Anda di halaman 1dari 2

STANDART KECANTIKAN BUKAN PATOKAN KESEMPURNAAN WANITA

Perempuan indonesia telah lama terjembab dalam stigma yang berpatokan tentang
standart kecantikan, dimana Sebagian besar dari mereka menilai bahwa “cantik” hanya bisa
dianugerahkan kepada perempuan yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi. Saya rasa,
perumpamaan sangat tepat jika saya bilang kebanyakan perempuan Indonesia memandang
sebuah kecantikan seperti “bihun”. Putih, langsing, tinggi, bening, kurus, dan mulus.
Stereotip yang bahkan tidak asing lagi dan seringkali terdengar dalam pergaulan sehari-hari.
Fenomena ini dikuatkan dengan hasil survei ZAP Beauty Index tahun 2018, sebanyak 73.1
persen perempuan Indonesia menganggap cantik adalah memiliki kulit yang bersih, cerah,
dan glowing. Terlebih, bukan laki-laki yang mempelopori hegemoni ini, tetapi kaum
perempuan sendirilah yang sesungguhnya melabeli diri sampai melabeli perempuan lain.

“Coba kalau kamu putih sedikit, pasti kamu bakal cantik”

“Coba kamu diet, pasti banyak cowok yang mau sama kamu”

“Coba kulit kamu gak hitam, pasti kamu sudah punya pacar”

Keberagaman kecantikan perempuan Indonesia juga tampak pada hasil riset Indonesian
Beauty Confidence Report yang dilakukan Dove pada tahun 2017 dengan 306 partisipan.
Pada riset ini, 92% perempuan Indonesia setuju bahwa setiap perempuan memiliki kecantikan
dalam versi mereka sendiri, dan 86% dari mereka juga setuju bahwa perempuan dapat tampil
cantik di usia berapapun. Walaupun begitu, 84% dari perempuan Indonesia Indonesia tetap
mengaku tidak tahu betapa cantiknya diri mereka sebenarnya, dan 72% dari perempuan
Indonesia masih mempercayai bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam hidup, perempuan
harus memenuhi standar kecantikan tertentu. Adanya perbedaan antara kedua kepercayaan ini
semakin diperkuat dalam interaksi perempuan Indonesia di ranah digital. Perundungan dan
komentar negatif masih menghantui mereka, karena ejekan, cercaan, dan penghinaan yang
tidak ditanggapi dengan serius oleh masyarakat Indonesia. Saat ini, 58% dari perempuan
Indonesia merasa bahwa mereka hanya dinilai berdasarkan penampilan mereka.

Tanpa dipungkiri, standar kecantikan selalu menjadi momok yang mendegradasi jati
diri dan menggerus rasa percaya diri perempuan. Tidak sedikit perempuan menilai dirinya
tidak cantik karena berkulit gelap atau cokelat. Tidak sedikit perempuan menilai dirinya jelek
karena memiliki rambut ikal dan keriting. Tidak sedikit perempuan merendahkan diri karena
memiliki tubuh yang gemuk dan tidak langsing. Sepatutnya kita, baik perempuan maupun
laki-laki, merasa sedih karena masih banyak perempuan yang belum bisa berdamai dengan
diri mereka sendiri, dan sepatutnya kita juga marah terhadap stigma-stigma menjatuhkan
yang tak kunjung hilang dari kehidupan.

Untuk itulah, perlu adanya batas tegas yang menggaris bawahi bahwa cantik tidak
harus putih. Cantik tidak harus kurus. Cantik tidak harus langsing. Cantik tidak harus
memiliki rambut lurus. Cantik tidak harus berhidung mancung. Semua perempuan cantik
selama mereka bisa nyaman dengan diri mereka sendiri. Kecantikan bukanlah patokan untuk
kesempurnaan Wanita, yang perlu diketahui bahwa setiap orang memiliki versi cantiknya
masing-masing. Semua Wanita sama, semua Wanita juga cantik. Dan untuk semua wanita
diluar sana.

“Hai, kamu cantik dengan kulit putihmu, kamu juga cantik dengan kulit gelapmu, kamu
cantik dengan rambut ikalmu, kamu cantik dengan proporsi badanmu, kamu cantik dengan
hidung mungilmu, kamu cantik dengan segala sesuatu yang ada di tubuhmu. Jangan
merendahkan dirimu sendiri dan ketahuilah, kamu semua adalah perempuan hebat dan
dirimu amat berharga. Sayangilah dirimu dan identitasmu sebagai perempuan dengan cara
membuktikan bahwa standar kecantikan tidaklah benar.”

Anda mungkin juga menyukai