Anda di halaman 1dari 8

ESSAY

LATIHAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN MAHASISWA PRA-DASAR

KEPEMIMPINAN WANITA SEBAGAI AWAL PERUBAHAN

Disusun Oleh :

Nama : Maslia Rahmah

NIM : 1911015220031

Kelompok 8

HIMAFARMA “Avi Cenna”

BANJARBARU

2019
ESSAY

LATIHAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN MAHASISWA PRA-DASAR

KEPEMIMPINAN WANITA SEBAGAI AWAL PERUBAHAN

Disusun Oleh :

Maslia Rahmah

1911015220031

Kelompok 8

HIMAFARMA “Avi Cenna”

BANJARBARU

2019
Semua orang mampu menjadi pemimpin terlepas dari gender orang tersebut,
seorang wanita tidaklah lemah karena ia bagaikan sebuah bangunan kuat dengan
fondasi yang kokoh. Namun, saat ini wanita masihlah terbatasi oleh mainsteam
pemikiran bahwa segala urusan di luar rumah tangga adalah urusan pria. Wanita
seperti tidak memliki otoritas di luar rumah apalagi mengenai kepemimpinan.
Walaupun zaman telah berubah, pemikiran bahwa posisi wanita itu di bawah pria
masihlah sangat banyak. Jika pemikiran seperti itu masih merajalela maka
“Dimanakan letak keadilan dan kesetaraan gender?” dan “Apakah wanita tidak
pantas menjadi seorang pemimpin?”

Sifat kepemimpinan dapat dimiliki oleh semua orang. Kepemimpinan


adalah kemampuan untuk mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat
bersaing secara baik (Fitriani, 2015). Menurut Richard dan Eagel, kepemimpinan
adalah cara mengimplementasikan visi, mewujudkan niai, dan menciptakan
lingkungan untuk mencapai suatu tujuan (Wulan & Istiana, 2014). Menurut saya
sendiri kepemimpinan bukan hanya kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan orang lain melainkan juga kemampuan untuk mengatur diri sendiri,
dimana kita haruslah mengenal diri kita sendiri, mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, membuat peraturan yang harus ditaati untuk diri sendiri
dan dapat mengendalikan emosi. Menjadi seorang pemimpin bukanlah sebuah
bakat melainkan sesuatu yang perlu dibentuk dan dipupuk. Sehubungan dengan
itu, maka wanita perlu untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan berlatih untuk
menjadi pemimpin.

Salah satu cara pembentukan sifat kepemimpinan adalah dengan mengikuti


sebuah organisasi. Organisasi merupakan sebuah sarana yang berisikan orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Stephen P.
Robbins, organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan (Ardiansyah, 2017). Keikutsertaan dalam organisasi akan melatih diri
untuk menjadi seorang pemimpin.
Dalam sebuah organisasi pastilah ada seorang pemimpin yang mengaturnya.
Langkah seorang pemimpin di sebuah organisasi tentunya memerlukan rangkaian
proses yang tentunya tidak sedikit, salah satunya adalah pengkaderan. Kaderisasi
atau pengkaderan adalah proses menyeluruh dalam pembentukan pemikiran,
kepribadian dan perilaku, maka dibutuhkanlah sebuah mekanisme yang baik, agar
kader dapat memiliki bekal yang baik dalam bermasyrakat dan berorganisasi.
Kaderisasi sebagai pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi
kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya
akan melahirkan kader-kader yang tangguh. kaderisasi suatu organisasi dapat
dipetakan menjadi dua ikon secara umum (Amin & Djailani, 2017).

Sampai saat ini, representasi kepemimpinan masihlah sangat rendah karena


sistem yang berlaku telah memperlemah kaum wanita untuk berkiprah menjadi
seorang pemimpin. Salah satu kegagalan proses pengkaderan adalah dalam
memahami dan mendukung peran produktif dan reproduktif wanita yang
kemudian menimbulkan beberapa masalah yang cukup serius. Menghadapi
persoalan tersebut, wanita haruslah berjuang sendiri untuk menunjukkan
eksistensi dan potensi dirinya. Mayoritas wanita dalam jalur kepemimpinan,
sruktur organisasi dan pengambil keputusan masihlah sangat terbelakang. pria
yang memperoleh peluang dan posisi yang menguntungkan biasanya bukan
hanya karena mereka berprestasi, melainkan juga karena mereka seorang pria.
Sebaliknya, walaupun wanita berprestasi sering tidak memperoleh peluang dan
posisi, semata-mata karena mereka seorang wanita (Wulan & Istiana, 2014).

Kaum wanita memiliki ciri tersendiri dalam hal kepemimpinan karena pada
dasarnya wanita tidak memiliki kemampuanyang kalah dari seorang pria. Kaum
wanita memiliki kecenderungan untuk memimpin dengan mendorong
keikutsertaan, berbagi informasi dan kekuasaan, serta berusaha mengingkatkan
harga diri para anggota. Mereka memimpin dengan semangat merangkul, keahlian
hubungan, dan keterampilan antar pribadi untuk mempengaruhi orang lain(Wulan
& Istiana, 2014). Seorang wanita memiliki sifat demokratis dan rasa peduli yang
tinggi. Hal ini membuat seorang wanita berkompeten untuk menjadi seorang
pemimpin dalam sebuah organisasi(Fitriani, 2015).
Kelebihan seorang pemimpin wanita yaitu pertama wanita memiliki
kemampuan untuk membujuk , wanita umumnya lebih persuasif dibanding
seorang pria. Seorang wanita cenderung lebih berambisi dimana keberhasilannya
dalam membujuk orang lain akan meningkatkan egonya dan memberinya
kepuasan. Meskipun begitu, sisi sosial, dan sifat empatinya tidak akan hilang.
Kedua, walaupun seorang perempuan sangat sensitif mengenai perasaan misalnya
saja saat mendapatkan penolakan, mereka akan merasakan sakit hati. Namun,
tingkat keberanian, empatim keluwesan, dan keramahan yang tinggi akan
membuat mereka cepat pulih, belajar dari kesalahan dan bergerak maju untuk
membuktikan dirinya. Ketiga, pemimpin wanita cenderung menerapkan
gayakepemimpinan secara komprehensif saat menyelesaikan suatu masalah.
Mereka juga lebih fleksibel dan penuh pertimbangan(Fitriani, 2015).

Sebagai mahasiswa jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Imu


Pengetahuan Alam Universitas lambung Mangkurat kita memiliki banyak wadah
untuk menyalurkan potensi diri kita, membentuk sifat kepemimpinan dan
mengambil peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Salah satunya adalah
organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi yang ada di Fakultas MIPA
Universitas Lambung Mangkurat yakni Himafarma Avicenna. Himafarma Avi
Cenna adalah suatu organisasi yang berfungsi menjadi wadah penyaluran aspirasi
dan cita-cita dari seluruh mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Lambung Mangkurat sebagai jawaban atas perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta keimanan dan ketakwaan. Keikutsertaan dalam
keanggotaan Himafarma Avicenna dapat menumbuhkan karakter kepemimpinan
pada diri kita.

Salah satu hal yang saat ini saya perhatikan dari organisasi Himafarma
adalah pencalonan ketua Himafarma Avicenna periode 2020 yang ketiga calonnya
adalah pria. Menurut saya hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi krisis
pengkaderan wanita di Himafarma Avicenna. Walaupun kita dapat melihat bahwa
sangat banyak wanita yang menjadi anggota Himafarma namun yang
mencalonkan menjadi ketua himpunan tidak ada perwakilan dari kaum wanita.
Padahal selama beberapa tahun terakhir selalu ada wanita yang mencalonkan diri
menjadi ketua Himafarma Avicenna kecuali untuk periode 2017 yang semua
calonnya juga dari kaum pria. Sejak berdirinya Himafarma sampai sekarang juga
tidak ada ketua Himafarma yang berasal dari kaum wanita. Kaum wanita hanya
dapat menjabat menjadi wakil ketua Himafarma Avicenna.

Tidak adanya calon ketua himafarma untuk periode 2020 dari kaum wanita
kemungkinan disebabkan oleh minimnya minat wanita untuk mengikuti
pengkaderan dan rendahnya kemauan wanita untuk menjadi seorang pemimpin.
Dimana saya sendiri yang sebagai wanita sempat merasa bahwa pengkaderan itu
tidaklah penting, tetapi setelah saya mengikuti LKMMPD 2019 dan mendapatkan
materi mengenai kepemimpinan saya menyadari bahwa walaupun kita adalah
seorang wanita, kita juga merupakan seorang pemimpin terutama karena kita
adalah seorang farmasis yang sudah seharusnya memiliki sifat leadership. Tujuan
pengkaderan sendiri menurut saya adalah untuk membentuk karakter seseorang
agar sesuai dengan visi dan misi dari organisasi. Selain itu, yang menjadi kendala
dari pengkaderan seorang wanita menjadi pemimpin adalah karena adanya
pemikiran bahwa wanita itu lemah dan berada di bawah pria sehingga tidak akan
bisa menjadi seorang pemimpin.

Salah satu cara agar kita sebagai wanita dapat menyadari pentingnya
kemauan untuk menjadi seorang pemimpin yaitu seperti yang telah saya katakan
bahwa kita dapat melakukannya dengan mengikuti LKMMPD. Kegiatan ini
berguna untuk mengembangkan potensi diri dan mengenalkan kita pada konsep-
konsep organisasi. Dilaksanakannya LKMMPD bertujuan untuk memberikan
pelatihan kepada mahasiswa agar dapat membentuk jiwa kepemimpinan yang
dimilikinya dan meningkatkan kemampuan berorganisasi. Melalui kegiatan
LKMMPD, mahasiswa diharapkan dapat memiliki sikap dan etika yang baik,
keterampilan dan pemahaman tentang konsep kepemimpinan serta lebih berani
dalam menyampaikan pendapat dan berbicara di depan umum. Selain itu, untuk
membentuk sifat kepemimpinan dari diri kita juga dapat dilakukan dengan
mengikuti kepanitian dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan kampus dan
aktif dalam kegiatan sosial. Dengan mengikuti kepanitiaan dan kegiatan sosial,
kita dapat memperluas relasi kita yang akan sangat berguna saat kita mencalonkan
diri menjadi seorang pemimpin di organisasi apapun. Mengatasi anggapan bahwa
wanita tidak bisa memimpin, wanita harus menghapuskan pemikira tersebut
dengan membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi seorang pemimpin.

Wanita sangatlah pantas untuk menjadi seorang pemimpin, dimana wanita


mempunyai gaya kepemimpinan dengan ciri tersendiri yang berbeda dengan gaya
kepemimpinan seorang pria. Di bawah kepemimpinan seorang wanita akan
membawa sebuah organisasi mengawali sebuah perubahan yang diharapkan
berdampak positif, yang dapat menyelelesaikan berbagai masalah –masalah di
organisasi selama kepemimpinan pria. Kita sebagai wanita harus menunjukkan
eksestensi dan potensi diri kita kepada semua orang. Wanita harus berani
mengambil resiko untuk menjadi seorang pemimpin, keberanian untuk mengambil
langkah pertama sangatlah penting. Kita dapat menumbuhkan karakter pemimpin
pada diri kita dengan selalu berinisiatif mengambil kesempatan yang ada,
membiasakan diri untuk selalu mendahulukan kepentingan orang banyak
dibanding kepentingan diri sendiri dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi
dan menghadapi orang lain. Kita harus mampu bersaing dengan kaum pria dan
menegakkan keadilan dan kesetaraan gender.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. & H.A.K. Djaelani. 2017. Peran Kaderisasi Formal dalam


Meningkatkan Kualitas SDM dalam Organisasi Kemahasiswaan (Studi
Kasus pada PMII Cabang Kota Malang). Jurnal Ilmiah Riset Manajemen. 6:
59-73.
Ardiansyah. 2017. Pengaruh Budaya Organisasi dan Iklim Organisasi Terhadap
Loyalitas Kerja Karyawan (Studi Kasus pada PT. Bank Negaara Indonesian
KCU Pekanbaru). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau. 4: 1-10.
Fitriani, A. 2015. Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Teropong Aspirasi
Politik Islam. 11: 1-24.
Wulan, R. & Istinana. 2014. Hubungan antara Kepemimpinan Wanita dengan
Disiplin Kerja. Jurnal Magister Psikologi UMA. 6: 44-49.

Anda mungkin juga menyukai