Anda di halaman 1dari 35

Nama : Suci Maharani

Nim : 072002100013
Resume Fisika Dasar 2

GELOMBANG

1.1 Definisi dan Klasifikasi Gelombang


a. Defisini
Gelombang adalah getaran yang merambat gerak gelombang dapat
dipandang sebagai perpindahan momentum dari suatu titik di dalam ruang ke
titik lain tanpa perpindahan materi Rumus dasar gelombang adalah :

v = /T = f dan =Vt

Dengan
v = kecepatan rambat
 = Panjang gelombang

Dalam era informasi seperti sekarang ini, gelombang memegang


peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya janin
yang masih dalam kandungan dapat dilihat dengan mata telanjang karena ada
gelombang ultrasonik. Contoh lainnya dapat dilihat pada beberapa peristiwa
berikut. Kita dapat mendengar suara musik karena ada gelombang bunyi. Batu
ginjal dihancurkan dengan gelombang ultrasonik. Jarak venus ke bumi dapat
diukur dengan ketelitian yang sangat tinggi. Keadaan perut bumi dan isinya
dapat diketahui dengan bantuan gelombang seismik. Kita dapat menikmati
radio dan televisi karena ada gelombang radio, dapat saling berkomunikasi
lewat telephon dan masih banyak hal lainnya. Dari penjelasan di atas maka
geombang dapat didefenisikan sebagai gejala rambatan dari suatu
getaran/usikan. Gelombang akan terus terjadi apabila sumber getaran ini
bergetar terus menerus. Gelombang membawa energi dari satu tempat ke
tempat lainnya. Contoh sederhana gelombang, apabila kita mengikatkan satu
ujung tali ke tiang, dan satu ujung talinya lagi digoyangkan, maka akan
terbentuk banyak bukit dan lembah di tali yang digoyangkan tadi, inilah yang
disebut gelombang.
b. Klasifikasi Gelombang

Dalam kenyataannya pengklasifikasian gelombang sangat beragam,


ada yang menurut arah rambatnya, medium perambatannya, menurut dimensi
penyebaran rambatannya dll. Namun yang akan dibahas pada makalah ini
hanya dua pengklasifikasiaan gelombang yaitu menurut arah perambatannya
dan kebutuhan medium perambatannya. Gelombang menurut arah
perambataanya:
 Gelombang longitudinal Gelombang dengan arah gangguan sejajar dengan
arah penjalarannya. Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi,
gelombang bunyi ini analog dengan pulsa longitudinal dalam suatu pegas
vertikal di bawah tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke bawah disebuah
ujung, maka sebuah gelombang longitudinal berjalan sepanjang pegas tersebut
,koil – koil pada pegas tersebut bergetar bolak – balik di dalam arah di dalam
mana gangguan berjalan sepanjang pegas.

Sebuah gelombang longitudinal merambat dalam medium pegas yang


diregangkan dimana arah gangguaan searah dengan arah penjalaran
gelombang. Pada gambar di atas tampak bahwa arah getaran sejajar dengan
arah rambatan gelombang. Serangkaian rapatan dan regangan merambat
sepanjang pegas. Rapatan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling
mendekat, sedangkan regangan merupakan daerah di mana kumparan pegas
saling menjahui. Jika gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan
lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan.
Panjang gelombang adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan
yang berurutan. Yang dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang
sama dan berurutan pada rapatan atau regangan. Salah satu contoh gelombang
logitudinal adalah gelombang suara di udara. Udara sebagai medium
perambatan gelombang suara, merapat dan meregang sepanjang arah rambat
gelombang udara. Berbeda dengan gelombang air atau gelombang tali,
gelombang bunyi tidak bisa kita lihat memakai mata.
 Gelombang transversal adalah gelombang dengan gangguan yang tegak
lurus arah penjalaran. Misalnya gelombang cahaya dimana gelombang
listrik dan gelombang medan magnetnya tegak lurus kepada arah
penjalarannya. Jika kita mengamati gelombang tali, pola yang terbentuk
merambat sepanjang tali sedangkan gerakan komponen tali (simpangan)
terjadi dalam arah tegak lurus tali. Gelombang dengan arah getaran tegak
lurus arah rambat dinamakan gelombang transversal. Untuk gelombang
bunyi yang dihasilkan akibat pemberian tekanan, arah getaran yang terjadi
searah dengan perambatan gelombang. Contohnya, gelombang bunyi di
udara. Gelombang ini dihasilkan dengan memberikan tekanan secara
periodik pada salah satu bagian udara sehingga molekul-molekul udara di
sekitar daerah tersebut ikut bergetar. Molekul yang bergetar menumbuk
molekul disekitarnya yang diam, sehingga molekul yang mula-mula diam
ikut bergetar dalam arah yang sama. Begitu seterusnya sehingga molekul
yang makin jauh ikut bergetar. Ini adalah fenomena perambatan
gelombang. Arah getaran persis sama dengan arah rambat gelombang.
c. Sifat-Sifat Gelombang

1. Pemantulan (Refleksi) Gelombang


Tentunya sahabat sudah sangat mengerti tentang pemantulan ini, jadi
secara garis besar saya rasa kita sudah sepaham. Dalam pemantulan
gelombang berlaku hukum pemantulan gelombang, yaitu : Besar sudut
datangnya gelombang sama dengan sudut pantul gelombang. Gelombang
datang, gelombang pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.

2. Pembiasan (Reraksi) Gelombang


Perubahan arah gelombang saat gelombang masuk ke medium baru
yang mengakibatkan gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda
disebut pembiasan. Pada pembiasan terjadi perubahan laju perambatan.
Panjang gelombangnya bertambah atau berkurang sesuai dengan
perubahan kelajuannya, tetapi tidak ada perubahan frekuensi.

Pada gambar tersebut kecepatan gelombang pada medium 2 lebih kecil


daripada medium 1. Dalam hal ini, arah gelombang membelok sehingga
perambatannya lebih hampir tegak lurus dengan batas. Jadi, sudut
pembiasan  2  , lebih kecil daripada sudut dating 1). Sehingga
diperoleh persamaan Hukum Snellius.

3. Perpaduan (Interferensi) Gelombang

Perpaduan gelombang terjadi apabila terdapat gelombang dengan


frekuensi dan beda fase saling bertemu. Hasil interferensi gelombang akan
ada 2, yaitu konstruktif (saling menguatkan) dan destruktif (saling
melemahkan). Interferensi Konstruktif terjadi saat 2 gelombang bertemu
pada fase yang sama, sedangkan interferensi destruktif terjadi saat 2
gelombang bertemu pada fase yang berlawanan.

4. Pembelokan (Difraksi) Gelombang


Difraksi gelombang adalah pembelokkan/penyebaran gelombang jika
gelombang tersebut melalui celah. Geja difraksi akan semakin tampak
jelas apabila celah yang dilewati semakin sempit. Kita mampu mendengar
bunyi yang berasal dari balik dinding ataupun dari balik bukit, walaupun
tidak ada benda-benda di sekeliling kita yang bisa memantulkan
gelombang bunyi. Saat kita sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas,
kita selalu mendengar suara guru yang sedang mengajar di kelas lain. Ini
terjadi karena adanya peristiwa biasa, sehingga tidak pernah diperhatikan.
Pada pelajaran fisika, kejadian ini adalah termasuk pembelokan energi
yang dibawa oleh gelombang dan dikenal sebagai peristiwa difraksi.

5. Dispersi Gelombang
Dispersi yaitu peristiwa terurainya sinar cahaya yang merupakan
campuran dari beberapa panjang gelombang menjadi komponen-
komponennya karena adanya pembiasan. Dispersi terjadi karena adanya
perbedaan deviasi untuk setiap panjang gelombang, yang disebabkan oleh
perbedaan kelajuan masingmasing gelombang pada saat melewati medium
pembias. jika sinar cahaya putih jatuh pada salah satu sisi prisma, cahaya
putih itu akan terburai menjadi komponen-komponennya dan spektrum
lengkap cahaya tampak akan terlihat.
Jika gelombang merambat pada medium di mana laju gelombang
dalam medium itu tidak bergantung pada frekuensi atau panjang
gelombang, maka medium itu dinamakan medium tak dispersif dan
gelombangnya dinamakan gelombang tak dispersif. Sebaliknya, dalam
medium dispersif laju gelombang bergantung pada frekuensi atau panjang
gelombang dan gelombangnya dinamakan gelombang dispersif. Pada
gelombang dispersif, hubungan antara  dan k tidak linear. Contoh
gelombang dispersif adalah gelombang elektromagnetik yang merambat
dalam plasma dan gelombang pada permukaan air.

6. Dispolarisasi Gelombang
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang
sehingga hanya tinggal memiliki satu arah saja. Polarisasi hanya akan
terjadi pada gelombang transversal, karena arah gelombang sesuai dengan
arah polarisasi, dan sebaliknya, akan terserap jika arah gelombang tidak
sesuai dengan arah polarisasi celah tersebut.
d. Pemanfaatan Gelombang

Sangat banyak pemanfaatan dari gelombang dengan


mempertimbangkan berbagai sifat gelombang yang ada di sekitar kita.
Beberapa diantaranya adalah
1. Gelombang TV dan Radio untuk komunikasi.
2. Gelombang Micro yang dimanfaatkan untuk memasak makanan atau yang
kita kenal dengan microwave.
3. Gelombang bunyi yang sangat membantu bidang kesehatan, yaitu
Ultrasonik pada peralatan USG untuk memeriksa ada tidaknya penyakit.
e. Besaran-Besaran Gelombang

Diantara besaran – besaran gelombang adalah sebagai berikut:


1. Panjang Gelombang
Pada saat kita mengamati gelombang pada permukaan air ketika kita
menjatuhkan batu di atas permukaan air. Maka akan terlihat puncak dan
lembah yang disebut dengan panjang gelombang yaitu jarak dua puncak
yang berdekatan atau jarak dua lembah yang berdekatan.

2. Cepat Rambat Gelombang


Cepat rambat gelombang adalah untuk melihat berapa cepat sebaran
gelombang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

3. Simpangan
Selama gelombang merambat, simpangan suatu pada medium selalu
berubah-ubah yaitu mulai dari nilai minimumnya sampai nilai
maksimumnya. Nilai maksimum dan minimum diperoleh secara periodek.
4. Amplitudo
Amplitudo adalah simpangan maksimum yang dilewati oleh suatu
medium. Amplitudo gelombang adalah panjang simpangan Maksimum.

5. Periode Periode
adalah waktu osilasi yang diperlukan oleh suatu benda untuk kembali
osilasi yang semula. Misalkan suatu titik berada pada simpangan nol.

6. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya osilasi setiap detik pada suatu medium.
7. Kecepatan Osilasi
Kecepatan osilasi adalah untuk mengetahui berapa cepat terjadi
perubahan simpangan pada medium. Pada gelombang transversal,
kecepatan osilasinya dilihat naik turun simpangannya, sedangkan untuk
gelombang longitudinal, kecepatan osilasinya dilihat dari cepatnya getaran
maju mundur.
BAB 2
CARA MENGHITUNG INTENSITAS GEMPA
1. Penjelasan

Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi secara tibatiba didalam kerak
bumi yang mengakibatkan getaran di permukaan Gempa bumi adalah peristiwa
pelepasan energi secara tibatiba didalam kerak bumi yang mengakibatkan getaran di
permukaan.
Perambatan gelombang seismik dari pusat gempa ke stasiun pengamatan
ditangkap pada sebuah alat yang dinamakan seismometer. Seismometer merekam
gerakan tanah akibat gempa bumi dan rekaman datanya disebut dengan seismogram.
Seismogram ini dapat digunakan untuk menentukan parameter gempa bumi,
diantaranya waktu kejadian gempa, kedalaman hiposenter, posisi episenter, intensitas
dan kekuatan gempa bumi. Penentuan parameter ini melalui bantuan beberapa
software diantaranya matlab, seisgram 2k dan geopsy.
Teknik seismik array merupakan sebuah metode perekaman data seismik yang
menggunakan paling sedikit tiga seismometer dengan konfigurasi tertentu.
Keunggulannya adalah data perekaman sinyal seismik yang diolah dengan
menggunakan teknik array akan menghasilkan sinyal yang memiliki rasio sinyal
terhadap noise yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sinyal dari seismogram
tunggal.
Intensitas sebuah gempa yang biasanya diukur dengan intensitas
Mercalli. Intensitas ini terdiri dari angka I sampai dengan X dengan akselerasi dan
fenomena yang berbeda-beda pada setiap tingkatnya. 
Intensitas I (1) akselerasi dalam cm/det2 adalah < 1 dengan fenomena hanya
dapat dirasakan oleh seismograf. Intensitas II (2) dengan akselerasi 1-2 cm/det2 dapat
dirasakan dalam kondisi yang sangat baik, intensitas III (3) akselerasi 2-3 cm/det2
getaran getaran, beberapa orang dapat merasakannya, intensitas IV akselerasi 3-6
cm /det2 getaran jalan raya yang berat. Intensitas V dengan akselerasi 6-15 cm/det2,
umumnya dapat dirasakan, benda yang tergantung bergoyang, intensitas VI dengan
akselerasi 15-30 cm/det2 reaksi yang mengejutkan, benda-benda yang terjadi, pohon
bergeser, intensitas VII akselerasinya dengan 30-60 cm/det2 banyak bangunan rusak
ringan muncul gelombang di udara, akselerasi VIII dengan 60-160 cm/det2 panik dan
bangunan yang rapuh akan mengalami kerusakan. Intensitas IX dengan akselerasi
160-300 cm/det2 banyak bangunan rusak parah, intensitas X dengan akselerasi 300-
600 banyak bangunan rubuh dan pergeseran tanah.
Intensitas XI dengan akselerasi 6001500 umumnya bangunan runtuh dan
intensitas XII dengan akselerasi 1500 cm/det2 batuan terbelah, perubahan permukaan
tanah, terdapat berbagai macam pergeseran tanah. Magnitudo (Skala Richter )
Magnitudo gempa bumi dihitung dengan menggunakan rumus : m = 1,3 + 0,6
Io. Dalam rumus ini, m = magintudo, Io adalah berdasarkan pada skala
Mercalli. Sebagai contoh, jika Anda memiliki gempa bumi dengan intensitas XII (12),
maka magnitudonya adalah m = 1, 3 + 0,6 x 12 = 8,5 Skala Richter.
Cara kedua menghitung besaran adalah dengan menggunakan rumus berikut:
m = 2,2 +1,8 log ao. Dalam rumus ini m adalah magintudo dan "ao" adalah akselerasi
dalam cm/det2. Sebagai contoh, jika kita memiliki gempa bumi dengan akselerasi
1400 cm/det2, magnitudonya adalah m = 2,2 + 1,8 x log 1400 = 7,8. Bagaimana
dengan energi yang ditemukan? Jika kita sudah berhasil menentukan besaran besaran,
kita dapat menghitung besaran energi yang terbuang. Untuk menghitung energi E, kita
menggunakan rumus: log E = 11,4 + 1, 5m. Sebagai contoh, jika Anda menghitung
kekuatan gempa sekitar 7,6, maka rumusnya adalah: Log E= 11,4 +1,5 x 7,6 = 22. Ini
adalah dari logaritma energi. Cara kedua untuk menghitung besaran energi adalah
dengan menggunakan rumus log E = 16,4 + 1,5 log A/T) + 2,5 log D . Formula A ini
memiliki amplitudo yang lebih baik dari yang lain. misalnya menyebut bahwa
gelombang permukaan menunjukkan akselerasi mikron (1/1000 mm); T adalah
periode gelombang dalam detik. D adalah jarak episentrum dalam derajat. Untuk
mencari D , rumus yang digunakan : D=Ec/110.6 yaitu jarak dari Anda berada ke
episentrum (dalam km). Sebagai contoh, jika amplitudo A adalah 1070 mikron, T
adalah 20 detik dan D adalah 115?; Anda akan menemukan log E = 16,4 + 1,5 x log
(1070/20) + 2,5 x log 115 = 24. Dengan inv log 24 Anda akan dapat menghitung
energi yang dilepas adalah 1,4 x 1024 J.
CAHAYA

1. Pengertian Cahaya

Sudah sejak lama para ilmuwan menyadari bahwa cahaya merupakan bentuk
energi radiasi. Cahaya, sinar X, gelombang radio dan sinar gamma semuanya
merupakan radiasi elektromagnetik. Disebut demikian karena semua itu terjadi
sebagai akibat perubahan dalam medan listrik dan magnet. Beberapa tahun berselang,
para ilmuwan sangat yakin bahwa cahaya dan radiasi energi lainnya terdiri dari
gelombang elektromagnetik yang berombak melewati angkasa. Ketika dalam
perjalanan perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lain Cahaya bertingkah
laku seperti sistem gelombang, tetapi dalam ruang hampa, cahaya mempunyai
kecepatan yang pasti. Dari sifat cahaya yang demikian ini maka kecepatan cahaya
memegang peranan penting dalam penelitian astronomi dan fisika. Karena pentingnya
maka kecepatan cahaya harus diukur seteliti mungkin.

Selama hampir tiga abad para ilmuwan secara bertahap menyempurnakan dan
memperbaiki teknik perhitungan itu. Sampai kini diketahui kecepatan cahaya dalam
sekitar 1 bagian dari 100.000, Kecepatan Cahaya mencapai 300.000 km per detik
(3.108 m/detik). Jelasnya cahaya adalah radiasi apa saja yang panjang gelombangnya
merangsang sensasi kecemerlangan atau iluminasi pada retina mata. Panjang
gelombang ini berkisar antara 0,00004 cm sampai 0,000076 cm. Radiasi tipe tertentu
seperti cahaya ultraviolet dan inframerah adalah sama dengan cahaya yang dapat
dilihat meskipun panjang gelombangnya lebih pendek atau lebih panjang dari pada
panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat itu. Pada akhirnya pengertian cahaya
disini adalah mencakup semua panjang gelombang yang bertingkah laku serupa
dengan cahaya yang merangsang penglihatan.

Dilihat pada tabel spektrum gelombang elektromagnetik, maka pemahaman


tentang cahaya akan mempunyai spektrum pada gelombang tampak (Visible)
ditambah spektruk infra merah dan spektrum ultra violet. Seperti disebutkan diatas
bahwa cahaya dapat bergerak baik melalui medium ataupun pada ruang hampa hal ini
berbeda dengan suara, dimana dalam pergerakkannya suara selalu melalui medium
perambatan. Pada akhirnya prinsip suara dan cahaya haruslah dibedakan.
2. Interaksi Antara Cahaya Dengan Materi

Kalau cahaya bertemu dengan bentuk materi tertentu, maka tingkah lakunya
berbeda – beda. Misalnya, kalau cahaya bertemu dengan benda tak tembus cahaya
(Benda yang tidak meneruskan cahaya), benda itu akan mengeluarkan bayangan.

Banyak perdebatan pada waktu dahulu tentang apakah cahaya terdiri atas
gelombang atau partikel bergantung pada observasi terhadap bayangan. Seandainya
cahaya yang terdiri seberkas partikel – partikel terbang, kalau dalam perjalanannya
membentur hambatan tak tembus cahaya, maka dia berhenti. Partikel – partikel yang
lain akan lolos dari pinggir hambatan, seperti yang diperlihatkan Gambar 1 dibawah
ini.

Apabila partikel partikel yang lolos membentur layar yang dipasang


dibelakang hambatan, akan muncul bayangan geometris yang tajam pada layar.
Dalam hal ini cahaya seolah – olah bertindak tidak seperti gelombang air atau bunyi
yang membengkok disekeliling hambatan. Itulah sebabnya Sir Isac Newton dan para
pemikir lainnya berkesimpulan bahwa cahaya tidak terdiri dari gelombang, tetapi
terdiri dari partikel – partikel halus yang terbang.

Pembelokan cahaya dipinggir hambatan, phenomena ini disebut dengan


Difraksi. Sejumlah cahaya ada yang masuk ke daerah bayangan (biasanya tidak
terlihat). Pada bola kecil atau piringan, semua cahaya didefraksikan sekitar pinggir
hambatan menyebrangkan kepusat bayangan dan munculah suatu bintik terang.
Sedikit diluar bayangan yang dipancarkan oleh pinggir yang tajam, cahaya itu
terpecah kedalam serangkaian pita atau pinggir – pinggir yang intensitasnya berubah
– ubah. Apabila cahaya jatuh pada benda hambatan. Sebagaian cahaya itu akan
dipantulkan. Cahaya itu melambung kembali dari permukaan seperti melambungnya
bola dari lantai.

Kalau benda itu tidak terlalu tak tembus cahaya, sebagaian cahaya akan
diteruskan menembus benda itu dalam kecepatan yang berkurang. Dalam hal ini,
cahaya itu dibiaskan atau dibengkokkan. Biasanya sejumlah besar cahaya diserap oleh
benda itu. Wujudnya sebagaian cahaya lenyap dan energinya berubah ke dalam
bentuk lain. Efek penyerapan yang umum ialah perubahan energi cahaya menjadi
kalor. Cepatnya goyangan kesana kemari dalam medan listrik dan medan magnet
yang terlibat dalam gelombang cahaya menyebabkan elektron dalam benda itu
bergetar. Akibatnya, molekul – molekul bergerak dengan lebih giat dan benda itu
menjadi lebih panas. Harus di ingat makin cepat molekul tersebut bergetar maka
makin panas benda itu.

Energi cahaya tidak selalu diubah secara langsung menjadi panas. Kalau
cahaya menghantam permukaan logam yang bersih dalam ruang hampa udara, maka
cahaya itu akan menggiatkan dengan kuat sebagaian elektron sehingga elektron –
elektron itu melompat keluar dari logam dan terbang ke udara di sekitarnya. Ini
disebut efek fotoelektrik yang dipergunakan dalam kamera televisi dan peralatan
kamera listrik lainnya. Cahaya juga menyebabkan perubahan kimia pada banyak zat.
Cahaya dapat memutihkan berbagai bahan pewarna, menyebabkan iritasi pada kulit,
atau menyebabkan perubahan tidak kentara dalam perak klorida pada filem fotografis.
Pada manusia, efek fotokimia yang terpenting terjadi dalam zat retina mata yang
disebut visual warna lembayung. Pigmen ini sebagaian diputihkan oleh cahaya dan
perubahan kimia yang terjadi merupakan bagian terpenting dalam proses melihat.

Cahaya mempengaruhi materi terutama bereaksi terhadap elektron bagian luar


atom. Manakala energi cahaya menggerakkan elektron, setiap elektron akan bertindak
sebagai antene radio, yaitu memancarkan kembali energi yang diterimanya. Sebagaian
dari cahaya yang dipancarkan kembali itu dipantulkan kembali ke arah asal mula
cahaya tadi. Cahaya yang mengenai suatu materi, maka perlu dibahas tentang sinar
dan berkas cahaya, yang dimaksud dengan sinar adalah sesuatu yang menunjukkan
arah dari gerak atau perambatan gelombang elektromagnetik sedangkan berkas sinar
adalah sekumpulan dari sinar tersebut.
3. Model Berkas Sinar Cahaya

Pada umumnya Penggambaran cahaya menggunakan pendekatan Model Sinar.


Pendekatan pemahaman cahaya dengan model ini sangatlah sederhana dan banyak
digunakan untuk menjelaskan dalam ilmu optik meskipun terdapat juga
menerjemahkan cahaya sebagai model gelombang. Disamping cahaya digambarkan
sebagai berkas sinar dan model gelombang, maka cahaya juga digambarkan sebagai
model partikel. Terhadap beasaran ukuran Model gelombang diukur dengan
menggunakan panjang gelombang samapai mikrometer, sedangkan cahaya sebagai
model partikel tentu ukurannya berupa atom yang memiliki satuan sampai nanometer.

Pemodelan cahaya sebagai berkas sinar akan sangat membantu menjelaskan


perjalanan cahaya dalam sutu sistem optik, sehingga prinsip – prinsip perjalanan sinar
dapat diperhitungkan secara ilmiah tidak hanya sekedar hafalan – hafalan dalam
menggambarkan perjalanan suatu sinar yang mellaui atau melewati medium. Dan
semua itu dapat dihitung secara kuantitatif. Untuk dapat menjelaskan ini lihat gambar
3 dibawah ini.

Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa model sinar cahaya dari ikan
kemudian mengalami pembelokan setelah melewati batas permukaan air.
a. Jumlah sinar cahaya dari suatu obyek jumlahnya tidak terbatas.
b. Dalam konsep dasar optik, sinar yang melewati medium akan terjadi
pembiasan/pembelokan maupun dipantulkan.
c. Perjalanan sinar cahaya dapat tidak terbatas, dan perjalanan sinar dari ikan tersebut
secara acak keluar dari ikan menembus permukaan air tersebut (gambar paling kiri).
d. Ketika terjadi pembauran sinar dari pantulan tempat yang berbeda menimbulkan
persepsi yang salah bahwa sinar cahaya tersebut berasal dari satu titik.
e. Kesulitan lain seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas yang paling kanan
menunjukkan hamburan sinar cahaya dari beberapa tempat di tubuh ikan, sehingga
ikan tersebut dapat dilihat dari beberapa tempat.
4. PEMANTULAN CAHAYA
1. Pengertian Pemantulan Cahaya

Apabila cahaya jatuh pada benda hambatan. Sebagaian cahaya itu akan
dipantulkan. Cahaya itu melambung kembali dari permukaan seperti
melambungnya bola dari lantai. Maka sinar cahaya tersebut dipantulkan.
Pemantulan cahaya yang mengenai suatu permukaan benda, akan dipantulkan
kembali tergantung dari kondisi benda tersebut. Jika seluruh bidang pemantul dari
benda tersebut halus, akan terjadi pemantulan teratur artinya sinar itu dipantulkan
dengan teratur. Permukaan bidang ini tidak selalu rata, jika berbentuk lengkung
yang halus rata dan landai, maka sinar tersebut dipantulkan dan sebagaian besar
sinar cahaya tersebut jatuh diatasnya.

2. Prinsip Hukum Pemantulan

Sinar Cahaya yang menimpa suatu bidang disebut sinar insiden, dari bahasa
latin “incendere” yang berarti menimpa. Apabila sinar jatuh pada suatu bidang
secara tegak lurus, sinar itu akan dipantulkan kembali. Seperti yang terlihat pada
gambar 4 di bawah ini.

3. Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar

Apabila keseluruhan bidang pemantul permukaannya halus, maka akan terjadi


pemantulan teratur artinya sinar cahaya itu dipantulkan dengan secara teratur.
Permukaan bidang tidaklah selalu datar, Permukaan tersebut juga dapat mempunyai
bentuk lengkung yang rata dan landai. Permukaan yang dapat memantulan sebagaian
besar sinar cahaya diatasnya maka disebut cermin. Khususnya pada cermin yang
mempunyai bentuk datar maka sinar cahaya yang datang dianya akan dipantulkan
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Pada cermin datar sinar yang datang membentuk bayangan yang tegak, dengan
ukuran yang sama dengan bendanya dan bayangannya berada dalam jarak yang sama
dari permukaan pantul dengan jarak benda didepan cermin. Bayangan benda yang
dibentuk oleh cermin datar ada;lah bayangan Maya.

4. Pemantulan Cahaya Pada Cermin Lengkung

Cermin Lengkung dibagi menjadi dua yaitu cermin cekung dan cermin
cembung, fokus utama sebuah cermin lengkung adalah seperti tampak pada gambar
sebelumnya, adalah titik F dimana sinar yang sejajar dan sangat dekat dengan titik
pusat atau sumbu optik cermin di fokuskan. Fokus ini nyata untuk cermin cekung
(konkaf) dan maya untuk cermin cembung (Konveks). Fokus ini terletak pada sumbu
optik dan berada ditengah – tengah antara titik pusat kelengkungan (C) dan cermin
tersebut.

Cermin cekung membentuk bayangan nyata terbalik dari benda yang


diletakkan diluar fokus utama. Jika benda berada diantara fokus utama dan cermin,
bayangan tersebut maya, tegak dan diperbesar . Cermin cekung memiliki muka cermin
berbentuk cekungan, cermin cekung berfungsi untuk memantulkan dan kemudian
memfokuskan cahaya yng datang. Cermin cekung (konkaf) bisa disebut cermin positif
karena bersift memfokuskan sinar cahaya(konvergen).

Cermin cembung hanya menghasilkan bayangan nyata tegak dari benda yang
diletakkan didepannya. Ukuran bayangannya berkurang (lebih kecil dari bendanya).
Pada gambar diatas terdapat tigaa sinar istimewa paada cermin cekung yaitu :
1. Setiap sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan menuju
titik fokus di depan lena.
2. Setiap sinar datang yang menuju titik fokus di depan lensa cermin akan
dipantulkan menjadi sejajar dengan sumbu utaama.
3. Setiap sinar datang yang menuju titik pusat cermin (R) akan dipantulkan kembali
dari R yang merupakann jari-jari kelengkungan cermin.

Perhat
ikan gambar diatas, terdapat tiga sinar istimewa pada cermin cembung yaitu :
1. Setiap sinar dataang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-
olah berasal dari titik fokus dibelakang lensa.
2. Setiap sinar datang yang menuju titik fokus di belakang lensa akan dipantulkan
menjadi sejajar dengan sumbu utama.
3. Setiap sinar yang menuju titik pusat cermin (R) akan dipantulkan kembalu dari R
yang merupkn jari-jari kelengkungan.

BAB 3
ALAT-ALAT OPTIK

12.1 Mata
Mata anda termasuk alat optik yang memiliki keterbatasan. Mata anda tidak bisa
melihat benda yang ukurannya sangat kecil seperti virus dan bakteri. Mata anda juga
tidak dapat melihat secara jelas benda yang sangat jauh seperti Bulan, Matahari dan
bintang. Untuk mengamati benda-benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas dilihat oleh
mata, manusia menciptakan alat bantu penglihatan yang dinamakan alat optik.
Pada dasarnya mata bekerja berdasarkan prinsip kerja lensa cembung. Lensa mata
memiliki keunggulan dari lensa biasa karena lensa mata memiliki kemampuan untuk
memipih dan mencembung. Pembahasan pada mata difokuskan pada lensa mata. Adapun
bagian-bagian mata lainnya semuanya berfungsi membantu mengoptimalkan fungsi lensa
mata.
Bagian paling luar mata disebut kornea. Dibelakang kornea terdapat cairan yang
diesebut aqueous humor. Dibelakang cairan ini terdapat terdapat lensa yang dapat diatur
kepipihannya. Lensa ini dinamakan lensa kristalin. Adapun kepipihan lensa diatur oleh
otot- otot mata. Di depan lensa mata terdapat iris. Iris ini berfungsi sebagai diafragma,
yaitu bagian mata yang mengatur sedikit banyaknya cahaya yang masuk kedalam lensa
mata. Apabila keadaan sangat terang, diafragma akan mengecil. Sebaliknya apabila
suasana agak gelap atau bahkan gelap, diafaragma akan membesar.
Agar dapat dilihat dengan jelas, bayangan benda harus jatuh pada retina (bintik
kuning). Jika bayangan jatuh di bintik kuning, bayangan akan diteruskan oleh saraf
matamenuju otak. Saat rangsang sampai di otak itulah orang menyadari bahwa dia dalam
keadaan melihat.
Mata normal dapat melihat benda dengan jelas paling dekat pada jarak kurang
lebih 25 cm dan terjauh pada jarak tak hingga. Apabila mata melihat suatu objek benda
tanpa mengubah kepipihan lensa, dikatakan mata tak berakomodasi. Sebaliknya apabila
dipipihkan atau dicembungkan, mata dikatakan berakomodasi. Akomodasi diperlukan
agar bayangan benda yang dilihat mata dapat jatuh tepat diretina. Selanjutnya,
kemampuan mata untuk mengubah bentuk lensa mata disebut daya akomodasi.
Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada dalam jangkauan
penglihatan diantara titik dekat mata (punctum proximum/PP) dan titik jauh mata
(punctum remotum/PR). Titik dekat mata adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat
secara jelas dengan mata berakomodasi maksimum. Adapun titik jauh mata jauh adalah
titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan mata tak berakomodasi.
Cacat mata dan kaca mata
Mata normal sering disebut mata emetrop. Mata normal mempunyai titik dekat
25 cm dan titik jauh tak terhingga. Apabila mata mempunyai titik dekat tidak sama
dengan 25 cm dan titik jauh tak terhingga, mata itu dikatakan mata cacat.
a. Rabun jauh (miopi)
Rabun jauh juga sering disebut kabur jauh atau terang dekat. Seseorang yang
menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada jarak 25 cm. Titik dekatnya lebih
pendek dari pada titik dekat mata normal (S n < 25 cm) dan titik jauhnya lebih pendek
dari pada titik jauh mata normal. Akibatnya, penderita rabun jauh tidak dapat melihat
dengan jelas benda-benda yang letaknya jauh, sebap bayangan benda jatuh didepan
retina seperti nampak pada gambar (1a). Agar dapat melihat dengan jelas maka
penderita rabun jauh harus dibantu dengan kaca mata negatif, seperti pada gambar (1b).

Gambar 12.1.a. Mata miopi

Gambar 12.1.b. Mata miopi ditolong dengan kaca mata negatif

b. Rabun dekat (Hipermetropi)

Gambar 12.2.a. Mata hipermetropi


Mata penderita rabun dekat mempunyai titik dekat lebih besar dari titik dekat mata
normal (Sn > 25 cm) dan titik jauhnya terletak jauh tak terhingga. Penderita rabun dekat
mampu melihat dengan jelas benda yang letaknya jauh, tetapi tidak dapat melihat
melihat dengan jelas benda-benda pada jarak dekat. Sebab bayangan benda yang
terletak pada jarak baca jatuh dibelakang retina, seperti pada gambar (2b). Agar
bayangan jatuh tepat diretina, penderita rabun dekat harus dibantu dengan menggunakan

kaca mata positif seperti pada gambar 2b.

Gambar 12.2.b. Mata hipermetropi dibantu dengan kaca mata positif


c. Mata tua (presbiopi)

Orang berusia lanjut biasanya tidak dapat melihat dengan jelas benda yang sangat
jauh atau terlalu dekat. Hal ini disebapkan titik dekatnya lebih panjang dari pada titik
dekat mata normal dan titik jauhnya lebih pendek daripada titk jatuh mata normal. Cacat
mata seperti ini disebut presbiopi. Presbiopi disebapkan oleh melemahnya daya
akomodasi mata. Itulah sebapnya kebanyakan orang yang berusia lanjut tidak dapat
membaca pada jarak baca normal, tetapi pada jarak lebih jauh dari 25 cm. Cacat mata
presbiopi dapat diatasi dengan kacamata berlensa rangkap atau bifokal. Lensa negatif
untuk melihat benda jauh dan lensa positif untuk melihat benda dekat.

d. Astigmatisma

Astigmatisma adalah cacat mata yang disebapkan oleh tidak meratanya kornea
mata. Akibatnya sinar-sinar yang masuk kemata terbias tidak merata. Hal ini
mengakibatkan penderita astigmatisme tidak dapat membedakan garishorizontal dan
garis vertikal secara bersamaan. Cacat astigmatisme dapat ditolong dengan kacamata
berlensa silindris.

12.2Kamera
Kamera adalah alat optik yang menghasilkan gambar melalui proses fotografi,
yaitu menghasilkan gambar dengan cahaya pada film. Gambar yang dihasilkan kamera
adalah negatif, yaitu gambar tembus cahaya yang warnanya berlawanan dengan warna
benda aslinya. Selanjutnya gambar negatif ini diproses menjadi gambar foto(gambar
positif)
Bagian utama dari sebuah kamera adalah lensa cembung, celah diafragma dan
film. Lensa cembung berfungsi sebagai penghasil bayangan benda yang dipotret. Agar
benda dapat dipotret bayangan benda harus jatuh di film. Bayangan tersebut akan
terekam di film jika ada
cahaya yang mengenai film melali celah diafragma. Dengan mengatur lebar celah inilah
intensitas cahaya yang mengenai film dapat diatur. Untuk mendapatkan foto yang baik,
selain intensitas cahaya, fokus kamera juga harus diatur. Yang dimaksud dengan fokus
kamera adalah kesesuaian jarak bayangan denga jarak benda. Proses terjadinya
bayangan pada kamera digambarkan seperti pada gambar(3).

Gambar 12.3. Proses terbentuknya bayangan pada kamera


Agar dapat dipotret, benda harus terletak diruang III. Dengan demikian
bayangan yang terbentuk difilm mempunyai sifat diperkecil, terbalik dan nyata. Itulah
sebabnya gambar foto selalu lebih kecil dari pada benda aslinya

12.3Lup
Lup merupakan sebuah lensa cembung. Benda yang akan dilihat dengan lup
harus berada pada jarak kurang dari jarak fokus lup. Sehingga bayangan yang terbentuk
adalah maya, diperbesar, dan tegak. Karena benda yang dilihat dengan lup tampak lebih
besar, lup sering disebut sebagai kaca pembesar. Pemakaian lup dapat dilakukan dengan
cara mata berakomodasi dan mata takberakomodasi.

12.3.1 Mata berakomodasi

Gambar 4. Skema pembentukan bayangan pada lup dengan mata berakomodasi


Jika sudut pandang melihat secara langsung adalah  dan setelah memakai lup
adalah , perbesaran sudut atau perbesaran anguler lup merupakan perbadingan antara 
dan .

M (12.1)

Untuk sinar-sinar paraksial sudut datang kecil, perbandingan tersebut sama dengan
perbandingan tangennya.
h
 tg
M    S.....................................................................(12.2a)
a
 tg

h
S
n
S
M  n..................................................................................... (12.2b)
a
S

1 1 1
Berdasarkan persamaa  
dan untuk lup S’ = - Sn, jarak benda dapat ditentukan
f S S'
dengan cara sebagai berikut.
1 1 1
 
f S S'
S f
S  S n  .......................................................................................... (12.3)
n
f
sehinga
S S
M  n  n  1........................................................................(12.4)
a f
S
12.3.2. Mata tak berakomodasi

Gambar 5. Skema pembentukan bayangan pada lup dengan mata tidak


berakomodasi Jika mata tak berakomodasi, bayangan akan terletak dijauh

tak terhingga, sehingga


h
 tg f
M  
a
 tg h
S
n
Sn.......................................................................................
M  (12.5)
a
f
12.4 Mikroskop
Untuk mengamati benda-benda yang sangat renik diperlukan alat yang dapat
menghasilkkan perbesaranyang sangat besar. Mikroskop adalah alat optik yang dapat
menghasilkan perbesaran sampai ratusan kali bahkan sampai ribuan kali. Mikroskop
terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut
lensa objektif sedangkan lensa yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jadi pada
mikroskop terjadi dua kali pembesaran, yaitu pembesaran oleh lensa objektif dan
perbesaran oleh lensa okuler.
Benda yang diamati dengan mikroskop diletakkan di ruang II dari lensa objektif.
Akibatnya bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan
ini menjadi benda terhadap lensa okuler. Agar diperoleh bayangan yang lebih besar lagi,
bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif harus berada diruang I lensa okuler. Dalam
hal ini lensa okuler berfungsi sebagai lup. Oleh karena itu bayangan yang terlihat
terletak didepan lensa, maya, diperbesar, dan terbalik terhadap arah benda aslinya.
Perbesaran mikroskop adalah perbandingan sudut pandang melihat benda
menggunakan mikroskop dengan sudut pandang melihat benda tanpa mikroskop, yang
dinyatakan dengan persamaan

M  (12.6)

Atau secara umum dapat juga dituliskan dengan persamaan:
M  MobxMok...................................................................... (12.7)

12.4.1 Perbesaran benda untuk mata tidak berakomodasi.


Pada lensa objektif berlaku persamaan
1 1 1
 
So Sob '
b f ob

Perbesaran bayangan pada lensa objektif adalah

Mob S '..................................................................................
 ob (12.8)
S
ob

Syarat agar mata tidak berakomodasi, Sok’ harus tak terhingga, sehingga pada lensa
okuler berlaku persamaan:
Sok = fok
Sehingga perbesaran oleh lensa okuler

Mok  Mlup Sn..........................................................................


(12.9)
 f
ok

Perbesaran total mikroskop persamaannya dapat dituliskan:

SMn  Sob '. .................................................................................. (12.10)


tot
Sob . fok
Jalannya sinar bayangan pada mikroskop dengan mata tidak berakomodasi dapat dilihat
pada gambar(12.6). Panjang mikroskop d dinyatakan dengan:
d = Sob’ + fok................................................................................(12.11)

Gambar 12.6. Skema pembentukan bayangan dengan mata tidak berakomodasi

12.4.2 Perbesaran untuk mata berakomodasi maksimum


Pada lensa objektif berlaku persamaan:
1 1 1
 
Sob Sob '
f ob
dengan perbesaran

Mob S '................................................................................
 ob (12.12)
S
ob

agar mata berakomodasi maksimum, bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler tepat
jatuh pada jarak mata normal atau Sok’ = - Sn, sehingga
1 1 1
Sok Sn
f ok

f .S
S  ok n
ok
S f
n ok

S Mok  n
f
 1.................................................................................... (12.12)
ok
 1) ......................................................................... (12.14)
SMn  Sob ' (
tot
So fok
b
Jalannya sinar dapat dilihat pada gambar(7). Panjang mikroskop dinyatakan dengan
persamaan d = Sob’ + Sob.............................................................(12.15)
Gambar 12.7. Skema pembentukan bayangan dengan mata berakomodasi

12.5 Teropong/Teleskop Bintang

Gambar 12.8. Skema pembentukan bayangan pada teropong bintang dengan mata
berakomodasi

Teropong bintang digunakan untuk mengamati benda-benda langit. Ada tiga


macam tipe umum teropong yaitu, teleskop pembias, teleskop pemantul dan teleskop
gabungan. Ciri teleskop pembias yaitu pada tabungnya menggunakan lensa yang
disebut lensa objektif. Teleskop pemantul yaotu teleskop yang bagian objeknya
menggunakan cermin cekung dan teleskop gabungan ciri khasnya menggabungkan
metode pembiasan dengan pemantulan.
Teropong bintang terdiri atas dua buah lensa cembung, sebuah lensa objektif dan
yang lain lensa okuler. Oleh karena objek yang diamati memiliki jarak yang sangat jauh,
bayangan yang dibentuk lensa objektif terletak dititik fokus objektif. Bayangan ini
merupakan benda terhadap lensa okuler. Lensa okuler berfungsi sebagai lup. Agar
bayangan yang terbentuk besar dan jelas, diusahakan fokus lensa objektif lebih besar
dari pada fokus lensa okuler.
Penggunaan teropong bintang dengan mata berakomodasi maksimum.
Mata akan berakomodasi bila bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh
dititik dekat mata (Sok’ = Sn), seperti pada gambar di bawah ini.
Untuk lensa objektif
1 1 1
 
So Sob '
b f ob

Sob’ = fob...................................................................................(12.16)
Untuk lensa okuler
1 1 1
Sok Sn

f ok

SSn  f ok . ................................................................................... (12.17)


ok
S f
n ok
Perbesaran bayangannya menjadi:
BB '

tan f ob
  So  Sob '
tan 
k Sok
Sok
BB
'

So
b'


f ob (Sn  f ok )...................................................................
(12.18)
fok . Sn
Panjang teropong
d = Sob’ + Sok...............................................................................(12.19)

12.5.1 Penggunaan teropong bintang dengan mata tak berakomodasi


Agar mata tidak berakomodasi, bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh
dititik jauh mata (Sn = Sok’). Perbesaran bayangan dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Lensa Objektif:
1 S 1
 
Sob '
1 f ob

Sob’ = fob.......................................................................................(12.20)

Lensa
okuler 1
1   1
Sok '
So
k fok

Panjang teropong
d = fob + fok..................................................................................(12.21)
Perbesaran bayangan
f
  ob
f ok
(12.22)

Gambar 12.9. Skema pembentukan bayangan pada teropong bintang untuk mata
tidak berakomodasi
DAFTAR PUSTAKA

Jewett, Serway. 2010. Physics for Scientists and Engineers, California State Polytechnic

University, Pomona.

Halliday, David dan Robert Resnick. 2007. Fisika Edisi ke 3 Jilid1.

Erlangga, Jakarta.

Kadri, M., Tanjung, Y., dan Sudarma, T. 2016. Fisika Dasar 2. HarapaN

Cerdas. Medan.

Anda mungkin juga menyukai