Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AL - HAJRU

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :


 FIQH MUAMALAH II

Dosen Pengampu : FUCI AKHMARIDZA, M.E

Oleh :
BUDI HARTONO 1810101002
BAGUS SANTOSO 1810101003

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRINGSEWU - LAMPUNG
Tahun Akademik 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam ini yang masih memberikan kami
kesempatan untuk bias menyusun makalah tugas pasca presentasi ini. Tidak lupa juga
shalawat serta salam kita junjungkan ke nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, karena
atas berkatnyalah kita terbebas dari jaman jahiliyah ke jaman terang-benderang ini.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing


mata kuliah Fiqh Muamalah II Ibu Fuci Akhmaridza, M.E berkat beliau pribadi
dipercaya untuk menyampaikan materi serta menyusun makalah tentang AL-Hajru ini.

Dalam makalah ini pribadi akan membahas tentang AL-Hajru. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa Fakultas Agama Islam
sebagai bekal melakukan pemahaman atau pedoman bagaimana peranan individu dalam
menerapkan AL-Hajru.

Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pembimbing kami minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang.

Pugung, 04 Maret 2020


Penyusun,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-hajru merupakan larangan bagi seseorang untuk mengelola kekayaan
karena masih kecil atau akalnya tidak sempurna. Allah melarang memberikan harta
kepada pemilik yang tidak mampu mengelola hartanya dengan baik , seperti anak
yatim yang belum baligh, orang yang bodoh dan orang yang hilang akalnya. Maka
harta tersebut harus diserahkan kepada walinya yang sanggup mengelola harta
dengan baik.
Dalam islam segala sesuatu itu diatur dengan baik termaksud dalam hal
muamalah Disini penulis memfokuskan membahas mengenai:” Al-Hajru”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Hajru?
2. Apa- Apa saja dasar hukum dari Al- Hajru?
3. Apa –apa saja bentuk- bentuk dari Al-Hajru itu?
4. Bagaimana status hukum dari Mahjur itu?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang Al- Hajru.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Al-hajru
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari al- Hajru.
4. Untuk Mengetahui status hukum Mahjur.
5. Untuk menyelesaikan tugas Makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al –Hajru (Pengampunan)


Hajru menurut Bahasa berarti taqyid wa mana’u ( membatasi dan
menghalangi). Sementara pengertian hajru menurut istilah

‫ في ماله‬B‫منع اإلنسان من التصرف‬


“Membatasi manusia dalam mempergunakan hartanya”.
Hajru ialah melarang atau menahaan seseorang untuk mengedarkan
(memindahkan) hartanya. Yang berhak hajru : wali nasab atau hakim
Hanafiyyah menyatakan :
‘Ungkapan yang dipergunakan  terhadap pencengahan tertentu untuk
orang tertentu dan terhadap tindakan hukum tertentu”
Pencengahan yang dimasukkan hanafiyyah dari definisi ini adalah terhadap
anak kecil, orang gila, dan lain sebagainya untuk melakukan tindakan hukum.
Maliki berpendapat hajru adalah :
“Sifat hukmiyah (ketetapan hukum syara’) yang menyebabkan seorang tercengah
membelanjakan hartaanya secara langsung melebihi kemampuannya”[8]
Dari definisi ini , hajru menurut malikiyyah  berlaku bagi anak kecil , orang
gila, orang yang lemah akal , orang yang bangkrut, dan lain sebagainya. Mereka ini
tercegah membelanjakan hartanya melebihi kemampuannya. Mereka semua
dilakukan melarang tindakan secara hukum seperti jual beli atau pemindahan hak
milik lainnya , apabila melakukan hal itu maka tindakannya tidak berlaku  dengan
sendirinnya, Namun sebagai akibat dari tindakan hukum yang mereka lakukan ,
harus mendapat izin dari walinya, sedangkan orang yang dilarang memindah
tangankan hak miliknya melebihi sepertiga hartanya salah orang yang sakit yang
diduga keras penyakitnya tidak akan sembuh lagi,, sehingga penyakitnya itu 
berakhir dengan kematian.
Segala bentuk jual beli dari orang seperti ini tidak dilarang. Tindakan
pemindahan hak secara sukarela seperti hibah, wasiat dan sedekah hanya di
bolehkan sampai sepertinga hartanya, selebihnya tidak dapat dibenarkan.
Ulama syafi’i dan hambali mendefinisikan al hajru adalah :
“ Larangan melakukan tindakan hukum terhadap seseorang, baik larangan
tindakan hukum yang ditujukan kepada anak kecil, orang gila , dan orang dungu,
atau muncul dari hakim, seperti larangan bagi seseorang pedagang untuk menjual
barangnya melebihi harga pasarnya”.
Ini berarti hajru merupakan pencengahan  tehadap seseorang untuk
mentransaksikan harta kekayaanya , baik menjual menghibahkan , atau bentuk
transaksi lainnya lantaran masih anak-anak atau karena hilang akal (gila), atau
bodoh,atau pemboros ataupun karena keputusan hakim untuk menahan atau
menyita hartanya karena karena dinyatakan pailit.[9]

B. Dasar Hukum Al-Hajru


Ulama fikih menyatakan , bahwa yang menjadikan dasar hukum untuk
menetapkan status seorang dibawah pengampunan adalah :
 Al-Quran
Surah an-nisa ayat 5

‫ َوارْ ُزقُوهُ ْم فِيهَا َوا ْكسُوهُ ْم َوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ ال‬B‫ ال ُّسفَهَا َء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هَّللا ُ لَ ُك ْم قِيَا ًما‬B‫َوال تُ ْؤتُوا‬
B‫َم ْعرُوفًا‬

Artinya :” Dan jaganlah kamu setrahkan kepada orang-orang yang belum


sempurna akalnya , hartanya (mereka yang berada dalam kekuasaan) yang
dijadikan allah sebagai pokok kehidupan. Berilah merekabelanja dan pakian
( dari hasil harta itu) dan ucapknlah kepada mereka kata-kata yang baik”. ( An-
Nisa :5)
Disamping ayat-ayat tersebut diatas disebutkan juga dalam hadits Rasullah Saw :
Dari ibn ka’ab diterima dari bapaknya : Sesungguhnya Nabi Saw . telah
menahan harta Mua’az dan menjual untuk membayar utangnya, kemudian , nabi
membagi harta tersebut diantara orang yang mempunyai piutang sehingga
mereka mendapat seperlima bangian dari hak mereka. Mereka berkata “ ya
Rasullah juaallah hartanya untuk kami”. Kemudian , nabi berkata kepada para
pemilik piutang :’ tidak ada hak lain kecuali sedemikian”.(HR Baihaqi).
Dalam syariat islam, sebab-sebab hajru sebenarnya adalah atas dasar
kemashlatan manusia. Untuk menjaga kebahagian hidup manusia sebagai
makhluk sosial dan individu. Pencegahan terhadap seseorang Karena belum
dewasa atau gila adalah demi kemaashlatan dirinya sendiri. Sementara itu,
pencegahan terhadap orang dewasa yang sehat akalnya, tetapi tidak mampu
mengurus hartanya karena boros , lemah akal, dililit utang, dan sebagainya juga
demi kemashlahatan diri maupun orang yang berada disekitarnya.[10]

C. Bentuk- Bentuk Hajru


Hajru terbagi kepada:
1. Dilakukan larangan terhadap seseorang  guna menjaga hak orang lain, Seperti
larangan terhadap:
a. orang yang berutang, sedangkan utangnya tunai atau lebih banyak daripada
hartanya. Ia dilarang berbelanja guna menjaga hak orang yang berpiutang.
b. orang yang sakit payah , dilarang memnbelanjakan  lebih 1/3 dari hartanya.
Jika kurang perbelanjaan untuk keperluan diri si sakit, Maka boleh lebih dari
1/3 hartanya di belanjakan.
c. Orang yang menggadaikan harta dilarang mentransaksikan harta yang di
gadaikan untuk menjaga hak penerima gadai
d. Orang murtad (Orang yang keluar dari Islam) . Dilarang memperedarkan
hartanya guna menjaga hak muslimin.
2. Dilarang Karena menjaga hak miliknya sendiri
a. Anak kecil, Hendaklah dijaga tidak boleh membelanjakan hartanya hingga
berusia baligh dan sudah pandai berbelanja.Mereka dilarang bertransaksi
hartanya kecuali atas izin orang tua atau wali.
b. Orang gila, dilarang berbelanja(bertasarruf) sampai sembuh.
c. Orang yang menyia-nyiakan hartanya(pemboros), Dilarang berbelanja
sampai ia sadar.

D. Sebab-Sebab Terjadinya Mahjur


Sebab-sebab seseorang dilarang mengelola hartanya sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Dibawah Umur
Maksudnya dibawah umur disini ialah  anak yang belum akil balig ,
baik karena akalnya belum matang atau karena hal lainnya,Ia harus diawasi
dan dijaga oleh walinya, Tidak boleh diserahkan sebelum ia baligh berakal
karena di duga keras hartanya akan dsia-siakan.
b. Safih ( Bodoh)
Maksudnya kurang akal , mungkin Karena masih  kecil, dungu, atau
karena umurnya sudah[11] tua(usia lanjut)
c. Lemah Rohani dan Jasmani
Orang yang lemah rohani dan jasmani dengan sendirinya tidak akan
sanggup mengurus harta kekayaannya jika ia memiliki harta.
d. Orang yang Sakit Keras
Sesungguhnya orang yang sakit keras ( orang yang diduga keras tidak
akan sembuh dari sakitnya) tidak berdaya lagi untuk berbuat apa-apa, Bila
ia memiliki harta, Harta tersebut berada dibawah penguasaan para ahli
warisnya.
e. Sedang di Gadai
Orang yang barangnya sedang digadaikan tidak berkuasa atas barang-
barangnya itu, sebab benda-benda itu merupakan jaminan atau barang di
atas utangnya yang diambil dari orang lain. Benda-benda yang sedang
digadaikan  berada dibawah pengawasan orang yang mengutangkan
kepadanya.
f. Wanita Bersuami
Seorang wanita yang mempunyai suami, berada dibawah pengawasan
suaminya, baik dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun harta bendanya,
Oleh karena itu wanita tak berkuasa atau berwenang atas hartanya, Kecuali
harta yang dikhususkan  untuk dirinya sendiri.
g. Keluar dari Islam (Murtad)
Orang yang murtad terhalang menguasai hartanya , Sebab dia sendiri
berada dalam kekuasaan pemerintahah islam. Ia tidak kuasa terhadap
hartanya  karena dia menerima hukuman mati atas kesalahan yang
dibuatnya, yaitu meninggalkan keimanan yang sangat dilarang agama.

E. Status Pengampuan Berakhir


Apabila anak kecil sudah baligh dan berakal, orang bodoh/dungu sudah
cerdas dan sadar , Pemboros sudah mulai hemat dan tidak lagi melanggar Agama ,
Orang gila menjadi sembuh dan orang yang sakit kritis meninggal atau sembuh
kembali maka berakhirlah masa pengampuan.
Khusus bagi orang yang pailit , Dia baru bebas dari status hukum
pengampuan setelah dia melunasi  hutang-utangnya.
Hendaknya diingat bahwa  apabila al-Hajr(Pengampuan) ditentukan
berdasarkan  penetapan hakim, Maka pencabutannya harus demikian supaya
mempunyai kekuatan hukum.Apabila pengampuan itu berada dibawah kekuasaan
wali, Maka walilah yang dapat mempertimbangkannya.[12]

F. Hikmah Al-Hajru
Adapun hikmah Al-Hajru diantaranya sebagai berikut:
1. Memelihara harta benda. Itu dilakukan bila pemilik harta tidak pandai
mengelolanya sehingga harus diserahkan kepada wali yang mampu
mengelolanya  dan mengembangkannya dengan maksud menjaga kemaslahatan
pemiliknya.
2. Memelihara Kemashlahatan Umat Secara Umum.
Harta benda meskipun milik orang kaya, tapi umat juga memiliki bangian
hak didalamnya,  dan bila pemeliharaan harta dikelola secara bebas oleh orang-
orang kaya bisa menyebabkan umat kehilangan hak mereka, maka orang-orang
kaya itu harus dicegah untuk mengelolah dan membelanjakannya.
3. Memelihara harta umat dari kesia-siaan. Itu karena pemeliharaan harta benda
merupakan salah satu tujuan syariat.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hajru menurut Bahasa berarti taqyid wa mana’u ( membatasi dan menghalangi).
Sementara pengertian hajru menurut istilah : Membatasi manusia dalam
mempergunakan hartanya.
Hajru ialah melarang atau menahaan seseorang untuk mengedarkan
( memindahkan) hartanya. Yang berhak hajru : wali nasab atau hakim.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini,Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena masih ada terdapat kesalah-kesalahan  baik dari segi penulisan, 
Bahasa ataupun materi yang berkaitan dengan ini. Untuk itu penulis mengharapkan
kritikan ,sanggahan, ataupun semua masukan baik dari ibuk atau pun dari teman –teman
agar makalah ini menjadi makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,Ali.2014. Berbagai macam transaksi dalam islam. Jakarta:pt Raja Grafindo


Persada.
Ibrahim,abdillah lam bin.2005. Fiqh Finansial. Solo:Era Intermedia.
Mardani.2013.Fiqh Ekonomi Syariah:fiqh muamalah.jakarta:kencana.
Rasjid, Sulaiman.2006.Fiqh Islam(Hukum Fiqih lengkap).Bandung:PT Sinar Baru
Algensido Bandung.
Rozalinda.2016.Fiqih Ekonomi Syariah.Jakarta:Rajawali pers

Anda mungkin juga menyukai