Tafsir Al-Azhar
Tafsir Al-Misbah
“janganlah kamu memakan harta kamu, antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. ”
Firman-Nya: Janganlah kamu memakan harta sebagian kamu antara kamu,
yakni janganlah memperoleh dan menggunakannya. Harta yang dimiliki oleh si A
hari ini, dapat menjadi milik si B esok. Harta seharusnya memiliki fungsi sosial,
sehingga sebagian di antara apa yang dimiliki si A seharusnya dimiliki pula oleh
si B, baik melalui zakat maupun sedekah. Ketika Si A menganggap harta yang
dimiliki si B merupakan hartanya juga, maka ia tidak akan merugikan si B, karena
itu berarti merugikan dirinya sendiri.
Pengembangan harta tidak dapat terjadi kecuali dengan interaksi antara
manusia dengan manusia lain, dalam bentuk pertukaran dan bantu m em bantu.
Makna-makna inilah yang antara lain dikandung oleh penggunaan kata bainakum/
antara kamu dalam firman-Nya yang memulai uraian menyangkut perolehan
harta. Kata antara mengisyaratkan juga bahwa interaksi dalam perolehan harta
terjadi antara dua pihak.
Harta seakan-akan berada di tengah, dan kedua pihak berada pada posisi
ujung yang berhadapan. Keuntungan atau kerugian dari interaksi itu, tidak boleh
ditank terlalu jauh oleh masing-masing, sehingga salah satu pihak merugi, sedang
pihak yang lain mendapat keuntungan, sehingga bila demikian harta tidak lagi
berada di tengah atau antara, dan kedudukan kedua pihak tidak lagi seimbang.
Perolehan yang tidak seimbang adalah batil, dan yang batil adalah segala sesuatu
yanj? tidak hak, tidak dibenarkan oleh hukum serta tidak sejalan dengan tuntunan
Ilahi walaupun dilakukan atas dasar kerelaan yang berinteraksi.
Salah satu yang terlarang, dan sering dilakukan dalam masyarakat, adalah
menyogok. Dalam ayat ini diibaratkan dengan perbuatan menurunkan timba ke
dalam sumur untuk memperoleh air. Timba yang turun tidak terlihat oleh orang
lain, khususnya yang tidak berada di dekat sumur. Penyogok menurunkan
keinginannya kepada yang berwewenang memutuskan sesuatu, tetapi sembunyi-
sembunyi dan dengan tujuan mengambil sesuatu secara tidak sah. Janganlah kamu
memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang b atil dan m enurunkan
timbamu kepada hakim , yakni yang berwewenang memutuskan, dengan tujuan
supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta orang lain itu dengan jalan
berbuat dosa, padahal kamu telah mengetahui buruknya perbutan itu. Sementara
ulama memahami penutup ayat ini sebagai isyarat tentang bolehnya memberi
sesuatu kepada yang berwenang bila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi
bertujuan mengambil hak pemberi sendiri.
Dalam hal ini, yang berdosa adalah yang menerima bukan yang memberi.
Demikian tulis al-Biqa‘i dalam tafsirnya. Hemat penulis, isyarat yang dimaksud
tidak jelas bahkan tidak benar, walau ada ulama lain yang membenarkan ide
tersebut seperti ash-Shan‘ani dalam buku haditsnya, Subul as-Saldm. Ayat di atas
dapat juga bermakna, janganlah sebagian kamu mengambil harta orang lain dan
menguasainya tanpa hak, dan jangan pula menyerahkan urusan harta kepada
hakim yang berwewenang memutuskan perkara bukan untuk tujuan memperoleh
hak kalian, tetapi untuk mengambil hak orang lain dengan melakukan dosa, dan
dalam keadaan mengetahui bahwa kalian sebenarnya tidak berhak.
C. Kolerasi Surat Albaqoroh Ayat 188 Dengan Surat Almuthofifin Ayat 1-5
Setelah memahami penafsirat dari surat Albaqoroh ayat 188 yang diambil dari
Tafsir Al-Misbah dan Al-Azhar, juga surat Al-Muthofifin dari Tafsir Almisbah,
maka pemakalah menyimpulkan adanya kolerasi sebagai berikut:
1. Pentingnya etika dalam bermu’amalah.
Dijelaskan dalam Tafsir Al-Azhar surat Albaqoroh ayat 188 dan Al-Misbah
surat Almuthofifin ayat 1-5 bahwa adanya ancaman bagi mereka yang
memakan harta yang dihasilakan dengan cara yang keji atau tidak beretika
seperti, Ikhtikar, wasiat, suap menyuap, tipu menipu, pemalsuan, reklame,
pengurangan timbangan penimbunana dan lail-lain.
2. Ancaman Pengusaha
Dijelaskan dalam Tafsir Al-Azhar surat 2 ayat 188 tentang ancaman bagi
pengusaha yang tidak memberikan upah setimpal kepada pegawainya. Hal ini
berkaitan dengan Tafsir Al-Misbah surat Al-Muthofifin ayat 1-5, dimana
disebutkan bahwa seorang pedagang yang mengurangi timbangan maka
diancam dengan siksaan. Hal ini menyatakan bahwa adanya indikasi
kedzoliman atau merugikan orang lain aka nada balasannya. Pengusaha dzolim
member upah tapi pekerja dituntut untuk bekerja giat begitu pula pedagang
dzolim memberi barang tidak sesuai dengan jumlah uang yang diterimanya.
3. Haramnya mencari Nafkah dengan Cara Bathil
Islam membatasi dalam kebolehan mencari nafkah yang halal yang berarti
haram dengan cara bathil. Dalam tafsir Al-Azhar surat Albaqoroh ayat 188 ada
beberapa pekerjaan yang upahnya menjadi haram, antara lain:
a. Menerbitkan Buku-buku Pornoghrafi
b. Profesi yang membangkitkan Nafsu
c. Usaha dengan cara minta upah pembacaan ayat Alquran untuk yang
meninggal
d. Mengurus jenazah dengan mengharapkan imbalan dunia berupa harta
e. Penimbunan barang-barang pokok atau kebutuhan mendesak
f. Membuat keterangan palsu demi mendapatkan harta yang bukan haknya
sepeerti membuat SKTM palsu.
4. Haramnya memakan harta sengketa
Setelah dirinya tahu bawha harta itu adalah hak orang lain, namun
memaksakan diri membawa ke ranah hakim agar hartanya bias dimiliki, maka
itu termasuk perbuatan keji
5. Ayat 2 dan 3 dari surat Al-Muthofifin adalah bagian dari االثمyang terkandung
dalam Surat Albaqoroh ayat 188