NarendraDiazRamadhani D1A020184 4A Acara3
NarendraDiazRamadhani D1A020184 4A Acara3
“SISTEM SYARAF”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
NIM : D1A020184
Kelompok :4
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN
Refleks merupakan respons stereotip terhadap rangsangan tertentu dan dilakukan tanpa
keterlibatan otak yang mengendalikan kesadaran. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron
sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk refleks tertentu
(Puspita, 2014). Refleks dapat digambarkan sebagai respons yang spontan dan otomatis dan
refleks juga dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi reseptor, saraf sensorik, saraf
pusat, saraf motorik dan efektor (Hartati, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh, diantaranya adalah ada tidaknya
rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh.
Rangsangan dari luar, contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembapan, sinar, tekanan,
zat-zat dan sebagainya. Sedangkan rangsangan dari dalam, yaitu dari makanan, oksigen, air, dan
lainnya. Faktor yang kedua adalah berfungsi atau tidaknya sumsum tulang belakang, saat
sumsum belakang tidak berfungsi maka gerak reflek yang dihasilkan lambat atau bahkan tidak
merespon akibat kerusakan sumsum tulang belakang (Santoso, 2009).
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini
adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk.
Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot
akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Wulangi, 2000).
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen
dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot polos
adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya
tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah
sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik
(otot rangka). Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama
perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari
banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontaksi
berupa protein yang trerdiri atas miofibrilmiofibril. Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis
tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin) (Syaifuddin, 1997).
III. MATERI DAN CARA KERJA
4.1.2 PEMBAHASAN
Perusakan otak katak memberikan respon positif pada perlakuan pembalikan tubuh,
penarikan kaki depan, penarikan kaki belakang dan pada saat ditetesi larutan H2SO4. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Gordon (1972), yaitu pembentukan refleks sudah tidak
ada dengan rusaknya otak, karena hubungan antara alat-alat vesicular dengan sumsum tulang
belakang sudah tidak lengkap, namun hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al (1988),
yang berpendapat meskipun otak telah dirusak, gerakan refleks masih bisa terjadi karena
aktivitas caudal tidak memerlukan kontrol kesadaran, tetapi hanya karena corda spinalis, jadi
tidak berhubungan lagi dengan otak.
Berdasarkan data praktikum, terdapat tiga jenis rangsangan yaitu mekanis, kimiawi dan
fisik. Faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada atau tidaknya rangsangan dari dalam
ataupun dari luar dan rusak tidaknya medulla spinalis. Pertanyaan tersebut sesuai dengan
pendapat Santoso (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh,
diantaranya adalah ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat berasal
dari luar maupun dari dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah derivate dari
temperatur, kelembapan, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Sedangkan rangsangan dari
dalam, yaitu dari makanan, oksigen, air, dan lainnya. Faktor yang kedua adalah berfungsi atau
tidaknya sumsum tulang belakang, saat sumsum belakang tidak berfungsi maka gerak reflek yang
dihasilkan lambat atau bahkan tidak merespon akibat kerusakan sumsum tulang belakang.
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari karena rangsangan dari luar. Menurut
Suharto (2012) bahwa gerakan refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari
terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima
oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke
saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Islamuddin (2015)
menambahkan bahwa refleks adalah respon yang tak sadar (unconscious) terhadap suatu
rangsangan, misalnya kita terkena api atau tertusuk jarum.
4.2 MEMACU SYARAF OTOT
4.2.1 HASIL
4.2.2 PEMBAHASAN
Hewan mempunyai susunan saraf yang dapat menerima rangsang, meneruskan dan
mempengaruhi jawaban. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf neuron dengan procesus nya
disebut dendrit dan akson. Setiap neuron merupakan unit anatomi, tidak berprotoplasma yang
berhubungan dengan neuron lain dan fisiologinya tertentu. Sistem saraf representatif pada
vertebrata misalnya sistem saraf pada katak terdiri dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan
serabut spinal di bagian belakangnya. Kedua sistem saraf tepi terdiri dari 10 sampai 12 pasang
nevi cranial, sepasang nervi spinalis dan sistem saraf otonomi atau simpatik (Hadikastowo, 1982).
Sistem saraf memberikan pada hewan suatu sarana untuk menerima berbagai macam informasi
dari lingkungan luar maupun lingkungan dalam. Sistem saraf tersebut berfungsi sebagai
pengubah dan penguat, mengubah bentuk energi ke bentuk lain dan menerima suatu isyarat kecil
serta mengeluarkan isyarat yang lebih besar (Ville et al., 1988).
Polarisasi merupakan keadaan dimana sel syaraf tidak dapat rangsangan, dikatakan juga
sebagai fase istirahat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Safrida (2018) bahwa
polarisasi terjadi dalam keadaan istirahat, artinya otot bagian luar bermuatan positif, bagian
dalam bermuatan negatif. Polarisasi merupakan keadaan dimana sel saraf tidak mendapat
rangsangan.
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 REFLEKS PADA KATAK DAN PENGARUH MACAM-MACAM PACU
1. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Gordon (1972), yaitu
pembentukan refleks sudah tidak ada dengan rusaknya otak, karena hubungan
antara alat-alat vesicular dengan sumsum tulang belakang sudah tidak lengkap,
namun hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al (1988), yang
berpendapat meskipun otak telah dirusak, gerakan refleks masih bisa terjadi
karena aktivitas caudal tidak memerlukan kontrol kesadaran, tetapi hanya
karena corda spinalis, jadi tidak berhubungan lagi dengan otak.
2. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke
pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar.
5.1.2 MEMACU SYARAF OTOT
1. Sistem saraf representatif pada vertebrata misalnya sistem saraf pada katak terdiri
dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan serabut spinal di bagian
belakangnya.
2. Sistem saraf tersebut berfungsi sebagai pengubah dan penguat, mengubah
bentuk energi ke bentuk lain dan menerima suatu isyarat kecil serta mengeluarkan
isyarat yang lebih besar (Ville et al., 1988).
3. Saraf ini kadang-kadang membagi menjadi dua bagian terminal di tingkat yang
lebih tinggi yaitu pada bagian atas tungkai, di regio glutea, atau bahkan di dalam
pelvis.
5.2 SARAN
Semoga tahun depan pandemi sudah membaik agar praktikum kami tidak daring lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon, M. S., 1972. Animal Physiology Principles and Adaptation. New York: Mac Mllan
Publishing Co. Inc.
Hadikastowo., 1982. Zoologi Umum. Bandung: Alumni.
Hartati, M. P. 2013. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik Sulawesi Selatan. Jurnal
Bionature. 8 (1) : 1- 9.
Islamuddin. 2015. Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak tungkai, Dan Kelentukan
Dengan Keterampilan Smash Sepaktakraw. Jurnal Sport Pedagogy 5 (1) : 36-40.
Safrida. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.
Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang.
Suharto, A. 2012. Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus Atlet
Bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi ESIT. 8 (2) : 33-46.
Syaifuddin. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta.
Ville, C. A, W.F Walker & Barnes, R. D., 1988. Zoologi Umum.Jakarta: Erlangga.
Wibowo, D.S. dan W. Paryana. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu. Bandung
Wulangi, K.S. 2000. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB. Bandung.