Anda di halaman 1dari 7

KEPEMIMPINAN DAN KETELADANAN PANCASILA

Oleh : LUKI DWI JANARKO, S.Kom

Sosok pemimpin melekat dengan sifat, kebiasaan, temperamen,


watak dan kepribadian personal. Setiap pemimpin memiliki ciri khas dan
keunikan tersendiri yang tercermin pada gaya dan Tindakan (Buchari &
Marwiyah, 2019). Secara universal macam-macam gaya kepemimpinan,
seorang pemimpin menjadi kekuatan aspirasi, kekuatan semangat, dan
kekuatan moral, yang menjadi acuan para anggota atau bawahan. Sosok
pemimpin menjadi teladan panutan bagi anggota. Sosok pemimpinan
mampu mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan tujuan bersama.
Pemimpin yang sukses dalam mengatur, memperkuat, dan
mempertahankan organisasi perlu memilik kriteria karakter (Yudiaatmaja,
2013). Kriteria karakter tersebut dipengaruhi kepribadian, keterampilan,
bakat, sifat, sejarah, lingkungan, dan kewenangan. Keberhasilan dan
keberlangsungan suatu organisasi salah satunya dipengaruhi oleh faktor
kepemimpinan.
Pemimpin adalah sosok yang mampu mempergunakan wewenang
untuk mengarahkan anggota dan memiliki tanggung jawab seluruh
aktifitas untuk mencapai tujuan (Hasibuan, 2016). Pemimpin memiliki
sifat, watak, dan karakter yang dipengaruhi selain sifat-sifat yang telah
dibawa sejak lahir juga dipengaruhi oleh pembentukan lingkungan tempat
pemimpin itu bekerja.
Tugas pemimpin dalam organisasi atau lingkungan yang
dipimpinnya, seperti (Sulaksana, 2002): kebersamaan tolong menolong
antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan; memastikan dan
mengawasi setiap anggota mencapai kebutuhan; melakukan penilaian
kelompok; mewakili tim atau kelompok untuk berkoordinasi dengan
pemimpin lain; dan menjadi fasilitator dalam penyelesaian konflik.
Menurut Robinson, bahwa peran pemimpin yang perlu ditunjukkan
seperti (Robbins, 1994) : pencetus ide; pemberi dan penyalur informasi;
perencana atau perancang; pemberi motivasi, semangat, dan sugesti;

1
pengarah untuk keaktifan anggota; pengawas aktivitas atau kegiatan;
pemberi semangat untuk menuju target; katalisator; perwakilan kelompok;
pemberi tugas dan tanggung jawab; pengayom yang menciptakan rasa
aman, dan ahli dalam bidang yang dipimpinnya.
Gaya kepemimpinan ginerasi milenial orientasinya pada Digital
Mindset, yaitu kepemimpinan milenial mampu dan menguasai pola
perilaku berbasis teknologi terbaru, secara online, digital serta tinggi
kreatifitas. Karakter Pemimipin generasi milenial, seperti (Peramesti &
Kusmana, 2018): pemimpin memiliki kemampuan dalam akses teknologi
informasi, pemimpin yang terbuka, bijak, dan menguasai pemanfaatan
media sosial dan internet untuk penyebaran informasi, karakter mau dan
mampu berinovasi, mandiri, bebas, terbuka akan suatu hal, generasi
milenial berkarakter lebih senang dengan hal yang instan. Kelebihannya,
menciptakan sifat praktis dan mudah. Sedangkan kelemahannya,
rendahnya daya juang.
Kepemimpinan ideal menjadi harapan bagi setiap anggota,
organisasi, dan lingkungan. Pemimpin yang ideal diharapkan membawa
kebaikan dan perkembangan kearah positif untuk anggota organisasi
bahkan untuk lingkungan. Pemimpin yang ideal meimiliki jiwa
kepemimpinan (leadership) yang baik dan peduli dengan tanggung jawab,
amanah dan aktivitas yang ada (Sahadi et al., 2020).
Khususnya pada saat ini, perlu pemimpin yang berkarakter dan
terbuka akan inovasi. Perlu menanamkan jiwa kepemimpinan berkarakter
pada generasi muda. Utamanya menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Permasalahan yang muncul saat ini seperti semakin buruknya
kualitas dan kuantitas sumber daya alam, konflik, tingkat kemiskinan dan
tingkat pengangguran yang masih tinggi, jumlah hutang luar negeri,
tingkat Pendidikan nasional, dan lain-lain. Hal ini mendasari
dibutuhkannya pemimpin yang memiliki karakter khususnya menerapkan
karakter dengan nilai Pancasila. Pembentukan karakter perlu
memperhatikan unsur nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, sportifitas,
kebersamaan dan gotong royong, kepedulian, sopan santun, persatuan
dan kesatuan, kekeluargaan dan toleransi.

2
Pemimpin transformasional itu melaksanakan hal-hal esensial
pada organisasi, menjalankan fungsi manajemen, dan paling
bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan organisasi (Ayu et al.,
2017). Sikap kepelayanan harus melekat pada seorang pemimpin.
Kecerdasan ultra juga menjadi pilar penting jiwa kepemimpinan yang
mencakup spiritual, emosional, kultural, sosial dan intelektual.
Pancasila digunakan masyarakat Indonesia sebagai pedoman,
norma, dan tindak perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat
Indonesia khususnya generasi muda, cenderung melupakan nilai yang
tertanam dalam Pancasila. Sebaliknya sepatutnya setiap masyarakat
Indonesia harus memahami serta menyadari betapa pentingnya
mengimplementasikan nilai pancasila (Fadhila & Najicha, 2 : 2021).
Menurut Kariadi & Suprapto (2017), nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah
menyengsarakan rakyat. Ditambah pula, nilai dasar Pancasila tumbuh
dari aspirasi yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu
masyarakat yang adil dan makmur.
Nilai-nilai pancasila merupakan satu kesatuan serta kesatuan yang
utuh (Fadhila & Najicha, 2021). Kesatuan dalam lima sila Pancasila tidak
dapat dipraktekkan secara terpisah, karena tiap sila memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lain. Sehingga, dapat diharapkan nilai-nilai
tersebut bisa menumbuhkan jiwa kepemimpinan bagi penerus bangsa.
Dalam membentuk jiwa kepemimpinan tersebut diperlukan pemahaman
dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila pada generasi muda sejak
dini. Dari perspektif kehidupan bangsa, Pancasila dijadikan norma tindak
dan perilaku dalam kehidupan sehari hari oleh masyarakat Indonesia
(Ratri & Najicha, 2022).
Nilai-nilai Pancasila mencakup lima hal sesuai kelima sila
Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan. Sebagaimana penerapan nilai-nilai
pancasila tertuang pada aktualisasi dari lima nilai-nilai pancasila dalam
kepemimpinan. Nilai yang terkandung dalam sila pertama pancasila adalah
nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai ketuhanan menjadi bagian dari dasar

3
seorang pemimpin guna dapat mengembangkan skill kepemimpinan sesuai
dengan prinsip dan dasar negara. Tentunya, seorang pemimpin harus bisa
menjadi teladan bagi anggotanya karena jika pemimpinnya taat
kepada agama maka anggotanya akan menaati ajaran agama tersebut.
kelompok-kelompok masyarakat secara hierarki sosial yang berada pada
lapis bawah seringkali mendapatkan perlakuan yang diskriminatif bahkan
terjadi eksploitasi terhadap tenaga mereka. Mereka dipekerjakan dengan
imbalan yang tidak sebagaimana mestinya.
Nilai aktualisasi yang ada dalam sila kedua pancasila adalah nilai-
nilai humanis. Sebagaimana nilai-nilai pancasila akan tertuang jika
seorang pemimpin dapat menghormati sesama manusia yang bersosial
sesuai harkat dan martabatnya. Selain itu, jati diri seorang
pemimpin apabila dari dalam dirinya tidak berperilaku semena-mena,
diskriminatif, maupun eksploitatif terhadap sesama manusia. Seorang
pemimpin harus selalu bisa mengembangkan human relation yang
alamiah.
Nilai aktualisasi yang dalam sila ketiga pancasila adalah nilai-nilai
inklusif. Kepemimpinan yang inklusif apabila seorang pemimpin tersebut
dapat menerima pluralitas dan menjadikannya sebagai kekayaan dan
kekuatan sosial. Selain itu, seorang pemimpin harus
bisa memecahkan berbagai risiko dengan kritis. Sifat kepemimpinan
tersebut dapat dipasifkan apabila seorang pemimpin tidak
mengembangkan sistem “the winner takes all”. Contohnya pada saat
pemilu, kelompok yang menang akan terlihat dominan menjadi the
rolling good. Sebaliknya, kelompok yang kalah akan tersingkirkan atau
diasingkan. Nilai aktualisasi yang dalam sila keempat pancasila adalah
nilai-nilai demokratis. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa
penyelenggaraan pemerintahan negara harus dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal tersebut menunjukan bahwa rakyat
pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara Indonesia dan
nilai-nilai demokrasi pun harus ada dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

4
Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Menurut
Fatimah (4 : 2021) berpendapat bahwa dalam sila ini mengandung nilai
bahwa bangsa Indonesia harus memiliki komitmen yang kuat guna
menjalankan keadilan bagi seluruh warganya. Hal ini dimaksudkan agar
warga negara mampu merasakan kesejahteraan bersama. Nilai keadilan
sosial ini juga dapat terwujud apabila seorang pemimpin hendaknya
mencerminkan sikap gotong-royong, keharmonisan dalam menjalankan
hak dan kewajiban, dan menghormati hak-hak orang lain.
Penerapan nilai-nilai pancasila pada anak sekolah dasar dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
(Nurizka, R., & Rahim, 2020). Pemimpin yang berbasis Pancasila akan
mampu mengelola kebhinekaan dengan baik, menjaga keutuhan
negara Republik Indonesia, membuat Indonesia menjadi bangsa yang
besar, serta menjadikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Kepemimpinan
Pancasila berarti kepemimpinan organisasi atau negara yang mengacu
kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam menjalankan
peran dan fungsi kepemimpinannya, seorang pemimpin yang berjiwa
Pancasila selalu berpedoman kepada nilai-nilai Pancasila.
Disamping itu juga, nilai-nilai Pancasila menjadi indikator bagi pemimpin
dan seluruh masyarakat dalam berperilaku, serta membantu dalam
membentuk moral dan etika (Hekmatullah, 2021).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang
pemimpin menuntut seseorang untuk memiliki suatu hal yang khas dari
diri mereka masing-masing, dari hal itu seseorang tersebut akan membuat
dirinya istimewa, lebih kuat, dan mungkin lebih baik dan unggul dari orang
lain. Oleh sebab itu, pemimpin-pemimpin di bangsa ini tidak hanya terpilih
dalam hal demokrasi saja tetapi juga terpilih dalam kualitas pribadi dan
akhlaknya. Penting dan harus ditekankan seorang pemimpin harus
memiliki karakter/akhlak yang baik seperti yang telah dicontohkan oleh
Suri Teladan-Nya. Karena, apabila akhlak atau karakter pemimpin
tersebut baik maka dia juga akan dicontoh dan ditiru oleh bawahannya.
Selain itu, penekanan memiliki karakter/akhlak yang baik juga dapat
menghindari segala macam perbuatan yang tidak diinginkan dal hal ini

5
karakter nilai-nilai Pancasila menjadi salah satu karakter khas dari Bangsa
Indonsia. Itulah mengapa tidak benar berfikiran bahwa hampir setiap
orang dapat dengan mudah menjadi seseorang pemimpin, karena untuk
menjadi seorang pemimpin yang baik, kita harus meningkatkan diri kita
sendiri, menggali lebih banyak Ilmu pengetahuan serta pengalaman.
Karena tanpa potensi kepemimpinannya yang ada di dalam dirinya, dia
tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin sejati.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, N. K. S., Dewi, A. A. S. K., & Ardana, K. (2017). Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional Dan Komunikasi Terhadap
Organizational Citizenship Behavior Di Hotel INNA GRAND BALI
BEACH. E-Jurnal Manajemen Unud, 3139–3167.
Buchari, A., & Marwiyah, S. (2019). Kepemimpinan Dan Kekuasaan. Trim
Komunikata.
Hasibuan, M. S. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.
PT. Bumi Aksara. Mulyono, H. (2018a). Kepemimpinan (Leadership)
Berbasis Karakter Dalam Peningkatan Kualitas Pengelolaan
Perguruan Tinggi. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora, 3(1),
290–297.
Mulyono, H. (2018b). Sosialisasi Innovasi Manajemen Gaya Kepemimpinan
Berbasis Karakter. Amaliyah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
2(1), 122– 132.
Peramesti, N. P. D. Y., & Kusmana, D. (2018). Kepemimpinan Ideal Pada
Era Generasi Milenial. Transformasi: Jurnal Manajemen Pemerintahan,
10(1), 73–84. Robbins, S. . (1994). Teori Organisasi : Struktur, Desain
& Aplikasi. Arcan.
Sahadi, Taufiq, O. H., & Wardani, A. K. (2020). Karakter Kepemimpinan
Ideal Dalam Organisasi. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan,
6(3), 513–524.
Sulaksana. (2002). Menuju Masyarakat Partisifatif. Kanisius.
Yudiaatmaja, F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya.
Media Komunikasi FPIPS, 12(2), 29.

6
Wijaya, A., Purnomolastu, N., & Tjahjoanggoro, A. J. (2015). Kepemimpinan
Berkarakter: Untuk Para Pemimpin dan Calon Pemimpin Masa Depan
Indonesia. Firstbox Media.
Ratri, E. P., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Pancasila Dalam Menanamkan
Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Di Era Globalisasi. Jurnal
Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan,
11(1), 25-33.
Najicha, F. U., & SH, M. (2022). Aku Generasi Unggul Masa Depan,
Generasi Muda Harapan Bangsa. Artikel dalam
https://www.academia.edu/39981475/Aku_Generasi_Unggul_Masa_
Depan_Generasi_Perubahan_Oleh_Fatma_Ulfatun_Najicha. Diakses
Tanggal, 18.
Umar, B. W. (2017). Krisis Kepemimpinan. Legalitas: Jurnal Hukum, 4(1),
7-21.
Fadhila, H. I. N., & Najicha, F. U. (2021). Pentingnya Memahami dan
Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila di Lingkungan
Masyarakat. Pro Patria: Jurnal Pendidikan, Kewarganegaraan, Hukum,
Sosial, Dan Politik, 4(2), 204-212.
Hekmatullah, S., Aulia, A., Oktavian, A. R. O. A. R., & Setyaningrum, R. P.
(2021). Membangun Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Pancasila.
Prosiding EMAS: Ekonomi Manajemen Akuntansi Kewirausahaan, 1(1),
169-182.
Rahma, D., & Dewi, D. A. (2021). Milenial Mengimplementasikan Nilai
Pancasila: Sebuah Harapan dan Cita-cita. EduPsyCouns: Journal of
Education, Psychology and Counseling, 3(1), 135-145.
Sulisworo, S, dkk. (2012). Pancasila. Universitas Ahmad Dahlan:
Yogyakarta.
Azizah, S. N., Fatimah, S., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).
Pengimplementasian. Nilai-Nilai Pancasila pada Anak Sekolah Dasar
dengan Berlandaskan Metode Contextual Teaching Learning.
EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 4802-4809.

Anda mungkin juga menyukai