Anda di halaman 1dari 2

Yanti, Kapten Girls Football NTT

Bermain bola bukan aktivitas yang disukai banyak anak perempuan. Namun Yanti punya ketertarikan
bahkan bercita-cita membela negara dengan menjadi pemain profesional. Remaja 15 tahun ini
awalnya sempat ditantang oleh ibu bahkan guru dan diledek teman-temannya. Namun Yanti kini
membuktikan bahwa ia memang jago bahkan menjadi kapten bola.

"Guru-guru mengejek saya katanya nanti kulit saya jadi hitam. Mama juga melarang. Teman-teman
laki-laki mengejek katanya nggak pantas dan skill saya tidak sama dengan mereka," ungkap Yanti
dalam acara yang diadakan di Balai Kartini.

Laksmi Prasvita, Pendaki Perempuan

Selain main bola, naik gunung juga kurang populer di kalangan wanita. Banyak wanita yang takut
dengan aktivitas tersebut karena dianggap bisa membuat kulit hitam dan timbul bercak-bercak hingga
masalah ketahanan fisik. Namun wanita 50 tahun ini mematahkan stereotip tersebut. Ia sendiri sudah
naik 50 gunung dan berencana untuk menaklukan tiga gunung lain.

"Orangtua melarang karena berisiko. Teman-teman juga bilang 'nanti jadi hitam, lari bikin kaki jadi
besar dan varises, kulit ada freckle, buang air bagaimana, tidak mandi dua minggu'. Tapi itu justru jadi
stereotip dan challenge yang ingin saya taklukan sehingga saya bisa jadi versi terbaik dari diri saya,"
katanya.

"Saya dapat support dari komunitas pendaki yang kebanyakan laki-laki. Akhirnya saya nggak melihat
gender lagi. Saya jadi ikut ritme latihan mereka yang artinya saya bisa berlatih beyond my gender”.

Premana W. Premadi, Lektor Kepala FMIPA ITB & Direktur Observatorium Bosscha

Dra. Premana Wardayanti Premadi Ph.D adalah wanita yang namanya diadakan dalam tata surya
sebagai asteroid. Ia adalah seorang saintis yang juga bukan profesi populer di kalangan wanita. Meski
jumlahnya semakin banyak, hingga kini masih belum banyak wanita dalam di bidang STEM. Wanita
yang akrab disapa Nana ini mengaku beruntung bisa memahami alam semesta. Ia pun punya saran
kepada para wanita lain yang ingin memecahkan 'glass ceiling'.

"Memang butuh support system di tempat kerja agar wanita tak harus memilih karier dan keluarga.
Sulit untuk kita bisa melakukan semuanya tapi apapun itu berikanlah kualitas yang terbaik karena
dengan begitu kita menjadi orang yang bisa dipercaya,"

"Pertama penting untuk bisa punya clear vision karena tantangan bisa bermacam-macam, bisa dari
luar atau diri sendiri dan bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Kedua, punya persiapan narasi yakni
bagaimana kita bisa menyuarakan posisi kita. Artinya punya kemampuan berdialog yang terbuka dan
substansial yang buat orang sadar bahwa itu perlu dikoreksi," kata wanita yang tetap aktif meski
mengidap ALS tersebut.
Sabella Wibowo, Global Product Partnership Manager Google Asia Pacific

Wanita inspiratif lain yang juga mematahkan stereotip banyak orang adalah Isabella Wibowo. Ia
menjadi orang yang bertanggung jawab dengan Google Maps. Padahal banyak orang menganggap
jika wanita tak pandai membaca peta. Dalam divisinya, wanita yang akrab disapa Bella ini pun tak
menemukan banyak teman sesama wanita. Dalam 10 tahun belakangan, ia pun telah bekerja di tiga
negara, tiga perusahaan, dan tujuh posisi.

"Dari semua pengalaman saya, kuncinya adalah grit dan kerja keras. Tapi bukan ngotot selama kita
percaya apa yang kita lakukan adalah yang terbaik dan ada passion di situ, jangan keluar dalam
keadaan yang sulit. Misalnya dapat role yang susah coba perform dulu. Kalau bisa jadikan grit teman
baik yang kita harus nurture," kata Bella

Silvia Hakim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta

Silvia Halim merupakan Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta. Wanita yang sebelumnya anti datang
ke Jakarta karena kemacetan tersebut berpengalaman dalam mengurusi transportasi Singapura selama
12 tahun. Namun pada 2016, ia terpanggil untuk mengajukan diri membantu membangun MRT demi
membantu negara sendiri.

Dengan membuktikan diri bahwa ia memang sebaik bahkan bisa lebih hebat dari pria, Silvia sukses
mematahkan stereotip mengenai wanita dalam pekerjaan yang didominasi lawan jenisnya. Ia pun
mengingatkan sesama wanita untuk menghilangkan kebiasaan men-stereotipkan diri sendiri yang
kadang dilakukan tanpa sadar.

"Kita harus mematahkan stereotip yang terbentuk dari diri sendiri yang memang sering dilakukan
tanpa sadar bahwa wanita seharusnya seperti ini, misalnya harus lemah lembut, ngomongnya nggak
boleh kasar, emosional, galau karena PMS. Itu lah yang membuat kita berpikir kita nggak cocok atau
nggak bisa kerja di area yang didominasi laki-laki," ujarnya

Anda mungkin juga menyukai