Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FARMASETIKA DASAR

LAKTOSA SEBAGAI BAHAN PENGISI KAPSUL

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Maslia Rahmah (1911015220031)
Puteri Aulina (191101
Rama Agni Gutawa (1911015310008)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak berbrntuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan
pembasah atau bahan lain yang cocok. Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan
padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Hampir semua tablet memerlukan penambahan eksipien untuk berbagai
tujuan dengan zat aktif dalam formulasi. Hal ini untuk memperoleh sifat fisik,
kimia, mekanik agar memenuhi persyaratan resmi (farmakope) dan
persyaratan industri yang dapat diterima serta untuk memudahkan
pembuatannya. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan
karena harganya yang murah dan merupakan bahan pengisi yang inert.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari laktosa.
2. Untuk menetahui sifat fisika dan kimia dari laktosa.
3. Untuk mengetahui kegunaan dari laktosa.
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan laktosa sebagai bahan pengisi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Laktosa


Laktosa ditemukan pada susu pada tahun 1619 oleh Fabriccio Bartoletti, dan
diidentifikasi sebagai gula pada tahun 1780 oleh Carl Wilhelm Scheele. Laktosa
terkandung dalam susu pada air sus ibu mengandung 5-8%, sedangkan air susu
sapi mengandung 4-6% laktosa. Ketika mamalia yang baru dilahirkan dan
kemudian disusui oleh induknya akan mengeluarkan air susu yang kaya dengan
laktosa oleh karena itu, laktosa sering disebut gula susu (milk sugar).

Laktosa merupakan karbohidrat dari golongan disakarida yang tersusun dari


2 molekul monosakarida terhubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida
terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O dari OH
monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol
monosakarida. dari karbohidrat yang menjadi bentuk lebih sederhana yaitu
galaktosa dan glukosa. Rumus kimia laktosa adalah C12H22O11 dengan nama
IUPAC β-D-galaktopiranosil-(1→4)-D-glukosa dan nama lainnya adalah gula
susu (milk sugar) atau 4-O-β-D-galaktopiranosil D-glukosa. Laktosa adalah gula
yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul
air hidrat (Depkes RI, 1995).

2.2. Sifat Fisika dan Kimia Laktosa


Sifat-sifat fisika kimia laktosa sebagai berikut (Depkes RI, 1995):
BM : 343,4
Titik lebur : 2880C
Titik didih : 668,90C
Pemerian : serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan
sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudahlarut dalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol;tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Kejernihan : Larutkan 3g dalam 10ml air mendidih; terbentuk larutan jernih tidak
berwarna dan tidak berbau.
Dalam ilmu kesehatan laktosa tidak hanya dikenal dalam bentuk cairan, namun
laktosa dapat membentuk kristal yang memiliki sebuah molekul air kristal. Bentuk
kristal laktosa besar dan kelarutan laktosa dalam air kurang baik. Rasa laktosa kurang
manis jika dibandingkan dengan rasa sakarosa. Selama proses pencernaan, laktosa
dihidrolisis secara enzimatik oleh lactase sehingga membentuk galaktosa dan glukosa.
Enzim ini membelah molekul laktosa menjadi dua bagian: glukosa dan galaktosa,
yang kemudian dapat diserap usus.Kedua zat yang dihasilkan tersebut, struktur
kimianya lebih simpel dan lebih mudah diterima sebagai nutrisi tubuh
manusia.Laktase (juga dikenal sebagai hidrolase laktase-phlorizin, atau LPH), bagian
dari keluarga β-galaktosidase enzim, adalah hidrolase glikosida terlibat dalam
hidrolisis dari laktosa disakarida menjadi galaktosa konstituen dan monomer glukosa.

2.3. Kegunaan Laktosa di Bidang Farmasi


Bahan pengisi diperlukan pada sediaan padat khususnya tablet, yang
berfungsi untuk meningkatkan atau memperoleh massa agar mencukupi jumlah
massa campuran sehingga dapat dikompresi/dicetak. Selain itu, bahan pengisi
pada kapsul berfungsi untuk mengisi kapsul yang digunakan. Bahan pengisi juga
berfungsi untuk menetapkan berat sediaan yang akan diproduksi, dan
memperbaiki laju alir massa sehingga mudah dikempa.
Pemilihan bahan pengisi harus mempertimbangkan syarat-syarat eksipien
yang meliputi inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba perusak dan
pathogen, mendukng bioavailabilitas, tersedia dalam perdagangan dan harga
relatif murah.
Laktosa dalam formulasi tablet berfungsi sebagai bahan pengisi yang baik
karena dapat memadatkan massa granul dan granulasi basah atau metode kempa
langsung (Edge et al., 2006). Laktosa adalah bahan yang bersifat kompresibel,
sifat alirnya kurang baik, dapat menyerap kelembaban dari udara sehingga
kemungkinan dapat berpengaruh pada sifat fisik tablet (Sulaiman, 2007). Laktosa
digunakan sebagai zat pengikat, diluent pada serbuk inhaler kering, pengikat
tablet, diluent tablet dan kapsul.
Merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan
tablet. Bentuk hidrat biasanya digunakan dalam sistem granulasi basah dan
granulasi kering. Formula laktosa biasanya menunjukkan kecepatan pelepasan zat
aktif dengan baik, mudah dikeringkan dan tidak peka terhadap variasi moderat
dalam kekerasan tablet pada pengempaan.
Laktosa dapat memadatkan massa granul dalam granulasi basah atau metode
kempa langsung. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam
tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan
pencampuran yang homogen. Harga laktosa lebih murah daripada banyak pengisi
lainnya.

2.4. Kuntungan dan Kerugian Penggunaan Laktosa


Keuntungan dari penggunaan laktosa sebagai bahan pengisi, yaitu laktosa yang
merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif
konsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen. Harga laktosa
lebih murah dari pada bahan pengisi lainnya (Siregar, 2010). Umumnya formulasi
memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering,
dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet.
Laktosa menghasilkan kompresibilitas yang baik, tidak berbau dan bersifat inert
(Lachman, 1994).
Kerugian dari pengguanan laktosa sebagai bahan pengisi, yaitu laktosa tidak dapat
bergabung (inkompatibel) dengan asam askorbat, salisilamida, pirilaminmaleat, dan fenil
efrin hidroklorida (Siregar, 2010). Laktosa adalah bahan yang bersifat kompresibel, sifat
alirnya kurang baik, dapat menyerap kelembapan dari udara sehingga kemungkinan dapat
berpengaruh pada sifat fisik tablet (Sulaiman, 2007). Laktosa dapat berubah warna
dengan adanya basa amin dan Mg-stearat (Lachman, 1994).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Syukri, Y. 2018. Pemilihan Bahan Pengisi untuk Formulasi Tablet Ekstrak Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarva Boerl). Jurnal Sains Farmasi dan
Klinis. 5: 66-71.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

https://www.slideshare.net/EvaMuslimahFarmasi/resume-jurnal-ilmiah-laktosa

https://gudangilmu.farmasetika.com/mengenal-bahan-eksipien-farmasi-dan-
kegunaannya/

Anda mungkin juga menyukai