleh penguasaan materi ilmu
yang baik. Walaupun tes itu lebih baik dari pada temannya kaerna kepandaiannya memilih
kata.
Pada dasarnya ada 2 macam bentuk pertanyaan essay yaitu  essay bebas dan essay
terbatas.
b.    Tes Objektif
Tes objektif terdiri dari dari benar salah, pilihan gada dan menjodohkan.
      Adapun bentuk alternatif dengan teknik nontes yang akan dibahas pada bagian ini
meliputi:
a.    Catatan sekolah
     Catatan sekolah merupakan laporan tentang kemajuan belajar siswa berupa deskripsi tentang
aspek-aspek yang dialami siswa berkaitan dengan mata pelajaran disekolah.
b.    Cuplikan kerja
     Penilaian yang dilakukan dengan melihat siswa melakukan tugas/proses atau produk yang
dibuat siswa untuk selanjutnya melihat dan menilai proses dan produk tersebut untuk
menentukan tingkat pengetahuan atau skill mereka merupakan penilaian performance
(penilaian kinerja). Produk yang merupakan cuplikan kerja siswa merupakan unjuk kerja
kegiatan yang dihasilkan siswa berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang sedang
dipelajari.
c.    Portofolio
     Portofolio menilai kemajuan siswa pada suatu periode yang didasarkan pada berbagai tugas
(jurnal, kaset, karya seni, dan produk atau kreasi lain) yang memungkinkan mengarahkan
siswa pada penunjukan pemahaman tentang suatu konsep. Portofolio merupakan berkas
bukti-bukti yang disusun untuk mendapatkan akreditasi perolehan belajar melalui
pengalaman. Dalam format penilaian portofolio dideskripsikan tentang metode, pemenuhan
kriteria, dan keputusan (diterima, ditolak, bersyarat dengan tambahan). Untuk ini lampiran
berkas bukti-bukti untuk kerja siswa harus diperhatikan. Portofolio bersifat terbuka bagi
siswa sehingga siswa dapat menilai diri sendiri (self evaluation) dan juga bias memberi
informasi tambahan untuk menilai kompetensi siswa.
d.   Wawancara
     Wawancara adalah teknik penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari
siswa tentang Sesuatu yang telah dipelajari. Penilaian dengan wawancara ini dapat dipakai
sebagai penunjang atau pelengkap jika dengan penilaian yang lain belum didapatkan
gambaran yang jelas tentang siswa. Wawancara ini dapat dilakukan secara individual ataupun
kelompok. Yang perlu diperhatikan pada saat wawancara adalah memberikan rasa aman
kepada siswa sehingga mereka mampu mengungkapkan kepada guru secara nyaman dan
tidak terpaksa.
e.    Observasi
     Observasi adalah teknik penilaian alternative yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi dikelas
berkaitan dengan materi yang ditargetkan guru. Observasi ini harus selalu diusahakan dalam
situasi yang alami agar mendapatkan data yang sebenarnya. Observasi bertujuan
mengungkapkan perilaku nonverbal dan terfokus pada aspek-aspek terkait. Prosedur
penilaian dengan observasi harus memperhatikan, (1) spesifikasi tingkah laku yang akan
dinilai, (2) konteks dan metode yang akan digunakan, dan (3) alat penyimpan hasil yang
digunakan.
f.     Jurnal
     Jurnal merupakan catatan harian siswa yang menggambarkan kegiatan siswa setiap hari.
Jurnal ini dapat berisikan hal-hal yang dilakukan siswa didalam kelas maupun di luar jam
sekolah. Selain itu dapat juga dipakai oleh guru untuk memberi pertimbangan, motivasi, dan
penguatan kepada siswa.
g.    Rubrik
     Hal ini dilakukan misalnya dengan jalan guru bersama siswa menyusun kriteria penilaian
tentang laporan pekerjaan anak. Dengan melibatkan anak dalam kegiatan pembelajaran dan
penilaian diharapakan anak mengetahui perkembangannya dan hal itu dimanfaatkan untuk
meningkatakan proses belajar-mengajar.
h.    Catatan Anekdotal (file Card)
     Catatan anekdotal merupakan catatan pengamatan informasi yang menggambarkan
perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan,
kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang digunakan peserta didik atau yang
berkaitan dengan hal apa saja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan. Catatan
ini berisi komentar singkatnyang spesifik mengenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu
dikerjakan siswa yang didokumentasikan secara terus-menerus sehingga menggambarakan
kemampuan berbahasa anak secara luas. Aktivitas anak yang memperagakan kemampuan dan
perkembangan diri anak dicatat pada kartu (setiap anak satu kartu). Catatan tersebut
mencakup juga kelebihan, kekurangan, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa.
       Sebelum guru melakukan penilaian dengan menggunakan bentuk penilaian tertentu
sebagaimana diuraikan diatas, sebaiknya diketahui terlebih dahulu kriteria penilaian yang
baik yakni:
a.    Sesuainya tugas penilaian dengan masalah yang akan dilihat (kognitif, afektif, dan
psikomotor);
b.    Sesuainya tugas penilaian dengan tujuan pengajarannya;
c.    Kemampuan tugas penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan
kemampuan dan kemajuan siswa;
d.   Tugas penilaian bersifat menarik, menantang dan bermanfaat.
   Penilaian juga perlu dilakukan secara otentik terhadap keseluruhan kompetensi yang
telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan diatas,
ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor (kognisi, sikap, dan keterampilan). Oleh karena itu, dalam
penilaian pembelajaran terpadu, penilaian berkaitan dengan ketiga ranah tersebut, antara lain:
a)     Ranah kognitif
 Tingkat kemampuan kognitif dapat diukur atas dasar tingkatnya. Mulai dari tingkat
yang sederhana sampai kepada tingkat yang tinggi atau sukar, yang terdiri dari enam
tingkatan sebagai berikut:
a.    Ingatan (K1)
     Pada tingkat ini pengukuran dan penilaian baru berkisar hanya pada pengetahuan saja. Artinya
baru sampai pada tingkat mengingat kan hal-hal yang sedang dipelajari siswa. Ingatan adalah
kemampuan seseorang untuk mengenal kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumurs-
rumus dan sebagainya .
b.    Pemahaman (K2)
     Pada tingkat ini penilaian dan pengukuran berkisar pada sampai manakah siswa telah
memahami materi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan proses berfikir dimana
dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal serta dapat melihatnya
dari berbagai segi. Misalnya kemampuan menguraikan sesuatu rumusan kedalam kalimat
atau uraian yang verbal, dapat menerangkan atau memperluas arti dari suatu istilah
c.    Penerapan (K3)
     Pada tingkat ini pengukuran dan penilaian akan kemampuan penerapan. Pada tingkat ini siswa
seharusnya dapat menggunakan hal-hal yang dipelajari untuk situasi baru atau situasi lain
pada waktu berlangsung situasi belajar mengajar.
     Penerapan (aplikasi) adalah proses berfikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
Dalam aplikasi seseorang diharapkan mampu memilih menggunakan dan menerapkan dengan
tetap sesuatu teori, hukum, metode, jika dihadapkan dengan situasi baru. Misalnya
kemampuan untuk meramalkan pengaruh yang akan terjadi, jika diadakan suatu perubahan
pada satu atau meramalkan terjadinya bahaya erosi dan banjir akibat dari penebangan pohon
secara besar – besaran pada hutan yang ada.
d.   Analisis (K4)
     Pada tingkat ini pengukuran dan penilaian kita akan menganalisis. Pada tingkat ini siswa
seharusnya telah dapat memecahkan hal-hal yang telah dipelajari menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil untuk memudahkan mempelajarinya dan menguasainya. Jenjang kemampuan
berfikir berikutnya yang setingkat lebih tinggi dari aplikasi adalah analisis, yaitu suatu
kemampuan untuk menguraikan sesuatu bahan atau diantara bagian atau factor yang satu
dengan bagian atau faktor yang lainnya.
e.    Sintesis (K5)
     Pada tingkat ini siswa telah sampai pada kemajuan menghubungkan bagian-bagian hal-hal
yang telah dipelajari dan untuk selanjutnya dapat merumuskan atau membentuk sesuatu yang
baru.
     Sintesis ialah sesuatu kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses analisis
yaitu suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga
menjelma menjadi suatu pola struktur atau bentuk baru.
f.     Evaluasi (K6)
     Pada tingkat ini siswa telah mampu menilai sesuatu untuk tujuan-tujuan tertentu. Evaluasi
adalah jenjang yang tinggi dalam bentuk domain kognitif Taksonomi Bloom. Evaluasi
merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai-nilai, ide-ide, pemecahan, atau metode tertentu berdasarkan suatu patokan atau
kriteria.
     Misalnya jika seseorang dihadapkan kepada beberapa pilihan ia akan mampu memilih atau
pilihan terbaik sesuai dengan patokan atau perkiraan yang ada. Patokan atau perkiraan
tersebut tersebut ditinjau dari berbagai segi seperti ketepatgunaan, ketepatan waktu, dampak
pengaruh sampingan dan sebagainya.
b)    Ranah Afektif
  Untuk mengukur kemampuan afektif pun melalui tingkat-tingkat dari yang
sederhana atau rendah sampai pada tingkat atas atau tinggi adalah sebagai berikut :
1.    Pada tingkat pertama pengukuran berkisar baru pada kemampuan cara siswa menerima
sesuatu. Yang diukur baru hanya terhadap sikap menerimanya, apakah siswa mau menerima
yang diajarkan kepadanya.
2.    Pada tingkat yang kedua pengukuran pada kemampuan penanggapan siswa. Artinya pada
tingkat ini yang diukur adalah kemampuan siswa didalam berpartisipasi secara aktif atas
dasar minat yang dimilikinya terhadap sesuatu yang diajarkan.
3.    Pada tingkat ketiga pengukuran pada kemampuan siswa dalam menghargakan susuatu.
Artinya mengukur sampai dimanakah siswa telah dapat menghargakan sesuatu. Dan hal ini
akan dinyatakan dengan tingkah laku siswa terhadapnya.
4.    Tingkat keempat pengukuran pada kemampuan mengorganisasi. Yang diukur ialah
kemampuan siswa didalam membandingkan, menghubungkan dan mengsintesa nilai-nilai
atas dasar tanggung jawabnya.
5.    Tingkat kelima pengukuran pada sifat-sifat siswa. Pada tingkat ini yang diukur ialah sifat-
sifat siswa terkendali terhadap sesuatu. Dan ini akan dinyataka didalam sikap hidup siswa.
c)     Ranah Psikomotor
Untuk mengukur kemampuan gerak pun akan melalui tingkat-tingkat yang dimulai
dari tingkat yang sederhana sampai pada tingkat yang tinggi. Dan tingkat tersebut terdiri dari
lima tingkatan sebagai berikut :
1.    Pada tingkat pertama kemampuan yang diukur hanya berkisar pada kemampuan meniru
gerak. Jadi apakah gerakan yang dibuatnya telah dapat dilaksanakan dengan prinsip gerak
yang diajarkan.
2.    Tingkat kedua pengukuran terhadap kemampuan menggunakan yang telah diajarkan. Pada
tingkat ini yang diukur ialah sampai dimanakah siswa telah dapat menggunakan konsep-
konsep yang ada untuk melakukan gerak-gerak yang sesuai dengan konsep itu.
3.    Tingkat ketiga pengukurann terhadap kemampuan ketelitian. Yang diteliti ialah tingkat
kesempurnaan gerak atau kebenaran daripada gerakan yang dilakukan.
4.    Tingkat keempat pengukuran akan kemampuan merangkai gerak. Yakini kemampuan
melakukan beberapa bentuk gerakan secara berangkai dan berkesinambungan.
5.    Tingkat kelima ialah pengukuran akan kemampuan naturalisasi. Yakni kemampuan siswa
melakukan gerakan secara wajar dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai