Anda di halaman 1dari 1

1. Larangan menyerahkan harta mereka bila mereka belum mampu mengurus.

Dan janganlah
kalian serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, yaitu anak yatim atau orang
dewasa yang belum mampu mengurus, harta mereka yang ada dalam kekuasaan kalian yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan, penyangga hidup, penopang urusan, dan penunjang
berbagai keinginan dalam kehidupan ini.
2. Sebab, dalam kondisi seperti itu mereka akan menghabiskan harta tersebut secara sia-sia.
Karena itu, berilah mereka belanja secukupnya dan pakaian selayaknya yang bisa menutupi
aurat dan memperindah penampilan, dari hasil harta yang kalian usahakan itu.
3. Bersikaplah lemah lembut dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik sehingga
membuat perasaan mereka nyaman dan tenteram.
4. Setelah menjelaskan tentang larangan menyerahkan harta anak yatim dalam kondisi mereka
belum mampu mengelola, berikutnya Allah memerintahkan agar para wali menguji terlebih
dahulu kematangan berpikir, kecerdasan, dan kemampuan mereka mengelola harta sebelum
menyerahkannya.
5. Dan ujilah kecerdasan dan mental anak-anak yatim itu dengan memperhatikan keagamaan
mereka, kematangan berpikir, dan cara membelanjakan harta, kemudian latihlah mereka dalam
menggunakan harta itu sampai hampir mereka cukup umur untuk menikah dengan
menyerahkan harta sedikit demi sedikit.
6. Kemudian jika menurut pendapat kamu melalui uji mental tersebut dapat diketahui dengan
pasti bahwa mereka betul-betul telah cerdas dan pandai dalam memelihara dan mengelola
harta, maka serahkanlah kepada mereka hartanya itu, sehingga tidak ada alasan bagi kalian
untuk menahan harta mereka.
7. Dan janganlah kamu, para wali, dalam mengelola harta ikut memakannya harta anak yatim itu
dan mengambil manfaat melebihi batas kepatutan, dan janganlah kamu menyerahkan harta
kepada mereka dalam keadaan tergesa-gesa menyerahkannya sebelum mereka dewasa, karena
kalian khawatir bila mereka dewasa mereka akan memprotes kalian.
8. Barang siapa di antara pemelihara itu mampu mencukupi kebutuhan hidup untuk diri dan
keluarganya, maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan
mencukupkan diri dengan anugerah dari Allah yang diperolehnya.
9. Dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut sekadar
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sebagai upah atau imbalan atas pemeliharaannya.
10. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu yang sebelumnya berada di tangan kamu
kepada mereka, maka hendaklah kalian adakan saksi-saksi ketika menyerahkan harta itu kepada
mereka.
11. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas atas segala amal perbuatan dan perilaku mereka. Dan dia
memperhitungkan semua perilaku tersebut kemudian memberinya balasan setimpal.

Anda mungkin juga menyukai