Anda di halaman 1dari 49

TUGAS UTS MATA KULIAH

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pengajar : Ari Widyarni, SKM., M. Kes

Dibuat oleh :

LISA KRISTINA NPM: 2107010099

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang telah
diberikan. Adapun tugas makalah mata kuliah Kepemimpina dan Berfikir Sistem Kesehatan
Masyarahat ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya untuk mendapatkan nilai
dalam Ujian Tengah Smester.
Terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pengajar mata kuliah Kepemimpina dan Berfikir
Sistem Kesehatan Masyarakat Ibu. Ari Widyarni, SKM., M.Kes yang telah memberikan tugas ini
kepada saya sehingga dapat mempelajari tentang kepemimpinan dan cara berfikir dalam Kesehatan
masyarakat.
Akhir kata, saya mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan, wawasan bagi yang membacanya.

Banjarmasin, 12 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II TEORI KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan
B. Teori-teori Kepemmpinan
C. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
D. Gaya-gaya Kepemimpinan

BAB III PROFIL PELAYANAN KESEHATAN

A. Profil Pelayanan Kesehatan RSUD Kuala Pembuang


B. Gaya Kepemimpinan Yang Diterapkan Di Pelayanan Kesehatan RSUD Kuala Pembuang
C. Masalah-masalah Yang Terdapat Di Pelayanan Kesehatan RSUD Kuala Pembuang

BAB IV PENUTUP

A. Solusi Yang Untuk Mengatasi Masalah Di Pelayanan Kesehatan RSUD Kuala Pembuang

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat
menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi.
Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih
sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas disepanjang peradaban
umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan
mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).

Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai sasarannya.


Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan
pekerjaannya sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Kepemimpinan adalah sebuah
alat/sarana atau suatu proses dalam organisasi untuk membujuk orang lain agar bersedia
melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita dalam mencapai sasaran organisasi.

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai sekedar kekuasaan untuk


menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Ada beberapa faktor yang dapat
menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Dengan adanya
ancaman, maka bawahan akan takut dan mematuhi semua perintah atasan.

Kepemimpinan itu pengertiannya lebih luas daripada kekuasaan karena


kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang bukan sekedar melakukan apa yang
atasan inginkan tapi juga untuk mencapai tujuan / sasaran organisasi. Kalau ditelusuri
lebih lanjut, betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu kelompok
organisasi. Contohnya bila terjadi suatu konflik atau perselisihan antara orang-orang
dalam kelompok tersebut, maka pemimpin organisasi mencari alternative pemecahannya
supaya terjadi kesepakatan dan aturan untuk dapat ditaati bersama. Pendidikan memiliki
posisi penting dalam kehidupan manusia.

Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka Islam sebagai


agama yang rahmatan lil alamin, memberikan perhatian serius terhadap perkembangan
pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan merupakan ladang investasi
terbesar dalam membangun dan membentuk manusia seutuhnya (insanul kamil).
Sentuhan pendidikan diyakini mampu membentuk sumberdaya manusia (human
resources) yang beradab dan berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama
dan utama bagi anak, memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan cita-cita
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
3. Apa saja prinsip-prinsip kepemimpinan?
4. Apa saja gaya-gaya kepemimpinan?
5. Bagaimana profil di Yankes?
6. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan Yankes?
7. Apa saja masalah-masalah yang terdapat di Yankes?
8. Bagaimana solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah-masalah di Yankes?

C. Tujuan
Mengetahui apa itu kepemimpinan dan cara berfikir system kepemimpinan dalam
Kesehatan masyarakat, yang juga berperan dalan pelayan kesehatan, menemukan permaslalahan
yang muncul juga solusi yang di lakukan untuk mengatasi setiap maslah. Serta dapat menambah
pengetahuan juga sebagai informasi yang baik bagi mahasiswa yang membaca makalah ini.
.
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana


seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi,
misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi
lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan
mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika,
perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran kemahiran yang dimilikinya.

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana
menata dan mencapai kinerja untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang
diinginkannya. Kepemimpinan adalah suatu rangkaian bagaimana mendistribusikan
pengaturan dan situasi pada suatu waktu tertentu.

Harbani mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk


mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian,
kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan
diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang
berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan
sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan
mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama,
dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan
mengembangkan budaya organisasi. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas
manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan
kerja pada bawahannya. Kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran yang sangat
besar dalam membangun hubungan antar individu dan pembentuk nilai organisasi yang
dijadikan sebagai pondasi dasar bagi pencapaian tujuan organisasi.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar


mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan
sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara
serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya.
Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok dalam arah
yang sama tanpa paksaan.

Kepemimpinan (leadership) merupakan inti sari manajemen. Dengan


kepemimpinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan
bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan proses
manajemen suatu perusahaan akan baik, jika tipe, gaya, cara atau style kepemimpinan
yang diterapkan manajernya baik.Tegasnya baik atau buruknya, tercapai atau tidaknya
tujuan suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh kecakapan manajer dalam
melaksanakan kepemimpinannya untuk mengerahkan para bawahannya. Kecakapan dan
kewibawaan seorang manajer melakukan kepemimpinanya akan mendorong gairah
kerja, kreativitas, partisipasi dan loyalitas para bawahan untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya. Leader / pemimpin adalah orangnya, sedangkan leadership ialah gaya seorang
manajer untuk mengarahkan, mengkoordinasi dan membina para bawahannya agar mau
bekerja sama dan bekerja produktif mencapai tujuan perusahaan.

Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis adalah sebagai


berikut:
a) Menurut Pancasila.
Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila ialah
kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya
untuk membawa serta dan memipin masyarakat lingkungannya ke dalam
kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan
Undanng-Undang Dasar 1945. Aspek kepemimpinan Pancasila adalah sikap
konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Semangat kekeluargaan merupakan unsur penting dari kepemimpinan Pancasila.
b) Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan.

Kepemimpinan adalah seni seorang


pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Chester Irving Barnad.

Kepemimpinan adalah kemampuan pribadi untuk menegaskan keputusan yang


memberikan dimensi mutu dan dimensi kesusilaan terhadap koordinasi kegiatan
organisasi dan perumusan tujuannya.
d) Ordway Tead.

Leadership is the activity of influencing people to cooperate toward

some goals which come to find desirable. Artinya: Kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja samauntuk mencapai beberapa tujuan
yang mereka inginkan.

e) William G. Scott.

Leadership as the processof influencing the activities of an organized group in it efforts

toward goals setting anf goal achievement. Artinya:


Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisasi dalam
kelompok didalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

B. Teori-teori Kepemimpinan
Pada dasarnya, teori kompetensi kepemimpinan memiliki tiga macam yaitu teori
sifat, teori perilaku, dan teori lingkungan. Ketiga teori kepemimpinan ini merupakan
grand theory kepemimpinan. Ketiga teori tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut;
1. Teori Sifat
Teori sifat disebut juga teori genetik, karena menganggap bahwa pemimpin itu
dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan bahwa eksistensi seorang pemimpin
dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang
diwariskan. Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan berdasarkan
atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin. Pendekatan ini mengemukakan
bahwa ada karakteristik tertentu seperti fisik, sosialisasi, dan intelegensi
(kecenderungan) yang esensial bagi kepemimpinan yang efektif, yang merupakan
kualitas bawaan seseorang.
Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan adalah
kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu yang
menjamin keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang pemimpin diletakkan pada
kepribadian pemimpin itu sendiri.
2. Teori Prilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang
efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi
bawahan. Menurut teori ini, seseorang bisa belajar dan mengembangkan diri menjadi
seorang pemimpin yang efektif, tidak tergantung pada sifat-sifat yang sudah melekat
padanya. Jadi seorang pemimpin bukan dilahirkan untuk menjadi pemimpin, namun
untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari dari apa yang dilakukan oleh
pemimpin yang efektif ataupun dari pengalaman.
Teori ini mengutarakan bahwa pemimpin harus dipandang sebagai hubungan
diantara orang-orang, bukan sifat-sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu,
keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam
hubungannya dan berinteraksi dengan segenap anggotanya.
3. Teori Lingkungan
Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin – pemimpin itu merupakan
hasil dari waktu, tempat dan keadaan.Kepemimpinan dalam perspektif teori lingkungan
adalah mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model
normatif. Teori ini secara garis besar menjelaskan bahwa keberhasilan seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat tergantung terhadap situasi dan gaya
kepemimpinan yang dipakainya. Untuk situasi yang berbeda, maka dipakai gaya yang
berbeda pula. Berdasarkan teori lingkungan, seorang harus mampu mengubah model
gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan situasi zaman. Oleh karena itu,
situasi dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang
berubah. Sebab jika pemimpin tidak melakukan perubahan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan berhasil secara maksimal. Tingkah
laku dalam gaya kepemimpinan ini dapat dipelajari dari proses belajar dan pengalaman
pemimpin tersebut, sehingga seorang pemimpin untuk menghadapi situasi yang berbeda
akan memakai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang dialami.
Kesimpulan dari teori ini bahwa prestasi kerja adalah fungsi dari motivasi untuk
memproduksi dengan tingkatan tertentu. Motivasinya ditentukan kebutuhan yang
mendasari tujuan yang bersangkutan dan merupakan alat dari tingkah laku produktif itu
terhadap tujuan yang dinginkan.
4. Teori Implisit
Teori kepemimpinan implisit merupakan keyakinan dan asumsi tentang
karakteristik dari pemimpin yang efektif. Teori implisit biasanya melibatkan stereotipe
dan prototipe tentang ciri, keterampilan atau perilaku yang relevan. Tujuan utamanya
bisa untuk membedakan para pemimpin diantara berbagai jenis pemimpin (misalnya
manajer, politikus, perwira militer).
Teori ini dikembangkan dan dimurnikan seiring waktu sebagai hasil dari
pengalaman aktual dengan para pemimpin, keterpaparan terhadap literatur tentanng
pemimpin yang efektif, dan pengaruh sosial budaya lainnya.
5. Teori Great Man
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat berbeda dengan kebanyakan manusia
lainnya. Ciri-ciri individu tersebut mencakup karisma, intelegensi, kebijaksanaan, dan
dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan
yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan
kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi, daya tarik, yang disertai
dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa. Menurut
Carlyle, pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan oleh situasi sehingga para
pemimpin ini tidak bisa dibuat.
6. Teori Transformasi
Teori ini didasari oleh hasil penelitian mengenai adanya perilaku kepemimpinan
dimana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi
(transformational leader) memberikan inspirasi kepada sumber daya manusia yang lain
dalam organisasi untuk mencapai sesuatu melebihi apa yang direncanakan oleh
organisasi. Pemimpin transformasi juga merupakan pemimpin visioner yang mengajak
sumber daya manusia organisasi bergerak menuju visi yang dimiliki oleh pemimpin.
Para pemimpin transformasi lebih mengandalkan kharisma dan kewibawaan dalam
menjalankan kepemimpinannya.
7. Teori Neokharismatik
Teori kepemimpinan yang menekankan simbolisme daya tarik emosional dan
komitmen pengikut yang luar biasa.
8. Teori kepemimpinan kharismatik
Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribut dari kemampuan
kepemimpinan yang heroik bila mereka mengamati perilaku- perilaku tertentu dari
pemimpinnya.
C. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Ketika menjadi seorang pemimpin di tempat kerja, ada beberapa prinsip yang perlu
kamu ketahui supaya cara dan gaya kepemimpinan berjalan efektif. Tujuannya sederahana,
supaya pegawai dapat bekerja dengan baik dan membantu perusahaan untuk mencapai
tujuan bisnis. Terdapat 11 prinsip kepemimpinan yaitu:

1. Memimpin dengan memberi contoh


Melansir Huffpost, prinsip kepemimpinan efektif yang pertama adalah dengan
selalu memberi contoh pada anggota timmu. Seorang pemimpin sukses selalu
menunjukkan kapasitasnya dengan menunjukkan caranya bersikap, mengerjakan tugas,
dan menyelesaikan pekerjaann. Dengan memberikan contoh, orang-orang di sekitar akan
melihat bahwa kamu adalah seorang pemimpin yang percaya diri dan berdedikasi.
Mereka pun akan dengan senang hati mengikuti dan meniru sikap serta perilakumu ketika
bekerja.
2. Menjaga hubungan baik dengan orang lain
Prinsip selanjutnya adalah selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain,
terlepas pangkat atau jabatannya. Oleh karena itu, skill  interpersonal dan komunikasi
sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Tentunya dengan menjaga hubungan baik
dengan orang lain, akan lebih mudah untukmu memimpin anggota timmu.
3. Selalu berkomunikasi
Mengutip dari Forbes, selalu berkomunikasi adalah prinsip selanjutnya untuk
mencapai kepemimpinan yang efektif. Komunikasi yang terbuka dan positif di tempat
kerja memungkinkan setiap orang untuk memahami satu sama lain. Dengan begitu, kamu
bisa menghindari adanya miskomunikasi dalam pekerjaan serta hubunganmu ke orang
lain serta klien.
4. Mengakui kesalahan
Tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, membuat kesalahan adalah hal
wajar. Namun, mengakui kesalahan bisa jadi sesuatu yang sulit dilakukan banyak orang.
Sebagai seorang pemimpin, kamu harus selalu siap untuk mengakui kesalahan. Hal ini
menjadi salah satu prinsip kepemimpinan yang efektif. Kamu bisa belajar dari kesalahan
tersebut, lalu membantu anggota timmu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama
dengan berbagi pengalaman. Tidak hanya itu, dengan mengakui kesalahan, kamu juga
akan dianggap sebagai seorang pemimpin yang bisa diandalkan.Orang-orang di sekitarmu
pun tidak ragu untuk percaya dan mengikuti keputusanmu.

5. Selalu mendengarkan orang lain


Selain berkomunikasi, mendengarkan orang lain pun menjadi salah satu prinsip
mencapai kepemimpinan yang efektif. Ketika mendengarkan, kamu bisa mendapatkan
informasi baru dan bernilai yang dapat membantumu untuk memimpin lebih efektif.
Kamu tidak perlu setuju terhadap seluruh hal yang kamu dengar, tapi mencoba untuk
memahaminya adalah sebuah keharusan. Dengan mendengarkan orang lain dan
memproses informasi yang diterima sebelum merespons akan buat anggota timmu merasa
dihargai.
6. Bangun kultur positif
Membangun kultur dan lingkungan kerja yang positif, akan membentuk tim yang
saling percaya, punya semangat tinggi, serta minim terjadinya drama. Tentunya,
memastikan hal ini terjadi merupakan salah satu prinsip kepemimpinan yang efektif.
Dengan kultur yang positif, kamu membuat kerja timmu semakin lancar yang turut
meningkatkan produktivitas.
7. Terbuka terhadap perbedaan
Prinsip kepemimpinan yang efektif selanjutnya adalah dengan bersikap terbuka
terhadap perbedaan, baik dalam pendapat atau latar belakang setiap orang. Melansir
dari Indeed, dengan bersikap terbuka terhadap perbedaan, kamu sebagai pemimpin bisa
mendapatkan perspektif dan pendekatan baru terhadap suatu masalah. Tidak hanya itu,
perbedaan pun dapat mendorong terjadinya inovasi dan membawa ide-ide baru. Sehingga,
hal tersebut akan meningkatkan kesuksesan timmu.
8. Mengutamakan kerja sama
Kerja sama memungkinkan setiap orang untuk saling berbagi informasi, strategi,
dan kesuksesan. Sehingga, mengutamakan kerja sama menjadi salah satu prinsip untuk
kepemimpinan yang efektif. Tidak hanya itu, kerja sama pun membentuk kekompakan
tim dan membuat setiap orang di dalamnya merasa nyaman ketika bekerja.
9. Memiliki visi dan nilai yang kuat
Sebagai seorang pemimpin, salah satu prinsip mencapai kepemimpinan yang
efektif adalah dengan punya visi dan nilai yang kuat. Sehingga, orang-orang di sekitarnya
bisa turut terinspirasi dan termotivasi. Dengan memiliki nilai dan visi yang kuat serta
jelas, kredibilitasmu juga akan terlihat di mata anggota tim.
10. Menggunakan teknologi dan inovasi
Perkembangan teknologi yang semakin pesat tentu harus dimanfaatkan oleh setiap
orang, termasuk seorang pemimpin. Sehingga, memanfaatkan teknologi menjadi salah
satu prinsip untuk kepemipinan yang efektif. Teknologi menjadi alat untuk
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, meningkatkan produktivitas, dan mencapai visimu
serta perusahaan.
11. Mengembangkan pemimpin baru
Prinsip kepemimpinan efektif yang terakhir adalah dengan membantu orang di
sekitarmu untuk menjadi pemimpin baru melalui edukasi, pelatihan, maupun mentorship.
Ya, salah satu bagian menjadi seorang leader yang baik adalah memastikan ada orang
lain yang dapat menggantikan peranmu ketika dibutuhkan. Di sisi lain, ketika setiap
orang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, mereka akan termotivasi untuk
memberikan hasil yang berkualitas tinggi.

D. Gaya-gaya Kepemimpinan
Pada teori Path-Goal menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin
memengaruhi motivasi dan prestasi kerja para bawahannya, dalam situasi kerja yang
berbeda-beda. Teori ini lahir dari teori motivasi pengharapan (espectancy), di mana
motivasi seorang pekerja tergantung pada pengharapannya bahwa prestasi tinggi
merupakan alat untuk mendapatkan hasil-hasil positif. Dan untuk menghindari diri dari
hasil-hasil negatif. Teori Path menerangkan bagaimana perilaku (gaya) seorang
pemimpin memengaruhi prestasi kerja bawahannya.Dalam teori Path-Goal disebutkan
empat gaya kepemimpinan:
a) Directive leadership, Tipe ini sama dengan bentuk kepemimpinan
autokratis Lipit, dan White. Para anggota mengetahui secara pasti apa yang
diinginkan pemimpin terhadap dirinya dan pengarahan yang diberikan. Anggota
tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat.
b) Supportive leadership, adalah gaya kepemimpinan yang menunjukkan
keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui dan menunjukkan sikap
memerhatikan anggotanya.
c) Partisipative leadership, adalah gaya kepemimpinan yang mengharapkan
saran-saran atau pendapat para anggotanya, tetapi ia yang menentukan dalam
pengambilan keputusan.
d) Achievement oriented ledearship, artinya pemimpin memberikan

kepercayaan para anggota untuk mencapai tujuan atau hasil dan prestasi yang
baik.
Franklyn (1951) dalam Onong Effendy (1993: 200) mengemukakan ada tiga gaya
pokok kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otokratis (outoctatic/authoritarian
leadership), kepemimpinan demokratis (democratic/participative leadership), kepemimpinan
karismatik dan kepemimpinan yang bebas (free-rein / laissez faire leadership).

1. Tipe Otokratik

Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik


mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang
negatif. Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
keakuannya. antara lain dalam bentuk:

a) Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam


organisasi. seperti mesin dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka.

b) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan


pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

c) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pernimpin yang otokratik antara lain:

a) Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya

b) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya

c) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi

d) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat
kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai
tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru.
Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah
seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar


dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang
ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin
tidak tertalu sering intervensi.

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara


keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling
sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas :

a) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal
dari pemimpin.
b) Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang
selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c) Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
d) Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan
dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997:

a) Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.


b) Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
c) Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala
hal yang mereka anggap cocok.

Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah:

· Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif

· Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan
kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut
keterlibatannya langsung.

· Status quo organisasional tidak terganggu

· Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif


diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

· Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja
yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.

5. Tipe Demokratik

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator
dan berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus
disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan
yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. Melihat kecenderungan adanya
pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.

BAB III
PROFIL PELAYANAN KESEHATAN

A. PROFIL RUMAH SAKIT RSUD KUALA PEMBUANG KABUPATEN SERUYAN


KALIMANTAN TENGAH

Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Pembuang secara historis padamulanya merupakan
sebuah puskesmas. Setelah terbentuknya KabupatenSeruyan hasil dari pemekaran Kabupaten
Kotawaringin Timur maka sesuai dengan Keputusan Bupati Seruyan Nomor 32 Tahun 2003
tentang pembentukan Rumah Sakit Persiapan Kuala Pembuang dan Keputusan
Bupati Seruyan Nomor 17 Tahun 2005  Tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah
Kuala Pembuang Type D, berdirilah Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Pembuang Kelas D yang
sekarang sudah menjadi Type C.
1. Struktur Orgabisasi RSUD Kuala Pembuang

Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Pembuang adalah unsurpelaksana 1embaga


Teknis Daerah sebagai pendukung Pemerintah Daerah Kabupaten yang dipimpin oleh
seorang kepala dengan sebutan Direktur yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung)awab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.membawahi oleh Kepala Sub
bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok, juga Jabatan Fungsional yang terdiri dari
Komite Medik. Staf medik fungsional, Komite Keperawatan dan Satuan Pemeriksa internal.
Secara rinci struktur organisasi tersebut adalah :

1. Direktur

2. Subbagian Tata Usaha

3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Keperawatan
5. Kelompok jabatan fungsional : Komite medik, Staf, medik fungsional, Komite
Keperawatan dan Satuan Pemeriksa internal.

2. Struktur Kinerja Pelayanan RSUD Kuala Pembuang

1. Unit Gawat Darurat 24 Jam

Terdiri dari 3 TT untuk tindakan, 3 TT untuk resusitasi dan 2 TT untuk One Day Care
(observasi) siap melayani kasus kegawat daruratan selama 24 jam.

2. Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) untuk pelayanan


kedaruratan maternal dan neonatal selama 24 jam.

3. Poliklinik yang terdiri dari Poli Spesialis Penyakit Dalam, Poli Spesialis Kandungan dan
Kebidanan, Poli Spesialis Anak, Poli Bedah Umum, Poli Rehabilitasi Medik, Poli umum,
Poli jiwa dan Poli Gigi.

4. Ruang Perawatan (Rawat Inap) yang terdiri dari Ruang VIP dua Ruangan, Ruang
perawatan kelas I satu Ruangan, Ruang perawatan kelas II satu Ruangan, Ruang
perawatan kelas III satu Ruangan, Ruang perawatan Anak satu Ruangan dan Ruang
Isolasi dua Ruangan.

5. Ruang Kebidanan dan Kandungan yang terdiri dari Ruang Bersalin/Partus satu
Ruangan dengan Tiga tempat tidur, dan Ruang Rawat Kebidanan satu Ruangan dengan
fasilitas empat tempat tidur.

6. Istalasi Laboratorium dapat melayani pemeriksaan sebagai berikut :

a. Hematologi

b. Kimia darah

c. Urinalisa

d. Lain-lain : paket narkoba,bta, dll.

7. Instalasi Radiologi melayani foto rontgen dengan menggunakan tehnologi CR


8. Instalasi Farmasi

9. Instalasi Gizi untuk pemenuhan nutrisi pasien, instalasi gizi juga melayani konsultasi
gizi bagi pasien dan keluarga serta masyarakat umum

10. Ruang Bedah Sentral

11. Instalasi AmbulanceAmbulance terdiri dari 3 unit yang siap untuk pelayanan rujukan
dan 1 unit mobil jenazah

12. Ruang Jenazah

B. GAYA KEPEMIMPINAN YANG DITERAPKAN DI RSUD KUALA PEMBUANG


Gaya kepemimpinan yang diterapkan di RSUD Kuala Pembuang adalah Directive
leadership atau di pimpin oleh seorang Direktur. T ipe ini sama dengan bentuk
kepemimpinan autokratis Lipit, dan White. Para anggota mengetahui secara pasti apa yang
diinginkan pemimpin terhadap dirinya dan pengarahan yang diberikan. Anggota tidak diberi
kesempatan berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat.

C. MASLAH-MASLAH YANG TERJADI DI RSUD KUALA PEMBUANG


Masalah yang terjadi di RSUD Kuala Pembuang adalah :
1. Anggota tidak di beri kesempatan untuk mengemukankan pendapat
2. Pemimpin tidak mau tau dengan kesiapan anggota dalam memulai pekerjaan.
3. Anggota mempuntai beban kerja dan target kerja masing-masing sesuai dengan arahan
direktur.
4. Anggota harus bertanggung jawab penuh dengan kinerja mereka masing-masing dan
melaporkan kepada direktur pencapaian kinerja nya sesuai tugas yang sudah diberikan.
BAB IV PENUTUP

A. Solusi Yang Diberikan Untuk Mengatasi Masalah Dilayanan Kesehatan RSUD Kuala
Pembuang

Berdasarkan pembahasan pada BAB III tentang masalah-masalah yang terjadi pada
layanan Kesehatan RSUD Kuala Pembuang, solusi yang diberikan untuk masalah-masalah itu
adalah:
1. Pemimpin harus memberikan dasar argument yang jelas tentang pembagian tugaas dan
pencapaian kinerja anggota akan sangat berdampak untuk tujuan Bersama.
2. Anggota harus mendengatrkan lebih focus arahan yang diberikan pimpinan saat penjelasan
pembagian tugas masing-masing.
3. Setiap pekerjaan yang dibagikan kepada anggota harus di sesuaikan dengan latar belakang
kopetensi masing-masing anggota. Hal ini sangat berpengaruh dengan hasil dan cara kerja
yang sudah di kuasai pegawai untuk menyelesaikan target mereka sesuai bidangnya.
4. Pemimpin atau direktur harus melakukan evaluasi kinerja secara berkala kepada masing-
masing pegawai yang sudah diberikan tugas untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin. 2018. Kepemimpinan Dalam Budaya Organisasi .Universitas Brawijaya : Malang

Di akses : Madani. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan. Vol 10

Syahil, sultan. 2019. Teori-teori kepemimpinan. Jusnal universitas islam negri raden intan:
lampung

Hasibuan S.P Malayu. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Cetakan kelima.
Jakarta: bumi aksara.

Siagian P. Sondang. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 Solihin, Ismail.
Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga. 2009

https://karyatulisilmiah.com/makalah-gaya-kepemimpinan/#google_vignette

https://id.scribd.com/document/356571512/Profil-Layanan-Rsud-Kuala-Pembuang-2016
MADANI Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No. 1 2018 (1-11) ISSN 2085-143X

LAMPIRAN I

KEPEMIMPINAN DALAM BUDAYA ORGANISASI

Oleh: Burhanudin Mukhamad Faturahman


Alumni Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
E-mail: burhanmfatur@gmail.com

Abstrak

Kepemimpinan merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan sebuah


organiasi. Namun dalam usaha pencapaian tujuan tersebut tetap memperhatikan
perilaku para bawahan dimana perilaku tersebut membentuk sebuah budaya dalam
organisasi. Perilaku para bawahan tersebut sebagai pertimbangan oleh pemimpinan
untuk mengambil keputusan. Teori X dan Y merepresentasikan perilaku individu
yang antagonis dan kooperatif dalam organisasi. Dengan memahami perilaku yang
berbeda maka pendekatan situasional sangatlah tepat melalui kepemimpinan
partisipatif. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun pemimpin memiliki wewenang
penuh terhadap kendali organisasi, tetap tidak bisa mengesampingkan peran para
bawahan.

Kata kunci: kepemimpinan, budaya organisasi, perilaku individu

Abstrack

Leadership is a major factor in the achievement of the goal of a organiasi. However


the achievement of goals in an effort to keep observing the behavior of his
subordinates where such behaviour form a culture within the organization. The
behavior of such subordinates as consideration by the conduct for a decision. Theory
X and Y represent the behavior of individual antagonists and cooperative in the
organization. By understanding different behavior then it is entirely circumstantial
right approach through participatory leadership. This shows that even though the
leader has the full authority against the control of the Organization, still could not
rule out the role of the subordinate.

Key word: leadership, organizational culture, individual behavior

PENDAHULUAN

Kinerja organisasi dijadikan sebagai salah satu ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi,
baik organisasi profit maupun organisasi non profit. Organisasi tak lepas dari masalah
sumberdaya manusia karena sampai saat ini sumberdaya manusia menjadi pusat perhatian dan
tumpuan bagi organisasi atau perusahaan untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat di
era globalisasi ini. Tuntutan yang semakin ketat tersebut membuat manajemen sumberdaya
manusia harus dikelola dengan baik dengan memperhatikan segala kebutuhan demi tercapainya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi dan Rivai (2009) dalam organisasi terdapat pihak-pihak yang saling
terkait antara lain pemimpin sebagai atasan, dan pegawai atau karyawan sebagai bawahan.
Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi menurut Suranta (2002) dikarenakan pemimpin
memiliki peran strategis dalam usaha mencapai tujuan organisasi sesuai visi dan misi organisasi .
Siagian (2002) mengutarakan bahwa Kepemimpinan merupakan individu yang menduduki suatu
jabatan tertentu dimana individu tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain yakni bawahannya untuk berfikir dan bertindak sehingga
melalui perilaku yang positif tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan
organisasi.

Penjelasan pentingnya kemampuan pemimpin dalam organisasi ditujukan untuk


kemajuan bagi organisasi. Salah satu gaya kepemimpinan yang menuntut kemampuan dari
seorang pemimpin tersebut yaitu gaya kepemimpinan transfomasional dengan memotivasi para
bawahan untuk berbuat lebih baik sesuai harapan dari bawahan dengan meningkatkan nilai tugas
dengan mendorong bawahannya mengorbankan diri sendiri demi kepentingan organisasi diikuti
dengan peningkatan tingkat kebutuhan bawahan yang lebih baik. Hasil penelitian Riaz dan Ul-
1
haque (2012) menunjukkan gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh signifikan
positif terhadap pengambilan keputusan dan berpengaruh negatif terhadap gaya pengambilan
keputusan avoiden dan ketergantungan. Hasilnya, gaya kepemimpinan tidak berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan spontan. Selain itu gaya kepemimpinan otoriter menurut
Gustomo dan Silvianita (2009) berpengaruh terhadap loyalitas melalui kepuasan kerja. Kepuasan
kerja yaitu persepsi seseorang terkait pekerjaan, berdasarkan faktor-faktor lingkungan kerja
seperti gaya atasan, prosedur kerja dan aturan, rekan kerja, iklimi kerja dan tingkat kompensasi
yang diberikan pada bawahan.
Kepemimpinan dalam organisasi juga menuntut kepekaan terhadap budaya yang terdapat
dalam organisasi. Budaya dalam organisasi ini mempunyai fungsi antara lain: menetapkan batas
dan wewenang, memberikan rasa identitas kepada anggotanya. Karakteristik budaya dalam
organisasi dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan untuk membuat keputusan agar organisasi
lebih efektif dalam mencapai tujuan. Adapun budaya organisasi tersebut menurut Mc Gregor
(1960) memiliki sisi tentang sifat manusia dan perilaku manusia yang penting untuk dijadikan
pedoman dalam menentukan gaya operasi atau praktik setiap pimpinan. Sisi manusia berupa sifat
dan perilaku menurut Mc Gregor dikenal dengan teori X (berdasarkan asumsi petunjuk dan
kontrol) dan Teori Y (berdasakan asumsi integrasi dan dukungan). Berikut kerangka berpikir
sederhana dalam tulisan ini:

Feedback

Pemimpin Bawahan
/
karyawan
Patokan

Gambar 1 kerangka berpikir penulis

Dengan diberlakukannya teori ini maka seorang pemimpin tidak selalu berorientasi pada
diri sendiri sebagai seorang pemimpin namun juga penting untuk melihat sisi manusia yang
membentuk budaya dalam organisasi. Artinya, seorang pemimpin bekerja berpatokan pada sifat
dan perilaku para bawahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Sisi kemanusiaan menurut
Mc Gregor inilah yang menjadi tujuan penulisan untuk dianalisis dalam menentukan tidakan
yang harus dilakukan oleh pemimpin serta gaya kepemimpinan yang sesuai dalam menjalankan
kehidupan berorganisasi. Hal tersebut sangatlah penting mengingat organisasi dijalankan tidak
hanya melalui satu gaya kepemimpinan saja dan dalam organisasi terdapat unsur manusia yang
saling terikat baik secara tugas maupun ikatan sebagai manusia alami.

2
PEMBAHASAN
Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

Gaya kepemimpinan sebagaimana yang diungkapkan Marzuki (2002) merupakan norma


perilaku dari seseorang yang dipakai saat orang tersebut berusaha mengarahkan atau
mempengaruhi orang lain dengan berbagai kelebihan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan
menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan potensi kemampuan dan kepribadiannya.
Dengan kata lain pemimpin memiliki sifat antusias untuk mempengaruhi orang lain dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sangat mungkin organisasi berjalan dengan efektif dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memiliki
kemampuan mempengaruhi perilaku angggotanya.
Dalam sebuah organisasi selau terdapat seorang pemimpin namun disisi lain pemimpin
juga disebut seorang manajer. Kedua istilah tersebut tentu berbeda karena manajemen lebih pada
pengaturan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian. Robbins (2003)
menjelaskan terkait manajer yaitu berkenaan dengan mengatasi suatu kerumitan dan
kepemimpinan berkenaan untuk mengatasi perubahan. Hal tersebut mempertegas bahwa
kepemimpinan berkaitan dengan visi di masa yang akan datang, sedangkan manajemen berkaitan
dalam implementasi visi dan strategi yang buat oleh para pemimpin. Perbedaan mendasar antara
kepemimpinan dengan manajemen diungkapkan oleh mullins (2005) diantaranya: (1) Seorang
manajer melakukan tugas administrasi, sedangkan seorang pemimpin lebih pada inovasi (2)
Seorang manajer memelihara situasi yang ada, sedangkan seorang pemimpin bersifat
membangun untuk keperluan yang akan datang (3) manajer fokus pada sistem dan struktur,
sedangkan pemimpin fokus pada pelakunya (4) Seorang manajer melakukan pengawasan,
sedangkan pemimpin lebih pada membangun kepercayaan (5) Seorang manajer melihat sesuatu
yang detail, sedangkan pemimpin melihat secara keseluruhan (6) Seorang manajer melakukan
sesuatunya dengan benar dan tepat, sedangkan pemimpin memilih langkah yang semestinya
dilakukan.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kepemimpian cara kerjanya berbeda
dengan manajer dimana kepemimpinan sifat kerja lebih fleksibel dengan memberikan cara atau
dorongan yang lebih efektif dari sekedar melakukan pekerjaan yang sifatnya rutinitas. Berikut
gaya kepemimpinan menurut As’ad (1991) telah diketahui secara luas, yaitu: (1) Tipe otokratik
adalah pemimpin yang sangat egois dengan menunjukkan sikap “keakuannya”. Pemimpin ini
selalu menggunakan cara yang lebih dianggap pantas dari dirinya sendiri sehingga segala sesuatu
yang dilakukan oleh pemimpin pasti benar dan ide atau gagasan karyawan atau bawahan tidak
diakui. (2) Tipe karismatik adalah tipe yang memiliki daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia mempunyai bawahan yang bisa dipercaya serta
pengikut yang setia dan jumlahnya besar. (3) Tipe Paternalistik atau Maternalistik adalah
kepemimpinan dengan sifat kebapakan atau keibuan. (4) Tipe Militeristik, tipe ini mirip dengan
tipe kepemimpinan otoriter dengan sistem satu komando atau satu perintah yang berasal dari
pimpinan puncak dan harus dilaksanakan oleh bawahan. (5) Tipe Demokratis, mengutamakan
manusia adalah makhluk hidup yang mulia sehingga selalu melibatkan bawahan (6) Tipe Laissez
Faire atau delegatif, tipe ini bersifat permisif dan memberikan kepercayaan berupa
tanggungjawab pekerjaan secara penuh kepada bawahan.
Keterkaitan antara berbagai pihak di dalam organisasi membentuk interaksi yang
dilakukan secara rutin sehingga membentuk suatu budaya organisasi. Menurut West dan Turner
(2008:322) budaya terbentuk akibat dari rutinitas serangkaian kegiatan berupa lama kerja,
identitas organisasi, dan kegiatan lain yang dijalankan oleh seluruh anggota organisasi bertujuan
untuk meningkatkan kinerja para anggotanya tak terkecuali pemimpin menjadi lebih baik.3
Pembentukan budaya organisasi terjadi tidak semata karena aktifitas rutin saja melainkan
anggota organisasi berupaya menciptakan, mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama
mengenai realitas organisasi, untuk pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah
organisasi. Budaya dalam organisasi tersebut bisa bervariasi sehingga interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam.
Budaya sendiri berarti sebagai hasil tindakan dari manusia. Jika dihubungkan dengan
organisasi maka perwujudan dari semangat atau suasana dan kepercayaan yang dilakukan dalam
organisasi tersebut. Menurut Robins (2003) budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem nilai
dan kepercayaan para anggota yang saling beriteraksi dengan anggota, struktur organisasi dan
sistem pengawasan untuk menghasilkan norma perilaku. Budaya organisasi atau perusahaan
bersifat sangat persuasif dan mempengaruhi hampir keseluruhan aspek kehidupan organisasi.
Demikian juga budaya organisasi mampu menumpulkan atau membelokkan dampak perubahan
organisasi yang sudah direncanakan secara matang. Pada dasarnya, budaya organisasi atau
perusahaan menjelma dalam berbagai wujudnya dan karena bisa mendukung atau menghambat
perubahan.
Namun diantara perbedaan setiap organisasi, budaya dalam organisasi menurut Kast dan
Rosenzweig (1985: 954) secara umum memiliki fungsi bahwa budaya untuk menyampaikan rasa
identitas untuk anggota-anggota organisasi, memudahkan terakomodirnya komitmen untuk
sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri, meningkatkan stabilitas sosial organisasi,
menyediakan premises (pokok-pokok pendapat) yang diterima dan diakui dalam hal
pengambilan keputusan. Bagian terpenting dalam organisasi yaitu budaya sebagai pembentuk
perilaku dan sikap manusia atau bawahan. Aspek perilaku manusia ini merupakan bagian dari
sisi kemanusiaan dalam organisasi sehingga pemimpin melakukan tindakan sesuai dengan aspek
sifat para bawahan.

Teori X danY Mc Gregor


Pada teori X Mc Gregor mengasumsikan rata-rata manusia secara inheren tidak menyukai
pekerjaan. (Mc Gregor, 1960: 33). Hal ini dibuktikan dengan penekanan pada manajemen yang
menekankan pada produktivitas kerja. Lebih lanjut, penekanan secara kontemporer terhadap
reward untuk kinerja individu mencerminkan bahwa terdapat keyakinan dasar manajemen dalam
menghadapi kecenderungan manusia untuk menghindari kerja. Asumsi berikutnya, mengikuti
asumsi yang pertama dan menyatakan bahwa karena karakteristik manusia yang tidak menyukai
pekerjaan membuat sebagian besar orang harus dipaska, dikontrol, diarahkan dan diancam
dengan tujuan-tujuan organisasional. Sehingga meskipun telah diberikan banyak imbalan para
pekerja tidak akan merampungkan tugas-tugas yang dibebankan. Hanya ancaman hukuman yang
memadai, dengan asumsi dasarnya yaitu orang-orang akan bekerja di bawah paksaan dan kontrol
eksternal. Asumsi ketiga yang diidentifikasi oleh Mc Gregor yaitu bahwa rata-rata manusia
memilih untuk diarahkan, berharap menghindari sebuah tanggungjawab, memiliki ambisi yang
relatif kecil, menginginkan keamanan.
Untuk pengertian yang lebih luas anggapan teori X tidak cukup, khususnya dalam
perkembangan-perkembangan terbaru yang berkaitan tentang pemahaman motivasi manusia. Mc
Gregor meminjam pernyataan Abraham Maslow dimana manusia adalah binatang yang memiliki
kehendak segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, maka kebutuhan lain akan muncul
menggantikannya. Kehendak manusia tersebut terus-menerus berproses dan tidak berakhir dari
kelahiran hingga kematian. Manusia terus berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun kebutuhan yang terpuaskan bukanlah motivator perilaku. Hal ini merupakan fakta yang
tidak dikenali dalam teori X dan oleh karena itu diabaikan dalam pendekatan konvensional
terhadap manajemen manusia. (Mc Gregor 1960: 36).
Pernyataan di atas memberikan gambaran tentang upaya pemenuhan kebutuhan sosial
manusia dalam berorganisasi sangat penting. Ketika pemenuhan kebutuhan sosial tersebut
dihalangi maka manusia bisa bertindak berlawanan dengan tujuan organisasi. Teori Y muncul 4
dengan dikritiknya teori X. Teori Y mengklaim bahwa pengeluaran usaha fisik dan mental dalam
pekerjaan sama alaminya dengan bermain atau istirahat. Rata-rata manusia tidak menolak untuk
bekerja tapi akan melihatnya sebagai sumber kepuasan atau hukuman bergantung pada kondisi
kondisi yang dapat dikontrol (Mc Gregor 1960: 47). Menurut Mc Gregor ini merupakan kasus di
mana para pekerja bisa menggunakan petunjuk diri dan kontrol diri dengan cara memiliki
komitmen terhadap tujuan-tujuan organisasi.
Asumsi Teori Y menawarkan kemungkinan adanya dorongan yang kuat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia di dalam situasi kerja organisasi. Berdasakan Teori Y
tenaga kerja menjadi sumberdaya yang memiliki potensialitas substansial. Mc Gregor
berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari Teori Y mengidentifikasi batas-batas
kolaborasi manusia dalam seting organisasional tidaklah muncul dari sifat inheren manusia akan
tetapi berasal dari kegagalan manajamen. Teori Y menempatkan problem dalam manajemen
yaitu jika pekerja malas, acuh tak acuh, tak bersedia mengambil tanggungjawab, tidak kreatif,
tidak kooperatif, penyebabnya terletak pada metode organisasi dan kontrol manajemen.
Prinsip-prinsip utama organisasi yang berasal dari teori X adalah petunjuk dan kontrol,
prinsip utama yang berasal dari teori Y adalah integrasi dan dukungan. Integrasi menempatkan
tanggungjawab atas manajemen untuk menciptakan kodnisi-kondisi di mana para anggota
organisasi bisa mencapai tujuan-tujuannya dengan cara mengarahkan usaha kepada keberhasilan
usaha. Kontrol diri dalam manusia menggantikan kontrol eksternal, tujuan-tujuan organisasi akan
diinternalisasi oleh para pekerja dan pencapaian tujuan-tujuan tersebut akan memenuhi
kebutuhan pekerja untuk harga diri dan aktualisasi diri. Mc Gregor (1960: 53) mengatakan
integrasi berarti bekerjasama demi keberhasilan usaha sehingga kita semua bisa berbagi reward
yang dihasilkan, kemunculan teori Y ini sekaligus tantangan bagi Teori X yaitu sebagai sebuah
sarana untuk berinovasi.

Pendekatan Situasional Kepemimpinan Partisipatif


Pernyataan tentang teori X yang meletakkan manusia sebagai pihak paling kurang
termanusiakan yaitu manusia serba malas, tidak mau bekerja sehingga harus dikontrol dan
dipaksa karena mereka memang memiliki keinginan untuk dikontrol setidaknya perlu dikoreksi
yaitu setiap tindakan manusia pasti memiliki motivasi tersendiri sehingga motivasi merupakan
wadah yang saling terkait dengan setiap tindakan manusia. Untuk itu tidaklah pantas jika
manusia terus dikendalikan oleh seorang pimpinan tanpa mengetahui apa yang menjadi dasar
manusia melakukan suatu tindakan. Kemudian teori Y juga menyatakan bahwa manusia berada
pada posisi kurang beruntung dalam organisasi maka dari itu yang perlu mendapat perbaikan
adalah metode organisasi dan kontrol manajemen.
Mengingat dalam pencapaian sebuah tujuan organisasi tidak hanya terfokus pada peran
dari pemimpin melainkan keterlibatan dari bawahan juga patut mendapatkan tempat untuk
pengambilan keputusan secara efektif. Merangkum konteks teori X dan Y bahwa dalam
menjalankan organisasi tetap memperhatikan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan sehingga
partisipasi antara kedua pihak mutlak diperlukan. Kepemimpinan partisipatif menjembatani
keputusan yang mendominasi pihak lain. Setiap anggota organisasi baik pemimpin maupun
bawahan berhak memberikan pendapat untuk memajukan organisasi sehingga terciptalah
komunikasi yang efektif. Hasibuan (2006:205) menyatakan bahwa kepemimpinan patisipatif
yaitu pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara persuasif, menciptakan kerjasama
yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahan. Selain itu pemimpin juga ditutut
untku memotivasi para bawahan agar merasa ikut memiliki suatu organisasi. Pemimpin ini
menerapkan sistem manajemen yang lebih terbuka dimana perhatian tertuju pada informasi dan
pembinaan. Secara ringkas pelibatan unsur bawahan menjadi bahan pertimbangan yang penting
untuk membuat keputusan dalam mencapai tujuan organisasi.
Kebutuhan untuk memahami kepemimpinan didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Situasional yang dimaksud adalah sebuah model yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard
5
yang mendukung gaya kepemimpinan partisipatif itu sendiri. Hersey dan Blanchard dalam Thoha
(2001:63) didasarkan pada saling berhubungnya hal-hal berikut:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan dari pimpinan
2. Jumlah dukungan sosioemosional dari pimpinan
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut dalam melaksanakan tugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Konsep ini dikembangkan untuk membantu pemimpin menjalankan kepemimpinannya
tanpa memperhatikan perana yang lebih efektif di dalam berinteraksi dengan orang lain . Hal
tersebut untuk melengkapi pemahaman pemimpin dari hubungan antara gaya kepemimpinan
yang efektif dan tingkat kematangan para pelakunya. Walaupun terdapat banyak variabel lainnya
meliputi tuas-tugas, organisasi, pengawasan dan waktu kerja. Penekanan dalam kepemimpinan
situasional gaya partisipatif ini hanya terfokus pada perilaku pemimpin dan karyawannya saja.
Perilaku karyawan sangat penting untuk mengetahui perilaku kepemimpinan situasional pada
gaya kepemimpinan partisipatif. Seorang pemimpin memiliki hubungan yang biasa dilakukan
terhadap karyawannya yaitu perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung:
1. Perilaku mengarahkan dilihat dari keterlibatan seorang pmimpin dalam komunikasi satu
arah antara lain menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan para bawahan,
memberitahu bawahan tentang apa yang harus dikerjakan, dimana melakukanya,
bagaimana melakukan pengawasan dengan ketat kepada bawahannya.
2. Perilaku mendukung untuk mengetahui pelibatan seorang pemimpin dalam komunikasi
dua arah. Semisal, mendengar, menyediakan dorongan dan dukungan, memudahkan
interaksi dan melibatkan bawahannya dalam mengambil keputusan.
Dari kedua perilaku tersebut dapat dijadikan dua poros yang terpisah dan berbeda untuk
mengetahui empat gaya dasar kepemimpinan:

Arahan
+

Arahan tinggi, Arahan tinggi,


dukungan rendah dukungan tinggi
(G1) (G2)
Dukungan - + Dukungan
Dukungan rendah, Dukungan tinggi,
arahan rendah (G4) arahan rendah (G3)

-
Arahan
67
Gambar 2. Gaya dasar kepemimpinan
Sumber: olahan penulis

a. Gaya 1 merupakan perilaku pimpinan yang banyak memberikan pengarahan dan sedikit
dukungan. Pemimpin ini memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan
bagi bawahannya dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas bawahan.
b. Gaya 2 merupakan pemimpin yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan
dukungan. Pemimpin ini mau menjelaskan keputusan dan kebijakan yang diambil dan
mau menerima pendapat dari bawahannya akan tetapi pemimpin seperti ini tetap
memberikan pengawasan dan pengarahan dalam menyelesaikan tugas para
bawahannya.
c. Gaya 3 perilaku pemimpin banyak memberikan banyak dukungan dan sedikit
memberikan pengarahan. Pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan
bawahannya dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.
d. Gaya 4 perilaku pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan.
Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusan dan tanggungjawab
pelaksanaan tugas kepada bawahan.

Gaya dasar kepemimpinan partisipatif mengambil keputusan dan pemecahan masalah


dilakukan secara bergantian dengan saling menukar ide. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan
peranan aktif dari pemimpin dalam mendengar pendapat bawahan. Sehingga pemecahan masalah
sebagian besar berada pada pihak karyawan ini dikarenakan karyawan/ bawahan memiliki
tanggungjawab dan kemampuan untuk melaksanakan tugas.
Telah disinggung bahwa sekalipun bawahan memiliki sikap malas dan harus diarahkan
dalam penyelesaian tugas oleh pimpinan terdapat faktor yang mendorong bawahan untuk
mencapai kepuasan tersendiri. Diantara sikap yang cenderung menghidari tugas selalu terdapat
motivasi lain diluar area tugas tanggungjawabnya. Untuk itu penyelarasan antara permasalahan
bawahan dengan tujuan organisasi harus dilakukan dengan memotivasi para bawahan. Hasibuan
(2006:216) mengungkapkan motivasi merupakan pemberi daya gerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan
segala upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi penting dilakukan karena:

1. Pemimpin mendistribusikan pekerjaannya kepada para bawahan untuk dikerjakan


dengan baik.
2. Bawahan sebenarnya mampu untuk mengerjakannya tetapi malas atau kurang
bergairah dalam mengerjakannya.
3. Untuk memelihara dan atau meningkatkan gairah kerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada bawahannya.

Adanya tindakan tertentu untuk pemenuhan kebutuhan yang bervariasi merupakan naluri
alamiah dari sifat manusia sehingga Abraham H. Maslow beranggapan bahwa semua motivasi
terjadi sebagai reaksi atas persepsi seseorang individu atas lima macam tipe dasar kebutuhan.
Menurut Maslow (1984) ada 5 macam kebutuhan dasar, yang senantiasa dialami oleh seseorang
individu.
a. Kebutuhan fosiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis berasal dari kebutuhan dasar yang bersifat primer dari manusia.
Terkadang dinamakan kebutuhan-kebutuhan biologikal dalam lingkungan kerja modern.
Termasuk juga terdapat keinginan untuk mendapatkan pembayaran (upah/gaji), libur,
rencana-rencana pensiun, masa istirahat, lingkungan kerja yang menyenangkan, penerangan
yang baik dan pada tempat-tempat kerja fasilitas tertentu. Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan yang paling kuat dan mendesak yang harus dipenuhi paling utama oleh manusia
dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Ini menunjukkan bahwa pada diri manusia
yang sangat merasa kekurangan atas segalanya dalam menjalani kehidupan, besar sekali
kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang
lainnya. Maka dari itu, individu yang kehidupannya kurang sejahtera, kemungkinan besar
akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya fisiologis.

b. Kebutuhan rasa aman (safety needs)

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, selanjutnya akan muncul kebutuhan akan


keamanan, atau kebutuhan akan kepastian. Seseorang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan suatu keteraturan dan stabilitas dan akan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan diluar kenyamanannya. Kebutuhan rasa aman merefleksi beinginan untuk
memastikan imbalan yang telah dicapai dan untuk melindungi diri sendiri terhadap kerugian
atau kehilangan yang menimpa dirinya. Pada sebuah organisasi, kebutuhan-kebutuhan
demikian terlihat pada keinginan pekerjaan akan kepastian pekerjaan, sistem-sistem
senioritas, serikat pekerja, kondisi kerja yang aman, insentif tambahan, asuransi, dan
kemungkinan pensiun, tabungan, dan uang tunggu apabila terjadi peristiwa tertentu.

c. Kebutuhan untuk diterima (social needs)

Seteleh kebutuhan fisiologikal dan keamanan selasai dipenuhi, maka perhatian dari
individu beralih pada keinginan untuk mendapatkan kawan, rasa cinta dan perasaan diterima
secara sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia senang apabila mereka disenangi, dan
berusaha memenuhi kebutuhan sosial pada waktu mereka bekerja, yaitu dengan membantu
kelompok-kelompok formal maupun informal, dan mereka bekerja sama dengan rekan-rekan
mereka, dan mereka ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan dimana
mereka bekerja.

d. Kebutuhan dihargai (self esteen needs)

Pada tingkatan keempat selanjutnya, terlihat kebutuhan individu akan penghargaan, atau
sering disebut orang yaitu kebutuhan “ego”. Kebutuhan ini berhubungan dengan hasrat yang
untuk memiliki citra positif dan menerima, pengakuan, dan apresiasi dari orang lain. Dalam
organisasi, kebutuhan untuk dihargai menunjukan motivasi untuk diakui, tanggung jawab
yang besar, status tinggi, dan pengakuan dari organisasiatas kontribusi yang telah diberikan.

8
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk pemenuhan diri, yang merupakan kategori
kebutuhan tertinggi dalam hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan ini diantaranya adalah
kebutuhan untuk mengembangkan potensi pada diri sendiri secara menyeluruh,
meningkatkan kapasitas diri, dan menjadi manusia yang lebih baik. Kebutuhan aktualisasi
diri dalam organisasi dapat dipenuhi dengan jalan memberikan kesempatan orang-orang
untuk tumbuh dan mengembangkan kreativitas, dan mendapatkan pelatihan untuk
mendapatkan tugas yang relatif baru serta melakukan pencapaian.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pemimpin selalu berupaya untuk memuaskan
berbagai jenis kebutuhan para bawahannya. Tekniknya terdapat pada motivasi yang dirasa
tepat agar terjadi sikap yang mengarah pada penuntasan tujuan organisasi serta pemuasan
kebutuhan bagi para bawahan itu sendiri.

KESIMPULAN

Seorang pemimpin merupakan unsur penting dalam menjalankan kehidupan


berorganisasi dengan memperhatikan kondisi para bawahannya. Sehingga pemimpin tersebut
dalam mengambil keputusan haruslah melibatkan peran serta para bawahannya. Keputusan
pelibatan bawahan tersebut sebagai upaya mengakomodir ide-ide yang bersifat membangun demi
tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu patut dicermati bahwa di dalam organisasi terdapat
budaya yang telah terbentuk dalam rutinitas kehidupan berorganisasi. Penempatan perilaku
kepemimpinan sesuai budaya organisasi sangat penting dalam rangka mengarahkan peilaku
bawahan untuk penyelesaian tugas yang berorientasi tujuan organisasi.
Kehidupan berorganisasi juga menuntut pemenuhan kebutuhan individu secara
komprehensif agar dapat bekerja secara optimal. Maka dari itu motivasi yang bersifat
membangun bagi para bawahan diperlukan oleh seorang pemimpin sebagai wujud pengarahan
terhadap individu agar lebih bisa diajak bekerjasama dalam pencapaian tujuan organisasi secara
efektif. Tentunya setiap pemimpin tidaklah bisa menggunakan satu gaya kepemimpinan saja atau
dengan kata lain kondisi situasional menjadi patokan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan. Kepemimpinan patrisipatif yang situasional memberikan ruang bagi para pemimpin
dan bawahan untuk berinteraksi secara dua arah melalui mekanisme dukungan dan arahan.
Kondisi tersebut menjadi dasar gaya kepemimpinan partisipatif dengan pendekatan situasional.
Sedangkan saran yang diberikan yaitu mengarah pada penguatan komunikasi dua arah
antara pemimpin dan bawahan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam rutinitas
kehidupan berorganisasi. Setidaknya pengawasan secara langsung oleh pimpinan menjadi
jaminan dalam berjalannya penyelesaian tugas para bawahan. Namun di sisi lain, kebutuhan
individu sebagai manusia biasa juga patut diperhitungkan untuk menjaga hubungan yang lebih
mendalam antara bawahan dengan pencapaian tujuan organisasi sehingga para bawahan
terdorong ikut memiliki organisasi. 10

9
DAFTAR PUSTAKA

Gustomo dan Silvianita. 2009. Pengaruh Nilai-Nilai Personal, Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Kelompok
Keahlian Manajemen Manusia dan Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan
Manajemen Institut Teknologi Bandung. Vol. 8, No. 1, 1-6.

Hasibuan S.P Malayu. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Cetakan
kelima.
Jakarta: bumi aksara.

Kast, F. and Rosenzweig. 1985. Organizations and Management, A System


andContingency Approach, Mc Graw Hill Book company, New York, USA

Marzuki, S. 2002. Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja


dan Kinerja Account Officer: Studi Empirik pada Kancah BRI Wilayah Jatim.
Tesis. Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi danKepribadian: Teori Motivasi


denganAncangan Hirarki Kebutuhan Manusia (judul asli: Motivation and
Personality). Diterjemahkan oleh Nurul Iman. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo.

Mc. Gregor, D. 1960. The Human Side Of Enterprise. New york: mc graw-hill

Mulyadi, D., Rivai, V. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali

Pers. Riaz, Muhammad N, and UlHaque, M. Anis. 2012. Leadership Styles As

Predictors Of Decision
Making Styles. African Journal of Business Management 6 (15): 52265233.
Robbins, Stephen P., 2003, Organizational Behavior, Concept Contropversies and
Applications,
Prentice Hall Inc. USA. Terjemahan. Jakarta: P.T. Indeks Kelompok Gramedia

Siagian, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi aksara.

Suranta, S. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya


Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Jurnal Empirika 15
(2): 116-138.

West, R. dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi.
11
Jakarta: Salemba Humanika.
LAMPIRAN II

TEORI -TEORI KEPEMIMPINAN

Sulthon Syahril

Universitas Islam Negeri Raden Intan


Lampung Email:
sulthonsyahril@radenintan.ac.id

Abstract
Leadership is a classic topic of discussion, but it is still very interesting to be researched
because it is very decisive for an organization. Leadership is essentially the
responsibility. Strong leadership is needed so that the organization can achieve its goals.
Leadership is a process of influencing others to do their work according to the expected
goals. Leadership has a broader understanding of power because leadership is an effort to
influence people not just to do what the boss wants but also to achieve the goals of the
organization's goals. This study aims to determine how the notion of leadership and
leadership in Islam and how leadership theories. These results show leadership a process
of how to organize and achieve performance to achieve: Leadership decisions in the
Islamic view of trust that must be carried out in accordance with the objectives well and
accountable not only in the world but also before God later in the hereafter

Keyword: Leadership

Abstrak
Kepemimpinan adalah topik diskusi klasik, tetapi masih sangat menarik untuk diteliti
karena sangat menentukan bagi suatu organisasi. Kepemimpinan pada dasarnya adalah
tanggung jawab. Diperlukan kepemimpinan yang kuat agar organisasi dapat mencapai
tujuannya. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan
pekerjaan mereka sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan memiliki
pemahaman yang lebih luas tentang kekuasaan karena kepemimpinan merupakan upaya
untuk mempengaruhi orang tidak hanya untuk melakukan apa yang diinginkan bos
tetapi juga untuk mencapai tujuan dari tujuan organisasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pengertian kepemimpinan dan kepemimpinan dalam Islam
dan bagaimana teori-teori kepemimpinan. Hasil ini menunjukkan kepemimpinan proses
bagaimana mengatur dan mencapai kinerja untuk mencapai: Keputusan kepemimpinan
dalam pandangan Islam tentang kepercayaan yang harus dilakukan sesuai dengan
tujuan dengan baik dan bertanggung jawab tidak hanya di dunia tetapi juga di hadapan
Tuhan di akhirat nanti.

Kata Kunci: Kepemimpinan

E. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap
sangat menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu
organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah
kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas
disepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang
semakin buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari
pemimpin yang baik (good leader).
Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai
sasarannya. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain
untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
Kepemimpinan adalah sebuah alat/sarana atau suatu proses dalam organisasi untuk
membujuk orang lain agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita
dalam mencapai sasaran organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai sekedar kekuasaan untuk
menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Ada beberapa faktor yang dapat
menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Dengan
adanya ancaman, maka bawahan akan takut dan mematuhi semua perintah atasan.
Kepemimpinan itu pengertiannya lebih luas daripada kekuasaan karena
kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang bukan sekedar melakukan apa
yang atasan inginkan tapi juga untuk mencapai tujuan
/ sasaran organisasi. Kalau ditelusuri lebih lanjut, betapa pentingnya pemimpin dan
kepemimpinan dalam suatu kelompok organisasi. Contohnya bila terjadi suatu
konflik atau perselisihan antara orang-orang dalam kelompok tersebut, maka
pemimpin organisasi mencari alternative pemecahannya supaya terjadi kesepakatan
dan aturan untuk dapat ditaati bersama. Pendidikan memiliki posisi penting dalam
kehidupan manusia. Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia,
maka Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, memberikan perhatian serius
terhadap perkembangan pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia.
Pendidikan merupakan ladang investasi terbesar dalam membangun dan
membentuk manusia seutuhnya (insanul kamil). Sentuhan pendidikan diyakini
mampu membentuk sumberdaya manusia (human resources) yang beradab dan
berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak,
memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan cita-cita tersebut.

F. Pembahasan
F.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks
dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan
mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu membawa
organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin itu melakukan proses
ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan,
nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran kemahiran yang dimilikinya.
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses
bagaimana menata dan mencapai kinerja untuk mencapai keputusan seperti
bagaimana yang diinginkannya. Kepemimpinan adalah suatu rangkaian bagaimana
mendistribusikan pengaturan dan situasi pada suatu waktu tertentu.1
Harbani mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh
pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan
1Kristiadi. Kepemimpinan (Jakarta: LAN RI, 1996), h. 83
itu.2 Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan
berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.
Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi
dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas
untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar
mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi. Faktor
kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja pada bawahannya. Kepemimpinan
dalam organisasi memiliki peran yang sangat besar dalam membangun hubungan
antar individu dan pembentuk nilai organisasi yang dijadikan sebagai pondasi dasar
bagi pencapaian tujuan organisasi.3
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar
mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan
sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara
serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya.
Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok dalam
arah yang sama tanpa paksaan.
Kepemimpinan (leadership) merupakan inti sari manajemen. Dengan
kepemimpinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan
bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan
proses manajemen suatu perusahaan akan baik, jika tipe, gaya, cara atau style
kepemimpinan yang diterapkan manajernya baik.Tegasnya baik atau buruknya,
tercapai atau tidaknya tujuan suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh
kecakapan manajer dalam melaksanakan kepemimpinannya untuk mengerahkan
para bawahannya. Kecakapan dan kewibawaan seorang manajer melakukan
kepemimpinanya akan mendorong gairah kerja, kreativitas, partisipasi dan loyalitas
para bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Leader / pemimpin adalah
orangnya, sedangkan leadership ialah gaya seorang manajer untuk mengarahkan,
mengkoordinasi dan membina para bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja
produktif mencapai tujuan perusahaan.4
Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis adalah sebagai
berikut:
a) Menurut Pancasila. Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila ialah
kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa
dan daya untuk membawa serta dan memipin masyarakat lingkungannya
ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan
berdasarkan Pancasila dan Undanng-Undang Dasar 1945. Aspek
kepemimpinan Pancasila adalah sikap konsisten dan konsekuen dalam
menghayati dan mengamalkan Pancasila. Semangat kekeluargaan
merupakan unsur penting dari kepemimpinan Pancasila.
b) Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Kepemimpinan adalah seni seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

c) Chester Irving Barnad. Kepemimpinan adalah kemampuan pribadi untuk


menegaskan keputusan yang memberikan dimensi mutu dan dimensi
kesusilaan terhadap koordinasi kegiatan organisasi dan perumusan tujuannya.
d) Ordway Tead. Leadership is the activity of influencing people to cooperate toward
some goals which come to find desirable. Artinya: Kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja samauntuk mencapai
beberapa tujuan yang mereka inginkan.

e) William G. Scott. Leadership as the processof influencing the activities of an


organized group in it efforts toward goals setting anf goal achievement. Artinya:
Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang
diorganisasi dalam kelompok didalam usahanya mencapai suatu tujuan
yang telah ditentukan.

2Harbani, Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi (Bandung : CV. Alfabeta, 2008), h. 5


3Hasan Baharun, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah,

AtTajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, (2017), h. 1–25.


4Malayu s.p. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: PT. Toko Gunung

Agung, 1996), h. 200


C.2. Hakekat Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil.
Selain khalifah disebut juga Ulil Amri, yang berarti pemimpin tertinggi dalam
masyarakat Islam. Kepemimpinan bukan kekuasaan, bukan jabatan dan kewenangan
yang mesti dibanggakan. Kepemimpinan bukan pula barang dagangan yang dapat
diperjual belikan. Hakekat kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah amanah
yang harus dijalankan dengan baik dan dipertanggungjawabkan bukan saja di dunia
tapi juga di hadapan Allah nanti di akhirat. Kepemimpinan yang tidak dijalankan
secara professional dan proporsional adalah penghianatan terhadap Allah dan Rasul-
Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫ر من ولى من‬S‫لمين أم‬SS‫يئا المس‬SS‫ولى ش‬S S ‫ال ف‬S ‫يجد وهو رج‬
‫رسوله و هلال خان قف د منه لمسلمين أصلح هو من‬

Barang siapa yang memimpin suatu urusan kaum muslimin lalu ia mengangkat
seseorang pada hal ia menemukan orang yang lebih pantas untuk kepentingan ummat
islam dari orang itu, maka dia telah berhianat kepada Allah dan Rasul-Nya. ( HR. Hakim)

‫م>ا> من راع اللهيس>>ترعيه رعي > >ة يم>وت‬


‫يوم يموت وهو غاش لها اال الل>هحرم عليه رائحة الجنة‬

Tidak ada seorangpun pemimpin yang diminta oleh Allah memimpin rakyat yang mati
sedang dia curang terhadap rakyatnya kecuali Allah mengharamkan atas dirinya
mencium bau surga. (HR. Muslim)

Setiap kepemimpinan selalu menggunakan power atau kekuatan. Kekuatan


yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang dalam memepengaruhi
orang lain.5 Kemampuan pemimpin untuk membina hubungan baik, komunikasi
dan interaksi dengan para bawahan dan seluruh elemen perusahaan.
Kepemimpinan seharusnya tidak dicari apalagi diperebutkan, kecuali dalam
kondisi tertentu dan untuk kemaslahatan yang lebih luas.
5Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis (Jakarta: Rineke Cipta, 2004), h. 182
Fenomena perebutan dan bahkan transaksi jual beli kepemimpinan seperti
yang sering kita saksikan dipanggung politik dewasa ini, adalah bukti kurangnya
kesadaran kita untuk melahirkan pemimpin yang benar-benar menjaga amanah dan
berorentasi pada kemaslahatan ummat. Setiap kita adalah memiliki potensi untuk
menjadi pemimpin, seperti yang dikatakan oleh hadis Raulullah, namun tidak semua
orang bisa untuk menjadi pemimpin, karena tanggung jawabnya yang berat dan
kompleks. Menjadi pemimpin tidak otomatis seseorang menjadi yang terbaik dan
bisa segalanya, tetapi pemimpin masih butuh koreksi dari siapapun sebagaimana
butuh dukungan dari semua komponen ummat. Dalam pidato politiknya yang
pertama kali setelah dibaiat jadi khalifah Abu Bakar r.a. Mengatakan: ”Aku telah
diangkat jadi pemimpinmu, namun bukan berarti bahwa aku orang yang terbaik
diantara kalian, jika kalian melihatku berjalan di atas jalan yang benar, maka tolong
dan bantu aku, jika kalian meliat aku menyeleweng maka luruskanlah aku”.

a. Teori –Teori Kepemimpinan


Pada dasarnya, teori kompetensi kepemimpinan memiliki tiga macam yaitu:
(a) teori sifat, (b) teori perilaku, dan (c) teori lingkungan. Ketiga teori
kepemimpinan ini merupakan grand theory kepemimpinan. Ketiga teori tersebut
dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut;
i. Teori Sifat
Teori sifat disebut juga teori genetik, karena menganggap bahwa pemimpin
itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan bahwa eksistensi seorang
pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu
yang diwariskan.6
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan berdasarkan atas
sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin. Pendekatan ini mengemukakan
bahwa ada karakteristik tertentu seperti fisik, sosialisasi, dan intelegensi
(kecenderungan) yang esensial bagi kepemimpinan yang efektif, yang merupakan
kualitas bawaan seseorang.7
Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan adalah
kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu yang
menjamin keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang pemimpin diletakkan
pada kepribadian pemimpin itu sendiri.
ii. Teori Prilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin
yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan
memotivasi bawahan. Menurut teori ini, seseorang bisa belajar dan
mengembangkan diri menjadi seorang pemimpin yang efektif, tidak tergantung
pada sifat-sifat yang sudah melekat padanya. Jadi seorang pemimpin bukan
dilahirkan untuk menjadi pemimpin, namun untuk menjadi seorang pemimpin dapat
dipelajari dari apa yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif ataupun dari
pengalaman.8
Teori ini mengutarakan bahwa pemimpin harus dipandang sebagai hubungan
diantara orang-orang, bukan sifat-sifat atau ciri-ciri seorang individu.
6Siagian (Umam, 1977)
7Connie Chairunnisa, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif (Depok: PT. Rajagrafindo

Persada, 2016), h. 116

8Ibid, h. 117
Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan
pemimpin dalam hubungannya dan berinteraksi dengan segenap anggotanya.
iii. Teori Lingkungan
Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin – pemimpin itu
merupakan hasil dari waktu, tempat dan keadaan.9 Kepemimpinan dalam perspektif
teori lingkungan adalah mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha
memberikan model normatif.10
Teori ini secara garis besar menjelaskan bahwa keberhasilan seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat tergantung terhadap situasi dan gaya
kepemimpinan yang dipakainya. Untuk situasi yang berbeda, maka dipakai gaya
yang berbeda pula.
Berdasarkan teori lingkungan, seorang harus mampu mengubah model gaya
kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan situasi zaman. Oleh karena itu,
situasi dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang
berubah. Sebab jika pemimpin tidak melakukan perubahan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan berhasil secara maksimal.
Tingkah laku dalam gaya kepemimpinan ini dapat dipelajari dari proses
belajar dan pengalaman pemimpin tersebut, sehingga seorang pemimpin untuk
menghadapi situasi yang berbeda akan memakai gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasi yang dialami.
Pada teori Path-Goal menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin
memengaruhi motivasi dan prestasi kerja para bawahannya, dalam situasi kerja yang
berbeda-beda. Teori ini lahir dari teori motivasi pengharapan (espectancy), di mana
motivasi seorang pekerja tergantung pada pengharapannya bahwa prestasi tinggi
merupakan alat untuk mendapatkan hasil-hasil positif. Dan untuk menghindari diri
dari hasil-hasil negatif. Teori Path menerangkan bagaimana perilaku (gaya) seorang
pemimpin memengaruhi prestasi kerja bawahannya.Dalam teori Path-Goal
disebutkan empat gaya kepemimpinan:11
e) Directive leadership, Tipe ini sama dengan bentuk kepemimpinan
autokratis Lipit, dan White. Para anggita mengetahui secara pasti apa
yang diinginkan pemimpin terhadap dirinya dan pengarahan yang
diberikan. Anggota tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam
mengemukakan pendapat.
f) Supportive leadership, adalah gaya kepemimpinan yang menunjukkan
keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui dan menunjukkan sikap
memerhatikan anggotanya.
g) Partisipative leadership, adalah gaya kepemimpinan yang mengharapkan
saran-saran atau pendapat para anggotanya, tetapi ia yang menentukan
dalam pengambilan keputusan.
h) Achievement oriented ledearship, artinya pemimpin memberikan
kepercayaan para anggota untuk mencapai tujuan atau hasil dan prestasi
yang baik.

9Atmosoedirdjo, 1976
10Vroom dan Yettom, 1964
11Connie Chairunnisa, Loc. Cit. h. 120-121
Kesimpulan dari teori ini bahwa prestasi kerja adalah fungsi dari motivasi
untuk memproduksi dengan tingkatan tertentu. Motivasinya ditentukan kebutuhan
yang mendasari tujuan yang bersangkutan dan merupakan alat dari tingkah laku
produktif itu terhadap tujuan yang dinginkan.
iv. Teori Implisit
Teori kepemimpinan implisit merupakan keyakinan dan asumsi tentang
karakteristik dari pemimpin yang efektif. Teori implisit biasanya melibatkan
stereotipe dan prototipe tentang ciri, keterampilan atau perilaku yang relevan.
Tujuan utamanya bisa untuk membedakan para pemimpin diantara berbagai jenis
pemimpin (misalnya manajer, politikus, perwira militer).
Teori ini dikembangkan dan dimurnikan seiring waktu sebagai hasil dari
pengalaman aktual dengan para pemimpin, keterpaparan terhadap literatur tentanng
pemimpin yang efektif, dan pengaruh sosial budaya lainnya.12
v. Teori Great Man
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat berbeda dengan kebanyakan
manusia lainnya. Ciri-ciri individu tersebut mencakup karisma, intelegensi,
kebijaksanaan, dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk
membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia.
Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona
pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan
persuasi yang luar biasa. Menurut Carlyle, pemimpin besar akan lahir saat
dibutuhkan oleh situasi sehingga para pemimpin ini tidak bisa dibuat.13
vi. Teori Transformasi
Teori ini didasari oleh hasil penelitian mengenai adanya perilaku
kepemimpinan dimana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai
pemimpin transformasi (transformational leader) memberikan inspirasi kepada
sumber daya manusia yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu melebihi
apa yang direncanakan oleh organisasi. Pemimpin transformasi juga merupakan
pemimpin visioner yang mengajak sumber daya manusia organisasi bergerak
menuju visi yang dimiliki oleh pemimpin. Para pemimpin transformasi lebih
mengandalkan kharisma dan kewibawaan dalam menjalankan kepemimpinannya.14
vii. Teori Neokharismatik
Teori kepemimpinan yang menekankan simbolisme daya tarik emosional dan
komitmen pengikut yang luar biasa.
viii. Teori kepemimpinan kharismatik
Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribut dari
kemampuan kepemimpinan yang heroik bila mereka mengamati perilaku- perilaku
tertentu dari pemimpinnya.15

12Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2005), h.

156
13Ismail Solihin, Pengantar Manajemen (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 142
14Ibid, h. 150
15Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 210
G. Kesimpulan

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana menata
dan mencapai kinerja untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang diinginkannya.
Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas
yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.Kepemimpinan dalam pandangan
Islam adalah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan dipertanggungjawabkan
bukan saja di dunia tapi juga di hadapan Allah nanti di akhirat. Kepemimpinan seharusnya
tidak dicari apalagi diperebutkan, kecuali dalam kondisi tertentu dan untuk kemaslahatan
yang lebih luas.

Referensi
Anoraga, Pandji. Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineke Cipta. 2004

Chairunnisa, Connie. Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif. Depok: PT.


Rajagrafindo Persada. 2016

Hasibuan, Malayu s.p. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung. 1996

Kristiadi. Kepemimpinan. Jakarta: LAN RI. 1996

Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Press.
Gadjah Mada University. 2004

Patimah, Siti. Manajemen Kepemimpinan Islam, Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan.


Bandung: CV. Alfabeta. 2015
Siagian P. Sondang. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 Solihin,
Ismail. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga. 2009

Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT. Macanan Jaya

Cemerlang. 2005

219
LAMPIRAN III

Makalah Gaya Kepemimpinana


(https://karyatulisilmiah.com/makalah-gaya-kepemimpinan/#google_vignette)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang
penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa
membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku
sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.
Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu
di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan
yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya.
Hal ini tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut
untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti
stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat
positif dan negative.

Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga
berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori
perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side of
Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi
menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu bersifat
negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu asumsi dari
teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan seringkali dipaksa
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah kebanyakan
orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara
yang tepat.

Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut. Gaya


kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku pada saat
seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya. Pemimpin
dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori
X dan Y yang dimiliki oleh pegawai/ karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar
pemimpin dapat memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan
ataupun sasaran. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kesesuaian
gaya kepemimpinan dengan perilaku individu dalam suatu organisasi.

220
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

1. Holistik Atau Humanis

Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti
aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor
penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang
dari lingkungan. Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu
dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa)
menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai
dengan perilaku itu. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara
mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan
why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi
instrinsik) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik)

2. Motivasi Individu

Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan


mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-
Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan
belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar
dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang
dalam suatu aktivitas.

3. Bentuk Perilaku Individu

Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.


Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen,
yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk
menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

221
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah
untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel.
Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini,
sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat
menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.

Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana
dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek,
perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.

B. Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

Franklyn (1951) dalam Onong Effendy (1993: 200) mengemukakan ada tiga gaya
pokok kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otokratis (outoctatic/authoritarian
leadership), kepemimpinan demokratis (democratic/participative leadership),
kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan yang bebas (free-rein / laissez faire
leadership).

1. Tipe Otokratik

Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan


bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang
negatif.

Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang
menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:

a) Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam


organisasi. seperti mesin dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka.

b) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa


mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.

c) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pernimpin yang otokratik antara lain:

222
o Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya

o Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya

o Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi

o Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh


bawahan.

2. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat


tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat
kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya
tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap
kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang
jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tersebut dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa
yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin
dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin
tidak tertalu sering intervensi.

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara


keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan

223
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya
paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :

o Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi


minimal dari pemimpin.

o Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat


orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.

o Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.

o Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau


pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p.


304):

· Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.

· Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.

· Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam
segala hal yang mereka anggap cocok.

Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah:

· Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif

· Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah
dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya langsung.

· Status quo organisasional tidak terganggu

· Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif


diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

· Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang
minimum.
224
5. Tipe Demokratik

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan


integrator dan berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak
mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi
tercapainya tujuan. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan
tingkatnya.

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku
pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-
individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang
pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi
yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi
organisasinya.

Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.


Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen,
yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk
menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif mungkin


mengoptimalkan gaya kepemimpinan demokrasi. Karena semakin efektifnya gaya
kepemimpinan demokrasi akan meningkatkan kinerja.

2. Pemimpin harus meningkatkan komunikasi, sehingga hubungan dengan bawahan


terjalin dengan baik. Dengan semakin baiknya hubungan dengan karyawan secara
otomatis akan meningkatkan kinerja.

225
3. Pemimpin harus berupaya untuk memberikan pengertian tentang hasil yang didapat
dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga bawahan akan berusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com/document/d/1O5c_RdTwN2knk6J2oDCN-
oNj6BSoxP3nksGWpr4Rxvo/edit?pli=1

http://farizsasongko.blogspot.com/2014/01/pengertian-kepemimpinan-tipe-dan-
gaya.html

https://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-
macam-gaya-kepemimpinan/

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certod.htm

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2399

http://leadhership.blogspot.com/

226

Anda mungkin juga menyukai