Anda di halaman 1dari 154

Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan

No. PAS-58.OT.03.01 Tahun 2010 Tanggal 23 April 2010


tentang

PROSEDUR TETAP
PERL AKUAN
NARAPIDANA
RESIKO TINGGI
PROSEDUR TETAP
PERLAKUAN NARAPIDANA
RESIKO TINGGI

Tim Ahli Search for Common Ground (SFCG) Indonesia


• Agus Nahrowi, MA
• Brian D. Hanley, MA
• Gatot, SH
• Jay K Ashra, Msc
• Muhammad Ali Arranoval, SH
• M. Bahrul Wijaksana,S.Sos
• Paul Biddle
• Taufik Andrie, S.Sos
• Laode Arham

Tim Ahli Direktorat Jenderal Pemasyarakatan


• Drs. Dindin Sudirman, Bc.IP, M.Si
• Irsyad Bustaman, Bc.IP, M.Si
• Y. Ambeg Paramarta, SH., M.Si
• Bambang Sumardiono, Bc.IP, SH, M.Si
• Drs. Nugroho, Bc.IP, M.Si
• Suherman, Bc.IP, SH, MH
• Ir. Edy Yunarto, MH
• Aman Riyadi, SIP, SH, M.Si
• Mulyani, Bc.IP, SH
• Yan Rusmanto, Amd.IP, M.Si
• Toro Wiyarto, Amd.IP, S.Sos, M.Si

Hak Cipta
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Didukung oleh:
Search for Common Ground (SFCG) Indonesia

II
KATA PENGANTAR

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan hubungan antara


manusia menjadi tanpa batas dengan variasi kepentingan yang
beragam. Kondisi yang timbul dari adanya kepentingan tersebut
melahirkan aktifitas dan tindakan baik yang positif dan negatif. Dalam
konteks negatif timbul jenis-jenis kejahatan yang baru dan lebih
canggih dalam modus operasinya misalnya kejahatan teroris,
narkotika dan psikotropika, trafficking, illegal loging, illegal fishing
atau korupsi. Dalam proses hukum maka pelaku kejahatan tersebut
pada akhirnya akan berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan guna
mempertanggungjawabkan tindakan mereka. Pelaku tindak pidana-
pidana tersebut oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dikategori-
kan sebagai Narapidana Resiko Tinggi.
Undang-undang Dasar 1945 telah meletakkan dasar-dasar peng-
hormatan kepada hak asasi manusia, hal tersebut diimplementasikan
dalam Undang-undang Pemasyarakatan yang diejawantahkan dalam
sepuluh prinsip pemasyarakatan yang salah satu prinsipnya adalah
“Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk atau lebih
jahat dari pada sebelum di penjara”. Untuk memastikan prinsip itu
terlaksana maka perlu disediakan satu sistem yang jelas mengenai
penanganan perlakuan bagi narapidana yang terdiri dari aspek

III
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

pembinaan petugas sebagai unsur manusia dalam sistem, kemudian


pembentukan ketentuan peraturan yang jelas dan pemenuhan
sarana dan prasarana yang dikenal dengan material dalam sistem, se-
lanjutnya adalah pemenuhan anggaran dan kejelasan pengelolaan-
nya.
Dua kondisi yang digambarkan diatas membuat Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan harus segera mengantisipasi dengan
melakukan penanganan Narapidana Resiko Tinggi secara sistemik.
Oleh karena itu Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang didukung
oleh Search For Common Ground (SFCG) Indonesia telah menyusun
Prosedur Tetap Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi. Diharapkan
dengan adanya Prosedur Tetap ini dapat menjadi pedoman bagi
petugas dalam menangani narapidana tersebut, dan dapat digunakan
sebagai parameter bagi penilaian kinerja para petugas. Disisi lain
dalam kerangka pemenuhan sistem maka harus ada tindak lanjut
dalam bentuk pelatihan bagi petugas agar dapat menerapkan
pedoman ini, pemenuhan sarana dan prasarana dan evaluasi dan
monitoring secara berkala. Adanya Protap ini diharapkan dapat
membantu pemasyarakatan untuk lebih profesional dalam men-
jalankan tugas-tugasnya dimasa sekarang dan akan datang.

Untung Sugiyono
Direktur Jenderal Pemasyarakan

IV
DAFTAR ISI

- Kata Pengantar iii


- Daftar Isi v
- Daftar Flowchart viii
- Keterangan Flowchart ix
- Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang
Prosedur Tetap Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi xi

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang


Prosedur Tetap Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi
BAB I: Pendahuluan 1
A. Latar Bekalang 2
B. Tujuan 2
C. Dasar Hukum 3
D. Ketentuan Umum 4

BAB II: Penerimaan, Pendaftaran, Penempatan, dan Admisi Orientasi 7


A. Penerimaan 9
B. Pendaftaran 11
C. Penempatan 15
D. Admisi dan Orientasi 17

V
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

BAB III: TPP, Wali 21


A. Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) 23
B. Wali 32

BAB IV: Tahap Pembinaan 33


A. Pembinaan Tahap Awal 35
B. Pembinaan Tahap Lanjutan Pertama 39
C. Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua 42
D. Pembinaan Tahap Akhir 46

BAB V: Surat Menyurat, Telepon & Komunikasi,


dan Kunjungan 49
A. Surat Menyurat 51
B. Telepon & Komunikasi Elektronik 53
C. Kunjungan 55

BAB VI: Perawatan Kesehatan 59


A. Pemeriksaan Kesehatan Rutin 61
B. Sakit Berobat dirawat di Lapas 63
C. Sakit Berobat di Rumah Sakit Luar Lapas 65
D. Meninggal Dunia 72

BAB VII: Klasifikasi Pengamanan 79


A. Pengamanan Super Maksimal 81
B. Pengamanan Maksimal 82
C. Pengamanan Menengah 83
D. Pengamanan Minimal 84

BAB VIII: Penggeledahan 85


A. Penggeledahan Terhadap Petugas 87
B. Penggeledahan Barang Pengunjung 87
C. Penggeledahan Pengunjung 88
D. Penggeledahan Narapidana Resiko Tinggi
yang Mendapat Kunjungan 90
E. Penggeledahan Barang Narapidana Resiko Tinggi 91
F. Penggeledahan Narapidana Resiko Tinggi 92

VI
DAFTAR ISI •

G. Penggeledahan Kamar Hunian dan Blok 95


H. Penggeledahan Ruang Kegiatan dan Ruang Terbuka 97
I. Penggeledahan dengan Menggunakan Alat 98

BAB IX: Kesatuan Pengamanan, Pemindahan, dan


Pengawalan 99
A. Kesatuan Pengamanan 101
B. Pemindahan 104
C. Pengawalan 106

BAB X: Penanggulangan Gangguan dan Ketertiban 107


A. Penanggulangan 111
B. Tim Khusus 113

BAB XI: Alat Bantu Pengamanan 117


A. Alat Bantu Pengamanan 119

BAB XII: Tindakan Disiplin, Penentuan Hukuman


Disiplin 121
A. Tindakan Disiplin dalam Proses Penentuan
Hukuman Disiplin 123
B. Penentuan Hukuman Disiplin
125

BAB XIII: Pengawasan Eksternal 127


A. Penerimaan Pengaduan 129
B. Kunjungan Pihak Luar 131

BAB XIV: Penilaian Internal 133


A. Pertukaran Petugas 135
B. Penilaian Gabungan 137

VII
DAFTAR FLOWCHART

• Bab II : Penerimaan 8
• Bab II : Pendaftaran 10
• Bab II : Penempatan 14
• Bab II : Admisi dan Orientasi 16
• Bab III : Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) 22
• Bab III : Wali 31
• Bab IV : Pembinaan Tahap Awal 34
• Bab IV : Pembinaan Tahap Lanjutan Pertama 38
• Bab IV : Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua 41
• Bab IV : Pembinaan Tahap Akhir 45
• Bab V : Surat Menyurat 50
• Bab V : Telepon & Komunikasi 52
• Bab V : Kunjungan 54
• Bab VI : Pemeriksaan Kesehatan Rutin 60
• Bab VI : Sakit Berobat dirawat di Lapas 62
• Bab VI : Sakit Berobat di Rumah Sakit Luar Lapas
- Rawat Jalan 64
- Rawat Inap 66
- Keadaan Darurat (Emergency) 69
• Bab VI : Meninggal Dunia (Meninggal Karena Sakit) 71
• Bab VI : Meninggal Tidak Wajar 75
• Bab VII : Klasifikasi Pengamanan 80
• Bab VIII : Penggeledahan 86
• Bab IX : Kesatuan Pengamanan 100
• Bab IX : Pemindahan 103
• Bab IX : Pengawalan 105
• Bab X : Penanggulangan Huru Hara 110
• Bab XI : Alat Bantu Pengamanan 118
• Bab XII : Tindakan Disiplin 122
• Bab XII : Penentuan Hukuman Disiplin 124
• Bab XIII : Penerimaan Pengaduan 128
• Bab XIII : Kunjungan Pihak Luar 130
• Bab XIV : Pertukaran Petugas 134
• Bab XIV : Penilaian Gabungan 136

VIII
KETERANGAN FLOWCHART
KETERANGANGAMBAR

  
 
 
 TERMINATOR/MULAI/SELESAI



 
 
 
 PERSIAPAN


 
 
 PROSES




 
 
 PROSESSERENTAK



 
 
 PROSESPENDOKUMENTASIAN



 
 
 
 PENGAMBILANKEPUTUSAN


 
 
 
 
 KONEKTORPERPINDAHANAKTIVITAS
 KEHALAMANBERIKUTNYA





IX
X
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-58.OT.03.01 TAHUN 2010
TENTANG
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN
NARAPIDANA RESIKO TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa berkembangnya modus dan operandi pelang-


garan hukum telah berpengaruh terhadap metode dan
tata cara perlakuan terhadap pelanggar hukum yang
menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan;
b. bahwa berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
petugas Pemasyarakatan, masing-masing nara-
pidana memiliki kualifikasi resiko yang berbeda,
yang mencakup narapidana resiko tinggi, resiko
sedang, dan resiko rendah
c. bahwa untuk menangani narapidana resiko tinggi
dibutuhkan Prosedur Tetap yang dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi petugas Pemasyarakatan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemasya-
rakatan tentang Prosedur Tetap Perlakuan Nara-
pidana Resiko Tinggi;

XI
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3614) ;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 1983 tanggal 1 Agustus 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3258) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845) ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006
Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4632) ;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: M–01.PR.07.10 Tahun
2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia ;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor: M.09.PR.07-10 Tahun 2007 Tentang Organi-

XII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN •

sasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM ;


8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: M.01.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organi-
sasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan ;
9. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: M.04-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organi-
sasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara ;
10. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Per-
ubahan Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor: 02.M-PR.07.03 Tahun 1987
Organisasi dan Tata Kerja Balai Bimbingan Kemasya-
rakatan dan Pengentasan Anak;
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor: M.02.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Wali
Pemasyarakatan ;
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: M–HH-OT.02.02 Tahun
2009 Tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan
Sistem Pemasyarakatan ;
13. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola
Pembinaan Narapidana/Tahanan ;

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL


PEMASYARAKATAN TENTANG PROSEDUR TETAP
PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Pasal 1

XIII
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Prosedur Tetap Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi dimaksudkan


untuk menjadi pedoman yang lebih rinci bagi petugas Pemasya-
rakatan dalam memperlakukan narapidana yang dikualifikasikan
sebagai narapidana resiko tinggi.

Pasal 2
Dalam rangka pelaksanaan Prosedur Tetap sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1, perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.

Pasal 3
Prosedur Tetap sebagaimana termuat dalam dalam Lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan ini.

Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 April 2010

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

UNTUNG SUGIYONO

XIV
Lampiran
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-58.OT.03.01 TAHUN 2010
TENTANG
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Sistematika
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

XV
Bab I
• Pendahuluan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

A. LATAR BELAKANG
Berkembangnya pola dan jenis kejahatan pada dasarnya secara
langsung telah mempengaruhi pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan
di Indonesia. Kondisi tersebut telah diantisipasi oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melalui langkah strategis, teknis dan
sistematis. Langkah tersebut adalah dengan membuat Protap
Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi.
Narapidana yang diidentifikasi sebagai Narapidana Resiko Tinggi
dalam Protap ini yaitu Narapidana yang berdasarkan penilaian
ditetapkan sebagai Narapidana Resiko Tinggi berdasarkan surat
keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Identifikasi ini dimaksudkan untuk mempermudah perlakuan
pembinaan dan pengamanan yang akan diterapkan, termasuk
bagaimana merumuskan tindakan yang perlu dilakukan apabila ada
indikasi Narapidana Resiko Tinggi tersebut akan melarikan diri,
melakukan pelanggaran dan mengidap penyakit menular.
Substansi yang diatur dalam Protap merupakan ini secara umum
berpedoman pada Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola
Pembinaan Narapidana/Tahanan. Oleh karena itu, pengaturan dalam
Pedoman ini adalah hal-hal yang bersifat khusus terkait dengan
Narapidana Resiko Tinggi. Sedangkan hal-hal yang sudah diatur tetap
berlaku.

B. TUJUAN
Protap ini diharapkan akan menjadi pedoman bagi Petugas
Pemasyarakatan dalam memperlakukan Narapidana Resiko Tinggi.
Dijadikan Protap mengingat adanya standarisasi yang jelas mengenai
aspek administratif maupun teknis meliputi perlakuan dalam
pembinaan dan pengamanan Narapidana Resiko Tinggi.

2
BAB I: PENDAHULUAN •

C. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasya-
rakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3614);
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
1983 tanggal 1 Agustus 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4632);
f. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M–01.PR.07.10 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor:
M.09.PR.07-10 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Hukum dan HAM;

3
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

h. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:


M.01.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemasyarakatan;
i. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
M.04-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara;
j. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Perubahan Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: 02.M-PR.07.03
Tahun 1987 Organisasi dan Tata Kerja Balai Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak;
k. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor:
M.02.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Wali Pemasyarakatan ;
l. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M–HH-OT.02.02 Tahun 2009 Tentang Cetak
Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan;
m. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor
M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Nara-
pidana/Tahanan.
n. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor:
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksana-
an Tugas Pemasyarakatan ;
o. Keputusan Direktur Jenderal Bina Tuna Warga Nomor:
DP.3.3/18/14 Tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasya-
rakatan.

D. KETENTUAN UMUM
a. Narapidana adalah Terpidana yang menjalani hilang ke-
merdekaan di Lembaga Pemasyarakatan;
b. Narapidana Resiko Tinggi adalah Narapidana yang melalui

4
BAB I: PENDAHULUAN •

penilaian memenuhi Kualifikasi A dan Kualifikasi B;


c. Penilaian adalah suatu rangkaian penyusunan data, pemberian
kesimpulan dan rekomendasi mengenai Narapidana yang
melibatkan Petugas Wali, Pembimbing Kemasyarakatan dan
Psikolog;
d. Kualifikasi A adalah penilaian terhadap Narapidana tertentu
yang menurut penilaian memenuhi salah satu satu hal yang
berhubungan dengan jaringan yang masih aktif, kemampuan
mengakses senjata dan bahan peledak, memiliki catatan
melarikan diri, memiliki akses dan pengaruh di dalam Lapas,
terbukti melakukan percobaan melarikan diri, memiliki
kemampuan melarikan diri dengan atau tanpa bantuan orang
lain, residivis, Terpidana hukuman mati dan seumur hidup ;
e. Kualifikasi B adalah penilaian Resiko Penularan Penyakit dari
Narapidana yang mengidap HIV/AIDS, Tuberculosis (TB),
Hepatitis dan penyakit menular berbahaya lainnya;
f. Pembinaan adalah semua usaha yang ditujukan untuk mem-
perbaiki dan meningkatkan kepribadian dan kemandirian
Narapidana;
g. Perawatan adalah semua usaha yang ditujukan untuk memberi-
kan pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan Nara-
pidana;
h. Pengamanan adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka
memberikan perlakuan, perlindungan dan pengayoman kepada
Narapidana serta penegakan hukum terhadap setiap ancaman
dan gangguan;
i. Keputusan adalah Keputusan Direktorat Jenderal Pemasya-
rakatan yang berhubungan dengan Kualifikasi Narapidana
Resiko Tinggi;

5
6
Bab II
• Penerimaan
• Pendaftaran
• Penempatan
• Admisi Orientasi
8
PENERIMAAN PENERIMAAN


   1   23 Mencatat


WBP diterima oleh Pencocokan Penggeledahan penerimaan
 
P2U identitas orang dan barang dalam buku
 laporan
 
penerimaan


              4

    7    6   5


Penggeledahan Pencatatan Pencocokan Penyerahan ke
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

 dan penyerahan penerimaan surat Karupam


ke Pendaftaran
 

 



BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

A. PENERIMAAN
1. Narapidana saat pertama kali diterima oleh Petugas Pintu
Utama (P2U) didampingi oleh petugas pengawal dari instansi
yang memindahkan.
2. Penerimaan Narapidana harus memperhatikan waktu, tempat
dan kesiapan serta kesediaan personil pengamanan yang
disesuaikan dengan kondisi dimasing-masing.
3. Petugas Pintu Utama (P2U) melakukan:
a. Pencocokan surat pengantar dengan identitas Narapidana.
b. Penggeledahan orang dan barang berdasarkan ketentuan
yang berlaku dalam ketentuan ini.
c. Mencatat penerimaan dalam buku laporan penerimaan
Narapidana Resiko Tinggi.
4. Petugas P2U dalam memeriksa surat pengantar apabila
mengetahui Narapidana yang diterima diduga masuk dalam
salah satu kualifikasi dalam Protap ini, maka segera meng-
hubungi Kepala Regu Pengamanian (Karupam).
5. Petugas P2U selanjutnya menyerahkan surat, Narapidana dan
barang bawaan kepada Kepala Regu Pengamanan (Karupam).
6. Setelah menerima laporan penerimaan dari P2U, Karupam
melakukan:
a. Pencocokan surat sesuai surat pengantar dari instansi yang
mengantar.
b. Penggeledahan orang dan barang berdasarkan ketentuan
yang berlaku dalam ketentuan ini.
c. Mencatat penerimaan tersebut dalam buku laporan kegiatan
harian Karupam.
7. Karupam yang menerima laporan dari Petugas P2U terkait
penerimaan Narapidana yang diduga masuk dalam kualifikasi
dalam Protap ini, maka Karupam menginformasikan ke petugas
selanjutnya bahwa Narapidana yang diterima diduga masuk
dalam Narapidana Resiko Tinggi.
8. Karupam kemudian menyerahkan surat, Narapidana Resiko
Tinggi dan barang bawaan ke bagian pendaftaran.

9
PENDAFTARAN

10
Narapidana Meneliti keabsahan
 Penerimaan
  1    2     2b
Resiko Tinggi surat–surat yang dibawa Keputusan Berkas Tidak Lengkap
 didasarkan pada oleh petugas pengawal
surat-surat sah tersebut
          2a Konfirmasi ulang kepada
Berkas Lengkap instansi atau pihak yang

melakukan pemindahan
 
 Narapidana 
Resiko 
Tinggi   
Menyerahkan
   3 
diberikan pakaian yang telah Narapidana Resiko Mencocokkan
     5   4
disediakan oleh Lapas untuk Tinggi ke bagian Narapidana Resiko Permohonan
langsung di pakai perawatan
 Tinggi sesuai kelengkapan berkas dari
 dengan berkas yang instansi atau pihak yang
6 diterima. melakukan pemindahan
selambat-lambatnya 14
 Serah terima dengan hari kerja
petugas pengawal dari
 
instansi atau
 pihak  yang 7  
Pendataan
 awal 8 Pemeriksaan ulang
melakukan pemindahan (roll) barang-barang bawaan

Keputusan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

           9

 Tidak dilengkapi
Penyerahan Keputusan
12 Ditempat khusus
ke petugas
sesuai dengan Selambat-lambatnya dalam 14
pengamanan untuk
kondisi yang ada hari kerja, Narapidana Resiko
1110
penempatan Disimpan dalam Dikembalikan
Tinggi dikembalikan pada
Pengambilan foto Buku Register kepada pihak
 instansi atau pihak yang
 keluarga
melakukan pemindahan

1. Pencatatan cirri-ciri khusus
 Petugas pendaftaran memberikan bukti penyimpanan barang kepada
2. Pendataan ini dicatat dalam
Narapidana Resiko Tinggi berupa tanda terima yang terdiri dari identitas,
Kartu identitas dibuat rangkap
 jenis barang, tanggal penitipan, petugas yang menerima dan tanda tangan
3 (tiga) berdasarkan warna
penitip dan penerima.

BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

B. PENDAFTARAN
1. Penerimaan Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi
harus didasarkan pada surat-surat sah yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dan dibubuhi cap asli atau sekurang-
kurangnya telah dilegalisir dari instansi asal.
2. Surat-surat yang sah meliputi:
a. Surat pengantar pemindahan.
b. Berkas vonis terdiri dari:
1) Surat-surat penahanan.
2) Kutipan putusan pengadilan.
3) Surat pelaksanaan putusan dan berita acara pelaksanaan
putusan.
c. Berkas pembinaan antara lain:
1) daftar perubahan.
2) surat keterangan tidak berperkara lain.
3) rekam medis (medical record).
4) hasil penelitian kemasyarakatan atau case study.
5) kartu Pembinaan.
3. Petugas pendaftaran yang menerima harus meneliti keabsahan
surat–surat yang dibawa oleh petugas pengawal tersebut.
4. Petugas pendaftaran melakukan konfirmasi kepada instansi
atau pihak yang melakukan pemindahan apabila berkas vonis
yang diserahkan tidak lengkap.
5. Jika berkas vonis tidak lengkap Kalapas mengajukan per-
mohonan kelengkapan berkas dari instansi atau pihak yang
melakukan pemindahan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kerja.
6. Jika kelengkapan berkas vonis tidak dipenuhi maka selambat-
lambatnya dalam 14 (empat belas) hari kerja, Kalapas meng-
ingatkan kembali kepada instansi atau pihak yang melakukan
pemindahan.
7. Apabila surat-surat yang diserahkan setelah diperiksa hasilnya

11
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

sah maka petugas pendaftaran selanjutnya mencocokkan


Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi sesuai
dengan berkas yang diterima.
8. Setelah pemeriksaan administrasi dinyatakan lengkap, petugas
pendaftaran menyerahkan Narapidana yang diduga Nara-
pidana Resiko Tinggi ke bagian perawatan untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan di poliklinik.
9. Pemeriksaan kesehatan mengikuti standar pemeriksaan
kesehatan yang mencakup pula pemeriksaan air seni atau
kotoran (urine) dan test kehamilan dan hasilnya dituangkan
dalam rekam medis (medical record) dengan didukung surat
keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh dokter atau
perawat kesehatan.
10.Setelah pemeriksaan kesehatan selesai Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi diberikan pakaian yang telah
disediakan oleh Lapas, Petugas pengamanan memastikan agar
pakaian tersebut langsung dikenakan oleh Narapidana tersebut.
11.Apabila dalam pemeriksaan Narapidana yang diduga Nara-
pidana Resiko Tinggi dalam keadaan kritis atau sakit yang
menurut hasil dianogsa membutuhkan perawatan, maka
segera dilakukan perawatan di ruang isolasi.
12.Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, petugas pendaftar-
an melakukan serah terima dalam bentuk berita acara yang
ditandatangani oleh kepala seksi atas nama Kalapas dengan
petugas pengawal dari instansi atau pihak yang melakukan
pemindahan.
13.Setelah serah terima seketika Petugas Pendaftaran melakukan
pendataan awal (roll) yang meliputi pengecekan identitas, latar
belakang perkara, pekerjaan, pendidikan, silsilah keluarga,
identitas keluarga terdiri dari: orang tua, isteri, anak, saudara
kandung, alamat, kesukaan (hobby), riwayat kesehatan dan
ketrampilan yang dimiliki terhadap Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi yang dinyatakan dalam keadaan
sehat.

12
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

14.Bagi Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi yang


dinyatakan harus di rawat dilakukan pendataan setelah
kesehatannya pulih.
15.Petugas pendaftaran wajib melakukan pengecekan kembali
barang-barang bawaan dan apabila ditemukan barang
berharga, uang atau barang yang dilarang menurut peraturan
keamanan akan dikembalikan kepada pihak keluarga atau
disimpan oleh petugas pendaftaran dan dicatat dalam Buku
Register.
16.Petugas pendaftaran memberikan bukti penyimpanan barang
kepada Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi
berupa tanda terima yang terdiri dari identitas, jenis barang,
tanggal penitipan, petugas yang menerima dan tanda tangan
penitip dan penerima.
17.Pada tahap ini dilakukan pengambilan foto Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi ukuran setengah badan terdiri
dari posisi: tampak depan, tampak kanan, tampak kiri.
18.Dalam waktu bersamaan dilakukan pencatatan ciri-ciri khusus
berupa cacat fisik, bekas luka, tanda lahir, tato, dan peng-
ambilan sidik jari (sepuluh jari) dan dicocokan dengan sidik jari
instansi penegak hukum lainnya.
19.Hasil pendataan ini dicatat dalam Kartu identitas dibuat
rangkap 3 (tiga) untuk kepentingan dokumentasi, pembinaan
dan pengamanan.
20.Untuk memudahkan identifikasi, kartu identitas untuk ke-
jahatan tertentu disesuaikan berdasarkan kebijakan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan.
21.Pendataan terhadap Narapidana yang diduga Narapidana
Resiko Tinggi sedapat mungkin dilakukan secara individual,
ditempat khusus sesuai dengan kondisi yang ada.
22.Selesai dilakukan pendataan maka Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi diserahkan ke petugas pengamanan
untuk segera dilakukan penempatan.

13
14
PENEMPATAN

Petugas Pengamanan Pencocokan dan Diserahkan


menerima Narapidana pendataan kepada Karupam

Pengamanan dan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

pengawasan selama Petugas blok Keputusan


penempatan
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

C. PENEMPATAN
1. Petugas Pengamanan setelah menerima Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi dari bagian pendaftaran
melakukan pencocokan dan pendataan untuk kepentingan
penempatan dan penentuan langkah pengamanan awal.
2. Petugas pengamanan menyerahkan Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi kepada Karupam.
3. Karupam segera menyerahkan Narapidana yang diduga Nara-
pidana Resiko Tinggi tersebut ke petugas blok untuk ditempat-
kan di blok admisi dan orientasi khusus.
4. Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi mendapat-
kan pengamanan dan pengawasan khusus oleh petugas peng-
amanan.

15


16
ADMISI DAN ORIENTASI


 Petugas Blok Menerima Penempatan Pemasangan Penjagaan dan


Narapidana selama 30 hari Kartu Nama pelaporan


 Keputusan


Penunjukan
 Bapas
wali


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

 Pengumpulan informasi


Pelaporan



TPP

BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

D. ADMISI DAN ORIENTASI


1. Masa admisi dan orientasi adalah masa pengenalan,
pengamatan dan penelitian lingkungan sebagai penyesuaian
diri Narapidana Resiko Tinggi dengan lingkungan pembinaan di
dalam Lapas, mencakup penjelasan kegiatan dan pemahaman
tentang hak, kewajiban, larangan dan sanksi serta peraturan
tata tertib yang berlaku, proses-proses pelaksanaan pembinaan
serta perkenalan dengan para petugas pembina maupun
sesama Narapidana yang berguna bagi pelaksanaan kegiatan
pembinaan selanjutnya.
2. Pengenalan juga meliputi pengenalan terhadap unit-unit kerja
yang secara teknis melaksanakan tugas pembinaan, yakni :
a. Unit Pendaftaran berperan untuk memberikan penjelasan
teknis tentang mendapatkan remisi, pembebasan, serta
upaya-upaya hukum lain yang dapat ditempuh.
b. Unit Perawatan berperan untuk memberikan penjelasan
teknis tentang perawatan kesehatan, makanan dan ke-
bersihan lingkungan.
c. KPLP berperan untuk memberikan penjelasan teknis tentang
peraturan tata tertib Lapas mencakup kewajiban, larangan
dan sanksi.
d. Unit Bimbingan Kemasyarakatan berperan untuk memberi-
kan penjelasan teknis tentang proses pemasyarakatan
berikut wujud dan jenis kegiatan pembinaan kepribadian
yang dilaksanakan serta buku saku pembinaan.
3. Pelaksanaan Blok admisi dan orientasi dilaksanakan selama
lama 30 (tiga puluh) hari.
4. Petugas Blok admisi dan orientasi setelah menerima Nara-
pidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi dari Karupam
segera menempatkan Narapidana tersebut ke dalam kamar
yang telah dipersiapkan.

17
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

5. Staf KPLP membuat dan memasang kartu nama Narapidana


yang diduga Narapidana Resiko Tinggi untuk ditempelkan pada
pintu sebelah luar kamar hunian dan mencatatnya dalam buku
laporan.
6. Setiap pergantian giliran jaga (shift), Petugas Blok admisi dan
orientasi yang melakukan pemantauan sebelumnya, membuat
laporan yang dituangkan dalam buku laporan kepada Karupam
meliputi kegiatan sehari-hari Narapidana yang diduga Nara-
pidana Resiko Tinggi yang dipantau.
7. Bagi Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi yang
telah ditempatkan di blok hunian khusus, Kalapas melalui
bagian pembinaan memerintahkan segera menentukan dan
menunjuk Wali.
8. Penunjukan Wali berdasarkan pendidikan dan pengalaman
dalam menangani Narapidana yang diduga Narapidana Resiko
Tinggi.
9. Wali sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan khusus
untuk menangani penelitian Narapidana Resiko Tinggi.
10. Wali melakukan tugas pengamatan dan penilaian terhadap
pelaksanaan admisi dan orientasi terhadap Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi yang menjadi tanggungjawab-
nya, menerima keluhan, memberikan arahan mengenai
program yang tepat untuk diikuti serta mencatat perkembangan
perilaku.
11. Untuk kepentingan pemenuhan hak Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi, Wali dapat mengajukan nama-nama
Narapidana Resiko Tinggi ke dalam sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan (TPP) untuk penentuan program pembinaan.
12. Selambat-lambatnya dalam 7 (tujuh) hari kerja dan diper-
panjang untuk 7 (tujuh) hari kerja berikutnya hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wali harus disampaikan ke Petugas
Pembinaan dan selanjutnya dicatat dalam Kartu untuk

18
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •

dilakukan evaluasi dan penilaian oleh Tim Pengamat Pemasya-


rakatan (TPP).
13. Untuk kepentingan pembinaan, Petugas pada saat dilakukan
pendaftaran Narapidana Resiko yang diduga Narapidana Tinggi
segera membuat studi kasus (case study) sebagai informasi
awal.
14. Informasi awal meliputi penelitian latar belakang kehidupan,
latar belakang kasus, hubungan dengan keluarga, jaringan yang
dimiliki, latar belakang sosial, riwayat pekerjaan, pendapat dari
aparatur, riwayat kesehatannya dan informasi lain yang di-
anggap penting.
15. Pengumpulan informasi awal juga dilakukan oleh hypno-
therapist atau psikolog atau psikiater atau ahli lainnya untuk
menentukan Narapidana tersebut masuk kategori Narapidana
Resiko Tinggi atau tidak yang menjadi bahan rekomendasi TPP.
16. Informasi awal dibuat dalam bentuk laporan disertai lampiran
berkas pendukung jika ada dan disertai catatan dari mana
sumber informasi diperoleh.
17. Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja untuk
kepentingan pembinaan, Kalapas mengajukan permohonan
kepada Kepala Balai Pemasyarakatan (BAPAS) untuk melakukan
Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) terhadap Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi.
18. Hasil penelitian ini dituangkan dalam laporan tertulis.
19. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
kerja hasil Litmas BAPAS disampaikan kepada TPP untuk
dilakukan evaluasi dan penilaian.
20. Kalapas kemudian mengajukan permohonan kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melalui Kepala Kantor Wilayah untuk
mendapatkan keputusan kualifikasi bagi Narapidana yang
masuk kategori Narapidana Resiko Tinggi berdasarkan hasil
penilaian dari Petugas Wali, Para Ahli, BAPAS dan TPP.

19
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

21. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan memutuskan


seseorang masuk dalam Narapidana Resiko Tinggi maka
perlakuan terhadap Narapidana Resiko Tinggi dilakukan
berdasarkan pada Protap ini.
22. Protap penilaian diatur lebih lanjut dalam ketentuan lain.

20
Bab III
•TPP
•Wali

21
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP)

22
BAB III: TPP, WALI •

A. TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP)


Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) adalah Tim yang bertugas
memberi saran dan pertimbangan kepada Kalapas terkait perlakuan
Narapidana Resiko Tinggi yang meliputi:

1. Penilaian terhadap Jenis Pengamanan


a. Hasil Penelitian BAPAS dan studi kasus yang dilakukan oleh
Wali, TPP memeriksa dan memutuskan kategori Narapidana
Resiko Tinggi dan jenis pengamanan dan penempatannya.
b. Penilaian terhadap jenis pengamanan minimal, pengamanan
menengah, maksimal dan super maksimal sebagaimana yang
diatur dalam ketentuan ini.
c. Penilaian terhadap resiko mencakup Kualifikasi A dan
Kualifikasi B.
d. Kualifikasi A meliputi hal sebagai berikut :
1) Memiliki jaringan yang masih aktif ;
2) Kemampuan mengakses ke senjata dan bahan peledak ;
3) Memiliki catatan melarikan diri ;
4) Memiliki akses dan pengaruh di dalam Lapas ;
5) Terbukti melakukan percobaan melarikan diri ;
6) Memiliki kemampuan untuk melarikan diri dengan atau
tanpa bantuan orang lain ;
7) Residivis.
e. Kualifikasi B meliputi hal sebagai berikut:
1) Riwayat perawatan penyakit HIV/AIDS, Tuberculosis (TB),
hepatitis dan penyakit menular berbahaya lainnya ;
2) Stadium penyakit ;
3) Tingkat resiko penularan ;
f. Hasil penilaian kualifikasi kemudian disesuaikan dengan
klasifikasi pengamanan yang rekomendasikan oleh TPP.

23
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

2. Pembinaan Narapidana Resiko Tinggi


a. Mengidentifikasi perilaku Narapidana yang diduga Narapidana
Resiko Tinggi dengan melibatkan Petugas Wali, Petugas
Pengamanan dan Petugas blok admisi dan orientasi.
b. Identifikasi tersebut berupa bentuk program pemulihan,
penilaian dan evaluasi program pemulihan, dan penyusunan
profil psikologis terdiri dari :
1) perilaku menyimpang, baik dari laporan polisi, kejaksaan
dan intelijen;
2) tindak kejahatan;
3) kondisi kesehatan mental, kepercayaan diri dan perilaku
kekerasan secara umum.
c. Mencatat dan menyimpan catatan Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani penilaian dan program.
d. Mencocokkan dengan blok admisi dan orientasi nama
Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi yang dinilai
dan memberi saran kepada KPLP mengenai rentan waktu
admisi dan orientasi.
e. Mempersiapkan dokumen untuk pelaksanaan rencana
pembinaan (sentence planning) yakni berupa program yang
harus di jalani, profil psikologis terhadap Narapidana yang
telah diputuskan masuk kategori Narapidana Resiko Tinggi,
kondisi kesehatan mental dan laporan pra-penghukuman, jika
diharuskan oleh pengadilan.
f. Membuat ringkasan program, termasuk kebutuhan pemulihan
perilaku jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
g. Mempersiapkan kegiatan, fasilitas, dan rancangan serta
agenda kegiatan.
h. Memberikan rekomendasi dan laporan atas program Nara-
pidana Resiko Tinggi kepada Kalapas dan bagian pengamanan.
i. Mengamati perilaku dan kepatuhan Narapidana Resiko Tinggi
secara umum.

24
BAB III: TPP, WALI •

j. Menganalisa rencana pembinaan (sentence planning) yang


diusulkan oleh Wali.
k. Memberikan pengarahan kepada Wali segala hal yang ber-
hubungan dengan pelaksanaan rehabilitasi.
l. Setelah Kalapas menyetujui program pemulihan Narapidana
Resiko Tinggi yang diajukan TPP, selanjutnya melaporkan
kepada Kantor Wilayah dan Direktorat terkait.
m. Memastikan program pembinaan, termasuk pemulihan peri-
laku berlangsung dengan baik, sehingga dapat :
1) Memenuhi kebutuhan Narapidana Resiko Tinggi.
2) Mengatasi perilaku menyimpang Narapidana Resiko Tinggi.
3) Menentukan rencana pembinaan (sentence planning).
4) Memastikan rehabilitasi dan proses pengembalian Nara-
pidana Resiko Tinggi ke masyarakat.
5) Mengikuti segala aspek pengamanan.
6) Memuaskan masyarakat.
7) Peningkatan program dan pemulihan berkelanjutan.

3. Penilaian Program Pembinaan


Penilaian terhadap pelaksanaan program Pembinaan Tahap Awal,
Tahap Lanjutan Pertama, Tahap Lanjutan Kedua dan Tahap Akhir
dengan menggunakan metode Penilaian Awal, Penilaian Tahunan,
dan Penilaian Khusus.

a. Penilaian Awal
Penilaian dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Wali, Bapas,
dan informasi lainnya berupa:
1) Dapat melibatkan detasemen anti teror, Badan Narkotika
Nasional (BNN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
tokoh agama, psikolog, psikiater dan organisasi Hak Asasi
Manusia.
2) Jangka waktu Penilaian Awal dilakukan 1 (satu) bulan setelah
Narapidana Resiko Tinggi menjalani admisi dan orientasi.

25
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

3) Membuat laporan hasil penilaian awal.


4) Menyerahkan dan merekomendasikan hasil Penilaian awal
kepada Kalapas untuk mendapat persetujuan, selanjutnya
dilaporkan kepada Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
5) Kalapas Bertanggungjawab terhadap hasil Penilaian Awal.

b. Penilaian Tahunan
Penilaian Tahunan dilakukan oleh Direktorat berdasarkan re-
komendasi yang berasal dari TPP Lapas, berupa:
1) Direktorat meminta Kalapas untuk melaporkan pelaksanaan
program pembinaan setiap Narapidana Resiko Tinggi dalam
kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir.
2) Laporan pelaksanaan meliputi pula pemberian hak berupa
Asimilasi, Remisi, dan Pembebasan Bersyarat (PB) atau Cuti
Menjelang Bebas. (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)
dan Cuti Bersyarat (CB).
3) Kalapas dalam waktu kurang dari 30 (tigapuluh) hari berdasar-
kan rekomendasi TPP mengirimkan laporan kepada Direktorat
melalui Kantor Wilayah.
4) Direktorat setelah menerima laporan melakukan analisa dan
peninjauan terhadap status dan jenis perlakuan Narapidana
Resiko Tinggi.
5) Hasil pemeriksaan Direktorat dituangkan dalam Surat Ke-
putusan Direktur dan diserahkan kembali kepada Kalapas
dengan tembusan kepada Kantor Wilayah untuk dilaksanakan.
c. Penilaian Khusus
Penilaian khusus dapat dilakukan atas permintaan Kantor Wilayah
dan atau Direktorat untuk:
1) Dilakukan dalam hal perubahan status Narapidana Resiko
Tinggi berdasarkan adanya bukti yang meyakinkan mengenai
penurunan atau peningkatan resiko pengamanan.
2) Pemberian hak berupa Asimilasi, Remisi, dan Pembebasan

26
BAB III: TPP, WALI •

Bersyarat (PB) atau Cuti Menjelang Bebas. (CMB), Cuti


Mengunjungi Keluarga (CMK) dan Cuti Bersyarat (CB).
3) Berdasarkan rekomendasi TPP, Kalapas menyampaikan
Penilaian Khusus untuk disampaikan kepada Direktorat melalui
Kantor wilayah.
4) Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
Direktorat melakukan analisa dan mengirimkan kembali
kepada Kalapas dalam bentuk Keputusan untuk dilaksanakan,
dengan tembusannya kepada Kantor Wilayah.

4. Penerimaan Keluhan dan Pengaduan


a. Merahasiakan identitas dan melindungi pengadu.
b. Menerima, memeriksa, dan meneliti kronologis keluhan dan
pengaduan baik langsung maupun melalui surat.
c. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi kepada
Kalapas.
d. Jika pengaduan membutuhkan keterlibatan atau ditujukan
kepada instansi lain, maka rekomendasi kepada Kalapas dapat
berupa rujukan kepada instansi lain. Instansi lain meliputi
Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung, Pengadilan, Advokat,
Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi
Manusia (HAM), Ombudsman Republik Indonesia (ORI),
Komnas Perempuan, Departemen atau Badan Pemerintahan
terkait, Organisasi Kemasyarakatan, dan Pengusaha.
e. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
rekomendasi.

5. Menentukan Pelanggaran Disiplin dan Pelanggaran Hukum


a. TPP dalam persiapan pelaksanaan persidangan memberikan
satu rangkap berkas permohonan kepada tertuduh Narapidana
Resiko Tinggi, terdiri dari :

27
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

1) Daftar tuduhan yang diajukan.


2) Daftar saksi, pernyataan mereka dan salinan bukti-bukti
lain.
3) Penjelasan TPP terkait hal-hal yang tidak dapat diungkap
dalam sidang.
4) Informasi mengenai tata cara mempersiapkan pembelaan
diri dan termasuk mengajukan pembelaan.
b. TPP dapat mengurangi atau mengubah tuduhan saat dengar
pendapat serta menggugurkan permohonan pemeriksaan jika
tidak terdapat bukti yang menguatkan atau tuduhan dianggap
tidak penting atau oleh karena Narapidana Resiko Tinggi tidak
layak dihukum karena alasan kesehatan atau tuduhan tidak
sesuai.
c. TPP dapat menyampaikan tuduhan tambahan dan memper-
timbangkan bukti-bukti yang diajukan oleh Tertuduh Nara-
pidana Resiko Tinggi.
d. TPP melalui Kalapas untuk meminta penerjemah bahasa ke
Kedutaan yang bersangkutan jika terdapat Narapidana Resiko
Tinggi asing yang tidak dapat berbahasa Indonesia.
e. Ketua sidang menyatakan “sidang TPP dinyatakan dibuka” dan
meminta Tertuduh Narapidana Resiko Tinggi duduk pada
tempat yang telah disediakan serta mengarahkan persidangan
berjalan dengan baik dan lancar.
f. TPP memutuskan penundaan jika terdapat alasan-alasan yang
kuat untuk itu.
g. TPP mengabulkan permohonan dirahasiakannya identitas saksi
serta dokumen terkait lainnya dengan alasan keamanan.
h. TPP melanjutkan persidangan jika Narapidana Resiko Tinggi
tidak menghadiri sidang.
i. TPP mencatat alasan ketidakhadiran Narapidana Resiko Tinggi.
j. TPP menyampaikan pemberitahuan putusan kepada Nara-

28
BAB III: TPP, WALI •

pidana Resiko Tinggi yang tidak hadir selambat-lambatnya


dalam kurun waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah
dibacakannya putusan.
k. Seluruh kejadian dan rangkaian dengar pendapat harus dicatat.
l. Mempertimbangkan dan menjatuhkan putusan berupa sanksi
sesuai dengan permintaan dan tidak melampaui ketentuan
hukum yang berlaku nasional maupun internasional.
m. Menguraikan putusan sekurang-kurangnya sebagai berikut :
1) Ringkasan Permohonan Pemeriksaan.
2) Pembelaan Narapidana Resiko Tinggi.
3) Keterangan Saksi dan bukti lainnya dari Petugas.
4) Keterangan Saksi dan bukti lainnya dari Narapidana Resiko
Tinggi.
5) Pertimbangan yang meringankan, memberatkan dan ke-
tentuan hukum.
6) Keputusan.
n. Hasil sidang TPP direkomendasikan kepada Kalapas untuk
penjatuhan tindakan disiplin.
o. Kalapas mempelajari rekomendasi sidang TPP dan dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari setelah sidang memberikan
keputusan dan pelaksanaan dilakukan oleh KPLP.
p. Pelaksanaan tindakan displin diikuti dengan pemeriksaan
kesehatan Narapidana Resiko Tinggi.
q. Selama pemeriksaan Tertuduh Narapidana Resiko Tinggi
diberikan kesempatan untuk membela diri, mengajukan
penundaan untuk pembelaan diri paling lama 1 (Satu) hari,
mengajukan permintaan untuk menghadirkan saksi-saksi
meringankan, mendapatkan buku rujukan, mendapatkan
bantuan dari Wali, berpakaian rapih dan mematuhi tata tertib
persidangan.

29
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

r. Meneruskan keberatan Tertuduh Narapidana Resiko Tinggi ke


TPP Wilayah dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.
s. Apabila putusan TPP Wilayah menguatkan atau merubah isi
putusan TPP Lapas maka putusan segera disampaikan kepada
Kalapas untuk dilaksanakan.

30
WALI
WALI
Penunjukan wali saat Kontak pertama untuk Merumuskan program
teridenfikasi narapidana memperoleh permintaan, pembinaan
resiko tinggi saran, pertanyaan atau hal
lain
Memastikan pemanfaatan
waktu oleh Narapidana

Mempersiapkan
Narapidana untuk taat
hukum

Mencatat pandangan,
pemikiran dan perilaku

Mencatat dan menyimpan


percakapan dan bahasan
utama

Memastikan Narapidana
mengetahui dan
memahami hukuman &
hak hukumnya

Menjelaskan ketentuan
perawatan kesehatan dan
kebersihan

Melaporkan ke TPP dan


Laporan 
bertanggungjawab kepada

31
BAB III: TPP, WALI •

Kalapas
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

B. WALI
a. Pada saat Narapidana Resiko Tinggi berada atau telah ter-
indentifikasi maka Wali segera bertugas menangani mereka.
b. Semaksimal mungkin Wali menjadi orang yang melakukan ‘titik
kontak pertama’ dengan maksud memperoleh permintaan,
saran, pertanyaan atau hal lainnya dari Narapidana Resiko
Tinggi .
c. Merumuskan rencana pembinaan (sentence planning) dan
menentukan program pemulihan.
d. Memastikan Narapidana Resiko Tinggi memanfaatkan waktu
mereka dengan baik selama di Lapas.
e. Mempersiapkan Narapidana Resiko Tinggi untuk taat hukum
selepas dari Lapas.
f. Mencatat dan menyimpan seluruh percakapan yang relevan
dan pengamatan atas Narapidana Resiko Tinggi.
g. Mencatat pandangan, pemikiran, dan perilaku Narapidana Resiko
Tinggi yang mungkin akan berguna bagi program pemulihan
perilaku dan rehabilitasi dan pengamanan secara umum.
h. Mencatat tanggal dan waktu percakapan, bahasan utama dan
segala pengamatan atau pandangan pribagi dari Narapidana
Resiko Tinggi.
i. Memastikan Narapidana Resiko Tinggi mengetahui dan
memahami hukuman mereka, prosedur/proses banding/
kasasi, remisi dan fasilitas/prosedur hukum lainnya yang
berlaku selama pengenalan hukuman.
j. Menjelaskan tentang ketentuan perawatan kesehatan dan
kebersihan, fasilitas kesehatan dan gigi, makanan dan
kebersihan, ketentuan pengamanan, rencana pemulihan yang
ada, jenis pekerjaan/kegiatan, ketentuan kunjungan dan
hubungan/komunikasi dengan keluarga dan rincian kajian
status pengamanan dan prosedur perwakilan.
k. Melaporkan hasil kerja kepada TPP dan bertanggung jawab
kepada Kalapas.

32
Bab IV
• Tahap Pembinaan
34


PEMBINAANTAHAPAWAL PEMBINAAN TAHAP AWAL




 Sejak diterima hingga


Identifikasi latar, penilaian
sekurang-kurangnya
 sementara dan terapi
1/3 masa pidana


Pembinaan kepribadian

• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Pembinaan kemandirian
Evaluasi dan penilaian
 Rekomendasi
Pembatasan informasi TPP

Pembatasan kunjungan



BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

A. PEMBINAAN TAHAP AWAL


1. Masa pembinaan tahap awal ditentukan berdasarkan masa
pidana yang sudah dijalani Narapidana Resiko Tinggi, terhitung
sejak diterima hingga sekurang-kurang-nya 1/3 masa pidana.
2. Pada pembinaan tahap awal dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi latar belakang Narapidana Resiko Tinggi melalui
konseling, melibatkan psikolog, psikiater, hypnotherapist,
pekerja sosial dan pemuka agama.
b. Melakukan penilaian sementara terhadap Narapidana
Resiko Tinggi berdasarkan hasil konseling.
c. Menentukan terapi yang dibutuhkan.
3. Terapi untuk merubah cara pandang dan pola pikir dapat
menggunakan teknik :
a. Pembinaan agama atau spiritual dengan melibatkan
pemuka agama dengan pendekatan belajar yang berbeda.
b. Pendekatan sosial kemasyarakatan dengan melibatkan
peran keluarga dan elemen masyarakat.
c. Menggunakan metode Cognitive Behaviour Theraphy (CBT)
untuk melakukan terapi kognitif dan terapi perilaku.
d. Menggunakan Hypnotherapy yakni untuk menanamkan
nilai–nilai baru di alam bawah sadarnya.
4. Pembinaan Kepribadian meliputi pembinaan kesadaran
agama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara
pembinaan kesadaran hukum, pembinaan intelektual,dan
terapi rehabilitasi sosial.
a. Pembinaan kesadaran beragama meliputi kegiatan ber-
bentuk ceramah dan diskusi agama yang bekerjasama
dengan perguruan tinggi Departemen Agama RI, ataupun
pihak-pihak lainnya yang telah memiliki kemampuan dan
ditunjuk untuk itu.

35
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara adalah


kegiatan doktrinasi tentang cara menjadi warga negara
yang baik dan dapat berbakti bagi bangsa dan negaranya,
dengan melakukan kegiatan penyuluhan oleh Petugas
Pembinaan.
c. Pembinaan kesadaran hukum adalah kegiatan melalui
ceramah, diskusi, sarasehan, temuwicara, peragaan dan
simulasi hukum berupa penyuluhan hukum yang bertujuan
untuk mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi
sehingga mereka menyadari hak dan kewajibannya sebagai
anggota masyarakat dengan melibatkan Kantor Wilayah
serta Biro Hukum Pemda setempat.
d. Pembinaan intelektual adalah kegiatan peningkatan
kemampuan intelektual yang dilakukan melalui pendidikan
formal dan non formal yang bekerjsama dengan Dinas
Pendidikan Nasional.
e. Terapi rehabilitasi sosial adalah kegiatan yang dilakukan
dalam rangka merubah perilaku untuk menjadi pribadi yang
tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku,
dengan menggunakan metode Teraphy Community (TC),
Criminon, dan metode lainnya yang dilakukan oleh Petugas
atau Konselor dengan melibatkan organisasi kemasya-
rakatan.
5. Pembinaan Kemandirian adalah kegiatan yang disesuaikan
dengan potensi, minat, dan bakat yang dimiliki.
6. Selama proses Pembinaan Tahap Awal Narapidana Resiko
Tinggi diberikan informasi media cetak maupun elektronik
yang tidak berhubungan dengan kejahatan dan
tindakpidananya.
7. Pengunjung yang akan menemui Narapidana Resiko Tinggi
dibatasi hanya isteri, anak dan orang tua yang dibuktikan
dengan kartu keluarga, akte nikah dan surat-surat lainnya.

36
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

8. Tim Pengamat Pemasyarakatan bersidang untuk melakukan


evaluasi dan penilaian pembinaan tahap awal dan me-
rekomendasikan program pembinaan tahap lanjutan kedua.
9. Hasil evaluasi dan penilaian menjadi bahan rekomendasi bagi
Kalapas yang selanjutnya dilaporkan kepada Kantor Wilayah
dan Direktorat.

37


38


TahapLanjutanPertama
PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN PERTAMA



Evaluasi perilaku
Sejak 1/3 sampai dengan ½ Persiapan untuk mendapatkan
 dengan rekomendasi
bagian dari masa pidana remisi dan asimilasi
ahli dan PK BAPAS

Pembatasan informasi



Pembatasan kunjungan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

 

 Evaluasi untuk
Laporan ke Kanwil dan
Program kerja sosial peningkatan program
 Dirjenpas


BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

B. PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN PERTAMA


1. Masa pembinaan Tahap Lanjutan Pertama di tentukan
berdasarkan masa pidana yang sudah dijalani Narapidana
Resiko Tinggi, terhitung sejak 1/3 sampai dengan ½ bagian dari
masa pidana yang sebenarnya.
2. Wujud pembinaan yang dapat diberikan yaitu persiapan untuk
mendapatkan Remisi dan Asimilasi yang telah memenuhi
kriteria penilaian sebagai berikut:
a. telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas ke-
salahan yang menyebabkan dijatuhi pidana;
b. telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan moral
yang positif;
c. berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan
tekun dan bersemangat;
d. masyarakat dapat menerima program pembinaan Nara-
pidana Resiko Tinggi yang bersangkutan;
e. berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah
mendapat hukuman disiplin.
3. Selama proses Pembinaan Narapidana Resiko Tinggi diberikan
informasi media cetak maupun elektronik yang berkaitan
dengan bahaya kejahatan dan tindak pidana yang pernah
dilakukannya.
4. Pengunjung yang akan menemui Narapidana Resiko Tinggi
dibatasi hanya isteri, anak dan orang tua yang dibuktikan
dengan kartu keluarga, akte nikah dan surat-surat lainnya.
5. Evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan program Pem-
binaan Lanjutan Pertama disesuaikan dengan perkembangan
perilaku dan pelibatan psikolog, hypnotherapist, psikiater dan
Peneliti Kemasyarakatan (PK) BAPAS.
6. Hasil evaluasi dan penilaian dapat dijadikan dasar untuk
merencanakan program dengan metode kerja sosial.

39
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

7. Standarisasi kerja sosial disusun secara khusus sesuai dengan


jenis kejahatan yang dilakukan dan perkembangan perilaku
selama menjalani pembinaan Tahap Awal dan Tahap Lanjutan
Pertama atas rekomendasi psikolog, hypnotherapies, psikiater
dan PK Bapas.
8. Peningkatan program Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua atas
rekomendasi evaluasi dan penilaian dari Tim Pengamat
Pemasyarakatan.
9. Hasil rekomendasi diberikan kepada Kalapas dan selanjutnya
dilaporkan kepada Kantor Wilayah dan Direktorat terkait.

40


 Penyesalan atas
kesalahan yang
TahapLanjutanKedua
PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN KEDUA diperbuat


Pemantauan
kepribadian
 sejak ½ sampai dengan 2/3
Mengetahui perubahan
bagian dari masa pidana
 Pembatasan
informasi


 Pembatasan
kunjungan


 Usul dan persetujuan Rekomendasi dari


Dirjenpas dengan merujuk PK Bapas, Wali, Ahli,
Selesai Sidang TPP
 pada rekomendasi- instansi terkait dan
rekomendasi rencana keluarga


41
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

C. PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN KEDUA


1. Masa pembinaan Tahap Lanjutan Kedua ditentukan ber-
dasarkan masa pidana yang sudah dijalani Narapidana Resiko
Tinggi Khuhus, terhitung sejak 1/2 sampai dengan 2/3 bagian
dari masa pidana yang sebenarnya.
2. Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua dapat diterapkan apabila
Narapidana Resiko Tinggi telah menunjukkan kesadaran dan
penyesalan atas kesalahan, adanya interaksi sosial di dalam
Lapas yang diterima oleh Narapidana Resiko Tinggi lain,
penerimaan dari masyarakat, adanya kemungkinan pekerjaan
tetap setelah keluar dari Lapas dan penerimaan keluarga.
3. Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua diterapkan kepada Nara-
pidana Resiko Tinggi dengan memantau kepribadian, perilaku
hukum, interaksi sosial yang dilakukan sehari-hari, sosialisasi
kepada masyarakat yang akan berinteraksi, kemampuan diri
untuk bekerja dan mendapat penghasilan, dan rencana
keluarga terhadap Narapidana Resiko Tinggi.
4. Konseling dan pelaksanaan program pembinaan pada tahap ini
harus melibatkan tokoh agama, hypnotherapies, psikolog dan
psikiater untuk mendapatkan informasi akurat mengenai
perubahan perilaku Narapidana Resiko Tinggi.
5. Selama proses Pembinaan Narapidana Resiko Tinggi diberikan
informasi media cetak maupun elektronik yang berkaitan
dengan bahaya kejahatan dan tindak pidana yang pernah
dilakukannya serta kehidupan masyarakat yang damai dan
normal.
6. Pengunjung yang akan menemui Narapidana Resiko Tinggi
dibatasi hanya isteri, anak, orang tua, kerabat dan teman yang
dibuktikan dengan identitas yang sah.
7. Program integrasi ke dalam masyarakat bagi Narapidana
Resiko Tinggi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

42
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

a. Rekomendasi dari PK BAPAS yang berada di wilayah tempat


tinggal Narapidana Resiko Tinggi.
b. Rekomendasi tokoh agama, hypnotherapies, psikolog dan
psikiater.
c. Rekomendasi Wali dan TPP.
d. Tidak ada perkara lain dengan melampirkan Surat
Keterangan tidak mempunyai perkara lain yang belum
diputus dari Kejaksaan Negeri.
e. Membayar uang pengganti dengan melampirkan Surat
Keterangan tentang uang pengganti dari Kejaksaan Negeri
atau lembaga yang berwenang lainnya.
f. Menyiapkan penjamin yang akan menerima Narapidana
Resiko Tinggi untuk memasuki tahap akhir pembinaan.
g. Bagi Narapidana Resiko Tinggi Warga Negara Asing (WNA)
mendapatkan jaminan dari konsulat jenderal yang ber-
sangkutan dan mendapatkan status keimigrasian yang
berbentuk Kartu Ijin Tinggal Sementara (KITAS) dan Kartu
Ijin Tinggal Permanen (KITAP)
h. Rencana keluarga.
8. TPP Bersidang untuk merekomendasikan Narapidana Resiko
Tinggi dapat mengikuti Tahap Pembinaan Akhir berupa
Asimilasi dan Pembebasan Bersyarat (PB) atau Cuti Menjelang
Bebas. (CMB), bagi Narapidana Resiko Tinggi yang dipidana
kurang dari 1 (satu) tahun diusulkan pemberian Cuti Bersyarat
(CB).
9. Hasil rekomendasi disampaikan kepada Kalapas yang se-
lanjutnya diusulkan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakat-
an melalui Kantor Wilayah
10. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dapat memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap usulan Asimilasi dan
Pembebasan Bersyarat (PB) atau Cuti Menjelang Bebas. (CMB),

43
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

dan Cuti Bersyarat (CB). Surat persetujuan atau penolakan


tersebut disampaikan kepada Kantor Wilayah untuk
diterbitkan keputusan.
11. Direktorat Jenderal dapat memberikan persetujuan dan me-
nerbitkan surat keputusan Pembebasan Bersyarat (PB).
12. Pemberian persetujuan terhadap usulan Asimilasi dan Pem-
bebasan Bersyarat (PB) atau Cuti Menjelang Bebas. (CMB), dan
Cuti Bersyarat (CB) ditentukan setelah berkoordinasi dengan
instansi terkait yang berhubungan dengan kejahatannya.

44
PEMBINAAN TAHAP AKHIR
Pengeluaran
menjalankan program
asimilasi

Sejak 2/3 sampai dengan Pengeluaran menjalani


Penilaian interaksi sosial dan
selesainya masa pidana program PB, CMB dan
hubungan dengan keluarga
CB

Pengeluaran karena
habis masa pidana

Laporan ke Kanwil dan Pengawasan oleh Bapas Kordinasi dan penyerahan


Dirjenpas saat menjalani program fisik
asimilasi, PB, CMB dan CB
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

45
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

D. PEMBINAAN TAHAP AKHIR


1. Masa pembinaan Tahap Akhir ditentukan berdasarkan masa
pidana yang sudah dijalani Narapidana Resiko Tinggi Khuhus,
terhitung sejak 2/3 hingga Bebas dari masa pidana yang
sebenarnya.
2. Dalam tahap ini Narapidana Resiko Tinggi dijelaskan tentang
konsekwensi melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan penegasan untuk tidak mengulang lagi tindak
pidana.
3. Selama menjalani Pembinaan Tahap Akhir, Balai Pemasya-
rakatan melakukan penilaian terhadap perubahan perilaku,
interaksi sosial, penerimaan masyarakat, interaksi dan
penerimaan keluarga yang dilaporkan secara berkala kepada
Kalapas.
4. Pengeluaran Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani
program Asimilasi:
a. Pemberitahuan kepada Kantor Wilayah.
b. Berkoordinasi dengan Detasemen Khusus Anti Teror dan
Kejaksaan apabila terkait dengan Kejahatan Terorisme.
c. Berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dan maupun Kejaksaan apabila terkait dengan Kejahatan
Korupsi.
d. Berkoordinasi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Kejaksaan apabila terkait dengan kejahatan Narkotika.
e. Berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk
Narapidana Khusus Warga Negara Asing dan konsulat
jenderal yang bersangkutan.
f. Berkoordinasi dengan Departemen Sosial.
5. Pengeluaran Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani
program Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas

46
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •

(CMB) dan Cuti Bersyarat (CB) memerlukan persyarakat


sebagai berikut:
a. Pemberitahuan kepada Kantor Wilayah.
b. Berkoordinasi dengan Detasemen Khusus Anti Teror dan
Kejaksaan apabila terkait dengan Kejahatan Terorisme.
c. Berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dan maupun Kejaksaan apabila terkait dengan Kejahatan
Korupsi.
d. Berkoordinasi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Kejaksaan apabila terkait Kejahatan Narkotika. .
e. Berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk
Narapidana Resiko Tinggi Warga Negara Asing dan konsulat
jenderal yang bersangkutan.
f. Berkoordinasi dengan Departemen Sosial.
g. Membuat surat pengeluaran Narapidana Resiko Tinggi
karena Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas
(CMB) dan Cuti Bersyarat (CB).
h. Menyerahkan secara fisik kepada Kejaksaan Negeri
setempat untuk dilakukan pengawasan.
i. Menyerahkan secara fisik kepada BAPAS yang berada di
wilayah Lapas setempat dan BAPAS yang berada di tempat
tinggal Narapidana Resiko Tinggi, untuk melakukan
pengawasan dan pembimbingan.
j. Narapidana Resiko Tinggi yang bertempat tinggal diluar
negeri melalui pengawasan konsulat jenderal yang ber-
sangkutan.
6. Pengeluaran Narapidana Resiko Tinggi yang telah selesai
menjalani pidana:
a. Berkoordinasi dengan Departemen Sosial.
b. Membuat surat pengeluaran karena pembebasan.

47
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

7. Seluruh hasil rekomendasi dan tindakan yang diambil dalam


Pembinaan Tahap Akhir segera disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan dan Kantor Wilayah.

48
Bab V
• Surat Menyurat
• Telepon & Komunikasi
• Kunjungan
50
MENYURAT SURAT MENYURAT

Mengirimkan dan Pemeriksaan dan


Penyediaan alat-alat tulis
menerima surat pencatatan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan ke Kanwil dan Kordinasi jika terjadi


Dirjenpas pelanggaran
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •

A. SURAT MENYURAT
1. Narapidana Resiko Tinggi berhak mengirim dan menerima
surat ke dan dari pihak luar.
2. Proses korespondensi ini tetap harus diperiksa dengan ketat
oleh petugas pengamanan untuk menghindari pengulangan
tindak pidana atau surat berisikan suatu hal yang melanggar
hukum.
3. Untuk tetap menjaga hak Narapidana Resiko Tinggi dan
kepentingan masyarakat maka diperlukan pemeriksaan atas
surat keluar dan masuk.
4. Adapun ketentuan teknis yang harus diperhatikan petugas
adalah sebagai berikut:
a. Menerima dan mengumpulkan surat yang akan dikirimkan.
b. Menyampaikan surat masuk kepada Narapidana Resiko
Tinggi.
c. Mencatat surat keluar dan surat masuk dalam buku register
korespondensi.
d. Menyediakan alat tulis dan kertas bagi Narapidana Resiko
Tinggi.
e. Seluruh korespondensi diberi stempel “Telah Ditilik/
Diperiksa”.
f. Berkoordinasi dengan bagian keamanan jika korespondensi
berpotensi melanggar keamanan atau mengandung infor-
masi yang berhubungan dengan tindakan atau aksi terorisme.
g. Dalam kondisi khusus, dan hanya dengan kewewangan
Direktorat salinan surat dapat diambil, dianalisa, dan
disimpan dalam register pengamanan.
h. Mengirim surat masuk kepada Narapidana Resiko Tinggi
melalui petugas blok dan mengirim surat keluar melalui
kantor pos.
i. Menyampaikan laporan kepada Direktorat apabila isi surat
menyangkut hal yang akan menimbulkan gangguan ke-
amanan dimasyarakat.
51
52
TELEPON & KOMUNIKASI ELEKTRONIK
ONDANKOMUNIKASILAINNYA

Melaporkan jika
Petugas mendengar dan Keluar dan masuk pembicaraan terkait
mencatat percakapan
dengan keamanan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Pemberkasan dalam file


pengamanan
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •

B. TELEPON & KOMUNIKASI ELEKTRONIK


1. Seluruh pembicaraan melalui hubungan elektronik juga harus
didengar dan dicatat untuk menjamin Narapidana Resiko
Tinggi tidak mengulang tindak pidana.
2. Adapun ketentuan teknis yang harus diperhatikan petugas
adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa keluar masuk percakapan telepon.
b. Melaporkan kepada Kalapas apabila isi percakapan telepon
jika mengandung informasi yang menimbulkan kecurigaan
atau alasan keamanan dan intelijen pengamanan.
c. Menyampaikan laporan kepada Direktorat apabila isi
pembicaraan menyangkut hal yang akan menimbulkan
gangguan keamanan dimasyarakat.
d. Melakukan pencatatan dalam file pengamanan terhadap
seluruh isi pembicaraan telepon Narapidana Resiko Tinggi.

53
54
UNGAN
Pemeriksaan
KUNJUNGAN pembatasan
pengunjung

Kunjungan berada di tempat


Pemberian Ijin Pendaftaran
yang mudah diawasi

Penggeledahan
Pengawasan dan
Penelitian identitas,
barang dan pengunjung
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan Pengawasan
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •

C. KUNJUNGAN
1. Izin
a. Narapidana Resiko Tinggi berhak untuk mendapatkan
kunjungan dari anggota keluarga, advokat, pemuka agama,
petugas kesehatan dan atasan Narapidana Resiko Tinggi yang
bersangkutan.
b. Pengunjung dari keluarga, advokat, pemuka agama, petugas
kesehatan dan atasan Narapidana Resiko Tinggi harus
sepengetahuan Kalapas.
c. Pengunjung dari masyarakat, organisasi masyarakat dan media
massa nasional harus mendapatkan ijin kunjungan tertulis dari
Kantor Wilayah setempat.
d. Pengunjung organisasi internasional atau organisasi asing
harus mendapatkan izin dari Direktorat Jenderal Pemasya-
rakatan.

2. Pembatasan
a. Pengunjung dari keluarga dibatasi sebagaimana diatur
dalam ketentuan pembinaan dalam Protap ini.
b. Kunjungan keluarga untuk Narapidana Resiko Tinggi yang
berada dalam pengamanan super maksimal hanya
diberikan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu.
c. Kunjungan keluarga untuk Narapidana Resiko Tinggi yang
berada dalam pengamanan maksimal hanya 2 (dua) kali
dalam satu minggu.

3. Pelaksana dan tempat


a. Kunjungan dilakukan di ruangan yang aman dan dapat
dengan mudah di awasi oleh bagian pengamanan.
b. Kegiatan kunjungan dilaksanakan oleh petugas khusus
bagian kunjungan yang ditunjuk oleh Kalapas.

55
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

4. Pendaftaran Kunjungan
a. Memeriksa keabsahan izin kunjungan dan identitas yang
sah berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ Paspor/Surat Izin
Mengemudi yang masih berlaku.
b. Menolak kunjungan jika persyaratan tidak dipenuhi.
c. Memeriksa dan menukar kartu identitas pengunjung
dengan kartu kunjungan dan memberikan tanda pada
punggung telapak tangan kanan.
d. Mencatat kunjungan ke buku register kunjungan khusus.

5. Penggeledahan
a. Petugas melakukan penggeledahan pengunjung dan barang
pengunjung.
b. Petugas menggeledah Narapidana Resiko Tinggi dan barang
dari pengunjung pada saat masuk dan keluar blok.
c. Tata cara penggeledahan mengikuti standar yang diatur
dalam ketentuan ini.

6. Pemeriksaan dan Penelitian


a. Memeriksa dan meneliti identitas pengunjung sebelum dan
sesudah dilakukan kunjungan.
b. Memandu pengunjung masuk dan keluar ruang kunjungan.
c. Mencatat barang bawaan pengunjung.
d. Mencatat barang yang dibawa untuk Narapidana Resiko
Tinggi.
e. Memastikan pengunjung tidak membawa barang yang
terlarang sesuai dengan daftar barang terlarang.
f. Mengambil tindakan hukum jika pengunjung melanggar
ketentuan dan tindakan jika ditemukan adanya barang
terlarang dengan berkoordinasi dengan Kepolisian Republik
Indonesia.

56
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •

7. Pengawas Kunjungan
a. Bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung, staf dan
Narapidana Resiko Tinggi.
b. Mengamati Narapidana Resiko Tinggi yang dikunjungi.
c. Menindaklanjuti terjadinya pelanggaran.
d. Memastikan penggeledahan sesuai dengan ketentuan
sebelum dan sesudah kunjungan.
e. Membatasi waktu kunjungan.
f. Mengawasi dan melaporkan kepada Kalapas segala kondisi
pengamanan.
g. Memastikan keinginan Narapidana Resiko Tinggi berkenan
menemui pengunjung.
h. Memerintahkan kepada petugas pengamanan untuk mem-
berikan pengawalan terhadap Narapidana Resiko Tinggi
yang sedang berada pada pengamanan super maksimal dan
maksimal sesuai dengan standar pengawalan dalam Protap
ini, saat beranjak dari kamar hunian hingga ruang kunjung-
an dan kembali ke kamar hunian.
i. Memastikan borgol tangan dan rantai kaki Narapidana
Resiko Tinggi yang sedang berada pada status pengamanan
super maksimal dan maksimal dilepas atau tetap digunakan,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pengamanan.
j. Menentukan hari, waktu dan ketentuan lain kunjungan
berdasarkan persetujuan Kalapas.

57
58
Bab VI
• Perawatan Kesehatan
60
PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN
PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN

Kalapas
Pencatatan dalam laporan Penempatan khusus
Rencana pemeriksaan rutin menindaklanjuti
pemeriksaan bagi kualifikasi D
laporan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

A. PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN


1. Tenaga medis Lapas wajib melakukan pemeriksaan secara rutin
terhadap semua Narapidana Resiko Tinggi.
2. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam bentuk buku laporan
pemeriksaan kesehatan kepada Kalapas.
3. Kalapas wajib menindaklanjuti laporan pemeriksaan oleh
tenaga medis.
4. Setiap Narapidana yang masuk kualifikasi D ditempatkan pada
ruang tertentu dan mendapatkan pengamanan sesuai dengan
rekomendasi TPP.

61
62
SAKIT BEROBAT DIRAWAT DI LAPAS

Ditemukan Narapidana Sakit Pemeriksaan kondisi


Narapidana

Laporan kepada Menindaklanjuti


KPLP dan Kalapas laporan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

B. SAKIT BEROBAT DIRAWAT DI LAPAS


1. Petugas melaporkan kepada unit terkait adanya Narapidana
Resiko Tinggi yang sakit.
2. Petugas dari unit terkait memeriksa langsung kondisi
Narapidana Resiko Tinggi yang sakit dan meminta dokter
melakukan perawatan medis,
3. Petugas menyampaikan laporan pada Kalapas dan KPLP
mengenai Narapidana Resiko Tinggi yang sakit.
4. Dokter memberikan laporan berkala hasil diagnosa sementara
kepada Kalapas.
5. Dokter mengatur pemberian obat.
6. Dokter merawat Narapidana Resiko Tinggi sakit di ruang
pemeriksaan dan ruang perawatan agar semaksimal mungkin
ditangani di dalam Lapas.
7. Dokter melakukan perawatan medis didukung fasilitas dan
peralatan kesehatan yang memadai serta ketersediaan obat-
obatan.
8. Jumlah tenaga medis setidak-tidaknya 3 (tiga) orang terdiri dari
1 (satu) orang dokter dan 2 (dua) orang perawat yang siap
melayani setiap saat.

63
64
SAKIT BEROBAT DI RUMAH SAKIT LUAR LAPAS
Rawat Jalan
DI RUMAH SAKIT LUAR LAPAS

Rekomendasi dokter Kalapas


Keterbatasan peralatan
untuk rawat jalan menindaklanjuti

Berita Acara untuk


rawat jalan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan ke Kanwil dan Kordinasi dengan pihak


Pengawalan berwenang dengan
Ditjenpas
melampirkan rekam medis
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

C. SAKIT BEROBAT DI RUMAH SAKIT LUAR LAPAS


1. Rawat Jalan
a. Rawat jalan ke rumah sakit di luar Lapas diberikan jika
perawatan dalam Lapas tidak memadai karena keterbatas-
an sarana dan peralatan kesehatan serta tidak adanya obat-
obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita
Narapidana Resiko Tinggi.
b. Dokter merekomendasikan kepada Kalapas terkait rawat
jalan di rumah sakit luar Lapas.
c. Dokter merekomendasikan kepada unit terkait untuk
segera membuat berita acara pengeluaran Narapidana
Resiko Tinggi setelah disetujui oleh Kalapas.
d. Unit terkait segera melakukan koordinasi dengan pihak
yang berwenang dengan melampirkan rekam medis
(medical record).
e. Petugas meminta dan menyiapkan pengawalan.
f. Kalapas melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan
melaporkan pada kantor wilayah dan direktorat terkait
mengenai Narapidana Khusus yang dirawat jalan di rumah
sakit luar Lapas.

65
66
Rawat Inap
Rekomendasi dokter
untuk rawat jalan dan Kalapas
Keterbatasan peralatan atas permintaan keluarga menindaklanjuti

Syarat atas permintaan


Dengan rekomendasi
keluarga:
dokter dilakukan
(1) tidak akan melarikan Pengawalan
diri, (2) tidak melanggar
tata tertib yang ditentukan,
(3) bersedia menanggung
Kordinasi dengan pihak
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

segala biaya pengobatan


dan perawatan (4) rumah sakit dan
memberikan jaminan harta melampirkan rekam medis
benda yang dimiliki.

P2U mencatat tentang


Dokter melakukan pengecekan Narapidana yang rawat
Laporan ke Kanwil dan Ditjenpas
setiap saat dan perawatan inap
lanjutan kembali tiba di Lapas
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

2. Rawat Inap
a. Rawat inap ke rumah sakit di luar Lapas diberikan jika
perawatan dalam Lapas tidak memadai karena keterbatas-
an sarana dan peralatan kesehatan, tidak adanya obat-
obatan yang sesuai dengan penyakit yang bersangkutan
dan perawatan intensif.
b. Dokter atau tenaga medis segera merekomendasikan
kepada Kalapas terkait rawat inap di Rumah Sakit luar
Lapas.
c. Dokter merekomendasikan kepada unit terkait untuk
segera membuat berita acara pengeluaran Narapidana
Resiko Tinggi setelah disetujui oleh Kalapas.
d. Unit kerja lain segera melakukan koordinasi dengan pihak
yang berwenang dengan melampirkan rekam medis
(medical record).
e. Pihak keluarga dapat mengajukan permohonan berobat
Narapidana Resiko Tinggi di luar Lapas dengan persyaratan,
antara lain; keluarga harus menandatangani surat per-
nyataan dan sita jaminan yang berisi: (1) Narapidana Resiko
Tinggi yang bersangkutan tidak akan melarikan diri, (2) tidak
melanggar tata tertib yang ditentukan, (3) bersedia
menanggung segala biaya pengobatan dan perawatan di
rumah sakit, dan (4) memberikan jaminan harta benda yang
dimiliki.
f. Jika Narapidana Resiko Tinggi tersebut melarikan diri dan
melanggar tata tertib maka sita jaminan yang sudah
ditandatangani oleh keluarga akan menjadi milik negara.
g. Dokter merekomendasikan kepada KPLP untuk memper-
siapkan pengawalan dari Lapas menuju Rumah Sakit.
h. Dokter berkoordinasi terus-menerus mengenai per-
kembangan penyakit dan proses perawatan dengan pihak
rumah sakit yang melakukan perawatan, berupa turunan

67
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

rekam medis (medical record), obat yang diberikan, tata


cara perawatan dan informasi lain yang diperlukan.
i. Pengawalan menuju rumah sakit menggunakan ambulans
khusus yang dilengkapi dengan terali besi dan kunci khusus.
j. Pengawalan dari Lapas menuju rumah sakit rujukan
menyertakan tenaga medis.
k. Berita acara pengeluaran dibuat khusus yang berobat di
luar Lapas ke rumah sakit rujukan dengan melampirkan
hasil pemeriksaan sementara dari dokter atau tenaga medis
serta surat perintah pengawalan pada petugas peng-
amanan yang ditunjuk.
l. Petugas P2U mencatat dalam buku laporan khusus tentang
adanya Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani rawat inap
di rumah sakit rujukan maupun di luar rumah sakit rujukan
dalam buku laporan khusus.
m. Dokter setiap hari harus melakukan pengecekan kondisi
terakhir dari Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani
perawatan di rumah sakit sampai dinyatakan bisa dibawa
kembali ke Lapas.
n. Dokter melakukan perawatan lanjutan setelah Narapidana
Resiko Tinggi dibawa kembali ke Lapas.
o. Kalapas melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan
melapor pada Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan terkait mengenai Narapidana Khusus yang
dirawat di rumah sakit luar Lapas.

68
Keadaan Darurat (Emergency)
Keadaan Darurat (Emergency)

Segera menyampaikan
Ditemukan Narapidana sakit kepada Kalapas atau
mendadak dan kritis KPLP

Pemberitahuan kepada
Membuat berita acara Kalapas menyetujui
pengeluaran
keluarga

Kordinasi dengan pihak


berwenang dengan
melampirkan rekam medis

Mempersiapkan
pengawalan

Dokter melakukan pengecekan


P2U mencatat tentang
Laporan ke Kanwil dan Ditjenpas setiap saat dan perawatan
Narapidana yang rawat
lanjutan kembali tiba di Lapas inap

69
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

3. Keadaan Darurat (Emergency)


a. Dalam keadaan darurat, Narapidana Resiko Tinggi yang
diindentifikasi mengalami sakit mendadak dan kritis harus
segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
b. Dokter atau tenaga medis atau petugas lainnya segera
memberitahukan kepada Kalapas atau KPLP tentang
keadaan darurat untuk membawa Narapidana Resiko Tinggi
berobat di rumah sakit luar Lapas.
c. Dokter atau petugas lainnya merekomendasikan kepada
unit terkait untuk segera membuat berita acara pe-
ngeluaran Narapidana Resiko Tinggi setelah disetujui oleh
Kalapas atau KPLP.
d. Unit terkait segera melakukan koordinasi dengan pihak
yang berwenang dengan melampirkan rekam medis
(medical record).
e. Memberitahukan segera pihak keluarga.
f. Petugas meminta dan menyiapkan pengawalan.
g. Jika Narapidana Resiko Tinggi dinyatakan harus menginap di
rumah sakit yang dituju maka ketentuan pengawasan,
perawatan dan pengawalan selama menjalani Rawat Inap
mengacu pada Protap ini.
h. Petugas P2U mencatat dalam buku laporan khusus tentang
adanya Narapidana Resiko Tinggi yang menjalani rawat inap
di rumah sakit rujukan maupun di luar rumah sakit rujukan
dalam buku laporan khusus.
i. Dokter berkoordinasi terus menerus mengenai per-
kembangan penyakit dan proses perawatan dengan pihak
rumah sakit yang melakukan perawatan, berupa turunan
rekam medis (medical record), obat yang diberikan, tata
cara perawatan dan informasi lain yang diperlukan.
j. Kalapas melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan
melaporkan pada kantor wilayah dan direktorat terkait
mengenai Narapidana Resiko Tinggi yang dirawat di rumah
sakit luar Lapas.

70
MENINGGAL DUNIA
Meninggal Karena Sakit
Karupam segera
Adanya laporan dan temuan melakukan pemeriksaan
KPLP

Petugas medis membuat


Karupam melapor ke KPLP Kalapas melapor ke berita acara kematian, foto
dan Kalapas pihak berwajib
terakhir, sidik jari

Pemberitahuan kepada
Dibuat berita acara keluarga selambat-
pemeriksaan sesaat lambatnya 12 jam
setelah pihak berwajib

Segera kordinasi tentang Jika diketahui, maka segera


pemakaman dengan keluarga menyerahkan rekam medis,
atau diserahkan ke negara berita acara penyerahan
jenasah dan pernyataan

Meminta sertifikat Jika tidak ditemukan Tidak diketahui, maka segera


Laporan ke Kanwil dan Ditjenpas pemakaman dilakukan pemakaman dilakukan penelusuran dan
yang dilakukan oleh negara pengumuman jenasah dan
pernyataan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

71
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

D. MENINGGAL DUNIA
1. Meninggal Karena Sakit
a. Petugas yang pertama kali mengetahui ada Narapidana
Resiko Tinggi meninggal harus segera melaporkan kepada
Karupam.
b. Karupam memerintahkan tenaga medis dan petugas
pengamanan untuk memeriksa kebenaran informasi
tersebut.
c. Karupam melaporkan pada KPLP dan Kalapas mengenai
adanya Narapidana Resiko Tinggi yang sakit dan meninggal
dunia di dalam Lapas.
d. Tenaga medis segera membuat berita acara kematian
setelah melakukan pemeriksaan medis terhadap
Narapidana Resiko Tinggi yang dinyatakan meninggal dunia
di dalam Lapas.
e. Kalapas segera melaporkan adanya Narapidana Resiko
Tinggi yang meninggal dunia tersebut kepada pihak
berwajib.
f. Kalapas segera memerintahkan petugas untuk mengambil
langkah selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib secara langsung di Lapas dan dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
g. Petugas medis dibantu oleh petugas pengamanan untuk
membuat dokumentasi foto terakhir atas Narapidana
Resiko Tinggi sebelum, saat masih di dalam Lapas maupun
saat di rumah sakit dan saat pemakaman.
h. Petugas medis harus sudah mengambil sidik jari (sepuluh
jari tangan), setidaknya 2 (dua) jam setelah Narapidana
Resiko Tinggi dinyatakan meninggal dunia.
i. Petugas pengamanan harus segera memberitahukan pada
pihak keluarga tentang adanya Narapidana Resiko Tinggi

72
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

yang meninggal dunia selambat-lambatnya dalam waktu 12


(dua belas) jam.
j. Petugas menyerahkan isi rekam medis (medical record)
Narapidana Resiko Tinggi selama berada di Lapas kepada
pihak keluarga.
k. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga dengan
membuat berita acara serah terima jenazah, berita acara
kematian dan surat pernyataan berisi keberatan atau tidak
tentang penyebab kematian.
l. Petugas mempersiapkan berita acara serah terima jenazah
dengan keluarga yang diketahui pihak rumah sakit dan
membuat surat pernyataan berisi keberatan atau tidak
tentang penyebab kematian Narapidana Resiko Tinggi
tersebut, jika serah terima terjadi di rumah sakit.
m. Jika serah terima jenazah dilakukan di rumah keluarga maka
berita acara serah terima jenazah tersebut diketahui oleh
RT/RW atau tokoh masyarakat setempat.
n. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga tentang
pemakaman yang dilakukan sendiri oleh keluarga atau
diserahkan kepada negara dalam hal ini rumah sakit.
o. Petugas menyerahkan sepenuhnya pemakaman jika
dilakukan oleh keluarga dengan mendapatkan fotokopi
sertifikat pemakaman atau mengirimkan sertifikat pe-
makaman kepada pihak keluarga jika pemakaman
dilakukan oleh negara dalam hal ini rumah sakit.
p. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga dan pihak
Kepolisian dalam hal pemakaman.
q. Dalam hal keluarga Narapidana Resiko Tinggi tidak
diketahui keberadaannya, petugas registrasi dibantu oleh
petugas pengamanan menghubungi aparat desa sesuai
dengan alamat yang tertera dalam berkas perkara dengan
membuat tanda bukti bahwa Narapidana Resiko Tinggi

73
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

tersebut tidak dikenal atau bukan warga desa yang


bersangkutan.
r. Petugas meminta sertifikat pemakaman dari Tempat
Pemakaman Umum (TPU) setelah pemakaman dilakukan
jika pemakaman Narapidana Resiko Tinggi tidak dihadiri
oleh keluarga yang bersangkutan karena tidak diketahui.
s. Petugas mencari informasi dari tokoh masyarakat atau
tokoh adat setempat dan menginformasikan tentang
Narapidana Resiko Tinggi yang meninggal dunia.
t. Petugas membuat pengumuman atau pemberitahuan
melalui media massa jika keluarga Narapidana Resiko Tinggi
tidak diketahui keberadaannya.
u. Petugas melaporkan kepada pihak Kepolisian jika Nara-
pidana Resiko Tinggi tidak diketahui keberadaan keluarga-
nya maka pemakaman diserahkan kepada negara dalam hal
ini rumah sakit.
v. Petugas melakukan pemakaman dan meminta sertifikat
pemakaman dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) sebagai
bukti jika ada keluarga atau kerabat yang menanyakan.

74
gal Tidak Wajar Meninggal Tidak Wajar
Karupam segera
Diduga karena pembunuhan melakukan pemeriksaan
KPLP

Petugas medis membuat


Karupam melapor ke KPLP Kalapas melapor ke berita acara kematian, foto
dan Kalapas pihak berwajib terakhir, sidik jari

Pemberitahuan kepada
Membuat kronologis keluarga selambat-
disampaikan kepada kanwil, lambatnya 12 jam
ditjenpas dan media

Segera kordinasi tentang Jika diketahui, maka


pemakaman dengan segera menyerahkan
keluarga atau diserahkan rekam medis, berita acara
ke negara penyerahan jenasah dan
pernyataan

Meminta sertifikat Tidak diketahui, maka


pemakaman Jika tidak ditemukan segera dilakukan
Laporan ke Kanwil dan Ditjenpas
dilakukan pemakaman penelusuran dan
yang dilakukan oleh negara pengumuman jenasah dan
pernyataan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

75
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

2. Meninggal Tidak Wajar


a. Meninggal tidak wajar antara lain disebabkan oleh bunuh
diri, perkelahian, penganiayaan dan penyiksaan, kerusuhan
dan pembunuhan.
b. Jika Narapidana Resiko Tinggi dianggap meninggal dunia
dengan cara yang tidak wajar maka Kalapas harus segera
perlu melapor pada pihak Kepolisian untuk penyelidikan
lebih lanjut.
c. Kalapas menyiapkan kronologis kejadian meninggalnya
Narapidana Resiko Tinggi tersebut untuk membuat laporan
kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor
Wilayah, keluarga dan media massa.
d. Kalapas segera memerintahkan petugas untuk mengambil
langkah selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib secara langsung di Lapas dan dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
e. Petugas medis dibantu oleh petugas pengamanan mem-
buat dokumentasi foto terakhir atas Narapidana Resiko
Tinggi sebelum, saat masih di dalam Lapas, maupun saat di
rumah sakit dan saat pemakaman.
f. Petugas medis harus sudah mengambil sidik jari (sepuluh
jari tangan).
g. Petugas pengamanan harus segera memberitahukan pada
pihak keluarga tentang adanya Narapidana Resiko Tinggi
yang meninggal dunia selambat-lambatnya dalam waktu 12
(dua belas) jam.
h. Petugas menyerahkan isi rekam medis (medical record)
Narapidana Resiko Tinggi selama berada di Lapas kepada
pihak keluarga.
i. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga dengan
membuat berita acara serah terima jenazah, berita acara

76
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •

kematian dan surat pernyataan berisi keberatan atau tidak


tentang penyebab kematian.
j. Petugas mempersiapkan berita acara serah terima jenazah
dengan keluarga yang diketahui pihak rumah sakit dan
membuat surat pernyataan berisi keberatan atau tidak
tentang penyebab kematian Narapidana Resiko Tinggi
tersebut, jika serah terima terjadi di rumah sakit.
k. Jika serah terima jenazah dilakukan di rumah keluarga maka
berita acara serah terima jenazah tersebut diketahui oleh
RT/RW atau tokoh masyarakat setempat.
l. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga tentang
pemakaman yang dilakukan sendiri oleh keluarga atau
diserahkan kepada negara, dalam hal ini rumah sakit.
m. Petugas menyerahkan sepenuhnya pemakaman jika
dilakukan oleh keluarga dengan mendapatkan fotokopi
sertifikat pemakaman; atau mengirimkan sertifikat pe-
makaman kepada pihak keluarga jika pemakaman
dilakukan oleh negara dalam hal ini rumah sakit.
n. Petugas melakukan koordinasi dengan keluarga dan pihak
kepolisian dalam hal pemakaman.
o. Dalam hal keluarga Narapidana Resiko Tinggi tidak
diketahui keberadaannya, petugas registrasi dibantu oleh
petugas pengamanan menghubungi aparat desa sesuai
dengan alamat yang tertera dalam berkas perkara dengan
membuat tanda bukti bahwa Narapidana Resiko Tinggi
tersebut tidak dikenal atau bukan warga desa yang
bersangkutan.
p. Petugas meminta sertifikat pemakaman dari Tempat
Pemakaman Umum (TPU) setelah pemakaman dilakukan
jika pemakaman Narapidana Resiko Tinggi tidak dihadiri
oleh keluarga yang bersangkutan karena tidak diketahui.
q. Petugas mencari informasi dari tokoh masyarakat atau

77
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

tokoh adat setempat dan menginformasikan tentang


Narapidana Resiko Tinggi yang meninggal dunia.
r. Petugas membuat pengumuman atau pemberitahuan
melalui media massa jika keluarga Narapidana Resiko Tinggi
tidak diketahui keberadaannya.
s. Jika Narapidana Resiko Tinggi tidak diketahui keberadaan
keluarganya, maka petugas melapor pada pihak kepolisian,
dan pemakaman diserahkan kepada negara dalam hal ini
rumah sakit.
t. Petugas melakukan pemakaman dan meminta sertifikat
pemakaman dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) sebagai
bukti jika ada keluarga atau kerabat yang menanyakan.

78
Bab VII
• Klasifikasi Pengamanan


80
KLASIFIKASIPENGAMANAN KLASIFIKASI PENGAMANAN



ƒ Super Maksimal: 1 : 4 Petugas, dilakukan
Saat ke rumah sakit, sidang,
pemborgolan kecuali ada alasan lain.
 Pengawalan pemindahan terbatas, ƒ Maksimal, Medium dan Minimal: 1 : 3 Petugas,
pemidahan massal, adanya dilakukan pemborgolan kecuali ada alasan lain.
kunjungan, ibadah



ƒ Super Maksimal dan Maksimal : 1 : 3 Petugas, tidak
ada buka tutup kamar kecuali ijin Kalapas.
 Penerimaan, pendaftaran, ƒ Menengah: 1 : 1 Petugas, dilakukan buka tutup
Waspada, teliti, tegas dan Pengawasan penempatan dan aktifitas kamar sesuai dengan jadwal dalam ketentuan ini.
membatasi pembicaraan pembinaan lainnya. ƒ Medium: Pengawasan petugas Blok, dilakukan buka
tutup kamar.


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

 ƒ Super Maksimal: melakukan ibadah.


ƒ Maksimal : Pembinaan tahap awal.
Ditempatkan pada blok khusus ƒ Menengah: Pembinaan tahap lanjutan pertama.
 Pembinaan dan Rekomendasi TPP ƒ Minimal: Pembinaan tahap lanjutan kedua dan akhir.


Rekomendasi TPP



BAB VIII: KLASIFIKASI PENGAMANAN •

A. PENGAMANAN SUPER MAKSIMAL


(super maximum security)
1. Pengawalan
a. Petugas senantiasa waspada, teliti, tegas dan membatasi
pembicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Dalam pengawalan sekurang-kurangnya 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi berbanding dengan 4 (empat) Petugas
Pengawal.
c. Dalam pengawalan tetap dilakukan pemborgolan pada
tangan dan kaki, kecuali dipertimbangkan lain karena
alasan pembinaan dan keamanan.
d. Dilakukan saat ke rumah sakit, sidang, pemindahan ter-
batas, pemidahan massal, keluar dari kamar hunian karena
kunjungan dan panggilan, melaksanakan ibadah di dalam
Lapas.

2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas sekurang-kurangnya 3
(tiga) petugas mengawasi 1 (satu) Narapidana.
d. Buka tutup kamar tidak diperkenankan, kecuali izin dari
Kalapas.

3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Melakukan ibadah dibawah pengawasan.
c. Rekomendasi TPP.

81
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

B. PENGAMANAN MAKSIMAL (maximum security)


1. Pengawalan
a. Petugas senantiasa waspada, teliti, tegas dan membatasi
pembicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Dalam pengawalan sekurang-kurangnya 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi berbanding dengan 3 (tiga) Petugas
Pengawal.
c. Dalam pengawalan tetap dilakukan pemborgolan pada
tangan dan kaki, kecuali dipertimbangkan lain karena
alasan pembinaan dan keamanan.
d. Dilakukan saat ke rumah sakit, sidang, pemindahan ter-
batas, pemidahan massal, keluar dari kamar hunian karena
kunjungan dan panggilan, melaksanakan ibadah di dalam
Lapas.

2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas sekurang-kurangnya 3
(tiga) petugas mengawasi 1 (satu) Narapidana.
d. Buka tutup kamar: buka 08.00, tutup 10.00, buka 14.00,
tutup 16.00, tidak keluar dari blok khusus.

3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Awal.
c. Rekomendasi TPP.

82
BAB VIII: KLASIFIKASI PENGAMANAN •

C. PENGAMANAN MENENGAH (medium security)


1. Pengawalan
a. Petugas senantiasa waspada, teliti, tegas dan membatasi
pembicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Dalam pengawalan sekurang-kurangnya 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi berbanding dengan 3 (tiga) Petugas
Pengawal.
c. Dalam pengawalan tetap dilakukan pemborgolan pada
tangan dan kaki, kecuali dipertimbangkan lain karena
alasan pembinaan dan keamanan.
d. Dilakukan saat ke rumah sakit, sidang, pemindahan ter-
batas, pemidahan massal, keluar dari kamar hunian karena
kunjungan dan panggilan, melaksanakan ibadah di dalam
Lapas.

2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas 1 (satu) petugas
mengawasi 1 (satu) Narapidana Resiko Tinggi.
d. Buka tutup kamar: buka 07.00 (setelah serah terima), tutup
12.00, buka 14.00, tutup 16.00, tidak keluar dari blok.

3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Lanjutan Pertama.
c. Rekomendasi TPP.

83
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

D. PENGAMANAN MINIMAL (minimum security)


1. Pengawalan
a. Petugas senantiasa waspada, teliti, tegas dan membatasi
pembicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Dalam pengawalan sekurang-kurangnya 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi berbanding dengan 3 (tiga) Petugas
Pengawal.
c. Dalam pengawalan tetap dilakukan pemborgolan pada
tangan dan kaki, kecuali dipertimbangkan lain karena
alasan pembinaan dan keamanan lainnya.
d. Dilakukan saat ke rumah sakit, sidang, pemindahan ter-
batas, pemindahan massal, keluar dari kamar hunian
karena kunjungan dan panggilan, melaksanakan ibadah di
dalam Lapas.

2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas, dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Buka tutup kamar: 07.00 (setelah serah terima), tutup
12.00, buka 14.00, tutup 16.00.
d. Pengawasan oleh petugas blok.

3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua dan Akhir.
c. Rekomendasi TPP.

84
Bab VIII
• Penggeledahan
86
ENGGELEDAHAN PENGGELEDAHAN

Barang Pengunjung

Pengunjung

Narapidana yang
Rutinitas dan Insidentil Mendapatkan Kunjungan Ketelitian dan
Penggeledahan Pengawasan
Barang Narapidana yang
Mendapatkan Kunjungan

Penerimaan Narapidana

Kamar Hunian dan Blok


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Pencatatan
Ruang Kegiatan dan
Ruang Terbuka

Laporan
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

A. PENGGELEDAHAN TERHADAP PETUGAS


1. Penggeledahan terhadap petugas maupun kunjungan dinas
tetap dilakukan berdasarkan ketentuan ini.
2. Penggeledahan dilakukan terhadap barang dan badan petugas.
3. Penggeledahan dilakukan oleh petugas yang bertugas melaku-
kan penggeledahan.
4. Petugas penggeledah mengambil langkah pencegahan dan
penindakan apabila diketahui petugas atau kunjungan dinas
membawa barang-barang yang dilarang dan diduga bagian dari
tindak pidana.
5. Petugas penggeledah melakukan pencatatan dan membuat
berita acara apabila didapati pelanggaran yang dilakukan oleh
petugas dan kunjungan dinas.

B. PENGGELEDAHAN BARANG PENGUNJUNG


1. Penggeledahan pada saat pendaftaran pengunjung hingga
portir.
2. Barang yang dilarang masuk antara lain : (1) Barang Elektronik,
(2) alat telekomunikasi, (3) Senjata tajam, (4) Senjata Api dan
Bahan Peledak, (5) Korek Api, (6) Barang dari kaca dan besi, (7)
Narkoba, (8) Minuman Keras, (9) makanan dan minuman
kemasan, (10) Barang-barang yang dapat membahayakan, (11)
Video Compact Disc (VCD)/Audio Visual, dan (12) buku-buku
yang dianggap membahayakan.
3. Petugas Penggeledah meminta pengunjung untuk meletakan
barang bawaan diatas meja.
4. Petugas Penggeledah memeriksa barang bawaan pengunjung
dan memisahkannya dari barang-barang yang dilarang dibawa
masuk atau berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban.
5. Petugas Penggeledah memeriksa secara seksama barang
bawaan pengunjung, apabila pakaian maka lipatan-lipatan dan
saku pakaian harus diperiksa.

87
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

6. Petugas Penggeledah langsung memisahkan barang-barang


yang dilarang dibawa dan meminta pengunjung untuk
menitipkannya kepada Petugas atau dalam loker yang telah
disediakan.
7. Petugas Penggeledah menyatukan barang bawaan yang dapat
dibawa masuk dengan memasukan ke dalam kantong dan
kemudian diberikan ikatan dan segel.
8. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung untuk
membawa barang bawaan yang telah disegel dan mengingat-
kan kepada pengunjung agar tidak menambahkan barang-
barang lainnya yang tidak diketahui oleh petugas.
9. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan terhadap barang-
barang yang dibawa pengunjung.
10. Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
11. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.

C. PENGGELEDAHAN PENGUNJUNG
1. Pengunjung laki-laki digeledah oleh Petugas laki-laki,
Pengunjung perempuan digeledah oleh Petugas Perempuan.
2. Jika tidak ada Petugas Perempuan maka Isteri Petugas
melakukan penggeledahan sesuai dengan standar yang diatur
dalam ketentuan ini.
3. Penggeledahan dilakukan oleh dua orang yang bertindak
sebagai Petugas Penggeledah dan Petugas Pengawas.
4. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung untuk
membuka kaos kaki dan alas kaki kemudian menukarkan
dengan alas kaki yang telah disediakan petugas.
5. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung sebelum
menggunakan alas kaki yang disediakan, untuk menunjukkan
telapak kaki.

88
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

6. Petugas Penggeledah kemudian berdiri di depan Pengunjung


dan meminta pengunjung berdiri dan merenggangkan kaki
selebar 30 cm.
7. Petugas Pengawas memperhatikan tingkah laku pengunjung.
Sepanjang proses pemeriksaan Petugas Pengawas tetap
memperhatikan tingkah laku pengunjung.
8. Petugas meminta pengunjung membuka mulut dan memeriksa
rongga mulut bagian atas, bawah lidah dan rongga mulut dan
gigi dengan dibantu senter.
9. Petugas Penggeledah memeriksa rongga hidung, rongga
telinga dan mata.
10.Petugas Penggeledah memeriksa rambut bagian kanan depan
hingga belakang dan kiri depan hingga belakang.
11.Petugas Penggeledah memeriksa kerah baju, lengan baju,
jahitan baju, saku dan lipatan-lipatan baju.
12.Petugas Penggeledah memeriksa bagian ketiak tangan kanan
dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga telapak tangan
kanan. Begitupun pemeriksaan pada ketiak tangan kiri hingga
telapak tangan Penggeledah kiri.
13.Petugas Penggeledah memeriksa dada depan dengan meng-
gunakan kedua telapak tangan dari leher hingga batas
pinggang dan naik ke samping dada kanan dan kiri hingga naik
ke bagian ketiak.
14.Petugas Penggeledah Perempuan memeriksa secara khusus
membuka cadar dan pakaian dalam.
15.Petugas Penggeledah memeriksa bagian pinggang hingga
pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha kanan hingga
telapak dan kemudian dilanjutkan pada pangkal paha kiri
hingga paha dan telapak kaki kiri.
16.Petugas Penggeledah meminta pengunjung untuk berbalik
badan dan meminta merenggangkan kaki.
17.Petugas Penggeledah kemudian memeriksa bagian punggung
belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik kembali ke
bagian leher.

89
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

18.Petugas memeriksa bagian pinggul kanan menuju paha kanan


belakang hingga ke telapak kaki kanan begitupun bagian
pinggul kiri menuju paha kiri belakang hingga ke telapak kaki
kiri belakang dan memeriksa saku-saku celana dan lipatan-
lipatan celana.
19.Petugas Penggeledah perempuan memeriksa pembalut dan
menggantinya dengan yang baru.
20.Petugas Penggeledah perempuan memeriksa dan mengganti
popok bayi.
21.Petugas Penggeledah perempuan melakukan pemeriksaan
pada lilitan kain pada pinggang (stagen) atau aksesoris lainnya.
22.Petugas Penggeledah perempuan memeriksa secara seksama
pakaian, peralatan dan aksesoris yang digunakan oleh anak
atau bayi yang dibawa pengunjung.
22.Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
23.Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
24.Penggeledahan terhadap anak-anak dilakukan sesuai ke-
tentuan Protap ini.

D. PENGGELEDAHAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI


YANG MENDAPAT KUNJUNGAN
1. Narapidana Resiko Tinggi yang mendapat kunjungan sebelum
masuk ruang kunjungan, di geledah di Pos Blok (Paste) dengan
Standar Penggeledahan Umum.
2. Narapidana Resiko Tinggi yang akan kembali ke kamar hunian
digeledah kembali, baik orang maupun barang bawaan di Pos
Rupam dan Pos Blok (Paste).
3. Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
4. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka

90
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang


dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.

E. PENGGELEDAHAN BARANG NARAPIDANA


RESIKO TINGGI
1. Penggeledahan barang dilakukan pada saat penerimaan, pe-
mindahan, setelah menerima kunjungan dan saat pembebas-
an.
2. Barang yang dilarang masuk antara lain : (1) Barang Elektronik,
(2) alat telekomunikasi, (3) Senjata tajam, (4) Senjata Api dan
Bahan Peledak, (5) Korek Api, (6) Barang dari kaca dan besi, (7)
Narkotika, (8) Minuman Keras, (9) makanan dan minuman
kemasan, (10) Uang, (11) Buku yang dianggap berbahaya, (12)
Video Compact Disc (VCD)/Audio Visual, dan (13) Barang-
barang lain yang dapat membahayakan.
3. Petugas Penggeledah meminta kepada Narapidana Resiko
Tinggi untuk meletakkan seluruh barang-barang bawaan baik
yang ada di dalam tas maupun yang berada dalam saku
pakaian.
4. Petugas Penggeledah memastikan perhiasan yang digunakan
Narapidana Resiko Tinggi untuk dilepas.
5. Petugas Penggeledah memeriksa barang-barang milik Nara-
pidana Resiko Tinggi dengan teliti, jika pakaian maka lipatan-
lipatan dan saku harus diperiksa.
6. Petugas Penggeledah langsung memisahkan barang yang boleh
dibawa ke dalam dan yang tidak.
7. Petugas Penggeledah mencatat dalam register jika ditemukan
barang yang dilarang dibawa masuk dan menyimpan atau
mengembalikannya kepada pihak keluarga atau pengantar.
8. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan terhadap barang-
barang yang boleh dibawa Narapidana Resiko Tinggi.
9. Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.

91
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

10.Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka


segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
11.Petugas Penggeledah melakukan pencatatan dan menuang-
kannya dalam berita acara.

F. PENGGELEDAHAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI


1. Penggeledahan terhadap Narapidana yang diduga beresiko
tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi dilakukan pada saat
penerimaan, pemindahan, setelah menerima kunjungan,
setelah selesai sidang, perawatan di luar dan pelaksanaan
pembebasan.
2. Narapidana yang diduga beresiko tinggi atau Narapidana
Resiko Tinggi laki-laki digeledah oleh Petugas laki-laki,
sedangkan Narapidana yang diduga beresiko tinggi atau
Narapidana Resiko Tinggi perempuan digeledah oleh Petugas
Perempuan atau Isteri Petugas yang dilakukan di tempat
khusus.
3. Penggeledahan dilakukan oleh dua orang yang bertindak
sebagai Petugas Penggeledah dan Petugas Pengawas.
4. Penggeledahan dilakukan dengan perintah-perintah yang tegas
dan memperhatikan kondisi psikologis narapidana.
5. Petugas Penggeledah berdiri di depan Narapidana yang diduga
beresiko tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi.
6. Petugas Pengawas senantiasa memperhatikan tingkah laku
Narapidana yang diduga beresiko tinggi atau Narapidana
Resiko Tinggi.
7. Petugas pengawas berdiri dengan posisi serong kesamping
dalam jarak yang cukup dekat dengan petugas penggeledah
untuk mengantisipasi penyerangan dan menegaskan tingkah
laku narapidana selama proses penggeledahan dilaksanakan.
8. Petugas Penggeledah meminta kepada Narapidana yang
diduga beresiko tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi untuk
menanggalkan kaos kaki, melepaskan alas kaki, melepaskan

92
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

ban pinggang, melepaskan jam tangan dan melepaskan


perhiasan/aksesoris yang ditempatkan secara khusus oleh
Petugas.
9. Narapidana yang diduga beresiko tinggi atau Narapidana
Resiko Tinggi yang menggunakan alat bantu kaki, tangan palsu
dan gigi palsu serta menggunakan alat bantu atau obat lainnya
karena alasan medis, harus diperiksa dengan seksama, cermat
dan teliti pada setiap alat bantu tersebut.
10.Dalam melakukan penggeledahan harus dihindari menepuk-
nepuk bagian-bagian yang akan diperiksa, gunakan teknik
meraba dan merasakan secara cermat dan teliti.
11.Petugas Penggeledah meminta Narapidana yang diduga
beresiko tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi:
a. untuk berdiri dengan merenggangkan kaki selebar 30 (tiga
puluh) cm baik dalam keadaan ada ataupun tanpa borgol
di kaki dan di tangan; atau
b. apabila tanpa borgol Narapidana diminta untuk merentang-
kan kedua tangan; atau
c. untuk berbaring apabila diketahui Narapidana sedang sakit
dengan rekomendasi dari bagian perawatan dan tetap
dilakukan penggeledahan pada bagian-bagian penting yang
ditentukan dalam Protap ini.
12.Petugas Penggeledah memeriksa rongga mulut bagian atas,
bawah lidah, rongga mulut, gigi dan gigi palsu.
13.Petugas Penggeledah memeriksa rongga hidung, rongga
telinga dan mata.
14.Petugas Penggeledah memeriksa rambut bagian kanan depan
hingga belakang dan kiri depan hingga belakang.
15.Petugas Penggeledah memeriksa dengan mengurutkan secara
tertib kerah baju, lengan baju, jahitan baju, saku dan lipatan-
lipatan baju.
16.Petugas Penggeledah memeriksa bagian ketiak tangan kanan
dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga telapak tangan
kanan. Begitupun pemeriksaan pada ketiak tangan kiri hingga

93
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

telapak tangan kiri.


17.Petugas Penggeledah memeriksa dada depan dengan
menggunakan kedua telapak tangan dari bagian leher hingga
batas pinggang dan naik ke samping dada kanan dan kiri hingga
naik ke bagian ketiak.
18.Petugas Penggeledah memeriksa bagian pinggang hingga
pangkal paha depan dilanjutkan ke paha kanan hingga telapak
kaki kanan dan kemudian dilanjutkan pada bagian pangkal
paha kiri hingga paha turun ke telapak kaki kiri.
19.Petugas Penggeledah meminta Narapidana yang diduga
beresiko tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi untuk berbalik
dalam posisi berdiri membuka kaki selebar 30 cm dengan
tangan memegang dinding.
20.Petugas Penggeledah memeriksa bagian punggung belakang
dengan kedua telapak tangan dari bagian leher hingga turun
ke pinggang dan naik kembali ke bagian leher.
21.Petugas memeriksa bagian pinggul kanan menuju paha kanan
belakang hingga ke telapak kaki kanan begitupun bagian
pinggul kiri menuju paha kiri belakang hingga turun ke telapak
kaki kiri belakang dan memeriksa saku celana, lipatan celana
bagian dalam pinggang serta lipatan-lipatan lainnya.
22.Petugas Penggeledah perempuan memeriksa pembalut dan
menggantinya dengan yang baru.
23.Petugas Penggeledah perempuan melakukan pemeriksaan
pada lilitan kain pada pinggang (stagen) atau aksesoris lainnya.
24.Petugas Penggeledah perempuan memeriksa anak atau bayi
yang diperbolehkan ikut ke dalam Lapas dengan seksama dan
teliti.
25.Petugas Penggeledah yang mencurigai adanya barang yang
disimpan dalam rongga mulut, rongga dubur dan vagina,
meminta kepada Narapidana untuk melepaskan seluruh
pakaiannya, membuka kakinya selebar 80 cm dengan
menurunkan lutut hingga setengah jongkok dan merentangkan
tangannya.
26.Petugas Penggeledah meminta kepada Narapidana yang

94
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

diduga beresiko tinggi atau Narapidana Resiko Tinggi yang


telah berposisi sebagaimana tersebut diatas untuk berteriak
dan mengejan dan/atau meminta kepada Narapidana untuk
naik dan jongkok seperlunya.
27.Petugas Penggeledah meminta kepada Narapidana yang
diduga beresiko tinggi atau Narapidana ResikoTinggi untuk
duduk dikursi atau menyerahkan Narapidana ke bagian
berikutnya setelah selesai dilakukan penggeledahan.
28.Petugas Penggeledah memeriksa barang-barang yang telah
dilepas sebelumnya dan menyimpannya pada buku register
atau dikembalikan kepada keluarga Narapidana.
29.Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
30.Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
31.Petugas Penggeledah setelah selesai melaksanakan Peng-
geledahan harus melakukan pencatatan dan menuangkannya
dalam berita acara.

G. PENGGELEDAHAN KAMAR HUNIAN DAN BLOK


1. Penggeledahan dengan insidental maupun rutin oleh Tim
Penggeledahan.
2. Penggeledahan kamar hunian dilakukan bergiliran dengan
mengosongkan kamar hunian dengan cara mengeluarkan
penghuni kamar satu per satu yang akan digeledah terlebih
dahulu.
3. Petugas Penggeledah meminta penghuni berada pada tempat
yang nyaman dan aman dengan posisi duduk.
4. Petugas Penggeledah meminta salah satu penghuni untuk ikut
menyaksikan proses penggeledahan.
5. Penggeledahan pada dinding dengan melihat kondisi fisik dan
mengetuk-ngetuk setiap jengkal dinding.

95
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

6. Penggeledahan pada lantai dengan melihat kondisi fisik dan


mengetuk-ngetuk setiap jengkal lantai.
7. Penggeledahan pada teralis dengan melihat kondisi fisik dan
mendengarkan setiap potongan suara teralis.
8. Penggeledahan pada pintu, engsel, dan kunci dengan cara me-
lihat kondisi fisik dan mencoba menggunakannya, jika pintu
dibuka tutup, kunci dibuka tutup dan engsel dibuka tutup.
9. Penggeledahan pada langit-langit dengan cara diketuk-ketuk.
10. Penggeledahan lemari, tempat tidur dan barang-barang
dengan cara dibongkar, diperhatikan satu per satu dengan
menggunakan standar penggeledahan dalam Protap ini.
11. Penggeledahan juga dilakukan pada rongga WC, saluran air,
kran air, wastapel, lampu dengan cara melihat kondisi fisik dan
mencoba kelancaran kegunaannya serta memeriksa tempat
sampah dan tumpukan sampah.
12. Setelah selesai penggeledahan kamar hunian, penghuni
diminta masuk ke dalam kamar dan dihitung sesuai dengan
jumlah awal, kemudian dilakukan penguncian.
13. Petugas Penggeledah kemudian memeriksa halaman blok,
jemuran, tanah, pot, pintu, teralis blok dan segala hal yang
berada di lingkungan blok dengan cara memeriksa kondisi fisik
dan mengetuk-ngetuk.
14. Jika dicurigai adanya perbedaan suara, kerusakan atau hal-hal
yang mencurigakan lainnya segera untuk dilaporkan kepada
atasan untuk ditindaklanjuti.
15. Tim yang menemukan barang-barang yang dilarang segera
melakukan penyitaan.
16. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
17. Penggeledah melakukan pencatatan dan menuangkannya
dalam berita acara.

96
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •

H.PENGGELEDAHAN RUANG KEGIATAN


DAN RUANG TERBUKA
1. Penggeledahan dilaksanakan dengan insidental maupun rutin
oleh Tim Penggeledahan.
2. Penggeledahan dilakukan pada ruang kegiatan dan ruang
terbuka yang meliputi: ruang kegiatan kerja, ruang kelas,
ruang perawatan, ruang kerja staf, ruang ibadah, lapangan
dan tempat-tempat lain yang mudah mengalami kerusakan
dan berpotensi untuk menyimpan barang berbahaya.
3. Penggeledahan dilakukan dengan cara melihat kondisi fisik,
memeriksa, meneliti, dan mendengarkan suara yang muncul
dari bagian-bagian ruangan.
4. Penggeledahan dilakukan juga pada lemari, arsip, peralatan,
langit-langit, dinding, lantai, teralis, pintu, engsel, dan kunci
dengan cara melihat kondisi fisik dan mencoba menggunakan-
nya, jika pintu dibuka tutup, kunci dibuka tutup dan engsel
dibuka tutup.
5. Penggeledahan juga dilakukan pada rongga WC, saluran ini,
kran air, wastapel, lampu dengan cara melihat kondisi fisik dan
mencoba kelancaran kegunaannya serta tempat sampah dan
tumpukan sampah.
6. Jika dicurigai adanya perbedaan suara, kerusakan atau hal-hal
yang mencurigakan segera untuk dilaporkan ke atasan untuk
ditindaklanjuti.
7. Tim yang menemukan barang-barang yang dilarang segera
melakukan penyitaan.
8. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
9. Penggeledah melakukan pencatatan dan menuangkannya
dalam berita acara.

97
I. PENGGELEDAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT
1. Petugas Penggeledah meminta barang bawaan untuk di-
letakkan dalam wadah.
2. Petugas Penggeledah meminta kepada pembawa barang
untuk memasukan barang bawaan melalui alat deteksi.
3. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung masya-
rakat, narapidana/tahanan maupun petugas untuk melalui
alat deteksi badan.
4. Petugas Pengawas Penggeledah meneliti barang dan keadaan
badan melalui monitor.
5. Petugas Penggeledah melakukan pemeriksaan badan apabila
alat deteksi mengeluarkan suara (bunyi).
6. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung dari
masyarakat, narapidana, ataupun petugas untuk berdiri dan
menepi.
7. Petugas Penggeledah menggunakan alat deteksi yang di-
arahkan pada bagian badan depan belakang, tangan kiri dan
kanan, dan kaki kiri dan kaki kanan.
8. Petugas Penggeledah selain mengarahkan alat deteksi ke
bagian-bagian badan tertentu sekaligus memastikan dengan
tangan bagian yang menimbulkan suara.
9. Petugas Penggeledah dapat melakukan pemeriksaan secara
manual sebagaimana dalam ketentuan Protap ini apabila
mencurigai barang maupun badan pengunjung.
10. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan terhadap
barang-barang yang dibawa pengunjung.
11. Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
12. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
13. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan dan menuang-
kannya dalam berita acara.

98
Bab IX
• Kesatuan Pengamanan
• Pemindahan
• Pengawalan

99
KESATUAN PENGAMANAN
KESATUAN PENGAMANAN

100

Ambil alih kekosongan
 Serah Terima Regu Laporan langsung
Cadangkan Regu
Seketika melanjutkan pada atasan
 laporan

Pengunci
Pembukaan dan Penutupan Menggunakan Protap
Kamar Umum Pengawas

Keberadaan fisik

Kerumunan
Pencatatan hasil patroli setiap Laporan langsung
Patroli pada atasan
satu jam satu kali Tingkah laku

Hal-hal yang mencurigakan


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Anak Kunci terjaga


keamanannya

Anak Kunci tidak jatuh ke


tangan Narapidana
Tersimpan dalam kotak aman dan dalam
Pengelolaan Anak Kunci keadaan darurat dapat dipecahkan
dan Gembok Anak Kunci hilang segera
diganti dan tidak digunakan

Anak kunci senantiasa


Diacak secara periodik
tertutup rapat

Anak kunci tersimpan


dalam kotak khusus
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •

A. KESATUAN PENGAMANAN
1. Serah Terima Regu
a. Cadangkan regu pengamanan, jika diketahui adanya
keterlambatan, izin, tugas luar dan adanya persoalan lain.
b. Segera mengambilalih jika terjadi kekosongan pada regu
pengamanan.
c. Laporan serah terima segera disampaikan kepada atasan.
d. Seketika menindaklanjuti laporan yang bersifat mendesak.

2. Pembukaan dan Penutupan Kamar


a. Dilakukan dengan ketentuan yang berlaku.
b. Dilakukan dengan komposisi perbandingan 2 (dua) petugas
yang berperan sebagai pengunci dan pengawas.

3. Patroli
a. Karupam menyediaan buku khusus pencatatan.
b. Karupam atau Wakilnya mencatat hasil patroli dalam buku
kontrol.
c. Kontrol dilakukan setiap satu jam sekali dengan meng-
gunakan jam kontrol (control lock) atau peralatan lainnya.
d. Kontrol menitikberatkan pada pemeriksaan kunci-kunci,
keberadaan fisik Narapidana Resiko Tinggi, kerumunan dan
tingkah laku Narapidana Resiko Tinggi, hal-hal yang men-
curigakan, perubahan lingkungan dan hal-hal yang terkait
dengan standar pengamanan lainnya.
e. Jika dicurigai adanya hal-hal yang berkaitan dengan ganggu-
an keamanan dan ketertiban agar segera melaporkan pada
atasannya.

4. Pengelolaan Anak Kunci dan Gembok


a. Anak kunci dan cadangannya harus senantiasa terjaga
keamanannya.

101
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

b. Anak kunci dengan alasan apapun dilarang keras jatuh ke


tangan Narapidana.
c. Jika anak kunci hilang, gembok pintu harus segera diganti
dan tidak digunakan kembali.
d. Anak kunci pada saat dibawa oleh petugas harus senantiasa
tertutup rapat dan tidak boleh terlihat.
e. Anak kunci tersimpan dalam kotak khusus.
f. Dalam keadaan darurat anak kunci cadangan untuk membuka
kotak penyimpanan anak kunci dapat di pecahkan.
g. Kotak penyimpanan anak kunci sedapat mungkin terbuat
dari bahan yang tahan benturan.
h. Kunci gembok secara periodik dilakukan pengacakan.

102
HAN
PEMINDAHAN

Satu wilayah harus ijin Kanwil

Penentuan alasan
Antar wilayah harus persetujuan
pemindahan Dirjenpas

Kordinasi dengan Lapas yang akan


Alasan keamanan Dalam keadaan Darurat menerima pemindahan

Alasan pembinaan

Alasan kelebihan daya Laporan ke Dirjenpas dan


tampung Sifatnya rahasia dan tertutup Kanwil melalui sarana tercepat

Alasan jalannya
persidangan

Alasan sakit
Berita acara/Laporan
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •

103
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

B. PEMINDAHAN
1. Pemindahan dilakukan karena alasan keamanan, pembinaan,
kelebihan daya tampung, jalannya persidangan dan sakit .
2. Pemindahan antar wilayah karena alasan keamanan, pem-
binaan, kelebihan daya tampung, jalannya persidangan dan
sakit harus dengan persetujuan Direktur Jenderal Pemasya-
rakatan.
3. Pemindahan dalam satu wilayah karena alasan keamanan,
pembinaan, kelebihan daya tampung, jalannya persidangan
dan sakit harus dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
4. Dalam keadaan darurat yang dikaitkan dengan faktor
keamanan dari Narapidana Resiko Tinggi, Kalapas langsung
melakukan kordinasi dengan Kalapas yang akan menerima
pemindahan Narapidana Resiko Tinggi.
5. Dalam keadaan darurat yang dikaitkan dengan faktor
keamanan dari Narapidana Resiko Tinggi, Kalapas langsung
melaporkan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan
Kepala Kantor Wilayah melalui sarana komunikasi tercepat.
6. Persiapan pemindahan dilakukan dengan cara rapat tertutup
dan rahasia untuk menyusun strategi pemindahan, waktu,
personil, dan lokasi pemindahan.

104
Kriteria Petugas sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Pernah mengikuti pendidikan dan
PENGAWALAN
latihan Kesamaptaan.
3) Mendapatkan surat perintah dan
surat jalan Kalapas.
4) Berseragam Pakaian Dinas
Lapangan dan bersenjata.
5) Menggunakan pakaian
pelindung. Saat berjalan diapit petugas

Dalam kendaraan Narapidana diapit


Adanya surat perintah pengawalan Petugas di bagian belakang, depan
dan di samping.

Keadaan luarbiasa kendaraan


Borgol pada kedua tangan dikawal di depan dan dibelakang
dan kaki jika diperlukan

Borgol pada kedua tangan


dan kaki dalam kendaraan Pemeriksaan kesehatan,
dokumen dan barang-barang
pribadi.
Dapat meminta
pengawalan polisi

Berita acara serah terima untuk


pengawalan Laporan

105
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

C. PENGAWALAN
1. Pengawalan dilakukan untuk keperluan pemindahan, sidang,
sakit dan melaksanakan hak Narapidana Resiko Tinggi.
2. Pengawalan dapat dilakukan secara tertutup yaitu tanpa
diketahui oleh pihak yang dikawal atau pengawalan terbuka
yang secara fisik melakukan penjagaan terhadap pihak yang
dikawal.
3. Pengawalan dilakukan dengan mempersiapkan borgol,
senjata, dan alat pengaman lainnya.
4. Petugas Pengawal disesuaikan dengan kebutuhan pengawalan
berdasarkan kualifikasi pengamanan dalam ketentuan ini dan
harus dibantu oleh aparat kepolisian.
5. Petugas Pengawal memastikan surat perintah pengawalan
dan daftar nama Narapidana Resiko Tinggi yang akan dikawal.
6. Petugas Pengawal harus memastikan borgol pada kedua
tangan Narapidana Resiko Tinggi dan rantai kaki jika di-
perlukan.
7. Petugas Pengawal memastikan borgol tangan dan merantai
kaki selama Narapidana Resiko Tinggi berada di dalam
kendaraan.
8. Pengawalan pada saat berjalan kaki didampingi (diapit) oleh
Petugas Pengawal.
9. Jika pengawalan di dalam kendaraan untuk 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi, Petugas Pengawal berada di bagian
belakang, dibagian depan dan disamping dengan posisi
mengapit.
10.Dalam keadaan luar biasa, maka kendaraan pengangkut harus
dipandu oleh satu kendaraan di depan dan satu kendaraan
pada bagian belakang.
11.Kordinator Petugas Pengawal bertanggungjawab atas ke-

106
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •

amanan Narapidana Resiko Tinggi selama dalam perjalanan


dan melarang kepada pihak manapun untuk memberikan
sesuatu atau berbicara dengan Narapidana Resiko Tinggi.
12.Personil yang melakukan pengawalan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Pernah mengikuti pendidikan dan latihan Kesamaptaan.
3) Mendapatkan surat perintah dan surat jalan Kalapas.
4) Berseragam Pakaian Dinas Lapangan dan bersenjata.
5) Menggunakan pakaian pelindung.
13.Dalam proses pemindahan, kesehatan Narapidana Resiko
Tinggi diperiksa lebih dahulu, memastikan dokumen yang akan
dibawa dan barang-barang pribadi.
14.Menandatangani berita acara pengawalan hingga penyerahan
kepihak lain.
15.Petugas Pengawal yang melakukan pengawalan di Rumah
Sakit harus senantiasa melaporkan kepada atasannya melalui
telepon dan mencatat dalam buku laporan tentang per-
kembangan kesehatan dan perilaku Narapidana Resiko Tinggi
selama dirawat.
16.Petugas Pengawal yang melakukan pengamanan di Rumah
Sakit, selama 8 jam sekali harus diganti dan dituangkan dalam
berita acara serah terima pengawalan kecuali pengawalan
yang dimulai pukul 19.00 yang tugas pengawalannya berakhir
hingga pukul 07.00.
17.Apabila Narapidana Resiko Tinggi mempunyai dokter pribadi
dan dokter tersebut merekomendasikan pengobatan lebih
lanjut di luar Rumah Sakit rujukan, Rumah Sakit dimana
Narapidana Resiko Tinggi tersebut biasa berobat, maka harus
dilakukan pengawalan khusus dengan penambahan personil
pengamanan.

107
18.Petugas Pengawal senantiasa berkordinasi dengan atasan
tentang perkembangan selama dalam perjalanan maupun
setelah tiba ditempat yang dituju.
19.Pengawalan massal dilakukan dengan komposisi petugas yang
ditentukan dalam kualifikasi pengamanan pada Protap ini.

108
Bab X
• Penanggulangan
Gangguan Keamanan
dan Ketertiban

109
110
PENANGGULANGANHURUHARA PENANGGULANGAN HURU HARA



Perkelahian massal, Seluruh staff melakukan Kalapas
demonstrasi, pemberontakan, tindakan darurat insiden mengaktifkan
pelarian, penyerangan dari luar, dengan cara SELAMATKAN
KPLP atau Pejabat
Pengelola
bencana alam dan pelaksanaan JIWA, AMANKAN DAN yang ditunjuk
 Penanggulangan
hukuman mati PULIHKAN Insiden

1. Tim Komunikasi,
2. Tim Negosiator,
 3. Tim Huru Hara,
Membunyikan tanda bahaya 4. Tim Senjata Api dan
penjinak bom,
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Menyelamatkan diri, Kordinasi 5. Tim Transportasi,


Narapidana dan pengunjung 6. Tim Kesehatan,
7. Tim Evakuasi,
8. Tim Pengejaran, dan
Amankan Narapidana yang 9. Tim Keamanan
menjadi tanggungjawabnya Pelaksanaan
Hukuman Mati
Segera melaporkan insiden
Laporan akhir
BAB X: PENANGGULANGAN GANGGUAN DAN KETERTIBAN •

A. PENANGGULANGAN
1. Yang dimaksud penanggulangan gangguan keamanan dan
ketertiban disini adalah perkelahian massal, demonstrasi,
pemberontakan, pelarian, penyerangan dari luar, bencana
alam dan pelaksanaan hukuman mati.
2. Penanggulangan dilakukan oleh Tim Khusus yang dibentuk oleh
Kalapas antara lain: Tim Komunikasi, Tim Negosiator, Tim Huru
Hara, Tim Senjata Api dan penjinak bom, Tim Transportasi, Tim
Kesehatan, Tim Evakuasi, Tim Pengejaran, Tim Pemadam
Kebakaran dan Tim Keamanan Pelaksanaan Hukuman Mati.
3. Seluruh staff melakukan tindakan darurat insiden dengan cara
SELAMATKAN JIWA, AMANKAN, DAN PULIHKAN dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membunyikan alarm atau tanda bahaya.
b. Menyelamatkan diri, menyelamatkan Narapidana serta
pengunjung.
c. Mengamankan seluruh Narapidana yang menjadi tanggung
jawabnya ke tempat yang aman.
d. Segera melaporkan insiden.
4. Kalapas memerintahkan kepada KPLP atau Pejabat yang di-
tunjuk selaku Pengelola Penanggulangan Insiden untuk segera
menjalankan prosedur tanggap darurat penanggulangan insiden.
5. KPLP atau Pejabat yang ditunjuk mengkordinasikan dan
mengaktifkan Tim yang telah ada untuk melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyelamatkan jiwa.
b. Mengamankan Lapas.
c. Mengembalikan kondisi ke keadaan normal sesegera
mungkin.
d. Memperhitungkan keadan seluruh staff dan mengamankan

111
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

pengunjung.
e. Membentuk Pos Kesehatan dan Pos Pengendali .
f. Mengumpulkan fakta-fakta.
g. Memberikan gambaran insiden yang terjadi.
h. Melokalisir lokasi kejadian.
i. Meminta staff untuk terlibat.
j. Segera setelah aman staff berkumpul di pintu gerbang
utama atau wilayah aman lainnya.
k. Mengamankan buku register
l. Mengamankan Narapidana yang tidak terlibat insiden dan
memastikan keselamatan mereka.
m. Mengembangkan peran Tim yang ada sesuai dengan situasi
dan kondisi saat itu.
n. Melakukan evaluasi insiden dengan menggunakan panduan
yang ada untuk:
1) Menentukan tingkat kesulitan penanganan insiden.
2) Menentukan sumber daya yang akan digunakan.
3) Prioritas untuk menyelamatkan jiwa, pengamanan dan
kembali ke kondisi normal.
4) Negosiasi.
5) Mengaktifkan rencana darurat.
6) Menggunakan tindakan kekerasan.
7) Normalisasi.
8) Laporan.
6. KPLP atau Pejabat segera menganalisa petunjuk dari informasi
intelijen untuk mengambil langkah-langkah strategis.

112
BAB X: PENANGGULANGAN GANGGUAN DAN KETERTIBAN •

B. TIM KHUSUS
1. Tim Komunikasi
a. Terdiri dari perwakilan Lapas, perwakilan Divisi Pemasyarakatan
dan perwakilan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
b. Mempertahankan komunikasi dengan Pos Kesehatan dan
Pos Pengendali.
c. Membuka dan menjadi satu-satunya pusat informasi peng-
arahan media.
d. Mengkoordinasikan seluruh komunikasi dengan media.
e. Mengkaji dan menyetujui seluruh pernyataan terkait
insiden.
f. Mengembangkan komunikasi internal dan eksternal.
g. Berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian
atau instansi terkait.

2. Tim Negosiator
a. Identifikasi kelompok massa dan psikologi massa.
b. Mengadakan pendekatan dan dialog dengan perusuh dan
memengaruhinya dengan bujukan atau ancaman hukuman.
c. Menggali permasalahan terjadinya insiden dan meminta
kepada perusuh untuk menyelesaikan secara kekeluarga-
an.
d. Melaporkan kepada KPLP atau pejabat yang ditunjuk terkait
perkembangan negosiasi.

3. Tim Huru Hara


a. Segera menggunakan peralatan huru hara dan berkumpul
sesuai dengan perintah KPLP atau pejabat yang ditunjuk.
b. Mengamankan areal vital dalam Lapas.
c. Melokalisir insiden agar tidak meluas sesuai dengan perintah.

113
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

c. Melumpuhkan dan mengamankan perusuh sesuai dengan


perintah.
d. Mengamankan narapidana yang tak terlibat dalam insiden.

4. Tim Senjata Api dan Penjinak Bom


a. Segera untuk mempersiapkan dan menggunakan senjata
dan peralatan penjinak bom.
b. Berada pada posisi yang diminta.
c. Melakukan tembakan peringatan dan tembakan ke perusuh
sesuai dengan perintah KPLP atau pejabat yang ditunjuk.

5. Tim Transportasi
a. Menyiapkan kendaraan ambulance pada posisinya.
b. Menyiapkan kendaraan untuk mengalihkan atau meng-
evakuasi Narapidana.
c. Menyiapkan kendaraan lain sebagai cadangan untuk
kebutuhan lainnya.

6. Tim Kesehatan
a. Terdiri dari Staff Perawatan, Kepegawaian dan Registrasi.
b. Melakukan penanganan medis dan mengawasi pihak-pihak
yang terluka.
c. Menghitung dan mencatat identitas Narapidana Resiko
Tinggi yang terluka dan meninggal dunia.
d. Mengiformasikan perkembangan kepada keluarga dan Tim
Komunikasi.
e. Menginformasikan identitas narapidana yang terlibat
insiden kepada seluruh Tim.

114
BAB X: PENANGGULANGAN GANGGUAN DAN KETERTIBAN •

7. Tim Evakuasi
a. Menentukan tempat-tempat yang aman bagi narapidana,
petugas dan pengunjung untuk mengamankan diri.
b. Menyerahkan korban luka-luka kepada Tim Kesehatan.
c. Memisahkan narapidana jika diperlukan.

8. Tim Pengejaran
a. Meminta bantuan yang berwajib.
b. Melakukan identifikasi lokasi pelarian.
c. Membawa surat perintah dari Kalapas dan kelengkapan
senjata.
d. Menuju lokasi yang dicurigai menjadi tempat persembunyi-
an.
e. Melakukan penggeledahan dengan seizin RT dan RW se-
tempat.
f. Menangkap dan melumpuhkan jika telah diketahui tempat
persembunyiaan narapidana yang melarikan diri.

9. Tim Pemadam Kebakaran


a. Segera berkumpul dan menggunakan peralatan pengaman-
an.
b. Meminta bantuan dari pemadam kebakaran setempat.
c. Membagi kelompok untuk memadamkan titik api.
d. Memastikan selang dan air dapat segera digunakan.
e. Menyelamatkan Petugas dan Narapidana yang masih
terkurung.
f. Menyelamatkan dokumen penting yang ada dalam Lapas.

10.Tim Keamanan Pelaksanaan Hukuman Mati


a. Segera berkumpul dan menggunakan peralatan pengaman-
an.

115
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

b. Melakukan penjemputan.
c. Mengamankan Narapidana Resiko Tinggi yang akan di-
eksekusi.
d. Menyerahkan kepada pelaksana eksekusi dan membuat
berita acara.
e. Melaporkan kepada Kalapas.
11.Kalapas memastikan sistem penanggulangan insiden berada
pada posisi aktif dan posisi siap bergerak, membuat sandi
operasi, memutuskan prioritas, membuat rencana strategis,
memastikan Pos Kesehatan dan Pos dan normalisasi.
12.Kalapas melakukan evaluasi kepada tim-tim yang telah di-
bentuk dan menyusunnya kembali jika ada kekurangan
personil minimal 6 (enam) bulan sekali.

116
Bab XI
• Alat Bantu Pengamanan

117
118
BANTU PENGAMANAN
ALAT BANTU PENGAMANAN
Ketersediaan alat bantu pengamanan diadakan CCTV terpasang di tempat-
secara berkala dan terpelihara tempat tertentu

Inventarisasi Ketersediaan monitor


televisi, mikropon dan alat
pengeras suara di tempat-
1. Ruang Kendali. 20. Alat Komunikasi. tempat tertentu.
2. CCTV dan Monitor. 21. Jam dinding.
3. Gas Air Mata dan Masker. 22. Daftar Nomor Telepon Penting.
4. Alat pemukul (knoot). 23. Kunci, Gembok dan Almari.
5. Dakura. Penyimpanan.
6. Microphone. 24. Ambulance.
7. Pengeras Suara. 25. Kendaraan Operasional.
Pelatihan berkala
8. Metal Detector Badan. 26. Anjing Pelacak. penggunaan alat
9. Metal Detector Tanah. 27. Selullar Jummer. pengamanan
10. Cermin Deteksi Bom 28. Genset.
(Reflector). 29. Baju Anti Senjata Tajam.
11. Body Scanner. 30. Senter.
12. X – Ray. 31. Jas Hujan.
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

13. Senjata Api dan Amunisi. 32. Peluit.


14. Lemari penyimpanan senjata. 33. Teropong Malam (Night View Pemeriksaan keabsahan
15. Borgol dan Rantai kaki. Binocular). penggunaan senjata api
16. Sirene atau Lonceng/Genta. 34. Teropong (Binocullar).
17. Control Lock. 35. Tongkat Kejut.
18. Lampu Sorot (Spotlite) dan 36. Senjata dan Paint Ball.
lampu cadangan. 37. Water Cannon.
19. Alat Pemadam Kebakaran. 38. Tenda.
Laporan ke Kanwil dan
Dirjenpas 
BAB XI: ALAT BANTU PENGAMANAN •

A. ALAT BANTU PENGAMANAN


1. Ketersediaan alat bantu pengamanan diadakan secara berkala dan
terpelihara, yang meliputi peralatan sebagaimana berikut:
1. Ruang Kendali.
2. CCTV dan Monitor.
3. Gas Air Mata dan Masker.
4. Alat pemukul (knoot).
5. Dakura.
6. Microphone.
7. Pengeras Suara.
8. Metal Detector Badan.
9. Metal Detector Tanah.
10. Cermin Deteksi Bom (Reflector)
11. Body Scanner.
12. X – Ray.
13. Senjata Api dan Amunisi.
14. Lemari penyimpanan senjata.
15. Borgol dan Rantai kaki.
16. Sirene atau Lonceng/Genta.
17. Control Lock.
18. Lampu Sorot (Spotlite) dan lampu cadangan.
19. Alat Pemadam Kebakaran.
20. Alat Komunikasi.
21. Jam dinding.
22. Daftar Nomor Telepon Penting.
23. Kunci, Gembok dan Almari Penyimpanan.
24. Ambulance.
25. Kendaraan Operasional.
26. Anjing Pelacak.
27. Selullar Jummer.
28. Genset.

119
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

29. Baju Anti Senjata Tajam.


30. Senter.
31. Jas Hujan.
32. Peluit.
33. Teropong Malam (Night View Binocular).
34. Teropong (Binocullar).
35. Tongkat Kejut.
36. Senjata dan Paint Ball.
37. Water Cannon.
38. Tenda.
2. Petugas memastikan peralatan keamanan CCTV terpasang di:
a. Ruang Pendaftaran dan Penggeledahan.
b. Menghadap dan membelakangi pintu Portir.
c. Ruang Kunjungan.
d. Ruang Ibadah, kegiatan kerja, pendidikan, perawatan, dan
koperasi.
e. Blok dan Kamar Hunian.
f. Pos Rupam.
g. Sudut-sudut yang rawan lainnya.
3. Petugas memastikan ruang kendali tersedia dengan sarana monitor
televisi, mikropon dan alat pengeras suara yang dipasang pada
tempat-tempat tertentu yang memungkinkan Narapidana Resiko
Tinggi mendengarkan.
4. Petugas memastikan rutinitas latihan bagi petugas pengamanan
dalam menggunakan peralatan, meningkatkan ketetrampilan
individu dan cara-cara perawatannya.
5. Petugas memastikan keabsahan penggunaan senjata.
6. Laporan berkala kepada Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan tentang kondisi peralatan pengamanan.

120
Bab XII
• Tindakan Disiplin
• Penentuan Hukuman Disiplin

121
122
TINDAKAN DISIPLIN

TINDAKAN DISIPLIN

Laporan pelanggaran Pemanggilan

Penjemputan Pemisahan

Berita acara dalam buku Pelaksanaan


• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

register tindakan disiplin

Laporan Pelaksanaan
BAB XII: TINDAKAN DISIPLIN, PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN •

A. TINDAKAN DISIPLIN DALAM PROSES PENENTUAN


HUKUMAN DISIPLIN
1. Penerimaan laporan pelanggaran disiplin.
2. Pemanggilan dalam rangka pelaksanaan tindakan disiplin.
3. Penjemputan dengan perbandingan 3 (tiga) petugas pengawal
dengan 1 (satu) Narapidana Resiko Tinggi apabila pemanggilan
tidak berhasil.
4. Pemisahan penempatan dari kamar hunian ke ruang hukuman
(straf sel) dalam waktu 1 x 24 jam jika diperlukan.
5. Dilakukan pencatatan Berita Acara Pemeriksaan di dalam
register.
6. Pelaksanaan tindakan disiplin oleh Kalapas atas rekomendasi
TPP.
7. Pelaporan pelaksanaan tindakan disiplin kepada Kalapas dan
pemeriksaan kondisi kesehatan.
8. Memastikan hak-hak tertentu Narapidana Resiko Tinggi tetap
terpenuhi.

123
124
PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN
PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN
Peristiwa, tuduhan,
Kalapas meminta hasil ketentuan yang dilanggar Saran perbaikan Pemeriksan lengkap
pemeriksaan dan sanksi rekomendasi ke TPP

Keputusan menentukan
bentuk pelanggaran,
Melaksanakan TPP melakukan memisahkan atau
rekomendasi TPP pemeriksaan dalam waktu
menolak berkas kecuali
2 x 48 jam
dalam keadaan luar
biasa
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Laporan Pelaksanaan
Kalapas mengambil
langkah-langkah, untuk
melindungi orang yang
mungkin dibutuhkan oleh
Tertuduh
BAB XII: TINDAKAN DISIPLIN, PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN •

B. PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN


1. Kalapas menerima hasil pemeriksaan tentang terjadinya
pelanggaran disiplin.
2. Hasil pemeriksaan diperiksa oleh Kalapas terkait peristiwa,
tuduhan-tuduhan, ketentuan yang dilanggar dan bentuk sanksi
yang dimohonkan.
3. Kalapas memberikan saran perbaikan hasil pemeriksaan yang
mencerminkan akurasi suatu peristiwa, tuduhan-tuduhan,
ketentuan yang dilanggar dan bentuk sanksi.
4. Jika hasil pemeriksaan telah dinyatakan lengkap, Kalapas
meneruskannya pada sidang TPP untuk segera dilakukan
pembahasan.
5. Jika hasil pemeriksaan telah dinyatakan lengkap, Kalapas
memerintahkan kepada Regu pengamanan untuk segera
memisahkan Tertuduh Narapidan Resiko Tinggi selama 7
(tujuh) hari lamanya terhitung sejak permohonan pemeriksaan
disetujui oleh Kalapas dan dapat diperpanjang untuk 3 (tiga)
hari berikutnya.
6. Kalapas menolak hasil pemeriksaan yang telah melampaui
waktu 48 jam setelah terjadinya insiden atau pelanggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.
7. Kalapas menetapkan keadaan yang dianggap luar biasa.
8. Kalapas mempertimbangkan dan memutuskan secara langsung
apabila permohonan pemeriksaan diduga bukan pelanggaran
disiplin melainkan tindak pidana.
9. Dalam waktu selambat-lambatnya 48 jam setelah diperintah
oleh Kalapas, Ketua TPP segera memeriksa berkas hasil
pemeriksaan termasuk daftar dan keterangan-keterangan saksi
dan dokumen terkait.
10.Kalapas mengambil langkah-langkah, untuk melindungi orang
yang mungkin dibutuhkan oleh Tertuduh Narapidana Resiko

125
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Tinggi sebagai saksi agar sidang TPP berjalan dengan lancar.


11.Kalapas memutuskan jenis hukuman disiplin setelah memper-
timbangan rekomendasi sidang TPP.
12.Kalapas memerintahkan kepada KPLP untuk melaksanakan
jenis hukuman disiplin.

126
Bab XIII
• Pengawasan Eksternal

127
128
PENERIMAAN PENGADUAN
PENERIMAAN PENGADUAN
Menyediakan kotak dan
Menerima 
formulir

Forum

Tindak lanjut ke
RAHASIA Dicatat dalam buku
TPP
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

Membutuhkan
persetujuan Kanwil
atau Ditjenpas

Pelaksanaan
Rekomendasi
BAB XIII: PENGAWASAN EKSTERNAL •

A. PENERIMAAN PENGADUAN
1. Menyediakan kotak dan formulir keluhan dan pengaduan di
ruang pendaftaran dan di dalam blok bagi Narapidana Khusus.
2. Menerima keluhan dan pengaduan melalui sarana elektronik
dari masyarakat.
3. Forum keluhan dan pengaduan secara terbuka diadakan
sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk Narapidana Resiko
Tinggi.
4. Seluruh keluhan dan pengaduan yang diterima dicatat dalam
buku.
5. Identitas pengadu dan formulir pengaduan dilindungi dan
dirahasiakan.
6. Kalapas menindaklanjuti keluhan dan pengaduan berdasarkan
rekomendasi TPP.
7. Kalapas menyampaikan hasil keluhan dan pengaduan kepada
Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
dalam hal diperlukannya tindak lanjut di tingkat atas.

129
130
KUNJUNGAN PIHAK LUAR KUNJUNGAN PIHAK LUAR
Surat Ijin Kunjungan Pihak Tingkat Internasional dan
Luar Nasional ijin dari Dirjenpas

Tingkat Provinsi ijin dari


Yang dimaksud pihak luar Kantor Wilayah
adalah organisasi
Internasional yang
berhubungan dengan Hak- Keputusan untuk
Hak Narapidana, Komisi mengijinkan jika
Pemeriksaan keabsahan
Nasional Hak Asasi surat dinyatakan
Manusia, Ombudsman surat dan konfirmasi
sah
Republik Indonesia,
Lembaga Swadaya
Masyarakat dan lembaga-
lembaga lainnya yang
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

diakui secara nasional


maupun internasional.
Penggeledahan dan Pihak Luar
pengawalan jika melakukan Kalapas mendapatkan saran
diperlukan kegiatannya dan laporan

Laporan
BAB XIII: PENGAWASAN EKSTERNAL •

B. KUNJUNGAN PIHAK LUAR


1. Yang dimaksud pihak luar adalah organisasi internasional yang
berhubungan dengan Hak-Hak Narapidana, Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia, Ombudsman Republik Indonesia, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya yang
diakui secara nasional maupun internasional.
2. Untuk tingkat internasional dan nasional mendapatkan surat
izin dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
3. Untuk tingkat provinsi (lokal) mendapatkan izin dari Kepala
Kantor Wilayah tingkat provinsi.
4. Kalapas melakukan pemeriksaan keabsahan surat pengantar
dengan cara menghubungi pihak yang mengizinkan.
5. Setelah surat dinyatakan sah keabsahannya, Kalapas mem-
persilakan pengunjung pihak luar untuk melakukan kegiatan-
kegiatannya.
6. Memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada pihak luar
untuk memilih dan bertemu dengan Narapidana Resiko Tinggi
ataupun petugas.
8. Pengunjung pihak luar tetap diberlakukan ketentuan peng-
geledahan sebagaimana dimaksud dalam Protap ini dan
dikawal jika diperlukan.
9. Kalapas menerima laporan, saran dan kritik pihak luar.

131
132
Bab XIV
• Penilaian Internal

133
134
PERTUKARAN PETUGAS
PERTUKARAN PETUGAS

Kalapas yang ditunjuk


Perencanaan pada tingkat kantor Penunjukan Lapas yang
akan melakukan penilaian menyusun tim dan
wilayah
mengeluarkan SK

Rahasia dan mencegah


kebocoran
Kalapas yang akan dinilai menerima
tim yang telah ditunjuk
Terdiri dari 5 (lima) petugas
terdiri dari ketua, seorang
pengamat, keamanan,
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

umum dan kegiatan kerja. Tim memberikan laporan lisan dan


rekomendasi

Merujuk pada pedoman


yang telah disusun
Laporan tertulis kepada Kalapas
yang diperiksa, Kadiv dan
Ditjenpas
BAB XIV: PENILAIAN INTERNAL •

A. PERTUKARAN PETUGAS
1. Kepala Divisi Pemasyarakatan merencanakan agenda per-
tukaran petugas Lapas di wilayahnya untuk kepentingan
penilaian.
2. Pertukaran petugas dimaksudkan untuk melakukan penilaian
pelaksanaan dari Protap ini.
3. Rencana Pertukaran petugas tidak perlu disampaikan kepada
pihak Lapas untuk kepentingan menjaga kerahasian dan
mencegah terjadinya kebocoran informasi.
4. Petugas Lapas yang diminta untuk menilai Lapas tertentu,
segera Kalapas bersangkutan menyusun Tim Khusus Peme-
riksaan.
5. Anggota Tim yang ditunjuk harus memiliki kemampuan
penilaian, kejujuran dan integritas.
6. Terdiri dari 5 (lima) orang yang ditunjuk oleh Kalapas.
7. Tim terdiri dari seorang Ketua, seorang pengamat pembinaan,
keamanan, umum, dan kegiatan kerja.
8. Mekanisme penilaian dimulai dari bab awal hingga akhir Protap
ini sebagai indikator penilaian dan hasil sementara di-
sampaikan secara lisan kepada Kalapas yang Lapasnya
diperiksa dengan tembusan tertulis kepada Kepala Divisi
Pemasyarakatan Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
9. Kalapas yang Lapasnya akan dinilai menerima Tim Khusus.
10. Kalapas yang Lapasnya akan dinilai memberikan kebebasan
kepada Tim Khusus yang akan melaksanakan tugasnya.
11. Tim Penilai bekerja sesuai dengan indikator proses Protap ini
dan hasil sementara disampaikan secara lisan kepada Kalapas
yang Lapasnya diperiksa dengan tembusan tertulis kepada
Kepala Divisi Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
12. Tim Penilai menjaga kerahasiaan.

135
136
PENILAIAN GABUNGAN
PENILAIAN GABUNGAN
Kalapas memberikan
Menerima dan mengkonfirmasi Tim Gabungan berasal dari
keleluasaan kepada
surat Tim Gabungan ke Kantor Kadivpas dan Ditjenpas
tim

Rahasia dan mencegah


kebocoran
Tim memberikan laporan lisan dan
rekomendasi
Terdiri dari 5 (lima) petugas
terdiri dari ketua, seorang
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI

pengamat, keamanan,
umum dan kegiatan kerja.

Laporan

Merujuk pada pedoman


yang telah disusun
BAB XIV: PENILAIAN INTERNAL •

B. PENILAIAN GABUNGAN
1. Kalapas memeriksa surat tugas dan mengkonfirmasi surat dari
Tim Penilaian Gabungan ke Kantor Wilayah.
2. Tugas Tim Gabungan yang terdiri dari perwakilan Divisi
Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
untuk melakukan penilaian pelaksanaan dari Protap ini.
3. Rencana pelaksanaan penilaian tidak perlu disampaikan
kepada pihak Lapas untuk kepentingan menjaga kerahasian
dan mencegah terjadinya kebocoran informasi.
4. Tim Penilai yang ditunjuk harus memiliki kemampuan pe-
meriksaan.
5. Tim terdiri dari 5 (lima) personil yang terdiri dari seorang ketua,
seorang pengamat pembinaan, keamanan, umum, dan
kegiatan kerja.
6. Mekanisme penilaian dimulai dari bab awal hingga akhir Protap
ini sebagai indikator penilaian dan hasil sementara disampaikan
secara lisan kepada Kalapas yang Lapasnya diperiksa dan
tembusan tertulis kepada Kepala Divisi Pemasyarakatan dan
Direkur Jenderal Pemasyarakatan.
7. Tim Penilai segera merekomendasikan hasil penilaian untuk
diambil langkah-langkah perbaikan kekurangan yang terjadi di
dalam Lapas yang dinilai.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 April 2010

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

Ttd.

UNTUNG SUGIYONO

137
138

Anda mungkin juga menyukai