Anda di halaman 1dari 5

SYAUQINADA RAMADHANTY

20180530188 / KELAS D

PEREMPUAN VS BEAUTY STANDARD

Source : pinterest.com

Berbicara mengenai perempuan kaitannya sangat erat sekali dengan kecantikan, perempuan
selalu identikkan dengan kata cantik. Kata cantik itu sendiri semacam boomerang bagi
perempuan, katanya perempuan memang sudah naluriahnya cantik tapi disisi lain cantik itu
punya standarisasi yang mana kalau perempuan tidak sesuai dengan standart tersebut maka dia
dianggap tidak cantik. (Lyssa Pratamy Laendra, 2017:10). Mungkin ini akan terbaca sangat klise
tapi menurutku sendiri cantik itu relatif dan sudut pandang orang dalam menilai kecantikan itu
berbeda-beda dan semestinya kita tidak cuman memaksakan atau terpaku hanya dengan satu
versi saja.

Di society kita ada yang namanya beauty standard terutama di Indonesia yang memilki kriteria
tersendiri, katanya cantik itu yang bertubuh tinggi dan langsing, berkulit putih, berhidung
mancung, berambut panjang dan masih banyak lagi (Lyssa Pratamy Laendra, 2017:50) .
Penilaian ini menurutku tidak mendasar malah cenderung absurd karena apakah ketika
perempuan bertubuh pendek dan gemuk, berkulit hitam, berhidung pesek, berambut pendek dan
masih banyak lainnya yang bertolak belakang tidak dapat terkategorikan menjadi cantik? dan
apakah penilaian terhadap cantik itu hanya sebatas fisik saja?

Selain society, adapula media yang turut melanggengkan beauty standard di indonesia.
(Amiruddin, Marianm 2010:67) berpendapat bawa setiap saat perempuan selalu dicekoki dengan
iklan-iklan kecantikan yang menampilkan sosok perempuan ideal yang digambarkan dengan
tubuh yang tinggi semampai dan langsing, memiliki bokong dan dada yang padat berisi, berkulit
putih, berhidung mancung, pipi tirus, bibir kemerahan, rambut hitam bercahaya dan lain
sebagainya. Tak hanya melalui iklan, sederet produk kecantikan dan perawatan tubuh yang
biasanya media representasikan juga selalu menggunakan kata “putih” dalam setiap produknya,
seolah-olah jika ingin cantik harus memiliki kulit bewarna putih.

Banyak perempuan yang kutemukan tidak bisa self acceptance dikarenakan beauty standard
yang beredar menekan diri mereka sendiri untuk menjadi orang lain dan hampir semua dari
mereka juga merasa insecure atau kurang percaya diri, adanya beauty standard ini menjadi
beban dan membuat stress perempuan atas penilaian yang semena-mena terhadap dirinya disuruh
ini dan itu cuman untuk memenuhi standart yang ada agar dapat memuaskan society yang kita
sendiri tahu bahwa tidak akan ada takar kepuasan terhadap diri manusia, manusia akan selalu
merasa kurang atas apa yang ada entah dalam dirinya atau orang lain.

Karena banyak perempuan yang merasa diri mereka tidak cantik dan tidak sesuai dengan standar
kecantikan yang dikonstruksikan oleh media yang mereka konsumsi. Tidak sedikit dari mereka
yang rela menghabiskan banyak uang untuk membeli beragam produk kecantikan dengan segala
klaimnya yang dapat membuat perempuan lebih putih, lebih glowing, lebih ini itu intinya lebih
cantik lagi . Bahkan untuk kaum berduit, mereka bisa saja melakukan oprasi plastik, filler bibir
atau hidung sampai suntik putih demi “CANTIK” (Anastasia, Melliana 2006:105).

Padahal perempuan punya definisi cantiknya masing-masing, mereka harusnya bisa menjadi diri
mereka sendiri dengan melakukan apa yang mereka mau dan apa yang mereka suka selagi itu
tidak merugikan orang lain, dan lagi cantik itu tidak serta merta melihat ke arah fisik saja kok.
Cantik itu cakupannya luas dan beragam lebih dari apa yang bisa kamu lihat melainkan bisa
dirasakan juga.

Untuk itulah, perlu adanya batas tegas yang menggarisbawahi bahwa cantik tidak harus putih.
Cantik tidak harus kurus. Cantik tidak harus langsing. Cantik tidak harus memiliki rambut lurus.
Cantik tidak harus berhidung mancung. Semua perempuan cantik selama mereka bisa nyaman
dengan diri mereka sendiri (Wolf, Naomi 2002:120). Pesanku Untuk perempuan di luar sana,
kamu itu cantik dengan kulit putihmu, kamu juga cantik dengan kulit gelapmu, kamu cantik
dengan proporsi badanmu, kamu cantik dengan segala sesuatu yang ada di tubuhmu. Jangan
merendahkan dirimu sendiri dan ketahuilah, kamu semua adalah perempuan hebat dan dirimu
amat berharga. Sayangilah dirimu dan identitasmu sebagai perempuan dengan cara membuktikan
bahwa standar kecantikan tidaklah benar.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Mariana. 2010. Mitos Kecantikan di Media (Sebuah Kritik Feminis). Dalam Jurnal
Perempuan: Apa Kabar Media Kita?, Edisi 67

Anastasia, Melliana. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta:
LKis.

Lyssa Pratamy Laendra .2017. Representasi Body Image dan Standar Kecantikan Perempuan
Indonesia di Instagram. Dalam Jurnal Untar, Vol 1 Nomor 2.

Royyan Julian. 2016. Mitos Kecantikan Dalam Representasi Media. Dalam Jurnal Poetika,
Vol.IV

Wolf, Naomi. 2002. Mitos Kecantikan: Kala Kecantikan Menindas Perempuan. Terjemahan Alia
Swastika. 2004. Yogyakarta: Penerbit Niagara.
SCREENSHOOT

POSTINGAN INSTAGRAM CAPTION

KOMENTAR 9 KALI DI REPOST

Anda mungkin juga menyukai