Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

1.      Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :


         Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
         Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
         Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah
         Malnutrisi
         Terkontaminasi oleh lingkungan.
         Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
2.      Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan :
         Sekresi yang kental, lengket dan berdarah
         Lelah dan usaha batuk yang kurang
         Edema trachea/larink.
3.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
         Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
         Kerusakan membran alveolar kapiler.
         Sekret yang kental
         Edema Bronkial.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
         Kelemahan
         Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
         Dispnea
         Anorexia
         Penurunan finansial /biaya.
5.      Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan,
pencegahan, berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas
pengetahuan/kognitif, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1.      Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
         Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
         Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
         Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah
         Malnutrisi
         Terkontaminasi oleh lingkungan.
         Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
2.      Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan :
         Sekresi yang kental, lengket dan berdarah
         Lelah dan usaha batuk yang kurang
         Edema trachea/larink.
3.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
         Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
         Kerusakan membran alveolar kapiler.
         Sekret yang kental
         Edema Bronkial.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
         Kelemahan
         Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
         Dispnea
         Anorexia
         Penurunan finansial /biaya.
5.      Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan,
pencegahan, berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas
pengetahuan/kognitif, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.

RENCANA KEPERAWATAN UTAMA

Diagnosa:
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret kental, lengket.
Tujuan Umum:
Bersihan jalan nafas kembali efektif
Tujuan Khusus:
Dalam 4 – 6 jam bersihan jalan nafas kembali efektif
Data objektif:
-          RR 16 – 20 x/mnt
-          Sekret keluar saat batuk
-          Ronchi berkurang
Data subjektif:
-          Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang

Intervensi Rasional

1.      Kaji fungsi pernafasan, contoh 1.         Penurunan bunyi napas dapat


bunyi napas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektasis. Ronki,
kedalaman dan penggunaan otot mengi menunjukkan akumulasi
aksesori sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang
dapat menimbulkan penggunaan otot
aksesori pernapasan dan peningkatan
kerja pernapasan.

2.         Pengeluaran sulit, bila sekret sangat


2.      Catat kemampuan untuk tebal (mis. Efek infeksi dan/atau
mengeluarkan mukosa/batuk efektif; tidak adekuat hidrasi). Sputum
catat karakter, jumlah sputum, berdarah kental atau darah cerah
adanya hemoptisis. diakibatkan oleh kerusakan (kavitas)
paru atau luka bronkial dan dapat
memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.

3.         Posisi membantu memaksimalkan


3.      Berikan posisi semi atau fowler ekspansi paru dan menurunkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk dan upaya pernapasan. Ventilasi
latihan napas dalam. maksimal membuka area atelektasis
dan meningkatkan gerakan sekret
kedalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan.

4.         Mencegah obstruksi /aspirasi.


4.      Bersihkan sekret dan mulut dan Penghisapan dapat diperlukan bila
trakea; penghisapan sesuai pasien tak mampu mengeluarkan
keperluan. sekret.

5.         Pemasukkan tinggi cairan membanu


untuk mengencerkan sekret,
5.      Pertahankan masukan cairan membuatnya mudah dikeluarkan.
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi. 6.         Mencegah pengeringan membrane
mukosa; membantu pengenceran
6.      Lembabkan udara/oksigen inspirasi. sekret.

7.         Indikasi:
Agen mukolitik menurunkan
7.      Beri obat-obatan sesuai indikasi: kekentalan dan perlengketan sekret
Agen mukolitik, contoh asetilsistein paru untuk memudahkan
(mucomyst). pembersihan.

Bronkodilator meningkatkan ukuran


lumen percabangan trakeobronkial,
Bronkodilator, contoh okstrifillin sehingga menurunkan tahana
(Choledyl); teofilin (Theo-Dur). terhadap aliran udara.

Berguna pada adanya keterlibatan


luas dengan hipoksemia dan bila
Kortikosteroid (Prednison) respon inflamasi mengancam hidup.

8.         Intubasi diperlukan pada kasus


jarang bronkogenik TB dengan
8.      Bersiap untuk /membantu intubasi edema laring atau perdarahn paru
darurat. akut.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, kelemahan, upaya
batuk buruk, edema tracheal / faringeal dapat ditandai dengan:

- Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.


- Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.
- Dispnoe.

 Rencana jangka pendek :

- Membersihkan nafas pasien.


- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

 Rencana jangka panjang : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan
nafas.

Rencana keperawatan

1.  
1. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam.
2. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan.
3. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum
dan adanya hemoptisis.
4. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta
penggunaan otot aksesori.

 
Rasionalisasi

1.  
1. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan, ventilasi
meksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas
besar untuk dikeluarkan.

1. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau tidak   adekuat hydrasi )
sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan ( kapitasi ) paru atau luka
bronkial, dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.

1.  
1. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu 
mengeluarkan sekret.
2. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi, menunjukan  akumulasi
sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
pengguanaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif, atelektasis, kerusakan
membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.

 Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal.
 Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres pernafasan.

Rencana tindakan.

1. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai dengan keperluan.
2. Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau
kerusakan parenkhim.
3. Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya    pernapasan,
terbatasnya ekspansi dinding dada & kelemahan.
4. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau perubahan pada warna kulit,
termasuk membran mukosa dan kuku.

Rasionalisasi.

1. Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan


beratnya gejala.
2. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps / penyempitan jalan nafas, sehingga
membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
3. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneomonia sampai inflamasi difus
luas, necrosis, effusi pleural dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai diespnoe berat
sampai diestres pernafasan.
4. Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi organ vital dan jaringan.

 
3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan  pertahanan primer tak adekuat,
penurunan kerja silia / statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

 Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko penyebaran
infeksi.
 Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.

Rencana tindakan.

  
1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue & menghindari  meludah
di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus untuk membatasi
jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan potensial  penyebaran melalui droplet
udara selama batuk, bersin, meludah,bicara, dll.
3. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota, sahabat karib / teman.

 
 
Rasionalisasi.
1.  Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat membantu menurunkan rasa
terisolir pasien & membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
2. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang / komplikasi. pemahaman begaiman penyakit disebarkan & kesadaran
kemungkinan tranmisi membantu pasien / orang terdekat mengambil langkah untuk mencegah infeksi
ke orang lain.
3. Orang – orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk mencegah penyebaran infeksi.

 
4.  Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
(hypertermi).

 Tujuan jangka pendek       : Mengidentifikasi intervensi untuk menurunkan suhu tubuh. 


 Tujuan jangka panjang : Meminimalisir proses peradangan untuk meningkatkan kenyamanan.

Rencana tindakan :

1. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus


2. Monitoring perubahan suhu tubuh
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi proses peradangan (inflamasi)
4. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal sehingga metabolisme dalam
tubuh dapat berjalan lancar

Rasionalisasi :

1. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan) tubuh. Apabila suhu
tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak.
2. Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.
3. Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi)
4. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/ sistem imun bisa melawan
semua benda asing (antigen) yang masuk.

 
5. Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi obat yang harus diminum

 Tujuan jangka pendek       : memperbaiki gejala, mengurangi resiko infeksi.


 Tujuan jangka panjang      :  terapi regimen obat

Rencana tindakan :

  
1. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kombinasi obat.
2. Kaji dari efek penggunaan  regimen terapi.
3. Berikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang ketidakteraturan berobat akan
menyebabkan resistensi.

Rasionalisasi  :

1. Pengobatan terhadap penyakit TBC memerlukan kombinasi berbagai obat (obat antituberkulosis/ OAT)
yang diberikan selama 6 bulan atau lebih untuk dinyatakan sembuh.
2. Efek dari penggunaan regimen terapi dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Kombinasi obat yang telah diberikan telah disesuaikan dengan fase TB paru. Sehingga ketidakteraturan
akan menyebabkan resiko resistensi.  

 
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan napas tak 1.    Kaji fungsi pernapasan 1.    Penurunan bunyi napas
efektif berhubungan (bunyi napas, kecepatan, menunjukkan
dengan secret kental, atau irama, kedalama dan atelektasis, ronkhi
secret darah. penggunaan otot bantu menunjukkan akumulasi
napas). secret dan tidak
efektifnya pengeluaran
sekresi.
2.    Pengeluaran dahak akan
2.    Kaji kemampuan sulit bila secret sangat
mengeluarkan sekresi, kental (efek infeksi dan
catat karakter, volume hidrasi yang tidak
sputum dan adanya memadai).
hemoptisis.
3.    Posisi fowler
3.    Berikan posisi memaksimalkan
fowler/semifowler tinggi ekspansi paru dan
(yakni posisi tidur dengan menurunkan upaya
punggung bersandar di napas.
bantal atau seperti tidur
duduk) dan bantu pasien
untuk bernapas dalam dan
batuk efektif.
4.    Bersihkan secret dari
mulut dan trakea, bila
perlu dilakukan 4.    Hidrasi yang memadai
pengisapan (suction). dapat membantu
mengencerkan secret
dan mengefektifkan
pembersihan jalan
napas.
5.    Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi OAT 5.    Pengobatan tuberculosis
(Obat Anti Tuberkulosis). terbagi menjadi dua
fase, yaitu fase intesif
(2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang
digunakan terdiri atas
obat utama dan obat
tambahan.

Ketidakefektifan pola 1.    identifikasi faktor 1.    Dengan


pernapasan yang penyebab. mengidentifikasi
berhubungan dengan penyebab kita dapat
menurunnya ekspansi menentukan jenis efusi
paru sekunder terhadap pleura.
penumpukan cairan 2.    Distres pernapasan dan
dalam rongga pleura. 2.     Kaji fungsi pernapasan, perubahan tanda vital
catat kecepatan dapat terjadi sebagai
pernapasan, dispnea, akibat stress fisiologi
sianosis dan perubahan dan nyeri.
tanda vital. 3.    Posisi fowler
3.     Berikan posisi memaksimalkan
fowler/semifowler (tidur ekspansi paru dan
bersandar) tinggi dan menurunkan upaya
miring pada sisi yang sakit napas
dan bantu pasien untuk
latihan napas dalam dan
batuk efektif.
4.    Auskultasi bunyi napas
4.    Bunyi napas dapat
menurun bahkan tidak
ada, pada area kolaps
yang meliputi satu
lobus, segmen paru, atau
seluruh area paru
(unilateral).
5.    Ekspansi paru menurun
pada area kolaps.
5.    Kaji pengembangan dada Deviasi trakea ke arah
dan posisi trakea. sisi yang sehat pada
tension.
6.    Bertujuan sebagai
evakuasi cairan atau
udara dan memudahkan
ekspansi paru secara
maksimal.

6.    Kolaborasi untuk tindakan


thorakosentesis atau kalau
perlu WSD (Water Seal
Drainage).

Risiko tinggi gangguan 1.      Kaji dispnea, takipnea, 1.    Tuberkulosis paru


pertukaran gas yang bunyi napas, peningkatan mengakibatkan efek luas
berhubungan dengan upaya pernapasan, pada paru dari bagian
penurunan jaringan ekspansi toraks dan kecil bronkho
efektif paru, atelektasi, kelemahan. pneumonia sampai
kerusakan membran inflamasi difus yang
alveolar-kapiler dan luas, nekrosis, efusi
edema bronchial. pleura, dan fibrosis yang
juga luas

2.    Akumulasi secret dan


berkurangnya jaringan
2.     Evaluasi perubahan paru yang sehat dapat
tingkat kesadaran, catat mengganggu oksigenasi
sianosis dan perubahan organ vital dan jaringan
warna kulit, termasuk tubuh.
membrane mukosa dan 3.    Membuat tahanan
kuku. melawan udara luar
untuk mencegah kolaps
atau penyempitan jalan
napas, sehingga
3.      Tunjukkan dan dukung membantu menyebarkan
pernapasan bibir selama udara melalui paru dan
ekspirasi, khususnya untuk mengurangi napas
pasien dengan fibrosis dan pendek
kerusakan parenkim paru. 4.    Menurunkan konsumsi
oksigen selama periode
penurunan pernapasan.

5.    Penurunan kadar
O2 (PO2) atau saturasi
dan peningkatan
4.     Tingkatkan tirah baring, PCO2menunjukkan
batasi aktivitas dan bantu kebutuhan untuk
kebutuhan perawatan diri intervensi atau
sehari-hari sesuai keadaan perubahan program
pasien. terapi.
5.     Kolaborasi pemeriksaan 6.     Terapi oksigen dapat
AGD. mengoreksi hipoksemia
yang terjadi akibat
penurunan ventilasi atau
menurunnya permukaan
alveolar paru.
7.    Kortikosteroid berguna
dengan keterlibatan luas
pada hipoksemia dan
bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan.

6.     Pemberian oksigen sesuai


kebutuhan tambahan.
7.     Kortikosteroid.

.
Perubahan nutrisi : 1.    Kaji status  nutrisi pasien, 1.    Memvalidasi dan
kurang asupan nutrisi turgor kulit, berat badan, menetapkan derajat
dari kebutuhan ideal derajat penurunan berat masalah untuk
tubuh yang badan, integritas mukosa menetapkan pilihan
berhubungan keletihan, oral, kemampuan menelan, intervensi yang tepat.
anoreksia, dispnea dan riwayat mual  atau muntah
peningkatan dan diare.
metabolisme tubuh.
2.    Fasilitasi pasien untuk
memperoleh diet biasa
yang disukai pasien (sesuai
indikasi). 2.    Memperhitungkan
keinginan individu dapat
memperbaiki asupan
3.    Pantau asupan gizi.
danoutput makanan dan
timbang berat badan secara
periodik (sekali seminggu 3.    Berguna dalam
mengukur keefektifan
asupan gizi dan
dukungan cairan.
4.    Lakukan dan ajarkan
perawatan mulut sebelum
dan sesudah makan, serta
sebelum  dan sesudah 4.    Menurunkan rasa tak
intervensi atau enak karena sisa
pemeriksaan peroral. makanan, sisa sputum,
atau obat pada
pengobatan sistem
pernapasan yang dapat
5.     kolaborasi dengan ahli merangsang pusat
gizi untuk menetapkan muntah.
komposisi dan jenis diet 5.    Merencanakan diet
yang tepat. dengan kandungan gizi
yang cukup memenuhi
peningkatan kebutuhan
energy dan kalori,
sehubungan dengan
status hipermetabolik
pasien.
6.    Multivitamin bertujuan
untuk memenuhi
kebutuhan vitamin yang
tinggi sekunder dari
6.    Kolaborasi untuk peningkatan laju
pemberian multivitamin. metabolism umum.

7.    Menilai kemajuan terapi


diet dan membantu
perencanaan intervensi
selanjutnya.

7.    Kolaborasi untuk
pemeriksaan laboratorium,
khususnya BUN (Blood
Urea Nitrogen), protein
serum dan albumin.

Kecemasan 1.    Bantu dalam 1.    Pemanfaatkan sumber


berhubungan dengan mengidentifikasi sumber koping yang ada secara
adanya ancaman koping yang ada. konstruktif, sangat
kematian yang bermanfaat dalam
dibayangkan mengatasi stress.
(ketidakmampuan 2.    Mengurangi ketegangan
untuk bernapas) dan 2.    Ajarkan teknik relaksasi. otot dan kecemasan.
prognosis penyakit yang 3.    Hubungan saling
belum jelas. percaya membantu
3.    Pertahankan hubungan memperlancarkan proses
saling percaya antara tarapeutik.
perawat dan pasien. 4.    Tindakan secara tepat
diperlukan dalam
mengatasi masalah yang
4.    Kaji factor yang dihadapi pasien dan
menyebabkan timbulnya membangun
rasa cemas. kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.

5.    Rasa cemas merupakan


efek emosi, sehingga
apabila sudah
teridentifikasi dengan
baik, perasaan yang
mengganggu dapat
diketahui.
5.    Bantu pasien mengenali
dan mengakui rasa
cemasnya.

Kurang imformasi dan 1.    kaji kemampuan pasien 1.    Keberhasilan proses


pengetahuan mengenai untuk mengikuti pembelajaran
kondisi dan aturan pembelajaran (tingkat dipengaruhi oleh
pengobatan kecemasan, kelelahan kesiapan fisik,
berhubungan dengan umum, pengetahuan pasien emosional, dan
kurangnya imformasi sebelumnya dan suasana lingkungan kondusif.
tentang proses penyakit yang tepat).
dan penatalaksanaan 2.    Jelaskan tentang dosis
perawatan dirumah. obat, frekuensi pemberian,2.    Meningkatkan
kerja yang diharapkan dan partisipasi pasien dalam
alasan mengapa program pengobatan dan
pengobatan TB berlangsun mencegah putus obat
dalam waktu lama. karena membaiknya
kondisi fisik pasien
sebelum jadwal terapi
selesai.
3.    Dapat menunjukkan
3.    Ajarkan dan nilai pengaktifan ulang
kemampuan pasien untuk proses penyakit dan efek
mengidentifikasi gejala obat yang memerlukan
atau tanda reaktifitas evaluasi lanjutan.
penyakit (hemoptisis,
demam, nyeri dada,
kesulitan bernapas,
kehilangan pendengaran,
dan vertigo).
4.    Tekankan pentingnya
mempertahankan asupan
nutrisi yang mengandung 4.    Diet TKTP (Tinggi
protein dan kalori yang Kalori TInggi Protein)
tinggi serta asupan cairan dan cairan yang adekuat
yang cukup setiap hari. memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolic
tubuh.

1.      Infeksi dan risiko tinggi1.    Kaji patologi penyakit 1.     membantu pasien


penyebaran atau aktivasi (aktif/fase tak aktif, yakni menyadari/menerima
ulang kuman Tuberkulosis diseminasi infeksi melalui perlunya mematuhi
Paru berhubungan dengan bronkus untuk membatasi program pengobatan
kerusakan jaringan/infeksi jaringan atau melalui untuk mencegah
tambahan. aliran darah/sistem pengaktifan
limfatik) dan potensi berulang/komplikasi.
penyebaran infeksi melalui
butiran-butiran (droplet)
udara selama batuk,
bensin, meludah, bicara,
tertawa dan menyanyi.
2.    Identifikasi orang lain
yang berisiko, contoh
anggota rumah, sahabat
karib, atau teman.

2.    Orang-orang yang
masuk dalam kelompok
ini perlu mendapatkan
program terapi obat
3.    Anjurkan pasien untuk untuk mencegah
menutup batuk/bersin penyebaran atau terjadi
dengan tisu dan minta infeksi.
pasien untuk menghindari 3.    Perilaku-perilaku
meludah. tersebut diperlukan
4.    Kaji tindakan control untuk mencegah
infeksi sementara dan penyebaran infeksi.
contohnya penggunaan
masker atau isolasi
pernapasan. 4.    Dapat membantu
merunkan rasa terisolasi
pasien dan membuang
strigma social,
sehubungan dengan
5.    awasi suhu sesuai penyakit menular.
indikasi. 5.    Reaksi demam
merupakan indicator
adanya infeksi lebih
lanjut.
6.    Tekankan pentingnya 6.    Periode singkat berakhir
tidak menghentikan terapi 2-3 hari setelah
obat. kemoterapi awal, tetapi
adanya rongga atau
penyakit dan risiko
penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai
tiga bulan.
7.    Adanya anoreksia atau
malnutrisi sebelumnya
merendahkan tahanan
terhadap proses infeksi
dan mengganggu
7.    Dorong pasien untuk penyembuhan.
memilih atau mencerna
makanan seimbang.

Anda mungkin juga menyukai