PROSEDUR TETAP
PERL AKUAN
NARAPIDANA
RESIKO TINGGI
PROSEDUR TETAP
PERLAKUAN NARAPIDANA
RESIKO TINGGI
Hak Cipta
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Didukung oleh:
Search for Common Ground (SFCG) Indonesia
II
KATA PENGANTAR
III
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Untung Sugiyono
Direktur Jenderal Pemasyarakan
IV
DAFTAR ISI
V
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
VI
DAFTAR ISI •
VII
DAFTAR FLOWCHART
• Bab II : Penerimaan 8
• Bab II : Pendaftaran 10
• Bab II : Penempatan 14
• Bab II : Admisi dan Orientasi 16
• Bab III : Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) 22
• Bab III : Wali 31
• Bab IV : Pembinaan Tahap Awal 34
• Bab IV : Pembinaan Tahap Lanjutan Pertama 38
• Bab IV : Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua 41
• Bab IV : Pembinaan Tahap Akhir 45
• Bab V : Surat Menyurat 50
• Bab V : Telepon & Komunikasi 52
• Bab V : Kunjungan 54
• Bab VI : Pemeriksaan Kesehatan Rutin 60
• Bab VI : Sakit Berobat dirawat di Lapas 62
• Bab VI : Sakit Berobat di Rumah Sakit Luar Lapas
- Rawat Jalan 64
- Rawat Inap 66
- Keadaan Darurat (Emergency) 69
• Bab VI : Meninggal Dunia (Meninggal Karena Sakit) 71
• Bab VI : Meninggal Tidak Wajar 75
• Bab VII : Klasifikasi Pengamanan 80
• Bab VIII : Penggeledahan 86
• Bab IX : Kesatuan Pengamanan 100
• Bab IX : Pemindahan 103
• Bab IX : Pengawalan 105
• Bab X : Penanggulangan Huru Hara 110
• Bab XI : Alat Bantu Pengamanan 118
• Bab XII : Tindakan Disiplin 122
• Bab XII : Penentuan Hukuman Disiplin 124
• Bab XIII : Penerimaan Pengaduan 128
• Bab XIII : Kunjungan Pihak Luar 130
• Bab XIV : Pertukaran Petugas 134
• Bab XIV : Penilaian Gabungan 136
VIII
KETERANGAN FLOWCHART
KETERANGANGAMBAR
TERMINATOR/MULAI/SELESAI
PERSIAPAN
PROSES
PROSESSERENTAK
PROSESPENDOKUMENTASIAN
PENGAMBILANKEPUTUSAN
KONEKTORPERPINDAHANAKTIVITAS
KEHALAMANBERIKUTNYA
IX
X
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-58.OT.03.01 TAHUN 2010
TENTANG
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN
NARAPIDANA RESIKO TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
XI
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
XII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN •
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
XIII
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Pasal 2
Dalam rangka pelaksanaan Prosedur Tetap sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1, perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
Pasal 3
Prosedur Tetap sebagaimana termuat dalam dalam Lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan ini.
Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 April 2010
UNTUNG SUGIYONO
XIV
Lampiran
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-58.OT.03.01 TAHUN 2010
TENTANG
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Sistematika
PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
XV
Bab I
• Pendahuluan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
A. LATAR BELAKANG
Berkembangnya pola dan jenis kejahatan pada dasarnya secara
langsung telah mempengaruhi pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan
di Indonesia. Kondisi tersebut telah diantisipasi oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melalui langkah strategis, teknis dan
sistematis. Langkah tersebut adalah dengan membuat Protap
Perlakuan Narapidana Resiko Tinggi.
Narapidana yang diidentifikasi sebagai Narapidana Resiko Tinggi
dalam Protap ini yaitu Narapidana yang berdasarkan penilaian
ditetapkan sebagai Narapidana Resiko Tinggi berdasarkan surat
keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Identifikasi ini dimaksudkan untuk mempermudah perlakuan
pembinaan dan pengamanan yang akan diterapkan, termasuk
bagaimana merumuskan tindakan yang perlu dilakukan apabila ada
indikasi Narapidana Resiko Tinggi tersebut akan melarikan diri,
melakukan pelanggaran dan mengidap penyakit menular.
Substansi yang diatur dalam Protap merupakan ini secara umum
berpedoman pada Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola
Pembinaan Narapidana/Tahanan. Oleh karena itu, pengaturan dalam
Pedoman ini adalah hal-hal yang bersifat khusus terkait dengan
Narapidana Resiko Tinggi. Sedangkan hal-hal yang sudah diatur tetap
berlaku.
B. TUJUAN
Protap ini diharapkan akan menjadi pedoman bagi Petugas
Pemasyarakatan dalam memperlakukan Narapidana Resiko Tinggi.
Dijadikan Protap mengingat adanya standarisasi yang jelas mengenai
aspek administratif maupun teknis meliputi perlakuan dalam
pembinaan dan pengamanan Narapidana Resiko Tinggi.
2
BAB I: PENDAHULUAN •
C. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasya-
rakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3614);
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
1983 tanggal 1 Agustus 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4632);
f. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M–01.PR.07.10 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor:
M.09.PR.07-10 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Hukum dan HAM;
3
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
D. KETENTUAN UMUM
a. Narapidana adalah Terpidana yang menjalani hilang ke-
merdekaan di Lembaga Pemasyarakatan;
b. Narapidana Resiko Tinggi adalah Narapidana yang melalui
4
BAB I: PENDAHULUAN •
5
6
Bab II
• Penerimaan
• Pendaftaran
• Penempatan
• Admisi Orientasi
8
PENERIMAAN PENERIMAAN
4
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •
A. PENERIMAAN
1. Narapidana saat pertama kali diterima oleh Petugas Pintu
Utama (P2U) didampingi oleh petugas pengawal dari instansi
yang memindahkan.
2. Penerimaan Narapidana harus memperhatikan waktu, tempat
dan kesiapan serta kesediaan personil pengamanan yang
disesuaikan dengan kondisi dimasing-masing.
3. Petugas Pintu Utama (P2U) melakukan:
a. Pencocokan surat pengantar dengan identitas Narapidana.
b. Penggeledahan orang dan barang berdasarkan ketentuan
yang berlaku dalam ketentuan ini.
c. Mencatat penerimaan dalam buku laporan penerimaan
Narapidana Resiko Tinggi.
4. Petugas P2U dalam memeriksa surat pengantar apabila
mengetahui Narapidana yang diterima diduga masuk dalam
salah satu kualifikasi dalam Protap ini, maka segera meng-
hubungi Kepala Regu Pengamanian (Karupam).
5. Petugas P2U selanjutnya menyerahkan surat, Narapidana dan
barang bawaan kepada Kepala Regu Pengamanan (Karupam).
6. Setelah menerima laporan penerimaan dari P2U, Karupam
melakukan:
a. Pencocokan surat sesuai surat pengantar dari instansi yang
mengantar.
b. Penggeledahan orang dan barang berdasarkan ketentuan
yang berlaku dalam ketentuan ini.
c. Mencatat penerimaan tersebut dalam buku laporan kegiatan
harian Karupam.
7. Karupam yang menerima laporan dari Petugas P2U terkait
penerimaan Narapidana yang diduga masuk dalam kualifikasi
dalam Protap ini, maka Karupam menginformasikan ke petugas
selanjutnya bahwa Narapidana yang diterima diduga masuk
dalam Narapidana Resiko Tinggi.
8. Karupam kemudian menyerahkan surat, Narapidana Resiko
Tinggi dan barang bawaan ke bagian pendaftaran.
9
PENDAFTARAN
10
Narapidana Meneliti keabsahan
Penerimaan
1 2 2b
Resiko Tinggi surat–surat yang dibawa Keputusan Berkas Tidak Lengkap
didasarkan pada oleh petugas pengawal
surat-surat sah tersebut
2a Konfirmasi ulang kepada
Berkas Lengkap instansi atau pihak yang
melakukan pemindahan
Narapidana
Resiko
Tinggi
Menyerahkan
3
diberikan pakaian yang telah Narapidana Resiko Mencocokkan
5 4
disediakan oleh Lapas untuk Tinggi ke bagian Narapidana Resiko Permohonan
langsung di pakai perawatan
Tinggi sesuai kelengkapan berkas dari
dengan berkas yang instansi atau pihak yang
6 diterima. melakukan pemindahan
selambat-lambatnya 14
Serah terima dengan hari kerja
petugas pengawal dari
instansi atau
pihak yang 7
Pendataan
awal 8 Pemeriksaan ulang
melakukan pemindahan (roll) barang-barang bawaan
Keputusan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
9
Tidak dilengkapi
Penyerahan Keputusan
12 Ditempat khusus
ke petugas
sesuai dengan Selambat-lambatnya dalam 14
pengamanan untuk
kondisi yang ada hari kerja, Narapidana Resiko
1110
penempatan Disimpan dalam Dikembalikan
Tinggi dikembalikan pada
Pengambilan foto Buku Register kepada pihak
instansi atau pihak yang
keluarga
melakukan pemindahan
1. Pencatatan cirri-ciri khusus
Petugas pendaftaran memberikan bukti penyimpanan barang kepada
2. Pendataan ini dicatat dalam
Narapidana Resiko Tinggi berupa tanda terima yang terdiri dari identitas,
Kartu identitas dibuat rangkap
jenis barang, tanggal penitipan, petugas yang menerima dan tanda tangan
3 (tiga) berdasarkan warna
penitip dan penerima.
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •
B. PENDAFTARAN
1. Penerimaan Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi
harus didasarkan pada surat-surat sah yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dan dibubuhi cap asli atau sekurang-
kurangnya telah dilegalisir dari instansi asal.
2. Surat-surat yang sah meliputi:
a. Surat pengantar pemindahan.
b. Berkas vonis terdiri dari:
1) Surat-surat penahanan.
2) Kutipan putusan pengadilan.
3) Surat pelaksanaan putusan dan berita acara pelaksanaan
putusan.
c. Berkas pembinaan antara lain:
1) daftar perubahan.
2) surat keterangan tidak berperkara lain.
3) rekam medis (medical record).
4) hasil penelitian kemasyarakatan atau case study.
5) kartu Pembinaan.
3. Petugas pendaftaran yang menerima harus meneliti keabsahan
surat–surat yang dibawa oleh petugas pengawal tersebut.
4. Petugas pendaftaran melakukan konfirmasi kepada instansi
atau pihak yang melakukan pemindahan apabila berkas vonis
yang diserahkan tidak lengkap.
5. Jika berkas vonis tidak lengkap Kalapas mengajukan per-
mohonan kelengkapan berkas dari instansi atau pihak yang
melakukan pemindahan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kerja.
6. Jika kelengkapan berkas vonis tidak dipenuhi maka selambat-
lambatnya dalam 14 (empat belas) hari kerja, Kalapas meng-
ingatkan kembali kepada instansi atau pihak yang melakukan
pemindahan.
7. Apabila surat-surat yang diserahkan setelah diperiksa hasilnya
11
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
12
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •
13
14
PENEMPATAN
Pengamanan dan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
C. PENEMPATAN
1. Petugas Pengamanan setelah menerima Narapidana yang
diduga Narapidana Resiko Tinggi dari bagian pendaftaran
melakukan pencocokan dan pendataan untuk kepentingan
penempatan dan penentuan langkah pengamanan awal.
2. Petugas pengamanan menyerahkan Narapidana yang diduga
Narapidana Resiko Tinggi kepada Karupam.
3. Karupam segera menyerahkan Narapidana yang diduga Nara-
pidana Resiko Tinggi tersebut ke petugas blok untuk ditempat-
kan di blok admisi dan orientasi khusus.
4. Narapidana yang diduga Narapidana Resiko Tinggi mendapat-
kan pengamanan dan pengawasan khusus oleh petugas peng-
amanan.
15
16
ADMISI DAN ORIENTASI
Keputusan
Penunjukan
Bapas
wali
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Pengumpulan informasi
Pelaporan
TPP
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •
17
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
18
BAB II: PENERIMAAN, PENDAFTARAN, PENEMPATAN, ADMISI ORIENTASI •
19
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
20
Bab III
•TPP
•Wali
21
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP)
22
BAB III: TPP, WALI •
23
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
24
BAB III: TPP, WALI •
a. Penilaian Awal
Penilaian dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Wali, Bapas,
dan informasi lainnya berupa:
1) Dapat melibatkan detasemen anti teror, Badan Narkotika
Nasional (BNN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
tokoh agama, psikolog, psikiater dan organisasi Hak Asasi
Manusia.
2) Jangka waktu Penilaian Awal dilakukan 1 (satu) bulan setelah
Narapidana Resiko Tinggi menjalani admisi dan orientasi.
25
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
b. Penilaian Tahunan
Penilaian Tahunan dilakukan oleh Direktorat berdasarkan re-
komendasi yang berasal dari TPP Lapas, berupa:
1) Direktorat meminta Kalapas untuk melaporkan pelaksanaan
program pembinaan setiap Narapidana Resiko Tinggi dalam
kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir.
2) Laporan pelaksanaan meliputi pula pemberian hak berupa
Asimilasi, Remisi, dan Pembebasan Bersyarat (PB) atau Cuti
Menjelang Bebas. (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)
dan Cuti Bersyarat (CB).
3) Kalapas dalam waktu kurang dari 30 (tigapuluh) hari berdasar-
kan rekomendasi TPP mengirimkan laporan kepada Direktorat
melalui Kantor Wilayah.
4) Direktorat setelah menerima laporan melakukan analisa dan
peninjauan terhadap status dan jenis perlakuan Narapidana
Resiko Tinggi.
5) Hasil pemeriksaan Direktorat dituangkan dalam Surat Ke-
putusan Direktur dan diserahkan kembali kepada Kalapas
dengan tembusan kepada Kantor Wilayah untuk dilaksanakan.
c. Penilaian Khusus
Penilaian khusus dapat dilakukan atas permintaan Kantor Wilayah
dan atau Direktorat untuk:
1) Dilakukan dalam hal perubahan status Narapidana Resiko
Tinggi berdasarkan adanya bukti yang meyakinkan mengenai
penurunan atau peningkatan resiko pengamanan.
2) Pemberian hak berupa Asimilasi, Remisi, dan Pembebasan
26
BAB III: TPP, WALI •
27
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
28
BAB III: TPP, WALI •
29
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
30
WALI
WALI
Penunjukan wali saat Kontak pertama untuk Merumuskan program
teridenfikasi narapidana memperoleh permintaan, pembinaan
resiko tinggi saran, pertanyaan atau hal
lain
Memastikan pemanfaatan
waktu oleh Narapidana
Mempersiapkan
Narapidana untuk taat
hukum
Mencatat pandangan,
pemikiran dan perilaku
Memastikan Narapidana
mengetahui dan
memahami hukuman &
hak hukumnya
Menjelaskan ketentuan
perawatan kesehatan dan
kebersihan
31
BAB III: TPP, WALI •
Kalapas
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
B. WALI
a. Pada saat Narapidana Resiko Tinggi berada atau telah ter-
indentifikasi maka Wali segera bertugas menangani mereka.
b. Semaksimal mungkin Wali menjadi orang yang melakukan ‘titik
kontak pertama’ dengan maksud memperoleh permintaan,
saran, pertanyaan atau hal lainnya dari Narapidana Resiko
Tinggi .
c. Merumuskan rencana pembinaan (sentence planning) dan
menentukan program pemulihan.
d. Memastikan Narapidana Resiko Tinggi memanfaatkan waktu
mereka dengan baik selama di Lapas.
e. Mempersiapkan Narapidana Resiko Tinggi untuk taat hukum
selepas dari Lapas.
f. Mencatat dan menyimpan seluruh percakapan yang relevan
dan pengamatan atas Narapidana Resiko Tinggi.
g. Mencatat pandangan, pemikiran, dan perilaku Narapidana Resiko
Tinggi yang mungkin akan berguna bagi program pemulihan
perilaku dan rehabilitasi dan pengamanan secara umum.
h. Mencatat tanggal dan waktu percakapan, bahasan utama dan
segala pengamatan atau pandangan pribagi dari Narapidana
Resiko Tinggi.
i. Memastikan Narapidana Resiko Tinggi mengetahui dan
memahami hukuman mereka, prosedur/proses banding/
kasasi, remisi dan fasilitas/prosedur hukum lainnya yang
berlaku selama pengenalan hukuman.
j. Menjelaskan tentang ketentuan perawatan kesehatan dan
kebersihan, fasilitas kesehatan dan gigi, makanan dan
kebersihan, ketentuan pengamanan, rencana pemulihan yang
ada, jenis pekerjaan/kegiatan, ketentuan kunjungan dan
hubungan/komunikasi dengan keluarga dan rincian kajian
status pengamanan dan prosedur perwakilan.
k. Melaporkan hasil kerja kepada TPP dan bertanggung jawab
kepada Kalapas.
32
Bab IV
• Tahap Pembinaan
34
Pembinaan kepribadian
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Pembinaan kemandirian
Evaluasi dan penilaian
Rekomendasi
Pembatasan informasi TPP
Pembatasan kunjungan
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
35
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
36
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
37
38
TahapLanjutanPertama
PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN PERTAMA
Evaluasi perilaku
Sejak 1/3 sampai dengan ½ Persiapan untuk mendapatkan
dengan rekomendasi
bagian dari masa pidana remisi dan asimilasi
ahli dan PK BAPAS
Pembatasan informasi
Pembatasan kunjungan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Evaluasi untuk
Laporan ke Kanwil dan
Program kerja sosial peningkatan program
Dirjenpas
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
39
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
40
Penyesalan atas
kesalahan yang
TahapLanjutanKedua
PEMBINAAN TAHAP LANJUTAN KEDUA diperbuat
Pemantauan
kepribadian
sejak ½ sampai dengan 2/3
Mengetahui perubahan
bagian dari masa pidana
Pembatasan
informasi
Pembatasan
kunjungan
41
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
42
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
43
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
44
PEMBINAAN TAHAP AKHIR
Pengeluaran
menjalankan program
asimilasi
Pengeluaran karena
habis masa pidana
45
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
46
BAB IV: TAHAP PEMBINAAN •
47
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
48
Bab V
• Surat Menyurat
• Telepon & Komunikasi
• Kunjungan
50
MENYURAT SURAT MENYURAT
A. SURAT MENYURAT
1. Narapidana Resiko Tinggi berhak mengirim dan menerima
surat ke dan dari pihak luar.
2. Proses korespondensi ini tetap harus diperiksa dengan ketat
oleh petugas pengamanan untuk menghindari pengulangan
tindak pidana atau surat berisikan suatu hal yang melanggar
hukum.
3. Untuk tetap menjaga hak Narapidana Resiko Tinggi dan
kepentingan masyarakat maka diperlukan pemeriksaan atas
surat keluar dan masuk.
4. Adapun ketentuan teknis yang harus diperhatikan petugas
adalah sebagai berikut:
a. Menerima dan mengumpulkan surat yang akan dikirimkan.
b. Menyampaikan surat masuk kepada Narapidana Resiko
Tinggi.
c. Mencatat surat keluar dan surat masuk dalam buku register
korespondensi.
d. Menyediakan alat tulis dan kertas bagi Narapidana Resiko
Tinggi.
e. Seluruh korespondensi diberi stempel “Telah Ditilik/
Diperiksa”.
f. Berkoordinasi dengan bagian keamanan jika korespondensi
berpotensi melanggar keamanan atau mengandung infor-
masi yang berhubungan dengan tindakan atau aksi terorisme.
g. Dalam kondisi khusus, dan hanya dengan kewewangan
Direktorat salinan surat dapat diambil, dianalisa, dan
disimpan dalam register pengamanan.
h. Mengirim surat masuk kepada Narapidana Resiko Tinggi
melalui petugas blok dan mengirim surat keluar melalui
kantor pos.
i. Menyampaikan laporan kepada Direktorat apabila isi surat
menyangkut hal yang akan menimbulkan gangguan ke-
amanan dimasyarakat.
51
52
TELEPON & KOMUNIKASI ELEKTRONIK
ONDANKOMUNIKASILAINNYA
Melaporkan jika
Petugas mendengar dan Keluar dan masuk pembicaraan terkait
mencatat percakapan
dengan keamanan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
53
54
UNGAN
Pemeriksaan
KUNJUNGAN pembatasan
pengunjung
Penggeledahan
Pengawasan dan
Penelitian identitas,
barang dan pengunjung
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Laporan Pengawasan
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •
C. KUNJUNGAN
1. Izin
a. Narapidana Resiko Tinggi berhak untuk mendapatkan
kunjungan dari anggota keluarga, advokat, pemuka agama,
petugas kesehatan dan atasan Narapidana Resiko Tinggi yang
bersangkutan.
b. Pengunjung dari keluarga, advokat, pemuka agama, petugas
kesehatan dan atasan Narapidana Resiko Tinggi harus
sepengetahuan Kalapas.
c. Pengunjung dari masyarakat, organisasi masyarakat dan media
massa nasional harus mendapatkan ijin kunjungan tertulis dari
Kantor Wilayah setempat.
d. Pengunjung organisasi internasional atau organisasi asing
harus mendapatkan izin dari Direktorat Jenderal Pemasya-
rakatan.
2. Pembatasan
a. Pengunjung dari keluarga dibatasi sebagaimana diatur
dalam ketentuan pembinaan dalam Protap ini.
b. Kunjungan keluarga untuk Narapidana Resiko Tinggi yang
berada dalam pengamanan super maksimal hanya
diberikan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu.
c. Kunjungan keluarga untuk Narapidana Resiko Tinggi yang
berada dalam pengamanan maksimal hanya 2 (dua) kali
dalam satu minggu.
55
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
4. Pendaftaran Kunjungan
a. Memeriksa keabsahan izin kunjungan dan identitas yang
sah berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ Paspor/Surat Izin
Mengemudi yang masih berlaku.
b. Menolak kunjungan jika persyaratan tidak dipenuhi.
c. Memeriksa dan menukar kartu identitas pengunjung
dengan kartu kunjungan dan memberikan tanda pada
punggung telapak tangan kanan.
d. Mencatat kunjungan ke buku register kunjungan khusus.
5. Penggeledahan
a. Petugas melakukan penggeledahan pengunjung dan barang
pengunjung.
b. Petugas menggeledah Narapidana Resiko Tinggi dan barang
dari pengunjung pada saat masuk dan keluar blok.
c. Tata cara penggeledahan mengikuti standar yang diatur
dalam ketentuan ini.
56
BAB V: SURAT MENYURAT, TELEPON & KOMUNIKASI, KUNJUNGAN •
7. Pengawas Kunjungan
a. Bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung, staf dan
Narapidana Resiko Tinggi.
b. Mengamati Narapidana Resiko Tinggi yang dikunjungi.
c. Menindaklanjuti terjadinya pelanggaran.
d. Memastikan penggeledahan sesuai dengan ketentuan
sebelum dan sesudah kunjungan.
e. Membatasi waktu kunjungan.
f. Mengawasi dan melaporkan kepada Kalapas segala kondisi
pengamanan.
g. Memastikan keinginan Narapidana Resiko Tinggi berkenan
menemui pengunjung.
h. Memerintahkan kepada petugas pengamanan untuk mem-
berikan pengawalan terhadap Narapidana Resiko Tinggi
yang sedang berada pada pengamanan super maksimal dan
maksimal sesuai dengan standar pengawalan dalam Protap
ini, saat beranjak dari kamar hunian hingga ruang kunjung-
an dan kembali ke kamar hunian.
i. Memastikan borgol tangan dan rantai kaki Narapidana
Resiko Tinggi yang sedang berada pada status pengamanan
super maksimal dan maksimal dilepas atau tetap digunakan,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pengamanan.
j. Menentukan hari, waktu dan ketentuan lain kunjungan
berdasarkan persetujuan Kalapas.
57
58
Bab VI
• Perawatan Kesehatan
60
PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN
PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN
Kalapas
Pencatatan dalam laporan Penempatan khusus
Rencana pemeriksaan rutin menindaklanjuti
pemeriksaan bagi kualifikasi D
laporan
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Laporan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
61
62
SAKIT BEROBAT DIRAWAT DI LAPAS
Laporan
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
63
64
SAKIT BEROBAT DI RUMAH SAKIT LUAR LAPAS
Rawat Jalan
DI RUMAH SAKIT LUAR LAPAS
65
66
Rawat Inap
Rekomendasi dokter
untuk rawat jalan dan Kalapas
Keterbatasan peralatan atas permintaan keluarga menindaklanjuti
2. Rawat Inap
a. Rawat inap ke rumah sakit di luar Lapas diberikan jika
perawatan dalam Lapas tidak memadai karena keterbatas-
an sarana dan peralatan kesehatan, tidak adanya obat-
obatan yang sesuai dengan penyakit yang bersangkutan
dan perawatan intensif.
b. Dokter atau tenaga medis segera merekomendasikan
kepada Kalapas terkait rawat inap di Rumah Sakit luar
Lapas.
c. Dokter merekomendasikan kepada unit terkait untuk
segera membuat berita acara pengeluaran Narapidana
Resiko Tinggi setelah disetujui oleh Kalapas.
d. Unit kerja lain segera melakukan koordinasi dengan pihak
yang berwenang dengan melampirkan rekam medis
(medical record).
e. Pihak keluarga dapat mengajukan permohonan berobat
Narapidana Resiko Tinggi di luar Lapas dengan persyaratan,
antara lain; keluarga harus menandatangani surat per-
nyataan dan sita jaminan yang berisi: (1) Narapidana Resiko
Tinggi yang bersangkutan tidak akan melarikan diri, (2) tidak
melanggar tata tertib yang ditentukan, (3) bersedia
menanggung segala biaya pengobatan dan perawatan di
rumah sakit, dan (4) memberikan jaminan harta benda yang
dimiliki.
f. Jika Narapidana Resiko Tinggi tersebut melarikan diri dan
melanggar tata tertib maka sita jaminan yang sudah
ditandatangani oleh keluarga akan menjadi milik negara.
g. Dokter merekomendasikan kepada KPLP untuk memper-
siapkan pengawalan dari Lapas menuju Rumah Sakit.
h. Dokter berkoordinasi terus-menerus mengenai per-
kembangan penyakit dan proses perawatan dengan pihak
rumah sakit yang melakukan perawatan, berupa turunan
67
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
68
Keadaan Darurat (Emergency)
Keadaan Darurat (Emergency)
Segera menyampaikan
Ditemukan Narapidana sakit kepada Kalapas atau
mendadak dan kritis KPLP
Pemberitahuan kepada
Membuat berita acara Kalapas menyetujui
pengeluaran
keluarga
Mempersiapkan
pengawalan
69
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
70
MENINGGAL DUNIA
Meninggal Karena Sakit
Karupam segera
Adanya laporan dan temuan melakukan pemeriksaan
KPLP
Pemberitahuan kepada
Dibuat berita acara keluarga selambat-
pemeriksaan sesaat lambatnya 12 jam
setelah pihak berwajib
71
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
D. MENINGGAL DUNIA
1. Meninggal Karena Sakit
a. Petugas yang pertama kali mengetahui ada Narapidana
Resiko Tinggi meninggal harus segera melaporkan kepada
Karupam.
b. Karupam memerintahkan tenaga medis dan petugas
pengamanan untuk memeriksa kebenaran informasi
tersebut.
c. Karupam melaporkan pada KPLP dan Kalapas mengenai
adanya Narapidana Resiko Tinggi yang sakit dan meninggal
dunia di dalam Lapas.
d. Tenaga medis segera membuat berita acara kematian
setelah melakukan pemeriksaan medis terhadap
Narapidana Resiko Tinggi yang dinyatakan meninggal dunia
di dalam Lapas.
e. Kalapas segera melaporkan adanya Narapidana Resiko
Tinggi yang meninggal dunia tersebut kepada pihak
berwajib.
f. Kalapas segera memerintahkan petugas untuk mengambil
langkah selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib secara langsung di Lapas dan dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
g. Petugas medis dibantu oleh petugas pengamanan untuk
membuat dokumentasi foto terakhir atas Narapidana
Resiko Tinggi sebelum, saat masih di dalam Lapas maupun
saat di rumah sakit dan saat pemakaman.
h. Petugas medis harus sudah mengambil sidik jari (sepuluh
jari tangan), setidaknya 2 (dua) jam setelah Narapidana
Resiko Tinggi dinyatakan meninggal dunia.
i. Petugas pengamanan harus segera memberitahukan pada
pihak keluarga tentang adanya Narapidana Resiko Tinggi
72
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
73
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
74
gal Tidak Wajar Meninggal Tidak Wajar
Karupam segera
Diduga karena pembunuhan melakukan pemeriksaan
KPLP
Pemberitahuan kepada
Membuat kronologis keluarga selambat-
disampaikan kepada kanwil, lambatnya 12 jam
ditjenpas dan media
75
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
76
BAB VI: PERAWATAN KESEHATAN •
77
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
78
Bab VII
• Klasifikasi Pengamanan
80
KLASIFIKASIPENGAMANAN KLASIFIKASI PENGAMANAN
Super Maksimal: 1 : 4 Petugas, dilakukan
Saat ke rumah sakit, sidang,
pemborgolan kecuali ada alasan lain.
Pengawalan pemindahan terbatas, Maksimal, Medium dan Minimal: 1 : 3 Petugas,
pemidahan massal, adanya dilakukan pemborgolan kecuali ada alasan lain.
kunjungan, ibadah
Super Maksimal dan Maksimal : 1 : 3 Petugas, tidak
ada buka tutup kamar kecuali ijin Kalapas.
Penerimaan, pendaftaran, Menengah: 1 : 1 Petugas, dilakukan buka tutup
Waspada, teliti, tegas dan Pengawasan penempatan dan aktifitas kamar sesuai dengan jadwal dalam ketentuan ini.
membatasi pembicaraan pembinaan lainnya. Medium: Pengawasan petugas Blok, dilakukan buka
tutup kamar.
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Rekomendasi TPP
BAB VIII: KLASIFIKASI PENGAMANAN •
2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas sekurang-kurangnya 3
(tiga) petugas mengawasi 1 (satu) Narapidana.
d. Buka tutup kamar tidak diperkenankan, kecuali izin dari
Kalapas.
3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Melakukan ibadah dibawah pengawasan.
c. Rekomendasi TPP.
81
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas sekurang-kurangnya 3
(tiga) petugas mengawasi 1 (satu) Narapidana.
d. Buka tutup kamar: buka 08.00, tutup 10.00, buka 14.00,
tutup 16.00, tidak keluar dari blok khusus.
3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Awal.
c. Rekomendasi TPP.
82
BAB VIII: KLASIFIKASI PENGAMANAN •
2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Pengamanan selama di dalam Lapas 1 (satu) petugas
mengawasi 1 (satu) Narapidana Resiko Tinggi.
d. Buka tutup kamar: buka 07.00 (setelah serah terima), tutup
12.00, buka 14.00, tutup 16.00, tidak keluar dari blok.
3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Lanjutan Pertama.
c. Rekomendasi TPP.
83
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
2. Pengawasan
a. Petugas senantiasa waspada, tegas, dan membatasi pem-
bicaraan dengan Narapidana Resiko Tinggi.
b. Pengawasan dilakukan pada saat penerimaan, pendaftar-
an, penempatan dan aktifitas pembinaan lainnya.
c. Buka tutup kamar: 07.00 (setelah serah terima), tutup
12.00, buka 14.00, tutup 16.00.
d. Pengawasan oleh petugas blok.
3. Pembinaan
a. Ditempatkan pada blok khusus.
b. Pada masa Pembinaan Tahap Lanjutan Kedua dan Akhir.
c. Rekomendasi TPP.
84
Bab VIII
• Penggeledahan
86
ENGGELEDAHAN PENGGELEDAHAN
Barang Pengunjung
Pengunjung
Narapidana yang
Rutinitas dan Insidentil Mendapatkan Kunjungan Ketelitian dan
Penggeledahan Pengawasan
Barang Narapidana yang
Mendapatkan Kunjungan
Penerimaan Narapidana
Pencatatan
Ruang Kegiatan dan
Ruang Terbuka
Laporan
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
87
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
C. PENGGELEDAHAN PENGUNJUNG
1. Pengunjung laki-laki digeledah oleh Petugas laki-laki,
Pengunjung perempuan digeledah oleh Petugas Perempuan.
2. Jika tidak ada Petugas Perempuan maka Isteri Petugas
melakukan penggeledahan sesuai dengan standar yang diatur
dalam ketentuan ini.
3. Penggeledahan dilakukan oleh dua orang yang bertindak
sebagai Petugas Penggeledah dan Petugas Pengawas.
4. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung untuk
membuka kaos kaki dan alas kaki kemudian menukarkan
dengan alas kaki yang telah disediakan petugas.
5. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung sebelum
menggunakan alas kaki yang disediakan, untuk menunjukkan
telapak kaki.
88
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
89
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
90
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
91
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
92
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
93
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
94
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
95
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
96
BAB VIII: PENGGELEDAHAN •
97
I. PENGGELEDAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT
1. Petugas Penggeledah meminta barang bawaan untuk di-
letakkan dalam wadah.
2. Petugas Penggeledah meminta kepada pembawa barang
untuk memasukan barang bawaan melalui alat deteksi.
3. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung masya-
rakat, narapidana/tahanan maupun petugas untuk melalui
alat deteksi badan.
4. Petugas Pengawas Penggeledah meneliti barang dan keadaan
badan melalui monitor.
5. Petugas Penggeledah melakukan pemeriksaan badan apabila
alat deteksi mengeluarkan suara (bunyi).
6. Petugas Penggeledah meminta kepada pengunjung dari
masyarakat, narapidana, ataupun petugas untuk berdiri dan
menepi.
7. Petugas Penggeledah menggunakan alat deteksi yang di-
arahkan pada bagian badan depan belakang, tangan kiri dan
kanan, dan kaki kiri dan kaki kanan.
8. Petugas Penggeledah selain mengarahkan alat deteksi ke
bagian-bagian badan tertentu sekaligus memastikan dengan
tangan bagian yang menimbulkan suara.
9. Petugas Penggeledah dapat melakukan pemeriksaan secara
manual sebagaimana dalam ketentuan Protap ini apabila
mencurigai barang maupun badan pengunjung.
10. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan terhadap
barang-barang yang dibawa pengunjung.
11. Petugas Penggeledah yang menemukan barang-barang yang
dilarang segera melakukan penyitaan.
12. Jika barang dimaksud terkait dengan tindak pidana maka
segera melaporkan kepada atasan dan mengamankan barang
dan pelaku untuk ditindaklanjuti ke pihak yang berwajib.
13. Petugas Penggeledah melakukan pencatatan dan menuang-
kannya dalam berita acara.
98
Bab IX
• Kesatuan Pengamanan
• Pemindahan
• Pengawalan
99
KESATUAN PENGAMANAN
KESATUAN PENGAMANAN
100
Ambil alih kekosongan
Serah Terima Regu Laporan langsung
Cadangkan Regu
Seketika melanjutkan pada atasan
laporan
Pengunci
Pembukaan dan Penutupan Menggunakan Protap
Kamar Umum Pengawas
Keberadaan fisik
Kerumunan
Pencatatan hasil patroli setiap Laporan langsung
Patroli pada atasan
satu jam satu kali Tingkah laku
A. KESATUAN PENGAMANAN
1. Serah Terima Regu
a. Cadangkan regu pengamanan, jika diketahui adanya
keterlambatan, izin, tugas luar dan adanya persoalan lain.
b. Segera mengambilalih jika terjadi kekosongan pada regu
pengamanan.
c. Laporan serah terima segera disampaikan kepada atasan.
d. Seketika menindaklanjuti laporan yang bersifat mendesak.
3. Patroli
a. Karupam menyediaan buku khusus pencatatan.
b. Karupam atau Wakilnya mencatat hasil patroli dalam buku
kontrol.
c. Kontrol dilakukan setiap satu jam sekali dengan meng-
gunakan jam kontrol (control lock) atau peralatan lainnya.
d. Kontrol menitikberatkan pada pemeriksaan kunci-kunci,
keberadaan fisik Narapidana Resiko Tinggi, kerumunan dan
tingkah laku Narapidana Resiko Tinggi, hal-hal yang men-
curigakan, perubahan lingkungan dan hal-hal yang terkait
dengan standar pengamanan lainnya.
e. Jika dicurigai adanya hal-hal yang berkaitan dengan ganggu-
an keamanan dan ketertiban agar segera melaporkan pada
atasannya.
101
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
102
HAN
PEMINDAHAN
Penentuan alasan
Antar wilayah harus persetujuan
pemindahan Dirjenpas
Alasan pembinaan
Alasan jalannya
persidangan
Alasan sakit
Berita acara/Laporan
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •
103
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
B. PEMINDAHAN
1. Pemindahan dilakukan karena alasan keamanan, pembinaan,
kelebihan daya tampung, jalannya persidangan dan sakit .
2. Pemindahan antar wilayah karena alasan keamanan, pem-
binaan, kelebihan daya tampung, jalannya persidangan dan
sakit harus dengan persetujuan Direktur Jenderal Pemasya-
rakatan.
3. Pemindahan dalam satu wilayah karena alasan keamanan,
pembinaan, kelebihan daya tampung, jalannya persidangan
dan sakit harus dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
4. Dalam keadaan darurat yang dikaitkan dengan faktor
keamanan dari Narapidana Resiko Tinggi, Kalapas langsung
melakukan kordinasi dengan Kalapas yang akan menerima
pemindahan Narapidana Resiko Tinggi.
5. Dalam keadaan darurat yang dikaitkan dengan faktor
keamanan dari Narapidana Resiko Tinggi, Kalapas langsung
melaporkan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan
Kepala Kantor Wilayah melalui sarana komunikasi tercepat.
6. Persiapan pemindahan dilakukan dengan cara rapat tertutup
dan rahasia untuk menyusun strategi pemindahan, waktu,
personil, dan lokasi pemindahan.
104
Kriteria Petugas sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Pernah mengikuti pendidikan dan
PENGAWALAN
latihan Kesamaptaan.
3) Mendapatkan surat perintah dan
surat jalan Kalapas.
4) Berseragam Pakaian Dinas
Lapangan dan bersenjata.
5) Menggunakan pakaian
pelindung. Saat berjalan diapit petugas
105
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
C. PENGAWALAN
1. Pengawalan dilakukan untuk keperluan pemindahan, sidang,
sakit dan melaksanakan hak Narapidana Resiko Tinggi.
2. Pengawalan dapat dilakukan secara tertutup yaitu tanpa
diketahui oleh pihak yang dikawal atau pengawalan terbuka
yang secara fisik melakukan penjagaan terhadap pihak yang
dikawal.
3. Pengawalan dilakukan dengan mempersiapkan borgol,
senjata, dan alat pengaman lainnya.
4. Petugas Pengawal disesuaikan dengan kebutuhan pengawalan
berdasarkan kualifikasi pengamanan dalam ketentuan ini dan
harus dibantu oleh aparat kepolisian.
5. Petugas Pengawal memastikan surat perintah pengawalan
dan daftar nama Narapidana Resiko Tinggi yang akan dikawal.
6. Petugas Pengawal harus memastikan borgol pada kedua
tangan Narapidana Resiko Tinggi dan rantai kaki jika di-
perlukan.
7. Petugas Pengawal memastikan borgol tangan dan merantai
kaki selama Narapidana Resiko Tinggi berada di dalam
kendaraan.
8. Pengawalan pada saat berjalan kaki didampingi (diapit) oleh
Petugas Pengawal.
9. Jika pengawalan di dalam kendaraan untuk 1 (satu) Nara-
pidana Resiko Tinggi, Petugas Pengawal berada di bagian
belakang, dibagian depan dan disamping dengan posisi
mengapit.
10.Dalam keadaan luar biasa, maka kendaraan pengangkut harus
dipandu oleh satu kendaraan di depan dan satu kendaraan
pada bagian belakang.
11.Kordinator Petugas Pengawal bertanggungjawab atas ke-
106
BAB IX: KESATUAN PENGAMANAN, PEMINDAHAN, DAN PENGAWALAN •
107
18.Petugas Pengawal senantiasa berkordinasi dengan atasan
tentang perkembangan selama dalam perjalanan maupun
setelah tiba ditempat yang dituju.
19.Pengawalan massal dilakukan dengan komposisi petugas yang
ditentukan dalam kualifikasi pengamanan pada Protap ini.
108
Bab X
• Penanggulangan
Gangguan Keamanan
dan Ketertiban
109
110
PENANGGULANGANHURUHARA PENANGGULANGAN HURU HARA
Perkelahian massal, Seluruh staff melakukan Kalapas
demonstrasi, pemberontakan, tindakan darurat insiden mengaktifkan
pelarian, penyerangan dari luar, dengan cara SELAMATKAN
KPLP atau Pejabat
Pengelola
bencana alam dan pelaksanaan JIWA, AMANKAN DAN yang ditunjuk
Penanggulangan
hukuman mati PULIHKAN Insiden
1. Tim Komunikasi,
2. Tim Negosiator,
3. Tim Huru Hara,
Membunyikan tanda bahaya 4. Tim Senjata Api dan
penjinak bom,
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
A. PENANGGULANGAN
1. Yang dimaksud penanggulangan gangguan keamanan dan
ketertiban disini adalah perkelahian massal, demonstrasi,
pemberontakan, pelarian, penyerangan dari luar, bencana
alam dan pelaksanaan hukuman mati.
2. Penanggulangan dilakukan oleh Tim Khusus yang dibentuk oleh
Kalapas antara lain: Tim Komunikasi, Tim Negosiator, Tim Huru
Hara, Tim Senjata Api dan penjinak bom, Tim Transportasi, Tim
Kesehatan, Tim Evakuasi, Tim Pengejaran, Tim Pemadam
Kebakaran dan Tim Keamanan Pelaksanaan Hukuman Mati.
3. Seluruh staff melakukan tindakan darurat insiden dengan cara
SELAMATKAN JIWA, AMANKAN, DAN PULIHKAN dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membunyikan alarm atau tanda bahaya.
b. Menyelamatkan diri, menyelamatkan Narapidana serta
pengunjung.
c. Mengamankan seluruh Narapidana yang menjadi tanggung
jawabnya ke tempat yang aman.
d. Segera melaporkan insiden.
4. Kalapas memerintahkan kepada KPLP atau Pejabat yang di-
tunjuk selaku Pengelola Penanggulangan Insiden untuk segera
menjalankan prosedur tanggap darurat penanggulangan insiden.
5. KPLP atau Pejabat yang ditunjuk mengkordinasikan dan
mengaktifkan Tim yang telah ada untuk melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyelamatkan jiwa.
b. Mengamankan Lapas.
c. Mengembalikan kondisi ke keadaan normal sesegera
mungkin.
d. Memperhitungkan keadan seluruh staff dan mengamankan
111
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
pengunjung.
e. Membentuk Pos Kesehatan dan Pos Pengendali .
f. Mengumpulkan fakta-fakta.
g. Memberikan gambaran insiden yang terjadi.
h. Melokalisir lokasi kejadian.
i. Meminta staff untuk terlibat.
j. Segera setelah aman staff berkumpul di pintu gerbang
utama atau wilayah aman lainnya.
k. Mengamankan buku register
l. Mengamankan Narapidana yang tidak terlibat insiden dan
memastikan keselamatan mereka.
m. Mengembangkan peran Tim yang ada sesuai dengan situasi
dan kondisi saat itu.
n. Melakukan evaluasi insiden dengan menggunakan panduan
yang ada untuk:
1) Menentukan tingkat kesulitan penanganan insiden.
2) Menentukan sumber daya yang akan digunakan.
3) Prioritas untuk menyelamatkan jiwa, pengamanan dan
kembali ke kondisi normal.
4) Negosiasi.
5) Mengaktifkan rencana darurat.
6) Menggunakan tindakan kekerasan.
7) Normalisasi.
8) Laporan.
6. KPLP atau Pejabat segera menganalisa petunjuk dari informasi
intelijen untuk mengambil langkah-langkah strategis.
112
BAB X: PENANGGULANGAN GANGGUAN DAN KETERTIBAN •
B. TIM KHUSUS
1. Tim Komunikasi
a. Terdiri dari perwakilan Lapas, perwakilan Divisi Pemasyarakatan
dan perwakilan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
b. Mempertahankan komunikasi dengan Pos Kesehatan dan
Pos Pengendali.
c. Membuka dan menjadi satu-satunya pusat informasi peng-
arahan media.
d. Mengkoordinasikan seluruh komunikasi dengan media.
e. Mengkaji dan menyetujui seluruh pernyataan terkait
insiden.
f. Mengembangkan komunikasi internal dan eksternal.
g. Berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian
atau instansi terkait.
2. Tim Negosiator
a. Identifikasi kelompok massa dan psikologi massa.
b. Mengadakan pendekatan dan dialog dengan perusuh dan
memengaruhinya dengan bujukan atau ancaman hukuman.
c. Menggali permasalahan terjadinya insiden dan meminta
kepada perusuh untuk menyelesaikan secara kekeluarga-
an.
d. Melaporkan kepada KPLP atau pejabat yang ditunjuk terkait
perkembangan negosiasi.
113
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
5. Tim Transportasi
a. Menyiapkan kendaraan ambulance pada posisinya.
b. Menyiapkan kendaraan untuk mengalihkan atau meng-
evakuasi Narapidana.
c. Menyiapkan kendaraan lain sebagai cadangan untuk
kebutuhan lainnya.
6. Tim Kesehatan
a. Terdiri dari Staff Perawatan, Kepegawaian dan Registrasi.
b. Melakukan penanganan medis dan mengawasi pihak-pihak
yang terluka.
c. Menghitung dan mencatat identitas Narapidana Resiko
Tinggi yang terluka dan meninggal dunia.
d. Mengiformasikan perkembangan kepada keluarga dan Tim
Komunikasi.
e. Menginformasikan identitas narapidana yang terlibat
insiden kepada seluruh Tim.
114
BAB X: PENANGGULANGAN GANGGUAN DAN KETERTIBAN •
7. Tim Evakuasi
a. Menentukan tempat-tempat yang aman bagi narapidana,
petugas dan pengunjung untuk mengamankan diri.
b. Menyerahkan korban luka-luka kepada Tim Kesehatan.
c. Memisahkan narapidana jika diperlukan.
8. Tim Pengejaran
a. Meminta bantuan yang berwajib.
b. Melakukan identifikasi lokasi pelarian.
c. Membawa surat perintah dari Kalapas dan kelengkapan
senjata.
d. Menuju lokasi yang dicurigai menjadi tempat persembunyi-
an.
e. Melakukan penggeledahan dengan seizin RT dan RW se-
tempat.
f. Menangkap dan melumpuhkan jika telah diketahui tempat
persembunyiaan narapidana yang melarikan diri.
115
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
b. Melakukan penjemputan.
c. Mengamankan Narapidana Resiko Tinggi yang akan di-
eksekusi.
d. Menyerahkan kepada pelaksana eksekusi dan membuat
berita acara.
e. Melaporkan kepada Kalapas.
11.Kalapas memastikan sistem penanggulangan insiden berada
pada posisi aktif dan posisi siap bergerak, membuat sandi
operasi, memutuskan prioritas, membuat rencana strategis,
memastikan Pos Kesehatan dan Pos dan normalisasi.
12.Kalapas melakukan evaluasi kepada tim-tim yang telah di-
bentuk dan menyusunnya kembali jika ada kekurangan
personil minimal 6 (enam) bulan sekali.
116
Bab XI
• Alat Bantu Pengamanan
117
118
BANTU PENGAMANAN
ALAT BANTU PENGAMANAN
Ketersediaan alat bantu pengamanan diadakan CCTV terpasang di tempat-
secara berkala dan terpelihara tempat tertentu
119
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
120
Bab XII
• Tindakan Disiplin
• Penentuan Hukuman Disiplin
121
122
TINDAKAN DISIPLIN
TINDAKAN DISIPLIN
Penjemputan Pemisahan
Laporan Pelaksanaan
BAB XII: TINDAKAN DISIPLIN, PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN •
123
124
PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN
PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN
Peristiwa, tuduhan,
Kalapas meminta hasil ketentuan yang dilanggar Saran perbaikan Pemeriksan lengkap
pemeriksaan dan sanksi rekomendasi ke TPP
Keputusan menentukan
bentuk pelanggaran,
Melaksanakan TPP melakukan memisahkan atau
rekomendasi TPP pemeriksaan dalam waktu
menolak berkas kecuali
2 x 48 jam
dalam keadaan luar
biasa
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Laporan Pelaksanaan
Kalapas mengambil
langkah-langkah, untuk
melindungi orang yang
mungkin dibutuhkan oleh
Tertuduh
BAB XII: TINDAKAN DISIPLIN, PENENTUAN HUKUMAN DISIPLIN •
125
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
126
Bab XIII
• Pengawasan Eksternal
127
128
PENERIMAAN PENGADUAN
PENERIMAAN PENGADUAN
Menyediakan kotak dan
Menerima
formulir
Forum
Tindak lanjut ke
RAHASIA Dicatat dalam buku
TPP
• PROSEDUR TETAP PERLAKUAN NARAPIDANA RESIKO TINGGI
Membutuhkan
persetujuan Kanwil
atau Ditjenpas
Pelaksanaan
Rekomendasi
BAB XIII: PENGAWASAN EKSTERNAL •
A. PENERIMAAN PENGADUAN
1. Menyediakan kotak dan formulir keluhan dan pengaduan di
ruang pendaftaran dan di dalam blok bagi Narapidana Khusus.
2. Menerima keluhan dan pengaduan melalui sarana elektronik
dari masyarakat.
3. Forum keluhan dan pengaduan secara terbuka diadakan
sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk Narapidana Resiko
Tinggi.
4. Seluruh keluhan dan pengaduan yang diterima dicatat dalam
buku.
5. Identitas pengadu dan formulir pengaduan dilindungi dan
dirahasiakan.
6. Kalapas menindaklanjuti keluhan dan pengaduan berdasarkan
rekomendasi TPP.
7. Kalapas menyampaikan hasil keluhan dan pengaduan kepada
Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
dalam hal diperlukannya tindak lanjut di tingkat atas.
129
130
KUNJUNGAN PIHAK LUAR KUNJUNGAN PIHAK LUAR
Surat Ijin Kunjungan Pihak Tingkat Internasional dan
Luar Nasional ijin dari Dirjenpas
Laporan
BAB XIII: PENGAWASAN EKSTERNAL •
131
132
Bab XIV
• Penilaian Internal
133
134
PERTUKARAN PETUGAS
PERTUKARAN PETUGAS
A. PERTUKARAN PETUGAS
1. Kepala Divisi Pemasyarakatan merencanakan agenda per-
tukaran petugas Lapas di wilayahnya untuk kepentingan
penilaian.
2. Pertukaran petugas dimaksudkan untuk melakukan penilaian
pelaksanaan dari Protap ini.
3. Rencana Pertukaran petugas tidak perlu disampaikan kepada
pihak Lapas untuk kepentingan menjaga kerahasian dan
mencegah terjadinya kebocoran informasi.
4. Petugas Lapas yang diminta untuk menilai Lapas tertentu,
segera Kalapas bersangkutan menyusun Tim Khusus Peme-
riksaan.
5. Anggota Tim yang ditunjuk harus memiliki kemampuan
penilaian, kejujuran dan integritas.
6. Terdiri dari 5 (lima) orang yang ditunjuk oleh Kalapas.
7. Tim terdiri dari seorang Ketua, seorang pengamat pembinaan,
keamanan, umum, dan kegiatan kerja.
8. Mekanisme penilaian dimulai dari bab awal hingga akhir Protap
ini sebagai indikator penilaian dan hasil sementara di-
sampaikan secara lisan kepada Kalapas yang Lapasnya
diperiksa dengan tembusan tertulis kepada Kepala Divisi
Pemasyarakatan Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
9. Kalapas yang Lapasnya akan dinilai menerima Tim Khusus.
10. Kalapas yang Lapasnya akan dinilai memberikan kebebasan
kepada Tim Khusus yang akan melaksanakan tugasnya.
11. Tim Penilai bekerja sesuai dengan indikator proses Protap ini
dan hasil sementara disampaikan secara lisan kepada Kalapas
yang Lapasnya diperiksa dengan tembusan tertulis kepada
Kepala Divisi Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
12. Tim Penilai menjaga kerahasiaan.
135
136
PENILAIAN GABUNGAN
PENILAIAN GABUNGAN
Kalapas memberikan
Menerima dan mengkonfirmasi Tim Gabungan berasal dari
keleluasaan kepada
surat Tim Gabungan ke Kantor Kadivpas dan Ditjenpas
tim
pengamat, keamanan,
umum dan kegiatan kerja.
Laporan
B. PENILAIAN GABUNGAN
1. Kalapas memeriksa surat tugas dan mengkonfirmasi surat dari
Tim Penilaian Gabungan ke Kantor Wilayah.
2. Tugas Tim Gabungan yang terdiri dari perwakilan Divisi
Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
untuk melakukan penilaian pelaksanaan dari Protap ini.
3. Rencana pelaksanaan penilaian tidak perlu disampaikan
kepada pihak Lapas untuk kepentingan menjaga kerahasian
dan mencegah terjadinya kebocoran informasi.
4. Tim Penilai yang ditunjuk harus memiliki kemampuan pe-
meriksaan.
5. Tim terdiri dari 5 (lima) personil yang terdiri dari seorang ketua,
seorang pengamat pembinaan, keamanan, umum, dan
kegiatan kerja.
6. Mekanisme penilaian dimulai dari bab awal hingga akhir Protap
ini sebagai indikator penilaian dan hasil sementara disampaikan
secara lisan kepada Kalapas yang Lapasnya diperiksa dan
tembusan tertulis kepada Kepala Divisi Pemasyarakatan dan
Direkur Jenderal Pemasyarakatan.
7. Tim Penilai segera merekomendasikan hasil penilaian untuk
diambil langkah-langkah perbaikan kekurangan yang terjadi di
dalam Lapas yang dinilai.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 April 2010
Ttd.
UNTUNG SUGIYONO
137
138