0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan2 halaman
Teks ini membahas tentang konsep kecantikan yang bervariasi di berbagai belahan dunia dan pengaruh media massa dalam mempromosikan standar kecantikan tertentu. Teks ini juga mengkritik bahwa eksposur media hanya pada satu konsep kecantikan saja dapat menimbulkan tekanan dan membuat seseorang merasa kurang cantik. Di akhir, teks ini menekankan bahwa setiap orang memiliki kecantikan yang unik dan tidak seharusnya diubah
Teks ini membahas tentang konsep kecantikan yang bervariasi di berbagai belahan dunia dan pengaruh media massa dalam mempromosikan standar kecantikan tertentu. Teks ini juga mengkritik bahwa eksposur media hanya pada satu konsep kecantikan saja dapat menimbulkan tekanan dan membuat seseorang merasa kurang cantik. Di akhir, teks ini menekankan bahwa setiap orang memiliki kecantikan yang unik dan tidak seharusnya diubah
Teks ini membahas tentang konsep kecantikan yang bervariasi di berbagai belahan dunia dan pengaruh media massa dalam mempromosikan standar kecantikan tertentu. Teks ini juga mengkritik bahwa eksposur media hanya pada satu konsep kecantikan saja dapat menimbulkan tekanan dan membuat seseorang merasa kurang cantik. Di akhir, teks ini menekankan bahwa setiap orang memiliki kecantikan yang unik dan tidak seharusnya diubah
Kelas: Pengantar Studi Media Konsep Kecantikan Menurut saya, konsep kecantikan mempunyai standar yang sangat bervariasi dari semua negara. Konsep kecantikan juga berubah dari tahun ke tahun yang berbeda. Pada grup beretnis Etiopia percaya bahwa semakin banyak luka yang berbekas pada sang perempuan maka semakin cantik. Maka kaum wanita sering mencakar badan mereka untuk mempunyai luka berbekas yang disebut sebagai kecantikan. Di sisi yang lainnya, grup beretnis Kayan percaya bahwa semakin panjang leher seorang perempuan dihiasi dengan kalung-kalung melingkupinya, semakin cantik perempuan tersebut. Dari sini kita bisa melihat bahwa konsep akan kecantikan memiliki arti yang sangat luas. Terdapat banyak sekali konsep kecantikan yang sangat berbeda-beda di seluruh dunia, namun yang paling sering dipublikasi dalam media massa adalah ideal wanita-wanita barat akan kecantikan. Suatu hal yang sudah menjadi wajar bahwa perempuan cantik adalah yang badannya bagus, kurus, hidung mancung, dan tentu saja, putih. Apa yang ditawarkan media mempunyai perempuan dengan ciri-ciri yang hampir sama persis, putih, kurus, dan hampir menunjukkan gambar yang ‘perfect’ atau ‘flawless’. Pada jaman sekarang, semua orang dapat mempunyai akses terhadap media lebih mudah. Hanya dengan satu sentuhan dari jari, kita bisa menerima berita dan hiburan yang sangat instan. Jika dibandingkan dengan saya saat sekolah dasar, saya mengingat satu- satunya akses yang paling mudah adalah melalui majalah dan televisi. Dari televisi itu sendiri juga menunjukan iklan-iklan komersil pembersih wajah untuk wanita. Iklan mempunyai taktik seperti mengiklankan seseorang yang terkenal akan kecantikannya untuk memakai produk tersebut untuk memikat para pembeli. Karena saya tumbuh dikelilingi dengan media televisi yang mengiklankan hal yang sama terus-menurus, saya sempat mempunyai mindset yang tanpa sadar saya buat. Bahwa cantik yaitu adalah yang apa yang ditawarkan media. Saya sudah terpengaruh tanpa sadar bahwa seseorang yang cantik adalah yang mempunyai kulit putih dan mulus, muka yang kecil dengan fitur muka yang proposional atau ‘flawless’. Butuh beberapa waktu untuk saya menyadari bahwa cantik bukanlah apa yang sering ditawarkan media. Karena media hanya menawarkan satu konsep kecantikan, dari sekian ribu konsep kecantikan pada dunia ini. Dari pandangan saya sekarang, satu-satunya konsep kecantikan yang ditawarkan media bisa saya sebut ‘tidak sehat’. Jika ditanya mengapa, maka karena dengan adanya hanya satu konsep kecantikan yang ditawarkan media, bagaimana dengan wanita-wanita yang tidak memenunhi karakteristik ‘cantik’ yang ditawarkan oleh media? Karena saya yang sudah terlalu lama mempunyai mindset yang ditanamkan dari media, bahwa cantik itu adalah apa yang media tawarkan, saya sangat jarang menggunakan kata ‘cantik’ terhadap saya. Hidup di dalam dunia modern, segala hal pasti menyangkut penampilan dalam sehari- hari. Apakah saya tampil dengan pantas hari ini atau apakah penampilan ini cukup cantik bukanlah hal yang tidak wajar. Namun jika seseorang hanya memikirkan sebatas penampilan, maka dia membiarkan penampilan mengartikan siapa dia. Dalam kasus ekstrim, seseorang akan memilih untuk mengubah mukanya dengan operasi bedah plastik demi kecantikan. Seperti di Korea, budaya di negara tersebut sangat menekankan penampilan. Karena adanya tekanan atau pressure tersebut, orang-orang bisa menjadi tertekan bahwa penampilan yang cantik adalah seperti apa yang dipajang di papan iklan dimana-mana. Operasi kosmetik wajah sudah menjadi hal yang sangat biasa pada negara Korea. Mereka mempunyai konsep kecantikan bahwa seorang yang wanita yang cantik yaitu berkarakteristik seperti wajah dengan rahang yang lancip, muka yang mungil, mata yang besar, hidung yang mancung, dan bibir yang kecil. Karena orang asia mayoritas tidak mempunyai lipatan mata, operasi lipatan mata merupakan salah satu operasi kosmetik yang sangat wajar. Tetapi apakah konsep kecantikan hanya sebatas sepasang mata yang besar? Karena pengaruh budaya orang-orang dari barat, mereka menerima konsep kecantikan tersebut yang dipublikasikan dari media. Kita sudah melihat bahwa konsep kecantikan adalah apa yang disusun oleh eksposur dari media. Publik figure seperti Kylie Jenner atau seperti yang sedang menjadi kontroversi sekarang, Karin Novilda, adalah contoh eksposur dari media. Tentu kita melihat ‘kecantikan’ dari penampilan. Hal tersebut tidak salah. Tetapi kita harus menyadari akan konsep kecantikan yang digunakan saat memakai kata cantik. Dalam kontes kecantikan atau beauty pageants, kita semua bisa setuju bahwa kontestan sangat cantik. Tetapi apakah konsep tersebut hanya padal penampilan atau juga kepintarannya? Saya percaya bahwa semua orang mempunyai kecantikan masing-masing yang tidak bisa dilihat dari semua orang. Namun kecantikan tersebut ada untuk seseorang bisa lihat. Jika seseorang tidak berpenampilan cantik atau memikat mata, apakah secara langsung kita bisa berasumsi tingkah laku dan personality nya tidak memikat mata? Tidak! Kita sebagai perempuan dan wanita harus sadar akan kecantikan yang sebenernya dan tidak hanya fokus dalam penampilan. Daripada kita mengubah sesuatu yang unik dari kita demi kecantikan yang sering disiarkan media, seharusnya kita terima keunikan tersebut yang membuat kita berbeda.