Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

MENYUSUN TEKS EDITORIAL

Oleh:

Nama : Sang Ayu Kinara Chanda Kayana

Kelas : XII MIPA 6

Nomor Absen : 37

SMA NEGERI 1 GIANYAR

Tahun Ajaran 2022/2023


LEMB
Perempuan dan Kontestasi Kecantikan di Masyarakat Melalui Film
“Imperfect”

Pengenalan Isu (Tesis)

Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata “Perempuan”?


Setiap kali mendengar kata ‘perempuan’, maka memori internal manusia akan
memberikan dua gambaran dari kata tersebut. Pertama, dari sisi biologis
perempuan digambarkan sebatas sebuah susunan organisme makhluk hidup yang
lemah dan gemulai. Kedua, dari sisi konstruksi sosial, perempuan digambarkan
dengan sosok penyayang, lembut, perasa, pendamping, pelayan, penggoda,
pembawa petaka dan makhluk submisif (terdominasi). Kedua gambaran ini
bersumber dari narasi yang terdapat dalam institusi-institusi sosial di masyarakat
yang menjelaskan tentang perempuan. Perempuan Indonesia telah lama
terjerembap dalam stigma tentang standar kecantikan, di mana sebagian besar dari
mereka menilai bahwa “cantik” hanya bisa dianugerahkan kepada perempuan
yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi. Memaknai cantik, apakah cantik
hanya sekadar fisik saja?

Seorang perempuan cenderung mengandalkan kepercayaan dirinya kepada


sebuah penampilan. Dalam arti lain, kepercayaan diri yang ada dalam jiwa
seorang perempuan hampir seratus persen berasal dari apa yang ia kenakan dan
keindahan fisiknya. Ini terbukti dengan melihat peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat secara umum. Misalnya saja ketika, perempuan diundang di suatu
kegiatan sosial, maka mereka akan menjadikan penampilan sebagai nomor satu
daripada hal yang lain, dan merasa pesimis ketika mereka disandingkan dengan
seorang perempuan yang berpenampilan lebih baik dan cantik daripada dirinya.

Bagi seorang perempuan, penampilan sangatlah penting, hal tersebut akan


menunjang seberapa besar kepercayaan diri mereka untuk tampil di depan publik
dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Kita juga dapat membuktikan hal ini
melalui sebuah simbol gender untuk menyatakan seorang perempuan dalam
sejarah. Mendengar kata cermin, tentu tidak lepas dari penampilan. Artinya,
seorang perempuan memang sangat memerhatikan penampilannya untuk
meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.

Film “Imperfect” drama roman komedi ini berkisah mengenai Rara yang
terlahir dengan gen gemuk dan kulit sawo matang, warisan sang ayah. Sementara,
adiknya Lulu mengikuti gen ibu mereka Debby yang merupakan mantan
peragawati tahun 1990-an. Naskah pada film ini terasa pada dalam meramu plot
utama tentang Rara yang dihadapkan pada dilema dengan perasaan minder
terhadap tubuhnya, adiknya, teman kantornya yang cantik, bahkan minder
terhadap pacarnya yang tampan. Plot utama ini mempengaruhi kehdiupan Rara di
pekerjaan, keluarga, dan hubungan cintanya.

Penyampaian Pendapat/Argumen (Argumentasi)

Salah satu adegan di dalam film Imperfect seperti halnya ketika Debby, ibu
dari tokoh utama yang kerap kali menegur agar Rara berhenti ngemil coklat, atau
ketika “Inget paha, kak” terlontar. Rara juga harus menelan ucapan atasannya “Di
industri kita, otak aja gak cukup, penampilan juga penting” yang tentu itu sangat
melukai hatinya. Di masyarakat perempuan dianggap tidak boleh seperti ini dan
seperti itu, perempuan harus begini dan begitu, serta beberapa ucapan seksis yang
menyerang kaum perempuan, atau dengan kata lain ada stereotip yang melekat
erat di dalam diri seorang perempuan. Permasalahan yang ada dalam film
'Imperfect' cukup kompleks dan relevan dengan kehidupan nyata yaitu membahas
insecurity tentang positive body image. Faktanya, selama ini banyak orang yang
berkecil hati karena penampilan mereka yang tak sesuai dengan standar yang
ditetapkan masyarakat.

Bodyshaming sendiri seakan dianggap menjadi lelucon yang biasa saja.


Padahal, hal tersebut bisa saja meninggalkan luka mendalam bagi seseorang yang
merasakannya. Insecurity adalah perasaan tidak aman yang biasa dirasakan tanpa
disadari oleh individu yang bersangkutan. Hal ini wajar dirasakan oleh manusia
karena manusia cenderung dipicu oleh rasa tidak puas dan tidak yakin oleh
kapasitas diri. Perempuan memiliki beban yang cukup berat karena masyarkat
menuntut mereka untuk selalu “enak diliat”. Hal-hal semacam ini yang pada
akhirnya membentuk rasa tidak percaya diri bagi kaum hawa di era digital ini.
Bahwa jika mereka melakukan sebuah pergerakan, sekecil apapun itu, akan selalu
ada komentar yang menyoroti dan menyudutkan dirinya. Untuk itu perempuan
akan terus melihat sesosok yang dipuja oleh masyarakat dan mengusahakan
dirinya agar bisa menjadi sama seperti sosok tersebut, karena jika tidak maka ia
akan terusterusan untuk dicemooh, dikucilkan, atau dihantui dengan ucapa-ucapan
seksis. Karena dalam kehidupan kita, seringkali penampilan lebih diutamakan
daripada kemampuan.

Dilansir dari liputan6.com 84% perempuan Indonesia tidak percaya diri


dengan kecantikannya. Seringnya membandingkan diri dengan orang lain baik
secara langsung ataupun melalui media sosial membuat rasa percaya diri menjadi
menciut. Belum lagi ditambah dengan komentar yang kurang menyenangkan dari
masyarakat terkait penampilan. Riset yang dilakukan Dove dalam Indonesia
Beauty Confidence Report 2017 yang dilansir dari liputan6.com, 38% perempuan
Indonesia suka membandingkan dirinya dengan orang lain. Cantik memiliki
definisi yang fleksibel, tergantung bagaimana seseorang melihatnya.

Orang yang memiliki rasa insecure acap kali membanding-bandingkan


dirinya dengan diri orang lain dan memandang diri sendiri lebih rendah, sehingga
cenderung untuk menghindari interaksi dengan orang lain juga enggan untuk
keluar dari zona nyaman. Secara tidak langsung, orang yang insecure haus akan
pujian serta sulit untuk mengapresiasi kerja orang lain. Ketika penilaian orang lain
terhadap mereka adalah cantik, maka mereka pun akan berusaha untuk lebih
mempercantik diri mereka seperti halnya dengan makeup atau pakaian yang indah.
Hal itu pun berlaku bagi perempuan yang dinilai orang lain jelek, kebanyakan dari
perempuan-perempuan tersebut pun akan berusaha untuk mempercantik diri
mereka dengan berbagai cara. Jelasnya, mayoritas perempuan selalu ingin tampil
cantik menurut definisi kecantikan masyarakat umum.

Lantas, apakah definisi kecantikan bagi perempuan bisa berubah?


Jawabannya adalah bisa saja jika definisi kecantikan yang baru telah berubah
secara umum di dalam masyarakat. Mungkin saja, definisi cantik yang semula
diberikan untuk perempuan bertubuh ramping dan memiliki paras indah berpindah
kepada perempuan bertubuh gempal dan memiliki paras biasa saja. Namun, mau
secantik apapun seorang perempuan menurut definisi kecantikan saat ini, tetap
saja perempuan berkualitas adalah ia yang memiliki hati yang cantik, bukan
fisiknya saja yang cantik. Sayangnya, mayoritas dari masyarakat telah lebih dulu
menilai apa yang pertama kali dia lihat. Karena, bukankah fisik dapat langsung
terlihat jika dibandingkan dengan hati?

Kondisi sosial seperti ini merupakan sebuah bentuk penjajahan terhadap


tubuh perempuan karena perempuan dijerumuskan dalam sebuah standar
konservatif yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan tubuh mereka
sendiri. Tanpa dimungkiri, standar kecantikan selalu menjadi momok yang
mendegradasi jati diri dan menggerus rasa percaya diri perempuan. Tidak sedikit
perempuan menilai dirinya tidak cantik karena berkulit gelap atau cokelat. Tidak
sedikit perempuan menilai dirinya jelek karena memiliki rambut ikal dan keriting.
Tidak sedikit perempuan merendahkan diri karena memiliki tubuh yang gemuk
dan tidak langsing.

Meskipun kecantikan selalu dikaitkan pada perempuan, nyatanya laki –


laki ikut dalam andil. Wacana kecantikan dan feminitas tidak dapat dilepaskan
dari konstruksi budaya patriarki yang memberikan kuasa kepada laki-laki di satu
sisi untuk memberikan pengakuan atas feminitas perempuan, dan di sisi lain
perempuan untuk selalu mencari pengakuan atas feminitasnya dari laki-laki

Penegasan Ulang

Kecantikan bagaikan mata uang seperti standar emas yang dimana


penilaian kecantikan perempuan dalam hierarki vertical didasari dari standar fisik
dan menjadi wujud dari power relations yang mana perempuan harus bersaing
secara tidak wajar. Perempuan dan kecantikan merupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, dalam hal ini menjadikan perempuan menentukan standar
kecantikannya untuk menjadi konsep “cantik”. Sepatutnya kita, baik perempuan
maupun laki-laki, merasa sedih karena masih banyak perempuan yang belum bisa
berdamai dengan diri mereka sendiri, dan sepatutnya kita juga marah terhadap
stigma-stigma menjatuhkan yang tak kunjung hilang dari kehidupan. Untuk itulah,
perlu adanya batas tegas yang menggarisbawahi bahwa cantik tidak harus dari segi
fisik maupun penampilan.

Cantik bukan hanya wajahnya yang molek, akan tetapi seseorang juga
perlu memiliki inner beauty. Seperti yang dikatakan oleh Meutia Hatta tokoh
perempuan Indonesia, kecantikan dari seseorang akan terpancar melalui hal yang
ia lakukan, bukan hanya penampilan fisik saja. Artinya, seorang wanita juga
memerlukan kecantikan hatinya. Mereka harus menyadari bahwa otak dan hati lah
yang seharusnya dipercantik terlebih dahulu. Masalah wajah sebaiknya
diperhatikan setelah benar-benar memperluas wawasan dan menjaga hati.
Perempuan yang memiliki kecantikan sesungguhnya adalah perempuan yang
mampu mengimbangi ketiga aspek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai