Anda di halaman 1dari 131

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT LABORATORIUM

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya Pedoman Pelayanan Unit Laboratorium telah tersusun.Pedoman ini sangatlah
penting untuk membantu dalam kelancaran operasional rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Unit Laboratorium ini berisi tentang gambaran fungsi dan tata
laksana pelayanan di unit Laboratorium beserta kendali mutu & keselamatan yang
diharapkan.Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan sehingga
dapat mendukung terciptanya Good Clinical Governance di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ibunda. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan penyelenggaraan Rumah Sakit.
Dan seperti pedoman lainnya, evaluasi berkala terhadap pedoman pelayanan ini harus
terus dilakukan sesuai dengan perkembangan rumah sakit dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan pedoman ini sangat kami harapkan.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG 1
B.TUJUAN PEDOMAN 1
C. RUANG LINGKUP 2
D.BATASAN OPERASIONAL 2
E. LANDASAN HUKUM 4
BAB II KEBIJAKAN 6
BAB III STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA 12
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN 12
C. PENGATURAN JAGA 13
BAB IV STANDAR FASILITAS
A.RUANGAN 14
B.FASILITAS MENUNJANG 17
C. PERALATAN LABORATORIUM 20
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
A.PERSIAPAN 48
B.SPESIMEN 53
C. PENGAMBILAN 54
D.PEMBERIAN IDENTITAS 64
E. PENGELOLAAN 65
F. PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN SPECIMEN 66
G.JENIS PELAYANAN PEMERIKSAAN 77
H.METODE PEMERIKSAAN 70
I. MUTU LABORATORIUM 71
BAB VI LOGISTIK
A.MACAM/JENIS 75
B.DASAR PEMILIHAN 76
C.PENGADAAN 77

iii
D.PENYIMPANAN 77
BAB VII KESELAMATAN PASIEN
A.PENGERTIAN 79
B.TUJUAN 80
C.STANDART KESELAMATAN PASIEN 81
D.TATA LAKSANA PENANGANAN KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN 84
E.TATA LAKSANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN 85
F.PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN 87
BAB VIII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A.GAMBARAN UMUM 92
B.TATA RUANG DAN FASILITAS LABORATORIUM 106
C.PENANGANAN KECELAKAAN DI LABORATORIUM 107
D.PENGAMANAN TERHADAP BAHAN KHUSUS 108
E.INFEKSI MIKROORGANISME 116
F.PENANGANAN LIMBAH 117
BAB IX PENGENDALIAN MUTU
A.PEMANTAPAN MUTU 112
B.VERIFIKASI 128
C.AUDIT 130
D.VALIDASI HASIL 130

BAB X PENUTUP 132

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan kesehatan
yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya untuk
menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan kesehatan perorangan ataupun masyarakat.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis,
pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan serta penentuan
prognosis.Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan
kesehatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan
lainnya untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit serta pemulihan kesehatan perorangan ataupun
masyarakat.Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis,
pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan serta penentuan
prognosis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum: Pedoman dipergunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan laboratorium

1
2. Tujuan khusus: Pelayanan praktek laboratorium baik dan benar
memberikan hasi pemeriksaan bermutu dan aman kepada pasien.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
Merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan Hematologi,Gula darah stik ( POCT ) dan Imunologi Klinik.
Apabila terdapat pemeriksaan laboratorium yang membutuhkan
peralatan canggih dan tidak terdapat di Laboratorium maka sampel
dirujuk ke Laboratorium klinik rujukan.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda melakukan hubungan kerjasama
dengan laboratorium diluar rumah sakit antara lain :
a. Laboratorium Rumah Sakit Bojeasin Pelaihari
2. Jadwal Pelayanan
Laboratorium Rumah Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda membuka
pelayanan 24 jam.
3. Laboratorium Rumah Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda hanya dapat
melakukan pelayanan pemeriksaan specimen klinik atas permintaan
tertulis dari:
a. fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta;
b. dokter;
c. bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu; atau
d. instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum.

D. Batasan Operasional
1. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
2. Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dari tubuh manusia untuk

2
tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan,dan pendidikan
3. Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
anaisis dengan analis yang sebenarnya. Akurasi nilai yang menyatakan
tingkat kebenaran hasil pengukuran sesuai dengan standar
4. Antikogulan adalah zat yang mencegah pembekuan darah.
5. Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan memantau ketepatan dan
ketelitian suatu pemeriksaan atau untuk mengawasi kualitas
pemeriksaan.
6. Kalibrator adalah bahan yang digunakan untk mengkalibrasi peralatan.
7. Kit insert adalah petunjuk operasional suatu produk / kit reagen yang
dibuat oleh pabrik yang umum ada bersamaan dengan isi kit.
8. Kuvet adalah wadah yang digunakan sebagai tempat campuran hasil
reaksi yang akan dianalisis di jalur cahaya fotometer.
9. Linearitas adalah kemampuan metode analisis suatu sistem
pemeriksaan yang memberikan respon proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel.
10. Nilai kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang
dapat membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan
11. Nilai rujukan adalah nilai yang dipakai sebagai acuan nilai normal dari
pemeriksaan.
12. Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam
bidang pemeriksaan tertentu.
13. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

3
14. Plasma adalah komponen darah berbentuk cairan yang tidak
mengandung sel darah merah tetapi masih mengandung faktor
pembekuan
15. Presisi (ketelitian) adalah kedekatan hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang dengan sampel yang sama.
16. Sampel adalah satu atau lebih bagian yang diambil dari suatu sistem
dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi, sebagi dasar untuk
pengambilan keputusan terhadap sistem tersebut atau produksinya.
17. Satuan adalah patokan untuk mengukur suatu besaran.
18. Serum adalah komponen darah berbentuk cairan yang tidak lagi
mengandung sel darah merah dan tanpa mengandung faktor
pembekuan.
19. Spesimen adalah sekumpulan dari satu bagian atau lebih bahan yang
diambil langsung dari suatu sistem
20. Standar adalah zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan
diperoleh dengan cara penimbangan.
21. Validasi adalah upaya yang dilakukan untuk memantapkan kualitas hasil
pemeriksaan.
22. Sertifikasi adalah upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai
pasca analitik dengan menggunakan pengecekan setiap tindakan/proses
pemeriksaan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

4
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
411/MENKES/PER/III/2012 tentang Laboratorium Klinik
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 tahun 2013
tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Benar
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1792/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 tahun 2015
tentang Standart pelayanan transfusi darah.

5
BAB II
KEBIJAKAN

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Semua tenaga laboratorium wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sesuai dengan persyaratan dan kualifikasi serta
mengacu pada pola ketenagaan.
2. Setiap tenaga laboratorium wajib bekerja berdasarkan standar profesi
dan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, menjunjung
tinggi etika profesi dan norma kesopanan, menghormati hak pasien,
serta mengutamakan keselamatan pasien.
3. Pelayanan Laboratorium terintegrasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ibunda adalah pelayanan di dalam Unit Laboratorium dan pelayanan
laboratorium yang dilakukan di unit pelayanan medis pemeriksaan Point
Of Care Test ( POCT ) antara lain gula darah stik yang dilaksanakan
sesuai standar nasional dan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Jenis pelayanan yang bisa dilakukan di laboratorium Rumah Sakit Ibu
dan Anak Ibunda meliputi :
a. Pelayanan Klinik
b. Pelayanan Urinalisa
c. Pelayanan Hematologi
d. Kerja sama pelayanan dengan PMI

6
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda menyediakan pelayanan laboratorium
selama 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu, dilakukan
sesuai dengan permintaan dokter yang merawat untuk melayani pasien
dengan surat permintaan dari dokter, bidan khusus pemeriksaan
kehamilan dan kesehatan ibu dan fasilitas kesehatan.
2. Pemeriksaan Gula darah stik untuk pasien rawat inap dan rawat jalan
dilakukan di setiap unit tersebut oleh perawat yang telah dikredensial
tentang Point Of Care Testing ( POCT ) dengan alat yang sudah disiapkan
oleh laboratorium di setiap unit tersebut.
3. Labotratorium yang di selenggarakan di rumah sakit harus adekuat,
teratur dan nyaman serta mempunyai ketelitian dan ketepatan waktu.
4. Pelayanan laboratorium harus berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien.
5. Pemberian hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh Dokter
spesialis atau petugas yang diberikan kewenangan.
6. Hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan dengan ketentuan:
a. bagi pasien rawat jalan di ambil minimal 1 jam setelah pengambilan
sample di ruang laboratorium (Untuk pemeriksaan DL,Urine,dan
serologi rutin)
b. bagi pasien IGD diambil oleh petugas IGD/ diantar petugas
laboratorium atau keluarga pasien IGD
c. dicatat dan dievaluasi tentang penyelesaian waktu pemeriksaan
periode 1 tahun sekali
7. Ketetapan waktu cito Untuk pemeriksaan hematologi dan urinalisa: 30
menit.
8. Ketapatan Waktu pemeriksaan rutin untuk pemeriksaan darah lengkap,
Faal hemostasis, dan kimia klinik ( Pemeriksaan Reguler ) 120 menit.

7
9. Rumah Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda mempunyai hubungan
dengan ahli dalam bidang diagnostik spesialistik serta memiliki daftar
ahli tersebut yang mudah dapat dihubungi.
10. Laboratorium melakukan pengelolaan reagen beserta tata cara
penyimpanan sesuai dengan instruksi kemasan
11. Untuk pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan sendiri dan jika terjadi
kekosongan reagen, maka pemeriksaan dirujuk ke pelayanan
laboratorium di luar rumah sakit yang dipilih berdasarkan reputasi yang
baik dan memenuhi standart mutu yang sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
12. Pasien diberi informasi apabila ada pelayanan laboratorium yang
dilakukan di luar rumah sakit ( laboratorium milik dokter yang merujuk
atau laboratorium di luar rumah sakit lainnya ) berdasarkan kebijakan
dari kepala rumah sakit.
13. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di ruang laboratorium dan lab
rujukan yang sudah ada kerjasama dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ibunda.
14. Pembuangan limbah diupayakan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan dan mengikuti ketentuan dari rumah sakit.
15. Kesehatan dan Keamanan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di laboratorium
diatur sesuai peraturan yang berlaku untuk mengurangi risiko.
16. Petugas Kesehatan dan Keamanan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di
laboratorium melaporkan kegiatannya ke Tim K3RS, sekurang-
kurangnya setahun sekali atau bila terjadi insiden keamanan kerja.
17. Penanganan dan pembuangan bahan infeksius di laboratorium
mengikuti ketentuan dari rumah sakit yang berlaku.
18. Setiap petugas di Unit Laboratorium harus menggunakan APD yang
sesuai untuk mengurangi risiko terkait keselamatan kerja.
19. Unit laboratorium melaksanakan proses untuk mengurangi resiko
infeksi akibat paparan bahan – bahan dan limbah biologis berbahaya :

8
a. Pengendalian paparan aerosol
b. Jas Laboratorium , jubah atau baju dinas harus dipaki untuk
perlindungan dan mencegah kontaminasi, termasuk “ eye washer “
dan kontaminasi.
c. Almari bio-safety dipakai , jika perlu/sesuai kebutuhan
d. Terdapat regulasi tentang pembuangan bahan infeksius, serta
pengelolaan bahan berbahaya disertakan MSDS ( Material Safety
Data Sheet ) Sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Terdapat pengelolaan specimen disertakan dengan larangan untuk
melakukan kegiatan bagi staff di tempat kerja.
f. Setiap staff mempunyai wawasan tentang tindakan, cara
penularan, dan pencegahan penyakit melalui darah dan komponen
darah.
20. Reagensia esensial dan bahan kerja lain yang diperlukan untuk
pemeriksaan yang dikerjakan diusahakan selalu tersedia dan dievaluasi
terhadap akurasi dan presisi, termasuk kondisi bila terjadi kekosongan
sesuai peraturan perundangan.
21. Bila reagen benar – benar kosong dari distributor maka pasien yang
bersangkutan dirujuk.
22. Pelaksanaan semua reagen esensial disimpan dan diberi label setiap
reagen atau bahan kerja lain dan pelaksanaan pendistribusian perlu
dilakukan untuk keamanan dan mencegah kesalahan.
23. Permintaan pemeriksaan, pengambilan, pengumpulan, identifikasi
spesimen, pengerjaan, pengiriman dan pembuangan spesimen harus
dilaksanakan mengikuti peraturan yang berlaku
24. Penyusunan regulasi dan pelaporan hasil laboratorium kritis dilakukan
secara kolaboratif
25. Hasil pemeriksaan kritis dilaporkan dalam jangka waktu kurang dari 10
menit, setelah divalidasi sampai dilaporkan ke perawat ruangan untuk
menunjang keselamatan pasien.

9
26. Pelaporan hasil kritis di tuangkan dalam bentuk stempel hasil kritis di
form hasil pemeriksaan dan di tanda tangani oleh petugas laboratorium
serta perawat penerima pelaporan hasil kritis, dimasukkan dalam
lembar rekam medis pasien dan ditulis dilembar CPPT untuk dilaporkan
ke DPJP.
27. Untuk pengambilan spesimen pasien:
a. Rawat jalan dilakukan oleh petugas laboratorium di ruang
pengambilan sampel dalam waktu 24 jam.
b. Rawat inap di ruangan dilakukan oleh petugas laboratorium.
c. Pasien IGD dilakukan di tempat IGD oleh perawat IGD.
d. Pengambilan specimen dilakukan oleh petugas laboratorium yang
sudah memiliki sertifikat phlebotomy. Apabila dalam sift tertentu
petugas lab yang memiliki sertifikat tidak ada maka pengambilan
spesimen di lakukan oleh perawat
e. Pengambilan swab Antigen dan untuk pemeriksaan RT PCR
dilakukan 24 jam di ruang pelayanan Antigen dan RT PCR
28. Unit laboratorium melakukan pengelolaan peralatan laboratorium
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
29. Peralatan dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara teratur untuk
menunjang pelayanan rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan
pasien dan didokumentasikan secara baik.
30. Rentang nilai hasil pemeriksaan yang digunakan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda berdasarkan rentang nilai PDS PATKLIN metode
demografi .
31. Rentang nilai hasil pemeriksaan harus tercantum pada lembar hasil
pemeriksaan.
32. Apabila terdapat rekomendasi terbaru tentang rentang nilai hasil
pemeriksaan maka rentang nilai dapat dilakukan revisi melalui
pembahasan antara kelompok staf medis terkait dengan komite medic.
33. Rentang nilai rujukan harus tercantum pada lembar hasil pemeriksaan.

10
34. Pemantapan mutu di laboratorium dilakukan secara internal ( PMI )
setiap hari untuk monitor kualitas hasil pemeriksaan yang benar dan
dapat dipertanggung jawabkan meliputi :
a. Validasi tes
b. Surveilans harian
c. Reagensia tes
d. Koreksi cepat
e. Pendokumentasian hasil dan tindakan koreksi
35. Pemantapan mutu eksternal ( PME ) dilakukan minimal 1 kali setahun
yang diselenggarakan oleh institusi yang bermutu dalam negeri dan
luar negeri.
36. Mutu laboratorium rujukan di monitoring oleh Dokter Spesialis Patologi
Klinik dan dibantu koordinator laboratorium setiap tahun sekali untuk
menjamin hasil pemeriksaan rujukan yang baik dalam bentuk data
disertai sertifikat kontrol mutu.
37. Laporan tahunan data kontrol mutu dari laboratorium luar rumah sakit
diserahkan kepada pimpinan untuk digunakan dalam memfasilitasi
manajemen kontrak dan pembaharuan kontrak.
38. Rumah Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda bekerja sama dengan UTD
PMI Kabupaten Tanah Laut terkait dengan pelayanan laboratorium
tentang pelayanan darah dan komponen darah yang di atur di dalam
MOU.
39. Apabila pada saat dinas sore maupun malam kepala unit atau
Koordinator tidak ada ditempat maka untuk melakukan supervisi hasil
adalah petugas analis , dan hasil telah di konsulkan ke kepala
unit/Koordinator.
40. Pelayanan Antigen Covid – 19
 Pelayanan Antigen Covid – 19 dapat dilakukan 24 jam
 Hasil Antigen Covid – 19 30 Menit setelah dilakukan pengambilan
swab

11
 Hasil pemeriksaan Antigen Covid - 19 sudah terafiliasi dengan
peduli lindungi

BAB III
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Penanggung Jawab Teknis : Dokter Umum
Staf yang bertugas :
1. Tenaga Analis Kesehatan 4 orang

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Pelayanan laboratorium :

SHIFT KETERANGAN
Shift I ( Pagi ) 1 Orang teknik medis
Shift II ( Sore ) 1 Orang teknis medis
Shift III ( Malam ) 1 Orang teknis medis

2. Pelayanan administrasi :
a. Sift I, Sift II dan sift III tugas analis merangkap administrasi.

C. PENGATURAN JAGA
Ketentuan jaga mengikuti 3 shift dengan batasan waktu kerja shift 7 jam untuk
pelayanan 24 jam dengan rincian sbb :
SHIFT JAM KETRANGAN
Shift pagi 08:00 – 15:00 7 Jam
Shift Sore 15:00 – 21:00 6 Jam
Shift Malam 21:00 – 08:00 11 Jam

12
BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. RUANGAN
1. Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua
ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan
dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
2. Secara umum, tersedia 1 ruang untuk:
a. Penerimaan terdiri dari :
1) Ruang pengambilan spesimen
b. pemeriksaan/teknis:
Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan
ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan
keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas specimen, karyawan.
c. administrasi/pengolahan hasil
3. Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
a. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, cat tidak
luntur, permukaan dinding rata.
b. langit-langit tingginya 4 m dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat,
warna terang dan mudah dibersihkan.
c. pintu kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar 1,20 m dan tinggi 2,10 m.
d. jendela tinggi 1,50 m dari lantai.
e. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna
terang dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air,
permukaan rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan
air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran

13
pembuanga air limbah. Antara lantai dengan dinding harus
berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
f. meja terbuat dari bahan yang kuat, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen
elektronik tahan getaran.
g. Denah Laboratorium

14
15
B. FASILITAS PENUNJANG
1. Fasilitas penunjang secara umum meliputi:
a. 1 WC petugas.
b. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
c. keselamatan dan keamanan kerja.
d. ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m2 yang disertai dengan
sistem pertukaran udara yang cukup.
e. Penerangan cukup
f. Air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air
bersih yang memenuhi syarat.
g. listrik mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil,
kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan dan pengamanan
jaringan instalasi listrik terjamin, tersedia grounding/arde. Tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
a. SISMADAK ( Sistem Managemen Data Dan Akreditasi )
Sebuah aplikasi alat bantu bagi instansi untuk mengumpulkan,
menyimpan dan mencari kembali dokumen bukti yang
berhubungan dengan akreditasi. SISMADAK dikelola oleh masing –
masing rumah sakit sehingga menjamin kerahasian dokumen. Fitur
dalam SISMADAK :
1) Dapat melakukan penyimpanan dokumen berdasarkan elemen
penilaian ( EP ) sehingga dokumen tidak berserakan.
2) Aplikasi SISMADAK dapat di akses disetiap peralatan computer,
tablet, dan smartphone lainya.
3) Tersedia pengaturan hak akses berdasarkan Pokja.
4) Histori dokumen akan tersimpan selamanya dalam system,
sehingga dapat ditelusuri kembali.
5) Tersedia dashboard berupa indikator penilaian Self-
Assessment.

16
6) Dapat melakukan sinkronisasi penilaian Self-Assessment yang
sudah diisi dengan cara mendownload template yang tersedia
untuk di upload ke aplikasi KARS.

C. PERALATAN LABORATORIUM
1. Pemilihan Peralatan Laboratorium
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat,
yaitu:
a. Kebutuhan
b. Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis
spesimen dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan.
c. Fasilitas yang tersedia
d. Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan
air yang ada, serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.
e. Tenaga yang ada
f. Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi
tertentu yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
g. Reagen yang dibutuhkan
h. Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan
kontinuitas distribusi dari pemasok.Selain itu sistem reagen perlu
dipertimbangkan pula, apakah sistem reagen tertutup atau
terbuka.Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal dibandingkan
dengan sistem terbuka.
i. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
1) alat tersebut mudah dioperasikan
2) alat memerlukan perawatan khusus

17
3) alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya
tiap minggu atau hanya tiap bulan
j. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Mempunyai reputasi yang baik
2) Memberikan fasilitas uji fungsi
3) Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
4) Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
5) Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain
mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah
diperoleh.
k. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan seberapa besar
keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk
di dalamnya biaya operasi alat.
l. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan
mendapat izin edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan
yang berlaku.

2. Pengujian Peralatan Baru


Pengujian alat baru (dilakukan sebelum atau sesudah pembelian)
atau yang disebut juga sebagai uji fungsi. Tujuannya untuk mengenal
kondisi alat, yang mencakup: kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur,
kesesuaian alat dengan lingkungan dan hal-hal khusus yang diperlukan
bagi penggunaan secara rutin. Dari evaluasi ini dapat diketahui antara
lain reprodusibilitas, kelemahan alat, harga per tes, dan sebagainya.
3. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat

18
a. Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang
memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada
umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-
masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi
kerja.
b. Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai
dengan petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik
dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan
secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja,
pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya
perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu
pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut
yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka
hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab
alat untuk dilakukan perbaikan.

c. Formulir Pencatatan Pemeliharaan Peralatan

19
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan:
1) Persyaratan kecukupan peralatan
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan jenis layanan yang disediakan
sekalipun tidak digunakan secara rutin.
2) Persyaratan kemampuan alat
Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan
harus diperhatikan menunjukkan kemampuan atau memenuhi
kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi
yang sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
3) Penandaan peralatan
Setiap jenis peralatan harus diberi label, tanda atau identifikasi
lain yang khas.
4) Log alat
Setiap jenis alat yang digunakan harus memiliki catatan yang
dipelihara dan terkendali mencakup :
a) identitas alat.
b) nama pabrik, tipe identifikasi dan nomor seri atau
identifikasi khas lain.
c) orang yang dapat dihubungi (dari pihak pemasok).

20
d) tanggal penerimaan dan tanggal pemeliharaan.
e) lokasi (jika perlu).
f) kondisi ketika alat diterima (alat baru/bekas atau kondisi
lain);
g) instruksi pabrik atau acuan yang dibuat.
h) rekaman kinerja alat yang memastikan alat layak
digunakan.
i) pemeliharaan yang dilakukan/direncanakan untuk yang
akan datang.
j) kerusakan, malfungsi, modifikasi atau perbaikan alat.
k) tanggal perkiraan penggantian alat, jika mungkin.
5) Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas yang
berwenang. Instruksi penggunaan dan pemeliharaan peralatan
terkini (mencakup pedoman yang sesuai dan petunjuk
penggunaan yang disediakan oleh pembuat alat) harus
tersedia bagi petugas laboratorium.
6) Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman,
mencakup keamanan listrik, alat penghenti darurat
(emergency stop device) dan penanganan yang aman oleh
petugas yang berwenang. Semua harus disesuaikan dengan
spesifikasi atau instruksi pabrik termasuk pembuangan limbah
kimia, bahan radioaktif maupun biologis.
7) Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh
digunakan, harus diberi label yang jelas dan disimpan dengan
baik sampai selesai diperbaiki dan memenuhi kriteria yang
ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk digunakan kembali.

21
Laboratorium harus melakukan tindakan yang memadai
sebelum digunakan kembali.
8) Pemindahan alat
Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan,
pemindahan, penyimpanan dan penggunaan yang aman untuk
mencegah kontaminasi dan kerusakan alat.
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk
diperbaiki, maka sebelum digunakan kembali di laboratorium
harus dipastikan alat telah dicek dan berfungsi baik.
9) Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi,
laboratorium harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa
salinan dari faktor koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan
benar.
10) Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat
lunak, bahan acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem
analitik harus dijaga terhadap perusakan akibat perlakuan
orang yang tidak berwenang, yang dapat membuat hasil
pemeriksaan tidak sah.

e. Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat


perhatian adalah:
1) Alat Gelas
a) Tabung yang dipakai harus selalu bersih.
b) Untuk pemakaian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen
(sedapatnya netral) dan oksidan (hipoklorit) kemudian
bilas dengan aquades.

22
2) Lemari es (refrigerator) dan freezer
a) Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk
laboratorium.
b) Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian
belakang lemari es masih longgar untuk aliran udara dan
fasilitas kebersihan kondensor.
c) Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah
keluarnya udara dingin dari bagian pendingin.
d) Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
e) Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
f) Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu
alat yang dikalibrasi, misalnya 2°C-8°C, -20°C atau -76°C.
3) Mikroskop
a) Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b) Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat
yang cukup cahaya dengan mengatur cermin sehingga
diperoleh medan penglihatan yang terang.
c) Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif
10x dulu, bila sasaran sudah jelas, perbesar dengan
objektif 40x dan bila perlu dengan 100x. Untuk pembesar
100x gunakan minyak imersi.
d) Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang
lembut setiap hari setelah selesai bekerja, terutama bila
lensa terkena minyak imersi bersihkan dengan eter
alkohol (lihat referensi).
e) Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol
atau sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya
sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
f) Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.

23
g) Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau
obyektif, karena kotoran akan mudah masuk.
h) Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang
tersedia.
i) Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x
tidak boleh berada pada satu garis dengan kondensor,
karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir
makrometer dan mikrometemya sudah rusak.
j) Simpan mikroskop di tempat yang rendah
kelembabannya, dapat dengan cara memberikan
penerangan lampu wolfram atau dengan silika gel.
4) Hematology Analyzer ( GENRUI KT-6390 )
a) Bagian luar alat dilap setiap hari.
b) Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan,
apakah ada sumbatan atau tidak.
c) Periksa selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah
ada sumbatan atau tidak.
d) Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian.
e) Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.
5) Pipet
a) Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya
yaitu pipet transfer yang dipakai untuk memindahkan
sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti, serta
pipet ukur yang dipakai untuk memindahkan berbagai
volume tertentu yang diinginkan.
b) Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya
masih utuh dan tidak retak.
c) Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis
pipet.
d) Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.

24
e) Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus
dilakukan dengan cara menempelkan ujung pipet yang
telah dikeringkan dahulu bagian luarnya dengan kertas
tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi tegak
lurus dan cairan dibiarkan mengalir sendiri.
f) Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
g) Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas,
setelah semua cairan dialirkan maka sisa cairan di ujung
pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat bantu pipet
h) Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh
ditiup.
i) Pipet dengan volume kecil (1-500 ul) harus dibilas untuk
mengeluarkan sisa cairan yang menempel pada dinding
bagian dalam.
j) Pipet untuk pemeriksaan biakan harus steril.
k) Pipet yang telah dipakai untuk memipet larutan basa
harus dibilas dahulu dengan larutan yang bersifat asam
dengan konsentrasi rendah, sedangkan yang telah dipakai
untuk memipet larutan asam harus dibilas dengan larutan
yang bersifat basa lemah, kemudian direndam dalam
aquades selama satu malam, kemudian bilas lagi dengan
aqudemineral.
l) Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan
antiseptik, kemudian baru dicuci.
6) Sentrifus
a) Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b) Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai
untuk tiap sentrifus.

25
c) Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus
dijalankan, kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena
tabung kapiler sangat kecil.
d) Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung
kapiler harus ditutup pada salah satu ujungnya untuk
menghindari keluarnya darah.
e) Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan
kencang sebelum senfrifus dijalankan.
f) Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak
ada maka tabung mudah pecah waktu disentrifus karena
adanya gaya sentrifugal yang kuat menekan tabung kaca
ke dasar wadah. Bantalan harus sesuai dengan ukuran dan
bentuk tabung.
g) Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan
yang diperlukan.
h) Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar
suara aneh.
i) Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j) Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang
lebih tinggi dari keperluan.
k) Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-
benar telah berhenti.
Tabel 1. Pemeliharaan Peralatan
JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI
Lemari Es/Freezer Bersihkan dan defrost Tiap bulan
Catat suhu Tiap pagi dan
sore hari
Mikroskop Bersihkan lensa dengan kertas lensa Tiap hari
atau kain yang lembut (selesai
bekerja)

26
Hematology Bersihkan selang untuk mengetahui Tiap bulan
Analyzer ( adanya sumbatan dan Tiap hari
GENRUI KT- membersihkan pembuangan limbah
6390 )

Pipet Setelah dipakai direndam dalam Tiap kali pakai


larutan antiseptik
Cuci
Sentrifus Bersihkan dinding dalam dengan Tiap hari atau
desinfektan alkohol tiap kali tabung
pecah

f. Pemecahan Masalah (Troubleshooting) Kerusakan Alat


Tabel 2. Pemecahan Masalah (Troubleshooting) Kerusakan Alat
Flag yg Arti Kemungkinan Penanganan
muncul penyebab

Hasil yang Pengguna memulai Tidak ada


dihasilkan dengan pengulangan tindakan yang
melakukan tes tersebut. diperlukan.
>
ulang dengan
parameter run
yang sama (ulang)

Hasil akhir dengan Pengguna memulai Tidak ada


V sampel yang pemutaran ulang. tindakan yang
diencerkan diperlukan.

Ag Kelebihan antigen. Jalankan kembali tes dengan postdilution


Excess Sampel
mengandung
antigen berlebih

27
dan hasil yang valid
tidak dapat
dihitung

Hasil di mana Kalibrasi Periksa dan


kalibrasinya dipertanyakan dan ulangi kalibrasi
ditandai. telah ditandai, namun jika diperlukan
kalibrasinya dapat
digunakan untuk
menghitung hasilnya
? Cal
(bandingkan dengan
Cal Error dimana
kalibrasi tidak
memberikan hasil
yang dapat
digunakan).

Tidak ada data Disebabkan oleh Periksa "flag"


kalibrasi yang valid alarm yang terjadi pada kalibrasi
saat kalibrasi karena dan lanjutkan
kalibrasinya tidak bisa untuk
Cal Error
memberikan hasil menangani
yang bisa digunakan. "flag" pada
kalibrasi terlebih
dahulu.

Calc Kesalahan o Calibrator o Ulangi kalibrasi


Error perhitungan ketinggalan jaman dengan
o Kesalahan atau memburuk Calibrator baru.
perhitungan umum o Misplacement dari o Jika kalibrator
o Kurva standar tabung kalibrator tidak tepat
nonlinear tidak diposisikan,

28
dapat dihitung ganti kalibrator
karena kesalahan dan ulangi
kalibrasi kalibrasi

Arah Kurva Salah penempatan  Periksa


Arah kurva kalibrasi tabung kalibrator rincian
tidak benar atau kalibrasi.
tidak seperti yang
 Jika
diharapkan.
kalibrator
tidak tepat
Curv Dir diposisikan,
ganti
kalibrator
dengan benar
dan jalankan
kembali
kalibrasi.

Ep Titik akhir tidak CAL


Unstab stabil. o Ulangi dengan kalibrasi baru jika hanya
Nilai absorbansi di kalibrasi yang ditandai.
dekat titik akhir o Jika "flag" pada kontrol, sampel, atau
menunjukkan pada kalibrasi hasil ulang, ganti reagen
fluktuasi yang tidak set.
dapat diterima
CONTROL
o Jika hanya satu kontrol yang ditandai,
ulangi dengan control baru.
o Jika lebih dari satu control dan hasil
sampel ditandai "flag", ganti reagen set

29
TEST
o Jalankan kembali sample yg sudah
diencerkan.
o Jika hanya satu hasil sampel yang
ditandai "flag", ulangi dengan sampel
baru
o Jika lebih dari satu hasil sampel
ditandai "flag" atau hasil ulang, ganti
reagen set.
o Jika hasil uji protein serum ditandai
"flag", ulangi dengan pengenceran.

Penyerapan yang CAL


berlebihan. o Ulangi dengan kalibrator baru
Nilai absorbansi
yang akan CONTROL
digunakan untuk o Jika satu kontrol ditandai "flag",
perhitungan dan jalankan kembali dengan kontrol baru.
High Abs pengecekan adalah o Jika lebih dari satu kontrol ditandai,
> 2.0 Abs. lakukan kalibrasi.

TEST
o Jika satu hasil sampel ditandai "flag",
jalankan kembali dengan pengenceran.
o Jika masalah berlanjut, ganti reagen set

Aktivitas tinggi. CAL


o Perubahan o Periksa apakah kalibrator yang benar

High Act absorbansi selama ditempatkan pada instrumen.


pengukuran berada o Ulangi dengan kalibrator baru
di atas batas yang CONTROL
diterima, yaitu o Periksa kontrol. Ulangi dengan kontrol

30
reaksi telah baru
berlangsung terlalu TEST
cepat o Jalankan kembali dengan pengenceran

Titik baca kinetik o Tidak cukup pembacaan CAL


(kinetic reading kinetik. o Periksa
points) tidak o Pembacaan absorbansi plot reaksi.
mencukupi yang tidak mencukupi o Ulangi
ditemukan pada bagian dengan
linier reaksi untuk dapat kalibrator
menghitung laju. segar.
o Tidak cukup bacaan
dalam rentang kinetik CONTROL
untuk perhitungan mode o Periksa
Kinetic. plot reaksi.
o Ulangi
< Kin dengan
Read kontrol
segar.

TEST
o Periksa
plot reaksi.
o Jalankan
ulang
dengan
pengencera
n atau
konsentrasi
jika perlu

31
Aktivitas rendah CAL
Pemeriksaan ini o Periksa apakah kalibrator yang benar
digunakan untuk ditempatkan pada rak kalibrator.
mengidentifikasi o Ulangi dengan kalibrator baru.
zero pipetting
untuk sampel dan CONTROL
reagen. o Periksa kontrolnya. Ulangi dengan
kontrol baru.
o Perubahan
absorbansi selama TEST
pengukuran berada o Jalankan kembali dengan pengenceran.
Low Act di bawah batas
yang diterima,
yaitu reaksi telah
dilepaskan terlalu
lambat.
Kemungkinan
kelelahan substrat.
o Perubahan
absorbansi selama
pengukuran lebih
rendah dari batas
yang ditentukan.

Linearitas tidak o Kemiringan CAL


normal berubah antara o Periksa plot
bagian pertama dan reaksi.
Non
terakhir dari kurva o Ulangi dengan
linear
reaksi. kalibrator baru.

CONTROL

32
o Periksa plot
reaksi.
o Ulangi dengan
kontrol baru.

TEST
o Periksa plot
reaksi.
o Jalankan ulang
dengan
pengenceran jika
perlu.

Kurva tidak Salah penempatan 1. Jika kalibrator


monoton. dari serangkaian tidak tepat
Tidak ada kurva kalibrator, seri diposisikan,
kalibrasi yang bisa pengenceran pasang kembali
dihitung karena otomatis gagal kalibrator dengan
Non
tingkat benar dan
Mono
kalibratornya tidak jalankan kembali
monoton. kalibrasi.
2. Periksa sistem
cairan
3. Ulangi kalibrasi

Out of Curve di luar Kalibrator atau 1. Ulangi dengan


Rng jangkauan. reagen yang kalibrator baru.
Kurva kalibrasi ketinggalan jaman 2. Jika kalibrator
berada di luar atau memburuk tidak tepat
rentang yang dapat diposisikan,
diterima / pasang kembali
terprogram kalibrator dengan

33
benar dan ulangi
kalibrasinya.
3. Jika "flag"
muncul lagi,
ulangi dengan
reagen baru.

Hasil dimana Pengukuran QC Periksa


pengukuran terakhir sebelum pengukuran QC.
kontrol kualitas pengukuran ini
? QC ditandai "flag". ditandai "flag".
Ketergantungan itu
berasal dari urutan
waktu pengerjaan.

Satu nilai kontrol di o Reagen telah 1. Ulangi dengan


atas 2,5 standar memburuk kontrol baru.
deviasi atau di (linearitas kurva 2. Periksa apakah
bawah -2,5 standar kerja terdegradasi). bahan kontrol
deviasi. o Satu kontrol yang benar telah
terkonsentrasi/mem digunakan.
R 1(2.5s) pekat atau telah 3. Jika "flag"
memburuk. muncul kembali,
periksa status
kalibrasi dan
reagen. Ulangi
dengan reagen
baru.

R 1(3s) Satu nilai kontrol di o Kontrol yang tidak 1. Ulangi dengan


atas 3 standar benar kontrol baru.
deviasi atau di o Nilai kontrol yang 2. Periksa apakah

34
bawah -3 standar tepat (nilai mean, bahan kontrol
deviasi. standar deviasi) tidak yang benar telah
ditentukan. digunakan.
3. Jika "flag"
muncul kembali,
periksa status
kalibrasi dan
reagen. Ulangi
dengan reagen
baru.

Dua pengukuran o Kontrol tidak 1. Ulangi dengan


kontrol sekuensial disiapkan dengan kontrol baru.
berada di atas 2 benar. 2. Periksa apakah
standar deviasi. o Kontrol tidak bahan kontrol
diposisikan dengan yang benar telah
benar pada digunakan.
>R 2(2s) instrumen. 3. Jika "flag"
muncul kembali,
periksa status
kalibrasi dan
reagen. Ulangi
dengan reagen
baru.

Dua pengukuran o Kontrol tidak 1. Ulangi dengan


kontrol sekuensial disiapkan dengan kontrol baru.
berada di bawah -2 benar. 2. Periksa apakah
<R 2(2s)
standar deviasi. o Kontrol tidak bahan kontrol
diposisikan dengan yang benar telah
benar pada digunakan.
instrumen. 3. Jika "flag"

35
muncul kembali,
periksa status
kalibrasi dan
reagen. Ulangi
dengan reagen
baru.

Penyerapan di atas Kalibrator atau 1. Periksa tanggal


rentang reagen reagen yang kadaluarsa
yang didefinisikan. ketinggalan jaman kalibrator dan
o Selama kalibrasi, atau memburuk reagen.
nilai absorbansi 2. Ulangi dengan
kalibrator terendah kalibrator
> Reag
berada di atas terendah yang
Rng
kisaran tertinggi baru.
yang ditentukan 3. Jika "flag"
muncul kembali,
ganti reagen set
(reagen mungkin
terkontaminasi)

<Reag Penyerapan di Kalibrator atau 1. Periksa tanggal


Rng bawah rentang reagen yang kadaluarsa
reagen yang ketinggalan jaman kalibrator dan
didefinisikan. atau memburuk reagen.
o SSelama kalibrasi, 2. Ulangi dengan
nilai absorbansi kalibrator
kalibrator terendah terendah yang
berada di bawah baru.
kisaran terendah 3. Jika "flag"
yang ditentukan muncul kembali,
ganti reagen set

36
(reagen mungkin
terkontaminasi)

Lebih besar dari Masalah pada sistem 1. Periksa


penyimpangan udara / air, kalibrator untuk
ulangan. gelembung udara, gelembung udara
Penyimpangan probe tersumbat. dan ulangi
antara ulangan kalibrasinya.
> Repl melebihi batas 2. Jika bendera
Dev terprogram. Satu muncul kembali,
atau lebih ulangan ulangi dengan
adalah keliru/error. kalibrasi baru.
3. Periksa probe.
4. Periksa sistem
cairan.

Di atas rentang Tidak ada tindakan yang diperlukan.


referensi.
Untuk sampel
pasien, konsentrasi
yang dihitung lebih
> RR besar dari batas
atas rentang nilai
yang diharapkan.
nnnnn adalah nilai
sebenarnya yang
diperiksa.

< RR Di atas rentang Tidak ada tindakan yang diperlukan.


referensi.
Untuk sampel
pasien, konsentrasi

37
yang dihitung lebih
kecil dari batas
bawah rentang
nilai yang
diharapkan.
nnnnn adalah nilai
sebenarnya yang
diperiksa.

Lebih besar dari 1. Periksa kurva kalibrasi.


standar deviasi. 2. Ulangi dengan kalibrator baru.
> Std Titik di kalibrasi 3. Jika kalibrator tidak tepat diposisikan,
Dev berada di luar posisikan kalibratornya dengan benar.
batas yang
ditentukan.

Nilai PANIC diatas -


Batasan Teknis.
> Test Hasilnya lebih
Rng tinggi dari batas
atas untuk
pengujian.

Nilai PANIC -
dibawah Batasan
Teknis.
< Test
Hasilnya lebih
Rng
rendah dari batas
bawah untuk
pengujian.

g. Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada


peralatan:

38
1) Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2) Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan.
3) Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan
supervisor/atasan atau hubungi agen untuk menanyakan
masalah tersebut.
4) Tempelkan label bahwa alat rusak.
5) Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan
khusus seperti contoh formulir di bawah ini

6) Formulir Pencatatan Perbaikan Alat


Alat :
Merk/tipe/no seri :
Ruang :
Tanggal Suhu Petugas Kondisi Jenis Tindakan Tgl servis
yang Kerusakan Perbaikan (tehnisi)
diukur

Koordinator

39
(……………..)

4. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan. Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat
baru di install dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan minimal
1 tahun sekali, atau sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan
alat kesehatan serta ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai
instruksi pabrik.
Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat,
petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih,
atau oleh institusi yang berwenang.
Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik secara berkala
harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai standar
laboratorium harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan,
tindakan pencegahan sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua
Instruksi pabrik untuk penggunaan dan pemeliharaan alat harus
sepenuhnya dipenuhi.
5. Penanggung Jawab Alat
Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai
cara operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya,
dan biasanya digunakan oleh lebih dari 1 orang. Walaupun pihak
distributor alat menyediakan teknisi untuk perbaikan apabila terjadi
kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh
pihak laboratorium. Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas
yang bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan dan operasional
dengan pemantauan dan perbaikan.

Tabel 3. DAFTAR JENIS PERALATAN LABORATORIUM

40
NO NAMA ALAT JADWAL PETUGAS
PEMELIHARAAN

1 HEMATOLOGY SETIAP 3 BULAN SEKALI TEHNISI ALAT


ANALYZER GENRUI KT-
6390

2 CENTRIFUGE SEWAKTU - WAKTU IPRS

3 MICROSCOPE SETIAP HARI PJ.HEMATOLOOGI

4 PERALATAN DARI
SETIAP HARI PJ.K.KLINIK
KACA/PLASTIK

5 AC SETIAP BULAN IPRS

6 POCT RIGHTEST SETIAP 3 BULAN TEHNISI ALAT

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PERSIAPAN
1. Persiapan Pasien Secara Umum
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan
basal:
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8- 12
jam sebelum diambil darah (lihat tabel 3).
2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00
-09.00.
Tabel 4. Pemeriksaan yang perlu puasa
JENIS PEMERIKSAAN WAKTU PUASA
Glukosa 10 – 12 jam

41
Kolesterol 10 – 12 jam
2 jam pp 2 jam

b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil:


1) Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat
24 jam sebelum pengambilan spesimen. untuk pemeriksaan
dengan spesimen urin, tidak minum obat 72 jam sebelum
pengambilan spesimen.
2) Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk
dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas
laboratorium.
Contoh: Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum
obat antidiabetes.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
a. Diet
Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya:
Pemeriksaan gula darah dan trigliserida Pemeriksaan ini
dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman (kecuali
air putih tawar). Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka
pada pemeriksaan gula darah puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12
jam sebelum darah diambil dan pada pemeriksaan trigliserida perlu
dipuasakan sekurang kurangnya 12 jam.
b. Obat-obat
Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya
akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat
tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intramuskular akan
menimbulkan jelas pada otot sehingga mengakibatkan enzim yang

42
dikandung oleh sel otot masuk ke dalam darah, yang selanjutnya
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan
Creatin kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH). Obat-obat
yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi pemeriksaan
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh obat dan pemeriksaan Laboratorium
JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI
Diuretik Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan
enzim dalam darah akan meningkat karena
terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
Hb, Hitung sel darah, Hematokrit, Elektrolit
Pada urin akan terjadi pengenceran
Cafein Sama dengan diuretik
Thiazid Glukosa darah
Tes toleransi glukosa
Ureum darah
Pil KB (Hormon) LED
Kadar hormon
Morfin Enzim hati (GOT,GPT)
Phenobarbital GGT
Efedrin Amphetamin dan metamphetamin
Asetosal Uji hemostasis
Vit C Analisis kimia urine
Obat antidiabetik Glukosa darah
Glukosa urine
Kortikosteroid Hitung eosinofil
Tes Toleransi Glukosa

c. Merokok

43
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan
lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat
terjadi dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat
akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol
bebas, aldosteron dan kortisol. Ditemukan peningkatan kadar Hb
pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjadi pada hitung leukosit, lipoprotein,
aktivitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan
logam berat.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan
lambat beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam
waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya
berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat, dan
terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan
aktifitas γ-2glutamyltransferase, AST, ALT, trigliserida, kortisol dan
MCV (mean corpuscular volume) sel darah merah.
e. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan
cairan tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan
interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan
kadar hormon.Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar
antara kadar gula darah di arteri dan di vena serta terjadi
perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin,
aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin.
f. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara
lain terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim
yang akan diukur, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi
urin. Hal ini disebabkan karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke

44
dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari
otot.

g. Variasi circadian rythme


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu
dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebut dengan variasi
circadian rhytme. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh
waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan dapat
bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan
(menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal yang terjadi antara lain:
1) Besi serum, kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan
lebih tinggi daripada pagi hari.
2) Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi
hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada
siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila
dilakukan pada pagi hari.
3) Enzim, Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi
disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke
waktu.
4) Eosinofil, Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal,
jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai pagi hari
dibandingkan pada siang hari.
5) Kortisol, kadarnya lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan
pada malam hari.
6) Kalium, pada pagi hari lebih tinggi daripada siang hari.
7) Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi kadar
zat dalam tubuh yang sifatnya bulanan. Variasi siklus bulanan
umumnya pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi

45
setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi
penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam darah
disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian pula pada
saat ovulasi terjadi peningkatan kadar aldosteron dan renin
serta penurunan kadar kolesterol darah.
h. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam
darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada
neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan
kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan
pertambahan umur.
i. Jenis Kelamin (gender)
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Kadar besi serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan
pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi
setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat gender lainnya
adalah aktivitas CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif
lebih besar daripada wanita. Sebaliknya kadar hormon seks wanita,
prolaktin dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita
daripada pria.
j. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita
tersebut. Pada Kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran
darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus
meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume urin akan
meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormone
kelenjar tiroid, elektrolit, besi, dan ferritin, protein total dan

46
albumin, lemak, aktivitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi serta
laju endap darah. Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan
karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport,
hemodilusi, volume tubuh yang meningkat, defisiensi relatif karena
peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.

B. SPESIMEN
Macam spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa :
NO JENIS SPESIMEN
1 SERUM
2 DARAH WHOLE BLOOD
3 URINE
4 SWAB TENGGOROK
5 SECRET (Uretra,Vagina,Telinga, Hidung )

C. PENGAMBILAN
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat:
a. Bersih, kering,tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
b. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen.
c. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya. Pengambilan
spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan
yang steril dan sekali pakai buang.
2. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
a. terbuat dari gelas atau plastic,tidak bocor atau tidak merembes,
tertutup rapatdan berulir

47
b. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
c. Bersih,kering, dan tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam
spesimen.
d. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
e. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (inaktinis).
f. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar.
3. Antikoagulan dan Pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku.Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan
ke dalam sampel agar analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan
kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
pengawet atau antikoagulan. Beberapa contoh penggunaan
antikoagulan/pengawet yang digunakan untuk spesimen dapat dilihat
pada tabel 5.Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah
kadar zat yang akan diperiksa.
Tabel 6. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/pengawet dan
wadah yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan
stabilitasnya
Spesimen
Jenis Antikoagulan /
Stabilitas
Pemeriksaan Pengawet
Jenis Jumlah Wadah
HEMATOLOGI
Hematokrit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 - G/P  
1,5 mg/ml Suhu kamar (6 jam)

48
darah
LED K2/K3-EDTA 1 -
Westergreen 1,5 mg/ml G/P Suhu kamar (2 jam)
Darah 2 ml darah
K2/K3-EDTA 1 -  Suhu kamar (2
Lekosit 1,5 mg/ml G/P jam)
Darah 2 ml darah
Hemostasis Sitrat 3,8%, 1:9  20-25°C (4 jam)
P
(PT, APTT) Darah   darah
K2/K3-EDTA 1 -  Suhu kamar (2
Hitung jumlah 1,5 mg/ml G/P jam)
retikulosit Darah 2 ml darah
K2/K3-EDTA 1 -  Suhu kamar (2
Trombosit 1,5 mg/ml G/P jam)
Darah 2 ml darah
Masa
perdarahan,
- G/P
masa
pembekuan Darah   Segera 
KIMIA KLINIK
 
Na F-Oksalat 20-25°C (3 hari)
Gula darah Darah 2 ml 4,5 mg/ml 4°C (7 hari)
darah -20°C (3 bulan)
Serum 2 ml - G/P 2-8°C (12 jam)
20-25°C (6 hari)
Kolesterol - 4°C (6 hari)
Serum 1 ml G/P -20°C (6 bulan)
Bilirubin Serum 1 ml - G/P  Segera mungkin
Amilase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari)

49
4°C (5 hari)
-20°C (7 hari)
20-25°C (5 hari)
Asam urat - 4°C (5 hari)
Serum 1 ml G/P -20°C (6 bulan)
20-25°C (24 jam)
Lipase - 4°C (6 hari)
Serum 1 ml G/P -20°C (3 tahun)
20-25°C (6 hari)
Protein total - 4°C (6 hari)
Serum 1 ml G/P -20°C (10 hari)
20-25°C (14 hari)
-
Na, K, Cl Serum 1 ml G/P 4°C (14 hari)
20-25°C (7 hari)
Fosfatase - 4°C (7 hari)
alkali Serum 1 ml G/P -20°C (7 hari)
20-25°C (10 hari)
-
Kalsium Serum 1 ml G/P 4°C (10 hari)
 4°C (24 jam)
-
Kreatinin Serum 1 ml G/P -20°C (8 bulan)
20-25°C (7 hari)
- 4°C (7 hari)
GGT Serum 1 ml G/P -20°C (7 hari)
20-25°C (3 hari)
- 4°C (3 hari)
GOT Serum 1 ml G/P -20°C (7 hari)
20-25°C (3 hari)
- 4°C (3 hari)
GPT Serum 1 ml G/P -20°C (7 hari)

50
Jenis Spesimen Antikoagulan /
Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Jumlah Pengawet Wadah
SEROLOGI
Widal Serum 2 ml - G/P
Treponema, 2-8°C (2-3 hari)
-
VDRL Serum 2 ml G/P Freezer (1 bulan)
HBsAg Serum 2 ml - G/P Deep Freezer
Anti HBs Serum 2 ml - G/P dengan plastik-
20°C (6 bulan)
 

Anti HIV Serum 2 ml - G/P  


TOKSIKOLOGI
G
Urine 50 - tutup  Urine suhu
Napza Urine ml ulir kamar, segera
URINALISA
Urine 24 jam Urine   - G/P
Protein
-
kuantitif Urine 5 ml P  20-25°C (4 hari)
20-25°C
- (secepatnya)
Reduksi Urine 5 ml P 4°C (24 jam)
Suhu kamar (1
Urine - G/P jam)
Urine rutin pagi 15 ml 4-8°C (1 hari) 
Suhu kamar (1
Urine - G/P jam)
Sedimen urine pagi 10 ml 4-8°C

Tes kehamilan 5 ml - G/P


Urine Suhu kamar

51
(segera)
pagi 4-8°C (2 hari) 
PARASITOLOGI & MIKROBIOLOGI
Malaria Darah    Secepatnya
- G
segar
Sekrit -  Langsung
vag / dikerjakan
Trichomonas uretra    
Candida Sekrit      Langsung
-
vagina dikerjakan
Semua -
pemeriks
Kultur aan Steril Secepatnya
Keterangan:
P : Plastik (polietilen atau sederajat)
G : Gelas
T : Tabung reaksi
Volume : untuk jenis pemeriksaan lebih dari satu volume spesimen
disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi
karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal. Namun
ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya
harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian,
misalnya:
a. Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan
penyembuhan.
b. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman.
Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika.

52
c. Pemeriksaan Gonorrhoe
Untuk menemukan kuman gonorrhoe, pengambilan sekret uretra
sebaiknya dilakukan 2 jam setelah buang air kecil yang terakhir.
d. Pemeriksaan tuberkulosis
Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun tidur
memungkinkan ditemukan kuman M tuberkulosis lebih besar
dibandingkan dengan dahak sewaktu.
e. Pemeriksaan narkoba
Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi morfin,ganja dan lain-
lain dipengaruhi oleh waktu /lama sejak mengonsumsi.
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu
lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta, misalnya:
“Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena
umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah
kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau
cuping telinga pada bayi. Pengambilan tidak boleh di lengan yang
sedang terpasang infus”.
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek
yang diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa
pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada table 5.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik
pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi)

53
1) Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan
pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan
yang banyak melakukan aktivitas.
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4) Pilih bagian vena mediana cubiti
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya
dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah
terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
6) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum
menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum
dan kulit 15 derajat. Bila jarum berhasil masuk vena, akan
terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas
torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
7) Biarkan darah mengalir ke dalam jarum sampai selesai dan
sesuaai dengan volume pemeriksaan yang diminta
8) Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas
tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit.
Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit.
9) Tabungyang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena:
1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
3) Mengocok tabung yang keras dapat mengakibatkan hemolisis.

b. Darah kapiler

54
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan
biarkan sampai kering lagi.
2) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari
tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit
jari. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan
sisinya.Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah
keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk
mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam
itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
4) Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai
segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai
untuk pemeriksaan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:
1) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya
gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat),
vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau cyanosis
setempat.
2) Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-
peras keluar.
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah
itu diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga
sekitarnya diisap ke dalam pipet.
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5) Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

c. Urin

55
Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan
oleh penderita sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan
sebagai berikut:
a) Tangan penderita harus dalam keadaan bersih
b) Keluarkan urin, aliran urin yang pertama keluar dibuang. Aliran
urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
disediakan.
c) Hindari urin tercampur dengan air
d) Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
e) Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.
d. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan (tanpa bantuan obat pencair), jika pemeriksaan sangat
diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rektum dengan
cara colok dubur.
e. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan
yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan
ludah.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk
berkumur dengan air.
2) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak
Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan
berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah,
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan
dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental
purulen dengan volume cukup (3-5 ml).

56
5) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
f. Swab tenggorok
1) Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2) Penderita diminta membuka mulut.
3) Lidah ditekan dengan spatel lidah.
4) Masukkan lidi kapas steril hingga menyentuh dinding belakang
faring.
5) Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu
tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut
yang lain.
6) Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor dan dibuat
sediaan.
g. Kultur
1) Desinfeksi dahulu pada bagian yang mau di ambil sampelnya
2) Gunakan peralatan yang sudah di steril
3) Tampung pada wadah yang steril dan segera di tutup
4) Segera kirim ke unit laboratorium
h. Swab pemeriksaan PCR
Swab Nasofaring
1. Siapkan perlatan yang di butuhkan.
2. Lakukan identifikasi sample ( Nama, RM, tanggal lahir dan NIK ).
3. Lakukan 6 langkah cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
4. Gunakan APD secara lengkap ( Cover all, Masker N 95,
Handscoon, Google, Face shield,)
5. Alat swab dipegang ditangan kanan, sedangkan tangan kiri
petugas memegang rahang bawah pasien sambil mengarahkan
kepala pasien ke posisi menengadah.
6. Alat swab yang masih kering dan steril dimasukkan kedalam
salah satu lubang hidung secara perlahan, kemudian diarahkan
alat swab lurus sejajar dengan dasar hidung , kea rah belakang

57
(bukan kea rah atas) sampai menyentuh dinding posterior dari
nasofaring yang ditandai dengan adanya resistensi, atau alat
swab telah masuk sekitar 5-6 cm (pada orang dewasa) atau alat
swab diperkirakan telah masuk sepanjang jarak antara hidung
dan telinga.
7. Biarkan ujung alat swab menyentuh dinding posterior nasofaring
selama 15-30 detik jika pasien mampu menoleransi rasa
ketidaknyaman yang timbul.
8. Alat swab dikeluarkan dari hidung dengan gerakan memutar
scara perlahan.
9. Alat swab dimasukkan kedalam Viral Transport Media ( VTM )
dengan mematahkan ujung swab dengan tangan atau dengan
bantuan gunting jika batang swab terlalu keras .
10. Botol media ditutup dengan rapat dan diberi identitas pasien,
jenis sampel, tanggal pengambilan sampel, dan jam pengambilan
sample.
11. VTM di beri parafilm pada tutup VTM agar tertutup sempurna, di
tutup tissue bersih lalu dimasukkan kedalam plastik klip.
12. Simpan dalam suhu 4 – 8 derajat Celcius sebelum di kirim.
Jangan dibekukan dalam Freezer
13. Lepaskan APD yang telah digunakan .
14. Buang pada limbah infeksius untuk APD yang dissposible ( Sekali
pakai )
15. APD yang masih bisa di gunakan langsung di semprot atau di
rendam dengan desinfektan.
16. Segera cuci tangan dengan sabun.
17. Petugas yang mengambil swab langsung mandi dan ganti baju.
Swab Urofaring
1. Siapkan perlatan yang di butuhkan.
2. Lakukan identifikasi sample ( Nama, RM, tanggal lahir dan NIK ).

58
3. Lakukan 6 langkah cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
4. Gunakan APD secara lengkap (coverall, masker N95, sarung tangan
bersih, kacamata goggle, face shield)
5. Alat swab dipegang ditangan kanan, sedangkan tangan kiri petugas
memegang rahang bawah pasien sambil mengarahkan kepala
pasien ke posisi menengadah.
6. Lakukan usap atau swab pada lokasi yang terduga terdapat koplik
spot / bercak koplik (biasanya belakang pharynx) dan hindarkan
menyentuh bagian lidah di awali dari bagian kiri bawah sampai
dengan kanan bawah tanpa terputus.
7. Alat swab dimasukkan kedalam Viral Transport Media ( VTM )
dengan mematahkan ujung swab dengan tangan atau dengan
bantuan gunting jika batang swab terlalu keras .
8. Botol media ditutup dengan rapat dan diberi identitas pasien, jenis
sampel, tanggal pengambilan sampel, dan jam pengambilan sample.
9. VTM di beri parafilm pada tutup VTM agar tertutup sempurna, di
tutup tissue bersih lalu dimasukkan kedalam plastik klip.
10. Simpan dalam suhu 4 – 8 derajat Celcius sebelum di kirim. Jangan
dibekukan dalam Freezer
11. Lepaskan APD yang telah digunakan .
12. Buang pada limbah infeksius untuk APD yang disposible ( sekali
pakai )
13. APD yang masih bisa di gunakan langsung di semprot atau di
rendam dengan desinfektan.
14. Segera cuci tangan dengan sabun
15. Petugas yang mengambil swab langsung mandi dan ganti baju.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat

59
pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, RM) termasuk rekam
medik.
3. Foto copy persyaratan asuransi ( bila pasien menggunakan asuransi )
4. Diagnosis/keterangan klinik
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Tanda tangan dokter yang meminta
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium
harus memuat:
1. Nama pasien
2. Nomr RM pasien
3. Ruangan ( bila sampel dari pasien rawat inap )
4. Jenis pemeriksaan

E. PENGOLAHAN
1. Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan
cara memutar tabung 4 – 5 kali dan membolak-balik tabung kira-kira 5 -
8 kali secara perlahan-lahan dan merata.

2. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama
20-30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.
b. Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan spesimen.

60
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik).

3. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau sitrat dengan segera secara pelan-pelan.
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen.
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik).

4. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan cara:
a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen).
b. Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
d. Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
5. Kultur
Untuk pemeriksaan kultur harus selalu didesinfeksi dan semua
peralatan harus dalam keadaan steril. Apabila sampel sudah
tertampung harus segera di kirim ke laboratorium.
6. RT PCR
Sample PCR harus di tempatkan dalam VTM dan rantai suhu harus tetap
terjaga untuk tetap menjaga kualitas dari sample tetap baik dan layak
untuk dilakukan pemeriksaan.

61
F. PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
1. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena
stabilitas spesimen dapat berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa
pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan/pengawet dan wadah serta stabilitasnya. (terlihat pada
tabel 6).
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
a. Disimpan pada suhu kamar.
b. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 -8°C.
c. Dibekukan suhu -20°C, -70°C atau -120°C (jangan sampai terjadi
beku ulang).
d. Dapat diberikan bahan pengawet.
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau
lisat.
2. Pengiriman

62
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk),
sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
b. Tidak terkena sinar matahari langsung.
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan "Bahan Pemeriksaan
Infeksius" atau "Bahan Pemeriksaan Berbahaya".
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.

G. JENIS PELAYANAN PEMERIKSAAN


TABEL 7. JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM BERDASARKAN
KEMAMPUAN ALAT TAHUN 2021
JENIS PEMERIKSAAN YANG DAPAT
No. NAMA ALAT / BAHAN
DILAKUKAN

1. Carik Celup 1. pH Urine


2. Berat Jenis Urine
3. Protein Urine
4. Glukosa Urine
5. Benda Keton Urine
6. Nitrit Urine
7. Urobilinogen
2 HCG tes Strip / Card Tes Kehamilan

3 Antigen Typhus O, Typus H, Widal


Paratyphus A, Paratyphus B

4 Serum anti A, B, AB Golongan Darah

5 Tanpa alat / macros 1. Makroskopis Urine

63
2. Makroskopis feses
3. Retraksi Bekuan
6 Accu check Gula darah stik

7 Albumin stik Albumin urine

8 Rapid Diagnostik Test 1. HbsAg


2. IgG IgM Sarscov2
3. Antigen Swab
Covid
9 Hematology Analyzer 1. Darah Lengkap

H. METODE PEMERIKSAAN
1. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih
metode yaitu:
a. Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji
saring, diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilans.
b. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan.
Mengingat hasil pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan
dalam pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang
diperlukan sampai diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu
dipertimbangkan. Misalnya pasien di unit gawat darurat
memerlukan metode pemeriksaan yang dapat memberikan hasil
yang cepat untuk keperluan diagnostik dan pengobatan

c. Rekomendasi resmi

64
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih
berdasarkan rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui
atau organisasi profesi, antara lain:
1) WHO (World Health Organization)
2) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
3) NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards)
4) ICSH (International Committee for Standarisation in
Hematology)
2. Evaluasi
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara periodik
mengingat:
a. llmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu.
b. Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki
makna klinis sebagaimana dibutuhkan.

I. MUTU LABORATORIUM
1. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke
waktu, diperlukan bakuan mutu berupa standar/bakuan yang tertulis
yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
a. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang
apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktivitas.
b. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktivitas.
c. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistennya mutu hasil yang dicapai.

2. Klarifikasi

65
Bakuan mutu dapat dibagi menurut beberapa jenis berdasarkan
jenjang hirarki dalam suatu organisasi. Pada umumnya jenjang
dokumen bakuan terbagi atas tiga jenjang:
a. Normatif
Pedoman Mutu/Kebijakan Mutu yang memuat segala
kebijakan dalam hal mutu yang berlaku dalam lingkungan
laboratorium bersangkutan. Dari pedoman seperti ini harus
tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai dan
segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat
benar-benar tercapai.
b. Tingkat Menengah
Prosedur Operasi Baku/Standard Operating Procedure/
Prosedur Tetap, yang memuat langkah-langkah utama dalam
mengerjakan suatu aktivitas. Sebagai contoh: Prosedur Baku
Pendaftaran dan Penerimaan Pasien/Spesimen, Prosedur
Pengendalian Mutu Internal, Prosedur Pengadaan Reagen,
Prosedur Pemeriksaan, dan lain sebagainya.
c. Teknis
Petunjuk Teknis/lnstruksi Kerja, yang mengatur bagaimana
segala langkah teknis harus dilakukan. Sebagai contoh : dalam
Prosedur Pemeriksaan yang disebutkan di atas secara umum dirinci
langkah-langkah yang harus dilakukan.
d. Dokumen pendukung
Dokumen pendukung adalah setiap informasi, termasuk
pernyataan kebijakan, buku teks, spesifikasi, tabel kalibrasi,
rentang acuan biologis dan sumbernya, grafik, poster, catatan,
memoranda, perangkat lunak, gambar, rencana dan dokumen
eksternal seperti peraturan dan standar.

3. Prinsip Dalam Melakukan Aktivitas Laboratorium

66
a. Aktivitas laboratorium, harus memiliki pedoman baku yang
mendukungnya, dari sistem mutu (normatif, kebijakan) secara
keseluruhan sampai dengan proses paling teknis.
b. Setiap prosedur dibuat oleh pejabat/staf yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan prosedur bersangkutan, sebagai contoh:
1) sistem mutu secara keseluruhan, dibuat oleh pimpinan
laboratorium.
2) prosedur pemeliharaan alat dibuat oleh staf yang diberi
tanggung jawab atas pemeliharaan alat.
3) prosedur pengendalian mutu harian kimia dibuat oleh
pimpinan seksi kimia.
c. Prosedur disusun bersama staf yang ikut terlibat dalam proses
tersebut.
d. Keterlibatan dalam menentukan bagaimana pekerjaan sebaiknya
dilakukan, akan menimbulkan komitmen yang lebih besar pada diri
orang yang terlibat untuk ikut menjaga ketertiban terlaksananya
prosedur tersebut dengan baik dan benar.
e. Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa
bakuan tersebut telah benar dan selalu digunakan di tempat yang
tepat oleh orang yang tepat. Misalnya, pada prosedur baku perlu
diberi ciri yang menandakan bahwa prosedur tersebut adalah yang
sedang berlaku pada saat itu. Harus dicegah kemungkinan
terjadinya penggunaan prosedur yang sudah kadaluwarsa, yang
sudah tidak digunakan lagi karena sudah mendapatkan revisi baru.
f. Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan :
mengapa aktivitas itu dilakukan, apa yang dilakukan, dimana
aktivitas itu dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, dan
bagaimana pekerjaan itu dilakukan.
g. Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang
dalam aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut

67
memang ditaati. Sebagai contoh : Bila dibuat prosedur baku untuk
setiap hasil pemeriksaan yang mengandung langkah pemeriksaan
ulang untuk setiap hasil menyimpang, maka perlu disediakan pula
dokumen yang ditandatangani oleh pelaksana pemeriksaan
sebingga akan menjadi bukti bahwa langkah pengulangan benar-
benar telah dilakukan. Dengan demikian terjamin bahwa prosedur
yang ditetapka n memang benar dilaksanakan.
h. Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan
sehingga tiap saat dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja.
i. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik. Bakuan yang sudah
tidak berlaku juga harus tetap disimpan, akan tetapi jangan
disimpan bersama dokumen yang masih berlaku.
j. Setiap kali terjadi perubahan pada prosedur kerja, Prosedur Tetap
atau Petunjuk Teknis terkait juga harus mengalami penyesuaian.

68
BAB VI
LOGISTIK

Bahan laboratorium terdiri dari reagen, bahan standar, bahan kontrol, air
dan media. Hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai macam/jenis, dasar
pemilihan, pengadaan dan penyimpanan.
A. MACAM/JENIS
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain. Menurut
tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi: Reagen Tingkat
Analitis (Analytical Reagent/AR) yang dipakai adalah bahan jadi dari
pabrik yang baku (komersial).
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia
yang mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurnian zat-zat tersebut
dianalisis dan dicantumkan pada botol/wadahnya. Penggunaan bahan
kimia AR pada laboratorium kesehatan tidak dapat digantikan dengan
zat kimia tingkat lain.
2. Bahan Standar
Bahan standar yang dipakai menggunakan baham strandar jadi
3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari.
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari
manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni (tertelusur
ke Standard Reference Material/SRM).
b. bentuk bahan kontrol

69
Menurut bentuk bahan kontrol ada bermacam-macam, yaitu
bentuk cair,danbentuk padat bubuk (liofilisat). Bahan kontrol
bentuk padat bubuk harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
4. Air
Air merupakan bahan terpenting dan yang paling sering digunakan,
oleh karena itu kualitas air yang digunakan harus memenuhi standar
seperti halnya bahan lain yang digunakan dalam analisis.
Laboratorium harus menetapkan tingkat kualitas air yang sesuai
dengan kebutuhan. Berdasarkan tingkat kualitasnya, terdapat beberapa
jenis air yaitu air jenis 1, air jenis 2 dan air jenis 3. Spesifikasi masing-
masing jenis air dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 8. Jenis Air
SPESIFIKASI JENIS AIR
Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3
Kandungan Bakteri maks (CFU/ml) 10 1000 -
Tahanan listrik min (mega ohm-cm) 10 10 10
Kandungan silikat maks (mg/L SiO2) 0.05 0.1 1.0
Ph 7.0 7.0 5.0 – 8.0

Bakteri dalam air dapat menginaktivasi reagen, dapat berperan


dalam jumlah total kontaminasi organik, atau mengubah sifat optis
larutan. Tahanan listrik menghasilkan ukuran non spesifik kandungan
ion. Silikat mempengaruhi pemeriksaan pada sebagian besar penentuan
enzim, analisis elektrolit dan logam berat.

70
B. DASAR PEMILIHAN
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di
Kementerian Kesehatan.

C. PENGADAAN
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tingkat persediaan
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)

D. PENYIMPANAN
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :

71
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first
out).
c. Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

72
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Seluruh proses pelayanan
laboratorium dilaksanakan sesuai prinsip 6 sasaran keselamatan pasien
untuk menjamin mutu dan keselamatan pelayanan di Laboratorium
pengambilan sample,pengelolaan, penyimpanan, sampai akhir proses.
Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Jenis - jenis pelaporan insiden keselamatan pasien


1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cidera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cidera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah
2. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah/Unpreventable Adverse Event
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir

73
3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC)/Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak
terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
4. Kesalahan Medis/Medical Errors
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien
5. Kejadian Sentinel/Sentinel Event
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang
salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cidera yang
terjadi (seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

74
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya insiden. Dokter penanggung jawab pelayanan
wajib membuat rencana pelayanan dan memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.
2. Standar II.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan
dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses
pelayanan oleh karena itu pasien dan keluarganya dididik tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien, sehingga
pasien dan keluarga dapat :
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Standar III. Keselamatan Pasien dalam Kesinambungan Pelayanan
Dalam menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan, maka harus ada koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
a. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga

75
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
b. Koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan ujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
c. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan,
aman dan efektif.
4. Standar IV.
Penggunaan Metode-metode Peningkatan Kinerja untuk
melakukan Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien.
Dalam rangka proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja maka harus dilakukan
pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
a. Proses perancangan (desain) dilakukan dengan baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien.
b. Proses pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
c. Evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Hasil analisis dari data dan informasi dipakai untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.

76
5. Standar V. Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan
Pasien
a. Semua proses keselamatan pasien berdasarkan laporan dan analisis
data dan memberi sumber daya dan sistem informasi yang adekuat
sesuai dengan rencana anggaran yang jelas.
b. Tim Keselamatan Pasien dibentuk untuk mengelola program
keselamatan pasien dan mengkoordinasi antar disiplin, sehingga
menjamin semua komponen rumah sakit terintegrasi dan
berpartisipasi dalam porgram keselamatan pasien. Terdapat
kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
c. Proses pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan
“Kejadian Sentinel’ harus berjalan dengan baik sehingga terlaksana
“cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
d. Untuk evaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, harus dilakukan sasaran terukur, dan
pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi dan dilakukan rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
Pendidikan, pelatihan dan orientasi tentang keselamatan pasien
diberlakukan untuk setiap jabatanbagi staf baru di rumah sakit dan
diberlakukan berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam

77
pelayanan pasien. Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan secara
integrasi di setiap in-service training dan termasuk cara pelaporan
insiden yang benar, serta peningkatan kerjasama kelompok guna
mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien
7. Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf untuk Mencapai
Keselamatan Pasien
Komunikasi sangat penting dalam proses keselamatan pasien,
sehingga dilakukan perencanaan dan desain manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal yang tepat waktu dan akurat dan disesuaikan dengan
anggaran rumah sakit.

D. TATA LAKSANA PENANGANAN KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN


1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan
Insiden Keselamatan”
6. Laporan insiden di lakukan grading, apabila hasil grading masuk kriteria
hijau dan biru di selesaikan oleh kepala unit melalui investigasi
sederhana. Apabila grading kuning dan merah dilaporkan kepada tim
PMKP.
7. Semua hasil no.6 di laporkan ke tim PMKP.

78
E. TATA LAKSANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kegiatan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran atau
kesesuaian sosok orang yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan
diagnosis dan/atau pengobatan dengan identitas orang tersebut
sebagaimana tercantum dalam file rekam medis pasien atau dokumen
lain yang berkaitan dengan sosok orang tersebut.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
Prosesnya adalah pemberi pesan secara lisan memberikan pesan,
setelah itu dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima
pesan ; isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh
penerima pesan ; dan penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada
pemberi pesan.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert
Medication)
4. Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-Pasien Operasi
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Semua bahan/material yang terkontaminasi darah dan komponen
cairan tubuh pasien harus dianggap berpotensi terhadap penularan
infeksi, oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan alat pelindung diri
(APD) dan dilakukan prosedur dekontaminasi terlebih dahulu Semua
peralatan medis yang akan dipergunakan untuk melakukan prosedur
invasif terhadap pasien harus terjamin.
Semua tenaga medis/ keperawatan/ paramedis lain harus
melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
terhadap pasien. Pasien perlu diberi informasi mengenai maksud dan

79
tujuan tindakan cuci tangan serta setiap prosedur septik dan antiseptik
yang dilakukan
Prosedur cuci tangan:
a. Gosokkan kedua telapak tangan.

b. Gosok punggung tangan kiri dengan telapak


tangan kanan atau sebaliknya.
c. Dengan menghadapkan telapak tangan kiri
dan telapak tangan kanan dan bersihkan
sela – sela jari.

d. Mengepalkan tangan dan gosok pungung


jari tangan kanan dengan tangan kiri atau
sebaliknya.

e. Membersihkan ibu jari dengan cara


mengosok dan putar ibu jari tangan kanan
dengan tangan kiri atau sebaliknya.

f. Bersihkan ujung jari dengan cara


menggosok ujung jari tangan kanan di atas
telapak tangan kiri atau sebaliknya

6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Jatuh dapat diartikan sebagai hilangnya posisi tegak yang berakibat
pada berakhirnya posisi tubuh di lantai, tanah atau obyek lain seperti
mebeler atau tangga atau dapat diartikan perpindahan tubuh ke bawah

80
dan mencapai lantai/tanah atau membentur obyek lain (kursi, tangga,
dsb.) secara tiba-tiba, tidak terkontrol, tidak disengaja, dan tanpa
tujuan. Proses managemen resiko jatuh pasien meliputi:
a. Screening resiko jatuh Get Up dan go test
b. Penanda resiko jatuh
c. Edukasi pasien terhadap resiko jatuh dan tindak lanjut apabila
terjadi insiden

F. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Pelaporan secara anonym dan tertulis kepada Tim KPRS setiap kejadian
nyaris cidera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa
pasien atau kejadian lain yang terjadi di rumah sakit.
Pelaporan internal adalah mekanisme/alur pelaporan keselamatan
pasien di internal rumah sakit yang bertujuan untuk menurunkan insiden
dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien
dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming).
Empat Prinsip Penting Pelaporan Insiden:
1. Fungsi utama pelaporan insiden adalah untuk meningkatkan
Keselamatan Pasien melalui pembelajaran dari kegagalan / kesalahan.
2. Pelaporan Insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena
melapor.
3. Pelaporan Insiden hanya akan bermanfaat kalau menghasilkan respons
yang konstruktif. Minimal memberi umpan balik tentang data KTD dan
analisisnya. Idealnya, juga menghasilkan rekomendasi utk perubahan
proses/SPO dan sistem.
4. Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga memerlukan
keahlian/ketrampilan. Tim KPRS perlu menyebarkan informasi,
rekomendasi perubahan, pengembangan solusi.
Alur Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)

81
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat
yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan
langsung. Paling lambat 2x24 jam, jangan menunda laporan.
a. JANGAN melaporkan incident lebih dari 48 jam.
b. JANGAN menunda incident report dengan alasan di follow up atau
ditanda tangani.
c. JANGAN menambah catatan medis pasien bila telah tercatat dalam
incident report.
d. JANGAN meletakkan incident report Sebagai bagian dari rekam
medik pasien.
e. JANGAN Membuat copy incident report untuk alasan apapun.
f. CATATLAH keadaan yang tidak diantisipasi.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan
langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan
Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/Instalasi/Departemen/Unit,
Ketua Komite Medis/ Ketua KSMF)
4. Tim KPRS melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Pimpinan RS setiap 3 bulan dan
pada setiap kejadian yang memerlukan tindak lanjut segera.
5. Yang bertanggung jawab melaporkan insiden adalah:
a. Staf RS yang pertama menemukan kejadian atau supervisornya.
b. Staf RS yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.
6. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan
7. Hasil grading akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilakukan sebagai berikut : (Pembahasan lebih
lanjut lihat BAB III)

82
8. Grade biru: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal
1 minggu
9. Grade hijau: investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
10. Grade kuning: investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
11. Grade merah: investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
12. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
13. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Regrading.
14. Untuk grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisa akr
masalah/Root Cause Analysis (RSC).
15. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa :
Petunjuk/”Safety Alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali.
16. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
17. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan
balik kepada unit kerja terkait.
18. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing.
19. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS. (Alur : Lihat
Lampiran 4)

83
Alur Pelaporan Insiden
Insiden Keselamatan
Pasien:
Petugas yang sedang KTD/sentinel
jaga event/KNC/KPC/KTC

Atasan
langsung Unit
harus segera
ditangani

Laporan paling
lambat 2x24 jam

Dilakukan
Grading

Biru/ Kuning /
Hijau Merah

Investigasi Dilaporkan ke
sederhana Tim KP di RS

Rekomendasi Laporan hasil


investigasi

Analisa kembali/Re
-Grading

RCA

Feed back ke Laporan ke


Rekomendasi Laporan ke
Unit KKP RS
Kepala RS

84
G. Informasi tentang keselamatan pasien rumah sakit disampaikan kepada staf
rumah sakit yaitu melalui rapat staf dan papan pengumuman secara reguler
dan juga di publikasikan ke website rumah sakit secara bertanggung jawab.

85
BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. GAMBARAN UMUM

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian


dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.Laboratorium melakukan
berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen
yang berasal dari manusia maupun bukan manusia.Bagi petugas
laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen.
Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau
keluarganya dan ke masyarakat.Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,
perlu adanya kebijakan yang ketat.Petugas harus memahami keamanan
laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk
melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP,
serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik
laboratorium yang benar.
1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi
tanggung jawab setiap petugas terutama yang berhubungan langsung
dengan proses pengambilan spesimen, bahan, reagen pemeriksaan.
Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk
laboratorium yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan
pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional keamanan
laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan K3 laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala

86
laboratorium dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk tim K3
laboratorium.
Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban
merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan
oleh setiap petugas laboratorium, mencakup:
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan
peralatan kerja, termasuk untuk kegiatan penelitian.
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat
menghindari bahaya infeksi.
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium
yang memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran
bahan infektif.
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan
dekontaminasi yang telah dilakukan jika ada tumpahan/percikan
bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap
peralatan laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi
untuk petugas laboratorium tentang perubahan prosedur, metode,
petunjuk teknis dan pengenalan pada alat yang baru.
g. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas
laboratorium.
h. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang
mungkin berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan
melaporkannya pada pimpinan laboratorium.
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
j. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima,
pencatatan perjalanan dan pembuangan bahan patogenik serta

87
mengembangkan prosedur untuk pemberitahuan kepada petugas
laboratorium tentang adanya bahan infektif yang baru di dalam
laboratorium.
k. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya
mikroorganisme yang harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan
setempat ataupun nasional dan badan tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul di luar
jam kerja.
m. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium
bagi seluruh petugas laboratorium.
n. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium dan melaporkannya kepada kepala laboratorium.
o. Setiap laboratorium sebaiknya membuat pokok-pokok K3
laboratorium yang penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah
dibaca oleh setiap petugas laboratorium.
2. Kesehatan Petugas Laboratorium
Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto toraks. Keadaan
kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi standar kesehatan
yang telah ditentukan di laboratorium. Untuk menjamin kesehatan para
petugas laboratorium harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja
dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis,
sedangkan bagi petugas lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3
tahun.
b. Pemantauan kesehatan
c. Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau,
untuk itu setiap petugas harus mempunyai kartu kesehatan yang
selalu dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada dokter bila

88
petugas tersebut sakit.Minimal setiap tahun dilaksanakan
pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.
d. Bila petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan
yang jelas tentang penyakitnya, maka petugas yang bertanggung
jawab terhadap K3 laboratorium harus melapor pada kepala
laboratorium tentang kemungkinan terjadinya penularan yang
diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
3. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di
laboratorium adalah:
a. Jas laboratorium sesuai standar .
b. Sarung tangan.
c. Masker.
d. Alas kaki/sepatu tertutup.
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air
mengalir.
f. Lemari asam (fume hood), dilengkapi dengan exhaust ventilation
system.
g. BSC ( Bio safety Cabinet ) untuk pemeriksaan mikrobiologi dan RT
PCR
h. Pipetting aid, rubber bulb.
i. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
4. Pengamanan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya.
b. Sistem evakuasi.
c. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
d. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak
pada lokasi yang mudah dicapai.
e. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
5. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya:

89
1) Menggunakan peralatan standar. Misal lingkaran sengkelit ose
harus jenuh dan panjang tangkai maksimum 6 cm.
2) Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan
disinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.
b. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata
Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 μm) akan
terlepas ke udara dan menempel pada permukaan meja serta
tangan petugas laboratorium, untuk itu dianjurkan untuk mengikuti
hal-hal di bawah ini:
1) Mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan
sesudah bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata selama
bekerja
2) Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau
menyimpan makanan/ minuman dalam laboratorium
3) Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium
4) Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko
percikan bahan infeksi saat bekerja
c. Mencegah infeksi melalui tusukan
Jarum suntik, pipet Pasteur kaca dan pecahan kaca obyek
dapat menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan
bekerja dengan hati-hati dan memilih pipet pasteur yang terbuat
dari plastik.
d. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet
1) Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet
2) Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi
dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet
3) Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) Disinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan
infeksi dari pipet dengan kapas yang dibasahi disinfektan.

90
5) Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan
sampai tetes terakhir
6) Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan.
Biarkan selama 18-24 jam sebelum disterilisasi
7) Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik
untuk memipet.
e. Menggunakan sentrifus/alat pemusing
1) Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.
2) Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga
petugas laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan
menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.
3) Periksa rotor sentrifus dan selonsong (bucket) sebelum dipakai
atau secara berkala untuk melihat tanda korosi dan keretakan.
4) Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
5) Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan
gunakan larutan NaCI atau hipoklorit karena bersifat korosif.
6) Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar
cairan penyeimbang dapat mengalir keluar.
7) Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung
harus tertutup rapat dan selongsong yang terkunci, untuk
melindungi petugas laboratorium terhadap aerosol dan
sebaran partikel dari mikroorganisme.
8) Pastikan sentrifuse tertutup selama dijalankan.

f. Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku


1) Membersihkan lemari pendingin (refrigerator), lemari
pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry-Ice), melakukan
defrost secara teratur
2) Membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah.
Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet

91
tebal saat bekerja. Setelah dibersihkan, permukaan dalam
lemari pendingin dan lemari pembeku harus didisinfeksi
dengan disinfektan yang tidak korosif
3) Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal
disimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah
kadaluwarsa harus dimusnahkan.
4) Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar.
g. Membuka ampul berisi bahan infeksi yang diliofilisasi
Ampul berisi bahan infeksi yang disimpan dalam bentuk
liofilisat harus dibuka dengan hati-hati.Bahan di dalam ampul
berada dalam tekanan yang rendah, sehingga bila ampul dibuka
dengan tiba-tiba, maka sebagian isinya dapat menyebar ke udara.
Ampul harus selalu dibuka dalam kabinet keamanan biologis.
Dianjurkan untuk mengikuti petunjuk di bawah ini saat membuka
ampul:
1) Dekontaminasi permukaan luar ampul.
2) Beri tanda pada bagian ampul dekat sumbat kapas atau
selulose.
3) Pegang ampul dalam keadaaan terbungkus kapas.
4) Lepaskan bagian atas ampul dengan perlahan dan perlakukan
sebagai bahan yang terkontaminasi.
5) Jika sumbat masih ada di atas bahan, lepaskan dengan forsep
steril.
6) Tambahkan cairan perlahan-lahan untuk melarutkan kembali
bahan dalam ampul dan mencegah timbulnya busa/gelembung
cairan.
6. Disinfeksi dan Dekontaminasi
a. Disinfeksi cara kimia
1) Fenol (Asam karbol)
a) Efektif untuk semua bentuk mikroorganisme kecuali spora.

92
b) Digunakan sebagai pengganti natrium hipoklorit.
c) Turunan fenol sering merupakan disinfektan kuat misalnya
heksaklorofen.
d) Memberikan efek yang bervariasi terhadap virus.
2) Alkohol
a) Merusak struktur lipid dengan cara penetrasi ke dalam
daerah hidrokarbon dan denaturasi protein sel.
b) Alkohol rantai pendek menyebabkan kerusakan membran
yang lebih besar dari pada alkohol rantai panjang.
c) Yang umum digunakan adalah etanol dan isopropanol.
d) Pada suhu kamar, alkohol alifatik tidak dapat membunuh
spora karena itu jangan digunakan untuk sterilisasi alat.
e) Aktif terhadap bakteri (kecuali bentuk spora), jamur dan
virus berselubung.
f) Paling efektif pada konsentrasi 70-90%.
g) Campuran dengan disinfeksi lain akan memperkuat daya
disinfektan alkohol, misalnya alkohol 70% ditambah
formaldehid 100 g/l atau alkohol ditambah zat klor aktif 2
g/l.
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi ruang laboratorium menggunakan disinfeksi
cair.Permukaan tempat kerja didekontaminasi dengan disinfektan
cair. Petugas yang melakukan dekontaminasi harus menggunakan
alat pelindung diri terutama sarung tangan dan masker.
7. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh.
Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas
laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti
virus Hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus), Avian Influenza
dan lain-lain.
a. Mengambil, memberi label dan membawa spesimen:

93
1) Hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan
pengambilan darah,
2) Gunakan sarung tangan;
3) Perhatikan teknik pengambilan darah pada
penangananspesimen
4) Masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
1) Gunakan sarung tangan
2) Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung dengan dililit
kain kasa terlebih dahulu.
c. Kaca dan benda tajam
1) Diutamakan, menggunakan alat terbuat dari plastik sebagai
pengganti kaca/gelas.
2) Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik.
d. Sediaan darah pada gelas obyek
Pegang gelas obyek dengan forsep.
e. Peralatan otomatis
1) Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type).
2) Cairan yang keluar dari alat/effluent harus dikumpulkan dalam
tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem
pembuangan limbah.
3) Jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit atau
glutaraldehid ke dalam alat setiap habis dipakai. Air dapat
digunakan sebagai pengganti disinfektan hanya pada keadaan
tertentu.
Peralatan laboratorium umum yang dapat menimbulkan bahaya
dan cara mengatasinya dapat dilihat pada tabel 10.

94
Tabel 10. Peralatan Laboratorium, bahaya dan cara mengatasinya
NAMA BAHAYA YANG CARA MENGATASI
PERALATAN DITIMBULKAN
Jarum semprit Tusukan, aerosol, Gunakan jarum semprit dengan
tumpahan sistem pengunci untuk
mencegah terlepasnya jarum
dari semprit, jika mungkin
gunakan alat suntik sekali pakai.
Sedot bahan pemeriksaan
dengan hati-hati untuk
menguranngi gelembung udara.
Lingkari jarum dengan kapas
disinfektan saat menarik jarum
dari botol spesimen. Jika
mungkin, lakukan dalam
kabinet keamanan biologis.
Semprit harus diotoklaf
sebelum dibuang, jarum
sebaiknya dibakar dengan alat
insinerasi
Sentrifus/alat Aerosol, percikan, Jika diduga ada tabung pecah
pemusing tabung pecah saat sentrifugasi, matikan
mesin dan jangan dibuka
selama 30 menit. Jika tabung
pecah setelah mesin berhenti,
sentrifus harus ditutup kembali
dan biarkan selama 30 menit.
Laporkan kejadian ini kepada
petugas keamanan kerja.
Gunakan sarung tangan karet

95
tebal dan forsep untuk
mengambil pecahan kaca.
Tabung yang pecah, pecahan
gelas dan selonsong serta rotor
harus didisinfeksi secara
terpisah. Ruang dalam sentrifus
(chamber) didisinfeksi,
dibiarkan satu malam. Bilas
dengan air dan keringkan
Alat bantu pipet Bahaya pemipetan Dapat di disinfeksi, mudah di-
dengan mulut, gunakan dan mencegah
yaitu: tertelannya kontami-nasi serta kebocoran
mikroorganisme dari ujung pipet
patogen, inhalasi
aerosol dan
kontaminasi pada
ujung tempat
menghisap
Pelindung Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar 1-
pernafasan 5 mikron. Melindungi mata jika
menggunakan pelindung muka
penuh

Pelindung muka Pecahan, percikan Pelindung muka: Melindungi


dan pelindung seluruh muka
mata Pelindung mata: melindungi
mata dan bagian mata
Botol dengan Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
tutup berulir

96
Lemari asam Percikan bahan Memisahkan daerah kerja
kimia dengan operator

8. Pengelolaan spesimen
a. Penerimaan spesimen
1) Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk
penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak,
maka penerimaan spesimen dapat dilakukan pada meja khusus
di dalam laboratorium.
2) Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup
rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
3) Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
4) Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
5) Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri.
b. Petugas penerima spesimen
1) Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas
laboratorium.
2) Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan
hati-hati.
3) Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan
disinfektan setiap hari.
4) Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.
5) Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.
6) Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja
dengan spesimen.
7) Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun
yang terdapat pada meja dimana spesimen tersimpan.

97
c. Petugas pembawa spesimen dalam laboratorum
1) Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian
depan saat membawa spesimen.
2) Membawa spesimen dengan baki rak khusus.
3) Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki didekontaminasi
dan sisa spesimen diotoklaf
4) Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka pada saat
bekerja.
d. Pengiriman spesimen dan bahan infeksius dari laboratorium
1) Produk Biologis.
Produk biologis berupa bahan dari manusia
2) Persyaratan kemasan dan dokumentasi rujukan
Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam 3 lapis, dari
dalam keluar terdiri atas:
a) Wadah kedap air berisi spesimen
b) Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup
banyak untuk menghisap semua cairan spesimen yang
bocor
c) Wadah untuk melindungi wadah ke-2 dari pengaruh luar
seperti kerusakan fisik dan air selama dalam perjalanan.
d) Untuk kejelasannya sebagaimana tercantum dalam
gambar 1.
e) Bahan infeksi dikategorikan sebagai benda berbahaya.
Kemasan berisi bahan infeksi harus mempunyai label
bahaya seperti tercantum dalam gambar 2.

98
Salinan dari formulir berisi data spesimen, surat atau
informasi lain yang mengidentifikasi atau menerangkan
tentang spesimen harus ditempel pada bagian luar wadah
kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirim ke
laboratorium penerima dan arsip si pengirim. Hal ini
memungkinkan laboratorium penerima untuk mengidentifikasi
spesimen dan menentukan bagaimana menangani dan
memeriksanya.
Kemasan pertama dan kedua harus dapat menahan
perbedaan tekanan sampai 95 kPa dan berbedaan suhu antara
-40°C dan +50°C. Jika bahan mudah rusak, cantumkan
peringatan pada dokumen pengiring, misalnya SIMPAN DALAM
KEADAAN DINGIN, ANTARA +20°C DAN +4°C.
Yang harus dilakukan oleh si pengirim:
a) Hubungi pemberi jasa transportasi dan si penerima (lewat
telepon ) untuk menjamin agar spesimen diantar dan
diperiksa segera.
b) Siapkan dokumen pengiriman.
c) Atur waktu pengiriman
d) Kirimkan pemberitahuan secara teratur tentang semua
data transportasi kepada si penerima
Bahan infeksi seharusnya tidak dikirim sebelum ada
kesepakatan diantara pengirim, pemberi jasa transportasi dan
penerima, atau sebelum si penerima memastikan dengan yang
berwenang bahwa bahan tersebut boleh dimasukkan ke
daerah tersebut dengan sah serta tidak akan terjadi
keterlambatan dalam pengiriman paket ke tujuannya.
Penerima bertanggung jawab untuk:
a) Mendapatkan ijin yang diperlukan dari yang berwenang.

99
b) Mengirimkan ijin impor, surat yang diperlukan atau
dokumen lain yang disyaratkan oleh pejabat dari tempat
asal spesimen.
c) Segera memberitahukan si pengirim jika bahan kiriman
telah diterima.
3) Pengiriman paket/kemasan
Pengiriman bahan infeksi membutuhkan koordinasi yang
baik antara si pengirim, pemberi jasa transportasi dan
laboratorium penerima untuk menjamin bahwa bahan dikirim
dengan aman dan tiba di tujuan dalam keadaan baik.

B. TATA RUANG DAN FASILITAS LABORATORIUM


1. Ruangan laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan.
b. Pertemuan antara dua dinding dibuat melengkung.
c. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam,
alkali, larutan organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat
melengkung.
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah
dibersihkan.
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium.
f. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan
laboratorium dekat pintu keluar.
g. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label KELUAR, alat
penutup pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI
(BIOHAZARD).
h. Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon,
alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di
beberapa tempat yang mudah terlihat.

100
i. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan tabung
plastik harus dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol.
j. Tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan/minum dan kamar
kecil.
k. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada
diruang kerja laboratorium.
2. Koridor, gang, lantai dan tangga
a. Koridor, tangga dan gang harus bebas dari halangan.
b. Penerangan di koridor dan gang cukup.
c. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.
d. Tangga yang memiliki lebih dari 4 anak tangga dilengkapi dengan
pegangan tangan.
e. Permukaan anak tangga rata dan tidak licin.
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi laboratorium harus cukup.
b. Jendela laboratorium dapat dibuka dan dilengkapi kawat anti
nyamuk/lalat.
c. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir searah

C. PENANGANAN KECELAKAAN DI LABORATORIUM


Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan
kimia. Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan
informasi mengenai cara penanganan yang benar jika terjadi tumpahan
bahan kimia didalam laboratorium.
Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk
bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding dalam ruang
laboratorium. Selain itu, harus pula di sediakan peralatan untuk menangani
keadaan tersebut seperti:
1. pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, masker
2. kain lap dan kertas pembersih

101
3. ember
4. alat pemadam kebakaran
Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia
berbahaya:
1. Beritahu petugas keamanan laboratorium dan jauhkan petugas yang
tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan;
2. Upayakan pertolongan bagi petugas laboratorium yang cedera;
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar, segera
matikan semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang
berdekatan;
4. Matikan peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api;
5. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah;
6. Nyalakan kipas angin penghisap (exhaust fan) jika aman untuk
dilakukan.

D. PENGAMANAN TERHADAP BAHAN KHUSUS


1. Bahan Kimia
a. Penggolongan Bahan Kimia
1) Bahan Kimia Beracun (Toksik)
Merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian
apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, terhirup,
atau terkena kulit.
2) Bahan Kimia Korosif
Merupakan bahan yang terkena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan
tubuh atau bahan lain.
3) Bahan Mudah Terbakar (Flammable Substances)

102
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan menimbulkan kebakaran.Reaksi kebakaran yang
sangat cepat juga dapat menimbulkan ledakan.
Jenis bahan kimia mudah terbakar dapat digolongkan
menjadi tiga sub golongan, yaitu:
a) Zat padat mudah terbakar
Zat padat yang mudah terbakar adalah: bahan padat
yang tidak mudah meledak, dapat menimbulkan
kebakaran karena gesekan, absorpsi uap, perubahan kimia
yang spontan dan penyimpanan panas selama proses.
b) Zat cair mudah terbakar
Zat cair yang mudah terbakar adalah bahan cair yang
mudah menguapdan uapnya mudah terbakar pada suhu
dibawah 25,5°C. Golongan ini paling banyak dijumpai
diindustri dan di laboratorium, serta dikenal sebagai
pelarut organik. Contoh: eter, alkohol, aseton, dan lain -
lain. Pelarut tersebut pada suhu kamar dapat
menghasilkan uap yang jika bereaksi dengan udara pada
perbandingan tertentu dapat dibakar oleh adanya api atau
loncatan listrik.
c) Gas mudah terbakar
Yang termasuk golongan ini adalah gas yang amat
mudah terbakar dan sering menimbulkan ledakan.
Contoh: gas alam untuk bahan bakar, hidrogen, asetilen,
etilen oksida dan sebagainya.
4) Bahan kimia mudah meledak
Beberapa contoh bahan kimia yang mudah meledak, yaitu:
a) Azida
Apabila azida bereaksi dengan tembaga, misalnya
dalam pipa pembuangan atau kran air, maka tembaga

103
azida akan menimbulkan ledakan hebat jika terkena
benturan ringan.
b) Asam perklorat
Jika dibiarkan mengering pada permukaan meja yang
terbuat dari kayu, batu bata atau kain, akan meledak dan
menimbulkan kebakaran jika terkena benturan.
c) Asam pikrat dan garamnya
Akan terbakar oleh panas atau benturan.
5) Bahan kimia oksidator (Oxidation Agents)
Merupakan bahan kimia, yang mungkin tidak mudah
terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan lainnya.
6) Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water Sensitive
Substance)
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air
dan menghasilkan panas serta gas yang mudah terbakar
7) Bahan kimia yang reaktif terhadap asam (Acid Sensitive
Substance)
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan
asam dan menghasilkan panas serta gas yang mudah terbakar,
atau gas yang beracun dan korosif.
b. Bahan Kimia Yang Tidak Boleh Tercampur (Incompatible Chemicals)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan
reaksi berbahaya jika tercampur satu sama lain, antara lain:
1) Asam asetat: dengan asam kromat, asam nitrat, ikatan
hidroksil, etilen glikol, asam perklorat, peroksida dan
permanganat.
2) Asam sulfat: dengan klorat, perklorat, pemanganat dan air.
3) Aseton: dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat.

104
4) Klorin: dengan amonia, asetilen, butadien, benzen, dan
komponen minyak bumi lain, hidrogen, natrium karbida,
terpentin dan logam.
5) Natrium: dengan karbon tetraklorida, karbondioksida dan air.
c. Efek toksik bahan kimia
Beberapa bahan kimia dapat membahayakan kesehatan
petugas laboratorium jika tersentuh kulit, terhirup atau tertelan.
Efek yang ditimbulkan sangat beragam dan dapat mengenai sistem
pernapasan, darah, paru-paru, ginjal, hati, saluran cerna dan organ
tubuh maupun jaringan tubuh lain.
Beberapa bahan kimia juga diketahui bersifat karsinogenik
(dapat menimbulkan kanker) atau teratogenik (menimbulkan cacat
pada janin).Selain efek seperti yang disebutkan di atas, paparan
terhadap bahan kimia ini juga dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan yang tidak langsung terlihat seperti berkurangnya
koordinasi anggota gerak tubuh, menurunnya kewaspadaan atau
gejala yang serupa.
Gangguan kesehatan ini dapat meningkatkan risiko terjadinya
kecelakaan kerja di laboratorium. Paparan berulang/
berkepanjangan terhadap berbagai pelarut organik dalam bentuk
cair dapat merusak kulit karena efek penghancuran lemak, alergi
atau sifat korosif yang dimilikinya, seperti tercantum pada tabel 11
Tabel 11. Bahan kimia dan pengaruhnya terhadap kesehatan
Nomor Jenis bahan kimia Sifat Pengaruh terhadap
kesehatan
1 Asam asetat 6 % Menghirup dalam
jangka panjang
menyebabkan kadar
Hb menigkat
2 Asam alcohol Mudah terbakar Iritasi pada kulit

105
3 Spiritus Mudah terbakar Iritasi pada kulit
4 Metanol Mudah terbakar Iritasi pada kulit

d. Gas bertekanan dan gas dalam bentuk cair


1) Ruang laboratorium yang berisi tabung gas mudah terbakar
harus diberi label peringatan pada pintunya.
2) Tabung yang berisi gas mudah terbakar diberi simbol/label gas
mudah terbakar.
3) Hindari penempatan lebih dari satu tabung gas mudah
terbakar dalam satu ruang pada saat yang sama.
4) Tabung gas cadangan harus disimpan dalam ruang yang
berjarak cukup jauh dari ruang laboratorium.
5) Ruang penyimpanan ini harus dikunci dan diberi tanda pada
pintunya.
6) Tabung gas bertekanan harus diikat/ditambat pada dinding
atau meja kerja dengan kokoh agar tidak mudah terlepas.
7) Jangan letakkan tabung gas bertekanan dan gas dalam bentuk
cair dekat radiator, sumber api, peralatan listrik yang
mengeluarkan bunga api atau dibawah sinar matahari.
8) Katup tekanan tinggi utama harus dimatikan jika tabung gas
tidak digunakan atau jika tidak ada orang dalam ruang
laboratorium.
9) Tabung gas bertekanan harus diangkat dengan trolley dan
dilengkapi dengan penutupnya pada saat dibawa.
10) Setiap tabung gas ditandai dengan warna tersendiri.
11) Reservoar dan instalasi untuk masing-masing gas harus
memiliki warna yang sama.

106
e. Penyimpanan bahan kimia
1) Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah secukupnya di dalam
ruang laboratorium.
2) Stok bahan kimia harus disimpan dalam ruang khusus berlantai
beton.
3) Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang
terpisah.
4) Untuk mencegah timbulnya kebakaran dan ledakan dari uap
karena terkena bunga api dari alat listrik, tombol lampu untuk
ruang penyimpanan harus berada di luar ruang dan lampu
dilengkapi dengan kap lampu.
Mengabaikan sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan
dapat menimbulkan bahaya:
1) Kebakaran;
2) Ledakan;
3) Keluarnya gas beracun, uap dan debu;
4) Kombinasi dari hal diatas;
Untuk menghindari hal tersebut maka penyimpanan bahan
kimia perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1) Pengaruh panas/api
2) Kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya reaksi atau
perubahan kimia.
3) Disamping itu, percikan api memungkinkan terbakarnya bahan
yang mudah terbakar.
4) Pengaruh kelembaban
5) Zat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi
hidrasi yang eksotermis akan menimbulkan panas di dalam
ruang penyimpanan.
6) Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan wadahnya dan
akan menimbulkan kebocoran/kerusakan.

107
7) Interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
atau timbulnya gas yang berbahaya.
Dengan mempertimbangkan faktor tersebut, maka penyimpanan bahan
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
2. Bahan Beracun
Contoh: sianida, arsenida, dan fosfor. Syarat penyimpanan:
a. Ruangannya dingin dan berventilasi
b. Jauhkan dari bahaya kebakaran
c. Jauhkan dari bahan yang mungkin bereaksi
d. Di tempat penyimpanan disediakan alat pelindung diri, misalnya :
pakaian kerja, masker, dan sarung tangan.
3. Bahan Korosif
Contoh: asam, anhidrida asam, dan alkali. Syarat penyimpanan:
a. ruangannya dingin dan berventilasi
b. wadahnya tertutup dan berlabel
c. jauhkan dari bahan beracun.
Zat tersebut dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat
beracun, menghasilkan uap/gas beracun.
4. Bahan Mudah Terbakar
Contoh: benzena, aseton, eter, heksana. Syarat penyimpanan:
a. ruangannya dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumberapi atau panas,termasuk loncatan api listrikdan
bara rokok
c. di tempat penyimpanan tersedia alat pemadam kebakaran
d. jauhkan dari bahan oksidator.
5. Bahan Mudah Meledak
Contoh: amoniumnitrat, nitrogliserin, Trinitrotuluen (TNT), natrium
azida, asam perklorat. Syarat penyimpanan:
a. ruangannya dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari panas dan api

108
c. jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
d. hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
6. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik. Syarat
penyimpanan:
a. ruangannya dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik
dan bara rokok
c. jauhkan dari bahan cair mudah terbakar dan zat reduktor
Catatan : pemadam kebakaran kurang bermanfaat karena zat oksidator
dapat menghasilkan oksigen sendiri.
7. Bahan Reaktif Terhadap Air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida. Syarat penyimpanan:
a. ruangannya dingin, kering, dan berventilasi.
b. jauhkan dari sumber nyala api dan panas.
c. bangunannya kedapair.
d. tersedia pemadam kebakaran tanpa air, misalnya CO2.
8. Bahan Reaktif Terhadap Asam
Contoh: natrium, hibrida, dan sianida. Pada umumnya gas tersebut
dengan asam akan menghasilkan gas yang mudah terbakar atau
beracun. Syarat penyimpanan:
a. ruangannya dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumber api, panas dan asam
c. ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak memungkinkan
terbentuknya kantung hidrogen
d. tersedianya alat pelindung diri seperti kacamata, pakaian kerja, dan
sarung tangan.
9. Gas Bertekanan
Contoh: gas nitrogen, asetilen, bidrogen klor, yang disimpan dalam
silinder. Syarat penyimpanan:

109
a. disimpan dalam keadaan tegak dan terikat.
b. ruangannya dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung.
c. jauhkan dari api dan panas.
d. jauhkan dari beban korosif yang dapat merusak kran dan katup.
e. pisahkan gas mudah terbakar dari gas bersifat oksidator.
E. INFEKSI MIKROORGANISME
Semua laboratorium yang menyelenggarakan pelayanan laboratorium
mikrobiologi dan biomedis harus melaksanakan upaya keamanan kerja di
laboratorium. Pengamanan yang dilakukan didasarkan atas mikroorganisme
yang ditangani dan diperiksa.
Mikroorganisme dan laboratorium dapat diklasifikasikan sebagai
berikut]:
1. Kelompok risiko satu
Kelompok ini merupakan kelompok yang tidak menimbulkan resiko
atau resiko sangat rendah baik pada individu maupun pada masyarakat.
Mikroorganisme pada kelompok ini pada umumnya tidak menyebabkan
penyakit pada manusia atau ternak.
2. Kelompok risiko dua
Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai resiko sedang
pada individu dan resiko rendah pada masyarakat. Kelompok
mikroorgansime patogen ini dapat menimbulkan penyakit pada
manusia dan ternak, namun pada umumnya tidak menimbulkan bahaya
yang serius pada petugas laboratorium, masyarakat, ternak atau
lingkungan. Infeksi yang terjadi di laboratorium umumnya dapat
dicegah dan diobati serta resiko penyebarannya terbatas. Dalam
keadaan tertentu, mikroorganisme kelompok ini dimasukkan dalam
risiko tiga.

110
3. Kelompok risiko tiga
Kelompok ini merupakan kelompokyang mempunyai risiko tinggi
pada individu dan risiko rendah pada masyarakat. Kelompok
mikroorganisme patogen ini biasanya menyebabkan penyakit serius,
tetapi umumnya tidak menyebar dari satu orang ke orang lainnya.
Umumnya tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan yang efektif.
4. Kelompok risiko empat
Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi
baik pada individu maupun pada masyarakat. Kelompok
mikroorganisme patogen ini dapat menimbulkan penyakit genus dan
sangat menular secara langsung atau tidak langsung. Umumnya belum
tersedia tindakan dan pengobatan yang efektif.

F. PENANGANAN LIMBAH
Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair,
padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Karena itu
pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak
menimbulkan dampak negatif.
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber:
a. bahan baku yang sudah kadaluarsa;
b. bahan habis pakai (misalnya medium perbenihan yang tidak
terpakai);
c. produk proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen);
2. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang
digolongkan menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun;
b. Limbah infektif;
c. Limbah umum.

111
3. Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label
sesuai peraturan yang ada. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat
berupa:
a. Limbah cair
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian
alat, sisa spesimen (darah dan cairan tubuh).
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas,
botol spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan
medium pembiakan.
4. Penanganan dan penampungan
a. Penanganan
Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan
pengurangan volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah-
pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah secara
berkesinambungan.Memilah dan mengurangi volume limbah klinis
sebagai syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan
sampah, petugas emergensi, dan masyarakat. Dalam memilah dan
mengurangi volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
2) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan
khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non-B3.
3) Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non-
B3.
4) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis
limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan
pembuangan.

112
Kunci pembuangan yang baik adalah dengan memisahkan
langsung limbah berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil
limbah.
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus
memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah
yang bisa dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang
akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode
(umumnya menggunakan kode warna). Pada Tabel 12 disajikan
contoh bagi unit yang bertanggung jawab dalam penanganan
limbah klinis dengan menggunakan kode warna.
Tabel 12. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis
Warna Kantong Jenis Limbah
Hitam limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan
untuk menyimpan atau mengangkut limbah
klinis.

Kuning Semua jenis limbah yang termasuk dalam


limbah infeksius
Wadah jurigen Limbah pecahan kaca atau tabung serta sepuit
dan jarumnya

d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah.


Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran,
prosedur yang jelas serta ketrampilan petugas sampah pada semua
tingkat.

113
Keseragaman standar kantong dan kontainer limbah
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1) Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan
antar instansi/unit.
2) Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di
lingkungan rumah sakit maupun pada penanganan limbah di
luar rumah sakit.
3) Pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer.
e. Limbah Infeksi
Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi,
dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi.Insinerasi adalah metode
yang berguna untuk membuang limbah laboratorium
(cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf dengan membakar
limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). Insinerasi
bahan infeksi dapat digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya
jika alat insinerasi berada di bawah pengawasan laboratorium
dan dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan bakar
sekunder. Alat insinerasi dengan ruang bakar tunggal tidak
memuaskan untuk menangani bahan infeksi, mayat hewan
percobaan dan plastik.
Bahan tersebut tidak dirusak dengan sempurna, sehingga
asap yang keluar dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan
mikroorganisme dan zat kimia toksik. Ada beberapa model ruang
bakar yang baik, tetapi yang ideal ialah yang memungkinkan suhu
pada ruang bakar pertama paling sedikit 800°C dan pada ruang
bakar kedua 1000°C.
Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya paling
sedikit 0,5 detik. Bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus di
otoklaf lebih dahulu, harus dikemas dalam kantong plastik.

114
Petugas pelaksana insinerasi harus menerima instruksi yang
benartentang jenis bahan dan pengendalian suhu.
Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak limbah yang
tutupnya dapat dibuka dengan kaki dan sebelah dalamnya
dilapisi kantong kertas atau plastik. Kantong harus diikat dengan
selotip sebelum diangkat dari dalam kotak.
Pengolahan limbah padat selanjutnya mengikuti hal berikut:
1) Biarkan meluruh sehingga mencapai nilai batas yang diijinkan
jika limbah mengandung zat radioaktif dengan waktu paruh
pendek (30 hari).
2) Lakukan insinerasi jika limbah dapat dibakar (misalnya: kain,
kerta

115
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Suatu organisasi yang baik harus mempunyai sistem manajemen mutu yaitu
kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya yang bertujuan agar mutu
pemeriksaan dan sistem mutu secara keseluruhan berlangsung dengan
pengelolaan yang baik dan terkendali secara terus menerus.
Kebijakan, proses, program, prosedur dan instruksi harus didokumentasikan
(berupa dokumen tertulis yang disimpan dan dipelihara sedemikian hingga
mudah digunakan dan selalu terjaga kemutakhirannya) dan dikomunikasikan
kepada semua petugas yang terkait. Manajemen harus memastikan melalui
proses sosialisasi, pelatihan, penyeliaan, pengawasan atau cara lain yang
menjamin bahwa dokumen itu dimengerti dan diterapkan oleh mereka yang
ditugaskan untuk menggunakannya.
Sistem manajemen mutu mencakup pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal,
verifikasi, validasi, audit internal dan akreditasi.
A. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) Laboratorium Klinik adalah
semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) mengandung
komponen-komponen:
1. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap
pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.

116
Tujuan:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang
salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan
segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen
sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan
benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas:
a. Persiapan pasien
b. Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih
dahulu dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen pada Bab V Spesimen.
c. Pengambilan dan pengolahan spesimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawet/antikoagulan, sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen yang telah diuraikan pada Bab V Spesimen.
d. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat
perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.

e. Uji kualitas reagen


Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat
sendiri dan ada yang sudah jadi/komersial.Baik reagen yang dibuat

117
sendiri maupun yang komersial mempunyai persyaratan-
persyaratan tertentu.
1) Reagen yang sudah jadi/komersial
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Etiket/label wadah
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama
atau kode bahan, tanggal produksi dan batas kadaluwarsa
serta nomor batch reagen tersebut.
b) Batas kadaluwarsa
Perhatikan batas kadaluwarsanya. Masa kadaluwarsa yang
tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk reagen
yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah
dibuka, karena reagen yang wadahnya sudah pernah
dibuka mempunyai masa daluwarsa lebih pendek dari
reagen yang belum dibuka.
f. Uji ketelitian-Uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis,
pemantauan pengobatan dan prognosis, maka amatlah perlu untuk
selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai
tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan:
1) Presisi dan Akurasi
a) Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil
pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang
sama. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan
acak yang tidak dapat dihindari.
b) Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan)
dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak atau
sistematik atau keduanya (total). Nilai akurasi

118
menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar.
c) Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang
lainnya.

d) Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan


presisi yang baik.Untuk tujuan penanganan penyakit dan
atau pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi
yang baik lebih dianggap penting daripada akurasi yang
baik.
2) Jenis kesalahan
Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu:
a) Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya
disebabkan oleh limitasi metodik pemeriksaan.
b) Systematic Shift (kesalahan sistematik); suatu kesalahan
yang terus-menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat
disebabkan oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang
tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi
(ketepatan).
c) Random Error (kesalahan acak); suatu kesalahan dengan
pola yang tidak tetap. Penyebabnya adalah ketidak-
stabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet dan
lain-lain. Kesalahan ini berhubungan dengan presisi
(ketelitian).

119
3) Bahan kontrol
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan
sama dengan bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan
khusus baik pada alat, metode pemeriksaan, reagen maupun
tenaga pemeriksanya.
g. Uji ketelitian bahan kontrol
Periode kontrol merupakan periode untuk menentukan
ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut.Prosedur pada periode
kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan caranya
adalah sebagai berikut:
1) Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari
parameter yang bersangkutan diperiksa.
2) Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir Periode control.
Tindakan-tindakan yang diambil apabila hasil control
menyimpang jauh dari nilai rujukan kontrol
1) Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat,
misalnya:, probe tersumbat,jarum alat, tekanan dan tempat
penampung limbah alat
2) Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan
disebabkan pencemaran tabung reaksi, sample cup,dan kontrol
yang tidak homogen
3) Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol
baru.
4) Apabila tidak ada perbaikan, amati instrumentasi yang dipakai,
apakah pemeliharaan alat (maintenance) telah dilakukan.
5) Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil
pemeriksaan menunjukkan perbaikan, berarti terdapat
kerusakan serum kontrol.
6) Gunakan standar baru.

120
7) Ganti reagen.
Didalam pemantapan mutu baik intra laboratorium maupun
ekstra laboratorium disepakati suatu asumsi bahwa kondisi bahan
kontrol sama dengan bahan dari penderita, dengan demikian bias
yang timbul akibat perbedaan kondisi bahan kontrol dan bahan
penderita dapat dihindarkan. Namun pada kenyataannya bias ini
tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Bias ini biasanya timbul akibat adanya perbedaan matrix
(misalnya serum kontrol yang berasal dari binatang), variasi dalam
proses pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis dan liofilisasi),
variasi dalam kemasan (kesalahan pengisian) dan kesalahan
rekonstitusi (pipetasi, penanganan).
Dikenal asumsi lain dalam pemantapan mutu laboratorium,
yaitu bila terjadi variasi hasil pemeriksaan bahan kontrol berarti
variasi yang sama terjadi juga pada pemeriksaan bahan penderita
untuk batch yang sama.
Demikian juga sebaliknya tidak ditemukannya variasi hasil
pemeriksaan bahan kontrol mencerminkan hasil pemeriksaan
bahan penderita bebas dari variasi, atau dengan perkataan lain
hasil pemeriksaan bahan penderita pada hari itu bebas kesalahan.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam
bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan
Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional.
Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu
Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan
periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.

121
Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini
mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun
swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat
beraneka ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta
mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka pemerintah
menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang
pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a. tingkat nasional/tingkat pusat
b. tingkat Regional
c. tingkat Provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi
suatu laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat
menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang
bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.Untuk itu
pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus dilaksanakan
oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakainya
sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat
mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang
sebenarnya.Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan
dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkah-
langkah perbaikan.

B. VERIFIKASI
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai
dengan melakukan pencegahan ulang setiap tindakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:

122
1. Tahap pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
1) Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab.
pengirim, Kontraktor, dll), No. Lab, tanggal pemeriksaan,
permintaan pemeriksaan sudah lengkap dan jelas.
2) Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
b. Persiapan Pasien
Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan.
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen
Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan
memperhatikan jenis spesimen.
d. Penanganan spesimen
1) Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan.
2) Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat.
3) Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk
pemeriksaan-pemeriksaan khusus.
4) Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
e. Persiapan sampel untuk analisa
1) Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan.
2) Apakah volume sampel sudah cukup.
3) Apakah identifikasi sampel sudah benar.
2. Tahap Analitik
a. Persiapan Reagen
1) Apakah reage memenuhi syarat.
2) Apakah masa kadaluwarsa tidak terlampaui.
3) Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar.
4) Apakah cara pengenceran sudah benar .
b. Pipetasi Reagen dan sampel
1) Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih,
memenuhi persyaratan.

123
2) Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi.
3) Apakah pipetasi dilakukan dengan benar.
4) Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar.
c. Inkubasi
1) Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan.
2) Apakah waktu inkubasi tepat.
d. Pemeriksaan
Apakah alat/instrumen berfungsi dengan baik (dapat
dipercaya) hasil pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
e. Pembacaan hasil
Apakah penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian
sudah benar.
3. Tahap pasca analitik
Pelaporan Hasil
a. Apakah form hasil bersih
b. Apakah tidak salah transkrip
c. Apakah tulisan sudah jelas
d. Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil
abnormal.

C. AUDIT
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis
berbagai kegiatan yang dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi
dalam audit internal dan audit eksternal. Audit internal dilakukan oleh
tenaga laboratorium yang sudah senior.Penilaian yang dilakukan haruslah
dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium misalnya
kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium,
dan titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan
sering terjadi.

124
Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain di
luar laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan
mutu laboratorium. Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk
membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya
dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.
Pengkajian terhadap kontrak layanan laboratorium Jika laboratorium
menjalin kontrak dengan pihak lain untuk memberikan layanan
laboratorium, maka harus dijaga beberapa hal berikut:
1. Jaminan mutu layanan
2. Ada prosedur untuk mengkaji kontrak
Prosedur pengkajian yang dimaksud, harus menjamin agar:
a) Kondisi kerjasama diterangkan dengan jelas, serta dapat dimengerti
(termasuk misalnya penjelasan tentang metoda yang digunakan).
b) Laboratorium memiliki kemampuan dan sumber daya (sarana fisik,
petugas, informasi, kompetensi petugas) untuk memberikan
layanan sesuai kontrak.
c) Rekaman hasil kaji terhadap kontrak, berikut perubahan-
perubahannya harus disimpan.
d) Pemberitahuan kepada pelanggan
e) Bila terjadi penyimpangan terhadap kontrak, maka pelanggan
(misalnya klinisi, lembaga kesehatan, asuransi, dsb) harus
diberitahu.

D. VALIDASI HASIL
Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan
kualitas hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang
oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dapat dilakukan dengan cara:

125
1. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya dibandingkan
terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pengirim.
2. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa ulang.

126
BAB X
PENUTUP

Pelayanan laboratorium telah diselenggarakan oleh berbagai jenis dan


tingkat sarana pelayanan kesehatan dengan mutu yang bervariasi. Karena
pelayanan laboratorium merupakan salah satu komponen penting dalam
pelayanan kesehatan perlu diselenggarakan sesuai kaidah-kaidah
penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik (Good Laboratory Practice) untuk
dapat menjamin keamanan bagi pasien, lingkungan maupun tenaga kesehatan
pada laboratorium itu sendiri.
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik ini harus senantiasa
dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Laboratorium Klinik pada
berbagai jenis dan jenjang pelayanan.

127

Anda mungkin juga menyukai