Anda di halaman 1dari 2

Nama: Angelina Budiman Gianto

NIM: 000 000 13250


Kelas: Pengantar Studi Media
Konsep Kecantikan
Menurut saya, konsep kecantikan mempunyai standar yang sangat bervariasi dari
semua negara. Konsep kecantikan juga berubah dari tahun ke tahun yang berbeda. Pada grup
beretnis Etiopia percaya bahwa semakin banyak luka yang berbekas pada sang perempuan
maka semakin cantik. Maka kaum wanita sering mencakar badan mereka untuk mempunyai
luka berbekas yang disebut sebagai kecantikan. Di sisi yang lainnya, grup beretnis Kayan
percaya bahwa semakin panjang leher seorang perempuan dihiasi dengan kalung-kalung
melingkupinya, semakin cantik perempuan tersebut. Dari sini kita bisa melihat bahwa konsep
akan kecantikan memiliki arti yang sangat luas. Terdapat banyak sekali konsep kecantikan
yang sangat berbeda-beda di seluruh dunia, namun yang paling sering dipublikasi dalam
media massa adalah ideal wanita-wanita barat akan kecantikan. Suatu hal yang sudah menjadi
wajar bahwa perempuan cantik adalah yang badannya bagus, kurus, hidung mancung, dan
tentu saja, putih. Apa yang ditawarkan media mempunyai perempuan dengan ciri-ciri yang
hampir sama persis, putih, kurus, dan hampir menunjukkan gambar yang ‘perfect’ atau
‘flawless’.
Pada jaman sekarang, semua orang dapat mempunyai akses terhadap media lebih
mudah. Hanya dengan satu sentuhan dari jari, kita bisa menerima berita dan hiburan yang
sangat instan. Jika dibandingkan dengan saya saat sekolah dasar, saya mengingat satu-
satunya akses yang paling mudah adalah melalui majalah dan televisi. Dari televisi itu sendiri
juga menunjukan iklan-iklan komersil pembersih wajah untuk wanita. Iklan mempunyai
taktik seperti mengiklankan seseorang yang terkenal akan kecantikannya untuk memakai
produk tersebut untuk memikat para pembeli. Karena saya tumbuh dikelilingi dengan media
televisi yang mengiklankan hal yang sama terus-menurus, saya sempat mempunyai mindset
yang tanpa sadar saya buat. Bahwa cantik yaitu adalah yang apa yang ditawarkan media.
Saya sudah terpengaruh tanpa sadar bahwa seseorang yang cantik adalah yang mempunyai
kulit putih dan mulus, muka yang kecil dengan fitur muka yang proposional atau ‘flawless’.
Butuh beberapa waktu untuk saya menyadari bahwa cantik bukanlah apa yang sering
ditawarkan media. Karena media hanya menawarkan satu konsep kecantikan, dari sekian ribu
konsep kecantikan pada dunia ini. Dari pandangan saya sekarang, satu-satunya konsep
kecantikan yang ditawarkan media bisa saya sebut ‘tidak sehat’. Jika ditanya mengapa, maka
karena dengan adanya hanya satu konsep kecantikan yang ditawarkan media, bagaimana
dengan wanita-wanita yang tidak memenunhi karakteristik ‘cantik’ yang ditawarkan oleh
media? Karena saya yang sudah terlalu lama mempunyai mindset yang ditanamkan dari
media, bahwa cantik itu adalah apa yang media tawarkan, saya sangat jarang menggunakan
kata ‘cantik’ terhadap saya.
Hidup di dalam dunia modern, segala hal pasti menyangkut penampilan dalam sehari-
hari. Apakah saya tampil dengan pantas hari ini atau apakah penampilan ini cukup cantik
bukanlah hal yang tidak wajar. Namun jika seseorang hanya memikirkan sebatas penampilan,
maka dia membiarkan penampilan mengartikan siapa dia. Dalam kasus ekstrim, seseorang
akan memilih untuk mengubah mukanya dengan operasi bedah plastik demi kecantikan.
Seperti di Korea, budaya di negara tersebut sangat menekankan penampilan. Karena adanya
tekanan atau pressure tersebut, orang-orang bisa menjadi tertekan bahwa penampilan yang
cantik adalah seperti apa yang dipajang di papan iklan dimana-mana. Operasi kosmetik wajah
sudah menjadi hal yang sangat biasa pada negara Korea. Mereka mempunyai konsep
kecantikan bahwa seorang yang wanita yang cantik yaitu berkarakteristik seperti wajah
dengan rahang yang lancip, muka yang mungil, mata yang besar, hidung yang mancung, dan
bibir yang kecil. Karena orang asia mayoritas tidak mempunyai lipatan mata, operasi lipatan
mata merupakan salah satu operasi kosmetik yang sangat wajar. Tetapi apakah konsep
kecantikan hanya sebatas sepasang mata yang besar? Karena pengaruh budaya orang-orang
dari barat, mereka menerima konsep kecantikan tersebut yang dipublikasikan dari media.
Kita sudah melihat bahwa konsep kecantikan adalah apa yang disusun oleh eksposur
dari media. Publik figure seperti Kylie Jenner atau seperti yang sedang menjadi kontroversi
sekarang, Karin Novilda, adalah contoh eksposur dari media. Tentu kita melihat ‘kecantikan’
dari penampilan. Hal tersebut tidak salah. Tetapi kita harus menyadari akan konsep
kecantikan yang digunakan saat memakai kata cantik. Dalam kontes kecantikan atau beauty
pageants, kita semua bisa setuju bahwa kontestan sangat cantik. Tetapi apakah konsep
tersebut hanya padal penampilan atau juga kepintarannya?
Saya percaya bahwa semua orang mempunyai kecantikan masing-masing yang tidak
bisa dilihat dari semua orang. Namun kecantikan tersebut ada untuk seseorang bisa lihat. Jika
seseorang tidak berpenampilan cantik atau memikat mata, apakah secara langsung kita bisa
berasumsi tingkah laku dan personality nya tidak memikat mata? Tidak! Kita sebagai
perempuan dan wanita harus sadar akan kecantikan yang sebenernya dan tidak hanya fokus
dalam penampilan. Daripada kita mengubah sesuatu yang unik dari kita demi kecantikan
yang sering disiarkan media, seharusnya kita terima keunikan tersebut yang membuat kita
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai