Anda di halaman 1dari 78

BUKU SAKU

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DI BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Jl. Raya Gandul No. 4 021-7540123 humas.bpsdm@kemenkumham.go.id


Cinere-Depok 16512
DAFTAR ISI

I. PENGENALAN PENGADAAN BARANG/JASA ..................................... 1


A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa ............................................ 1
B. Jenis Barang/Jasa ........................................................................ 1
C. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa ................................................... 2
D. Cara Pengadaan barang/Jasa ...................................................... 5
II. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA ........................ 7
A. Kriteria Barang/Jasa yang diadakan melalui Swakelola ................ 7
B. Tipe-Tipe Swakelola .................................................................... 8
C. Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola ................. 10
D. Sanksi ........................................................................................ 13
III. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA ........................... 15
A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa ........................................ 15
B. Persiapan Pengadaan Barang/Jaa ............................................... 16
C. Persiapan Pemilihan Penyedia ................................................... 25
D. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia ............................................... 33
E. Konsolidasi ................................................................................ 43
F. Pelaksanaan Kontrak ................................................................. 45
G. Serah Terima Hasil Pekerjaan ..................................................... 55
H. Penilaian Kinerja Penyedia ......................................................... 57
IV. PENGADAAN KHUSUS .................................................................... 59
A. Pengadaan Barang/jasa dalam Rangka Penanganan Keadaan
Darurat ...................................................................................... 59
B. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri ....................................... 59
C. Pengecualian ............................................................................. 59
D. Penelitian .................................................................................. 62
E. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri
atau Hibah Luar Negeri .............................................................. 63
V. PENGAWASAN, PENGADUAN, DAN SANKSI .................................... 65
A. Pengawasan .............................................................................. 65
B. Pengaduan ................................................................................ 65
C. Sanksi ........................................................................................ 65
REFERENSI ........................................................................................... 68
Sekilas tentang Pengadaan Barang/Jasa di BPSDM Hukum dan HAM

Pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa


oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD
yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan. Meliputi pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Konsultansi, dan Jasa Lainnya. Sementara itu, cara pengadaan dapat dilakukan
melalui Swakelola dan/atau Penyedia. Proses pengadaan barang/jasa tidak
selalu berjalan dengan lancar. Ada kalanya, terjadi permasalahan dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah. Permasalahan-permasalahan tersebut
tentu saja dapat menghambat pencapaian tujuan dari pengadaan barang/jasa.
Setelah melakukan diskusi dengan Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pembuat
Komitmen di lingkungan BPSDM Hukum dan HAM, penyusun menemukan
beberapa masalah yang pernah terjadi terkait dengan pengadaan barang/jasa.
Pertama, menyangkut pendokumentasian kontrak pengadaan
barang/jasa di BPSDM Hukum dan HAM. Akibat banyaknya pengadaan
barang/jasa dalam kurun waktu satu tahun anggaran, kadangkala kontrak yang
sedang dilaksanakan maupun sudah selesai dilaksanakan tercecer entah ke
mana. Hal ini menyebabkan pegawai mengalami kesulitan saat membutuhkan
dokumen kontrak tersebut. Selain itu, kurang rapinya sistem administrasi
pengadaan barang/jasa mengakibatkan beberapa masalah. Misalnya, saat
dilakukan pemeriksaan oleh BPK, ditemukan temuan seperti kelebihan
pembayaran, adanya denda keterlambatan yang belum dibayar dan lain
sebagainya. Hal-hal seperti ini dapat merugikan negara dan mengakibatkan
pelaku pengadaan mendapatkan teguran.
Permasalahan selanjutnya yang ditemukan adalah menyangkut
kegagalan proses Tender/Seleksi akibat refocusing anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19. Proses Tender/Seleksi, terutama di Polteknik
Tangerang, banyak yang terpaksa dibatalkan akibat tidak tersedianya
anggaran. Anggaran yang sudah termuat dalam RKA-KL untuk proses
Tender/Seleksi dialihkan untuk penanganan pandemi. Sejak bulan April sampai
saat ini, dana yang tadinya ditujukan untuk Tender/Seleksi namun dialihkan
untuk penanganan Covid-19 telah mencapai sekitar 100 (seratus) miliar
rupiah. Akibatnya, proses pembangunan menjadi terhambat karena tidak bisa
segera dilaksanakan.
Oleh karena itu, diharapkan panduan pelaksanaan barang/jasa dapat
digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di
atas. Selain itu, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
proses pengadaan barang/jasa yang berkualitas.
I

PENGENALAN PENGADAAN BARANG/JASA


A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah (K/L/PD) yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak
identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

B. Jenis Barang/Jasa
1. Barang
Setiap benda baik berwujud
maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, Contoh: bahan baku, barang setengah
dipergunakan atau jadi, barang jadi/peralatan, makhluk
dimanfaatkan oleh pengguna hidup
barang.
2. Pekerjaan Konstruksi
Keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi
pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan Contoh: pekerjaan konstruksi umum dan
pembangunan kembali suatu pekerjaan konstruksi spesialis
bangunan.
3. Jasa Konsultansi
Jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian
tertentu di berbagai bidang
keilmuan yang
mengutamakan adanya olah Contoh: jasa konsultansi non-konstruksi
pikir. dan jasa konsultansi konstruksi

4. Jasa Lainnya
Jasa nonkonsultansi atau jasa
yang membutuhkan
peralatan, metodologi khusus,
dan/atau keterampilan dalam
suatu sistem tata kelola yang Contoh: jasa boga, jasa layanan
telah dikenal luas di dunia kebersihan, jasa penyedia tenaga kerja,
usaha untuk menyelesaikan jasa publikasi, jasa percetakan dan
suatu pekerjaan. penjilidan, jasa pengamanan dll

1
C. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
1. Pengguna Anggaran (PA)
Tugas dan kewenangan PA:
• Melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja
• Mengadakan perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran pelanja yang telah
ditetapkan
• Menetapkan perencanaan pengadaan
• Menetapkan dan mengumumkan RUP
• Melaksanakan konsolidasi pengadaan
barang/jasa
• Menetapkan Penunjukan Langsung untuk
Tender/Seleksi ulang gagal
• Menetapkan pengenaan sanksi daftar hitam
• Menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
• Menetapkan Pejabat Pengadaan (PP)
PA merupakan Pejabat pemegang
• Menetapkan Penyelenggara Swakelola
kewenangan penggunaan
• Menetapkan tim teknis anggaran K/L/PD
• Menetapkan tim juri/tim ahli untuk
pelaksanaan melalui sayembara/kontes
• Menyatakan Tender/Seleksi gagal
• Menetapkan pemenang pemilihan Penyedia
untuk metode:
▪ Tender/Penunjukan Langsung/E-purchasing
paket pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan Pagu
Anggaran paling sedikit di atas 100 miliar
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung paket
pengadaan Jasa Konsultansi dengan Pagu
Anggaran paling sedikit di atas 10 miliar

2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Tugas dan kewenangan KPA:
• Melaksanakan pendelegasian pelimpahan
wewenang dari PA
• Menjawab sanggah Banding peserta Tender
Pekerjaan Konstruksi
• KPA dapat menugaskan PPK terkait dengan
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja dan/atau
mengadakan perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran belanja yang telah KPA merupakan Pejabat yang
ditetapkan memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan
dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada K/L/PD

2
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Tugas dan kewenangan PPK:
• Menyusun perencanaan pengadaan
• Melaksanakan konsolidasi pengadaan
barang/jasa
• Menetapkan spesifikasi teknis/KAK
• Menetapkan rancangan kontrak
• Mentapkan HPS
• Menetapkan besaran uang muka yang akan
dibayarkan kepada Penyedia
• Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan
• Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling
sedikit di atas 200 juta
• Mengendalikan kontrak PPK merupakan Pejabat yang diberi
• Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh kewenangan oleh PA/KPA untuk
dokumen pelaksanaan kegiatan mengambil keputusan dan/atau
• Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian melakukan tindakan yang dapat
kegiatan kepada PA/KPA mengakibatkan pengeluaran
• Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan APBN/APBD
kegiatan kepada PA/KPA dengan berita acara
penyerahan
• Menilai kinerja Penyedia
• Menetapkan tim pendukung
• Menetapkan tim ahli atau tenaga ahli
• Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa

4. Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja


Pemilihan)
Tugas dan kewenangan Pokja Pemilihan:
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan
pemilihan Penyedia, kecuali E-purchasing dan
Pengadaan Langsung
• Menetapkan pemenang pemilihan (Penyedia)
untuk metode pemilihan:
▪ Tender/Penunjukan Langsung untuk paket
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Sumber daya manusia yang
Lainnya dengan Pagu Anggaran paling banyak ditetapkan oleh kepala UKPBJ untuk
100 miliar mengelola pemilihan Penyedia.
Berjumlah minimal 3 orang dan bisa
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket
ditambah selama berjumlah gasal.
pengadaan Jasa Konsultansi dengan Pagu
Anggaran paling banyak 10 miliar

3
5. Pejabat Pengadaan (PP)
Tugas dan kewenangan PP:
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan
Pengadaan Langsung
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan
Penunjukan Langsung untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
bernilaipaling banyak 200 juta
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan
Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak 100 Pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas
juta
melaksanakan Pengadaan Langsung,
• Melaksanakan E-purchasing yang bernilai Penunjukan Langsung, E-purchasing
paling banyak 200 juta

6. Agen Pengadaan
• Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku
Usaha yang melaksanakan sebagian atau
seluruh pekerjaan pengadaan barang/jasa yang
diberi kepercayaan oleh K/L/PD sebagai pihak
pemberi pekerjaan
• Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan mutatis
mutandis dengan Pokja dan/atau PPK

7. Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara Swakelola terdiri dari:
• Tim Persiapan yang memiliki tugas menyusun
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan
rencana biaya
• Tim Pelaksana yang memiliki tugas
melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan
melaporkan secara berkala kemajuan
pelaksanaan kegiatan & penyerapan anggaran
• Tim Pengawas yang memiliki tugas mengawasi Penyelenggara Swakelola adalah tim
persiapan dan pelaksanaan fisik maupun yang menyelenggarakan kegiatan
administrasi Swakelola dan penyerahan hasil secara Swakelola
pekerjaan

8. Penyedia
• Penyedia adalah Pelaku Usaha yang
menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak
• Penyedia bertanggung jawab atas pelaksanaan
kontrak, kualitas barang/jasa, ketepatan
perhitungan jumlah atau volume, ketepatan
waktu penyerahan, dan ketepatan tempat
penyerahan

4
D. Cara Pengadaan Barang/Jasa
1. Swakelola
Cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD,
K/L/PD lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.
2. Penyedia
Cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.

Langkah penentuan cara pengadaan barang/jasa

Barang/Jasa

Bisa melalui TIDAK


Penyedia?

YA

TIDAK
Bisa melalui
Swakelola

YA

Pengadaan TIDAK YA Pengadaan


Sesuai Barang/Jasa
Barang/Jasa tujuan
melalui melalui
Swakelola Swakelola
Penyedia

5
Garis Besar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PERENCANAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN


Identifikasi Kebutuhan Persiapan Swakelola Pelaksanaan
Swakelola

Penetapan
Barang/Jasa Penetapan Sasaran Pelaksanaan
Swakelola Tipe
I, II, III, IV

Cara Pengadaan Penyelenggara


Swakelola
Pembayaran
Swakelola
Jadwal Pengadaan
Rencana Kegiatan

Pengawasan dan
Anggaran Pengadaan Pertanggungjawaban
Rencana Kegiatan
Swakelola

Persiapan Penyedia
Pelaksanaan PBJ
melalui Penyedia

Menetapkan HPS
Pelaksanaan
Pemilihan
Menetapkan
Rancangan Kontrak

Pelaksanaan Kontrak

Menetapkan
Spesifikasi
Teknis/KAK Serah Terima Hasil
Pekerjaan

Menetapkan uang
muka, jaminan uang
muka, jaminan
pelaksanaan,
jaminan
pemeliharaan,
sertifikat garansi,
penyesuaian harga

6
II

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA


A. Kriteria Barang/Jasa yang Diadakan Melalui Swakelola
Contoh barang/jasa yang dapat diadakan melalui Swakelola:
1. Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya tidak
diminati oleh Pelaku Usaha, contoh: pemeliharaan rutin (skala kecil,
sederhana), penanaman gebalan rumput, pemeliharaan rambu suar,
pengadaan barang/jasa di lokasi terpencil/pulau terluar, atau renovasi
rumah tidak layak huni.
2. Jasa penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan /
pelatihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan.
3. Jasa penyelenggaraan kegiatan sayembara atau kontes.
4. Jasa pemilihan Agen Pengadaan dari unsur UKPBJ K/L/PD.
5. Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya
dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya,
contoh: pagelaran seni oleh siswa/siswi sekolah, pembuatan film, atau
penyelenggaraan pertandingan olahraga antar sekolah/kampus.
6. Jasa sensus, survei, pemprosesan/pengolahan data, perumusan
kebijakan publik, pengujian laboratorium dan pengembangan sistem,
aplikasi, tata kelola, atau standar mutu tertentu.
7. Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat
disediakan atau diminati oleh Pelaku Usaha.
8. Barang/jasa yang dihasilkan oleh Ormas, Kelompok Masyarakat, atau
masyarakat. Contoh: Jasa pendampingan untuk pemberdayaan
ekonomi keluarga pra sejahtera, pelestarian lingkungan hidup, produk
kerajinan masyarakat, produk Kelompok Masyarakat, produk Kelompok
Masyarakat penyandang disabilitas, tanaman atau bibit milik
masyarakat atau produk warga binaan lembaga permasyarakatan.
9. Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi
masyarakat. Dapat berupa Pembangunan fisik maupun non fisik.
a. Pembangunan fisik dapat berupa Pekerjaan Konstruksi sederhana
yang hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi, dan konstruksi
sederhana.
b. Peningkatan pembangunan non fisik bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Contoh: Pelayanan peningkatan gizi
keluarga di posyandu, pelayanan kesehatan lingkungan, atau
peningkatan kualitas sanitasi sederhana.
10. Barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan oleh K/L/PD
yang bersangkutan, contoh: pembuatan soal ujian dan pembuatan
sistem keamanan informasi.

7
B. Tipe-Tipe Swakelola
1. Tipe I merupakan Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran. Swakelola tipe I juga
dapat dilaksanakan oleh BLU yang
merupakan bagian dari K/L
penanggung jawab anggaran
sebagai instansi induk; BLUD
yang merupakan bagian dari PD
penanggung jawab anggaran
sebagai instansi induk;
atau PTN bagian dari K/L
penanggung jawab anggaran.
2. Tipe II merupakan Swakelola yang
direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD
penanggungjawab anggaran dan
dilaksanakan oleh K/L/PD lain pelaksana
Swakelola. Swakelola tipe II dapat
dilaksanakan oleh K/L/PD lain yang mempunyai
tugas dan fungsi yang sesuai dengan pekerjaan
Swakelola yang akan dilaksanakan; UKPBJ K/L/PD
yang ditunjuk sebagai Agen Pengadaan untuk
pemilihan Penyedia Barang/Jasa; BLU/BLUD
dari K/L/PD lain; atau PTN dari K/L lain.
3. Tipe III merupakan Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
K/L/PD penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Organisasi
Kemasyarakatan pelaksana Swakelola. Swakelola tipe III juga dapat
dilaksanakan oleh PTS atau organisasi profesi. Persyaratan
Penyelenggara Swakelola tipe III, yaitu:
a. Berbadan hukum yayasan atau
berbadan hukum perkumpulan
yang telah mendapatkan
pengesahan badan hukum dari
kementerian yang membidangi
urusan hukum dan hak asasi
manusia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Mempunyai status valid keterangan
Wajib Pajak berdasarkan hasil
konfirmasi status Wajib Pajak
c. Memiliki struktur organisasi/pengurus

8
d. Memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
e. Mempunyai bidang kegiatan yang berhubungan dengan barjas yang
diadakan sesuai dengan AD/ART dan/atau dokumen pengesahan
f. Mempunyai personel tetap dengan keilmuan dan pengalaman
teknis menyediakan atau mengerjakan barjas sejenis yang
diswakelolakan. Untuk personel yang ditugaskan sebagai calon
Ketua Tim Pelaksana wajib memiliki kemampuan manajerial
g. Mempunyai atau menguasai kantor dengan alamat yang benar,
tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa
h. Dalam hal calon pelaksana Swakelola akan melakukan kemitraan,
harus mempunyai perjanjian kerja sama kemitraan yang memuat
tanggung jawab masing-masing yang mewakili kemitraan tersebut.
4. Tipe IV merupakan Swakelola yang direncanakan oleh K/L/PD
penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok
Masyarakat dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola. Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe IV,
yaitu memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi
tempat pelaksanaan kegiatan; dan memiliki kemampuan untuk
menyediakan atau mengerjakan barang/jasa sejenis yang
diswakelolakan.

Penetapan Penyelenggara Swakelola


Tipe Tim
Tim Persiapan Tim Pelaksana
Swakelola Pengawas
Tipe I Ditetapkan oleh PA/KPA penanggung jawab anggaran
Tipe II Ditetapkan oleh K/L/PD
Ditetapkan oleh PA/KPA
penyelenggara
penanggung jawab anggaran
Swakelola
Tipe III Ditetapkan oleh
Ditetapkan oleh PA/KPA
penanggung jawab
penanggung jawab anggaran
Ormas
Tipe IV Ditetapkan oleh penanggung jawab Pokmas

9
C. Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola
Ruang lingkup Swakelola meliputi perencanaan pengadaan melalui
Swakelola; persiapan Swakelola; pelaksanaan Swakelola; pengawasan
Swakelola; dan serah terima hasil pekerjaan.
1. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola terdiri dari:
a. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa
Bersamaan dengan pembahasan RUU APBN/Rancangan Perda
APBD, PPK melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa pada level
komponen/sub komponen pada RKA K/L atau sub kegiatan pada
RKA PD di mana terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa
berdasarkan penugasan dari PA/KPA.
b. Penetapan Barang/Jasa
PPK menetapkan barang/jasa berdasarkan jenis pengadaan berupa:
Barang; Pekerjaan Konstruksi; Jasa Konsultansi (Jasa Konsultansi
Non-Konstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi); dan Jasa Lainnya.
Pengadaan barang/jasa dapat juga dilakukan dengan
menggabungkan beberapa jenis pengadaan di atas menjadi 1 (satu)
paket pekerjaan terintegrasi.
c. Cara Pengadaan
PPK menentukan cara pengadaan, yaitu secara Swakelola dan/atau
Penyedia. Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia
barang/jasa. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara
memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD,
K/L/PD lain, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok
Masyarakat. Dalam hal kegiatan Swakelola memerlukan penyedia
barang/jasa, pengadaannya mengacu pada peraturan pengadaan
barang/jasa melalui penyedia.

2. Persiapan, Pelaksanaan, Pengawasan, dan Serah Terima Hasil


Pekerjaan Swakelola
1) Persiapan Swakelola
a) Tipe I
Para Pihak
Kegiatan
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola PPK PA/KPA
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi teknis/KAK Tim Persiapan PPK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK

10
b) Tipe II
Para Pihak
Kegiatan
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola: PPK PA/KPA
- Tim Persiapan dan Tim penanggung penanggung
Pengawas jawab anggaran jawab
anggaran
- Tim Pelaksana K/L/PD lain K/L/PD lain
pelaksana pelaksana
Swakelola Swakelola
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi
Tim Persiapan PPK
teknis/KAK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan
penandatanganan PPK dan Tim Pelaksana
Kontrak

c) Tipe III
Para Pihak
Kegiatan
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola: PPK PA/KPA
- Tim Persiapan dan Tim penanggung penanggung
Pengawas jawab anggaran jawab
anggaran
- Tim Pelaksana Ormas Pimpinan
pelaksana
Swakelola
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi
Tim Persiapan PPK
teknis/KAK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan
PPK dan pimpinan pelaksana
penandatanganan
Swakelola
Kontrak

11
d) Tipe IV
PA/KPA melalui PPK menyampaikan undangan kepada
Kelompok Masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan
Swakelola. Jika Kelompok Masyarakat tersebut bersedia
untuk melaksanakan pekerjaan Swakelola, maka penanggung
jawab Kelompok Masyarakat menyampaikan surat
pernyataan kesediaan sebagai pelaksana Swakelola.
Selanjutnya PA/KPA melakukan penetapan Kelompok
Masyarakat sebagai pelaksana Swakelola. Dalam hal
pengadaan barang/jasa melalui Swakelola merupakan usulan
dari Kelompok Masyarakat, maka PA/KPA menetapkan
Kelompok Masyarakat sebagai calon pelaksana Swakelola.
Setelah Kelompok Masyarakat ditetapkan, Selanjutnya PPK
meminta Kelompok Masyarakat calon pelaksana Swakelola
untuk mengajukan proposal dan RAB.

2) Kegiatan Pelaksanaan Swakelola


Tim Pelaksana bertugas melaksanakan Swakelola. Pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan
oleh PPK (Tipe I). Pada Tipe II, III, dan IV, pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK yang telah ditetapkan oleh
PPK. Apabila terdapat pengajuan kebutuhan tenaga kerja,
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan kepada PPK,
harus disesuaikan dengan rencana kegiatan dan jadwal
pelaksanaan. Dilakukan juga penyusunan laporan penerimaan
dan penggunaan kebutuhan tersebut. Kemudian, dilakukan
penyusunan laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan
yang diatur dalam dokumen kontrak. Setelah itu, PPK melakukan
pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai yang tercantum
dalam Kontrak Swakelola. Dalam Swakelola Tipe II, III, dan IV
terdapat klausul tambahan berupa larangan bagi pelaksana
Swakelola untuk mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak
lain.

3) Kegiatan Pengawasan Swakelola


Tim Pengawas melaksanakan tugas pengawasan administrasi,
teknis, dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan, sampai
dengan penyerahan hasil pekerjaan. Berdasarkan hasil
pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi Swakelola.
Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan, Tim
Pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada

12
PPK, tim persiapan, atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif.

4) Serah Terima Hasil Pekerjaan Swakelola


Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola pada Swakelola tipe I
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Tim Pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Tim Pengawas dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan;
c) PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA.

D. Sanksi
Penyelenggara Swakelola berwajiban mematuhi etika pengadaan. Sanksi
dapat dikenakan kepada Penyelenggara Swakelola apabila terjadi
pelanggaran penyelenggaraan Swakelola. Dalam Swakelola, penilaian
dilakukan oleh PPK terhadap Penyelenggara Swakelola. Penilaian PPK
dapat berdasarkan atas penilaian PPK secara mandiri atau atas laporan dari
Tim Pengawas kepada PPK. Penyelenggara Swakelola yang terbukti
melakukan pelanggaran atas penyelenggaraan Swakelola dikenakan
pembatalan sebagai Penyelenggara Swakelola. Pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan (pada Tipe I) dan/atau
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak (pada Tipe II, III,
dan IV).

13
III

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA


Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi:
1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa;
3. Persiapan Pemilihan Penyedia;
4. Pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui Tender/Seleksi;
5. Persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui E-purchasing,
Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung dan Tender Cepat;
6. Konsolidasi;
7. Pelaksanaan Kontrak;
8. Serah terima; dan
9. Penilaian Kinerja Penyedia.

14
A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA
yang meliputi identifikasi pengadaan barang/jasa, penetapan barang/jasa,
cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa.
1. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa
Bersamaan dengan pembahasan RUU APBN/Rancangan Perda APBD,
PPK melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa pada level
komponen/sub komponen pada RKA K/L atau sub kegiatan pada RKA
PD di mana terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa berdasarkan
penugasan dari PA/KPA.
2. Penetapan Barang/Jasa
PPK menetapkan barang/jasa berdasarkan jenis pengadaan berupa:
Barang; Pekerjaan Konstruksi; Jasa Konsultansi (Jasa Konsultansi Non-
Konstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi); dan Jasa Lainnya. Pengadaan
barang/jasa dapat juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa
jenis pengadaan di atas menjadi 1 (satu) paket pekerjaan terintegrasi.
3. Cara Pengadaan
PPK menentukan cara pengadaan, yaitu secara Swakelola dan/atau
Penyedia. Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia
barang/jasa. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara
memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.
4. Jadwal Pengadaan
Dalam menyusun perencanaan pengadaan, perlu ditentukan waktu
pemanfaatan barang/jasa karena akan menjadi dasar dalam
menetapkan jadwal pelaksanaan pengadaan seperti jadwal persiapan
pengadaan, jadwal persiapan pemilihan, jadwal pelaksanaan pemilihan,
jadwal pelaksanaan kontrak, dan jadwal serah terima.
6. Anggaran Pengadaan
Selain melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa, jenis pengadaan
dan cara pengadaan, PPK melakukan reviu terhadap ketersediaan biaya
pendukung pada RKA K/L atau RKA PD. Dalam hal biaya pendukung
belum tersedia, PPK dapat mengusulkan perubahan anggaran kepada
PA/KPA.

15
B. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa
Persiapan pengadaan barang/jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi
penyusunan dan penetapan spesifikasi teknis/KAK; penyusunan dan
penetapan HPS; penyusunan dan penetapan rancangan kontrak; dan
menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, penyesuaian harga, SSUK,
dan/atau SSKK.

1. Reviu dan Penetapan Spesifikasi Teknis/KAK


Reviu meliputi kualitas, kuantitas, waktu yang akan digunakan, biaya,
lokasi, dan ketersediaan di pasar. Dalam melakukan reviu ketersediaan
barang/jasa perlu memperhatikan:
• Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) yang mengacu pada
daftar inventarisasi barang/jasa
produksi dalam negeri

• Memenuhi Standar Nasional


Indonesia (SNI)

• Produk usaha mikro dan kecil


serta koperasi dari hasil produksi
dalam negeri

• Produk ramah lingkungan

2. Penyusunan dan Penetapan HPS


Penyusunan dan penetapan HPS bertujuan untuk menilai kewajaran
harga penawaran atau kewajaran harga satuan, dasar untuk
menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah, dan dasar untuk

16
menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran kurang
dari 80% dari nilai HPS.
PPK menyusun HPS berdasarkan pada:
a. Hasil RAB yang telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan
b. Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA, untuk proses
pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan DIPA/DPA mengacu
kepada Pagu Anggaran yang tercantum dalam RKA K/L atau RKA-PD
c. Hasil reviu RAB yang telah memperhitungkan biaya tidak langsung,
keuntungan, dan PPN
HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain,
dan PPh. Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia serta paling tinggi
sama dengan nilai pagu anggaran. Sedangkan rincian HPS bersifat
rahasia, kecuali rincian harga satuan tersebut telah tercantum dalam
Dokumen Anggaran Belanja. PPK menetapkan HPS dengan
menandatangani pada lembar persetujuan/penetapan. HPS yang sah
adalah yang telah ditandatangani oleh PPK. Penetapan HPS
dikecualikan untuk Pengadaan barjas dengan Pagu Anggaran paling
banyak 10 juta, E-purchasing, dan Tender pekerjaan terintegrasi.

3. Penyusunan dan Penetapan Rancangan Kontrak


PPK menyusun rancangan kontrak yang memuat: jenis kontrak, bentuk
kontrak, naskah perjanjian, uang muka, jaminan pengadaan, sertifikat
garansi, sertifikat/dokumen dalam rangka pengadaan barang impor,
penyesuaian harga, Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), serta Syarat-
Syarat Khusus Kontrak (SSKK).
a. Jenis Kontrak
1) Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Lainnya
a) Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup
pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam
batas waktu tertentu, dengan ketentuan semua risiko
sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia, berorientasi pada
keluaran, dan pembayaran produk didasarkan pada tahapan
produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan kontrak.
b) Kontrak Harga Satuan
Kontrak Harga Satuan merupakan kontrak pengadaan
dengan harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau
unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang
telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut volume
atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada
17
saat kontrak ditandatangani, pembayaran berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas realisasi volume pekerjaan dan
nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan.
c) Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan merupakan
kontrak gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam satu
pekerjaan yang diperjanjikan.
d) Kontrak Payung
Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam
periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat
ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat
kontrak ditandatangani.
e) Kontrak Biaya Plus Imbalan
Kontrak Biaya Plus Imbalan merupakan kontrak yang
digunakan untuk pengadaan dalam rangka penanganan
keadaan darurat dengan nilai kontrak merupakan
perhitungan dari biaya aktual ditambah imbalan dengan
persentase tetap atas biaya aktual atau imbalan dengan
jumlah tetap.
2) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi
a) Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup
pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam
batas waktu tertentu, dengan ketentuan semua risiko
sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia, berorientasi pada
keluaran, dan pembayaran produk didasarkan pada tahapan
produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan kontrak.
b) Kontrak Berdasar Waktu Penugasan
Kontrak Berdasar Waktu Penugasan merupakan kontrak Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya belum
bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa
dipastikan.
c) Kontrak Payung
Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam
periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat
ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat
kontrak ditandatangani.

18
3) Jenis Kontrak Pekerjaan Konstruksi
a) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal kontrak didasarkan
atas produk/keluaran, ruang lingkup kemungkinan kecil
berubah dan detailed engineering design dan spesifikasi
teknis lengkap dan akurat.
b) Harga Satuan
Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal kontrak
didasarkan atas unsur pekerjaan / komponen, kuantitas /
volume masih bersifat perkiraan dan detailed engineering
design dan spesifikasi teknis menyesuaikan kebutuhan
pekerjaan dan kondisi lapangan.
c) Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan
dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang diberlakukan
ketentuan Kontrak Lumsum dan terdapat bagian pekerjaan
yang diberlakukan ketentuan Kontrak Harga Satuan di dalam
satu perjanjian kontrak.
d) Kontrak Putar Kunci
Kontrak Putar Kunci merupakan suatu perjanjian mengenai
pembangunan suatu proyek dalam hal Penyedia setuju untuk
membangun proyek tersebut secara lengkap sampai selesai.
Termasuk pemasangan semua perlengkapannya sehingga
proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.
e) Kontrak Biaya Plus Imbalan
Kontrak Biaya Plus Imbalan digunakan dalam hal merupakan
jenis kontrak yang digunakan untuk Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dalam rangka penanganan keadaan darurat
dengan nilai kontrak merupakan perhitungan dari biaya
aktual ditambah imbalan dengan persentase tetap atas biaya
aktual atau imbalan dengan jumlah tetap.
4) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi
a) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal kontrak yang
didasarkan atas produk/keluaran, ruang lingkup
kemungkinan kecil berubah, dan KAK lengkap dan akurat
disertai dengan kebutuhan minimal tenaga ahli.
b) Waktu Penugasan
Kontrak Waktu Penugasan digunakan dalam hal kontrak yang
didasarkan atas unsur personel dan nonpersonel, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa

19
dipastikan dan KAK menyesuaikan kebutuhan pekerjaan dan
kondisi lapangan.
5) Jenis Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Rancang dan
Bangun
Jenis kontrak pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
Rancang dan Bangun adalah Lumsum dengan pembayarannya
dapat berbentuk Lumsum atau gabungan Lumsum dan Harga
Satuan. Pembayaran dalam bentuk Harga Satuan diberlakukan
dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang memiliki kondisi
ketidakpastian yang tinggi.

6) Kontrak Tahun Jamak


Kontrak Tahun Jamak merupakan kontrak pengadaan
barang/jasa yang membebani lebih dari satu tahun anggaran.
Dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kontrak Tahun Jamak dapat berupa:
a) Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari dua belas bulan;
b) Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun
anggaran; atau
c) Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila
dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan maksimum tiga tahun anggaran.

b. Bentuk Kontrak
Bentuk kontrak pengadaan barang/jasa terdiri dari:
1) Bukti Pembelian/Pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran adalah dokumen yang digunakan
sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh PPK untuk
pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
10 juta.
2) Kuitansi
Kuitansi adalah dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti
transaksi pembayaran yang ditandatangani oleh penerima uang
(Penyedia) dengan berbagai ketentuan pembayaran untuk
pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
50 juta.
3) Surat Perintah Kerja (SPK)
SPK adalah perjanjian sederhana secara tertulis antara kedua
belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat

20
hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban.
SPK digunakan untuk:
a) Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi
Konstruksi bernilai paling banyak 100 juta.
b) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya bernilai paling sedikit di atas
50 juta sampai dengan paling banyak 200 juta.
c) Pekerjaan Konstruksi bernilai paling banyak 200 juta.
4) Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara
kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat
hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban.
Surat Perjanjian digunakan untuk:
a) Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi
Konstruksi bernilai paling sedikit di atas 100 juta.
b) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
bernilai paling sedikit di atas 200 juta.
5) Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan
pengadaan melalui E-purchasing. Bentuk surat pesanan
mengikuti praktik bisnis yang sudah mapan yang diterapkan
dalam perdagangan melalui sistem elektronik. Untuk pengadaan
barang/jasa tertentu yang membutuhkan pengaturan kontrak
yang lebih rinci atau diperlukan/dipersyaratkan secara
administratif dalam proses pembayaran, maka Surat Pesanan
dapat ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.

c. Naskah Perjanjian
Naskah Perjanjian terdiri dari:
1) Pembukaan terdiri dari judul kontrak; nomor kontrak; kalimat
pembuka; para pihak dalam kontrak; dan latar belakang.
2) Isi berisi pernyataan-pernyataan kesepakatan antara kedua
pihak yang berkontrak.
3) Penutup terdiri dari persetujuan dalam melaksanakan kontrak
dan tanda tangan para pihak di atas materai.

d. Uang Muka
PPK menetapkan besaran persentase uang muka yang akan
diberikan kepada Penyedia dan dicantumkan pada rancangan
kontrak yang terdapat dalam Dokumen Pemilihan.
Besaran uang muka untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, serta Koperasi:

21
1) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 50 juta sampai
dengan paling banyak 200 juta diberikan uang muka paling
rendah 50%.
2) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 200 juta
sampai dengan paling banyak 2,5 miliar, diberikan uang muka
paling rendah 30%.
3) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 2,5 miliar
sampai dengan paling banyak 15 miliar diberikan uang muka
paling tinggi 30%.
4) Nilai pagu anggaran/kontrak lebih dari 15 miliar diberikan uang
muka paling tinggi 20%.
5) Besaran uang muka untuk Kontrak Tahun Jamak diberikan paling
tinggi 15%.
Setiap pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan
jaminan uang muka senilai uang muka yang diberikan.

e. Jaminan Pengadaan
Jaminan pengadaan barang/jasa terdiri dari:
1) Jaminan Penawaran
Jaminan Penawaran digunakan untuk Pekerjaan Konstruksi dan
pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terintegrasi.
Jaminan Penawaran diberlakukan untuk nilai HPS paling sedikit
di atas 10 miliar. Besarnya Jaminan Penawaran untuk Pekerjaan
Konstruksi adalah antara 1% hingga 3% dari nilai HPS. Untuk
pengadaan barang/jasa terintegrasi, Jaminan Penawaran
ditentukan sebesar 1% hingga 3% dari nilai pagu anggaran.
2) Jaminan Sanggah Banding
Jaminan Sanggah Banding hanya untuk Pekerjaan Konstruksi dan
dilakukan bersamaan dengan pengajuan sanggah banding.
Jaminan Sanggah Banding untuk Pekerjaan Konstruksi besarnya
1% dari nilai HPS. Sementara itu, Jaminan Sanggah Banding
untuk Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi ditentukan sebesar 1%
dari nilai pagu anggaran.
3) Jaminan Pelaksanaan
Jaminan Pelaksanaan diberlakukan untuk kontrak pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas 200 juta. Jaminan Pelaksanaan tidak diperlukan
dalam hal pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia dikuasasi
oleh pengguna atau pengadaan barang/jasa melalui E-
Purchasing. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan sebagai berikut:

22
a) Jaminan Pelaksanaan
Untuk nilai penawaran antara 80% sampai 100% dari nilai
HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak.
Sementara itu, untuk nilai penawaran di bawah 80% dari nilai
HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai HPS.
b) Jaminan Pelaksanaan Terintegrasi
Untuk nilai penawaran antara 80% sampai 100% dari nilai
pagu anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai
kontrak. Sementara itu, untuk nilai penawaran di bawah 80%
dari nilai pagu anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5%
dari nilai pagu anggaran.
Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah terima
pekerjaan pengadaan Barang/Jasa lainnya atau serah terima
pertama Pekerjaan Konstruksi.
4) Jaminan Uang Muka
Jaminan Uang Muka diserahkan oleh Penyedia kepada PPK
ditentukan senilai uang muka. Jaminan Uang Muka bertahap
dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan sisa uang
muka yang diterima.
5) Jaminan Pemeliharaan
Jaminan pemeliharaan diberlakukan untuk Pekerjaan Konstruksi
atau Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan
dalam hal Penyedia menerima uang retensi pada serah terima
pekerjaan pertama. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 hari
kerja setelah masa pemeliharaan selesai. Besaran nilai Jaminan
Pemeliharaan ditentukan sebesar 5% dari nilai Kontrak.

f. Sertifikat Garansi
Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan
barang, maka Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu
Jaminan/Garansi Purna Jual yang menyatakan adanya jaminan
ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan purna jual.
Sertifikat Garansi memberikan jaminan bahwa barang yang dipasok
adalah asli, barang/produk baru (hasil produksi tahun terakhir),
belum pernah dipakai, dan bukan barang/produk yang
diperbarui/rekondisi.

g. Sertifikat/Dokumen dalam Rangka Pengadaan Barang Impor


Pengadaan barang impor adalah barang yang diimpor untuk
kebutuhan pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang impor harus
mencantumkan persyaratan kelengkapan dokumen barang:

23
1) Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari
pabrikan/prinsipal di negara asal;
2) Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin); dan
3) Sertifikat Produksi.

h. Penyesuaian Harga
PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak.
Penyesuaian harga diberlakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis
Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Waktu Penugasan sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam
Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan.
2) Tata cara penghitungan penyesuaian harga harus dicantumkan
dengan jelas pada Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan
Dokumen Pemilihan yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari kontrak.

i. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)


SSUK adalah ketentuan umum dalam pelaksanaan Kontrak.
Ketentuan umum mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak.
Pengisian SSUK dilakukan bersamaan dengan penyusunan
rancangan kontrak.

j. Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)


SSKK adalah ketentuan khusus dalam pelaksanaan Kontrak. SSKK
menjelaskan lebih rinci ketentuan yang tertuang di dalam SSUK dari
pengadaan yang diadakan. Dalam menyusun SSKK mencantumkan
nomor klausul yang diperinci pada SSUK. Pengisian SSKK dilakukan
bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.

24
C. Persiapan Pemilihan Penyedia
Persiapan pemilihan melalui Penyedia yang dilakukan oleh Pokja Pemilihan
meliputi: reviu dokumen persiapan pengadaan; penetapan metode
pemilihan Penyedia; penetapan metode kualifikasi; penetapan persyaratan
Penyedia; penetapan metode evaluasi penawaran; penetapan metode
penyampaian dokumen penawaran; penyusunan dan penetapan jadwal
pemilihan; dan penyusunan Dokumen Pemilihan. Sementara itu, persiapan
pemilihan melalui Penyedia yang dilakukan oleh Pejabat Pengadaan
meliputi: reviu dokumen persiapan pengadaan; penetapan persyaratan
Penyedia; penetapan jadwal pemilihan; dan penetapan Dokumen
Pemilihan.

1. Metode Pemilihan
Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
meliputi E-purchasing, Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung,
Tender Cepat, dan Tender. Sementara itu, metode pemilihan Penyedia
Jasa Konsultansi meliputi Seleksi, Pengadaan Langsung, dan
Penunjukan Langsung.
a. Metode Pemilihan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
1) E-purchasing
E-purchasing dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang sudah tercantum dalam katalog
elektronik dan toko daring. Penyelenggaraan Toko Daring dan
Katalog Elektronik menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung.
Toko Daring Katalog Elektronik
Pelaksanaan • Pembelian Langsung • Negosiasi Harga
E- • Negosiasi Harga • Mini-Kompetisi
Purchasing • Metode lainnya • Competitive
sesuai dengan proses Catalogue
bisnis yang terdapat
pada PPMSE
Pelaku • Kepala LKPP • Kepala LKPP
• Pemerintah • Menteri/Pimpinan
• PPK Lembaga/Kepala
• PP Daerah
• Penyelenggara • PPK
PPMSE • PP
• Pedagang • Penyedia Katalog

25
2) Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
Pengadaan Langsung yang dilaksanakan untuk:
a) Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi yang bernilai paling banyak 200 juta.
Pekerjaan Konstruksi untuk percepatan pembangunan
kesejahteraan di Papua dan Papua Barat bernilai paling
sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 miliar.
b) Barang/Jasa Lainnya
Barang/Jasa Lainnya bernilai paling paling banyak 200 juta.
Barang/Jasa Lainnya untuk percepatan pembangunan
kesejahteraan di Papua dan Papua Barat bernilai paling
sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 miliar.
3) Penunjukan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
Kriteria Penunjukan Langsung meliputi:
a) Penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh
Presiden/Wakil Presiden;
b) Barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan negara
meliputi intelijen, perlindungan saksi, pengamanan Presiden
dan Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil
Presiden beserta keluarganya serta tamu negara setingkat
kepala negara/kepala pemerintahan, atau barang/jasa lain
bersifat rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c) Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu
kesatuan sistem konstruksi dan satu tanggung jawab atas
risiko kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak
dapat direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
d) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat
disediakan oleh satu Pelaku Usaha yang mampu;
e) Pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih
padi, jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea,
NPK, dan ZA kepada petani dalam rangka menjamin
ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat untuk
pelaksanaan peningkatan ketahanan pangan;
f) Pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di
lingkungan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah yang dilaksanakan oleh pengembang yang
bersangkutan;
g) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan
hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten, atau

26
pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten,
atau pihak yang menjadi pemenang tender untuk
mendapatkan izin dari pemerintah;
h) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang setelah
dilakukan Tender ulang mengalami kegagalan; atau
i) Pemilihan penyedia untuk melanjutkan pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal terjadi
pemutusan kontrak.
4) Tender Cepat
Tender Cepat merupakan metode pemilihan pada pengadaan
barang/jasa dalam hal Pelaku Usaha telah memiliki akun SPSE
dan terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia
(SIKaP). Selain itu, Penyedia telah lulus dalam pembuktian
kualifikasi sesuai dengan paket pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Tender Cepat dilakukan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan kriteria:
a) Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan
secara rinci; atau
b) Dimungkinkan menyebutkan merek terhadap komponen
barang/jasa, suku cadang, bagian dari sistem yang sudah
ada, dan barang/jasa dalam katalog elektronik.
Metode penyampaian penawaran dalam Tender Cepat
menggunakan penyampaian penawaran harga berulang (E-
reverse Auction).
5) Tender
Tender digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan E-
Purchasing, Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung dan
Tender Cepat. Dalam hal terdapat penyebaran lokasi/tempat
kerja, dan/atau keterbatasan kapasitas dari Pelaku Usaha, maka
Pokja Pemilihan dapat menetapkan metode Tender itemized.

b. Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi


1) Seleksi
Seleksi dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi bernilai paling
sedikit di atas 100 juta. Seleksi digunakan dalam hal tidak dapat
menggunakan Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung.
2) Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi
Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi dilaksanakan untuk Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak 100 juta. Jasa
Konsultansi untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di

27
Papua dan Papua Barat bernilai paling sedikit di atas 100 juta
sampai dengan paling banyak 200 juta.
3) Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi
Kriteria Penunjukan Langsung meliputi:
a) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu
Pelaku Usaha yang mampu;
b) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu
pemegang hak cipta yang telah terdaftar atau pihak yang
telah mendapat izin pemegang hak cipta;
c) Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan
hukum/advokasi atau pengadaan arbiter yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi gugatan
dan/atau tuntutan hukum dari pihak tertentu, yang sifat
pelaksanaan pekerjaan dan/atau pembelaannya harus
segera dan tidak bisa ditunda;
d) Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia Jasa
Konsultansi yang sama;
e) Jasa Konsultansi yang setelah dilakukan Seleksi ulang
mengalami kegagalan;
f) Pemilihan Penyedia untuk melanjutkan Jasa Konsultansi
dalam hal terjadi pemutusan Kontrak;
g) Jasa Konsultansi yang bersifat rahasia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h) Jasa ahli Dewan Sengketa Konstruksi;
i) Dalam hal dilakukan Penunjukan Langsung untuk Penyedia
Jasa Konsultansi permintaan berulang (repeat order)
diberikan batasan paling banyak dua kali.

2. Penetapan Metode Kualifikasi


Metode kualifikasi pemilihan Penyedia terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Pascakualifikasi
Pascakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang
dilakukan setelah penyampaian penawaran. Pascakualifikasi
dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut:
1) Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat tidak kompleks; atau
2) Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan.
Evaluasi kualifikasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
evaluasi administrasi. Evaluasi kualifikasi menggunakan metode
sistem gugur. Evaluasi dilakukan terhadap kompetensi, kemampuan
usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. Peserta dinyatakan lulus
28
kualifikasi apabila memenuhi seluruh persyaratan kualifikasi.
Pembuktian pascakualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang
dan calon pemenang cadangan. Dalam hal calon pemenang dan
calon pemenang cadangan tidak lulus pembuktian kualifikasi maka
dilanjutkan dengan pembuktian kualifikasi terhadap peserta dengan
peringkat selanjutnya (apabila ada).
2) Prakualifikasi
Prakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang dilakukan
sebelum penyampaian penawaran. Prakualifikasi dilaksanakan pada
pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut:
a) Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat kompleks;
b) Seleksi untuk Jasa Konsultansi Badan Usaha; atau
c) Penunjukan Langsung.
Evaluasi kualifikasi pada prakualifikasi menggunakan metode:
a) Sistem gugur untuk Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dan pada proses Penunjukan Langsung; atau
b) Sistem pembobotan dengan ambang batas untuk Penyedia Jasa
Konsultansi.
Hasil prakualifikasi:
a) Untuk Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling
sedikit 3 peserta yang lulus kualifikasi;
b) Untuk Seleksi Jasa Konsultansi Badan Usaha paling sedikit 3 dan
paling banyak 7 peserta yang lulus kualifikasi; atau
c) Untuk Penunjukan Langsung hasil prakualifikasi memenuhi atau
tidak memenuhi syarat kualifikasi.
Apabila peserta yang lulus kualifikasi untuk Tender/Seleksi kurang
dari 3, prakualifikasi dinyatakan gagal dan dilakukan prakualifikasi
ulang.

3. Penetapan Persyaratan Penyedia


Pokja Pemilihan menyusun persyaratan kualifikasi Penyedia dengan
memperhatikan jenis Barang, Jasa Lainnya, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Konsultansi Konstruksi, Jasa Konsultansi Nonkonstruksi, nilai Pagu
Anggaran, dan ketentuan yang berkaitan dengan persyaratan Pelaku
Usaha pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Dalam menentukan persyaratan kualifikasi Penyedia, Pokja
Pemilihan dilarang menambah persyaratan kualifikasi yang diskriminatif
dan tidak objektif yang dapat menghambat dan membatasi
keikutsertaan Pelaku Usaha dalam proses pemilihan. Pokja Pemilihan
menyusun persyaratan kualifikasi untuk memastikan Pelaku Usaha yang
akan menjadi Penyedia mempunyai kemampuan untuk menyediakan
29
barang/jasa. Persyaratan kualifikasi terdiri dari persyaratan
administrasi/legalitas dan teknis.

4. Penetapan Metode Evaluasi Penawaran


Metode evaluasi penawaran Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
terdiri dari Sistem Nilai; Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis; atau
Harga Terendah. Sedangkan metode evaluasi penawaran Jasa
Konsultansi terdiri dari Kualitas dan Biaya; Kualitas; Pagu Anggaran;
atau Biaya Terendah.
a. Metode Evaluasi Penawaran untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya
1) Sistem Nilai
Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang harga
penawarannya dipengaruhi oleh kualitas teknis, sehingga
penetapan pemenang berdasarkan kombinasi perhitungan
penilaian teknis dan harga.
2) Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
digunakan untuk pengadaan Barang yang memperhitungkan
faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya
pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi
tertentu.
3) Harga Terendah
Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal harga
menjadi dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang
memenuhi persyaratan teknis.
b. Metode Evaluasi Penawaran untuk Jasa Konsultansi
1) Kualitas dan Biaya
Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan untuk pengadaan
yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan dengan pasti dalam
KAK.
2) Kualitas
Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang ruang
lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian
pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK atau
untuk pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.

30
3) Pagu Anggaran
Metode evaluasi Pagu Anggaran hanya digunakan untuk ruang
lingkup pekerjaan sederhana yang dapat diuraikan dengan pasti
dalam KAK dan penawaran tidak boleh melebihi Pagu Anggaran.
4) Biaya Terendah
Metode evaluasi Biaya Terendah hanya digunakan untuk
pekerjaan standar atau bersifat rutin yang praktik dan standar
pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan.

5. Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran


Metode penyampaian Dokumen Penawaran dalam pemilihan dalam
pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Metode Satu File digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
menggunakan metode evaluasi Harga Terendah;
2) Tender Cepat;
3) Pengadaan Langsung; dan
4) Penunjukan Langsung.
b. Metode Dua File digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu.
2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang dengan Seleksi Badan Usaha
dan Perorangan.
c. Metode Dua Tahap
Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti pada
Dokumen Pemilihan;
2) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain
penerapan teknologi yang berbeda;
3) Dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan
klarifikasi penawaran teknis yang diajukan; dan/atau
4) Membutuhkan penyetaraan teknis.

31
Jenis Metode Penyampaian Dokumen
Metode Evaluasi
Pengadaan 1 File 2 File 2 Tahap
Barang PBSUE X √ √
Barang / Sistem Nilai X √ √
Pekerjaan Harga Terendah Ambang Batas X √ X
Konstruksi /
Harga Terendah Sistem Gugur √ X X
Jasa Lainnya
Jasa Kualitas dan Biaya
Konsultansi Kualitas
X √ X
Badan Usaha Pagu Anggaran
Biaya Terendah
Jasa
Konsultansi Kualitas X √ X
Perorangan

6. Penyusunan dan Penetapan Jadwal Pemilihan


Penyusunan dan penetapan jadwal pemilihan baik untuk proses
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Konstruksi maupun Jasa Konsultansi Nonkonstruksi terdapat dalam
Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang Jasa Melalui Penyedia.

7. Penyusunan Dokumen Pemilihan


Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Dokumen Pemilihan
berdasarkan dokumen persiapan pengadaan yang ditetapkan oleh PPK
dan telah direviu oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan. Dokumen
Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan
yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia. Dokumen
Pemilihan terdiri atas Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Tender
/Tender Cepat/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung.

32
D. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
1. E-purchasing
Terdapat beberapa langkah pengadaan melalui E-purchasing, baik
melalui toko daring maupun katalog elektronik. Dalam pelaksanaannya,
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, dan Pokja Pemilihan
bisa menggunakan user guide SPSE yang diterbitkan oleh Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
a. Toko Daring
Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE)
menyelenggarakan Toko Daring berupa Marketplace dan Ritel
Daring. Pelaksanaan pembelian secara elektronik (E-purchasing)
melalui Toko Daring dapat dilaksanakan dengan metode:
1) Pembelian Langsung;
2) Negosiasi Harga;
3) Permintaan Penawaran; dan/atau
4) Metode lainnya sesuai dengan proses bisnis yang terdapat pada
PPMSE.
b. Katalog Elektronik
Katalog Elektronik terdiri atas Katalog Elektronik Nasional, Katalog
Elektronik Sektoral, dan Katalog Elektronik Lokal. Pengelolaan
Katalog Elektronik meliputi aktivitas pencantuman informasi
barang/jasa, pembaruan data, serta monitoring dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelian secara elektronik (E-purchasing) melalui
Katalog Elektronik dapat dilaksanakan dengan metode:
1) Negosiasi Harga;
2) Mini-Kompetisi; dan/atau
3) Competitive Catalogue.

2. Penunjukan Langsung
PPK menyerahkan dokumen persiapan pengadaan kepada Pejabat
Pengadaan atau UKPBJ. Setelah dokumen persiapan pengadaan
diterima dan dinyatakan lengkap, Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
melakukan persiapan pemilihan Penyedia sesuai dengan ketentuan
persiapan pemilihan. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun
jadwal dan dokumen Penunjukan Langsung. Pelaksanaan pemilihan
melalui metode Penunjukan Langsung meliputi langkah-langkah
berikut:
a. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan mengundang sekaligus
menyampaikan Dokumen Kualifikasi untuk Penunjukan Langsung
kepada Pelaku Usaha yang dianggap mampu untuk menyediakan
barang/jasa.

33
b. Pelaku Usaha yang diundang menyampaikan Dokumen Kualifikasi.
c. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan evaluasi kualifikasi.
d. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembuktian
kualifikasi.
e. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan penetapan hasil
kualifikasi dan penyampaian undangan (apabila lulus kualifikasi).
f. Pokja Pemilihan memberikan penjelasan.
g. Pelaku Usaha menyampaikan Dokumen Penawaran dalam satu file
yang berisi dokumen administrasi, teknis, dan harga.
h. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan membuka Dokumen
Penawaran, melakukan evaluasi administrasi, teknis, koreksi
aritmatik, dan harga.
i. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan
negosiasi teknis dan harga.
j. Apabila hasil evaluasi administrasi, teknis, atau harga dinyatakan
tidak memenuhi syarat, Pokja Pemilihan mengundang calon
Penyedia lain (jika ada). Jika tidak ada calon Penyedia lain, maka
Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan kepada PPK.
k. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil
Penunjukan Langsung.
l. Pokja Pemilihan mengumumkan hasil Penunjukan Langsung di
dalam SPSE.
m. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyampaikan hasil
Penunjukan Langsung kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan
kepada Kepala UKPBJ.

b. Pengadaan Langsung
Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan harganya, antara lain melalui media elektronik
dan/atau non-elektronik. Dalam hal informasi tersedia, Pejabat
Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari dua
sumber informasi yang berbeda. Pelaksanaan pemilihan melalui
metode Pengadaan Langsung meliputi:
1) Pengadaan Langsung Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Nonkonstruksi
a) Pengadaan Langsung dengan Menggunakan Bukti Pembelian
atau Kuitansi
Pengadaan Langsung dengan menggunakan bukti pembelian
atau kuitansi dilakukan untuk Barang/Jasa Lainnya dengan nilai
paling banyak 50 juta, memiliki tahap pemilihan sebagai berikut:

34
i) Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan ke Pelaku Usaha.
Dalam melakukan pemesanan, Pejabat Pengadaan dapat
dibantu oleh tenaga pendukung.
ii) Penyedia dan PPK melakukan serah terima barang/jasa;
iii) Penyedia menyerahkan bukti pembelian/pembayaran atau
kuitansi kepada PPK; dan/atau
iv) PPK melakukan pembayaran.
b) Pengadaan Langsung untuk:
i) Jasa Konsultansi Nonkonstruksi dengan nilai:
• Paling banyak 100 juta menggunakan Surat Perintah Kerja.
• Paling sedikit di atas 100 juta sampai dengan paling banyak
200 juta untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan
Surat Perjanjian.
ii) Barang/Jasa Lainnya dengan nilai:
• Paling sedikit di atas 50 juta sampai dengan paling banyak
200 juta menggunakan Surat Perintah Kerja.
• Paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak
1 miliar untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan
Surat Perjanjian.
Pengadaan Langsung dilaksanakan dengan tahapan berikut:
i) Pejabat Pengadaan mengundang satu calon Penyedia yang
diyakini mampu untuk menyampaikan penawaran
administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi.
ii) Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta
dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis
pekerjaan yang dibutuhkan.
iii) Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran
administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi secara langsung
sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan.
iv) Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan mengevaluasi
administrasi, teknis, dan kualifikasi dengan sistem gugur.
Melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk
mendapatkan Penyedia dengan harga yang wajar serta dapat
dipertanggungjawabkan.
v) Klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga dilakukan
berdasarkan HPS dan dapat berdasarkan informasi lain yang
diperoleh saat persiapan pemilihan.
vi) Dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan,
Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan

35
Pengadaan Langsung ulang dengan mengundang Pelaku
Usaha lain.
vii) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan
Langsung.
viii) Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung
kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala
UKPBJ.
2) Pengadaan Langsung Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi
Konstruksi
Pengadaan Langsung untuk:
a) Jasa Konsultansi Konstruksi dengan nilai paling banyak 100 juta
menggunakan Surat Perintah Kerja. Paling sedikit di atas 100
juta sampai dengan paling banyak 200 juta untuk percepatan
pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
b) Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak 200 juta
menggunakan Surat Perintah Kerja. Paling sedikit di atas 200
juta sampai dengan paling banyak 1 milyar untuk percepatan
pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
Pengadaan Langsung dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Pejabat Pengadaan mengundang satu Pelaku Usaha yang
diyakini mampu untuk melaksanakan pekerjaan sebagai calon
Penyedia.
b) Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran
administrasi, teknis, biaya/harga, dan kualifikasi sesuai jadwal
yang telah ditentukan dalam undangan.
c) Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan melakukan
evaluasi administrasi, teknis, dan kualifikasi.
d) Pejabat Pengadaan melakukan pembuktian kualifikasi apabila
calon Penyedia memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan
kualifikasi.
e) Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi serta negosiasi teknis
dan biaya/harga berdasarkan HPS dan dapat berdasarkan
informasi lain yang diperoleh saat persiapan pemilihan.
f) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi atau pembuktian
kualifikasi, calon Penyedia tidak memenuhi persyaratan, atau
negosiasi biaya/harga tidak menghasilkan kesepakatan maka
Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan proses
Pengadaan Langsung ulang kepada Pelaku Usaha lain.

36
g) Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung
kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala
UKPBJ.

c. Tender Cepat
Tender Cepat merupakan metode pemilihan pada pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan mengundang Pelaku
Usaha yang telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia
(SIKaP). Pelaku Usaha/Penyedia Terkualifikasi merupakan Pelaku
Usaha/Penyedia yang telah memiliki akun SPSE, terdaftar di SIKaP, dan
telah lulus dalam pembuktian kualifikasi yang sesuai dengan paket
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan/atau Penyedia yang tercantum
dalam Katalog Nasional, Sektoral, atau Lokal. Pelaku Usaha atau
Penyedia tersebut wajib memiliki kinerja sekurang-kurangnya baik
sepanjang penilaian kinerja tersedia dalam SIKaP. Pelaksanaan Tender
Cepat dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pelaku Usaha yang terkualifikasi dalam SIKaP dan memenuhi kriteria
menerima undangan untuk mengikuti pelaksanaan Tender Cepat.
2) Pelaku Usaha yang terundang dan berminat mengikuti Tender Cepat
mendaftar sebagai peserta melalui SPSE.
3) Pemberian penjelasan (apabila diperlukan).
4) Penyampaian Penawaran Harga.
5) Dalam hal Pokja Pemilihan mengubah waktu batas akhir
penyampaian penawaran, maka harus menyampaikan /
menginformasikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada peserta melalui SPSE.
6) Dalam hal sesaat sebelum batas akhir penyampaian penawaran
harga, tidak ada peserta atau hanya ada satu peserta yang
menyampaikan penawaran harga, Pokja Pemilihan dapat
memperpanjang batas waktu akhir jadwal penyampaian penawaran
harga.
7) Perpanjangan jangka waktu dilakukan pada hari yang sama dengan
batas akhir jadwal penyampaian penawaran harga.
8) Apabila setelah diberikan perpanjangan jangka waktu batas akhir
penyampaian penawaran harga tidak ada peserta atau hanya ada
satu peserta yang menyampaikan penawaran harga, maka Tender
Cepat dinyatakan gagal.
9) Penawaran harga yang disampaikan setelah batas akhir waktu
penyampaian penawaran harga tidak diterima.
Setelah batas akhir pemasukan penawaran harga, SPSE mengumumkan
ranking penawaran harga. Peserta dengan penawaran terendah

37
merupakan pemenang dan penawaran terendah kedua dan seterusnya
merupakan pemenang cadangan. Tender Cepat gagal dalam hal:
• Tidak ada peserta atau hanya satu peserta yang menyampaikan
dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
• Pemenang atau pemenang cadangan tidak ada yang menghadiri
verifikasi data kualifikasi;
• Ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan LKPP;
• Seluruh peserta terlibat korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme;
• Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat; dan/atau
• Korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.
Tindak lanjut dari Tender Cepat gagal, Pokja Pemilihan melakukan reviu
penyebab kegagalan Tender Cepat dan melakukan Tender Cepat
kembali atau mengganti metode pemilihan lain.

d. Tender/Seleksi
Pelaksanaan Tender/Seleksi yang menggunakan metode Prakualifikasi,
setelah proses prakualifikasi selesai dilanjutkan dengan undangan
kepada peserta yang lulus Prakualifikasi/Daftar Pendek. Pelaksanaan
Tender/Seleksi yang menggunakan metode Pascakualifikasi, dimulai
dengan Pengumuman Tender/Seleksi.
1) Undangan kepada Peserta yang Lulus Prakualifikasi/Daftar Pendek
Pokja Pemilihan mengundang semua peserta tender yang telah
lulus prakualifikasi atau peserta seleksi yang masuk dalam Daftar
Pendek untuk mengikuti proses Pemilihan.
2) Pengumuman Tender/Seleksi
Pokja Pemilihan mengumumkan melalui SPSE dan dapat
ditambahkan dalam situs web K/L/PD, papan pengumuman resmi
untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau media lainnya.
3) Pendaftaran dan Pengunduhan Dokumen Pemilihan
Pada Tender/Seleksi Prakualifikasi, Pelaku Usaha yang lulus
prakualifikasi atau masuk dalam Daftar Pendek pada pengadaan
Jasa Konsultansi diundang untuk mengikuti Tender/Seleksi dan
mengunduh Dokumen Pemilihan melalui SPSE. Pada Tender/Seleksi
Pascakualifikasi, Pelaku Usaha yang berminat untuk mengikuti
Tender/Seleksi melakukan pendaftaran dan mengunduh Dokumen
Pemilihan melalui SPSE.
4) Pemberian Penjelasan
Pokja Pemilihan melaksanakan pemberian penjelasan pemilihan
Penyedia melalui SPSE sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pemberian penjelasan merupakan media/forum tanya jawab antara

38
Peserta Tender/Seleksi dengan Pokja Pemilihan mengenai ruang
lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang
tercantum dalam Dokumen Pemilihan.
5) Penyampaian Dokumen Penawaran
Peserta pemilihan menyampaikan dokumen penawaran
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Tender/Seleksi. Dalam hal peserta berbentuk konsorsium / kerja
sama operasi / kemitraan / bentuk kerja sama lain, penyampaian
penawaran dilakukan oleh leadfirm.
6) Pembukaan Dokumen Penawaran
Pada tahap pembukaan dokumen penawaran, Pokja Pemilihan
mengunduh file penawaran sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka, Pokja Pemilihan
menyampaikan file penawaran tersebut kepada LPSE untuk
mendapat keterangan bahwa file yang bersangkutan tidak dapat
dibuka. Apabila berdasarkan keterangan LPSE file penawaran tidak
dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan bahwa file
penawaran tersebut tidak memenuhi syarat. Namun apabila
berdasarkan LPSE dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan melanjutkan
proses evaluasi atas dokumen penawaran tersebut.
7) Evaluasi Dokumen Penawaran
Evaluasi dokumen penawaran meliputi Koreksi Aritmatik, Evaluasi
Administrasi, Evaluasi Teknis, dan Evaluasi Harga/Biaya.
8) Penetapan Calon Pemenang
Penetapan calon pemenang berdasarkan pada metode evaluasi
yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.
9) Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga/Biaya
Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dalam pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas Dokumen
Penawaran untuk pengadaan barang/jasa melalui pascakualifikasi
kepada calon pemenang peringkat pertama, untuk memastikan
kejelasan substansi teknis dan harga/biaya. Klarifikasi dan negosiasi
terhadap teknis dan harga untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dilakukan dalam hal hanya satu peserta yang memenuhi
persyaratan administrasi, teknis, dan kualifikasi. Khusus untuk
pengadaan Jasa Konsultansi dilakukan klarifikasi dan negosiasi
teknis dan biaya kepada calon pemenang peringkat pertama. Hasil
klarifikasi dan negosiasi terhadap teknis dan harga dituangkan
dalam berita acara klarifikasi dan negosiasi.
10) Penetapan Pemenang
Pokja Pemilihan menetapkan Pemenang Tender/Seleksi dan
Pemenang cadangan 1 dan Pemenang cadangan 2. Pemenang
39
cadangan ditetapkan apabila ada. Pokja Pemilihan kemudian
membuat Berita Acara Hasil Pemilihan (BAHP). Untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu
Anggaran paling sedikit di atas 100 miliar dan pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas 10
miliar, Pokja Pemilihan mengusulkan penetapan pemenang
pemilihan kepada PA melalui UKBPJ yang ditembuskan kepada PPK
dan APIP K/L/PD yang bersangkutan. PA menetapkan pemenang
pemilihan berdasarkan usulan Pokja Pemilihan. Apabila PA tidak
sependapat dengan usulan Pokja Pemilihan, maka PA menolak
untuk menetapkan pemenang pemilihan dan menyatakan
Tender/Seleksi gagal. PA menetapkan pemenang pemilihan
berdasarkan peringkat usulan Pokja Pemilihan. Dalam hal PA
menetapkan pemenang cadangan 1 atau pemenang cadangan 2
sebagai pemenang, maka PA harus memberikan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. PA menyampaikan surat penetapan
Pemenang kepada UKPBJ paling lambat 14 hari kerja setelah usulan
penetapan pemenang diterima. Dalam hal PA tidak memberikan
penetapan/penolakan, maka PA dianggap menyetujui usulan Pokja
Pemilihan. Dalam hal PA menerima/menolak hasil pemilihan, UKPBJ
memerintahkan Pokja Pemilihan untuk menindaklanjuti
penetapan/penolakan tersebut. PA untuk pengelolaan APBN dapat
melimpahkan kewenangan penetapan pemenang
pemilihan/Penyedia kepada KPA sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
11) Pengumuman Pemenang
Pokja Pemilihan mengumumkan pemenang pemilihan melalui SPSE.
Isi pengumuman pemenang pemilihan paling sedikit memuat nama
pemenang; NPWP; alamat; harga penawaran; harga negosiasi; dan
hasil evaluasi penawaran.
12) Sanggah
Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa
dirugikan atas penetapan pemenang. Peserta yang menyampaikan
Dokumen Penawaran dapat mengajukan sanggah melalui SPSE
apabila menemukan kesalahan dalam melakukan evaluasi;
penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta perubahannya, aturan turunannya, dan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan; rekayasa /
persekongkolan sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha
yang sehat; dan/atau penyalahgunaan wewenang oleh Pokja
Pemilihan, Kepala UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.
40
Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan
melakukan evaluasi ulang atau Tender/Seleksi ulang. Apabila
sanggah dinyatakan salah/ditolak, maka Pokja Pemilihan
melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil
pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak. Untuk
pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dalam hal penyanggah tidak
setuju dengan jawaban sanggah, maka penyanggah dapat
menyampaikan Sanggah Banding. Apabila Sanggah Banding
dinyatakan benar/diterima, UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan
melakukan evaluasi ulang atau Tender ulang. Apabila Sanggah
Banding dinyatakan salah/ditolak, maka Pokja Pemilihan
melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil
pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak. Kemudian,
Pokja Pemilihan atau pihak yang diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan
mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan disetorkan ke kas
negara/daerah.

Tender/Seleksi dinyatakan gagal dalam hal:


Penyebab Penetapan
Terdapat kesalahan dalam proses evaluasi Pokja
Tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran
Pokja
setelah ada pemberian waktu perpanjangan
Seluruh penawaran harga pada Tender di atas HPS atau
penawaran biaya pada Seleksi Metode Evaluasi Pagu Anggaran Pokja
di atas Pagu Anggaran
Tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran Pokja
Ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau
Dokumen Pemilihan tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Pokja
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah beserta perubahannya dan aturan turunannya
Seluruh peserta terlibat KKN Pokja
Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat Pokja
Negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai Pokja
Tidak menjalankan prosedur berdasarkan dokumen pemilihan Pokja
Pokja Pemilihan/PPK terlibat KKN PA/KPA
PA/KPA menyetujui penolakan oleh PPK atas hasil pemilihan PA/KPA
PA/KPA menolak untuk menetapkan pemenang pemilihan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling sedikit di atas PA/KPA
100 miliar dan Jasa Konsultansi paling sedikit di atas 10 miliar.

41
Catatan:
Apabila Tender/Seleksi gagal, maka Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang,
Tender/Seleksi ulang atau penghentian proses Tender/Seleksi. Pokja Pemilihan
melakukan reviu penyebab Tender/Seleksi gagal sebelum dilakukan
Tender/Seleksi ulang. Pokja Pemilihan melakukan penghentian proses
Tender/Seleksi apabila berdasarkan hasil peninjauan dan komunikasi dengan
PA/KPA/PPK, kebutuhan masih dapat ditunda dan tidak cukup waktu untuk
melaksanakan Tender/Seleksi. Dalam hal Tender/Seleksi ulang yang
disebabkan oleh KKN yang melibatkan Pokja Pemilihan/PPK, Tender/Seleksi
ulang dilakukan oleh Pokja Pemilihan/PPK yang baru. Dalam hal
Tender/Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan PA/KPA
melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria kebutuhan tidak dapat
ditunda dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi. Pokja
Pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan kepada PPK melalui SPSE
dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ.

42
E. Konsolidasi
1. Konsolidasi oleh PPK
Konsolidasi pengadaan barang/jasa oleh PPK dengan menggabungkan
paket-paket pengadaan barang/jasa sejenis menjadi satu atau
beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan dengan persiapan
pengadaan barang/jasa melalui Penyedia. Konsolidasi yang dilakukan
oleh PPK sebagai berikut:
a. PPK menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan dari PA/KPA.
b. PPK melakukan reviu Dokumen Perencanaan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket pengadaan barang/jasa sejenis.
c. PPK melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket
pengadaan barang/jasa sejenis apabila terdapat indikasi pemecahan
paket untuk menghindari Tender/Seleksi.
d. PPK melakukan Konsolidasi untuk paket pengadaan barang/jasa
sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau usaha kecil
sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar 15 miliar.
e. PPK dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa paket
pengadaan barang/jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah
yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilaksanakan/dikerjakan di beberapa lokasi/daerah masing-masing.
f. PPK mengusulkan perubahan pemaketan kepada PA/KPA.
g. Dalam hal usulan perubahan pemaketan disetujui oleh PA/KPA,
maka ditindaklanjuti dengan perubahan RUP. Selanjutnya PPK
menyampaikan hasil konsolidasi kepada Pejabat Pengadaan/UKPBJ
untuk dilakukan pemilihan Penyedia.

2. Konsolidasi oleh UKPBJ


a. Umum
UKPBJ melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket
pengadaan barang/jasa sejenis dengan ketentuan:
1) UKPBJ melakukan Konsolidasi untuk paket pengadaan
barang/jasa sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau
usaha kecil sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi
sebesar 15 miliar.
2) UKPBJ melakukan koordinasi kepada PPK untuk melaksanakan
strategi pengadaan.
3) Beberapa PPK yang paketnya dikonsolidasikan oleh UKPBJ,
selanjutnya ditunjuk satu PPK sebagai koordinator / konsolidator
sesuai kesepakatan para PPK atau ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

43
b. Konsolidasi setelah pengumuman RUP
Setelah pengumuman RUP, UKPBJ dapat melakukan konsolidasi
terhadap pemaketan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) UKPBJ secara tertulis mengusulkan kepada PA/KPA/PPK untuk
melakukan konsolidasi.
2) Dalam hal PA/KPA menyetujui, dilakukan tahapan konsolidasi.
3) Dalam hal PA/KPA tidak menyetujui, maka pengadaan
barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan rencana semula.
c. Konsolidasi pada tahap Persiapan Pemilihan
Konsolidasi Pengadaan barang/jasa oleh UKPBJ dengan
menggabungkan paket-paket pengadaan barang/jasa sejenis
menjadi satu atau beberapa paket yang dilakukan sebelum
persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan. Konsolidasi
oleh UKPBJ sebagai berikut:
1) UKPBJ menerima Dokumen Persiapan Pengadaan melalui
Penyedia dari PPK.
2) UKPBJ melakukan reviu Dokumen Persiapan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket-paket pengadaan
barang/jasa sejenis.
3) UKPBJ secara tertulis mengusulkan kepada para PPK untuk
melakukan konsolidasi termasuk perubahan spesifikasi
teknis/KAK, HPS, dan/atau rancangan kontrak.
4) Dalam hal para PPK menyetujui, dilakukan tahapan konsolidasi.
5) Dalam hal para PPK tidak menyetujui, maka pengadaan
barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan rencana semula.

44
F. Pelaksanaan Kontrak
Pelaksanaan Kontrak dilakukan berdasarkan dokumen Kontrak pada
rancangan Kontrak yang terdapat dalam standar Dokumen Pemilihan.
Secara ringkas, pelaksanaan Kontrak meliputi:
1. Reviu Laporan Hasil Pemilihan Penyedia
Setelah menerima laporan hasil pemilihan Penyedia, PPK melakukan
reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan bahwa proses
pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan prosedur yang
ditetapkan dan pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki
kemampuan untuk melaksanakan Kontrak, termasuk keberlakuan data
isian kualifikasi. Berdasarkan hasil reviu, PPK memutuskan untuk
menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia tersebut.
2. Penetapan SPPBJ
SPPBJ ditetapkan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak. Dalam hal
Tender/Seleksi dilakukan mendahului tahun anggaran, SPPBJ dapat
ditetapkan setelah persetujuan RKA-KL atau RKA-PD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak
Sebelum penandatanganan Kontrak, dilakukan rapat persiapan
penandatanganan Kontrak antara Pejabat Penandatangan Kontrak
dengan Penyedia. Hasil pembahasan dan kesepakatan rapat persiapan
penandatanganan Kontrak dituangkan dalam berita acara. Dalam hal
penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DIPA/DPA disahkan dan ternyata
alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau kurang dari
rencana nilai Kontrak, maka penandatanganan Kontrak dapat dilakukan
setelah Pagu Anggaran cukup tersedia melalui revisi DIPA/DPA. Jika
penambahan Pagu Anggaran melalui revisi DIPA/DPA tidak tercapai,
maka SPPBJ dibatalkan dan kepada calon Penyedia Barang/Jasa tidak
diberikan ganti rugi.
4. Pengunduran Diri Calon Penyedia
Apabila pemenang pemilihan (calon Penyedia) mengundurkan diri
dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PPK/Pejabat
Penandatangan Kontrak baik sebelum Penerbitan SPPBJ atau sebelum
penandatanganan kontrak dan masa penawarannya masih berlaku,
maka calon Penyedia tersebut dikenakan sanksi Daftar Hitam sesuai
ketentuan perundang-undangan dan Jaminan Penawarannya (jika
dipersyaratkan) dicairkan dan disetorkan pada kas negara/daerah.

45
Selanjutnya penunjukan Penyedia dilakukan kepada peserta dengan
peringkat di bawahnya (jika ada).
5. Penandatanganan Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia wajib memeriksa
kembali rancangan kontrak meliputi substansi, bahasa, redaksional,
angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar
Dokumen Kontrak. Kontrak ditandatangani dengan ketentuan
DIPA/DPA telah disahkan; penandatanganan kontrak dilakukan paling
lambat 14 hari kerja setelah diterbitkan SPPBJ, kecuali DIPA/DPA belum
disahkan; dan ditandatangani oleh Pihak yang berwenang
menandatangani Kontrak. Dalam hal penandatanganan kontrak
dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan sebelum tahun anggaran,
pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan setelah DIPA/DPA berlaku efektif.
Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas nama Penyedia
adalah Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang
disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah
didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
Penyedia perorangan. Selain pihak yang disebut di atas, pihak lain yang
dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang mendapat kuasa
atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direktur Utama/Pimpinan
Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak yang sah untuk
menandatangani kontrak sepanjang pihak lain tersebut merupakan
pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus
sebagai tenaga kerja tetap. Kontrak mulai berlaku pada tanggal
penandatanganan Kontrak oleh para pihak atau pada tanggal yang
ditetapkan dalam Kontrak.
6. Penyerahan Lokasi Kerja dan Personel
Apabila diperlukan Pejabat Penandatangan Kontrak menyerahkan
lokasi kerja kepada Penyedia, penyerahan lokasi kerja dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan peninjauan lapangan oleh para pihak dan pihak
terkait yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan Lokasi Kerja.
Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Lokasi Kerja yang ditandatangani oleh para pihak. Apabila Pejabat
Penandatangan Kontrak tidak dapat menyerahkan seluruh lokasi kerja
sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam rencana kerja untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak, maka Pejabat Penandatangan
Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai Peristiwa Kompensasi dan
dibuat Berita Acara. Penyedia menyerahkan personel (apabila
dibutuhkan).

46
7. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP)
a. SPMK untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia barang/jasa
untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak.
Dalam SPMK dicantumkan seluruh lingkup pekerjaan dan tanggal
mulai kerja yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan
pekerjaan sesuai kontrak.
b. SPP untuk Barang
Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk
mulai melaksanakan pekerjaan penyediaan barang sesuai kontrak.
Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan sebagai
tanggal awal perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan serah terima barang. Untuk pekerjaan yang pengiriman
barangnya dijadwalkan tidak dilaksanakan sekaligus tetapi secara
bertahap sesuai rencana kebutuhan, harus dinyatakan dalam
Kontrak.
8. Pemberian Uang Muka
Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak
dan rencana pengembaliannya. Nilai besaran uang muka paling tinggi
sesuai dengan yang ditetapkan dalam kontrak. Uang Muka dibayar
setelah Penyedia menyerahkan Jaminan Uang Muka senilai uang muka
yang diterima Penyedia. Pengembalian uang muka dapat dilakukan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi
pekerjaan atau sesuai kesepakatan yang diatur dalam kontrak. Paling
lambat harus lunas pada saat serah terima sesuai dengan ketentuan
yang tertuang dalam kontrak.
9. Penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan
Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan kontrak. Rencana program mutu disesuaikan dengan jenis
barang/jasa, karakteristik, dan kompleksitas pekerjaan. Rencana
program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi pekerjaan. Penyedia
berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu jika terjadi
Adendum Kontrak dan/atau Peristiwa Kompensasi. Pemutakhiran
rencana program mutu harus mendapatkan persetujuan Pejabat
Penandatangan Kontrak. Persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak

47
terhadap rencana program mutu tidak mengubah kewajiban
kontraktual Penyedia.
10. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Sebelum melaksanakan kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak dan
Penyedia harus melakukan rapat secara tatap muka untuk
mendiskusikan kesamaan pemahaman dan administrasi kontrak. Rapat
harus dilaksanakan secara formal, agenda rapat diketahui secara
bersama sebelum pelaksanaan rapat, dan para pihak masing-masing
harus menunjuk narahubung selama pelaksanaan kontrak.
11. Mobilisasi
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu
yang ditetapkan. Untuk Pekerjaan Konstruksi, mobilisasi dilakukan
sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi mendatangkan
bahan/material dan peralatan terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan; mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah,
gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau
mendatangkan personel. Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan
sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi mendatangkan tenaga ahli;
mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau menyiapkan peralatan
pendukung. Mobilisasi bahan/material, peralatan, dan personil dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
12. Pemeriksaan Bersama
Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan kontrak, para pihak
bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi
pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata
pembayaran. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita
Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan
isi kontrak, maka harus dituangkan dalam Adendum Kontrak.
13. Pengendalian Kontrak
Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
pelaksanaan kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang
ditunjuk. Pengawasan/pengendalian kontrak dapat dilaksanakan secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak, pihak ketiga yang independen, Penyedia, dan/atau pengguna
akhir. Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target
pelaksanaan kontrak atau terjadi Kontrak Kritis, maka para pihak
melakukan Rapat Pembuktian (Show Cause Meeting/SCM). Pejabat
Penandatangan Kontrak memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan
perbaikan target dan realisasi pelaksanaan pekerjaan. Apabila Penyedia
48
tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada SCM, maka
Pejabat Penandatangan Kontrak mengeluarkan Surat Peringatan (SP)
kepada Penyedia. Dalam hal telah dikeluarkan SP ketiga dan Penyedia
dinilai tidak mampu mencapai target yang ditetapkan, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dapat melakukan pemutusan Kontrak secara
sepihak dan memberikan sanksi kepada Penyedia sesuai ketentuan
yang berlaku.
14. Inspeksi Pabrikasi (apabila diperlukan)
Jika diperlukan, para pihak dapat melakukan inspeksi atas proses
pabrikasi barang/peralatan khusus. Jadwal, tempat, dan ruang lingkup
inspeksi harus sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
15. Pembayaran Prestasi Pekerjaan
Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan
secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai laporan
kemajuan/output pekerjaan sesuai kontrak. Pembayaran termin
terakhir hanya dapat dilakukan setelah sesuai dengan ketentuan yang
termuat dalam Kontrak dan para pihak menandatangani Berita Acara
Serah Terima pekerjaan. Untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa
pemeliharaan, uang retensi dibayarkan setelah masa pemeliharaan
berakhir. Dalam hal masa pemeliharaan berakhir pada tahun anggaran
berikutnya yang menyebabkan retensi tidak dapat dibayarkan, maka
uang retensi dapat dibayarkan dengan syarat Penyedia menyampaikan
Jaminan Pemeliharaan senilai uang retensi tersebut.
16. Perubahan Kontrak
Perubahan kontrak karena perbedaan kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam
dokumen kontrak diberlakukan untuk Kontrak Lumsum, Kontrak Harga
Satuan, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak
Putar Kunci. Dalam hal terdapat perbedaan atau ada perintah
perubahan dari Pejabat Penandatangan Kontrak, Pejabat
Penandatangan Kontrak bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontrak yang meliputi menambah atau mengurangi volume
yang tercantum dalam kontrak, menambah dan/atau mengurangi jenis
kegiatan, mengubah spesifikasi teknis dan gambar sesuai dengan
kondisi lapangan, dan/atau mengubah jadwal pelaksanaan. Perubahan
kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan
sepanjang disepakati kedua belah pihak. Masalah administrasi yang
dimaksud antara lain pergantian Pejabat Penandatangan Kontrak atau
perubahan rekening penerima.

49
17. Penyesuaian Harga (apabila diperlukan)
Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak yang
berbentuk Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Berdasarkan Waktu
Penugasan yang masa pelaksanaan pekerjaannya lebih dari 18 bulan,
dengan ketentuan:
a. Ketentuan, persyaratan, dan tata cara perhitungan penyesuaian
harga dicantumkan dalam Dokumen Pemilihan (rancangan kontrak)
dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan, yang selanjutnya
dituangkan dalam kontrak.
b. Persyaratan perhitungan penyesuaian harga meliputi:
1) Penyesuaian diberlakukan mulai bulan ke-13 sejak pelaksanaan
pekerjaan;
2) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata
pembayaran, kecuali komponen keuntungan, biaya overhead,
dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
3) Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak/adendum kontrak;
4) Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang
berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga
dari negara asal barang tersebut;
5) Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 sejak adendum kontrak ditandatangani; dan
6) Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan kontrak terlambat
disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah indeks terendah
antara jadwal kontrak dan realisasi pekerjaan.
18. Keadaan Kahar
Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para
pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak
dapat dipenuhi. Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, Pejabat Penandatangan Kontrak atau
Penyedia memberitahukan tentang terjadinya keadaan kahar kepada
salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 hari
kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari atas kejadian
atau keadaan yang merupakan keadaan kahar. Dalam hal terjadi
keadaan kahar, pelaksanaan kontrak dapat dihentikan atau dilanjutkan
setelah kondisi kahar berakhir. Kegagalan salah satu pihak memenuhi
kewajiban yang disebutkan dalam kontrak bukan merupakan cidera

50
janji/wanprestasi jika disebabkan oleh karena keadaan kahar. Contoh
keadaan kahar dalam kontrak pengadaan barang/jasa tidak terbatas
pada bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, pemogokan,
kebakaran, kondisi cuaca ekstrim, dan gangguan industri lainnya.
19. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak
a. Penghentian Kontrak
Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar. Penghentian
kontrak karena keadaan kahar dilakukan secara tertulis oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak dengan disertai alasan penghentian
pekerjaan. Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat
bersifat sementara hingga keadaan kahar berakhir atau permanen
apabila akibat keadaan kahar tidak memungkinkan
dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan. Penghentian kontrak
sementara dapat diberikan kompensasi berupa perpanjangan masa
kontrak dan/atau penggantian yang wajar terhadap kerugian nyata.
Penghentian Kontrak permanen diberlakukan Pengakhiran Kontrak.
Dalam hal kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak wajib membayar kepada Penyedia sesuai
dengan kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai setelah
dilakukan pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.
b. Berakhirnya Kontrak
Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai. Hak dan kewajiban
para pihak yang terdapat dalam kontrak sudah terpenuhi.
Terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak adalah terkait dengan
pembayaran yang seharusnya dilakukan akibat dari pelaksanaan
kontrak. Dalam hal kontrak telah berhenti karena pekerjaan telah
selesai, namun kontrak belum berakhir, apabila masih terdapat sisa
pembayaran yang belum dibayarkan, Pejabat Penandatangan
Kontrak melakukan sisa pembayaran tersebut kepada Penyedia.
20. Pemutusan Kontrak
Pemutusan kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk mengakhiri
berlakunya kontrak karena alasan tertentu.
a. Pemutusan Kontrak oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemutusan kontrak
apabila:
1) Penyedia terbukti melakukan korupsi, kolusi dan/atau
nepotisme, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses
pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang.
2) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan
korupsi, kolusi dan/atau nepotisme dan/atau pelanggaran
51
persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang;
3) Penyedia berada dalam keadaan pailit;
4) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum
penandatangan kontrak;
5) Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat
Peringatan sebanyak tiga kali;
6) Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan
Pelaksanaan;
7) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan
kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan;
8) Berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak,
Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan;
9) Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan setelah
diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan; atau
10) Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang
ditentukan dalam kontrak dan penghentian ini tidak
tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan
pengawas pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan
Penyedia, maka Jaminan Pelaksanaan dicairkan; sisa Uang Muka
harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang Muka dicairkan
(apabila diberikan); dan Penyedia dikenakan sanksi Daftar
Hitam. Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak
oleh Pejabat Penandatangan Kontrak karena kesalahan
Penyedia, maka Pokja Pemilihan dapat menunjuk pemenang
cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau
Penyedia yang mampu dan memenuhi syarat. Semua bahan,
perlengkapan, peralatan, hasil pekerjaan sementara yang masih
berada di lokasi kerja setelah pemutusan kontrak akibat
kelalaian atau kesalahan Penyedia, dapat dimanfaatkan
sepenuhnya oleh Pejabat Penandatangan Kontrak tanpa
kewajiban perawatan/pemeliharaan. Pengambilan kembali
semua peninggalan tersebut oleh Penyedia hanya dapat
dilakukan setelah mempertimbangkan kepentingan Pejabat
Penandatangan Kontrak.
b. Pemutusan Kontrak oleh Penyedia
Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
1) Setelah mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan
Kontrak, pengawas pekerjaan memerintahkan Penyedia
52
untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan
pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama waktu
yang ditentukan dalam Kontrak;
2) Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menerbitkan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran tagihan
angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam syarat-syarat kontrak.
Apabila terjadi Pemutusan kontrak secara sepihak, maka:
1) PPK melakukan evaluasi atas hasil pekerjaan yang telah
dilakukan;
2) PPK membayar pekerjaan yang telah dikerjakan Penyedia
dan dapat dimanfaatkan oleh PPK dengan memperhitungkan
ketentuan mengenai sanksi dan denda sesuai dengan
Peraturan LKPP tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan
Barang/Jasa;
3) PPK meminta Pokja Pemilihan untuk melakukan Penunjukan
Langsung terhadap pemenang cadangan (apabila ada) atau
Pelaku Usaha yang mampu;
4) Proses selanjutnya mengikuti mekanisme Penunjukan
Langsung.
21. Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, Pejabat Penandatangan Kontrak
melakukan penilaian atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Hasil
penilaian menjadi dasar bagi Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk:
a. Memberikan kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender.
2) Dalam hal setelah diberikan kesempatan, Penyedia masih
belum dapat menyelesaikan pekerjaan, Pejabat
Penandatangan Kontrak dapat memberikan kesempatan
kedua untuk penyelesaian sisa pekerjaan dengan jangka
waktu sesuai kebutuhan atau melakukan pemutusan kontrak
dalam hal Penyedia dinilai tidak akan sanggup menyelesaikan
pekerjaannya.
3) Pemberian kesempatan kepada Penyedia dituangkan dalam
adendum kontrak yang di dalamnya mengatur pengenaan
sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan
perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (jika ada).

53
4) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui tahun anggaran.
b. Tidak memberikan kesempatan kepada Penyedia dan
dilanjutkan dengan pemutusan kontrak serta pengenaan sanksi
administratif dalam hal antara lain:
1) Penyedia dinilai tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
2) Pekerjaan yang harus segera dipenuhi dan tidak dapat
ditunda; atau
3) Penyedia menyatakan tidak sanggup menyelesaikan
pekerjaan.
22. Denda dan Ganti Rugi
a. Denda dan ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan
kepada Penyedia atau Pejabat Penandatangan Kontrak dalam
hal terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam
Kontrak.
b. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan,
menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan
kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan
berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang
kualitasnya tidak sesuai dengan kontrak berdasarkan hasil audit,
dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
c. Denda keterlambatan dikenakan apabila terjadi keterlambatan
penyelesaian pekerjaan akibat kesalahan Penyedia. Besarnya
denda keterlambatan adalah 1‰ (satu permil) per hari dari
harga bagian kontrak yang tercantum dalam kontrak atau 1‰
(satu permil) per hari dari harga kontrak. Besaran denda
keterlambatan atas perbaikan cacat mutu sebesar 1‰ (satu
permil) per hari keterlambatan perbaikan dari nilai biaya
perbaikan pekerjaan yang ditemukan cacat mutu.
d. Besaran sanksi ganti rugi adalah sebesar nilai kerugian yang
ditimbulkan. Besaran denda atas pelanggaran ketentuan
subkontrak sebesar nilai pekerjaan yang disubkontrakkan.
e. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan
yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan.
f. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.
23. Penyelesaian Sengketa Kontrak
Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia dalam
pelaksanaan kontrak dapat dilakukan melalui layanan penyelesaian
sengketa kontrak, arbitrase, Dewan Sengketa Kontrak Konstruksi,
atau melalui pengadilan.

54
G. Serah Terima Hasil Pekerjaan
Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak untuk penyerahan hasil pekerjaan. Dalam
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, terdapat Serah Terima Pertama Hasil
Pekerjaan (Provisional Hand-Over) dan Serah Terima Akhir Hasil Pekerjaan
(Final Hand-Over). Namun demikian, serah terima hasil pekerjaan
barang/jasa secara umum sebagai berikut:
1. Serah Terima Pekerjaan dari Penyedia kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak
a) Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak untuk penyerahan hasil
pekerjaan.
b) Sebelum dilakukan serah terima, Pejabat Penandatangan Kontrak
melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan.
c) Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan
terhadap kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
d) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil
pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan
Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
pekerjaan.
e) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita
Acara Serah Terima.
2. Masa Pemeliharaan (apabila dibutuhkan)
a) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.
b) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk penyerahan akhir pekerjaan.
c) Pejabat Penandatangan Kontrak menerima penyerahan akhir
pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua kewajibannya
selama masa pemeliharaan dengan baik. Pejabat Penandatangan
Kontrak wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum
dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.
d) Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen
selama 6 bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama
3 bulan.
55
e) Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
f) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka Pejabat Penandatangan Kontrak
berhak untuk tidak membayar retensi atau mencairkan Jaminan
Pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, serta
Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
g) Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang
pencairan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai pemeliharaan,
maka Pejabat Penandatangan Kontrak wajib menyetorkan kepada
kas negara.
h) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita
Acara Serah Terima akhir.
i) PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK
selama masa pemeliharaan.
j) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.

56
H. Penilaian Kinerja Penyedia
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memiliki tugas untuk melakukan
Penilaian Kinerja. Penilaian Kinerja Penyedia Barang/Jasa (Penilaian
Kinerja) merupakan aktivitas dan proses untuk mengukur kinerja Penyedia
dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Penilaian Kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil
atas barang/jasa yang dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada
kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ruang
lingkup yang telah ditetapkan dalam kontrak. Penilaian Kinerja
dilaksanakan dengan prinsip sederhana, mudah, dan aplikatif; transparan,
objektif, proporsional; dan profesional dan berintegritas. Penilaian Kinerja
dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP) yang
diselenggarakan oleh LKPP.
1. Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja bertujuan untuk:
a. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan dalam rangka
menjamin kualitas barang/jasa hasil pekerjaan Penyedia;
b. Memperoleh profil Penyedia berdasarkan kinerja dalam
pelaksanaan kontrak;
c. Melaksanakan mitigasi risiko pelaksanaan pekerjaan;
d. Menghasilkan umpan balik bagi Penyedia untuk dapat
meningkatkan kinerjanya berdasarkan pada hasil kinerja sesuai
kontrak; dan
e. Memberikan indikator peningkatan kapasitas yang dibutuhkan oleh
Penyedia.
2. Tata Cara Penilaian Kinerja
a. Penilaian Kinerja dilaksanakan oleh PPK melalui SIKaP, atas
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia selama
masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses pembayaran
termasuk masa pemeliharaan/garansi jika ada.
b. PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah:
1) Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK
melalui Berita Acara Serah Terima (BAST) dan/atau Berita Acara
Serah Terima Akhir (BAST-A) untuk pekerjaan barang/jasa yang
memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
2) PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan
tidak dapat dilanjutkan/diselesaikan; atau
3) PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia.
c. Dalam melakukan penilaian kinerja, PPK dapat dibantu oleh
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, tenaga ahli, dan/atau pihak lain
yang kompeten.

57
d. Penilaian Kinerja pada E-purchasing melalui Toko Daring dilakukan
berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku pada masing-
masing Toko Daring.
3. Aspek, Indikator, dan Bobot Penilaian Kinerja
a. Aspek, indikator, dan bobot yang dipergunakan untuk menilai
kinerja Penyedia terdiri atas:
1) Kualitas dan kuantitas dengan indikator kesesuaian diberikan
bobot 30%;
2) Biaya dengan indikator kemampuan pengendalian biaya
diberikan bobot 20%;
3) Waktu dengan indikator ketepatan diberikan bobot 30%; dan
4) Layanan dengan indikator komunikasi dan tingkat respon
diberikan bobot 20%.
b. Kriteria dan skor Penilaian Kinerja adalah sebagai berikut:
1) Kualitas dan kuantitas pekerjaan
2) Biaya
3) Waktu
4) Layanan

58
IV

PENGADAAN KHUSUS
A. Pengadaan Barang/jasa dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat

Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk keselamatan /


perlindungan masyarakat atau warga negara Indonesia yang berada di
dalam negeri dan/atau luar negeri yang pelaksanaannya tidak dapat
ditunda dan harus dilakukan segera. Keadaan darurat meliputi:
1. Bencana alam, bencana non-alam, dan/atau bencana sosial;
2. Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
3. Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan
pelayanan publik;
4. Bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial, perkembangan
situasi politik dan keamanan di luar negeri, dan/atau pemberlakuan
kebijakan pemerintah asing yang memiliki dampak langsung terhadap
keselamatan dan ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri;
5. Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena
bencana.
Keadaan darurat meliputi siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi
darurat ke pemulihan. Untuk penanganan keadaan darurat, PPK menunjuk
Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pengadaan barang/jasa
sejenis atau Pelaku Usaha lain yang dinilai mampu dan memenuhi
kualifikasi untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa sejenis.

B. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri


Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan di luar negeri berpedoman pada
ketentuan dalam Peraturan Presiden ini. Dalam hal ketentuan dalam
Peraturan Presiden tidak dapat dilaksanakan, pelaksanaan pengadaan
barang/jasa menyesuaikan dengan ketentuan pengadaan barang/jasa di
negara setempat. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan
barang/jasa di luar negeri diatur oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang luar negeri setelah berkonsultasi dengan
LKPP.

C. Pengecualian
Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah adalah Pengadaan Barang/Jasa yang ketentuannya
dikecualikan baik sebagian atau seluruhnya dari ketentuan Perpres Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah diubah dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan salah satu pengaturan
khusus yang dilatarbelakangi kebutuhan bervariasi dan beragam, adanya

59
mekanisme pasar yang memiliki mekanisme transaksi tersendiri, serta
adanya peraturan perundang-undangan lain yang telah mengatur secara
khusus. Pelaku pengadaan dalam pengadaan barang/jasa yang
dikecualikan meliputi: PA/KPA; PPK; Pejabat Pengadaan; Pokja Pemilihan;
Penyedia; dan Pihak lainnya (pihak yang dibutuhkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan atau pihak yang dibutuhkan sesuai
peraturan pimpinan BLU/BLUD).
1. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum (BLU)/Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pengadaan barang/Jasa di BLU/BLUD dilaksanakan berdasarkan
peraturan pimpinan BLU/BLUD. Dalam hal terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi berdasarkan hasil kajian internal BLU/BLUD,
Pemimpin BLU/BLUD dapat mengatur pengadaan barang/jasa.
2. Pengadaan Barang/Jasa yang Dilaksanakan Berdasarkan Tarif
Barang/Jasa yang Dipublikasikan secara Luas kepada Masyarakat
Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan tarif
barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat
meliputi namun tidak terbatas pada listrik; telepon/komunikasi; air
bersih; bahan bakar gas; atau bahan bakar minyak.
3. Pengadaan Barang/Jasa yang Dilaksanakan Sesuai dengan Praktik Bisnis
yang Sudah Mapan
Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis
yang sudah mapan merupakan pengadaan barang/jasa yang
pelaksanaan praktik transaksinya berlaku secara umum dan terbuka
sesuai dengan kondisi pasar yang telah memiliki mekanisme transaksi
tersendiri. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan
praktik bisnis yang sudah mapan dapat dilaksanakan melalui kompetisi,
mengikuti lelang, atau metode pemilihan yang lain seperti pembelian /
sewa / pemesanan / langganan / cara lainnya. Tahapan pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah
mapan terdiri atas tahapan perencanaan, persiapan pengadaan,
persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia, dan pelaksanaan
kontrak.
a. Pengadaan Barang/Jasa yang pelaksanaan transaksi dan usahanya
telah berlaku secara umum dalam persaingan usaha yang sehat,
terbuka dan pemerintah/asosiasi telah menetapkan standar untuk
harga barang/jasa tersebut atau harga sudah terpublikasi secara
resmi. Contoh: jasa akomodasi hotel, jasa tiket transportasi,
langganan koran/majalah dll.
b. Jumlah Permintaan atas Barang/Jasa Lebih Besar daripada Jumlah
Penawaran (Excess Demand) dan/atau Memiliki Mekanisme Pasar
Tersendiri. Contoh: keikutsertaan seminar/pelatihan/pendidikan,
60
jurnal/publikasi ilmiah/penelitian/laporan riset, kapal bekas,
pesawat bekas, dan jasa sewa gedung/gudang.
c. Pengadaan Jasa Profesi Tertentu yang Standar Remunerasi/Imbalan
Jasa/Honorarium, Layanan Keahlian, Praktik Pemasaran, dan/atau
Kode Etik Telah Ditetapkan oleh Perkumpulan Profesinya. Contoh:
jasa Arbiter, jasa Pengacara/Penasihat Hukum, jasa Tenaga
Kesehatan, jasa PPAT/Notaris, jasa Auditor, jasa penerjemah
(interpreter), dan jasa Penilai.
d. Pengadaan Barang/Jasa yang Merupakan Karya Seni dan Budaya
dan/atau Industri Kreatif. Contoh: pembuatan / sewa / pembelian
film, pembuatan / sewa / pembelian iklan layanan masyarakat, jasa
pekerja seni dan budaya, pembuatan/sewa/pembelian
barang/karya seni dan budaya.
4. Pengadaan Barang/Jasa yang Diatur dengan Ketentuan dalam
Peraturan Perundang-Undangan Lainnya
Pengadaan untuk barang/jasa yang diatur dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan lainnya meliputi pengadaan
barang/jasa yang telah diatur ketentuannya dalam peraturan
perundang-undangan lain yang pelaksanaannya dikecualikan dari
ketentuan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa yang telah
diatur oleh peraturan perundangundangan lain dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam masing-masing peraturan
perundang-undangan dimaksud. Pengadaan barang/jasa yang diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, antara lain
namun tidak terbatas pada:
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai beserta
perubahannya
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
c. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta
perubahannya
e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
beserta perubahannya
f. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian beserta perubahannya
61
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum
h. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perkeretaapian
i. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan
Proyek Strategis Nasional
j. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pengadaan, Penetapan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah
Negara
k. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas beserta perubahannya
l. Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2014 tentang Pengadaan dan
Standar Rumah Bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil
Presiden
m. Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha
n. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Asian Games XVIII Tahun 2018
o. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan
Sistem Administrasi Perpajakan
p. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
q. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan
Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) beserta
perubahannya
r. Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2020 tentang Pengadaan
Teknologi Industri melalui Proyek Putar Kunci

D. Penelitian
Penelitian dilakukan oleh PA/KPA pada K/L/PD sebagai penyelenggara
penelitian dan pelaksana penelitian. Penyelenggara penelitian memiliki
kewenangan:
1. Menetapkan rencana strategis penelitian yang mengacu pada arah
pengembangan penelitian nasional;
2. Menetapkan program penelitian tahunan yang mengacu pada rencana
strategis penelitian dan/atau untuk mendukung perumusan dan
penyusunan kebijakan pembangunan nasional; dan
3. Melakukan penjaminan mutu pelaksanaan penelitian.

62
Pelaksana penelitian meliputi individu/kumpulan individu (ASN/Non-ASN);
K/L/PD; Perguruan Tinggi; Ormas; dan/atau Badan Usaha. Pelaksana
penelitian ditetapkan berdasarkan hasil kompetisi atau penugasan.
Kompetisi dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian. Sementara itu,
penugasan ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian yang
bersifat khusus. Penelitian dapat menggunakan anggaran belanja dan/atau
fasilitas yang berasal dari satu atau lebih dari satu penyelenggara
penelitian. Penelitian dapat dilakukan dengan kontrak penelitian selama
satu Tahun Anggaran atau melebihi satu Tahun Anggaran. Pembayaran
pelaksanaan penelitian dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus
sesuai dengan kontrak penelitian dan dilakukan berdasarkan produk
keluaran sesuai ketentuan dalam kontrak penelitian. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penelitian diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan
pendidikan tinggi.

E. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah


Luar Negeri
Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk:
1. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling sedikit diatas 1
triliun;
2. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas 50
miliar;
3. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas 25 miliar;
4. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor atau Kreditor Swasta Asing.
Tender/Seleksi Internasional untuk nilai kurang dari batasan di atas,
dilaksanakan dalam hal tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu
dan memenuhi persyaratan. Badan usaha asing yang mengikuti
Tender/Seleksi Internasional harus melakukan kerja sama usaha dengan
badan usaha nasional dalam bentuk konsorsium, subkontrak, atau bentuk
kerja sama lainnya. Badan usaha asing yang melaksanakan pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi, harus bekerja sama dengan industri dalam
negeri dalam pembuatan suku cadang dan pelaksanaan pelayanan
purnajual. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya yang dilaksanakan melalui Tender/Seleksi Internasional
diumumkan dalam situs web K/L/PD dan situs web komunitas
internasional. Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional
paling sedikit ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen
Pemilihan, dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan.
Pembayaran Kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional dapat
63
menggunakan mata uang rupiah dan/atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan
yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri atau hibah luar
negeri berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
ini, kecuali diatur lain dalam perjanjian pinjaman luar negeri atau
perjanjian hibah luar negeri. Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan
yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri dapat
dilaksanakan sebelum disepakatinya perjanjian pinjaman luar negeri
(advance procurement). Dalam menyusun perjanjian, dapat
dikonsultasikan kepada LKPP.

64
V

PENGAWASAN, PENGADUAN, DAN SANKSI


A. Pengawasan
Menteri/kepala lembaga/kepala daerah wajib melakukan pengawasan
pengadaan barang/jasa melalui aparat pengawasan internal pada K/L/PD
masing-masing. Pengawasan tersebut dapat dilakukan sejak perencanaan,
persiapan, pemilihan Penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima
hasil pekerjaan. Pengawasan dapat dilaksanakan melalui melalui kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan/atau whistleblowing system.
Ruang lingkup pengawasan meliputi pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya; kepatuhan terhadap peraturan; pencapaian TKDN;
penggunaan produk dalam negeri; pencadangan dan peruntukan paket
untuk usaha mikro, kecil, dan koperasi; serta pengadaan berkelanjutan.

B. Pengaduan
Pengaduan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan cara:
1. Masyarakat menyampaikan pengaduan kepada APIP (Aparat Pengawas
Intern Pemerintah) disertai bukti yang faktual, kredibel, dan autentik.
2. APH (Aparat Penegak Hukum) meneruskan pengaduan masyarakat
kepada APIP untuk ditindaklanjuti.
3. APIP melaporkan hasil tidak lanjut pengaduan kepada menteri/kepala
lembaga/kepala daerah.
4. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah melaporkan kepada instansi
yang berwenang dalam hal diyakini adanya indikasi korupsi, kolusi,
dan/atau nepotisme yang merugikan keuangan negara.
5. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah memfasilitasi masyarakat
dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
6. LKPP mengembangkan sistem pengaduan pengadaan barang/jasa.

C. Sanksi
1. Sanksi Bagi Peserta Pemilihan/Pemenang Pemilihan/Penyedia

65
a. Peserta Pemilihan (Tender/Seleksi)
Perbuatan Sanksi
Menyampaikan dokumen atau keterangan
palsu/tidak benar untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Digugurkan dalam
Dokumen Pemilihan pemilihan, sanksi
pencairan Jaminan
Terindikasi melakukan persekongkolan
Penawaran, dan
dengan peserta lain untuk mengatur harga
Sanksi Daftar Hitam
penawaran
selama 2 tahun
terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan /
atau nepotisme dalam pemilihan Penyedia
Mengundurkan diri dengan alasan yang Sanksi pencairan
tidak dapat diterima oleh Pejabat Jaminan Penawaran
Pengadaan / Pokja Pemilihan / Agen dan Sanksi Daftar
Pengadaan Hitam selama 1 tahun

b. E-katalog
Peserta Pemilihan dalam E-katalog
Perbuatan Sanksi
Menyampaikan dokumen atau keterangan
palsu/tidak benar untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam
Sanksi digugurkan
Dokumen Pemilihan
dalam pemilihan dan
terindikasi melakukan persekongkolan
Sanksi Daftar Hitam
dengan peserta lain untuk mengatur harga
selama 2 tahun
penawaran
Terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan/
atau nepotisme dalam pemilihan Penyedia
Mengundurkan diri dengan alasan yang
tidak dapat diterima Pokja Pemilihan /Agen Sanksi Daftar Hitam
Pengadaan selama 1 tahun
Tidak menandatangani kontrak katalog

Penyedia dalam E-katalog


Perbuatan Sanksi
Tidak memenuhi kewajiban dalam kontrak Penghentian
pada katalog elektronik sementara dalam
sistem E-purchasing
selama 6 bulan
Tidak memenuhi kewajiban dalam kontrak Sanksi penurunan
pada Surat Pesanan pencantuman
Penyedia di e-katalog
selama 1 tahun

66
c. Pemenang Pemilihan
Dalam hal pemenang pemilihan mengundurkan diri dengan alasan
yang tidak dapat diterima sebelum penandatanganan kontrak,
pemenang pemilihan dikenakan sanksi pencairan Jaminan
Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 tahun.

Perbuatan Sanksi
Tidak melaksanakan kontrak, tidak Sanksi pencairan
menyelesaikan pekerjaan, atau tidak Jaminan Pelaksanaan
melaksanakan kewajiban dalam masa atau sanksi pencairan
pemeliharaan Jaminan Pemeliharaaan
dan Sanksi Daftar Hitam
selama 1 tahun
Menyebabkan kegagalan bangunan
Menyerahkan Jaminan yang tidak dapat
dicairkan
Melakukan kesalahan dalam perhitungan Sanksi ganti kerugian
jumlah/volume hasil pekerjaan berdasarkan sebesar nilai kerugian
hasil audit yang ditimbulkan
Menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya
tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan
hasil audit
Terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai Sanksi denda
dengan Kontrak keterlambatan

2. Sanksi Bagi PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan


Sanksi administratif dikenakan kepada PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan
yang lalai melakukan suatu perbuatan yang menjadi kewajibannya.
Pemberian sanksi administratif dilaksanakan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau
berat dikenakan kepada PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan yang terbukti
melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara.

67
REFERENSI

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 2
Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sayembara/Kontes
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 3
Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 4
Tahun 2021 tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 5
Tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 6
Tahun 2021 tentang Pedoman dan Penyusunan Rencana Aksi
Pemenuhan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 7
Tahun 2021 tentang Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 8
Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemilihan Panel Badan Usaha dan
Pemilihan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek Strategis Nasional
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 9
Tahun 2021 tentang Toko Daring dan Katalog Elektronik dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 10
Tahun 2021 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 11
Tahun 2021 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 12
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia

68
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun
2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

69
Penyusunan Buku Saku Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
Disusun Sebagai Prasyarat Memenuhi Kelulusan Latihan Dasar CPNS Gol. III

Oleh:
Nama : Siti Nurhidayati, S.Sos
NIP : 199408032020122001
Jabatan : Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Unit Kerja : BPSDM Hukum dan HAM

Dapatkan soft file buku saku, peraturan tentang pengadaan barang/jasa


pemerintah, dan format dokumen kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah:

atau melalui link:

https://drive.google.com/drive/folders/1EW0RmL-AS5Kz-BBy5sHgQ7u8dFDLskAk?usp=sharing

70

Anda mungkin juga menyukai