Anda di halaman 1dari 3

Bilah aku nanti sudah bekerja dan memperoleh gaji serta mata pencaharian yang tetap:

a. bagaimanakah sebaiknya aku menilai dan menganggap harta milikku dan hidup
ekonomiku?
Menurut Hermas Anf, II, pp. 31f : Jadi waspadalah, hai kamu yang melayani Tuhan, dan
milikilah Dia di dalam hatimu, agar kamu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, sambil
mengingat perintah-perintahNya dan janji-janjiNya yang diucapkanNya. Dan percayalah bahwa
Ia akan memenuhi janjiNya bila perintah-perintahNya dilaksanakan. Janganlah kamu serakah
terhadap harta milikmu saat ini sebab apa yang kamu miliki saat ini itu semua adalah pemberian
dari Tuhan sebab Tuhan memberikan harta kepadamu bukan untuk tujuan agar kamu
membelanjakan hartamu dengan cara orang kafir, karena itu merupakan bahaya bagimu sebagai
hamba-hamba Allah; tetapi belanjakanlah hartamu dengan cara kamu sendiri, yang akan menjadi
sebab bersuka cita bagimu. Dengan harta yang kamu miliki berbuat baiklah bagi banyak orang
dan jangan belanjakan hartamu dengan cara kafir. Tetapi kunjungilah para janda serta anak-anak
yatim piatu, dan janganlah mengabaikan mereka; dan pergunakanlah segala kekayaanmu dan
seluruh perbendaharaanmu, yang kamu terima dari Tuhan, untuk memiliki “tanah” dan “rumah”
yang demikian. Karena untuk tujuan inilah Tuhan membuat kamu kaya, yaitu supaya kamu dapat
menunjukkan pelayanan ini kepadanya.
Janganlah belanjakan hartamu dengan cara orang kafir, karen aitu merupakan bahaya bagimu
sebagai hamba-hamba Allah; tetapi belanjakanlah hartamu dengan cara kamu sendiri, yang akan
menjadi sebab bersuka cita bagimu. Dan janganlah menyelewengkan ataupun menyentuh milik
orang lain, dan janganlah menghasratinya; karena menghasrati milik orang lain adalah hal yang
jahat. Tetapi kerjakanlah perbuatanmu sendiri, dan kamu akandiselamatkan
Menurut CLEMENS DARI ALEKSANDRIA : Menurut ajaran darin CLEMENS DARI
ALEKSANDRIA bahwa ketika kita mempunyai harta kekayaan hendaknya kekayaan itu tidak
perlu dibuang. Kekayaan itu dapat kita jadikan harta milik, karena ada yang memilikinya dan itu
merupakan harta benda, berguna karna disediakan oleh Allah untuk dipakai oleh manusia.
Kekayaan itu ada pada kita dan diletakkan dibawah kekuasaan kita manusia jika kita mengerti
menggunakan dan mengelola harta kekayan kita. Jika kita mahir dalam mengelola harta
kekayaan kita maka kekayaan itu akan tunduk pada kebenaran, begitu juga sebaliknya jika kita
menggunakan harta kekayaan itu sebagai kejahatan maka harta itu tidak akan menjadi berkat dan
akan membawa kita pada kejahatan juga. Karena hakekatnya harta itu menjadi milik kita
sebagai pelayan bukan menjadi penguasa. Jadi hal nya pada dirinya sendiri tidaklah buruk
ataupun baik, dan tidaklah tercela itu jangan dicela, tetapi yang patut dicela ialah yang
mempunyai kuasa untuk memakainya secara baik. Karena manusia mempunyai kebebasan untuk
memilih. Oleh sebab itu janganlah seorangpun merusak kekayaan, tetapi hendaknya manusai
tersebut membuang nafsu jiwa yang bertentangan dengan pemakaian yang lebih baik atas harta
kekayaan.
Dengan demikian ia akan menjadi baik dan bijak sehingga menjadi sanggup memakai
kekayaan secara baik. Dengan demikian ucapan Yesus mengenai membuang untuk menjual
segala harta milik harus diartikan sebagai ucapan mengenai dibuangnya nafsu-nafsu jiwa. Kita
harus meninggalkan harta milik yang membahayakan tetapi bukan harta milik yang dapat
melayani, jika seseorang tahu memakainya dengan tepat. Dan apa yang ditangani dengan
bijaksana, sederhana, saleh, dan bermanfaat dan apa yang merugikan harus dibuang. Tetapi hal
hal yang jasmaniah tidaklah merugikan.
Menurut CHRYSOSTOMUS : “Janganlah meratap sebab anda miskin, tetapi merataplah
sebab anda berdosa.” Orang yang memiliki kekayaan harus membagikannya kepada orang
miskin sebab Jika kita mengeluarkan uang, marilah kita merasakan seakan-akan memperolehnya.
Jika kita memberi kepada orang miskin, marilah kita menganggap diri kita menerima. Karena
orang yang tidak memberi dengan rasa itu tidak akan rela memberi. Kita boleh mengeluh tetapi
bukan karena kalian miskin, melainkan karena kalian kurang bersemangat, bukan karena kalian
tidak punya uang, tetapi karena kalian menghargai uang itu terlalu tinggi. Kita pantas menangis,
apabila kita berdosa. Sebab hanya karena inilah patut kita mengeluh, sedangkan karena yang
lain-lain, cukup tertawa saja. Jadi, janganlah ratapi kemiskinanmu tetapi ratapilah dirimu yang
begitu sikapmu.
b. bagaimanakah aku kelak menggunakan apa yang kumiliki?
Menurut Hermas Anf, II : Pergunakanlah hartamu dengan baik dan jangan belanjakan
hartamu dengan cara yang kafir tetapi pergunakanlah hartamu untuk menolong orang yang
mengalami kesusahan. Sebab “Orang kaya punya banyak harta tetapi mereka miskin dalam hal-
hal yang berhubungan dengan Tuhan karena perhatiannya terarah kepada kekayaannya, tetapi
apabila orang kaya itu menyantuni orang miskin dan membantunya dalam menanggulangi
kekurangannya sambil percaya bahwa apa yang ia perbuat bagi si miskin itu akan mampu
mendatangkan pahala dari Allah, maka ia akan tertolong. Karena orang miskin adalah kaya
dalam hal doa syafaat serta ibadah, dan doa syafaatnya mempunyai kuasa besar di hadapan
Allah.” Sebab itu pergunakanlah hartamu untuk menolong orang miskin yang membutuhkan
bantuan agar engkau si kaya tidak serakah dengan harta yang kau miliki tetapi saling
menopanglah di kaya dan si miskin agar keduanya saling melengkapi. Dimana Si miskin
menjalankan doa syafaat, pekerjaan yang merupakan kekayaannya yang diterimanya dari Tuhan,
dan yang dengannya ia membalas kebaikan atasannya yang membantunya. Dan begitu pula si
kaya tanpa ragu-ragu akan memberikan kepada si miskin kekayaan yang juga diterimanya dari
Tuhan. Dan ini merupakan karya yang besar yang berkenan di hadapan Tuhan; karena si kaya
juga mengerti tujuan kekayaannya dan telah memberikan kepada si miskin dari pemberian-
pemberian yang berasal dari Tuhan, dan dengan tepat mempersembahkan baktinya kepada
Tuhan. Sebab kehidupan manusia memiliki persamaan dengan hubungan antara pohon
penyangga dan pohon anggur.
Menurut CYRILLUS DARI YERUSALEM Harta-harta jasmani tidak berasal dari iblis.
Harta-harta, dan emas, dan perak,bukanlah seperti yang dinilai oleh sementara orang-berasal dari
iblis, “karena keseluruhan dunia kekayaan diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman,
sedangkan bagi orangyang tidak beriman tak sepicispun”. Jadi tak ada yang lebih tak beriman
daripada iblis, dan Allah berkata dengan tandas melalui nabiNya: “KepunyaanKulah perak dan
kepunyaanKulah emas, dan Aku memberikan kepada siapa yang Kukehendaki.
Jadi, cukuplah kalau saudara-saudara memakainya dengan baik, dan tak akan ada kesalahan
yang didapati pada uang. Tetapi apabila saudara-saudara memakai secara jahat apa yang
sebenarnya baik, lantas saudara-saudara tidak rela mengakui ketidak-becusanmu mengurusnya,
tetapi dengan fasik saudara-saudara melemparkan kembali kesalahan itu kepada sang Pencipta.
Malahan, seseorang dapat dibenarkan melalui uang: “Pada waktu Aku lapar, kamu memberi
aku makan”: makanan itu sudah tentu dibeli dengan uang. “Pada waktu Aku telanjang, kamu
memberi Aku pakaian”: itu juga tentu dibeli dengan uang. Dan kamu ingin mengetahui bahwa
uang boleh menjadi sebuah pintu masuk ke dalam Kerajaan Surga? “Juallah”, kataNya, “segala
milikmu, dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Surga”.
Aku menegaskan pandangan ini, karena ada bidat-bidat yang menganggap harta milik dan uang
dan tubuh manusia sebagai terkutuk. Karena aku tidak ingin kalau kamu menjadi budak uang,
tetapi juga tidak hendak memperlakukan sebagai musuh apa yang telah diberikan oleh Allah
kepadamu untuk dipakai. Janganlah katakan bahwa harta-harta berasal dari iblis. Memang
iblis berkata: “Semuanya itu akan kuberikan kepadaMu, karena semuanya itu telah diserahkan
kepadaku”. Tetapi orang bisa saja menolak pernyataan itu, karena kita tidak perlu mempercayai
pendusta, namun demikian, boleh jadi iblis itu berkata benar, karena dipaksa oleh kuasa Tuhan.
Karena ia tidak berkata: “Semuanya itu akan kuberikan kepadaMu karena semuan yaitu adalah
milikku”, melainkan: “karena semuanya itu diserahkan kepadaku”.

Menurut CYRILLUS DARI YERUSALEM : seseorang dapat dibenarkan melalui uang


apabila: “Pada waktu Aku lapar, kamu memberi aku makan”: makanan itu sudah tentu dibeli
dengan uang. “Pada waktu Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian”: itu juga tentu dibeli
dengan uang. Dan kamu ingin mengetahui bahwa uang boleh menjadi sebuah pintu masuk ke
dalam Kerajaan Surga? “Juallah”, kataNya, “segala milikmu, dan berikanlah itu kepada orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di Surga.”

Anda mungkin juga menyukai